makalah nii.docx

36
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Rumusan Pasal 1 ayat (1) UUD1945 tersebut merupakan positivisasi falsafah untuk bernegara secara demokratis berdasar konstitusi sebagaimana ditegaskan kemudian dalam ayat (2). Demokrasi diyakini lagi disepakati menjadi pilihan paling tepat bangsa ini diantara alternatif pilihan paham kuasa lain yang bertradisi monarkis maupun yang teokratis. Namun begitu, salah satu muatan amanat aspirasi tertinggi bangsa Indonesia tersebut akhir-akhir ini(untuk kesekiankalinya) kembali mengalami masalah yang serius, tak saja dalam tataran ideologi namun juga praksis. Publik diresahkan dengan serangkaian kasus cuci otak dan penipuan yang terkait dengan aktifitas makar pendirian sebuah Negara Islam Indonesia (NII). Melalui tindakan terencana dan sadar untuk mengganti ideologi negara Pancasila dengan ideologi negaraagama, munculnya (kembali) NII adalah bukti mutakhir akan ancaman riil terhadap eksistensi NKRI. Dalam berbagai wacana selalu terungkap bahwa telah menjadi kesepakatan bangsa adanya empat pilar penyangga kehidupan berbangsa dan bernegara bagi negara-bangsa Indonesia. Bahkan beberapa partai politik dan organisasi kemasyarakatan telah bersepakat dan bertekad untuk berpegang teguh serta mempertahankan empat pilar kehidupan bangsa tersebut. Empat pilar dimaksud dimanfaatkan sebagai 1

Upload: rifka-amilia

Post on 26-Dec-2015

83 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah nii.docx

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Rumusan

Pasal 1 ayat (1) UUD1945 tersebut merupakan positivisasi falsafah untuk bernegara

secara demokratis berdasar konstitusi sebagaimana ditegaskan kemudian dalam ayat (2).

Demokrasi diyakini lagi disepakati menjadi pilihan paling tepat bangsa ini diantara

alternatif pilihan paham kuasa lain yang bertradisi monarkis maupun yang teokratis.

Namun begitu, salah satu muatan amanat aspirasi tertinggi bangsa Indonesia tersebut

akhir-akhir ini(untuk kesekiankalinya) kembali mengalami masalah yang serius, tak

saja dalam tataran ideologi namun juga praksis. Publik diresahkan dengan serangkaian

kasus cuci otak dan penipuan yang terkait dengan aktifitas makar pendirian sebuah

Negara Islam Indonesia (NII). Melalui tindakan terencana dan sadar untuk mengganti

ideologi negara Pancasila dengan ideologi negaraagama, munculnya (kembali) NII

adalah bukti mutakhir akan ancaman riil terhadap eksistensi NKRI.

Dalam berbagai wacana selalu terungkap bahwa telah menjadi kesepakatan

bangsa adanya empat pilar penyangga kehidupan berbangsa dan bernegara bagi negara-

bangsa Indonesia. Bahkan beberapa partai politik dan organisasi kemasyarakatan telah

bersepakat dan bertekad untuk berpegang teguh serta mempertahankan empat pilar

kehidupan bangsa tersebut. Empat pilar dimaksud dimanfaatkan sebagai landasan

perjuangan dalam menyusun program kerja dan dalam melaksanakan kegiatannya.

Empat pilar tersebut adalah (1) Pancasila, (2) Undang-Undang Dasar 1945, (3) Negara

Kesatuan Republik Indonesia dan (4) Bhinneka Tunggal Ika. Meskipun hal ini telah

menjadi kesepakatan bersama, atau tepatnya sebagian besar rakyat Indonesia, masih ada

yang beranggapan bahwa empat pilar tersebut adalah sekedar berupa slogan-slogan,

sekedar suatu ungkapan indah, yang kurang atau tidak bermakna dalam menghadapi era

globalisasi.

Untuk itulah perlu difahami secara memadai makna empat pilar tersebut,

sehingga kita dapat memberikan penilaian secara tepat, arif dan bijaksana terhadap

empat pilar dimaksud, dan dapat menempatkan secara akurat dan proporsional dalam

hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegar. Dari latar belakang tersebut maka perlu

disusun karya tulis guna mengetahui pertahanan negara melalui empat pilar dalam

menghadapi ancaman berdirinya negara islam dengan judul “ Isu Negara Islam

1

Page 2: makalah nii.docx

Indonesia Dipandang dari Perspektif Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan

Bernegara”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa alasan dan tindakan yang dialakukan bagi penganut islam radikal untuk

mengubah NKRI menjadi negara Islam?

2. Bagaiamana isu berdirinya Negara Islam di Indonesia dipandang dari pancasila?

3. Bagaiamana isu berdirinya Negara Islam di Indonesia dipandang dari UUD

1945?

4. Bagaiamana isu berdirinya Negara Islam di Indonesia dipandang dari Negara

Kesatuan Republik Indonesia?

5. Bagaiamana isu berdirinya Negara Islam di Indonesia dipandang dari Bhinneka

Tunggal Ika?

C. Tujuan

1. Mengetahui alasan dan tindakan yang dialakukan bagi penganut islam radikal

untuk mengubah Indonesia menjadi negara Islam

2. Mengetahui isu berdirinya Negara Islam di Indonesia dipandang dari pancasila

3. Mengetahui isu berdirinya Negara Islam di Indonesia dipandang dari UUD 1945

4. Mengetahui isu berdirinya Negara Islam di Indonesia dipandang dari Negara

Kesatuan Republik Indonesia

5. Mengetahui isu berdirinya Negara Islam di Indonesia dipandang dari Bhinneka

Tunggal Ika

2

Page 3: makalah nii.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Alasan dan tindakan yang dilakukan dalam mengubah Indonesia menjadi

Negara Islam

Negara islam merupakan negara yang seluruh tata pemerintahan dan hukumnya

menggunakan pedoman ajaran Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan hadist.

Jumlah penduduk Indonesia adalah mayoritas muslim. Melihat dari kenyataan ini, ada

beberapa tokoh tertentu yang mengusulkan untuk menjalankan hukum islam di

Indonesia. Hal ini tentunya akan menimbulkan perpecahan karena negara Indonesia

terdiri dari banyak agama yag tidak hanya muslim saja. Tetapi ajaran islam sendiri

sebenarnya itu menekankan Rohmatan Lil’alamin bagi keseluruhan, dalam hal ini

tidak hanya bisa dari pandangan saja. Apalagi hal ini menyangkut negara tentunya

yang dipentingkan adalah rakyat. Baik beragama islam maupun non islam. Dalam

sebuah negara rakyat semuanya harus dipandang adil dan sama. Bila negara islam

diberlakukan hal ini tentunya tidak adil bagi rakyat yang beragama non muslim. Maka

dari itu fungsi negara untuk mengayomi rakyatnya tidak tercapai.

Bagi penganut islam radikal yang memiliki pemikiran keras, Indonesia harus

diubah menjadi negara Islam karena beberapa alasan:

1. Pancasila dan demokrasi dianggap thogut. Thogut adalah segala sesuatu yang

diikuti dan ditaati yang melampaui batas serta dijadikan pemutus perkara oleh

suatu kaum selain allah dan rasul. Hal ini tentunya tidak benar karena pancasila

yang dijadikan sebagai pedoman telah memiliki nilai-nilai keagamaan islam yakni

musyawarah, mufakat, keesaan tuhan dan keadilan. Dimana isi kandungan

pancasila ini telah tercantum dalam alqur’an. Bahwasannya nabi dalam

menyelesaikan setiap perkara selalu melaksanakan secara adil dan berdasarkan

musyawarah. Jadi tidak benar bila pancasila dan demokrasi adalah thogut.

2. Indonesia bersiakap liberal dengan ikatan hukum yang tidak tegas, selalu

bermasalah, memakan biaya yang sangat besar menghabiskan harta rakyat. Sudah

ada pedoman dari ajaran agama masih mengabaikan nya, malah membuat aturan

hukum (buatan manusia) yang selalu kelemahan-kelemahannya lebih besar. 

3

Page 4: makalah nii.docx

Padahal yang kita sangka buruk itu belum tentu buruk di hadapan Allah SWT,

sebaliknya yang kita sangka baik belum tentu baik di hadapan Allah SWT. Pada

jaman sekarang ini orang yang sedikit belum tentu salah dibandingkan dengan

mayoritas yang ada.  Masalah yang ada di Indonesia sekarang ini adalah masalah

yang ditinggal jaman penjajahan dan ditambah dengan tekanan atas nama

pergaulan Internasional. Umat Islamnya tetap terpecah belah, memang

dikondisikan demikian, kemudian persepsi kekhalifahan seolah-olah hanya harus

tinggal di Arab, Iran, atau dengan kekerasan seperti yang anda sebutkan itu.

Padahal jika kita bersatu menyamakan persepsi dan mencoba mempelajari sisi lain

dari sistem ke khalifahan tidak seperti yang dibayangkan seperti sistem mullah di

Iran atau sistem otokrasi di Arab Saudi. Begitupun kehidupan umat non muslim di

negara Iran atau Arab Saudi tertindas. Karena jelas sistem kekhalifahan para

pejabat pemerintahnya tidak mengambil untung selain untuk amaliyah semata, lain

halnya dengan yang ada sekarang berebut menduduki jabatan mencari keuntungan

nama dan harta. Di Indonesiasebagian seperti hukum waris, simpan pinjam, hukum

perkawinan sudah diterapkan secara Islam, muslimah sebagian besar sudah mulai

berjilbab, toh tidak mengganggu non muslim yang juga mempunyai aturan hukum

yang sudah dibuatkan.

Cara-cara yang dilakukan untuk berusaha mengubah negara NKRI menjadi

negara Islam adalah melalui kaderisasi. Dalam melakukan kaderisasi dilakukan

berbeda beda pada tiap golongan. Sama. Kelompok Ikhwanul Muslimin,

menjadikan NU sebagai target. Mereka bergerak lewat mahasiswanya yang

dinamakan usrah (keluarga). Usrah ini minimal 7 orang, dan maksimal 10 orang.

Ini ada amirnya dan amir inilah yang bertanggungjawab terhadap kelompok.

Bagaimana mengatasi kebutuhan kehidupan sehari-hari terpenuhi, misalnya kalau

ada anggota yang kesulitan bayar SPP.

Jadi mereka tak hanya bergerak di bidang politik, tapi juga bidang-bidang

lain. Nah, kelompok inilah yang kemudian menamakan diri sebagai Tarbiyah yang

bermarkas di kampus-kampus. Kelompok Tarbiyah inilah yang menjadi cikal bakal

PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Mereka umumnya alumni Mesir, Syiria atau

Saudi. Kelompok ini masih agak moderat karena masih mau menerima negara

nasional. Tapi substansi perjuangan formalisasi syariat sama dengan Hizbut Tahrir

atau Salafy.

4

Page 5: makalah nii.docx

Sedangkan untuk Hizbut Tahrir. Meski bernama partai, Hibut Tahrir, tak bisa

ikut pemilu. merealisasikan kepentingan politiknya. Hizbut Tahrir membentuk

beberapa tahapan dalam menuju pembentukan khilafah Islamiah. Pertama, taqwin

asyakhsyiah islamiah, membentuk kepribadian Islam. Mereka pakai sistem wilayah,

karena gerakan mereka internasional. Jadi untuk Indonesia wilayah Indonesia. Tapi

sekarang pusatnya tak jelas, karena di negaranya sendiri sangat rahasia. Mereka

dikejar-kejar karena Hizbut Tahrir ini organisasi terlarang. Tapi mereka sudah ada

di London, Austria, di Jerman dan sebagainya.

Ketiga, at-ta’amul ma’al ummah, interaksi dengan masyarakat secara

keseluruhan. Mereka membantu kepentingan-kepentingan. Keempat, harkatut

tatsqif, gerakan intelektualisasi. Ini diajari bagaimana menganalisa hubungan

internasional, mempelajari kejelekan-kejelekan ideologi kapitalisme. Pokoknya

yang ideologi modern itu mereka serang semua. Mereka melontarkan Islam sebagai

solusi atau alternatif.

Yang terakhir, at-taqwin daulah islamiah, membentuk Negara Islam. Sarana

Biwasailil jihad, dengan sarana jihad. Jadi bagi negara nasional, gerakan mereka,

bahaya. Karena gerakan selanjutnya adalah istilamul hukmi, merebut kekuasaan.

Meskipun utopia tapi kalau mereka pakai cara-cara kekerasan, kan berat. Karena

mereka didoktrin hizbut Tahrir.

Antara Ikhwan, Salafy dan Hizbut Tahrir secara ideologi bertemu, ada

kesamaan. Mereka sama-sama ingin menerapkan formalisasi syariat Islam. Hanya

bedanya, kalau Salafy cenderung ke peribadatan, atau dalam bahasa lain

mengislamkan orang Islam, karena dianggap belum Islam. Dan target utamanya NU

karena dianggap sarangnya bid’ah.

B. Isu berdirinya Negara Islam di Indonesia dipandang dari pancasila

Berakar dari sejarah bahwa Islam dalam Panitia Sembilan yang merumuskan

hukum dasar diantaranya adalah agar agama Islam menjadi agama negara. Selain

itu diusulkan pula dalam draft UUD 1945 agar Presiden Republik Indonesia harus

beragama Islam. Selain itu dihasilkan pula Piagam Jakarta ( Jakarta Charter )

5

Page 6: makalah nii.docx

dimana di dalamnya terkandung dasar negara dengan dasar pertama “Ketuhanan dengan

kewajiban menjalankan Syariat Islam Bagi Para Pemeluk-Pemeluknya.” Aspirasi agar

Indonesia mempunyai agama negara dan juga bahwa Presiden Republik Indonesia

harus beragama Islam tidak diterimaterutama oleh mereka anggota BPUPK yang

non-Islam. Jika klausul itu ada, bahkan mereka akanmempertimbangkan untuk

bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demikian puladalam

perjalanannya, Piagam Jakarta yang bermuatan tujuh kalimat itu tidak disahkan

oleh PanitiaPersiapan Kemerdekaan Indonesia sebagai Pembukaan UUD 1945,

melainkan diganti dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.Kala itu para pendiri bangsa

kemudianl meyakinkan kalangan Islam bahwa mereka tetap mendapattempat yang

layak dalam negara Indonesia tanpa harus mengalami formalisasi sebagai

agamanegara. Kalangan Islam diyakinkan bahwa kebebasan beragama dan

beribadah mereka akanterjamin tanpa harus secara formal menjadi negara agama.

Pancasila tidak sepaham dengan diubahnya NKRI menjadi negara Islam

karena pada dasar. Pancasila, terutama sila pertama menegaskan falsafah negara ini

bahwa Indonesia sama sekali bukannegara yang meninggalkan kehidupan beragama

atau bahwa agama hendak disterilkan dalambernegara. Sebaliknya, nilai-nilai

agama menjiwai segenap perikehidupan bernegara dan berbangsa.Indonesia adalah

negara yang relijius tanpa mengistimewakan reliji tertentu. Sebagai sebuah hukum

dasar, muatan konstitusi tersebut wajiblah dijunjung tinggi oleh pemerintah, suatu

constitutional obligation Presiden dan Wakil Presiden sebagai pemegang kekuasaan

eksekutif yang tertuang dalamPasal 9 ayat (1) UUD 1945. Abai dari kewajiban itu

dapat menjadi alasan konstitusional pemakzulanyang kemudian dapat berujung

pada pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dari

tampukkuasa.Memprihatinkannya, selama ini para penyelenggara negara terkesan

abai akan kewajibannyamenegakkan dan mempertahankan NKRI dan ideologi

Pancasila. Alih-alih direspon dengan tegas,selama ini berbagai kehendak dan

bahkan tindakan yang secara eksplisit anti konstitusionalisme, antiterhadap negara

Proklamasi 17 Agustus 1945 nampak dibiarkan. Media massa begitu

seringmenayangkan betapa kerap negeri ini ternoda dengan berbagai aksi kekerasan

beraromaradikalisme agama akibat aparat negara yang seolah tak berdaya.

Menilik sejarah, reaksi pemerintah terhadap gerakan yang diklaim berupaya

mengganti ideologinegara amatlah berbeda. Amat kentara sekali betapa pemerintah

6

Page 7: makalah nii.docx

begitu represif terhadap segalagerakan maupun pemikiran yang diasosiasikan

sebagai gerakan kiri (kerakyatan) dibandingkandengan gerakan kanan (agama).

Berbagai wacana dan gerakan kerakyatan kerapkali dicurigai,diasosiasi, dan

disimplifikasi sebagai gerakan komunistik. Kesadaran yang dicipta negara akan apa

yang disebutnya sebagai “bahaya laten komunisme” terasa hingga kini, diwariskan

dari generasi kegenerasi, sehingga jika menyebut komunisme saja, sontak orang

akan melakukan rejeksi. Anehnya,tidak demikian halnya dengan berbagai aksi

kekerasan nan ekstrim berlatar belakang agama.Malahan, berbagai kasus

penganiayaan, penyerangan, dan pelarangan terhadap minoritas agamasebagaimana

terjadi belakangan ini menunjukkan betapa para penyelenggara negara sendiri

dalambanyak hal berpihak dengan menggunakan keyakinan pribadi yang privat dan

mentransformasiny amenjadi kebijakan publik yang diskriminatif

C. Isu berdirinya Negara Islam di Indonesia dipandang dari UUD 1945

Isu berdirinya negara tentunya mendapatkan penolakan dalam UUD 1945.

Selain tidak sesuai dengan masyarakat Indonesia yang heterogen terdiri dari banyak

suku dan agama. UUD 1945 sebagai konstitusi negara sebenarnya telah sesuai

dengan tuntuan agama. Tidak ada yang menyimpang antara UUD1945 dengan

agama. UUD 1945 tidak membenarkan yang salah ataupun yang salah dianggap

benar secara agama. Kandungan yang terdapat dalam pembukaan adalah telah

digunakan oleh umat islam terdahulu. Sebelumnya kita harus mengetahui prinsip-

prinsip yang terkandung dalam Pembukaan UUD adalah

1.   Sumber Kekuasaan Tuhan

Di alinea ketiga disebutkan bahwa “pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia

itu atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa,” yang bermakna bahwa

kemerdekaan yang dinyatakan oleh bangsa Indonesia itu semata-mata karena

mendapat rahmat dan ridho Allah Yang Maha Kuasa. Suatu pengakuan adanya

suatu kekuasaan di atas kekuasaan manusia yang mengatur segala hal yang

terjadi di alam semesta ini. Dengan kata lain bahwa kekuasaan yang diperoleh

rakyat Indonesia dalam menyatakan kemerdekaan dan dalam mengatur

kehidupan kenegaraan bersumber dari Allah Yang Maha Kuasa. Hal ini

ditegaskan lebih lanjut dalam dasar negara sila yang pertamaKetuhanan Yang

Maha Esa.

7

Page 8: makalah nii.docx

Namun di sisi lain, pada alinea ke-empat disebutkan bahwa “Negara Republik

Indonesia tersusun dalam bentuk kedaulatan rakyat,” yang berarti bahwa

sumber kekuasaan juga terletak di tangan rakyat. Hal ini ditegaskan lebih lanjut

dalam Bab I, pasal 1 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Kedaulatan adalah di

tangan rakyat, . . . “

Dari frase-frase terbut di atas jelas bahwa sumber kekuasaan untuk mengatur

kehidupan kenegaraan dan pemerintahan di Negara Kesatuan Republik

Indonesia ini bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa dan Rakyat. Terdapat dua

sumber kekuasaan yang diametral.

Perlu adanya suatu pola sistem penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang

bersumber dari dua sumber kekuasaan tersebut. Perlu pemikiran baru

bagaimana meng-integrasikan dua sumber kekuasaan tersebut sehingga tidak

terjadi kontroversi.

 2.       Hak Asasi Manusia

Dalam Pembukaan UUD 1945, pernyataan mengenai hak asasi manusia

tidak terumuskan secara eksplisit. Namun bila kita cermati dengan seksama

akan nampak bahwa dalam Pembukaan UUD 1945 memuat begitu banyak

frase yang berisi muatan hak asasi manusia. Berikut disampaikan beberapa

rumusan yang menggambarkan tentang kepedulian para founding

fathers tentang hak asasi manusia yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.

Kemerdekaan yang dinyatakan oleh rakyat dan bangsa Indonesia adalah untuk

“menciptakan kehidupan kebangsaan yang bebas,”salah satu hak asasi

manusia yang selalu didambakan, dan dituntut oleh setiap manusia.

Kemerdekaan Negara Indonesia berciri merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan

makmur, merupakan gambaran tentang negara yang menjunjung hak asasi

manusia. Hak kebebasan danmengejar kebahagiaan diakui di Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Keseluruhan alinea kesatu Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu pernyataan

tentang hak asasi manusia, yakni kebebasandan kesetaraan. Kemerdekaan,

perikemanusiaan dan perikeadilan merupakan realisasi hak kebebasan dan

kesetaraan.

8

Page 9: makalah nii.docx

Sementara pasal 27, 28, 29, 30dan 31 dalam batang tubuh UUD 1945 adalah

pasal-pasal yang merupakan penjabaran hak asasi manusia.

Dari frase-frase yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, dan beberapa pasal

dalam UUD 1945 telah memuat ketentuan mengenai hak asasi manusia. Tidak benar

bila UUD 1945 yang asli tidak mengakomodasi hak asasi manusia dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara, apalagi setelah diadakan perubahan UUD.

3.  Sistem Demokrasi

Sistem pemerintahan bagi bangsa Indonesia terdapat dalam dalam alinea ke-

empat  yang menyatakan:” maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu

dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu

susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar

kepadaKetuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan berasab, Persatuan

Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan srosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.” Frase ini menggambarkan sistem pemerintahan

demokrasi.

Istilah kedaulatan rakyat atau kerakyatan adalah identik dengan demokrasi.

Namun dalam penerapan demokrasi disesuaikan dengan adat budaya yang

berkembang di Negara Indonesia. Sumber kekuasaan dalam berdemokrasi adalah

dari Tuhan Yang Maha Esa sekaligus dari rakyat. Dalam menemukan sistem

demokrasi di Indonesia pernah berkembang yang disebut “demokrasi terpimpin,”

suatu ketika “demokrasi Pancasila,” ketika lain  berorientrasi pada faham liberalisme.

4.  Faham Kebersamaan, Kegotong-royongan

Dalam Pembukaan UUD 1945 tidak diketemukan istilah individu atau orang,

berbeda dengan konstitusi Amerika Serikat, bahwa konstitusinya adalah untuk

mengabdi pada kepentingan individu. Begitu banyak istilahbangsa diungkap dalam

Pembukaan UUD 1945. Nampak dengan jelas bahwa maksud didirikannya Negara

Republik Indonesia yang utama adalah untuk melayani kepentingan bangsa dan

kepentingan bersama. Hal ini dapat ditemukan dalam frase sebagai berikut:

9

Page 10: makalah nii.docx

Misi Negara di antaranya  adalah “melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia,” bukan untuk melindungi masing-masing

individu. Namun dengan rumusan tersebut tidak berarti bahwa kepentingan

individu diabaikan.

Yang ingin diwujudkan dengan berdirinya Negara Indonesia adalah ;”suatu

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indnesia.” Sekali lagi dalam rumusan tersebut

tidak tersirat dan tersurat kepentingan pribadi yang ditonjolkan, tetapi

keseluruhan rakyat Indonesia.

Dari uraian yang disampaikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

Pembukaan UUD 1945 dan beberapa pasalnya mengandung prinsip-prinsip yang

mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Prinsip-prinsip

tersebut adalah sebagai berikut :

Mendudukkan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, wajib bersyukur atas

segala rahmat dan karuniaNya. Sehingga merupakan hal yang benar apabila

manusia berterima kasih atas kasih sayangNya, tunduk pada segala perintahNya

dan mengagungkan akan kebesaranNya.

Manusia memandang manusia yang lain dalam kesetaraan dan didudukkan

sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya sebagai ciptaan Tuhan. Manusia

diakui akan hak-haknya, diakui perbe-daannya, namun diperlakukan dalam

koridor hakikat yang sama. Keanekaragaman individu ditempatkan dalam

konteks Bhinneka Tunggal Ika. Pengakuan  keanekaragaman adalah untuk

merealisasikan amanah Tuhan Yang Maha Esa, yakni untuk menciptakan

kebaikan, kelestarian dan keharmonian dunia.

Manusia yang menempati puluhan ribu pulau dari Sabang sampai Merauke, dan

dari pulau Miangas sampai pulau Rote membentuk suatu kesatuan geographical

politics, memiliki sejarah hidup yang sama, sehingga terbentuk karakter yang

sama, memiliki cita-cita yang sama, merupakan suatu bangsa yang disebut

Indonesia yang memiliki jatidiri sebagai pembeda dengan bangsa yang lain.

Jatidiri tersebut tiada lain adalah Pancasila yang menjadi acuan bagi warga-

bangsa dalam bersikap dan bertingkah laku dalam menghadapi berbagai

tantangan dalam berbangsa dan bernegara.

10

Page 11: makalah nii.docx

Bangsa Indonesia dalam mencari pemecahan masalah yang dihadapi bersama,

memilih cara yang disebut “musyawarah untuk mencapai mufakat,” suatu cara

menghormati kedaulatan setiap unsur yang terlibat dalam kehidupan bersama.

Hal ini yang merupakan dambaan bagi setiap manusia dalam hidup bersama.

Manusia dalam kehidupan bersama bercita-cita untuk mewujudkan

kesejahteraan. Bagi bangsa Indonesia cita-cita tersebut adalah kesejahteraan

bersama, kemakmuran bersama. Tiada akan ada artinya terwujudnya

kesejahteraan dan kemakmuran pribadi tanpa terwujudnya kesejahteraan dan

kemakmuran bersama.

Apabila prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila ini diterapkan

secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa  dan bernegara sesuai

dengan ketentuan yang disyaratkan, maka akan tercipta suasana kehidupan yang

selaras, serasi dan seimbang, sehingga akan terasa suasana nyaman, nikmat dan

adil.

Selaras atau harmoni menggambarkan suatu situasi yang tertib, teratur,

damai, tenteram dan sejahtera bahagia. Hal ini disebabkan oleh karena masing-

masing unsur yang terlibat dalam kehidupan bersama memahami dengan

sungguh-sungguh kedudukan, hak dan kewajiban serta perannya dalam

kehidupan bersama sesuai dengan kodrat dan sifat alami yang dikaruniakan oleh

Tuhan. Apa yang dikerjakan tiada lain adalah semata-mata demi kemaslahatan

ummat manusia dan alam semesta. Situasi semacam ini yang akan mengantar

manusia dalam situasi kenikmatan duniawi dan ukhrowi.

D. Isu berdirinya Negara Islam di Indonesia dipandang dari Negara Kesatuan

Republik Indonesia

Dalam pasal 37 ayat 5 UUD 1945 dijelaskan bahwa Khusus mengenai

bentuk negara kesatuan RI tidak dapat dilakukan perubahan. Apabila NKRI

diganti menjadi negara Islam, maka bentuk negara juga diubah. Hal ini artinya

tidak sesuai dengan masyarakat Indonesia nantinya. Selain karena hanya

mementingkan satu golongan umat islam, bentuk negara yang lain tentunya

belum tento cocok dengan kondidi masyarakat yang memiliki kebearagaman

geografis dan sosial budaya. Abukan palagi bentuk negara NKRI bersumber dari

hati bukan dari paksaan atas musyawarah bersama dan perjuangan bersama. Kita

11

Page 12: makalah nii.docx

juga tidak boleh melupakan sejarah dan juga perjuangan para tokoh negara

dahulu dalam mempertahankan NKRI. Karena NKRI sangat sulit didapatkan,

kita wajib menjaganya.

Selanjutnya akan ditelaah menelaah, sejauh mana Pembukaan UUD 1945

memberikan akomodasi terhadap bentuk negara tertentu, federasi atau kesatuan.

Pada alinea kedua disebutkan :” . . .  dengan selamat sentosa mengantarkan

rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang

merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.” Kata atau istilah bersatu tidak

dapat dimaknai bahwa kedaulatan negara terpusat atau terdistribusi pada

pemerintah pusat dan  negara bagian, sehingga tidak dapat dijadikan landasan

untuk menentukan apakah Negara Republik Indonesia berbentuk federal atau

kesatuan.

Mungkin salah satu landasan argument bagi bentuk negara adalah rumusan sila

ketiga yakni “persatuan Indonesia.” Landasan inipun dipandang tidak kuat

sebagai argument ditentukannya bentuk negara kesatuan. Untuk itu perlu

dicarikan landasan pemikiran mengapa bangsa Indonesia menentukan bentuk

Negara Kesatuan, bahkan telah dinyatakan oleh berbagai pihak sebagai

ketentuan final.

Bentuk Negara Kesatuan adalah ketentuan yang diambil oleh parafounding

fathers pada tahun 1945 berdasarkan berbagai pertimbangan dan hasil

pembahasan yang cukup mendalam. Namun dalam perjalanan sejarah bangsa

Indonesia pernah juga menerapkan bentuk negara federal sebagai akibat atau

konsekuensi hasil konferensi meja bundar di Negeri Belanda pada  tahun 1949.

Namun penerapan pemerintah federal ini hanya berlangsung sekitar 7 bulan

untuk kemudian kembali menjadi bentuk Negara kesatuan.

Sejak itu Negara Replublik Indonesia berbentuk kesatuan sampai dewasa ini,

meskipun wacana mengenai negara federal masih sering timbul pada

permukaan, utamanya setelah Negara-bangsa Indonesia memasuki era

reformasi. Namun nampaknya telah disepakati oleh segala pihak bahwa bentuk

negara kesatuan merupakan pilihan final bangsa.

12

Page 13: makalah nii.docx

Untuk dapat memahami bagaimana pendapat para founding fatherstentang negara

kesatuan ini ada baiknya kita sampaikan beberapa pendapat anggota Badan

Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Bung Karno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945, di antaranya

mengusulkan sebagai dasar negara yang akan segera dibentuk adalah faham

kebangsaan, sebagai landasan berdirinya negara kebangsaan atau nationale

staat. Berikut kutipan beberapa bagian dari pidato tersebut. “Di antara bangsa

Indonesia, yang paling ada le desir d’etre ensemble, adalah rakyat

Minangkabau, yang banyaknya kira-kira 2 ½ milyun. Rakyat ini merasa dirinya

satu keluarga. Tetapi Minangkabau bukan suatu kesatuan, melainkan hanya

satu bagian daripada satu kesatuan. Penduduk Yogya pun adalah merasa le

desir d’etre ensemble, tetapi Yogya pun hanya sebagian kecil daripada satu

kesatuan. Di Jawa Barat Rakyat Pasundan sangat merasakan le desir d’etre

ensemble, tetapi Sunda pun satu bagian kecil daripada kesatuan.

Dari kutipan pidato tersebut tidak dapat dijadikan landasan argumentasi bagi

terbentuknya negara kesatuan. Apalagi kalau kita ikuti lebih lanjut pidato Bung

Karno yang justru memberikan gambaran negara kebangsaan pada negara-

negara federal seperti Jermania Raya, India dan sebagainya. Dengan demikian

sila ketiga Pancasila “persatuan Indonesia,” tidak menjamin terwujudnya

negara berbentuk kesatuan, tetapi lebih ke arah landasan bagi terbentuknya

negara kebangsaan atau nation-state.

Untuk mencari landasan bagi Negara kesatuan para founding fathers lebih

mendasarkan diri pada pengalaman sejarah bangsa sejak zaman penjajahan,

waktu perjuangan kemerdekaan sampai persiapan kemerdekaan bangsa

Indonesia. Penjajah menerapkan pendekatan devide et impera, atau pecah dan

kuasai. Pendekatan tersebut hanya mungkin dapat diatasi oleh persatuan dan

kesatuan. Sejarah membuktikan bahwa perjuangan melawan penjajah selalu

dapat dipatahkan oleh penjajah dengan memecah dan mengadu domba. Hal ini

yang dipergunakan sebagai alasan dan dasar dalam menentukan bentuk negara

kesatuan.

13

Page 14: makalah nii.docx

E. Isu berdirinya Negara Islam di Indonesia dipandang dari Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika berfungsi sebagai perekat bangsa. Berdirinya negara

Islam nantinya justru akan menimbulkan perpecahan karena adanya perselisihan

antara warga non muslin dengan masyarakat muslim. Karena hukum yang

diterapkan bagi agama non muslim berbeda dengan warga muslim. Hal ini berarti

Bhinneka Tunggal Ika pun tidak mendukung akan berdirinya negara Islam.

Namun di sisi lain sebagian masyarakat memperta-nyakan  atau

mempersoalkan makna Bhinneka Tunggal Ika dalam kaitannya dengan

implementasi Undang-undang No.32 tahun  2004, tentang Pemerintah Daerah.

Mengacu pada pasal 10 UU tersebut, dinyatakan bahwa “pemerintah daerah

menjalankan otonomi seluas-luasnya.” Berbasis pada pasal tersebut, beberapa 

pemerintah daerah tanpa memperha-tikan rambu-rambu dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara melaju tanpa kendali, bertendensi melangkah sesuai

dengan keinginan dan kemauan daerah, yang berakibat terjadinya tindakan yang

dapat saja mengancam keutuhan dan kesatuan bangsa yang menyimpang dari

makna sesanti Bhinneka Tunggal Ika.

Namun apabila dicermati dengan saksama, pasal 27 dan 45 UU tersebut

menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, kepala daerah dan anggota

DPRD wajib “memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan

Undang-Undang Dasar 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia serta

mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.” Hal ini akan terlaksana dengan sepatutnya apabila prinsip Bhinneka

Tunggal Ika dapat dipegang teguh sebagai acuan dalam melaksanakan UU

Pemerintah Daerah dimaksud. Oleh karena itu berbagai pihak wajib memahami

makna yang benar terhadap Bhinneka Tunggal Ika, dan bagaimana meman-

faatkan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan

kenegaraan pada umumnya.

Sejak awal telah begitu banyak pihak yang berusaha membahas untuk memahami

dan memberi makna Pancasila, serta bagaimana implementasinya dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Sementara itu pilar Bhinneka Tunggal Ika masih kurang

menarik bagi pihak-pihak untuk membahas dan memikirkan bagaimana

14

Page 15: makalah nii.docx

implementasinya, padahal Bhinneka Tunggal Ika memegang peran yang sangat

penting bagi negara-bangsa yang sangat pluralistik ini. Dengan bertitik tolak dari

pemikiran ini, dicoba untuk membahas makna Bhinneka Tunggal Ika dan

bagaimana implementasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga

Bhinneka Tunggal Ika benar-benar dapat menjadi tiang penyangga yang kokoh

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia.

Penemuan dan Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika

Sesanti atau semboyan Bhinneka Tunggal Ika diungkapkan pertama kali oleh

mPu Tantular, pujangga agung kerajaan Majapahit yang hidup pada masa

pemerintahan Raja Hayamwuruk, di abad ke empatbelas (1350-1389). Sesanti

tersebut terdapat dalam karyanya; kakawin Sutasoma yang berbunyi “Bhinna ika

tunggal ika, tan hana dharma mangrwa, “ yang artinya “Berbeda-beda itu, satu itu,

tak ada pengabdian yang mendua.” Semboyan yang kemudian dijadikan prinsip

dalam kehidupan dalam pemerintahan kerajaan Majapahit itu untuk mengantisipasi

adanya keaneka-ragaman agama yang dipeluk oleh rakyat Majapahit pada waktu

itu. Meskipun mereka berbeda agama tetapi mereka tetap satu dalam pengabdian.

Pada tahun 1951, sekitar 600 tahun setelah pertama kali semboyan Bhinneka

Tunggal Ika yang diungkap oleh mPu Tantular, ditetapkan oleh pemerintah

Indonesia sebagai semboyan resmi Negara Republik Indonesia dengan Peraturan

Pemerintah No.66 tahun 1951. Peraturan Pemerintah tersebut menentukan bahwa

sejak 17 Agustus 1950, Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan sebagai seboyan yang

terdapat dalam Lambang Negara Republik Indonesia, “Garuda Pancasila.” Kata

“bhinna ika,” kemudian dirangkai menjadi satu kata “bhinneka”. Pada perubahan

UUD 1945 yang kedua, Bhinneka Tunggal Ika dikukuhkan sebagai semboyan

resmi yang terdapat dalam Lambang Negara, dan tercantum dalam pasal 36a UUD

1945.

Sasanti yang merupakan karya mPu Tantular, yang diharapkan dijadikan acuan bagi

rakyat Majapahit dalam berdharma, oleh bangsa Indonesia setelah menyatakan

kemerdekaannya, dijadikan semboyan dan pegangan bangsa dalam membawa diri

dalam hidup berbangsa dan bernegara. Seperti halnya Pancasila, istilah Bhinneka

Tunggal Ika juga tidak tertera dalam UUD 1945 (asli), namun esensinya terdapat

15

Page 16: makalah nii.docx

didalamnya , seperti yang dinyatakan :” Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai

penjelmaan seluruh rakyat Indonesia, terdiri atas anggota-anggota Dewan

Sementara itu penerapan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara harus berdasar pada Pancasila yang telah ditetapkan oleh bangsa

Indonesia menjadi dasar negaranya. Dengan demikian maka penerapan Bhinneka

Tunggal Ika harus dijiwai oleh konsep religiositas, humanitas, nasionalitas,

sovereinitas dan sosialitas. Hanya dengan ini maka Bhinneka Tunggal Ika akan

teraktualisasi dengan sepertinya.

Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika

Berikut disampaikan konsep dasar yang terdapat dalam Bhinneka Tunggal

Ika yang kemudian terjabar dalam prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhinneka

Tunggal Ika yang dijadikan acuan bagi bangsa Indonesia dalam berbangsa dan

bernegara. Dalam rangka memahami konsep dasar dimaksud ada baiknya kita

renungkan lambang negara yang tidak terpisahkan dari semboyan Bhinneka

Tunggal Ika. Perlu kita mengadakan refleksi terhadap lambang negara tersebut.

Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep pluralistik dan multikulturalistik dalam

kehidupan yang terikat dalam suatu kesatuan. Pluralistik bukan pluralisme, suatu

faham yang membiarkan keanekaragaman seperti apa adanya. Membiarkan setiap

entitas yang menunjukkan ke-berbedaan tanpa peduli adanya common

denominatorpada keanekaragaman tersebut. Dengan faham pluralisme tidak perlu

adanya konsep yang mensubstitusi keanekaragaman. Demikian pula halnya dengan

faham multikulturalisme. Masyarakat yang menganut faham pluralisme dan

multikulturalisme, ibarat onggokan material bangunan yang dibiarkan teronggok

sendiri-sendiri, sehingga tidak akan membentuk suatu bangunan yang namanya

rumah.

Ada baiknya dalam rangka lebih memahami makna pluralistik bangsa

difahami pengertian pluralisme, agar dalam penerapan konsep pluralistik tidak

terjerumus ke dalam faham pluralisme.

 

16

Page 17: makalah nii.docx

Seperti dikemukan di atas, pola sikap bangsa Indone-sia dalam menghadapi

keaneka-ragaman ini berdasar pada suatu sasanti atau adagium “Bhinneka Tunggal

Ika,” yang bermakna beraneka tetapi satu, yang hampir sama dengan motto  yang

dipegang oleh bangsa Amerika, yakni “e pluribus unum.” Dalam menerapkan

pluralitas dalam kehidupan, bangsa Indonesia mengacu pada prinsip yang

terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, bahwa yang diutamakan adalah

kepentingan bangsa bukan kepentingan individu.

Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika

Untuk dapat mengimplementasikan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara dipandang perlu untuk memahami secara mendalam

prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika. Prinsip-prinsip

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dalam rangka membentuk kesatuan dari keaneka ragaman tidak terjadi

pembentukan konsep baru dari keanekaragaman konsep-konsep yang terdapat

pada unsur-unsur atau komponen bangsa. Suatu contoh di negara tercinta ini

terdapat begitu aneka ragam agama dan kepercayaan. Dengan ke-tunggalan

Bhinneka Tunggal Ika tidak dimaksudkan untuk membentuk agama baru. Setiap

agama diakui seperti apa adanya, namun dalam kehidupan beragama di

Indonesia dicari common denominator, yakni prinsip-prinsip yang ditemui dari

setiap agama yag memiliki kesamaan, dan common denominator ini yang kita

pegang sebagai ke-tunggalan, untuk kemudian dipergunakan sebagai acuan

dalam hidup berbangsa dan bernegara. Demikian pula halnya dengan adat

budaya daerah, tetap diakui eksistensinya dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berwawasan kebangsaan. Faham Bhinneka Tunggal Ika, yang

oleh Ir Sujamto disebut sebagai faham Tantularisme, bukan faham sinkretisme,

yang mencoba untuk mengembangkan konsep baru dari unsur asli dengan unsur

yang datang dari luar.

2. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat sektarian dan eksklusif; hal ini bermakna

bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dibenarkan merasa

dirinya yang paling benar, paling hebat, dan tidak mengakui harkat dan martabat

pihak lain. Pandangan sektarian dan eksklusif ini akan memicu terbentuknya

17

Page 18: makalah nii.docx

keakuan yang berlebihan dengan tidak atau kurang memperhitungkan pihak lain,

memupuk kecurigaan, kecemburuan, dan persaingan yang tidak sehat. Bhinneka

Tunggal Ika bersifat inklusif. Golongan mayoritas dalam hidup berbangsa dan

bernegara tidak memaksakan kehendaknya pada golongan minoritas.

3. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalistis yang hanya menunjukkan

perilaku semu. Bhinneka Tunggal Ika dilandasi oleh sikap saling percaya

mempercayai, saling hormat menghormati, saling cinta mencintai dan rukun.

Hanya dengan cara demikian maka keanekaragaman ini dapat dipersatukan.

4. Bhinneka Tunggal Ika bersifat konvergen tidak divergen, yang bermakna

perbedaan yang terjadi dalam keanekaragaman tidak untuk dibesar-besarkan,

tetapi dicari titik temu,  dalam bentuk kesepakatan bersama. Hal ini akan t

erwujud apabila dilandasi oleh sikap toleran, non sektarian, inklusif, akomodatif,

dan rukun.

  Prinsip atau asas pluralistik dan multikultural Bhinneka Tunggal Ika

mendukung nilai: (1) inklusif, tidak bersifat eksklusif, (2) terbuka, (3)ko-

eksistensi damai dan kebersamaan, (4) kesetaraan, (5) tidak merasa yang paling

benar, (6) tolerans, (7) musyawarah disertai dengan penghargaan terhadap pihak

lain yang berbeda. Suatu masyarakat yang tertutup atau eksklusif sehingga tidak

memungkinkan terjadinya perkembangan tidak mungkin menghadapi arus

globalisasi yang demikian deras dan kuatnya, serta dalam menghadapi

keanekaragaman budaya bangsa. Sifat terbuka yang terarah merupakan syarat

bagi berkembangnya masyarakat modern. Sehingga keterbukaan dan berdiri

sama tinggi serta duduk sama rendah, memungkinkan terbentuknya masyarakat

yang pluralistik secara ko-eksistensi, saling hormat menghormati, tidak merasa

dirinya yang paling benar dan tidak memaksakan kehendak yang menjadi

keyakinannya kepada pihak lain. Segala peraturan perundang-undangan

khususnya peraturan daerah harus mampu mengakomodasi masyarakat yang

pluralistik dan multikutural, dengan tetap berpegang teguh pada dasar negara

Pancasila dan UUD 1945. Suatu peraturan perundang-undangan, utamanya

peraturan daerah yang memberi peluang terjadinya perpecahan bangsa, atau

yang semata-mata untuk mengakomodasi kepentingan unsur bangsa harus

dihindari. Suatu contoh persyaratan untuk jabatan daerah harus dari putra

18

Page 19: makalah nii.docx

daerah, menggambarkan sempitnya kesadaran nasional yang semata-mata untuk

memenuhi aspirasi kedaerahan, yang akan mengundang terjadinya perpecahan.

Hal ini tidak mencerminkan penerapan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Dengan

menerapkan nilai-nilai tersebut secara konsisten akan terwujud masyarakat yang

damai, aman, tertib, teratur, sehingga kesejahteraan dan keadilan akan terwujud.

 Implementasi Bhineka Tunggal Ika

Setelah difahami beberapa prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika,

maka langkah selanjutnya adalah bagaimana prinsip-prinsip Bhinneka Tunggal Ika

ini diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Perilaku inklusif.

  Di depan telah dikemukakan bahwa salah satu prinsip yang terkandung dalam

Bhinneka Tunggal Ika adalah sikap inklusif. Dalam kehidupan bersama yang

menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika memandang bahwa dirinya, baik itu

sebagai individu atau kelompok masyarakat merasa dirinya hanya merupakan

sebagian dari kesatuan dari masyarakat yang lebih luas. Betapa besar dan penting

kelompoknya dalam kehidupan bersama, tidak memandang rendah dan

menyepelekan kelompok yang lain. Masing-masing memiliki peran yang tidak

dapat diabaikan, dan bermakna bagi kehidupan bersama.

4. Mengakomodasi sifat pluralistik

  Bangsa Indonesia sangat pluralistik ditinjau dari keragaman agama yang

dipeluk oleh masyarakat, aneka adat budaya yang berkembang di daerah, suku

bangsa dengan bahasanya masing-masing, dan menempati ribuan pulau yang tiada

jarang terpisah demikian jauh pulau yang satu dari pulau yang lain. Tanpa

memahami makna pluralistik dan bagaimana cara mewujudkan persatuan dalam

keanekaragaman secara tepat, dengan mudah terjadi disintegrasi bangsa. Sifat

toleran, saling hormat menghormati, mendudukkan masing-masing pihak sesuai

dengan peran, harkat dan martabatnya secara tepat, tidak memandang remeh pada

pihak lain, apalagi menghapus eksistensi kelompok dari kehidupan bersama,

merupakan syarat bagi lestarinya negara-bangsa Indonesia. Kerukunan hidup perlu

dikembangkan dengan sepatutnya. Suatu contoh sebelum terjadi reformasi, di

19

Page 20: makalah nii.docx

Ambon berlaku suatu pola kehidupan bersama yang disebut pela gandong, suatu

pola kehidupan masyarakat yang tidak melandaskan diri pada agama, tetapi semata-

mata pada kehidupan bersama pada wilayah tertentu. Pemeluk berbagai agama

berlangsung sangat rukun, bantu membantu dalam kegiatan yang tidak bersifat

ritual keagamaan. Mereka tidak membedakan suku-suku yang berdiam di wilayah

tersebut, dan sebagainya. Sayangnya dengan terjadinya reformasi yang mengusung

kebebasan, pola kehidupan masyarakat yang demikian ideal ini telah tergerus arus

reformasi.

3Tidak menang sendiri 

Menghormati pendapat pihak lain, dengan tidak beranggapan bahwa pendapatnya

sendiri yang paling benar, dirinya atau kelompoknya yang paling hebat perlu diatur

dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika. Dapat menerima dan memberi pendapat

merupakan hal yang harus berkembang dalam kehidupan yang beragam. Perbedaan

ini tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi dicari titik temu. Bukan dikembangkan

divergensi, tetapi yang harus diusahakan adalah terwujudnya konvergensi dari

berbagai keanekaragaman. Untuk itu perlu dikembangkan musyawarah untuk

mencapai mufakat.

5. Dilandasi rasa kasih sayang dan rela berkorban

Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus

dibuang jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki

harus dibuang dari kamus Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini akan berlangsung apabila

pelaksanaan Bhnneka Tunggal Ika menerap-kan adagium “leladi sesamining dumadi,

sepi ing pamrih, rame ing gawe, jer basuki mowo beyo.” Eksistensi kita di dunia

adalah untuk memberikan pelayanan kepada pihak lain, dilandasi oleh tanpa pamrih

pribadi dan golongan, disertai dengan pengorbanan. Tanpa pengorbanan, sekurang-

kurangnya mengurangi kepentingan dan pamrih pribadi, kesatuan tidak mungkin

terwujud. Bila setiap warganegara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika,

meyakini akan ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta

mau dan mampu mengimplementasikan secara tepat dan benar insya Allah, Negara

Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya.

20

Page 21: makalah nii.docx

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Negara Islam adalah negara yang berdasarkan pada alqur’an dan hadist.

Indonesia tidak cocok untuk menerapkan negara Islam karena Indonesia terdiri

dari rakyat yang heterogen baik budaya, sosial dan agama. Secara umum

penganut Islam radikal mendasari adanya Thogut dan sikap liberal bagi

berdirinya negara Islam. Banyak cara yang dilakukan yakni taqwin asyakhsyiah

islamiah, (membentuk kepribadian Islam). At-ta’amul ma’al ummah (interaksi

dengan masyarakat secara keseluruhan). Dan terakhir at-taqwin daulah islamiah.

2. Pada dasarnya nilai - nilai yang terkandung dalam Pancasila telah mewakili

agama islam yakni diantaranya keesaan pada Allah dan juga penyelesaian

dengan mufakat. Jadi salah bila anggapan Pancasila salah jika pancasila harus

diubah dan bersifat Thogut bagi penganut islam radikal

3. UUD 1945 menyatakan tujuan negara yang telah dicita-citakan oleh bangsa

sejak zaman dahulu. Selain itu UUD 1945 juga tidak menentang agama Islam.

UUD 1945 dibuat demi kepentingan bersama. Jadi berdasarkan hal tersebut

negara Islam tidak perlu didirikan karena akan tidak sesuai dengan cita-cita dan

isi UUD 1945.

4. Telah dijelaskan bahwa bentuk negara kesatuan tidak dapat dilakukan

perubahan, berdirinya Negara Islam jelas mengubah bentuk kenegaraan dan hal

ini tidak sesuai dengan bentuk negara kita. Tidak ada yang salah dengan NKRI.

NKRI di dapat dari perjuangan rakyat Indonesia yang mayoritas agama Islam.

Mana mungkin sesama muslim akan menyakiti muslim yang lain.

5. Adanya Negara Islam justru akan menimbulkan perpecahan karena hanya

mementingkan satu golongan Islam saja. Padahal Indonesia terdiri dari banyak

macam agama. Kebhinneka Tunggal Ika an tidak akan tercapai.

B. Saran

1. Tindakan tegas untuk menegakkan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945 yang

menghendaki agar Indonesia dijadikan sebagai negara bagi semua golongan

2. Gerakan pembentuk negara Islam maupun gerakan separatis lainnya yang

mengancam negara harus diberi sanksi tegas

21

Page 22: makalah nii.docx

DAFTAR PUSTAKA

Al Hakim, Suparlan. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia. Malang: UM Press

Ahton. 2006. Wajibkah negara Indonesia menjadi negara Islam?(Online). www.berdirinya _negara_wajib

Amin, Arjoso. 2000. Pancasila Dasar Negara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Irhamni.2013.Gerakan radikal Islam Indonesia.(Online).20 Maret 2014. www.Gerakan%20Islam%20Radikal%20di%20Indonesia%20_%20NU%20Jombang%20Online%20_%20Situs%20Resmi%20PCNU%20Jombang

Nandar Ismu.2014. Gerakan HTI.(Online).21 Maret 2014.www. google.pergerakanIslam_kampus

Rochmat. 2014.Tarbiyah Pancasila. Berhasilkan?.(Online). 20 Maret 2014. www. Tarbiyah. Pancasila Tarbiyah%20Pancasila,%20Berhasilkah%20%20-%20Anti%20Thoghut.html

Soeprapto.2013. Empat Pilar Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara. Jakarta: Pustaka Ilmu

Wardaya, K. Manunggal.2013.Telaah Ringkas Mengenai Negara Islam Indonesia (Nii)Dalam Perspektif Hukum Dan Sejarah Ketatanegaraan Indonesia. Bali: UDAYANA

 

 

 

 

22

Page 23: makalah nii.docx

23