makalah pendamingan.docx

Upload: saadah

Post on 05-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENINGKATAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYUSUN KTSP MELALUI PENDAMPINGA KOLABORATIFSAADAH(Pengawas SMP Dinas Dikpora Kabupaten Lombok Timur)[email protected] Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan elemen penting dalam penyelenggaraan sekolah. Meski demikian tidak semua kepala sekolah dapat menyusunnya dengan baik. Naskah ini melaporkan hasil penelitian tindakan yang bertujuan mengkaji manfaat pendampingan kolaboratif dalam meningkatkan kemampuan kepala sekolah menyusun KTSP. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas dua kali tatap muka. Penelitian ini dilakukan di lima sekolah binaan dengan sasaran lima orang kepala sekolah. Data hasil penelitian diambil menggunakan lembar monitoring, lembar observasi dan lembar penilaian. Hasil analisis data menunjukkan bahwa melalui pendampingan kolaboratif selama empat kali tatap muka, semua kepala sekolah sasaran dinyatakan KOMPETEN dalam menyusun KTSP meskipun satu orang dinyatakan kompeten dengan catatan. Tanggapan kepala sekolah dengan diterapkannya pendampingan kolaboratif juga positif, sehingga model ini layak diterapkan sebagai salah satu teknik supervise, baik manajerial maupun akademik.

Kata kunci: Kompeten, KTSP, Pendampingan Kolaboratif Education Unit Level Curriculum (EULC) is an essential element in the administration of the school. However not all principals can be arranged properly. This manuscript reports the results of measures aimed at assessing the benefits of collaborative assistance in improving the ability of principals compose EULAC. This research was conducted in two cycles and each cycle consisting of twice-face. This study was conducted in five target schools with the goal of five principals. The data was taken using the sheet monitoring, observation sheets and evaluation sheets. The result showed that through collaborative advocacy for four times face to face, all of the principal objectives stated COMPETENT in developing the curriculum even though one person is declared competent with "notes". Responses principals with the implementation of collaborative mentoring is also positive, so the model is feasible as one of the engineering supervision, both managerial and academic.Keywords: Competent, EULC, Mentoring Collaborative

PendahuluanPeraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah mengisyaratkan bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki sejumlah kompetensi yaitu kompetensi kepribadian dan sosial, kepemimpinan pembelajaran, pengembangan sekolah, manajemen sumber daya, kewirausahaan dan kompetensi supervisi. Salah satu indicator terpenuhinya kompetensi kepemimpinan pembelajaran adalah kemampuan kepala sekolah dalam mengembangkan kurikulum dan kegiatan pembelajaran untuk satuan pendidikan yang ia pimpin atau dikenal dengan istilah Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP).Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, KTSP diartikan sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Mealui KTSP, pihak sekolah diberikan kewenangan penuh untuk mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum. Kurikulum menjadi elemen yang demikian penting dalam system pendidikan, terutama di sekolah. Bagaimana tidak, betapapun lengkapnya sarana prasarana yang dimiliki, jika tidak di dukung oleh kurikulum yang memadai, maka proses pendidikan di sekolah tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Bane (1986, dalam Depddiknas, Dirjen Dikdasmen, 2005 : 3) mengklasifikasikan makna kurikulum dalam empat jenis, yaitu 1) kurikulum sebagai produk, 2) kurikulum sebagai program, 3) kurikulum sebagai hasil belajar yang diinginkan, dan 4) kurikulum sebagai pengalaman belajar peserta didik. Sementara itu, Ronald C Dollmengatakan kurikulum sekolah adalah isi dan proses formal maupun nonformal yang mengantarkan peserta didik memperoleh pengetahuan dan pemahaman. Selain itu, peserta didik mengalami perkembangan keterampilan, perubahan tingkah laku, apresiasi, dan nilai-nilai di bawah lembaga pendidikan. Hilda Taba, mengatakan kurikulum adalah sebuah rancangan atau sebuah sistem yang tersusun secara beralur dari sebuah pembelajaran, dengan mempertimbangkan segala hal baik dari proses pembelajaran serta mengenai perkembangan individu. Sedangkan Romine melihat kurikulum sebagai bagian dari pendidikan yang mencakup semua aspek dan titik temu dari pembelajaran, aktivitas belajar, dan juga pengalaman yang diikuti oleh para peserta didik dengan bantuan berupa arahan dari pihak sekolah, baik di dalam kelas maupun diluar kelas.Meski definisi kurikulum telah dirumuskan dari fokus yang berbeda oleh para ahli, namun pada intinya kurikulum dapat disebut sebagai suatu program yang harus disediakan oleh pihak sekolah untuk peserta didik, guna mendukung sistem pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan adanya kurikulum, peserta didik dapat melakukan berbagai kegiatan pembelajaran yang nantinya akan berdampak pada perubahan dan juga perkembangan pengetahuan, keterampilan, perubahan tingkah laku, apresiasi, termasuk nilai-nilai di bawah lembaga pendidikan tersebut. Dengan kata lain, sebuah institusi pendidikan yang notabene dimotori oleh seorang kepala sekolah, sangat berperan dalam menyediakan arah dan lingkungan belajar yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang secara optimal sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Meski demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak sekolah yang belum memiliki kurikulum dalam hal ini KTSP (Buku I). Sebagian kepala sekolah mengaku belum memahami bagaimana menyusun KTSP (Buku I) tersebut. Sementara KTSP (Buku III) yang berisikan rencana pembelajaran (RPP) umumnya dimiliki oleh semua guru, namun sebagian besar merupakan hasil unduhan atau foto kopy, sehingga banyak guru yang tidak bisa menjelaskan alasan penerapan strategi pembelajaran yang tertuang dalam RPP, terjadi ketidaksesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan, dokumen pendukung tidak lengkap dan sebagainya. Artinya, kurang optimalnya kemampuan kepala sekolah (termasuk guru) dalam menyusun KTSP sedikit banyak akan berdampak terhadap rendahnya kualitas proses dan hasil belajar peserta didik.Pertanyaanya adalah, apakah praktek supervisi atau pembinaan melalui kunjungan sekolah yang dilakukan pengawas sekolah selama ini (datang dan menanyakan ada/tidaknya adminstrasi pengelolaan sekolah, berikan wejangan-wejangan, lengakpi ini, lengkapi itu, dan sebagainya) yang lebih bersifat satu arah dan umumnya diprakarsai oleh pengawas, belum ampuh dalam meningkatkan kompetensi kepala sekolah? Meski tidak ada bukti otentik yang mengindikasikan bahwa model supervisi yang selama ini deterapkan pengawas berkontribusi terhadap masih rendahnya pencapaian kompetensi kepala sekolah, namun kondisi saat ini menunjukkan bahwa masih banyak kepala sekolah yang belum menguasai sejumlah kompetensi profesionalnya secara optimal. Data hasil penilaian kinerja kepala sekolah (sekolah binaan) pada tahun sebelumnya (2013/2014) menunjukkan bahwa nilai rata-rata kinerja kepala sekolah (sasaran penelitian) berkisar pada ketegori Kurang (34.15), Sedang (51.21), Cukup (62.34). Untuk kompetensi kepemimpinan pembelajaran misalnya, nilai rata-rata kepala sekolah berada pada angka 46 (Kurang). Sementara itu jumlah guru yang mencapai kategori BAIK dalam mengelola pembelajaran hanya mencapai 48.72%, sedangkan jumlah guru yang memperoleh nilai dengan kategori CUKUP ternyata tidak sedikit, yakni mencapai 51.28% dengan angka rata-rata mencapai 70.27. Jika hasil penelitian yang dilakukan Saadah (2011) menunjukkan bahwa 77.78% atau 26 dari 36 peserta didik bisa terlibat dengan tingkat optimalisasi 77.99% dalam pembelajaran apabila guru mampu mengelola pembelajaran dengan nilai minimal 80.24, maka berapa % kah jumlah peserta didik yang belajar dengan tingkat optimalisasi 80% jika guru hanya mampu mengelola pembelajaran dengan angka 70.27?Artinya, lagi-lagi model pembinaan yang dilakukan melalui kunjungan sekolah/kunjungan kelas dengan teknik observasi, Tanya-tanya, perintah-perintah (ada/tidak; lengkapi ini; lengkapi itu; dan sejenisnya) yang selama ini biasa dilakukan pengawas sekolah, dipandang kurang memadai dalam mengelaborasi hal-hal terpenting terkait peningkatan kualitas kompetensi kepala sekolah, khususnya untuk kompetensi kepemimpinan pembelajaran. Memperhatikan permasalahan di atas, pembinaan kepala sekolah melalui pendampingan (sebagai salah satu teknik supervisi), diyakini dapat dijadikan solusi alternative. Pendampingan dalam hal ini adalah suatu interaksi berkelanjutan yang terjadi antara pengawas dengan kepala sekolah sampai terjadi proses perubahan kreatif yang yang diharapkan yang diutamakan diprakarsai oleh kepala sekolah dan dengan perencanaan yang baik oleh pengawas sekolah. Dalam dunia pendidikan (termasuk dalam bidang kepengawasan), istilah pendampingan memang kurang populer dan merupakan istilah baru dan mulai terdengar seiring diterapnnya kurikulum 2013. Di bidang kepengawasan, istilah yang masih dipakai adalah pembinaan yang umumnya diterapkan dengan teknik kunjungan sekolah dimana pembina (pengawas sekolah) sebagai pihak yang aktif dan yang dibina (kepala sekolah & guru) sebagai pihak yang pasif.Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014, menjelaskan bahwa: Pendampingan merupakan alat pemberdayaan dan pengembangan personal yang ampuh; merupakan cara yang efektif dalam menolong seseorang mengembangkan karirnya; merupakan kerjasama antara dua orang (pendamping dan sasaran) yang biasanya bekerja di bidang yang sama atau berbagi pengalaman yang mirip; merupakan hubungan kerja yang bermanfaat didasarkan pada sikap saling percaya dan menghormatiPendampingan yang dicobaterapkan dalam penelitian ini adalah pendampingan dengan pendekatan kolaboratif. Pendekatan kolaboratif merupakan interaksi dua arah atau bahkan multi arah, di mana kepala sekolah yang didamping dan pengawas sekolah yang mendampingi sama-sama melakukan persiapan, pengamatan dan diskusi atas dasar saling menghormati pribadi, menghargai pengetahuan masing-masing, dan secara positif saling mendukung untuk belajar dan memutuskan bersama. Pendampingan kolaboratif dalam penelitian ini bisa diterapakan dalam kegiatan mandiri dan bisa dalam kelompok kepala sekolah. Kegiatan mandiri merupakan kegiatan kepala sekolah dalam mengelaborasi berbagai hal terkait materi pendampingan (KTSP - Buku I & Buku III) dengan tim atau stake holders, yang kegiatannya dilakukan di sekolah tempat kepala sekolah bertugas. Sedangkan kegiatan kelompok diartikan sebagai kegiatan kepala sekolah dalam mengomunikasikan hasil kerja yang dilakukan secara mandiri bersama timnya di sekolah, kepada rekan-rekan kepala sekolah di kelomoknya, sehingga apa yang dihasilkan (dalam kegiatan mandiri) benar-benar memperoleh dukungan dan pertimbangan ilmiah dari profeisonal lainnya.Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kemampuan atau kompetensi kepala sekolah dalam menguasai konsep dan mekanisme pengembangan KTS, kemampuan kepala sekolah dalam menyempurnakan dan mendokumentasikan KTSP (Buku I, II, dan III) serta bagaimana tanggapan kepala sekolah dengan penerapan model pendampingan kolaboratif sebagai teknik supervise manajerial.Kemampuan sebagaimana dirumuskan Mardapi, dkk. (2001) adalah perpaduan antara pengetahuan, kemampuan, dan penerpan kedua hal tersebut dalam melaksanakan tugas di lapangan kerja. Sementara Puskur, Balitbang, Depdiknas (2002) merumuskan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.Berpedoman pada kajian teori dan ketentuan perundangan yang berlaku, maka kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah dan/atau guru dalam menyususn KTSP adalah sebagai kberikut.Tabel 1 Elaborasi kemampuan kepala sekolah dalam penyususnan KTSPKEPALA SEKOLAHKEPALA SEKOLAH (GURU)

BUKU IBUKU III

PengetahuanKeterampilanPengetahuanKeterampilan

Memahami Konsep dan mekanisme pengembangan KTSP

Mengaji dan Merevisi atau Menyempurnakan KTSP (Buku I)1. Memahami prinsip-prinsip pembelajaran2. Memahami konsep dan prinsip pengembangan RPPMengkaji dan Menyempurnakan dokumen RPP

Keterangan: Karena Buku II (silabus) menjadi tanggung jawa pemerintah pusat, maka tidak dilakukan pembahasan mendalam pada sesi pendampingan.Pendampingan dengan pendekatan kolaboratif ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan, mulai minggu pertama bulan Oktober 2013 dan berakhir pada minggu ketiga bulan Desember 2013 dan dilakukan sesuai dengan kesepakatan serta rambu-rambu antara pendamping dan yang didampingi. Kegiatan pendampingan dilakukan secara langsung (tatap muka) dan tidak langsung (online). Pendampingan tatap muka dilakukan dengan mengunakan berbagai teknik seperti konsultasi, penyampaian informasi, modeling, dan coaching. Kegiatan secara online dilakukan dengan memanfaatkan berbagai perangkat teknologi informasi, seperti dalam bentuk e-mail, telpon, atau pesan singkat (sms).METODE PENELITIANA. Rancangan Penelitian.Penelitian tindakan dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Siklus I dilaksanakan di lima sekolah binaan (SMP Negeri 1 Terara, SMP Negeri 2 Terara, SMP Negeri 2 Montong Gading, SMP Islam Al-Badriyah Rarang, SMP Islam NW Gayut) dan siklus II dilaksanakan di kelompok kerja kepala sekolah dengan lokasi yang telah disepakati yaitu di SMP Islam Al-Badriyah Rarang (tatap muka I) dan di SMP Islam NW Gayut (tatap muka II). Kegiatan pada masing-masing siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. 1) Perencanaan TindakanKegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merumuskan langkah-langkah kegiatan penyelesaian masalah; mengidentifikasi warga sekolah dan /atau pihak-pihak terkait lainnya yang terlibat dalam penyelesaian masalah; serta mengidentifikasi fasilitas yang diperlukan.

Langkah-langkah Kegiatan untuk Pemecahan MasalahKegiatan ini berisikan persiapan serta rencana tindakan pada siklus I dan II. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.Tabel 3 Langkah-langkah Kegiatan Pemecahan MasalahPERSIAPANRENCANA TINDAKAN SIKLUS I

TATAP MUKA ITATAP MUKA II

Agustus 2014 Mengkaji ulang hasil PKKS (kompetensi kepemimpinan pembelajaran) selanjutnya dialog dengan sejumlah kepala sekolah, dan guru-guru terkait kendala yang dihadapi, khususnya dalam menyusun KTSP.

16 September 2014 Menyepakati LK-LK yang harus diselesaikan kepala sekolah sebelum tindakan berlangsung Meminta kepala sekolah membentuk dan menyiapkan SK TPK. Menyepakati struktur program dan jadwal kegiatan pendampingan Menyepakati teknik pendampingan (langsung, tidak langsung/online) Mengalokasikan waktu untuk mendampingi kepala sekolah dalam proses penyempurnaan kurikulum. Mengompilasi LK-LK yang sudah diselesaikan oleh kepala sekolah

Diskusi tentang target yang diharapkan terkait hasil pendampingan. Mendampingi kepala sekolah dalam memimpin pengkajian dan penyempurnaan KTSP (Buku I). Memberi ruang yang luas bagi kepala sekolah dan TPK untuk merefleksi, mengidentifikasi dan mengekplorasi prinsip-prinsip yang akan dituangkan dalam KTSP Buku I Memastikan bahwa TPK terlibat dalam penyusunan KTSP Mengalokasikan waktu untuk membimbing proses penyempurnaan kurikulum. Mengompilasi LK-LK yang sudah diselesaikan oleh kepala sekolah Diskusi tentang target yang diharapkan terkait hasil pendampingan. Mendampingi kepala sekolah dalam memimpin pengakjian dan penyempurnaan KTSP (Buku III). Memberi ruang yang luas bagi guru-guru untuk mengkspolrasi strategi pembelajaran yang sesuai denga karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu. Memastikan bahwa guru-guru terlibat dalam penyemournaan RPP.

RENCANA TINDAKAN SIKLUS II

TATAP MUKA ITATAP MUKA II

Mendampingi kepala sekolah melakukan finalisasi penyempurnaan dokumen KTSP (Buku I). Memastikan bahwa sekolah memiliki rencana pengelolaan kurikulum yang benar setelah kepala sekolah melakukan presentasi KTSP Buku I di kelompoknya Mendampingi kepala sekolah melakukan finalisasi penyempurnaan dokumen KTSP (Buku II dan Buku III). Memastikan bahwa sekolah memiliki RPP yang sudah disempurnakan setelah kepala sekolah melakukan presentasi di kelompoknya.

Pihak Terkait dalam Upaya Pemeccahan MasalahPihak yang terlibat atau dilibatkan dalam penyusunan KTSP (Buku I) adalah kepala sekolah beserta Tim Pengembang Kurikulum (TPK) di sekolah. Sedangkan untuk KTSP (Buku II, III) pihak yang terlibat adalah semua guru mata pelajaran dan bimbingan.Fasilitas yang DiperlukanFasilitas yang diperlukan untuk kegiatan pendampingan kepala sekolah (dan guru) dalam menyusun KTSP adalah: Struktur program dan jadwal pendampingan; Bahan Pembelajaran Utama Kurikulum; Lembar kerja bagi kepala sekolah; Instrumen monitoring dan evaluasi; Daftar hadir peserta pendampingan; Peraturan perundangan yang relevan; Dokumen KTSP; Instrumen telaah KTSP; Instrumen telaah RPP; Contoh kerangka KTSP; Contoh dokumen RPP; Rencana Pengawasan Manajerial. 2) Pelaksanaan Tindakana) Pelaksanaan Tindakan Siklus I, dan II Pelaksanaan tindakan merupakan kegiatan melaksanakan semua rencana yang telah dikembangkan pada tahap perencanaan. Meski demikian, karena alasan tertentu tindakan yang terjadi di luar rencana tetap dilaksanakan selama menuju ke arah perbaikan pembelajaran.

Jadwal pelaksanaan masing-masing siklus dapat dilihat pada tabel berikut.Tabel 4 Jadwal Pelaksanaan Masing-masing SiklusKegiatanSKLS/TMJadwal dan Tempat Pelaksanaan

LOKASI PENELITIAN

SMPN 2 TeraraSMPN 2 Mogad.SMPI Al-BadriyahSMPN 1 TeraraSMPI NW Gayut

Mengkompilasi LK-LK KTSP- Buku I Mendampingi kepala sekolah dalam memimpin pengkajian dan penyempurnaan KTSP-Buku I I/I22 Okt. 201423 Okt. 201425 Okt. 201428 Okt. 201427 Okt. 2014

Mengkompilasi LK-LK KTSP-Buku II & III Mendampingi kepala sekolah dalam memimpin pengkajian dan menyempurnaan KTSP Buku III/ RPP. I/II03 Nov. 201404 Nov. 201405 Nov. 201406 Nov. 201408 Nov 2014

Mendampingi kepala sekolah melakukan finalisasi penyempurnaan dokumen KTSP (Buku I, II, III)Sabtu, 15 November 2014 di SMP Islam Al-Badriyah Sundak-Rarang, finalisasi penyempurnaan dokumen KTSP (Buku I).Kamis, 27 November 2014 di SMP Islam NW Gayut, finalisasi penyempurnaan dokumen KTSP (Buku II, III).

a) Observasi TindakanObservasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. 3) Refleksi dan EvaluasiTahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan data yang telah terkumpul, peneliti melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan pada siklus berikutnya. B. Metode Pengumpulan DataData yang diambil dalam penelitian ini berasal dari pengawas (peneliti) dan kepala sekolah. Data dimaksud adalah: 1) data tentang kemampuan kepala sekolah dalam penguasaan konsep dan mekanisme pengembangan KTSP; 2) data tentang kemampuan kepala sekolah dalam menyempurnakan dan mendokumentasikan KTSP; 3) data tentang tanggapan kepala sekolah terhadap penerapan pendampingan kolaboratif sebagai teknik supervise manajerial.Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data-data di atas adalah:Data tentang kemampuan kepala sekolah dalam penguasaan konsep dan mekanisme pengembangan KTSP, diambil dengan menggunakan Lembar instrumen monitoring dan mentoring; data tentang kemampuan kepala sekolah dalam menyempurnakan dan mendokumentasikan KTSP diambil dengan Lembar Observasi dan Lembar Penilaian oleh Pengawas selaku Assesor ; dan data tentang tanggapan kepala sekolah terhadap penerapan pendampingan kolaboratif sebagai teknik supervise manajerial diambil dengan meminta tanggapan kepala sekolah terhadap kegiatan pendampingan. C. Metode Analisis DataAnalisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitaif yang dimaksud yaitu analisis berdasarkan perhitungan sederhana dan ditafsirkan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan. Sedangkan data kualitatif yaitu analisis berdasarkan penalaran logika dan ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka, pengalaman pengawas dan kriteria yang telah ditetapkan. Analisis ini digunakan atas pertimbangan bahwa jenis data yang diperoleh berbentuk kalimat-kalimat dan aktivitas-aktivitas kepala sekolah.Kemampuan peserta dalam penguasaan konsep dan mekanisme pengembangan KTSP diintegrasikan dari berbagai ketentuan perundangan dan kajian teori, dan untuk itu disiapkan sejumlah LK yang harus dikerjakan oleh kepala sekolah yaitu 7 (tujuh) Lembar Kerja (LK) untuk KTSP-Buku I dan 9 (sembilan) LK untuk KTSP Buku II dan III.

Hasilnya dianalisis menggunakan perhitungan persentase sebagai berikut: Jika kepala sekolah berhasil menyelesaikan 85% LK dengan baik, maka yang bersangkutan dianggap mampu menguasai konsep dan mekanisme penyusunan dan pengembangan KTSP. Jika belum, maka yang bersangkutan dianggap belum mampu, sehingga perlu dinasehati.Kemampuan kepala sekolah dalam menyempurnakan dan mendokumentasikan KTSP diambil dengan Lembar Observasi dan Lembar Penilaian oleh Pengawas Sekolah. Kepala sekolah dinyatakan berhasil apabila mampu menunjukkan kompetensi yang diharapkan dengan kriteria:a. SEMUA kegiatan yang direncanakan dilaksanakan dengan baik: Mengerjakan LK-LK sesuai batas waktu yang disepakati Melaksanakan beserta timnya pengkajian dan penyempurnaan KTSP-Buku I, pengkajian KTSP Buku II, dan melakuka pengkajian penyempurnaan KTSP-Buku III, dengan ketentuan: 1) Minimal 85% TPK hadir dalam pengkajian KTSP Buku I; 2) Minimal 1 (satu) orang perwakilan guru mata pelajaran hadir saat pengkajian silabus dan RPP. Melaporkan atau mempresentasikan hasil pengkajian KTSP Buku I dan KTSP Buku III (RPP) di kelompoknya.b. SEMUA kegiatan ditunjukkan dengan bukti fisik: LK-LK yang telah dikerjakan sesuai batas waktu yang disepakati SK Tim Pengembang Kurikulum. Daftar hadir TPK dan guru Bukti Penyempurnaan Dokumen KTSP Buku I, termasuk Dokumen KTSP Buku II, Dokumen KTSP Buku III/RPP. Hadir saat melaporkan atau mempresentasikan hasil pengkajian KTSP Buku I dan KTSP Buku III (RPP) di kelompoknyac. SEMUA bukti fisik memiliki kriteria BAIK d. SEMUA bukti fisik adalah OTENTIK/ASLI (bukan karya orang lain), kecuali KTSP Buku II yang disusun pemerintah pusat.Hasilnya dianalisis menggunakan nalar dan logika, dan keberhasilan pelaksanaan pendampingan ditandai dengan memberikan penilaian kepada kepala sekolah yang bersangkutan dengan predikat KOMPETEN atau BELUM KOMPETEN.Sedangkan data tentang tanggapan kepala sekolah terhadap kegiatan pendampingan sebagai teknik supervise manajerial diambil dengan meminta tanggapan kepala sekolah (wawancara) terhadap kegiatan pendampingan. Data ini diperlukan untuk melihat kemanfaatan, atau kekurangan model pendampingan sebagai teknik supervise manajerial. Hasilnya dijadikan bahan refleksi pada kegiatan serupa di masa yang akan datang.

30

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Kondisi AwalKondisi awal menunjukkan bahwa masih banyak sekolah yang belum memiliki kurikulum dalam hal ini KTSP (Buku I). Sebagian kepala sekolah mengaku belum memahami bagaimana menyusun KTSP (Buku I) tersebut. Sementara KTSP (Buku III) yang bebrisikan rencana pembelajaran (RPP) umumnya dimiliki oleh semua guru, namun sebagian besar merupakan hasil unduhan atau foto kopy, sehingga banyak guru yang tidak bisa menjelaskan alasan penerapan strategi pembelajaran yang tertuang dalam RPP.Strategi supervise pun kemudian dikembangkan menjadi hubungan konsultatif dan partisipatif, dimana pembina atau sipervisor (pengawas sekolah) bukan lagi sebagai pihak yang aktif dan yang dibina atau supervisee (kepala sekolah & guru) sebagai pihak yang pasif. Hubungan yang dikembangkan adalah hubungan yang didasarkan pada sikap saling percaya dan menghormati, berbasis kebutuhan, bersifat kolegial, yang satu tidak lebih tinggi dibandingkan lainnya, dan sejenisnya, sampai terjadi proses perubahan kreatif yang diharapkan dan diutamakan diprakarsai oleh kepala sekolah. Hubungan semacam ini kemudian disebut pendampingan kolaboratif. B. Kegiatan Per-SiklusKegiatan pada masing-masing siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Uraian kegiatan pada masing-masing siklus dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5 Pelaksanaan Tindakan pada Siklus I dan IITMPelaksanaan Tindakan pada Siklus I

PerencanaanPelaksanaan PengamatanEvaluasi dan Refleksi

TargetInikator Analisa HasilRTL

I LK-LK pengelolaan kurikulum (Buku I) sudah diselesaikan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah dan tim melakukan pengkajian dan penyempurnaan KTSP (Buku I) dengan baik. Komponen yang sisempurnakan sesuai LK. 85% LK sudah dikerjakan Sekolah memiliki SK Tim Pengembang Kurikulum. Daftar Hadir Agenda Pertemuan Minimal 85% anggota TPK hadir dalam pengkajian KTSP Ada kesimpulan hasil pengkajian KTSP sebelumnya Menyusun rencana tindak lanjut (RTL) Pendampingan kolaboratif (tidak langsung)/ monitoring kegiatan kepala sekolah dalam penyelsaian LK-LK Pendampingan kolaboratif (langsung) saat kepala sekolah memimpin proses pengkajian dan penyempurnaan KTSP (Buku I) Semua LK sudah dikerjakan oleh KS, kecuali KS SMPN 2 Mogad dan KS SMPI NW Gayut, masing-masing berhasil menyelesaikan 5 LK. Semua sekolah memiliki SK TPK Ada Daftar Hadir Ada Agenda Pertemuan Rata-rata 88% anggota TPK hadir dalam pengkajian KTSP Ada kesimpulan hasil diskusi (revisi KTSP) Semua KS memiliki RTL Ada berita acara kegiatan/surat pernyataan pendampingan Proses pengkajian dan penyempurnaan KTSP Buku I berjalan lancar sesuai harapan. Ketua Komite tidak hadir saat pebahasan. Kepala SMPN 2 Montong Gading sakit, dan kepala SMP Islam NW gayut (sibuk/banyak pikiran) Terkait penyelesaian LK-LK, pendampingan tidak langsung (monitoring) kurang optimal. KS sepakat menyelesaikan LK yang tertunda

Periksa dokumen KTSP (Buku I) yang sudah direvisi Periksa surat udangan pertemuan pembahasan KTSP Kepala sekolah menginformasikan hasil pembahasan kepada komite Periksa persiapan pengkajian KTSP Buku III (intensifkan pendampingan tidak langsung) Periksa LK yang tertunda penyelesainnya Pastikan semua KS memahami tugas terkait penyelesaian LK RPP

TMPelaksanaan Tindakan pada Siklus I

PerencanaanPelaksanaanPengamatanRefleksi dan Evaluasi

TargetInikator Analisa HasilRTL

II1. Semua kegiatan yang tertuang dalam RTL bisa terealisasi dengan baik2. LK-LK pengelolaan kurikulum (Buku III/RPP) sudah diselesaikan oleh kepala sekolah3. Kepala sekolah memimpin proses pengkajian dan penyempurnaan KTSP (Buku IIII/RPP) dengan baik.

85% LK sudah dikerjakan Sekolah memiliki SK Pembagian Tugas Mengajar. Daftar Hadir Agenda Pertemuan Minimal satu orang guru mata pelajaran (perwakilan)/ bimbingan hadir dalam pengkajian KTSP/RPP Ada kesimpulan hasil pengkajian RPPsebelumnya Menyusun rencana tindak lanjut (RTL)

Pendampingan kolaboratif (tidak langsung)/ monitoring kegiatan kepala sekolah dalam penyelsaian LK-LK Pendampingan kolaboratif (langsung) saat kepala sekolah memimpin proses pengkajian dan penyempurnaan KTSP (Buku II dan III) Semua LK sudah dikerjakan Semua sekolah memiliki SK Pembagian Tugas Mengajar. Ada Daftar Hadir Ada Agenda Pertemuan Rata-rata semua perwakilan guru mapel hadir dalam pengkajian KTSP (RPP). Ada kesimpulan hasil diskusi (revisi RPP) Semua KS memiliki RTL Ada berita acara kegiatan atau surat pernyataan pendampingan pengawas dari kepala sekolah

Proses pengkajian dan penyempurnaan KTSP Buku III berjalan lancar sesuai harapan.

Periksa dokumen KTSP (Buku III/RPP) yang sudah direvisi Periksa dokumen KTSP Buku II (silabus) dan Buku III (RPP)

TMPelaksanaan Tindakan pada Siklus II

PerencanaanPelaksanaanPengamatanRefleksi dan Evaluasi

PerencanaanInikator Analisa HasilRTL

I1. Semua kepala sekolah telah menyelesaikan dan mendokumentasikan LK-LK pengelolaan kurikulum (Buku I) dengan baik2. KTSP (Buku I), mampu dipresentasikan di kelompoknya dan terdokumentasi dengan baik LK-LK pengelolaan kurikulum (Buku I) telah terdokumentasi dengan baik KTSP (Buku I), terdokumentasi dengan baik Semua kepala sekolah hadir saat diskusi kelompok. Pendampingan kolaboratif (langsung) saat kepala sekolah melaporkan proses pengkajian dan penyempurnaan KTSP (Buku I) Kepala SMPN1 Terara mempresentasikan KTSP Buku I Semua kepala sekolah telah mendokumentasikan LK-LK yang diminta Semua Kepala sekolah telah menjilid KTSP Buku I, kecuali Kepala SMPN 2 Terara dan Kepala SMP Islam NW Gayut.Kepala SMP Negeri 2 Tearara dokumen sudah di prin, tapi belum dijilidKepala SMP Islam NW gayut, dokumen masih harus direvisi.Pertemuan berikutnya:Periksa dokumen KTSP Buku I SMPN 2 Terara dan SMP Islam NW Gayut.

II1. Semua KS telah menyelesaikan dan mendokumentasikan LK-LK pengelolaan kurikulum (Buku III/RPP) dengan baik2. KTSP (Buku I), mampu dipresentasikan di kelompoknya dan terdokumentasi dengan baik LK-LK pengelolaan kurikulum (Buku III) telah terdokumentasi dengan baik KTSP (Buku II dan III), terdokumentasi dengan baik Semua kepala sekolah hadir saat diskusi kelompok. Pendampingan kolaboratif (langsung) saat kepala sekolah memimpin proses pengkajian dan penyempurnaan KTSP (Buku II dan III) Kepala SMPI Al-Badriyah mempresentasikan KTSP Buku III Semua kepala sekolah telah mendokumentasikan LK-LK yang diminta Semua Kepala sekolah telah menjilid KTSP Buku I, II dan III.Kepala SMPN 2 Montong Gading tidak hadir pada presentasi kelompokKepala SMP Negeri 2 Montong Gading sakit dan tidak hadir dalam kegiatan kelompok pada tatap muka II siklus II. Meski demikian dokumen KTSPnya telah terdokumentasi dengan baik.Berikan penilaian kepada kepala sekolah, KOMPETEN atau BELUM KOMPETEN

Keterangan Lembar Kerja TM I:1. Konsep dan mekanisme pengembangan KTSP 2. Landasan yuridis penyusunan KTSP (Buku I dan III)3. Komponen KTSP-Buku I4. Pengembangan Muatan Lokal5. Kajian pedoman evaluasi kurikulum6. Hasil kajian KTSP7. Rencan Tindak LanjutLembar Kerja TM II:8. Memahami pentingnya silabus9. Memahami Komponen Silabus10. Mengidentifikasi kriteria silabus yang baik11. Menganalisis silabus12. Prinsip-prinsip pembelajaran13. Pengembangan RPP14. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik15. Pengkajian dukumen RPP.16. Rencana Tindak Lanjut.

C. Data Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitinan ini adalah:1) Data tentang kemampuan kepala sekolah dalam penguasaan Konsep, teknis, dan prosedur pengembangan KTSP.2) Data tentang tentang kemampuan kepala sekolah dalam menyempurnakan dan mendokumentasikan KTSP. 3) Data tentang tanggapan kepala sekolah terhadap kegiatan pendampingan sebagai teknik supervise manajerial 1. Data kemampuan kepala sekolah dalam penguasaan Konsep, teknis, dan prosedur pengembangan KTSPKemampuan kepala sekolah dalam penguasaan konsep dan landasan berpikir penyusunan KTSP, ditandai dengan keberhasilannya menyelesaikan 16 LK (tujuh LK KTSP Buku I dan lima LK Buku III, serta empat LK tambahan untuk meningkatkan pemahaman silabus, Buku II), sampai batas waktu yang disepakati yakni waktu pelaksanaanTatap Muka II Siklus I.Berdasarkan data yang ada, semua kepala sekolah telah menyelesaikan LK-LK yang diminta sampai batas waktu yang ditentukan bersama. Dengan demikian semua kepala sekolah (Bambang Hermanto, Lalu Darwan, Lalu Muh. Ihwan Zaini, Sahir, dan Suhairi) dinilai MAMPU menguasai konsep dan mekanisme pengembangan KTSP.Hasil lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.Tabel 6 Kemampuan kepala sekolah dalam penguasaan konsep dan landasan berpikir penyusunan KTSPTopikKegiatanBUKTI FISIK PENYELESAIAN LKKETERANGAN

KEPALA SEKOLAH

IIIIIIIVV

Ada/ T AdaAda/ T AdaAda/ T AdaAda/ T AdaAda/ T Ada

KURIKULUM TINGKATSATUAN PENDIDIKANMelakukan kajian konsep dan mekanisme pengembangan KTSPAdaAdaAdaAdaAdaI. Bambang HermantoII. Lalu DarwanIII. Lalu Muh. Ihwan ZainiIV. SahirV. Suhairi

Mengidentifikasi landasan yuridis penyusunan KTSP (Buku I dan III)AdaAdaAdaAdaAda

Mengidentifikasi Komponen KTSP-Buku IAdaAdaAdaAdaAda

Melakukan Kajian Pedoman Pengembangan Muatan LokalAdaAdaAdaAdaAda

Melakukan Kajian Pedoman Evaluasi KurikulumAdaAdaAdaAdaAda

Melakukan kajian KTSP dokumen 1 AdaAdaAdaAdaAda

Menyususn Rencana Tindak Lanjut Hasil Kajian dokumen 1 KTSPAdaAdaAdaAdaAda

DOKUMEN SILABUSMemahami pentingnya silabusAdaAdaAdaAdaAda

Memahami Komponen SilabusAdaAdaAdaAdaAda

Mengidentifikasi kriteria silabus yang baikAdaAdaAdaAdaAda

Menganalisis silabusAdaAdaAdaAdaAda

DOKUMEN RENCANAPELAKSANAANPEMBELAJARAN (RPP)Prinsip-prinsip pembelajaranAdaAdaAdaAdaAda

Pengembangan RPPAdaAdaAdaAdaAda

Pembelajaran dengan pendekatan saintifikAdaAdaAdaAdaAda

Pengkajian dukumen RPP.AdaAdaAdaAdaAda

Menyususn Rencana Tindak Lanjut untuk Menyempurnakan RPPAdaAdaAdaAdaAda

2. Data tentang kemampuan kepala sekolah dalam menyempurnakan dan mendokumentasikan KTSPKemampuan kepala sekolah dalam menyempurnakan dan mendokumentasikan KTSP dapat dilihat pada table berikut.Tabel 7 Data Kemampuan Kepala Sekolah dalam Menyempurnakan dan Mendokumentasikan KTSPNOKRITERIANAMA KEPALA SEKOLAH

BAMBANG HERMANTOLALU DARWANLALU MUH. IHWAN ZAINISAHIRSUHAIRI

1. Semua LK telah dikerjakan dengan baik sesuai batas waktu yang disepakati YA-YA-YA-YA-YA-

2. Sekolah SK Tim Pengembang Kurikulum.YA-YA-YA-YA-YA-

3. Ada Daftar hadir TPK pengakjian dan penyempurnaan KTSP (Buku I)YA-YA-YA-YA-YA-

4. Ada Daftar guru saat pengakjian dan penyempurnaan KTSP (RPP)YA-YA-YA-YA-YA-

5. Ada bukti Penyempurnaan Dokumen KTSP Buku I.YA-YA-YA-YA-YA-

6. Ada bukti Penyempurnaan Dokumen KTSP Buku III/RPP.YA-YA-YA-YA-YA-

7. Kepala sekolah hadir saat melaporkan atau mempresentasikan hasil pengkajian KTSP Buku I di kelompoknyaYA-YA-YA-YA-YA-

8. Kepala sekolah hadir saat melaporkan atau mempresentasikan hasil pengkajian KTSP Buku III (RPP) di kelompoknyaYA-YA-YA--TIDAKYA-

PREDIKATKOMPETENKOMPETENKOMPETENKOMPETEN*KOMPETEN

*Meski kepala SMP Negeri 1 Montong Gading tidak hadir saat presentasi hasil kajian KTSP Buku III (RPP), namun dia mengirim dokumen KTSP yang sudah direvisi, sehingga diberikan predikat KOMPETEN.

3. Data tentang tanggapan kepala sekolah dengan penerapan model pendampingan sebagai teknik supervise manajerial.Berikut tanggapan atau testimoni kepala sekolah dengan pendampingan sebagai teknik supervise manajerial.Bambang Hermanto (Kepala SMP Negeri 1 Terara)Begini seharusnya model supervise yang dikembangkan. Jadi, hubungan antara kepala sekolah dan pengawas tidak seperti hubungan antara bawahan dan atasan.Lalu Darwan (Kepala SMP Negeri 2 Terara)Menurut saya, ini sangat bagus. Kita malah berharap ibu sering-sering ke sekolah, karena banyak hal yang perlu kami tanyakan dan perlu bimbingan.Suhairi (Kepala SMP Islam NW Gayut)Dengan sistem pengawasan seperti ini, jujur baru sekarang saya dan guru-guru merasa nyaman dengan pengawas. Kalau dulu, begitu ada pengawas datang, guru-guru pada kabur, takut ditanya ituTanya ini, sekarang ditunggu kedatangan ibu..Lalu Muh. Ihwan Zaini (Kepala SMP Islam Al-Badriyah Sundak)Teknik pendampingan sangat bagus. Tidak takut disalahkan, kita enak bertanya itu, iniyaa bertanya banyak hal lah...bahkan melalui telpon atau sms sekalipun kita bias bertanya. Kalau dulu, jangankan telpon atau sms, bertemu saja dengan pengawas kita malu, enggan, bahkan ada guru yang takut. Waktu untuk penyelesaian LK-LK sangat singkat, karena banyak pekerjaaan yang lain.D. Pembahasan Hasil Penelitian1. Berdasarkan data yang tertuang pada table 6, semua kepala sekolah berhasil menyelesaikan LK-LK sampai batas waktu yang ditentukan, meskipun pada pada awalnya (siklus I tatap muka I), kepala SMPN 2 Montong Gading dan Kepala SMP Islam NW Gayut belum bisa menyelesaikan seluruk LK yang disepakati. LK yang belum dikerjakan yaitu: LK 6, Melakukan kajian KTSP dokumen 1; dan LK 7, Menyususn Rencana Tindak Lanjut Hasil Kajian dokumen 1 KTSP. Kepala SMP Negeri 2 Montong Gading, beralasan masih bingung, padahal pada sesi pendampingan (tidak langsung) melalui telpon ia mengaku sudah mengerjakan LK. Meski semua LK belum dekerjakan, pendampingan (langsung) tetap dilakukan sesuai jadwal, hanya saja mundur sampai pukul 10.00 wita, dari yang direncanalkan pukul 08.00 wita, dan pendampingan ditutup dengan kesepakatan bahwa kepala sekolah berusaha menyelesaikan dokumen I samapi sebelum siklus II dilaksanakan. Sementara itu, Kepala SMP Islam NW Gayut, belum bisa menyelesaikan semua LK dengan alasan: Selama ini sekolahnya memang belum memiliki dokumen KTSP-Buku I. Terlalu banyak persoalan yang dihadapi di intern sekolah, seperti pendanaan, kekompakan, dll. Proses pengkajian dokumen tetap dilakukan dengan menunda pelaksanaan pendampingan dari tanggal 27 November 2014 menjadi tanggal 29 November 2014. Penundaan itu dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada kepala sekolah menyelesaikan LK, dengan terlebih dahulu memberikan contoh KTSP (dari sekolah lain) yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam kegiatan penyusunan KTSP untuk sekolah yang ia pimpin. Dalam konteks ini, supervise manajerial dengan teknik pendampingan, dibutuhkan kesabaran, komitmen kedua belah pihak, ketekunan dan tentunya silaturrahmi pedagogic yang lebih intens dan terbuka, sampai terjadi proses perubahan kreatif yang diharapkan. Artinya konsultasi, penyampaian informasi, modeling, dan coaching harus siap diperankan oleh pengawas sekolah.2. Berdasarkan data yang tertuang dalam table 7, semua kepala sekolah telah memenuhi kriteria yang telah disepakati, kecuali kepala SMP Negeri 2 Montong Gading yang tidak bisa hadir saat presentasi kelompok pada siklus II tatap muka II. Alasan ketidakhadiran kepala SMP Negeri 2 Montong Gading adalah sakit. Meski demikian Ia (kepala SMPN 2 Montong Gading) mengirim dokumen (KTSP Buku I). Setelah dihubungi via telepon tentang keberadaan KTSP Buku II dan III, kepala SMPN 2 Montong Gading mengaku telah mendokumentasikannya dengan baik namun tidak dikirim (karena terlalu tebal). Atas dasar itu, kriteria awal yang telah disepakati bahwa seorang kepala sekolah dinyatakan KOMPETEN apabila mampu menyelesaikan seluruh rangkain kegiatan yang direncanakan (termasuk kegiatan dalam kelompok) dengan baik, terpaksa dilanggar. Artinya, kepala SMP Negeri 2 Montong Gading seharusnya dinyatakan BELUM KOMPETEN karena tidak hadir pada siklus II tatap muka II di kelompoknya, berubah menjadi KOMPETEN dengan alasan seperti diuraikan di atas. 3. Tanggapan yang disampaikan sejumlah kepala sekolah tentang pendampingan kolaboratif ternyata positif. Artinya paradigma yang banyak berkembang selama ini, bahwa pengawas datang ke sekolah hanya cari-cari kesalahan, bahkan maaf, ada yang bilang pengawas dating cari amplop, tentu akan berubah jika pendampingan dengan pendekatan kolaboratif ini diterapkan secara baik.

SIMPULAN Teknik supervis atau pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah selama ini (datang ke sekolah dengan pertemuan individual yang sangat singkat, bertanya ada/tidak , lengkapi ini, lengkapi itu..., dan sebagainya) di dipandang kurang memadai dalam mengelaborasi hal-hal terpenting terkait peningkatan kualitas kompetensi kepala sekolah, khususnya kompetensi kepemimpinan pembelajaran. Penerapan pendampingan kolaboratif (sebagai salah satu teknik supervise manajerial), terbukti mampu meningkatkan kemampuan bahkan kreativitas kepala sekolah dalam menyusun KTSP dengan melibatkan stake holders. Selain itu, kepala sekolah juga mampu mendokumentasikan bukti-bukti fisik yang dipersyaratkan untuk pengelolaan administrasi kurikulum. Dari lima kepala sekolah yang didampingi semuanya dinyatakan Kompeten, meskipun dengan catatan.Hal menarik dan tidak kalah pentingnya dari pelaksanaan supervise manajerial dengan pendampingan kolaboratif ini adalah, berubahnya paradigma lama yang beranggapan bahwa pengawas hanya cari-cari kesalahan menakutkan, pengawas sekolah perintah-perintah sementara kepala sekolah dan guru hanya manut dan sejenisnya menjadi hubungan yang lebih bersifat kekeluargaan, kolegial, dan saling membutuhkan, sehingga akan terjadi pula interaksi yang berkelanjutan antara pengawas dengan kepala sekolah dalam berbagai pemecahan masalah dan diutamakan diprakarsai oleh kepala sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2007. Prosedur Penelitian, Jakarta, PT. Rineka Cipta.Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta : Departemen Pendidikan NasionalDirektorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2010. Supervisi Akademik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.Mansur Muslich, 2008. KTSP, Jakarta: Bumi Aksara.Mulyasa, 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional s Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta: DepdiknasPeraturan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: DepdiknasPeraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Kemdikbud.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemdikbud.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2014 tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Jakarta: Kemdikbud.Purwanto, Ngalim, 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan BPSDMPK dan PMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Pegangan Pengawas. Jakarta: Kemdikbud.Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan BPSDMPK dan PMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakatra 2014. Pengelolaan Kurikulum. Jakarta: Kemdikbud.Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan BPSDMPK dan PMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakatra 2014. Supervisi Manajerial. Jakarta: Kemdikbud.Saadah, Hasil Penelitian 2011, Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru PKN SMP di Kabupten Lombok Timur melalui Kegiatan Lessos StudySagala, Syaiful, 2009. Kemampuan Profesional Guru dan tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta.Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, 2009. Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depdiknas. Wahab, Abdul Aziz dkk, 2007. Pembaharuan dalam Pembelajaran, Jakarta, Universitas Terbuka.