makalah obat atau jamu tradisional

18
MAKALAH OBAT ATAU JAMU TRADISIONAL “Buah Mengkudu sebagai Antidiabetes” Disusun sebagai tugas mata kuliah Pengembangan Obat Tradisional Disusun Oleh: Eka Nur Susanti (1300023216/IV C) Dessy Nur Halimah (13000232/IV C) Rizki Nur Oktarina (13000232/IVC) Reiza Adha Maydita (130002322/IV C) Wahyu Tika Lestari (130002322/IV C) Dwi Yogo Prasetyo (1300023226/IV C) FAKUTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2014

Upload: jeffrey-ramos

Post on 10-Oct-2015

423 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ot

TRANSCRIPT

MAKALAH OBAT ATAU JAMU TRADISIONALBuah Mengkudu sebagai Antidiabetes

Disusun sebagai tugas mata kuliah Pengembangan Obat Tradisional

Disusun Oleh:Eka Nur Susanti (1300023216/IV C)Dessy Nur Halimah(13000232/IV C)Rizki Nur Oktarina(13000232/IVC)Reiza Adha Maydita(130002322/IV C)Wahyu Tika Lestari(130002322/IV C)Dwi Yogo Prasetyo(1300023226/IV C)

FAKUTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLANYOGYAKARTA2014PENGANTAR

DAFTAR ISIPENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUANA. TujuanB. HipotesisC. Manfaat BAB II LANDASAN TEORIA. Jamu TradisionalB. Diabetes MelitusC. Mengkudu BAB III PEMBAHASANBAB IV PENUTUPA. KesimpulanB. Saran DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

PENDAHULUANA. HIPOTESISB. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalah yang muncul adalah sebagai berikut:1. Apakah zat aktif yang terkandung dalam buah pare?2. Bagaimana mekanisme reaksi dari buah pare?3. Berapakah kadar pemakaian buah pare sebagai antidiabetes?4. Bagaimana cara mengonsumsi buah pare?C. TUJUANBerdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui zat aktif yang terkandung dalam buah pare,2. Memaparkan mekanisme reaksi zat aktif buah pare sebagai antidiabetes,3. Mengetahui kadar buah pare sebagai obat antidiabetes, dan4. Memaparkan cara mengonsumsi buah pare.D. MANFAATManfaat dari pembuatan makalah ini anrtara lain:1. Menambah wawasan tentang buah mengkudu dan2. Sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut.

BAB ILANDASAN TEORI

A. JAMU TRADISIONAL1. Pengertian Obat TradisionalObat tradisionaladalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifatmagicmaupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagikesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (DepKesRI).Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair,simplisiadan tablet.2. Klasifikasi Obat TradisionalObat bahan alam yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.a. Jamu (Empirical based herbal medicine)Jamu adalah obat tradisional yang disiapkan dan disediakan secara tradisional. Berisi seluruh bahan Tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional berdasarkan pengalaman. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur atau pengalaman leluhur. Sifat jamu umumnya belum terbukti secara ilmiah (empirik) namun telah banyak dipakai oleh masyarakat luas. Belum ada pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi digunakan dengan bukti empiris berdasarkan pengalaman turun temurun. Perlu diperhatikan,JAMU itu bisa diartikan denga kata lain OBAT ASLI INDONESIA, jadi jika meyebutkan jangan JAMU INDONESIA tapi cukup dengan JAMU.Jamu adalah obat-obatan yang ramuannya masih khas dan sederhana, dapat dijumpai di masyarakat sudah digunakan secara turun temurun dan terbukti secara dimasyarakat nyata memiliki efek. b. Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam (dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral). Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih rumit dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikuti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan telah dilakukan uji toksisitas akut maupun kronis.Intinya OHT sudah terstandardisasi komposisinya, dan sudah diujikan dan terbukti berkhasiat lewat penelitian pada hewanc. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat modern karena :1) Proses pembuatannya yang telah terstandar,2) Ditunjang bukti ilmiah s/d uji klinik pada manusia dengan criteria- memenuhi syarat ilmiah,3) Protokol uji yang telah disetujui,4) Dilakukan oleh pelaksana yang kompeten,5) Memenuhi prinsip etika, dan6) Tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat.Dengan dilakukannya uji klinik, maka akan meyakinkan para praktisi medis ilmiah untuk menggunakan obat herbal ke dalam sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah.Pada intinya, fitofarmaka itu obat dari bahan alam yang secara penelitian dan khasiat sudah bisa disetarakan dengan obat-obatan sintesis/modern. Penelitiannya sudah melalui uji klinis (pada manusia).

3. Contoh Obat Tadisionala. Jamu

b. Obat herbal tersandar

c. Fitofarmaka

B. DIABETES MELITUS1. Pengertian Diabetes MelitusDiabetes Mellitus atau biasanya disingkat DM atau diabet, merupakan penyakit yang ditandai dengan keadaan hiperglikemik kronik, dimana kadar gula darah lebih tinggi dari normal. Kadar gula darah biasanya diukur dalam keadaan puasa (8-10 jamtidak makan/minum manis, hanya dibenarkan minum air putih saja) yaitu sekitar 70 - 120 mg/dl. Dalam urin penderita DM, kadar gulanya juga lebih tinggi dari normal, maka istilah populer dalam masyarakat adalah penyakit kencing manis (Badan POM, 2004).Diabetesmeluaskepadasuatukumpulanaspekgejala yangtimbulpadaseseorangyangdisebabkan olehkarenaadanyapeningkatankadarglukosadarahakibatkekuranganinsulinbaikyang sifatnya absolut maupun relatif. Insulinadalahhormonyangdiproduksi selbetadipankreas,sebuahkelenjaryangterletakdibelakanglambungyangberfungsimengaturmetabolismeglukosamenjadienergi, sertamengubahkelebihanglukosamenjadi glikogenyang disimpandidalamhati danotot (Mulyanti dkk, 2010).

2. Macam-macam Diabetes mellitusAda 2 macam tipe DM yaitu tipe I dan tipe II. DM tipe I disebut juga Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), dimana penderita mengalami gangguan pada produksi hormon insulin oleh suatu bagian dari limpa. Akibat dari kurangnya hormon insulin yang beredar dalam darah adalah: a) Gula darah tidak masuk ke dalam sel sehingga sel kekurangan zat gula. Zat gula dibutuhkan untuk dipecah menjadi energi/tenaga. Akibatnya penderita merasa lemas karena tenaga yang harus dihasilkannya kurang dari yang dibutuhkan. b) Kadar gula darah tinggi karena gula darah tidak masuk/terserap ke dalam sel. c) Waktu darah melalui ginjal, sebagian gula darah akan bocor ke air kencing/urin sehingga kadar gula dalam air kencing tinggi. PenderitaDM tipe I ini harus di bawah pengawasan dokter dan menggunakan insulin (disuntikkan) untuk membantu tubuh mengatur zat gula.

Diabetes tipe II disebut juga NonInsulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), dimana penderita tidak kekurangan insulin, tetapi ada resistensi dari sel otot maupun sel jaringan lemak untuk dimasuki gula darah. Dengan demikian kadar gula darah juga cukup tinggi, akibat dari : 1) Gula darah yang masuk ke dalam sel kurang dari yang seharusnya sehingga sel kekurangan zat gula yang merupakan sumber energi utama. 2) Kadar gula darah tinggi karena gula darah kurang terserap ke dalam sel. 3) Kadar gula dalam urin lebih tinggi dari normal karena sebagian zat gula bocor ke dalam urin. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tipe I sekitar 10-20 %, sedangkan tipe II sekitar 80-90 % dari seluruh penderita diabetes.3. Mekanisme Terjadinya Diabetes MelitusMekanisme timbulnya diabetes mellitus adalah sebagai berikut: Pada kondisi normal, glukosa dalam tubuh yang berasal dari makanan, diserap ke dalam aliran darah dan bergerak ke sel-sel di dalam tubuh. Glukosa tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pengubahan glukosa dalam darah menjadi energi dilakukan oleh hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Secara normal, glukosa akan masuk ke sel-sel dan kelebihannya dibersihkan dari darah dalam waktu 2 jam. Namun apabila insulin yang tersedia jumlahnya terbatas dan atau tidak bekerja dengan normal, maka sel-sel di dalam tubuh tidak terbuka dan glukosa akan terkumpul dalam darah.

C. PARE (Momordica charantia)Berikut klasifikasi tanaman Pare:Kingdom:PlantaeSubkingdom:TracheobiontaSuperdivisi:SpermatophytaDivisi:MagnoliophytaKelas:MagnoliopsidaSubkelas:DilleniidaeOrdo:ViolalesFamily:CucurbitaceaeGenus:MomordicaSpecies:Momordica charantiaL.Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan nama Pare atau Paria. Di luar negeri disebut Bitter gourd (Inggris), muop dang atau kho qua (Vietnam), Peria (Malaysia), ampalaya, amargoso, paria, palia (Filipina), mara, phakha, maha (Thailand), ku gua atau foo gwa (Cina) (www.plantamor.com).Pare juga memiliki banyak nama lokal, di daerahJawadisebut sebagaiparia,pare,pare pahit,pepareh. DiSumatera, pare dikenal dengan namaprieu,fori,pepare,kambeh,paria. OrangNusa Tenggaramenyebutnyapaya,truwuk,paitap,paliak,pariak,pania, danpepule, sedangkan diSulawesi, orang menyebutnya denganpoya,pudu,pentu,paria belenggede, sertapalia.Pare adalah sejenis tumbuhan merambat denganbuahyang panjang dan runcing pada ujungnya serta permukaan bergerigi. Pare tumbuh baik didataran rendahdan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan, atau ditanam dipekarangandengan dirambatkan dipagar. (Sudarsono dkk, 2002), Tanaman ini tumbuh merambat atau memanjat dengan sulur berbentukspiral, banyak bercabang, berbau tidak enak.Daunnya tunggal, bertangkai dan letaknya berseling, berbentuk bulat panjang, dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, menjari 5-7, pangkalnya berbentukjantung, serta warnanyahijautua.Bungamerupakan bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, mahkotanya berwarnakuning.Buahnyabulat memanjang, dengan 8-10 rusuk, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit, warna buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan tiga daun buah.

BAB IIIPEMBAHASANA. ZAT AKTIF PADA BUAH PAREDaun pare mengandung momordisin, momordin, karantin, asam trikosanik, resin, asam resinat, saponin, vitamin A, dan C serta minyak lemak yang terdiri dari asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan L.oleostearat. Buahnya mengandung karantin, hydroxytryptamine, vitamin A, B dan C. Per 100 gr bagian buah yang dapat dimakan mengandung 29 kal kalori; 1,1 gr protein; 0,3 gr lemak; 6,6 gr karbohidrat; 45 mg kalsium; 64 mg fosfor; 1,4 mg besi. Biji mengandung momordisin (BadanPOM, 2004).Kandungan dalam buah pare yang berguna dalam penurunan gula darah adalah karantin, momordisin dan polypeptide-P insulin (polipeptida yang mirip insulin) yang memiliki komponen yang menyerupai sulfonylurea (obat antidiabetes paling tua dan banyak dipakai) (Pratama, 2011).

B. DATA ILMIAHBeberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat kemampuan daun dan bunga pare sebagai Antidiabetes Melitus tipe. Penelitian tersebut ada yang berupa uji praklinis sampai dengan uji klinis fase III. Hasil penelitian berupa data ilmiah yang bisa dijadikan sebagai rujukan dan penguat kebiasaan masyarakat dalam penggunaan pare untuk menurunkan kadar gula darah.Penelitian I :Penelitian ini bertujuan untuk melihatpengaruh pemberian decocta buah pare terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus wistar yang diberi bebanglukosa.Metodenyamenggunakan hewan coba tikus wistar jantan berumur 3-4 bulan dengan berat 200-250 gram sebanyak 30 ekor. Tikus dibagi dalam 5 kelompok perlakuan secara random dan lima belas menit kemudian diberi glukosa dengan dosis 1,35 gram/200grBB kepada semua kelompok, setelah pemberian glukosa segera diambilkan cuplikan darah. Kemudian cuplikan darah diambil pada menit ke 0, 30, 60,90 dan 120. Kadar glukosa tikus diukur dengan menggunakanglukometerOne Touch Ultra TM.Buah pare yang digunakan dibuat dalam sediaan dekok/decocta dimana buah pare segar dicuci dengan air mengalir, dibersihkan dari kulit dan, kemudian dagingnya ditimbang sesuai dengan berat yang dikehendaki, lalu dihaluskan dengan cara diblender, kemudian dimasukkan ke dalam panci infusa, dan ditambah air 100 ml. Panci dipanaskan di dalam tangas air selama lebih dari 30 menit, dihitung mulai suhu di dalam panci mencapai 90oC, sambil sesekali diaduk. Penyaringan dilakukan selagi panas melalui kain flannel, setelah air disaring ditambahkan air hingga 100 ml.Dosis patokan yang dipakai adalah dosis buah pare sebagai obat penurun darah secara tradisional pada orang Indonesia yang dikonvesikan pada tikus berdasarkan konversi LAURENCE & BACHARACH = 70/50 x 0,018 x 200gr = 5 gr/200grBB. Kemudian diturunkan dan dinaikan sesuai deret ukur menjadi 5,04/2 = 2,5 gr/200 grBB dan 5,04 x 2 = 10 gr/200gr. Dengan menggunakan air sebagai pelarut dan asumsi massa jenis = 1 maka dosis menjadi 2,5 ml /200grBB , 5 ml /200grBB, 10 ml /200grBB.Decocta buah pare dengan dosis 2,5 ml/200grBB, 5ml/200grBB, dan 10 ml/200grBB mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus wistar yang diberi beban glukosa. Dengan kenaikan dosis decocta buah pare juga meningkatkan efek penurunan kadar glukosa darah dan durasi kerja decocta, namun juga menyebabkan onset menjadi lebih lambat. Efek anti diabetik decocta buah pare masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan obat standard Glibenklamid 0,126 gram /200grBB.Penelitian II :Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak daun pare terhadap penurunan kadar insulin pada tikus putih Strain Wistar model diabetes melitus tipe 2 dengan hiperinsulinemia pemberian diet tinggi lemak dan STZ . Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Dengan rancangan eksperimen sederhana (post test control group design) dimana subjek (tikus) sebanyak 25 ekor dibagi menjadi 5 secara acak. 5 kelompok perlakuan dengan tiap kelompok terdiri dari 5 tikus, yaitu: kelompok tikus normal, kelompok tikus yang diberi diet tinggi lemak, diinduksi streptozotocin 30 mg/kgBB dan tanpa diberi ekstrak daun pare, kelompok tikus yang diberi diet tinggi lemak selama 5 minggu, diinduksi streptozotocin 30 mg/kgBB dan diberi ekstrak daun pare 42 mg/100g BB selama 2 minggu, kelompok tikus yang diberi diet tinggi lemak selama 5 minggu, diinduksi streptozotocin 30 mg/kgBB dan diberi ekstrak daun pare 75 mg/100g BB selama 2 minggu, dan kelompok tikus yang diberi diet tinggi lemak selama 5 minggu, diinduksi streptozotocin 30 mg/kgBB dan diberi ekstrak daun pare 133 mg/100g BB selama 2 minggu. Sedangkan daun pare dibuat dalam ekstrak etanol pare.Hasil menunjukkanbahwaekstrak daun pare terbukti dapat meningkatkan sensitivitas insulin. Pemberian dosis 42 mg/100 grBBdapat menurunkan kadar Insulin serumsecara bermakna pada tikus model DM tipe 2. Penurunan kadar insulin terjadi diduga karena adanya perbaikan resistensi insulin.Penelitian III :Penelitian yang dilakukan di Universitas Negeri Semarang (UNS) telah sampai pada Uji Klinis fase III. Tujuan penelitian tersebut yaitu untuk melakukanujiklinisyangdiperlukandalammengembangkan tanaman lokal (angsana, pare, buncis dan sambiloto) sebagai fitofarmaka untuk membantumenurunkan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe II.Selain itujuga bertujuan mengembangkantanaman lokal tersebut sebagaifitofarmaka yang juga berpotensisebagaitechnoindustrialcluster.Artinyakeberhasilanpengembangan fitofarmakadaritanamanlokalinidapatmemberdayakanmasyarakatkhususnya petanisebagaipenyediabahanbaku,industrinasionalsebagaiprodusen,dan perguruan tinggi sebagai pendukung penelitian pengembangan .Metode yang digunakan dalam Uji Klinisfase IIIdengan desaincross over doubled blind RCT design.Subjek penelitian yang diperoleh sejumlah 41orang pasien RSI Sultan Agung. Sebelum diberi perlakuan, subjek penelitian diberikan instruksi intervensi pra treatment. Setelah itu, perlakuandiberikan:Kelompok1akanmenerimaobatglibenklamid(dosis5 mg)sekaliseharisaatmakanpagi.Kelompok 2 akanmenerimaekstrak(dosis terapeutik=22mg/kgBB)sekali sehari saat makan pagi. Pengukuran gula darah puasa dan gula darah 2 jam PP pada hari ke0 dan hari ke7. Pengukuran kadar SGPT,kadar micro albuminurinpadaharike0dan7. PemeriksaanBMI,Tekanandarah,dankeluhangastrointestinal,keluhansubjektif lainpada hari ke 0 dan ke 7. Kemudian sesuai dengan desainCross-overmakaperlakuandibalik,washoutdilakukandalam 7 haridengan instruksi intervensi pra treatment sama sebagai mana dijelaskan dalam treatment minggu I. Kelompok1akanmenerimaekstrak.Kelompok 2 akanmenerimaobatglibenclamid. Pengukuranguladarahpuasadanguladarah2jamPPpadaharike0danharike7.PengukurankadarSGPT,kadarmicroalbuminurinpadaharike0dan7.PemeriksaanBMI,Tekanandarah,dankeluhangastrointestinal,keluhansubjektiflainpadaharike0 dan ke 7.Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa ekstrakdosis22mg/kgBBterbuktiaman danefektifdalammenurunkankadarglukosadarahterutamaGD2JPP (Gula darah 2 JamPost Prandial). Sehingga diharapkan dapat dilaksanakan uji klinis fase III multicenter dengan tujuan akhir dapat dijadikansebagaifitofarmaka.

C. FARMAKOLOGI Ada beberapa mekanisme kerja pare sebagai antidiabetes mellitus, hal ini berkaitan dengan kandungan kimia di dalamnya, yaitu:1.Penelitianyangdilakukan oleh William D.Torres pada tahun 2004 baik secara in vitro maupun in vivomenunjukkan bahwaparemenurunkan gula darah padahewanpercobaan dengancaramencegah usus menyerap gula yang dimakan.Serat dan saponin dalambuahpare memperlambat pencernaan karbohidrat dan mencegah lonjakan gula darah setelah makandengan caramempresipitasikan protein selaput lendir usus dan membentuk suatu lapisan yang melindungi usus, sehingga menghambat asupan glukosa dan laju peningkatan glukosa darah tidak terlalu tinggi.2. Menurut Badan POM (2004) buah pare mempercepat keluarnya glukosa melalui peningkatan metabolisme glukosa atau memasukannya ke dalam deposit lemak. Ini merupakan aktivitasdarikarantinyangmenstimulasi sel beta kelenjar pankreas tubuhuntukmemproduksi insulin lebih banyak, Efek pare dalam menurunkan gula darah pada tikus diperkirakan juga serupa dengan mekanisme insulin(Pratama, 2011).3.Momordicindalampare terbukti meningkatkan sensitivitas insulin denganmempengaruhi aktivitaspostreseptornya, yaitu pada fosforilasi tyrosin IRS-1. Asupan diet tinggi lemak pada tikus terbukti dapat menurunkan fosforilasi tyrosin IRS-1 yang distimulasi insulin. Sedangkan pada suplementasi pare pada tikus dengan diet tinggi lemak didapatkan peningkatan fosforilasi tyrosine IRS-1 dan sensitivitas insulin. Perbaikan dari fosforilasi tyrosine IRS-1 ini sangat penting karena pada beberapa penelitian menunjukkan penurunan fosforilasi tyrosin IRS-1 oleh stimulasi insulin sebagai mekanisme molekuler yang berpotensi dalammenyebabkan resistensi insulin.Peningkatan fosforilasi tyrosin IRS-1 yang distimulasi oleh insulin karena suplementasi daun pare akan menyebabkan perbaikan kondisi resistensi insulin yang terjadi pada tikus. Hal ini akan menyebabkan terjadinya transpor glukosa pada sel otot dan adiposa, sehingga kadar glukosa pada darah dapat kembali turun mendekati normal. Penurunan kadar glukosa ini akan menekan mekanisme kompensasi tubuh untuk memproduksi insulin dalam jumlah yang tinggi sehingga hal tersebut akan menghalangi terjadinya kondisi hiperinsulinemia dan kadar insulin akan kembali normal.

D. PENGGUNAAN TRADISIONALDalam ramuan tradisional, buah pareditumbuk hingga menghasilkan cairan pahit atau merebus daun serta buahnya sehingga menghasilkan air yang dapat diminum secara langsung.Buah paredapat disajikan sebagai teh karena terbukti tidak memiliki efek samping terhadapsistem pencernaansehingga tepat dikonsumsi oleh penderita yang mengalamikonstipas.Ambil 2 buah pare, cuci dan lumatkan lalu tambahkan setengah gelas air bersih. Aduk dan peras. Minum sehari sebanyak 1 ramuan. Diulang selama 2 minggu.

BAB IVPENUTUPA. KESIMPULANB. SARAN

LAMPIRAN