makalah peluru
TRANSCRIPT
MAKALAH KIMIA INDUSTRI
(AKKC 358)
“INDUSTRI PELURU”
DOSEN PEMBIMBING :
Drs. Mahdian, M.Si
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
Rusnita (A1C308209)
Rachmawaty (A1C310213)
Rahmat fajar (A1C310217)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, nikmat dan hidayah kepada hamba-
hamba-Nya sehingga bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Shalawat
salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang
telah berjasa menghantarkan umat manusia menuju akhlak yang mulia.
Shalawat salam semoga pula dilimpahkan kepada keluarga, para
sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir hayat.
Makalah yang kami beri judul “Industri Peluru” ini dibuat dengan
tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Industri pada
Faku l t a s Keguruan dan I lmu Penge t ahuan (FKIP) Un ive r s i t a s
Lambung Mangkura t Ban j a rmas in jurusan Pendidikan Kimia.
Dalam penyusunannya, kami mengalami beberapa kendala.
Namun, beruntung ada pihak yang bersedia membantu kelancaran penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, kamiucapkan terima kasih kepada segenap pihak
yang telah membantu kami.
Kami s ada r bahwa maka l ah i n i mas ih memi l i k i ke l emahan
dan keku rangan . O leh karena itu, kami memohon maaf atas kekurangan
tersebut. Kami juga senantiasa membuka tangan untuk menerima kritik dan
saran yang membangun agar kelak kami bisa berkarya lebih baik
lagi.Harapan kami, semoga karya kecil ini bisa bermanfaat bagi kita
semua. Semoga pula makalah ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Banjarmasin, Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................
.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
.................................................................................................................................1
1. Latar Belakang....................................................................................
............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
.................................................................................................................................2
1. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Peluru …………………......... 2
2. Bagian-Bagian Peluru.................................................................................
.....................................................................................................................6
3. Jenis-Jenis Peluru........................................................................................
.....................................................................................................................7
4. Proses Pembuatan Peluru ...........................................................................
.....................................................................................................................14
5. Cara Kerja Peluru …………………………………………………….......
.....................................................................................................................17
6. Efek Peluru pada Tubuh ……………………………………………….....
.....................................................................................................................18
BAB III PENUTUP ...........................................................................................
..............................................................................................................................22
1. Kesimpulan................................................................................................
................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Suatu negara yang kuat akan sangat dipengaruhi oleh kekuatan industri
teknologi pertahanan yang mandiri. Filosofi ini penting untuk mendukung misi
negara menjaga kedaulatan negara dan keutuhan wilayah. Memiliki pertahanan
yang tangguh adalah sebuah kebutuhan mendasar bagi setiap bangsa. Kemampuan
pertahanan tidak saja penting dalam menjaga keselamatan bangsa, tetapi juga
simbol kekuatan serta sarana untuk menggapai cita-cita, tujuan, ataupun
kepentingan nasional. Efektivitas pertahanan negara turut ditentukan juga oleh
kemampuan industri pertahanan dan persenjataan dalam memenuhi kebutuhan
pengadaan dan pemeliharaan alat utama sistem senjata (alutsista) secara mandiri.
Secara umum, suatu industri persenjataan di dirikan dengan tujuan untuk
mendukung sistem pertahanan dibidang persenjataan dilingkungan TNI & POLRI,
yang bermanfaat untuk memperdayakan sumber daya manusia (SDM) serta untuk
memajukan industri dalam negeri. Disamping itu agar Indonesia tidak selalu
bergantung dengan produk luar negeri.
Salah satunya adalah industri peluru. Industri peluru ini sendiri tidak
banyak berdiri di Indonesia. Hal ini mungkin menyangkut dengan terbatasnya
bubuk mesiu yang tersedia sehingga masih mengandalkan impor dari negara-
negara asing. Padahal propelan sendiri merupakan salah satu unsur terpenting
peluru.
Tim penulis akan mencoba menerangkan tentang peluru, dari segi
pengertian dan sejarahnya, jenis dan bagiannya, proses serta cara kerjanya sampai
dengan efek peluru sendiri dalam tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Dan Sejarah Perkembangan Peluru
Dalam Bahasa Inggris peluru berarti "bullet" berasal dari kata "boulette"
sedangkan dalam Bahasa Prancis merupakan “pelouro atau pellouro” yang berarti
"bola kecil". Peluru merupakan suatu amunisi berupa proyektil padat yang
ditembakkan dari senjata api atau senapan angin, yang terbuat dari logam,
umumnya dari timbal. Awalnya, peluru merupakan bola logam atau bola batu
yang ditembakkan dengan menggunakan ketapel sebagai senjata dan sebagai alat
untuk berburu. Setelah senjata api ditemukan, peluru ditembakkan dengan
menggunakan bahan peledak seperti bubuk mesiu.
Dibandingkan dengan perkembangan teknologi senjata api yang lebih
maju, pada kurun waktu antara tahun 1500 sampai 1800, teknologi peluru
berkembang dengan sangat lambat. Peluru masih berbentuk bulat sederhana (bola)
dan terbuat dari timah, dan hanya berbeda dalam diameternya saja.
Peluru pada awalnya merupakan bola timah yang berukuran lebih kecil
dari lubang laras senapan. Peluru kemudian dibungkus dalam kertas tambalan
sehingga peluru tetap berada di depan bubuk mesiu. Karena jika peluru tidak
berada di depan bubuk mesiu maka akan berisiko menyebabkan laras senapan
meledak. Peluru tidak dibuat lebih pas dengan lubang laras senapan karena
menyebabkan peluru lebih sulit untuk diisikan, terutama setelah lubang laras
dipakai untuk menembak sebelumnya. Dan karena alasan ini, senapan awalnya
tidak digunakan untuk tujuan militer.
Peluru "kerucut" pertama dirancang oleh Kapten John Norton dari
Angkatan Darat Inggris pada tahun 1823. Peluru Norton memiliki cekungan pada
dasarnya sehingga ketika ditembakkan dasar peluru akan menjadi lebih luas
karena pengaruh tekanan agar peluru lebih stabil ketika melesat di dalam laras
senjata. Dewan Ordnance Inggris menolak rancangan peluru tersebut karena
mereka lebih percaya dengan peluru berbentuk bola yang telah digunakan selama
300 tahun.
Seorang pembuat senjata api berkebangsaan Inggris yang bernama
William Greener menemukan peluru Greener pada tahun 1836. Peluru buatannya
sangat mirip dengan peluru buatan Norton kecuali bahwa cekungan pada dasar
pelurunya dilengkapi dengan sebuah sumbat kayu sehingga dapat memaksa dasar
peluru untuk melebar dan peluru pun dapat meluncur dengan baik di dalam laras
senjata dan ditembakkan dengan lebih akurat. Pengujian membuktikan bahwa
peluru Greener sangat efektif tetapi peluru rancangannya juga ditolak untuk
penggunaan militer karena dinilai terlalu rumit untuk dibuat.
Bola timah lunak yang disebut "Minié Ball" diperkenalkan pertama kali
pada tahun 1847 oleh Claude Étienne Minié, Seorang kapten di Angkatan Darat
Perancis. Minié Ball buatannya ini sangat mirip dengan peluru Greener. Peluru
tersebut berbentuk kerucut dengan cekungan di bagian dasarnya, dan dilengkapi
dengan sumbat besi kecil. Ketika ditembakkan, sumbat besi akan mendorong
rongga cekungan di bagian dasar peluru, sehingga memperbesar sisi peluru yang
menyebabkan peluru meluncur dengan baik di dalam laras senjata.
Pada tahun 1855, Inggris menggunakan Minié Ball untuk senapan Enfield
mereka. Minié Ball pertama kali digunakan secara luas dalam Perang Saudara di
Amerika Serikat. Sekitar 90% dari korban medan pertempuran dalam perang ini
disebabkan oleh Minié Ball yang ditembakkan dari senapan.
Antara tahun 1854 dan 1857, Sir Joseph Whitworth melakukan
serangkaian percobaan panjang dengan menggunakan senapan dan menemukan
bahwa sebuah peluru akan lebih efektif jika dibuat dalam bentuk yang lebih kecil
dan memanjang. Peluru Whitworth dibuat agar sesuai dengan alur dari senapan
mekanis. Senapan Whitworth tidak pernah diadopsi oleh pemerintah, meskipun
digunakan secara luas untuk tujuan perlombaan menembak antara tahun 1857 dan
1866.
Sekitar tahun 1862, W.E. Metford melakukan serangkaian percobaan
lengkap pada peluru dan senapan, dan menemukan sistem penting senapan ringan
dengan ditambahkan spiral pada laras senapannya, dan peluru yang lebih keras.
Senapan dan peluru buatannya ini akhirnya diadopsi untuk dipakai oleh tentara
Inggris.
Perubahan penting berikutnya dalam sejarah peluru terjadi pada tahun
1882, ketika Mayor Eduard Rubin, direktur di Laboratorium Swiss Army di Thun,
menemukan peluru terselubung tembaga. Permukaan timah pada peluru yang
ditembakkan dapat meleleh karena suhu panas dan gesekan dengan laras senapan.
Karena tembaga memiliki titik lebur yang lebih tinggi, dan lebih keras, peluru
terselubung tembaga dapat ditembakkan dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Kemajuan Eropa dalam ilmu aerodinamika mengilhami pembuatan peluru
Spitzer. Pada awal abad ke-20, sebagian besar tentara dunia mulai berpindah
memakai peluru Spitzer. Peluru ini dapat ditembakkan untuk jarak yang lebih
jauh, lebih akurat dan lebih bertenaga.
Kemajuan terakhir dalam bentuk peluru adalah "ekor perahu", basis efisien
untuk peluru Spitzer. Desain ekor perahu akan mengurangi gesekan dengan udara
dengan cara mengalirkan udara sepanjang permukaan peluru. Kombinasi pertama
peluru Spitzer dengan peluru perahu-ekor dilakukan oleh seorang letnan kolonel
Desaleux yang bernama Balle "D". Peluru ini diperkenalkan sebagai amunisi
militer standar pada tahun 1901, untuk senapan Lebel Perancis 1886.
2. Bagian-Bagian Peluru
Peluru terdiri dari :
1. Proyektil (Projectile) atau anak peluru,
yang ditembakkan dengan kecepatan
tinggi;
2. Selongsong (Cartridge), yang menjadi
wadah proyektil peluru dan mesiu;
3. Propelan, misalnya Gunpowder (bubuk
mesiu) atau cordite;
4. Rim, bagian bawah dari selongsong;
5. Primer/Blasting cap, yang menyulut
mesiu guna meledakkan atau
menembakkan proyektil peluru. Biasanya
terbuat dari peledak yg sensitif seperti lead styphnate atau mercury
fulminat yg dicampur dengan sulfur dan pecahan gelas asahan).
3. Jenis-Jenis Peluru
Secara garis besar, peluru diklasifikasikan berdasarkan bentuk kepala
proyektilnya. Adapun jenis-jenis yang beredar sekarang adalah :
* kepala lancip (sharp point)
Biasanya proyektil jenis ini digunakan untuk menmbus sasaran yang relatif
keras seperti tulang
* kepala bulat (dome point)
Proyektil jenis ini digunakan secara umum untuk kegiatan berburu, kelebihan
proyektil jenis ini memiliki akurasi yang baik dan hasil perkenaan yang
mematikan
* kepala rata (flat point)
Umumnya digunakan untuk perlombaan dimana sasaran yang ditembak adalah
kertas, Flat poin, menghasilkan lubang tembakan yang rata sehingga
memudahkan dalam penilaian
* kepala ganda.
Jenis peluru secara rinci adalah sebagai berikut :
Full Metal Jacket (FMJ)/ball , adalah inti timbal yg dilapisi seluruh
permukaannya atau permukaan depan dan samping saja dengan tembaga atau
kupronikel dengan tujuan agar anak peluru yg berkecepatan tinggi tidak
menyisakan serpihan timbal atau jenis metal inti lainnya dalam laras yg
membuat laras macet pada penembakan selanjutnya. Anak peluru ini sangat
baik untuk menembus baja, tembok dan baju anti peluru apalagi jika metal inti
terbuat dari bahan yg keras. Kelemahannya adalah daya rusaknya pada tubuh
manusia tidak terlalu besar seperti pada peluru-peluru untuk berburu hewan
atau peluru jenis lain yang ujungnya datar atau berongga. Ini dikarenakan
proyektil ini cendrung untuk tembus saja tanpa membuat luka yang lebar di
dalam tubuh, kecuali FMJ ini telah dimodif sedemikian rupa sebagaimana
kebanyakan FMJ sekarang Misalnya dengan cara meringankan bagian depan
peluru dan membiarkan bagian belakang lebih berat (disebut berat
belakang/berat ekor). Caranya misalnya bagian depan interior anak peluru dari
bahan yg ringan seperti alumunium dan belakang timbal. Dengan posisi titik
berat yg cendrung ke belakang/ekor menyebabkan ketika proyektil ini
menembus kulit, ketidak-seimbangan terjadi, dan anak peluru jungkir balik di
dalam badan menciptakan rongga-rongga yang besar.
Peluru ball ini dapat dibuat berupa multi/banyak seperti gambar di bawah ini,
sehingga sekali tembak dua atau lebih anak peluru keluar sekaligus.
gambar peluru multiball
Hollow point , adalah peluru yang memiliki lubang atau cekungan pada
hidungnya dengan tujuan agar bentuk peluru tersebut berekspansi melebar saat
menghantam target untuk mengurangi daya tembus dan merusak jaringan
tubuh (jenis ini sangat sering digunakan oleh pemburu). Dengan bentuk
seperti ini otomatis titik berat peluru menjadi lebih ke belakang peluru
sehingga meningkatkan akurasi, karena kecepatan peluru lebih terjaga dan
ketahanan terhadap pembelokan oleh angin lebih baik. Jadi peluru jenis ini
sangat baik untuk target yg jauh secara presisi sehingga baik digunakan oleh
sniper.
gambar peluru hollow point.
perubahan bentuk peluru hollow setelah menghantam target
gambar perubahan peluru hollow setelah menghantam target, tampak depan
Armor Piercing (AP) , Armor Piercing Discarding Sabot (APDS), & Armor
Piercing Fin Stabilized Discarding Sabot (APFSDS), adalah peluru yang
dirancang untuk menembus baja. Pada peluru AP di dalam inti peluru ada
“anak peluru” yang terbuat dari bahan yang sangat keras seperti tungsten,
depleting uranium dan sejenisnya. Selama perjalanan peluru, “anak peluru”
tetap berada di dalam peluru. Namun ketika menghantam target “anak peluru”
ini tetap kuat menembus sampai batas tertentu walau kulit-kulitnya sudah
hancur terkena baja target.
gambar irisan penampang peluru AP
Berbeda dengan AP, pada peluru sabot anak peluru-lah (sub-proyektil) yang
menuju sasaran, sedangkan kulit atau pelapisnya (sabot) lepas di perjalanan,
perhatikan gambar di bawah :
peluru Mk149 APDS, terlihat kulit terlepas dengan sendirinya.
Peluru jenis ini dirancang untuk mendapatkan energi kinetik yang besar (dari
kecepatan dan massa jenis yang besar) dalam menghantam target. Mula-mula
digunakan pada peluru tank, namun kemudian digantikan oleh APFSDS yang
menggunakan sirip (fin). Sedangkan APDS masih dipakai pada senjata kaliber
kecil dan menengah. Peluru ini terdiri dari sabot (biasanya terbuat dari bahan
metal yg ringan dan kuat) dan sub proyektil (biasanya terbuat dari tungsten
atau alloy antara tungsten dengan besi, kobalt, tembaga atau nikel), namun
antara mereka tidak menyatu dan dapat lepas ketika keluar laras.
Sebelum penembakan sub-proyektil dan sabot terkunci bersama, akibat
gaya gesek antara sabot dan sub proyektil menyebabkan mereka berputar
bersama di dalam laras (setiap peluru dalam laras berputar disebabkan adanya
ulir dalam laras yg akan kita bicarakan nanti). Setelah keluar laras sabot
terlepas dengan sendirinya, dan akibat ukuran sub-proyektil yang kurus dan
tajam pada hidungnya dan massa jenis yg besar menyebabkan gaya gesek
udara (drag force) menjadi jauh berkurang. Kecepatan keluar laras (muzzle
velocity) peluru ini lebih besar dari peluru yg biasa dipakai, sebab massa
keseluruhan sabot dan sub-proyektil lebih ringan dari peluru biasa, sehingga di
dalam laras kecepatannya lebih tinggi. Akibat gaya gesek yg kecil setelah di
luar laras menyebabkan kecepatan peluru tetap stabil tinggi seperti saat awal
keluar laras.
Sebagai gambaran peluru meriam L15 APDS (kaliber 120mm) dapat
menembus 355mm baja RHA pada jarak 1 Km.
Pada panjang batang peluru sub-proyektil lebih dari 6-7 kali diameternya
menyebabkan sub-proyektil tidak stabil secara aerodinamis di udara walaupun
ia berputar (spin). Selain itu perputaran (spin) ini melemahkan daya tembus
pada baja. Untuk memperbaiki ini maka digunakan sirip panah pada ekor
peluru sub-proyektil, disebut APFSDS. Dan peluru ini ditembakkan pada laras
meriam smooth bored, artinya tidak berulir (mulus), jadi peluru APFSDS tidak
berputar. Pada tank dimensi sub-proyektil ini adalah berdiameter 2-3 cm dan
panjang 50-60 cm.
gambar peluru APFSDS
Incendiary , atau peluru bakar. Antara lapisan kulit tembaga dan inti timbal
pada hidung peluru diberi zat campuran Barium Nitrat (Ba(NO3)2 )dan
Magnesium atau zat Phosporus untuk menghasilkan efek terbakar saat
menghantam target. Peluru AP juga bisa diberi efek ini sehingga dikenal
sebagai API (Armour Piercing Incendiary).
gambar peluru API, perhatikan isian zat bakar pada dalam hidung
Peluru API sangat baik dalam menghantam helikopter tempur seperti Apache
dan Tiger.
Peluru Explosive, adalah peluru yang berisi bahan peledak dan meledak jika
menghantam target. Hidung peluru diberi pemantik picu pukul (percussion
primers) sehingga ketika menghantam target primary explosive (yg sensitif
thd pukulan/hantaman) akan meledak akibat hantaman untuk kemudian
meledakkan detonator di dalam peluru sehingga HE (High Explosive) pun
meledak. Sebagai safety biasanya mula2 posisi HE berada jauh dari percussion
primers dan terkunci di situ, setelah picu senjata bekerja dan peluru melewati
laras yg berulir maka peluru tersebut berputar di dalam laras. Perputaran ini
menyebabkan kunci HE terbuka (kunci bekerja berdasarkan gaya sentripetal
yang timbul akibat perputaran, jika badan peluru berputar maka timbul gaya
sentripetal pada kunci sehingga kunci itu membuka dan HE terdorong akibat
dorongan pegas).
Gambar peluru setelah penembakan
Detonator
Gambar peluru sebelum penembakan dalam posisi aman
HE dapat lolos ke depan mendekati picu pukul
Arah gaya sentripetal (keluar pusat sumbu rotasi)
HE tertahan di belakang kunci
Kunci pengaman mula2 mengatup
Picu pukul (percussion primers)
peluru HE
Tracer, adalah peluru-peluru yang diberi zat kimia tertentu pada bagian
ekornya, sehingga setelah penembakan zat ini dapat terbakar menyala dan
jejak peluru dapat kelihatan jelas. Tujuan peluru diberi tracer adalah agar
pengguna dapat mengetahui dengan jelas apakah arah tembakan sudah benar
menuju sasaran yg diinginkan.
gambar beberapa peluru tracer
Dummy, adalah peluru untuk kepentingan latihan saja.
Peluru hampa atau peluru kosong, adalah peluru di mana selongsong tidak
berisi propelan atau tidak menggunakan proyektil peluru.
Terdapat pula jenis peluru yang terbuat dari bahan non-logam untuk
mengurangi fungsi mematikannya, seperti peluru karet, peluru lilin, peluru plastik,
dan amunisi biji-bijian. Peluru tidak mematikan mulai digunakan secara luas oleh
Pasukan Anti Huru-Hara di seluruh dunia setelah pemerintah Amerika
menggunakannya untuk meredakan massa demonstran anti perang Vietnam pada
tahun 1960-an.
4. Proses Pembuatan Peluru
Peluru dibuat dengan cara dicor (casting) dari lelehan timbal (molten
lead). Gambar di bawah ini adalah cara membuat peluru:
gambar: kiri: pembuatan anak peluru, kanan: pembuatan selongsong
Lelehan timbal dituang ke dalam cetakan, didinginkan secara cepat dan
dilepaskan dari cetakan. Hasil cetakan agar lebih halus dan presisi dipress lagi
dalam cetakan dengan alat press (pengerjaan dingin). Pembuatan peluru kaliber yg
kecil biasanya hanya dengan pengerjaan dingin, yaitu dengan pengepressan pada
cetakan. Agar lebih baik lagi permukaan peluru dilapisi dengan tembaga melalui
proses elekroplating (cara elektrolisis). Tujuan pelapisan agar tidak mudah
berkarat dan menghasilkan permukaan yg lebih keras.
Sedangkan bahan selongsong terbuat dari lembaran kuningan atau
tembaga yg di–“punch” (ditekan) dengan menggunakan alat punch/alat pon.
Selongsong peluru adalah benda yang merupakan wadah yang membungkus
proyektil atau anak peluru dan terdiri dari propelan (biasanya bubuk mesiu), rim,
dan primer. Bubuk mesiu berfungsi sebagai pencetus ledakan yang mendorong
proyektil peluru dengan energi kinetik. Selongsong peluru baru di kenal pada
penggunaan amunisi senjata api modern. Senapan api jenis awal seperti senapan
kopak, senapan lontak atau pemuras belum mengenal penggunaan "selongsong"
pada sebuah peluru.
Sedangkan proyektil terbuat dari lead (timbal) dan biasanya permukaannya
dilapisi tembaga atau kuningan (peluru ball).
Peluru kemudian diisi dengan propelan berupa bubuk mesiu dengan menggunakan
mesin. Bubuk mesiu atau bubuk hitam adalah bahan peledak yang terbuat dari
campuran belerang, arang, sulfur, fosfor dan kalium nitrat, yang membakar sangat
cepat.
Ukuran peluru disebut “Kaliber”. Kaliber peluru ini di lambangkan dengan angka
yang ada hubungannya dengan diameter peluru atau diameter dalam dari laras.
Misalnya peluru kaliber 5,56 x 39mm yg digunakan pada AK-74 artinya memiliki
diameter 5,56mm dan panjang selongsong 39 mm. Demikian pula kaliber7,62 x
51NATO artinya diameter peluru itu 7,62 mm dan panjang selongsong 51 mm
NATO artinya standar NATO. Sering sekali hanya ukuran diameternya saja
disebutkan misalnya kaliber 9 mm yg biasa dipakai pada standar pistol atau SMG
(berujung bulat). Kaliber yg terkenal lainnya adalah 12,7 mm.
Kadang-kadang ukuran kaliber menggunakan satuan inchi, misalnya kaliber 0,22
inchi disingkat kaliber .22 artinya diameter dalam laras ukurannya 0,22 inchi.
Kaliber .308 winchester sama dengan kaliber 7,62 x 51NATO
Demikian juga dengan kaliber senjata, misalnya meriam kaliber 105 artinya
diameter dalam laras 105 mm. Namun untuk meriam ada aturan kode misalnya
meriam16"/50 artinya diameter dalam 16 inchi dan panjang meriam 50x
diameternya itu artinya 50x16 = 800 inchi. Atau kode misalnya meriam tank 75
mm L/48 artinya diameter dalam laras 75 mm dan panjang laras 48x diameternya.
5. Cara Kerja Peluru
Sebuah proyektil pada peluru yang ditembakkan dari senjata api dapat
mencapai kecepatan 1500 meter per jam. Jauh lebih cepat dari kecepatan lari
manusia. Bagian bawah peluru berisi primary explosif, sehingga jika dipukul oleh
pelatuk senjata, bagian tengah cup ini akan menekan explosif ke bantalan (anvil)
sehingga peledak ini akan menyala dan menyemburkan nyala melalui flash hole
(lubang nyala) menuju propelan untuk kemudian propelan pun menyala.
Antara selongsong dengan proyektil tidak menyatu, selongsong dalam
posisi menjepit proyektil, ketika propelan terbakar akan timbul tekanan gas yg
tinggi ke segala arah, sehingga anak peluru ini terdorong ke depan meninggalkan
selongsong bergerak menyusuri laras senjata. Sedangkan selongsong terdorong ke
belakang dan dibuang ke luar senjata secara otomatis, atau selongsong tertahan di
dalam pangkal laras dan dibuang secara manual dengan menarik breech blok oleh
pengguna (mode tembak satu-satu pada sniper atau model kuno).
6. Efek Peluru Pada Tubuh
Ketika peluru menghantam target efek yang terjadi beragam. Ada yang
hanya sekedar tembus saja, misalnya peluru yang dirancang untuk menembus
baja, dan ada yang menimbulkan kerusakan yang hebat sebelum keluar dari tubuh.
Ketidak stabilan peluru ketika menghantam jaringan justru meningkatkan fatalitas
tubuh target, sebab peluru tersebut di dalam jaringan tubuh dapat berguling-guling
sebelum tembus ke belakang. (misalnya pada peluru yang titik beratnya dirancang
ke bagian belakang /ekor).
Gambar bagaimana peluru meninggalkan luka di dalam tubuh (untuk peluru AK-
47)
Ada juga peluru yang dirancang berdeformasi (berubah bentuk) dengan
mudah jika menghantam target, misalnya membuat lubang cekungan pada hidung
Breech block
Pelatuk bergerak memukul bawah peluru
Selongsong dan propelan
Anak peluru
Laras senjata
peluru seperti pada peluru jenis hollow. Atau membiarkan adanya ruang kosong
udara di dalam peluru, seperti pada peluru AK-74, selain berat ekor di dalam jaket
peluru tersebut ada lapisan kosong udara sepanjang 5mm sehingga ketika peluru
menghantam target terjadi gerak geser pada peluru yang menambah
ketidakstabilan peluru selama melewati jaringan tubuh.
gambar bagaimana peluru AK-74 berjalan di dalam jaringan tubuh korban (bisa
saja peluru keluar tubuh dalam arah yg terbalik)
Ada juga peluru yang dirancang mudah pecah menjadi serpihan yang
banyak pada tubuh sehingga menambah besarnya luka pada jaringan. Peluru jika
menghantam tulang menimbulkan pecahan-pecahan tulang yang berfungsi sebagai
“peluru-peluru” tambahan pada jaringan tubuh.
Kemudian kecepatan yang tinggi saat menghantam tubuh memperbesar
kemungkinan peluru itu menjadi pecahan-pecahan di dalam jaringan tubuh,
berikut ini gambar hubungan antara kecepatan peluru dengan pecahan yang
terbentuk.
Sebuah proyektil pada peluru dapat melukai organ vital apabila proyektil
yang ditembakkan tepat didada ke arah jantung. proyektil tersebut akan masuk
menembus kulit, merobek daging dan pembuluh darah. Ketika proyektil tersebut
bertemu dengan penghalang seperti daging, tulang, dan otot, ujung proyektil pada
peluru akan terbelah dan melebar. Tepat seperti bunga yang mekar. Sedangkan
gelombang kejut pada peluru tersebut akan memberikan tekanan yang sangat kuat
pada organ di sekitar proyektil. Proyektil peluru akan terus melaju dan
menghancurkan rusuk, dan menembus jantung. Darah anda akan mengalir tumpah
keluar dan membanjiri rongga dada termasuk paru-paru. peluru akan terus
bergerak kedepan dengan energi yang sangat besar. Menembus dan merobek otot
jantung. Tekanan darah akan turun dengan drastis dan jantung akan berhenti
karena mengalami shock dan kerusakan yang parah. Proyektil atau lebih dikenal
dengan anak peluru ini akan berhenti disuatu tempat didalam tubuh anda karena
kehabisan energi atau jika masih memiliki energi yang cukup besar, proyektil
akan menembus badan anda dan menguras darah yang tersisa.
Efek kerusakan yang mucul pertama jika tertembak adalah pendarahan,
yang berpotensial terjadinya hypovolemic shock (keadaan berkurangnya volume
darah). Dengan gejala kurangnya pasokan oksigen ke organ vital. Efek yang
umum jika tertembak adalah exsanguinasi atau pendarahan besar-besaran, hypoxia
(kurangnya pasokan oksigen yang dibawa oleh darah) yang disebabkan oleh
pneumothorax (kondisi teperangkapnya udara diantara dinding dada dan paru-
paru dan membuat paru-paru tertekan), dan kerusakan fatal pada susunan syaraf
pusat. Luka akibat terkena tembakan sangat bervariasi dari kasus demi kasus.
Tergantung lokasi luka, dari mana arah masuknya proyektil, dan juga jalur peluru
ketika menembus badan. Luka tembak yang tidak fatal dapat menimbulkan efek
yang permanen meskipun korban dapat memulihkan diri. Sedangkan setelah efek
trauma luka tersebut, anda masih berurusan dengan yang namanya infeksi. Tapi
anda tak perlu mengalami semua itu jika tertembak tepat dikepala.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Peluru merupakan suatu amunisi berupa proyektil padat yang ditembakkan
dari senjata api atau senapan angin, yang terbuat dari logam, umumnya
dari timbal.
2. Peluru terdiri dari Proyektil (Projectile) atau anak peluru, Selongsong
(Cartridge), Propelan, Rim, dan Primer/Blasting cap.
3. Secara garis besar peluru dibedakan berdasarkan bentuk proyektil atau
anak pelurunya, yang antara lain kepala lancip (sharp point), kepala bulat
(dome point), kepala rata (flat point), dan kepala ganda. Sedangkan secara
rinci jenis-jenis peluru antara lain :
a. Full Metal Jacket (FMJ)/ball
b. Hollow point
c. Armor Piercing (AP) , Armor Piercing Discarding Sabot (APDS), &
Armor Piercing Fin Stabilized Discarding Sabot (APFSDS),
d. Incendiary
e. Peluru Explosive
f. Tracer,
g. Dummy
h. Peluru hampa atau kosong
i. Peluru berbahan non-logam
4. dalam proses pembuatan peluru, Peluru dibuat dengan cara dicor (casting)
dari lelehan timbal (molten lead).
5. Selongsong peluru terbuat dari lembaran kuningan atau tembaga yg
di–“punch” (ditekan) dengan menggunakan alat punch/alat pon.
Sedangkan proyektil terbuat dari lead (timbal) dan biasanya permukaannya
dilapisi tembaga atau kuningan (peluru ball).
6. Ukuran peluru disebut “Kaliber” yang dilambangkan dengan angka yang
ada hubungannya dengan diameter peluru atau diameter dalam dari laras.
7. Saat peluru ditembakkan, dan ketika pelatuk sebuah senjata ditarik, pin
pemicu tembakan akan memukul primer dan memicunya. Percikan api
akan terjadi akibat pukulan pin pada primer dan akan membakar gas pada
bubuk mesiu. Gas yang terbakar dari bubuk mesiu mendorong proyektil
peluru lepas dari selongsongnya. Setelah peluru terlepas, tekanan pada
selongsong akan hilang menjadikan selongsong tersebut terlontar keluar
dari ruang pembakaran. Selongsong peluru bersifat kedap udara dan akan
mengunci ruang pembakaran amunisi dari segala arah kecuali pada bagian
bawah selongsong tersebut.
8. Sebuah proyektil atau anak peluru yang ditembakkan ke tubuh makhluk
hidup, akan yang berdampak pada kerusakan organ vital salah satunya
adalah jantung, menyebabkan tekanan darah akan turun dengan drastis dan
jantung akan berhenti karena mengalami shock dan kerusakan yang parah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Sejarah Peluru (online).
http://www.berbagaihal.com/2011/06/sejarah-peluru.html
Diakses pada tanggal 3 Desember 2012
Anonim. 2012. Bubuk Mesiu (online). http://id.wikipedia.org/wiki/Bubuk_mesiu
Diakses pada tanggal 3 Desember 2012
Anonim. 2012. Bullet (online). http://en.wikipedia.org/wiki/Bullet
Diakses pada Tanggal 3 Desember 2012
Arie. 2012. Bagaimana Cara Membuat Bubuk Mesiu (online).
http://id.answers.yahoo.com/question/index?
qid=20120906073403AAndrMw
Diakses pada tanggal 3 Desember 2012
Surya, Ipung. 2012. Begini Cara Peluru Membunuh Anda (online).
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/03/13/begini-cara-peluru-
membunuh-anda/
Diakses Pada Tanggal 3 Desember 2012
UnikQu Blog. 2011. Proses Pembuatan Peluru (online). http://unik-
qu.blogspot.com/2011/07/proses-pembuatan-peluru.html
Diakses pada tanggal 4 Desember 2012