makalah norma pemeriksaan akuntansi
TRANSCRIPT
Makalah
NORMA PEMERIKSAAN AKUNTANSI
Penyusun:
Reno (11.22.13071)
Florentina Keo (11.22.13248)
Banyir Udin (11.22. 13247)
Rizky Bagus Ardani (11.22. 13213)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
TAHUN 2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa atas berkat dan rahmat-Nya
kepada kita sekalian. Tuhan telah memberi kami kekuatan dan kesempatan
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal kerja kelompok
kami.
Makalah yang kami buat berjudul “Norma Pemeriksaan Akuntansi”,
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi pada semester
empat yang diampu oleh dosen mata kuliah. Kami berharap makalah ini dapat
memberi secercah pengetahuan kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna seperti yang
diharapkan. Oleh karena itu, kritik dan koreksi sangat dibutuhkan dari pembaca.
Palangka Raya, 14 Maret 2013
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 1
C. Rumusan Masalah 1
D. Tujuan Penulisan 2
E. Manfaat Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Norma Pemeriksaan Akuntan 3
B. Audit dan Norma Pemeriksaan Akuntan 5
C. Hubungan Kode Etik Akuntan dengan Norma Periksaan Akuntan 24
BAB III PENUTUP 27
A. Kesimpulan 27
B. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagian besar persoalan dalam akuntansi dan auditing pada
umumnya bersifat teknis ketimbang etis. Contohnya meliputi pilihan di
antara alternatif kebijakan-kebijakan akuntansi, seperti metode penyusutan
atau persediaan, dan alternatif prosedur audit, seperti konfirmasi atau
pengamatan langsung. Kendatipun demikian, beberapa keputusan yang
diambil dalam praktek audit berhubungan terutama dengan kode etik
profesional dan didasarkan sebagian atau seluruhnya pada pilihan etis.
Profesi akuntan publik sering berhadapan dengan keputusan etis mengenai
independensi, integritas, dan objektivitas; aplikasi standar profesional
teknis dan umum; dan tanggung jawab terhadap klien dan koleganya.
Semua profesi memiliki standar etika untuk memandu anggota-anggotanya
dalam menunaikan tugas mereka dan dalam hubungan mereka dengan
berbagai kelompok yang dengannya mereka berhubungan. Semua profesi
juga mempunyai alat untuk memberlakukan standar etika tersebut.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan norma pemeriksaan akuntan?
2. Bagaimana penerapan norma pemeriksaan di dalam audit?
3. Apakah ada hubungan kode etik akuntan dengan norma
pemeriksaan akuntan?
C. RUMUSAN MASALAH
1. Mendeskripsikan pengertian dari norma pemeriksaan akuntan.
2. Menjelaskan penerapan norma pemeriksaan di dalam audit.
3. Menjelaskan hubungan antara kode etik akuntan dengan norma
pemeriksaan akuntan.
2
D. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pemeriksaan Akuntansi yang diampu oleh dosen mata kuliah. Selain itu,
makalah ini dibuat untuk membantu rekan pembaca dalam mempelajari
pemeriksaan akuntansi.
E. MANFAAT PENULISAN
Makalah ini diharapkan mampu memberikan informasi sebagai
berikut.
1. Mendeskripsikan pengertian dari norma pemeriksaan akuntan.
2. Menjelaskan penerapan norma pemeriksaan di dalam audit.
3. Menjelaskan hubungan antara kode etik akuntan dengan norma
pemeriksaan akuntan.
3
BAB II PEMBAHASAN
A. NORMA PEMERIKSAAN AKUNTAN
Norma pemeriksaan akuntan berbeda dengan prosedur pemeriksaan
akuntan; dimana prosedur adalah hal yang menyangkut langkah yang harus
dilaksanakan, sedangkan norma adalah hal yang berkenaan dengan kriteria atau
ukuran mutu pelaksanaan serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai
dengan mempergunakan prosedur yang bersangkutan. Jadi, norma pemeriksaan
akuntan mencakup mutu profesional akuntan publik dan pertimbangan yang
digunakan dalam pelaksaan pemeriksaan dan penyusunan laporan akuntan.
Sebagaimana yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, norma
pemeriksaan akuntan adalah sebagai berikut.
1. Norma Umum
a. Pemeriksaan harus dilaksanakan oleh seorang atau beberapa orang
akuntan publik yang memiliki keahlian dalam bidangnya dan telah
menjalani latihan teknis yang cukup.
b. Dalam segala hal yang berhubungan dengan penugasan yang diberikan
kepadanya, akuntan publik harus senantiasa mempertahankan sikap
mental independen.
c. Dalam pelaksanaan pemeriksaan dan penyusunan laporannya, akuntan
publik wajib mempergunakan kemahiran profesionalnya dengan
cermat dan seksama.
2. Norma Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Pemeriksaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus dipimpin dan diawasi dengan semestinya.
b. Sistem pengendalian intern yang ada harus dipelajari dan dinilai
secukupnya untuk menentukan dapat atau tidaknya sistem tersebut
diandalkan sebagai dasar untuk menetapkan luas pengujian yang harus
dilakukan serta prosedur pemeriksaan yang akan digunakan.
4
c. Bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, tanya jawab, dan konfirmasi sebagai dasar yang layak
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa.
3. Norma Pelaporan
a. Laporan akuntan harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi Indonesia.
b. Laporan akuntan harus menyatakan apakah prinsip akuntansi tersebut
dalam periode berjalan telah dilaksanakan secara konsisten
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan akuntan.
d. Laporan akuntan harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau memuat suatu penegasan
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pernyataan
yang demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dikemukakan. Dalam hal nama akuntan publik dihubungkan dengan
laporan keuangan, laporan akuntan harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pemeriksaan yang dilakukan, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab akuntan yang bersangkutan.
Norma-norma tersebut di atas dalam kebanyakan hal saling berhubungan
dan saling tergantung satu sama lain. Keadaan yang berhubungan erat dengan
penentuan dipenuhi tidaknya suatu norma, dapat berlaku juga untuk norma yang
lain. Unsur materialitas dan risiko harus diperhatikan di dalam pelaksanaan
seluruh norma pemeriksaan, khususnya norma pemeriksaan dan norma pelaporan.
Konsepsi materialitas tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan akuntan
publik. Pendapat akuntan atau pos-pos yang relatif penting dan pos-pos yang
besar kemungkinannya mengandung kekeliruan penyelewengan yang material
harus didukung oleh dasar yang lebih kuat daripada pendapat atas pos-pos yang
kurang penting atau kemungkinannya mengandung kekeliruan penyelewengan
yang material. Misalnya pada perusahaan yang jumlah debiturnya sedikit tetapi
meliputi nilai-nilai piutang yang besar, secara sendiri-sendiri piutang itu adalah
5
lebih penting dan kemungkinan terjadinya kekeliruan penyelewengan yang
material lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang memiliki nilai
piutang yang sama, tetapi terdiri dari debitur yang banyak dengan nilai piutang
yang relatif kecil. Pada perusahaan industri dan perusahaan dagang, persediaan
umumnya mempunyai arti yang penting baik posisi keuangan maupun hasil usaha
perusahaan sehingga secara relatif memerlukan perhatian akuntan yang lebih
besar daripada perusahaan pada perusahaan jasa. Begitu pula, piutang umumnya
memerlukan perhatian yang lebih besar daripada premi asuransi dibayar di muka.
Tingkat risiko yang dihadapi akuntan publik juga mempunyai pengaruh
yang penting atas sifat pemeriksaan yang akan dilakukan. Transaksi kas umumnya
lebih peka terhadap penyelewengan daripada transaksi kedua sehingga
pemeriksaan atas transaksi kas hendaknya dilaksanakan lebih seksama, tanpa
perlu menyebabkan penggunaan waktu yang lebih banyak. Transaksi dengan
pihak luar yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa biasanya tidak
diperiksa sedetail pemeriksaan transaksi antar perusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa dan transaksi dengan pejabat/pegawai perusahaan. Pengaruh
sistem pengendalian interim (sementara) terhadap luas pemeriksaan merupakan
contoh dari pengaruh besar kecilnya risiko kekeliruan/penyelewengan terhadap
prosedur pemeriksaan akuntan publik. Makin sistem pengendalian interim, makin
kurang tingkat risiko kekeliruan/penyelewengannya.
B. AUDIT DAN NORMA PEMERIKSAAN AKUNTAN
1. JENIS AUDIT
Audit keuangan kadang-kadang tidak dimaksudkan mengeluarkan
pendapat atas kewajaran laporan keuangan berdasarkan PAI, sesuai
dengan yang diatur dalam norma pemeriksaan akuntan. Contoh
pemeriksaan ini adalah sebagai berikut.
a. Audit for Goverment Institions (pemeriksa lembaga pemerintah)
b. Operation Audit
c. Management Audit
d. Performance Audit
6
e. Social Audit
f. Special Audit (audit khusus)
Audit jenis ini mesti tunduk pada NPA yang ditetapkan oleh
organisasi profesi. Namun, NPA tersebut dapat dipakai sebagai pedoman
dalam pelaksanaannya.
Audit khusus misalnya menyangkut pemeriksaan terhadap
anggaran perusahaan, pemeriksaan untuk meneliti apakah perusahaan
menerapkan anggaran atau tidak. Dalam keadaan seperti ini maka norma
pemeriksaan lapangan dan norma pelaporan mungkin harus berbeda dari
norma pemeriksaan akuntan yang biasa.
2. PEMERIKSAAN ATAS LEMBAGA PEMERINTAH
a. General Accounting office (GAO)
Di Amerika ada lembaga pemeriksa yang bernaung di bawah
lembaga legislatif dalam pemerintahan federal. Lembaga GAO ini
bertugas melakukan pemeriksaan terhadap lembaga-lembaga
pemerintahan dan lembaga lainnya yang menggunakan dana
pemerintah.
Dalam pemeriksaannya GAO memiliki norma pemeriksa khusus di
samping norma pemeriksaan akuntan yang dipakai oleh AICPA.
Dalam norma pemeriksaan AICPA, norma pemeriksaan GAO ini
dimasukan dalam SAS terkecuali norma yang diumumkan tidak
berlaku. Norma pemeriksaan GAO dibagi dalam kategori sebagai
berikut.
1) Luas Audit
Luas audit tehadap lembaga pemerintahan, baik program kegiatan
maupun fungsi yang diperluas harus mencakup hal-hal berikut.
a) Financial and complience. Norma ini mewujudkan
pemeriksaan tentang:
7
- apakah laporan keuangan dari lembaga yang diperiksa
menyajikan secara wajar posisi keuangan akuntansi yang
berlaku; dan
- apakah lembaga tersebut telah menyesuaikan kegiatannya
dengan undang-undang dan peraturan yang mungkin
mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan.
b) Ekonomi dan efesiensi. Norma ini mewajibkan pemeriksaan
tentang:
- apakah lembaga telah dikelola dan menggunakan segala
sumber-sumber kekayaannya (seperti pegawai, kekayaan,
ruang) secara ekonomis dan efesiensi;
- penyebab praktek-praktek yang tidak efisien dan tidak
ekonomis; dan
- apakah lembaga tersebut telah mematuhi UU dan
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah
ekonomi dan efisiensi.
c) Program result. norma ini mewajibkan pemeriksaan tentang:
- apakah hasil yang diharapkan atau keuntungan yang
digariskan oleh legislatif atau badan yang berwenang
lainnya tercapai; dan
- apakah lembaga tersebut telah mempertimbangkan
alternatif-alternatif yang mungkin ada yang biayanya lebih
rendah.
2) Norma Umum
a) Kualifikasi. Auditor yang ditugaskan untuk melaksanakan audit
harus secara kolektif memiliki keahlian profesional untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan.
b) Independensi. Dalam setiap hal yang menyangkut kegiatan
audit, tim audit apakah pemerintah atau swasta, harus bebas
dari hal-hal
yang mengurangi independensi baik personal
maupun ekstern. Secara organisasi mereka harus independen
dan harus memelihara sikap dan penampilan yang independen.
8
c) Memelihara sifat kehatian-hatian secara profesional. Kehati-
hatian profesional harus dibantu dalam melaksanakan audit dan
dalam menyajikan laporan.
d) Pembatasan. Apakah terjadi pembatasan audit atau campur
tangan terhadap kemampuan auditor dalam mengambil
kesimpulan dan menarik pendapat yang berasal dari faktor
ekstern, maka auditor harus mencoba untuk menghindari
pembatasan itu atau jika tidak berhasil laporan pembatasan
tersebut kepada yang berwenang.
3) Pemeriksaan dan Penilaian (Pemeriksaan Lapangan) dan Norma
Laporan untuk Audit Keuangan dan Kesesuaian
Norma pemeriksaan AICPA untuk pemeriksaan laporan
dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam audit
keuangan dan kesesuaian lembaga pemerintah ini. Demikian juga
norma-norma yang akan dikeluarkannya kecuali dinyatakan secara
resmi tidak termasuk.
Norma tambahan dan persyaratan-persyaratan audit
keuangan dan kesesuaian untuk lembaga pemerintah.
a) Norma Pemeriksaan dan Penilaian
- Perencanaan menjadi persyaratan yagn diperlukan dari
setiap anggota instansi pemerintah.
- Pemeriksaan dilakukan atas ketaatan terhadap undang-
undang dan peraturan.
- Catatan tertulis yang dikumpulkan auditor dalam bentuk
kertas kerja audit.
- Auditor harus bersikap hati-hati terhadap situasi atau
transaksi yang berindikasi kecurangan, penyelewengan,
pengeluaran, dan tindakan ilegal. Apabila hal ini terbukti
ada, maka diperlukan perluasan langkah-langkah dan
prosedur audit untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
laporan keuangan tersebut.
9
b) Norma Pelaporan
- Laporan audit tertulis diserahkan kepada lembaga resmi
yang diaudit dan instansi lain yang membutuhkannya atau
yang telah ditetapkan dalam kontrak kecuali ada peraturan
resmi atau pertimbangan etika yang melarangnya salinan
laporan juga harus dikirim ke instansi resmi lainnya yang
mempunyai tanggung jawab untuk mengambil tindakan
atas instansi lainnya yang merupakan penerima laporan
semacam itu, terkecuali dilarang undang-undang atau
peraturan. Salinannya harus tersedia untuk pemeriksaan
masyarakat.
- Persyaratan dalam laporan audit yang menyatakan bahwa
pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai dengan norma
pemeriksaan lembaga pemerintah yang lazim untuk audit
keuangan dan ketaatan adalah bahasa yang baku, yang
menyatakan bahwa audit telah sesuai dengan norma-norma
ini.
- Apakah laporan akuntan atas laporan keuangan suatu
instansi atau laporan khusus harus berisi pernyataan tentang
keyakinan yang positif atas pos-pos yang diperiksa dan
keyakinan yang negatif untuk pos-pos yang tidka diperiksa.
Juga harus termasuk contoh-contoh material untuk hal-hal
yang tidak sesuai dan yang mempunyai indikasi
kecurangan, penyelewangan atau tindakan-tindakan ilegal,
yang ditemukan selama audit atau yang berhubungan
dengan itu.
- Akuntan harus melaporkan harus melaporkan hasil audit
dan penilaian terhadap pengawasan akuntansi intern yang
dilakukan sebagai bagian dari audit ketaatan dan keuangan.
Minimal akuntan harus dapat mencari: sistem pengawasan
akuntansi intern yang penting dari lembaga tersebut; sistem
10
tersebut telah dinilai; untuk sistem pengawasan yang tidak
dinilai, akuntan dapat merasa puas terhadap keadaan ini
melalui identifikasi kelompok transaksi tertentu dan aktiva
lain yang termasuk dalam penilaian; kelemahan sistem
yang ada yang ditemukan sewaktu pemeriksaan.
- Apakah laporan akuntan atas laporan keuangan suatu
instansi atau laporan terpisah, harus menyatakan
kelemahan-kelemahan material yang ditemukan selama
pemeriksaan yang tidak ditemukan dalam poin ketiga
sebelumnya.
- Jika informasi tidak langsung diungkapkan, laporan harus
menyatakan sifat informasi yang dihilangkan dan
persyaratan yang menyebabkan perlunya informasi itu tidak
dimuat.
4) Norma pemeriksaan dan penilaian atas audit ekonomi, efisiensi,
dan keberhasilan program
a) Pelaksanaan audit telah direncanakan dengan baik.
b) Sistem pemeriksaan telah dibimbing dan diawasi.
c) Pemeriksaan telah dilakukan atas ketaatan kepada undang-
undang dan peraturan.
d) Dalam pemeriksaan, penilaian harus dilakukan terhadap sistem
pengawasan intern (pengawasan administratif) yang diterapkan
dalam organisasi, program kegiatan atau pelaksanaan fungsi
yang diperiksa.
e) Apabila pemeriksaan menyangkut sistem komputer, maka
auditor harus memeriksa sistem pengawasan umum atas sistem
pemeriksaan data untuk menentukan: (1) sistem pengawasan
telah didesain sesuai dengan pengarahan pimpinan dan
peraturan yang ada; dan (2) sistem pengawasan berjalan efektif
untuk memberikan keyakinan bahwa data diproses dengan
aman.
f) Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan dicari untuk
11
mendukung pertimbangan dan kecimpulan auditor berdasar
keadaan yang wajar yang menyangkut organisasi, program,
aktivitas, atau fungsi dalam pemeriksaan. Bukti-bukti tertulis
yang dikumpulkan auditor selama pemeriksaan harus
disampaikan dalam bentuk kertas kerja.
g) Akuntan harus: (1) hati-hati terhadap situasi atau transaksi yang
mungkin berindikasi kecurangan, penyelewengan, atau
tindakan-tindakan ilegal; dan (2) jika keadaan tersebut terbukti
perlu prosedur audit untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
operasi dan program instansi tersebut.
5) Norma pelaporan untuk audit ekonomi, efisiensi, dan keberhasilan
program
a) Laporan audit disajikan sehingga hasil audit atas pemeriksaan
instansi pemerintah diketahui.
b) Laporan harus disampaikan kepada instansi resmi dari lembaga
yang diaudit dan kepada instansi lain yang ditetapkan dalam
kontrak, terkecuali hukum dan etik melarangnya. Salinan
laporan harus dikirim kepada instansi resmi yang bertanggung
jawab untuk mengambil tindakan terhadap temuan dan saran-
saran yang dicantumkan dalam laporan dan instansi yang
berkaitan lainnya, terkecuali dibatasi oleh undang-undang dan
peraturan, karena salinan laporan tersedia untuk umum.
c) Laporan diterbitkan pada saat atau setelah tanggal yang
ditetapkan undang-undang, pertauran, atau kontrak. Laporan
akan dikeluarkan segera sehingga laporan tersedia tepat waktu
untuk dapat dimanfaatkan oleh pimpinan instansi dan lembaga
legislatif.
d) Laporan harus berisi:
- penjelasan tentang luas dan tujuan audit;
- pernyataanyang menyatakan bahwa audit (ekonomi,
efisiensi, dan keberhasilan program) telah dilakukan sesuai
dengan Norma Pemeriksaan Akuntan yang lazim untuk
12
instansi pemerintah;
- penjelasan tentang kelemahan yang sifatnya material yang
ditemukan dalam sistem pengawasan intern;
- persyaratan tentang keyakinan positif atas pos-pos yang
diperiksa dan keyakinan negatif atas pos-pos yang tidak
diperiksa;
- saran-saran untuk perbaikan masalah dan kegiatan yang
ditemukan selama audit;
- pendapat-pendapat dari pejabat yang bertanggung jawab
dalam instansi tersebut;
- penjelasan tentang beberapa keberhasilan;
- daftar permasalahan-permasalahan dari isu lain yang
memerlukan studi dan pertimbangan lebih lanjut; dan
- penjelasan tentang informasi tertentu yang dihilangkan
karena alasan kerahasiaan.
e) Laporan harus:
- menyajikan data faktual yang akurat dan wajar;
- menyajikan penemuan dan kesimpulan yang meyakinkan;
- obyektif;
- ditulis dengan bahasa yang jelas dan sederhana;
- singkat tetapi mudah dipahami oleh pembaca;
- menyajikan data aktual yang berisi informasi kepada
pemakai; dan
- memeberikan tekanan pokok pada perbaikan, bukan
kritikan terhadap hal-hal yang telah berlalu.
3. OPERATIONS AUDIT
Dalam buku yang dibuat oleh AICPA dengan judul Operation
Audit Engagement, yang mencakup: “Pemeriksaan yang sistematis
terhadap kegiatan organisasi atau bagian-bagiannya sehubungan dengan
tujuan tertentu. Tujuan pemeriksaan mungkin menilai prestasi,
mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan perbaikan, dan
13
mengembangkan saran-saran untuk perbaikan atau tindakan-tindakan
lanjutan.
Operations audit, yang sering disebut juga operational audit
muncul dari pengembangan financial audit. Dalam audit ini yang dinilai
bukan saja aspek keuangan tetapi juga aspek yang bersifat non keuangan.
Tujuannya adalah memeriksa dan menilai operasi perusahaan serta
prosedur pelaksanaannya. Juga menyangkut pemberian informasi kepada
manajemen tentang masalah-masalah operasional yang diperlukan untuk
melakukan koreksi demi peningkatan penghematan dan produktivitas.
Sasaran audit ini adalah bagaimana mengusahakan agar kegiatan itu lebih
efisien, hemat, dan lebih produktif. Dalam pelaksanaan auditnya dapat
menggunakan prosedur audit yang dianut dalam audit keuangan.
4. AUDIT MANAJEMEN
Management audit menyangkut penilaian terhadap manajemen
dalam usahanya mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan. Sebagaimana
diketahui fungsi-fungsi
manajemen adalah perencanaan, organisasi,
pengarahan dan pengawasan. Oleh karena itu, dalam manajemen audit ini
akuntan memeriksa dan menilai apakah fungsi-fungsi ini telah
dilaksanakan sebagaimana mestinya untuk maksud mencapai tujuan
perusahaan.
Manajemen audit tidak sama dengan management advisory service,
yang terakhir ini menyangkut nasehat yang diberikan kepada manajemen
sehubungan dengan usaha untuk memecahkan masalah-masalah tertentu
yang dihadapi oleh manajemen.
Perbedaan kedua masalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Tujuan management service (MS) membantu manajemen
sedangkan manajement audit (MA) adalah menilai manajemen.
b. Orientasi MS adalah tugas sedangkan MA pesan.
c. Metode MS diarahkan untuk tugas-tugas tententu sedangkan MA
diarahkan pada beberapa standarisasi.
14
d. MS frekuensinya jarang, tergantung pada tugas-tugas khusus
sedangkan MA dilakukan secara periodik dan sering.
e. MS diarahkan pada hal-hal khusus sedangkan MA diarahkan pada
perusahaan secara umum. MA menilai kualitas manajemen
sedangkan operations audit menilai kualitas kegiatan.
5. PERFORMANCE AUDIT
Di Amerika Serikat ada kecenderungan keingintahuan
pemilik/komisaris terhadap prestasi manajemen (presiden) sebagai
pemimpin perusahaan. Untuk itu, mereka meminta pihak luar yang
mempunyai reputasi tertentu untuk menilai prestasi manajer yang
memimpin perusahaan. Jadi, audit di sini menyangkut penilaian terhadap
kualitas manajemen dan mutu (image) perusahaan.
Di Indonesia jarang kita jarang mendengar ini kendati pun secara
implisit kita ketahui pemilik tersebut terus memantau prestasi manajer
yang ditugaskannya.
6. SOCIAL AUDIT
Social audit adalah menyangkut pemantauan, penilaian, dan
pengukuran prestasi (keterlibatan) perusahaan dalam kaitannya dengan
masalah-masalah sosial. Misalnya pemeriksa terhadap masalah adalah
sebagai berikut.
a. Pemberian lowongan kerja apakah sudah adil.
b. Produksi
c. Keselamatan kerja
d. Penggajian
e. Lingkungan hidup
f. Pensiun dan jaminan hari tua lainnya.
g. Sumbangan sosial, dan lain-lain.
Dalam konsep perekenomian modern saat ini peranan social audit
ini semakin terasa penting. Apalagi pemerintah mulai menerapkan konsep
15
pembangunan yang bersifat “sustained development” yaitu suatu konsep
pembangunan yang berkelanjutan, yang berarti bahwa pembangunan yang
dilakukan jangan sampai mematikan aspek lainnya atau yang dapat
menimbulkan masalah baru seperti kemiskinan, ketidakmerataan,
perusakan lingkungan, ketidak adilan dan lain-lain. Dalam konsep ini
penghargaan tertinggi diberikan kepada hal-hal sebagai berikut.
a. Mutu sumber daya alam.
b. Mutu sumber daya manusia.
c. Mutu pelayanan kesejahteraan/kelanjutan sosial.
Di samping itu, kesadaran dunia usaha terhadap pentingnya
dukungan sosial semakin besar, sehingga dunia usaha tidak bisa
sewenang-wenang berbuat sendiri untuk mencapai tujuan perusahaan
tanpa memperhatikan kepentingan sosial. Kalau dahulu tujuan perusahaan
hanya growth (pertumbuhan) dan survive (kelangsungan hidup) maka
sekarang harus memperhatikan “image” penampilan perusahaan di mata
publiknya.
Di Indonesia, yang saat ini mulai mengembangkan peranan pasar
modal dan mulai menggali dana masyarakat maka mau tidak mau
pengusaha harus memperhatikan kepentingan masyarakat kalau ia ingin
harga saham di bursa tidak terganggu oleh sikap pendapat umum yang
kadang-kadang dapat menjatuhkan perusahaan. Untuk mencatat, menilai,
melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan pengaruh perusahaan terhadap
sosial dan pelayanannya pelajari Socio Economic Accounting.
7. AUDIT KHUSUS
Audit khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk maksud-
maksud khusus seperti sebagai berikut.
a. Pemeriksaan terhadap sumber dan penggunaan dana dalam
mendirikan perusahaan.
b. Pemeriksaan terhadap pengeluaran kas.
c. Pemeriksaan terhadap kewajiban pajak.
16
d. Pemeriksaan pembagian dividen, bonus, dana pensiun dan lain-
lain.
e. Pemeriksaan khusus untuk perusahaan yang akan dibeli atau dijual
dan lain-lain.
Audit khusus ini dapat menggunakan NPA walaupun sebenarnya
tidak mesti. Namun, umumnya penjelasan audit khusus ini hampir sama
dengan audit umur sehingga banyak aturan-aturan dalam NPA dapat
digunakan kendati pun dengar beberapa modifikasi tertentu.
Demikian bentuk audit di luar umum. Dalam jenis audit ini
akuntan tidak harus tunduk pada norma-norma umum, norma pemeriksaan
laporan, atau norma pelaporan. Akuntan dapat membuat metode tersendiri
dan bentuk laporan tersendiri. Diakui bahwa proses audit umum (general
audit) ini merupakan pedoman yang paling penting dan bermanfaat dalam
melakukan audit jenis ini.
8. LEMBAGA PEMERIKSA DI INDONESIA
Di Indonesia, akuntan negara umumnya bekerja di dua lembaga
pengawasan berikut.
a. Bapeka atau BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)
b. BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan)
Bapeka merupakan lembaga tinggi negara yang posisinya sejajar
dengan presiden tetapi tidak membawahi presiden. Tugasnya terlepas dari
pengaruh dan kekuasaan pemerintah. Anggotanya diangkat oleh presiden
dengan usulan DPR. Badan ini diatur dalam pasal 23 ayat 5 UUD 45 yang
berbunyi sebagai berikut.
“Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan suatu badan pemeriksa keuangan yang peraturannya
ditunjuk dengan undang-undang. Hasil pemeriksa itu
diberitahukan kepada DPR.”
17
Undang-undang yang mengatur badan ini ditetapkan dalam
undang-undang nomor 5/1973 tentang badan keuangan negara. Hubungan
kerja lembaga ini dengan lembaga lainnya dapat dilihat dari gambar
berikut.
Keterangan:
a. Badan pemeriksa keuangan bertugas memeriksa tanggung jawab keuangan
negara (pasal 2 ayat (1) undang-undang No. 5/1973).
b. Hasil pemeriksaan badan keuangan diberitahukan kepada DPR
sebagaimana lazimnya dalam cara kerja suatu aparat pemeriksa, hasil
MAJELIS
PERMUSYAWARATAN
RAKYAT
PRESIDEN MANDATARIS MPR
PEMERINTAH TERTINGGI
PENGUASA, PENGURUS DAN PELAKSANA KEUANGAN
NEGARA :
- PEMERINTAH PUSAT/ DAERAH
- PERUSAHAAN
NEGARA/DAERAH
KEPOLISIAN/
KEJAKSAAN
DEWAN
PERWAKILAN
RAKYAT
BADAN
PEMERIKSA KEUANGAN
SEKRETARIS
JENDRAL
1
2
3
2
18
pemeriksaannya juga diberitahukan kepada instansi yang diperiksa
(pemerintah). (pasal 2 ayat (4) undang-undang No. 5.1973 dan
penjelasannya).
c. Apabila suatu pemeriksa mengungkapkan hal-hal yang menimbulkan
sangkaan tindak pidana atau perbuatan yang merugikan keuangan negara,
maka bapeka memberitahukan persoalan tersebut kepada pemerintah,
khususnya mengenai persoalan pidana, pemberitahuan tersebut ditujukan
kepada instansi kepolisian dan /atau kepada kejaksaan (pasal 3 undang-
undang No. 5/1973).
9. FUNGSI, TUGAS, KEWAJIBAN, DAN WEWENANG BADAN
PEMERIKSA KEUANGAN
a. Fungsi Operatif
1) Menjelaskan apakah pengeluaran uang negara terjadi menurut
ketentuan APBN dan ketentuan-ketentuan mengenai penguasaan
dan pengurusan keuangan negara. Pasal 2 undang-undang No.
5/1973. (penjelasan)
2) Menilai apakah penggunaan keuangan negara telah dilakukan
dengan cara-cara yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Pasal 3 undang-undang No. 5/1973.
(penjelasan)
b. Fungsi Rekomendasi
Memberi saran dan pertimbangan kepada pemerintah untuk
kepentingan negara dalam hal pengurusan dan pertanggung jawaban
keuangan negara. Pasal 59 ICW JO pasal 4 (2) IAR.
c. Fungsi Yudikatif
Melakukan peradilan pembendaharaan, yaitu memeriksa, meneliti,
dan memutuskan masalah-masalah yang berhubungan dengan tuntutan
perbendaharaan. Pasal 77, 79 dan seterusnya. ICW JO pasal 36 sampai
dengan 39 I.
19
Tugas Bapeka adalah sebagai berikut.
1) Memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan negara
(pasal 2 ayat (1) undang-undang No. 5/1973.
2) Memeriksa semua pelaksanaan APBN (pasal 2 ayat (2) UU No.
5/1973
3) Pelaksanaan pemeriksaannya dilakukan atas dasar ketentuan-
ketentuan undang-undang (pasal 2 ayat (3) undang-undang No.
5/1973).
Kewajiban Bapeka adalah sebagai berikut.
1) Memberitahukan hasil pemeriksaanya kepada DPR (pasal 2 ayat
(4) undang-undang No. 5/1973).
2) Memberitahukan hal-hal yang menimbulkan sangkaan tindak
pidana dan perbuatan yang merugikan keuangan negara kepada
pemerintah. Khususnya persoalan pidana kepadan
kepolisian/kejaksaan (pasal 3) undang-undang No. 5/1973.
Wewenang Bapeka adalah meminta keterangan wajib yang
diberikan oleh setiap orang, badan/instansi pemerintah atau badan swasta,
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang (pasal 4 UU No.
5/1973)
Luas dan ruang lingkup pemeriksaan badan pemeriksaan keuangan
adalah sebagai berikut.
1) Luas lingkup pemeriksaan meliputi:
a) tanggung jawab pelaksanaan APBN;
b) tanggung jawab pelaksanaan APBD; dan
c) tanggung jawab pelaksanaan anggaran badan usaha milik
negara (BUMN) dan badan usaha milik daerah (BUMD).
2) Ruang lingkup pemeriksaan meliputi pemeriksaan atas penguasaan
dan pengurus keuangan serta ketaatan terhadap peraturan
perundangan, bertujuan menilai ketetapan pelaksanaan operasi
20
keuangan, kelayakan laporan keuangan yang disajikan, dan
ketaatan pada peraturan perundangan yang berlaku.
a) Pemeriksanaan atas daya guna (efesiensi) dan kehematan
(ekonomi), bertujuan untuk menilai efesiensi dan kehematan
dalam pengurusan dan penggunaan sarana yang tersedia (tenaga
kerja, dan peralatan serta lain-lainnya), sebab dari praktek-
praktek yang tidak efesien dan tidak hemat/ekonomis termasuk
kekurangan dalam sistem informasi, prosedur administrasi atau
struktur organisasi.
b) Pemeriksaan atas hasil program (efektivitas), bertujuan untuk
menilai pencapaian hasil atau manfaat yang diharapkan,
pencapaian tujuan yang ditetapkan undang-undang atau instansi
yang berwenang, ketetapan pemilihan alternatif dalam
pelaksanaan untuk mencapai hasil yang ditetapkan dengan
pengorbanan yang lebih rentan.
Luas lingkup pemeriksaan tersebut di atas dilakukan berdasarkan
prioritas atas sektor/program yang berhubungan dengan kepentingan
rakyat banyak (delapan jalur pemerataan) yang mempunyai arti ekonomis
dan arti stategis dalam pembangunan. Bapeka dengan pola lain
merumuskan norma ini dalam bentuk singkatan 2K3E dengan penjelasan
sebagai berikut.
2K: (1) Ketertiban; dan (2) Ketaatan
3E: (1) Efektifitas; (2) Ekonomis; dan (3) Efesien
Tujuan pemeriksaan ini dijabarkan sebagai berikut.
“Untuk mengetahui dan menilai kewajaran pelaksanaan kegiatan
perusahaan apakah sesuai dengan rencana dan apakah
dilaksanakan secara tertib dan taat peraturan.”
21
Lebih jauh untuk mengetahui dan menilai hal-hal sebagai berikut.
a. Penguasaan dan pengurusan keuangan telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan pertanggung jawaban telah
disajikan secara layak.
b. Penggunaan sarana dan prasarana dari sumber-sumber kekayaan
yang dimiliki telah dilaksanakan secara hemat dan berdayaguna.
c. Rencana dan tujuan yang ditetapkan telah dilaksanakan dan dicapai
secara berhasil sesuai dengan program nasional.
10. BUKU HASIL PEMERIKSAAN TAHUNAN (HAPTAH)
Buku Haptah yaitu singkatan dari buku hasil pemeriksaan tahunan.
Isi buku Haptah merupakan kumpulan dari hasil pemeriksaan Bapeka pada
instansi-instansi yang diperiksa (departemen, lembaga tinggi negara,
lembaga pemerintah departemen, badan usaha milik negara, dan badan
usaha milik daerah) selama satu tahun anggaran, yang kemudian hasil-
hasil pemeriksaan tersebut diolah sebagai bahan penyusunan buku Haptah.
Sesuai dengan UUD 1945 oasal 23 ayat (5), buku hasil pemeriksaan
Bapeka diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Di
samping itu, buku Haptah tersebut dikirimkan juga kepada pemerintah
(instansi yang diperlukan).
11. HUBUNGAN KERJASAMA INTERNASIONAL
Bapeka RI adalah anggota INTOSAI (International Organization
of Supreme Audit Institutions) dan ASOSAI (Asian Organization of
Supreme Audit Instititions). INTOSAI merupakan organisasi lembaga
tinggi pemeriksaan internasional di bawah PBB (perserikatan bangsa-
bangsa) yang anggotanya terdiri dari negara-negara yang menjadi anggota
PBB. INTOSAI mengadakan kongres setiap tiga tahun sekali,
membicarakan masalah-masalah bersama, bertukar pikiran dan
pengalaman tentang administrasi negara pada umumnya dan administrasi
negara pada khususnya. Sekretariat Jendral INTOSAI berkedudukan di
Wina, Australia.
22
ASOSAI merupakan organisasi lembaga tinggi pemeriksa negara-
negara yang anggotanya terdiri dari negara-negara yang berada di wilayah
Asia. Organisasi yang sifatnya regional ini adalah merupakan bagian dari
INTOSAI. Ketua ASOSAI dijabat secara bergiliran dari negara-negara
Asia yang sedang membangun khususnya yang berkaitan dengan soal
keadministrasian keuangan negara. Selain ASOSAI, organisasi-organisasi
regional lainya adalah sebagai berikut.
a. ILACIF: di Amerika Latin, anggotanya terutama di negara-negara
berbahasa Spanyol.
b. AFROSAI: di Afrika, anggotanya terutama dari negara Afrika
yang berbahasa Inggris dan Perancis.
c. ARABOSAI: pembentukannya sedang dalam perencanaan dan
anggotanya terdiri dari negara-negara Arab.
d. COMMONWEALTH GROUP: anggotanya terdiri dari negara-
negara Commonwalth, Inggris, Irlandia dan negara-negara bekas
koloni Inggris.
Baik di INTOSAI maupun ASOSAI, Bapeka RI selalu aktif
menjadi perwakilan kongres yang diadakan setiap 3 tahun sekali.
Demikian juga Bapeka yang mengirim utusannya setiap peninjau pada
kongres/seminar yang diselenggarakan di organisasi-organisasi regional
lainnya.
12. BADAN PENGAWAS KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP)
Mulanya badan ini bernaung di bawah Departemen Keuangan
dalam satu direktur jenderal yang disebut Direktorat Jenderal Pengawasan
Keuangan Negara (DJPKN) yang dipimpin oleh seorang dirjen dan
bertanggung jawab kepada manajemen keuangan.
Karena tuntutan masyarakat yang semakin besar untuk
menghilangkan kebocoran uang negara sampai ditaksir sebesar 30%, maka
untuk peningkatan peranan lembaga pengawasan yang merupakan
lembaga pengawasan internal pemerintah, dibentuk badan pengawasan
23
keuangan dan pembangunan yang bukan lagi bernaung di bawah
departemen keuangan, tetapi sudah langsung bernaung dan bertanggung
jawab kepada presiden.
Di samping lembaga ini pemerintah menunjuk seorang menteri
negara yang juga bertugas ikut membantu pelaksanaan fungsi pengawasan
itu. Pada saat itu Prof. Dr. Emil Salim ditunjuk sebagai menteri negara
lingkungan hidup dan pengawasan pembangunan. Dalam susunan kabinet
berikutnya fungsi ini ditingkatkan lagi ke tingkat menko sehingga fungsi
pengawasan dilakukan oleh Menko (menteri koordinator) Ekuin (ekonomi,
keuangan dan industri serta pengawasan pembangunan). Di sini juga
dijelaskan bahwa kegiatan rutin pengawasan sehari-hari dikoordinir
langsung oleh wakil presiden.
Di samping itu, pemerintah harus mendukung usaha peningkatan
pengawasan ini. Menpan (menteri penertipan aparatur negara) ditugaskan
untuk memasyarakatkan pengawasan melekat (waskat) yang sebenarnya
berorientasi ke pengawasan internal.
Usaha-usaha ini patut didukung. Namun banyak masyarakat masih
sinis sampai ada humor politik yang bilang bahwa waskat adalah singkatan
wajib setor kepada atasan, diawasi tetapi nekat, dan lain-lain.
Dalam masa yang akan datang hal ini nampak tidak bisa dibiarkan
begitu saja. Dalam pelita V dimana peranan pemerintah sebagai lokomotif
pembangunan semakin kecil dan akan diganti oleh peranan swasta. Oleh
karena peningkatan peranan ini maka tuntutan keterbukaan, keadilan, dan
kejujuran semakin tidak terbendung sehingga pemerintah mau tidak mau
harus berjuang habis-habisan untuk memerangi korupsi, dan kebocoran
uang negara ini.
Kesuksesan, kegagalan pelaksanaan kemauan ini terletak pada
kadar kesungguhan kemauan politik pemerintah khususnya di kalangan
atas. Dengan kemauan ini maka pasti akan ada perubahan sistem dan
prosedur, bahkan pengurangan wewenang tertentu sehingga kegiatan
pengawasan, check, dan balance akan berjalan, sehingga aparat
pemerintah tidak berani memakan uang rakyat yang sukar diperoleh itu.
24
Demikian beberapa hal yang menyangkut pemeriksaan atas lembaga
pemerintah dari badan-badan pelaksananya.
C. HUBUNGAN KODE ETIK AKUNTAN DENGAN
NORMA PEMERIKSAAN AKUNTAN
Sebelum mengemukan keterkaitan antara kode etik akuntan dengan norma
pemeriksaan akuntan, berikut ini beberapa kode etik akuntan yang disahkan oleh
IAI.
1. TANGGUNG JAWAB PROFESI
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,
setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai
profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.
Anggota harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan
sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntan, memelihara
kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam
mengatur dirinya sendiri.
2. KEPENTINGAN PUBLIK
Dalam kepetingan publik setiap anggota berkewajiban untuk
senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,
menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme, yang merupakan satu ciri utama dari suatu profesi adalah
penerimaan tanggung jawab kepada publik. Ketergantungan ini
menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik.
3. INTEGRITAS
Integritas dalam kode etik akuntan Indonesia merupakan hal yang
penting karena integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari
timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang
melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi
25
anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas juga
mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang
tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.
Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan
prinsip.
4. OBYEKTIVITAS
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Karena obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas
jasa yang diberikan anggota.
5. KOMPETENSI DAN KEHATI-HATIAN PROFESIONAL
Dalam setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya
dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai
kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik
yang paling muktahir. Karena dalam hal ini mengandung arti bahwa
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan
pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada
publik.
6. KERAHASIAAN
Dalam setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi
yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh
memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa
26
standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa
terdapat panduan mengenai sifat-sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta
mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
7. PERILAKU PROFESIONAL
Dalam Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan
reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang
dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai
perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. STANDAR TEKNIS
Dalam setiap anggota pada standar teknis ini harus melaksanakan
jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional
yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas. Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati
anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
Kedelapan prinsip tersebut sangat mendukung pelaksanaan kerja
pemeriksaan seorang akuntan karena sesuai dengan norma pemeriksaan akuntansi,
dimana norma-norma tersebut mencakup tanggung jawab akuntan publik, unsur-
unsur norma pemeriksaan akuntan yang antara lain meliputi pengkajian dan
penilaian pengendalian intern, bahan penjelasan dan pembuktian informatif, serta
pembahasan mengenai peristiwa kemudian, laporan khusus dan berkas
penerimaan.
27
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Norma pemeriksaan akuntan mencakup mutu profesional akuntan
publik dan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan pemeriksaan
dan penyusunan laporan akuntan.
Norma pemeriksaan akuntan selalu ditetapkan dalam setiap
kegiatan audit. Contoh pemeriksaan yang dilakukan di antaranya sebagai
berikut.
1. Auditing for goverment (pemeriksaan lembaga pemerintahan)
2. Operation audit
3. Management audit
4. Social audit
5. Special audit
Fungsi, tugas, kewajiban, dan wewenang beban pemeriksaan
keuangan adalah sebagai berikut.
1. Fungsi
a. Fungsi operatif
b. Fungsi rekomendasi
c. Fungsi yudikatif
2. Tugas
a. Memeriksa tanggung jawab pemerintahan tentang keuangan negara
(pasal 2, ayat (1) UU No. 5/1973
b. Memeriksa semua pelaksanaan APBN (pasal 2, ayat (2) UU No
5/1973
c. Pelaksanaan pemeriksaannya dilakukan atas dasar ketentuan-
ketentuan UU (pasal 2, ayat (3) UU No. 5/1973
3. Wewenang
28
Wewenang Bapeka adalah meminta keterangan wajib yang diberikan
oleh setiap orang, badan/instansi pemerintah atau badan swasta,
sepanjang tidak bertentangan dengan UU (pasal 4 UU No. 5/1973.
4. Kewajiban
a. Memberitahukan hasil-hasil pemeriksaannya kepada DPR (pasal 2
ayat (4) UU No. 5/1973.
b. Memberitahukan hal-hal yang menimbulkan sangkaan tindak
pidana dan perbuatan yang merugikan keuangan negara kepada
pemerintah. Khususnya persoalan pidana kepada
kepolisian/kejaksaan (pasal 3) UU No 5/1973
B. SARAN DAN PESAN
Setiap profesi memiliki norma atau kode etik yang harus ditaati
dalam pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan masing-masing
profesi yang dimiliki. Demikian juga dengan profesi sebagai akuntan.
Dengan adanya kode etik dan norma pemeriksaan yang telah ditetapkan
diharapkan pihak yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sesuai dengan norma yang ditetapkan agar dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A. dan James K. Loebbecke. 1990. Auditing Suatu Pendekatan
Terpadu Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Harahap, Sofyan Syafri. 1994. Auditing Kontemporer. Jakarta: Erlangga.
IAI. 1992. Norma Pemeriksaan Akuntan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Simamora, Henry. 2002. Auditing II. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Referensi daring:
http://3wordjournal.com/csdcars/2011/11/08/hubungan-kode-etik-dengan-norma-
pemeriksaan-akuntansi/ diakses tanggal 16/03/2013.
LLAAMMPPIIRRAANN--LLAAMMPPIIRRAANN
SURAT PERNYATAAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini, masing-masing sebagai berikut.
1. Nama : Reno
NIM : 11.22.13071
2. Nama : Florentina Keo
NIM : 11.22.13248
3. Nama : Banyir Udin
NIM : 11.22.13247
4. Nama : Rizky Bagus Ardani
NIM : 11.22.13213
Menyatakan bahwa makalah yang dibuat ini adalah benar karya kami. Makalah
ini kami buat bersama-sama dalam waktu kurang lebih 3 jam per pertemuan kelompok
selama 4 hari berturut-turut di beberapa tempat.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya. Apabila di
kemudian hari makalah ini terbukti bukan hasil karya kami, kami bersedia menerima
sanksi yang berlaku.
Dibuat di : Palangka Raya
Pada tanggal : 14 Maret 2013
Ketua kelompok,
RENO
Anggota:
1. FLORENTINA KEO (................................)
2. BANYIR UDIN (................................)
3. RIZKY BAGUS ARDANI (................................)
ABSEN KERJA KELOMPOK
Hari, tanggal : ....................................................
Lokasi : ....................................................
No. Nama Tanda tangan
1 Reno
2 Florentina Keo
3 Banyir Udin
4 Rizky Bagus Ardani
Catatan:
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
RENCANA KERJA KELOMPOK
No. Hari, tanggal Pukul Uraian Lokasi Tujuan
1 Kamis, 14/03/13
08.00
s.d.
11.00
Pencarian dan pengumpulan
referensi.
Perpustakaan Daerah,
Perpustakaan UMP,
dan hotspot area FKIP
UMP.
2 Jumat, 15/03/13
13.00
s.d.
14.00
Penyusunan dokumen. Rumah Banyirudin
3 Sabtu, 16/03/13
15.00
s.d.
16.30
Perbaikan dan pendalaman
materi. Kampus
4 Minggu, 17/03/13 - Penyempurnaan dokumen. -
5 Senin, 18/03/13 - Pencetakan dan penggandaan. -
Palangka Raya, 14 Maret 2013
Koordinator,
BANYIR UDIN
PEMBAGIAN TUGAS KHUSUS
Koordinator waktu dan lokasi : Banyir Udin
Pengetikan dokumen : Rizky Bagus Ardani
Editor dokumen & percetakan : Reno
Penggandaan sekaligus moderator : Florentina Keo
RINCIAN BIAYA-BIAYA
Donasi Anggota Kelompok
No. Nama Besar Donasi
1 Reno
2 Florentina Keo
3 Banyir Udin
4 Rizky Bagus Ardani
Total
Tabel Penggunaan Dana
No. Uraian Rupiah
1 Percetakan
2 Penggandaan dan penjilidan
3 Konsumsi
4 Lain-lain
Total
Donasi Anggota
Saldo
Palangka Raya, 18 Maret 2013
Bendahara,
FLORENTINA KEO
Visit my blog:
http://renoparay.blogspot.com