makalah parasitologi bu dwi

Upload: jun-sumeong

Post on 10-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

parasitologi

TRANSCRIPT

MAKALAH PARASITOLOGI

Dosen Pengampu :12

DIAGNOSIS INSEKTA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT

Disusun oleh:Yuniar Dwi NurandiniA.103.07.018

AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt, senantiasa terpanjatkan atas nikmat yang telah diberikan kepada kita, merupakan kekuatan maupun motivasi tersendiri bagi penulis dalam menyelesaikan tugas Parasitologie Makalah Entonologie. Makalah ini memberikan gambaran mengenai Peranan Serangga dan phylum Artophoda Penulis berharap makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan manfaat bagi kita semua.Makalah ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................DAFTAR ISI......................BAB I PENDAHULUAN0. Arthropoda...0. ......BAB II DIAGNOSIS INSEKTA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT0. ........0. ....0. ......0. ..........................................................................0. ................................. BAB III PENUTUP ................................... ....... DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

BAB IPENDAHULUAN

A. ENTOMOLOGIEntomologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari serangga dan binatang lain. Istilah ini berasal dari dua perkataan latin -ent omon bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan.B. ARTHROPODAArthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ; podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas berbuku, atau bersegmen, termasuk juga bagian perut (abdomen) dan dada (toraks) yang beruas-ruas, Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata.Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, Arthropoda dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu:

1.Kelas Crustacea (golongan udang).

2.Kelas Arachnida (golongan kalajengking dan laba-laba).

3.Kelas Myriapoda (golongan luwing).

4.Kelas Insecta (serangga).

Perbedaan dari masing-masing kelas ini adalah sebagai berikut ini:CIRIKELAS

1. Crustacea2. Arachnida3. Myriapoda4. Insecta

Tubuha.Mempunyai rangka yang keras

b.Terdiri atas 2 bagian : kepala-dada dan perut

Terdiri atas 2 bagian : kepala-dada dan perut a.Chilopoda: kepala dan badan gepeng (dorso ventra)

b.Diplopoda : kepala dan badan silindris

Terdiri atas kepala, dada dan abdomen (perut)

Kaki1 pasang pada setiap segmen tubuh 4 pasang pada kepala - dada 1 pasang atau 2 pasang pada setiap ruas 3 pasang pada dada atau tidak ada

SayapTidak ada Tidak ada Tidak ada 2 pasang atau tidak ada

Antena2 pasangTidak ada a.Chilopoda : 1 pasang dan panjang

b.Diplopoda : 1 pasang dan pendek

1 pasang

Organ PernafasanInsang atau seluruh permukaan tubuhParu-paru buku TrakeaTrakea

Tempat hidup Air tawar, air laut Di darat Di darat Di darat

A. B. C. ARTHROPODA SEBAGAI PENYEBAB PENYAKITArthropoda sebagai penyebab penyakit dimana arthropoda dapat menyebabkan penyakit tanpa perantara penular penyakit dalam artian secara langsung, bisa berupa gangguan langsung maupun tidak langsung serta kendala lainnya. Pada umumnya semua jenis arthropoda dapat menyebabkan penyakit, Berikut penyakit yang disebabkan oleh arthropoda tersebut, yaitu :a.Entomophoby, yaitu rasa takut yang berlebihan terhadap arthropoda yang meskipun tak berbahaya tetapi dapat menimbulkan suatu gangguan jiwa dan kadang-kadang halusinasi sensorisb.Annoyance, yaitu merasa terganggu oleh arthropodac.Kehilangan darah, yaitu disebabkan oleh gigitan arthropoda sehingga menimbulkan kekurangan darah terutama pada hewan ternakd.Kerusakan alat indera, disebabkan oleh arthropoda pada saat melakukan perjalanan dengan kendaraan maka seringkali arthropoda masuk ke dalam indera kita terutama mata sehingga akan menimbulkan luka pada matae.Racun serangga, yaitu manusia sering mengalami sengatan oleh arthropoda yang biasa mengeluarkan bisanyaf.Dermathosis, yaitu dengan gigitannya akan menimbulkan iritasi pada kulitg.Alergi, yaitu kepekaan yang berlebihan (hypersensitivitas) terhadap protein yang berasal dari tubuh serangga/ produk yang dihasilkan oleh seranggah.Miyasis, yaitu keberadaan larva serangga pada jaringan tubuh manusia.D. ARTHROPODHA SEBAGAI VEKTOR PENULAR PENYAKIT Arthropoda sebagai vektor (penular) penyakit berarti arthropoda yang dapat memindahkan suatu penyakit dari orang yang sakit terhadap orang yang sehat dimana dalam hal ini arthropoda secara aktif menularkan mikroorganisme/ bibit penyakit seperti kuman, virus, protozoa, cacing dan sebagainya dari penderita kepada orang yang sehat dan juga sebagai tuan rumah perantara dari mikroorganisme tersebut, contoh arthropoda : nyamuk, lalat, kutu, kecoak dsb. Penularan ini dapat terjadi secara biologik (langsung) dan mekanik (tidak langsung).1) Penularan Penyakit Secara LangsungPenularan ini disebut juga Biological Transmission. Bila di dalam arthropoda mikroorganisme penyebab penyakit mengalami perubahan bentuk atau jumlah atau sifatnya di dalam tubuh arthropoda, maka arthropoda bertindak sebagai vektor penyakit secara biologi.Terdapat 4 jenis penularan, yaitu :a)Propagative, hama penyakit berkembang biak dengan jalan membagi diri tanpa siklus, contoh : penyakit DBD ditularkan nyamuk Aedes aegepty yang terdapat sporozit(mikroorganisme) di dalamnya.b)Cyclo Propagative, hama penyakit berkembang biak selain dengan cara membagi diri juga mengalami siklus hidup, contoh : nyamuk Anopheles sebagai vektor penyakit malaria.c)Development, Hama penyakit berkembang dengan cara membesar tanpa membagi-bagi diri, contoh : nyamuk Culex membawa cacing filaria sebagai vektor penyakit filariasis.d)Hereditaria, Hama penyakit ditularkan kepada penderita lain dengan melalui telurnya2) Penyakit yang ditimbulkan secara mekanik Secara mekanik, penularan dapat ditimbulkan melalui kaki, muntahan, ludah atau bagian tubuh yang nampak dari arthropoda dsb , contoh : bakteri penyebab penyakit Thypus Abdominalis, bakteri penyebab penyakit kolera, dan bakteri e. coli penyebab penyakit disentri.Berikut adalah penjelasan singkat mengenai golongan penyakit berdasarkan faktor kehidupannya, yaitu :a.Penyakit dengan 2 faktor kehidupan (manusia-athropoda), keadaan ini disebut penyakit yang diakibatkan oleh pengaruh langsung arthropoda terhadap manusia, contoh miyasis.b.Penyakit dengan 3 faktor kehidupan (manusia-arthropoda vektor-kuman(mikroorganisme lainnya)), keadaan ini merupakan gambaran umum penyakit pada dasarnya merupakan tuan rumah dan arthropoda sebagai vektor bagi kuman, contoh : penyakit DBD.c.Penyakit dengan 4 faktor kehidupan (manusia-arthropodavektor-kuman-reservoir), keadaan penyakit ini disebut dengan zoonosis yaitu penyakit yang pada awalnya ditularkan kepada hewan selain arthropoda dan kemudian dapat ditularkan kepada manusia. demam kuning (yellow fever) yang asal mulanya ditularkan pada kera dimana penyakit ini vektornya nyamuk Aedes aegepty Cara bibit Penyakit masuk ke dalam tubuh manusiaAdapun cara bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia, diantaranya:a.Bibit penyakit masuk melalui sekresi dan kelenjar saliva (ludah) pada waktu menggigit.b.Bibit penyakit dapat masuk dari muntahan isi perut (abdomen).c.Bibit penyakit dapat masuk melaui/berasal dari kotoran dan masuk melalui luka pada waktu menggaruk.d.Bibit penyakit dapat masuk melalui serangga yang tergaruk pada waktu menggigit.

BAB IIDIAGNOSIS INSEKTA SEBAGAI VEKTOR PENYAKITA. INSEKTAArthropoda dapat menimbulkan penyakit seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka kita perlu mengetahui jenis-jenis arthropoda yang dapat mengakibatkan hal tersebut lewat identifikasi ciri-ciri, morfologi dan bibit penyakit yang dibawa oleh arthropoda. Arthropoda yang akan dibahas di sini meliputi meliputi lalat, nyamuk, kutu dan pinjal yang merupakan Arthropoda dari kelas InsektaKelas Insekta terdiri dari beberapa ordo, diantaranya :a. Ordo Diphtera, contoh : nyamuk dan lalat.b. Ordo Siphonaptera, contoh : pinjal tikus, pinjal kucing dsbc. Ordo Anoplura/ phtiraptera, contoh : kutu kepala, kutu dada, dan kutu kemaluanB. DIAGNOSA PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH INSEKTA1. SKABIESa.DefinisiScabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida.

b.PenyebabScabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei, tungau ini berbentuk bundar dan mempunyai empat pasang kaki. Dua pasang kaki dibagian anterior menonjol keluar melewati batas badan dan dua pasang kaki bagian posterior tidak melewati batas badan. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneumdan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakti sarcoptes muda dengan tiga pasang kaki. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal, akibatnya penderita menggaruk kulitnya sehingga terjadi infeksi ektoparasit dan terbentuk kerak berwarna coklat keabuan yang berbau anyir.

d.Gejala dan PatologiGejala yang ditunjukkan adalah warna merah,iritasi dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan paha. Gejala lain adalah munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit yang merupakan terowongan yang digali Sarcoptes betina. Gejala lainnya muncul gelembung berair pada kulit.Lesi primer scabies berupa terowongan yang berisi tungau, telur dan hasil metabolisme. Pada saat menggali terowongan tungau mengeluarkan secret yang dapat melisiskan sratum korneum. Secret dan ekskret menyebabkan sensitisasi sehingga menimbulkan pruritus dan lesi sekunder. Lesi sekunder berupa pakul, vesikel, pustule dan kadang bula. Dapat juga terjadi tersier berupa ekskroriasi, eksematisasi dan pioderma. Tungau hanya terdapat pada lesi primer.Tungau hidup didalam terowongan di tempat predileksi yaitu jari tangan, pergelangan tangan baguian ventral, siku bagian luar, lipatan ketiak depan, umbilicus, gluteus, ekstremitas, genitalia eksterna pada laki - laki dan aerola mammae pada perempuan. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Pada tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abuabu dengan panjang yang bervariasi ratarata 1 mm, berbentuk lurus atau berkelokkelok. Terowongan ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder. Diujung terowongan dapat ditemukan vesikel atau papul kecil. Terowongan umumnya ditemukan pada penderita kulit putih dan sangat jarang ditemukan pada penderita di Indonesia karena umumnya penderita datang pada stadium lanjut sehingga sudah terjadi infeksi sekunder.

e.DiagnosisDasar diagnosis skabies adalah ditemukannya tungau, larva, telur dan kotorannya dengan pemeriksaan mikroskopin. Namun pada praktek sehari-hari adanya rasa gatal di malam hari, adanya lesi yang khas pada prediklesi, ditemukanya lesi yang sama dalam suatu kelompok tertentu (keluarga/ kelompok masyarakat) merupakan dasar untuk menegakkan diagnosis tersangka dan memberikan terapi skabies (Yoseph, 1996). Dengan ditemukannya kutu dewasa, ovumnya atau larva (Naziruddin, 1989).Menurut Harahap (2000), diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut:1)Pruritas nokturna (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas2)Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota keluarga3) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul enfeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorfi (pustul, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum korneam tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilikus, bokong, genitalia eksterna dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.4)Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnosisPada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya sedikit, sehingga diagnosis kadang kala sulit di tegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulosis (Mansjoer, dkk, 2000).Diagnosis menurut Harahap (2000) baru dapat ditegakkan bila ditemukan kutu dewasa, telur, larva, atau skibalnya dari dalam terowongan. Cara mendapatkannya adalah dengan membuka terowongan dan mengambil parasit dengan menggunakan pisau bedah atau jarum steril. Kutu betina akan tampak sebagai bintik kecil gelap atau keabuan dibawah vesikula. Di bawah mikroskop dapat terlihat bintik mengkilap dengan piggiran hitam. Cara lain ialah dengan meneteskan minyak immersi pada lesi, dan epidermis di atasnya dikerok secara perlahan-lahan.

2. PEDIKULOSISa.DefinisiInfestasi Kutu (Pedikulosis) adalah serbuan kutu yang menyebabkan rasa gatal hebat dan bisa menyerang hampir setiap kulit tubuh.

b.Penyebab

Pedikulosis disebabkan oleh tuma dari spesies Pediculus humanus capitis (Kutu kepala) dan Pediculus humanus corporis (kutu badan), Kutu kepala ditularkan melalui kontak langsung atau melalui sisir/sikat/topi yang digunakan bersama-sama. Infestasi kutu kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata dan janggut. Kutu kepala sering ditemukan pada murid-murid di satu sekolah.Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut. Kutu badan biasanya menyerang orang-orang yang tingkat kebersihan badannya buruk dan orang-orang yang tinggal di pemukiman yang padat. Kutu badan bisa membawa penyakit tifus, demam parit dan demam kambuhan.

d.Patogenesis dan Gejala KlinisLesi pada kulit kepala disebabkan oleh tusukan kutu rambut pada waktu menghisap darah. Lesi sering ditemukan di belakang kepala atau kuduk. Air liur yang merangsang menimbulkan papula merah dan rasa gatal yang hebat.

e.DiagnosaDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (ditemukan kutu). Kutu betina melepaskan telur berwarna abu-abu keputihan yang berkilau dan tampak sebagai butiran kecil yang menempel di rambut.Kutu badan dewasa dan telurnya tidak hanya ditemukan pada rambut badan, tetapi juga pada lipatan baju yang bersentuhan dengan kulit.3. PTIRIASISa.DefinisiPtiriasis (pedikulosis publis) adalah gangguan pada daerah publis yang disebabkan oleh infestasi tuma Phthirus pubis.

b.Penyebab

Phthirus.pubis, bentuknya pipih dersoventral, bulat menyerupai ketam dengan kuku pada ketiga pasang kakinya. Stadium dewasa berukuran 1,5-2 mm dan berwarna abu-abu. Karena bentuknya menyerupai ketam, P.publis juga disebut crab louse.P. publis hidup pada rambut kemaluan, dapat juga ditemukan pada rambut ketiak, jenggot, kumis, alis dan bulu mata. Tuma memasukkan bagian mulutnya kedalam kulit untuk jangka waktu beberapa hari sambil mengisap darah. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan telur menjadi tuma dewasa lebih kurang 3-4 mingguc.Patofisiologi dan gejala klinikRasa gatal terjadi pada tempat tusukan. Kadang-kadang kulit disekitar tusukan tampak pucat. Gejala yang terutama adalah gatal di daerah pubis dan sekitarnya. Gatal ini dapat meluas kedaerah abdomen dan dada, di situ dijumpai bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang disebut macula serulae. Kutu ini dapat dilihat dengan mata telanjangn dan susah untuk dilapaskan karena kepalanya dimasukkan ke dalam muara folikel rambut.Black dot yaitu adanya bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna putih yang dilihat oleh penderita pada waktu bangun tidur. Bercak hitam ini merupakan krusta berasal dari darah yang sering diinterpretasikan salah sebagai hematuria.Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening.

d. DiagnosisDiagnosis Ptiriasis ditegakkan dengan menemukan P.publis dewasa, larva , nimfa atau telur.

4. MIASISa. Definisi dan Penyebab

Miasis adalah infestasi larva lalat ke dalam jaringan atau alat tubuh manusia atau binatang vertebrat. Larva itu hidup dari jaringan mati dan atau jaringan hidup, cairan badan atau makanan di dalam usus hospes. Menurut sifat larva lalat sebagai parasit, miasis dibagi menjadi :1.Miasis spesifik ( obligat ). Pada miasis ini larva hanya dapat hidup pada jaringan tubuh manusia dan binatang. Telur diletakkan pada kulit utuh, luka, jaringan sakit atau rambut hospes. Contoh : larva Callitroga macellaria, Chrysomyia bezziana.2.Miasis semispesifik (fakultatif). Pada miasius ini larva lalt selain dapat hidup pada bagian bisuk dan sayuran busuk, dapat hidup juga pada jaringan tubuh manusia, misalnya : larva Wohlfahrtia magnifica.3.Miasis aksidental. Pada miasis ini telur tidak diletakkan pada jaringan tubuh hospes, tetapi pada makanan atau minuman, yang secara kebetulan tertelan lalu di usus tumbuh menjadi larva. Contoh : larva Musca domestica dan Piophila casei.Secara klinis miasis dibagi menjadi :1.Miasis kulit/ subkutis. Larva yang diletakkan pada kulit utuh atau luka mampu membuat teerowongan yang berkelok-kelok sehingga terbentuk ulkus yang luas. Contoh : larva Chrysomyia bezziana.2.Miasis nasofaring. Biasanya terjadi pada anak dan bayi, khususnya mereka yang mengeluarkan secret dari hidungnya dan yang tidur tanpa kelambu. Larva mampu menembus kulit dan menembus ulkus. Dari seorang dewasa pernah dikeluarkan 200 ekor larva lalat. Contoh : larva Chrysomyia bezziana dan larva Hypoderma lineatum.3.Miasis intestinal. Sebagian besar terjadi secara kebetulan karena menelan makanan yang terkontaminasi telur atau larva lalat. Telur menetas menjadi larva di lambung dan menyebabkan rasa mual, munta, diare dan spasme abdomen. Larva juga dapat menimbulkan luka pada dinding usus. Contoh : larva Musca domestica dan Piophila casei.4.Miasis urogenital . Beberapa spesies lalat pernah ditemukan dalam vagina dan urin. Miasis ini dapat menyebabkan piuria, uretritis, dan sistitis. Contoh : larva Musca domestica dan larva Chrysomyia bezziana.5.Miasis mata ( oftalmomiasis ). Larva dapat mengembara di jaringan dan bagian lain dari mata. Contoh : Chrysomyia bezziana.

c.Gejala klinisGejala klinis myasis sangat bervariasi dan tidak spesifik tergantung pada bagian tubuh yang diinfestasi larva, yaitu demam, inflamasi, pruritus, pusing, vertigo, pembengkakan, dan hipereosinofilia. Kondisi tersebut dapat diperparah dengan adanya infeksi sekunder oleh bakteri. Penanganan myasis pada hewan cukup praktis dibandingkan dengan manusia yang umumnya dilakukan dengan pembedahan (operasi) pada bagian tubuh yang terserang (Ardhana, 2005).

d. DiagnosisDiagnosis dibuat dengan menemukan larva lalat yang dikeluarkan dari jaringan tubuh, lubang tubuh atau tinja dilanjutkan dengan diagnosis spesies dengan cara melakukan identifikasi spirakel posterior larva. Cara lain adalah dengan memelihara larva hingga menjadi lalat dewasa lalu diidentifikasi.C. PEMBUATAN PREPARATPembuatan Preparat metode whole MountPembuatan preparat dengan metode Whole Mount bisa memperlihatkan wujudnya ,masih dalam keadaan utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan dan morfologinya jelas

Alat dan Bahan:1. Botol film1. Pipet tetes1. Beaker glass1. Objek Glass1. Petri Dish1. Deck Glass1. MikroskopBahan :1. Pinjal /kutu1. Lar alkohol 30%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 95%, dan 96%1. KOH 10 %-1. Minyak cengkeh1. Xylol1. Kutu atau pinjal1. Canada balsamCara Kerja :1. Kutu atau pinjal difiksasi dengan alcohol 70% minimal 2x24 jam1. Pindahkan ke KOH 10%. Lama penyimpanan dalam KOH tergantung, ketebalan kutin dari spesimen (pinjal 6 hari, kutu 1 hari).1. Cuci dengan aguadest1. Dehidrasi dengan alcohol 30%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 95%, dan 96%,masing masing 10 menit1. Pindahkan ke minyak cengkeh sampai tampak jernih ( 15-30 menit)1. Pindahkan ke xylol I selama 10 menit, lalu xylol II selama 10 menit.1. Atur di atas gelas objek, tutup dengan perekat Canada Balsam1. Berilabel ( labelling )1. Periksa dibawah mikroskop1. Metode ini dipengaruhi oleh1. Lamanya fiksasi jika terlalu lama maka jaringan pada obyek akan rusak.1. Lamanya stainning, jika dilakukan tidak benar maka obyek tidak akan terwarnai dengan baik.1. Lamanya dehidrasi jika dilakukan terlalu lama dan terlalu cepat akan mengakibatkan tingkat kerapuhan akan meningkat. Jika dehidrasi dilakukan terlalu cepat mengakibatkan kemungkinan masih terdapatnya air dalam jaringan sangat besar (Dwee)Pembuatan preparat permanen yang dapat diamati dengan bantuan mikroskop,sehingga kita bisa mengamati stuktur atau morfologi ini dalam waktu lama dan dalam berbagai keadaan fisiologis.Preparat yang ideal tentu saja harus diawetkan dengan zat kimia yang sesuai sehingga spesimen pada slide tersebutakan mempunyai stuktur dan komposisi yang sama seperti dalam tubuhnya. (LuisC.Junqueira,JoseCarneiro1997)