makalah ms.docx

Upload: eloxs-la-tahzan

Post on 07-Jan-2016

315 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

MAKALAHMULTIPLE SCLEROSISComment by Afdi: TAMBAHKAN Pohon MasalahDiagnosa keperawatan minimal 5Intervensi yang ditulis cukup 3 diagnosa utamaTambahkan gambar pada patofisologi (seperti selubung mielin yang terkena/rusak)Perhatikan tulisan dan sesuaikan EYDSISTEM IMUN DAN HEMATOLOGIDosen Pembimbing: Eka Afdi Septiyono, S.Kep.,Ns

Di Susun OlehKelompok 4:1. Bayu Laksono14201.06.140042. Hamim Hidayatullah14201.06.140153. Lailatul Syadiah14201.06.140254. Siti Ismaul 14201.06.14036

PRODI S-1 KEPERAWATANSTIKES HASHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONGPAJARAKAN PROBOLINGGOTAHUN AJARAN 2015

HALAMAN PENGESAHANMAKALAHMULTIPLE SCLEROSIS PADA GANGGUAN SISTEM IMUN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata AjarSistem Imun dan Hematologi

Mengetahui,Dosen Mata Ajar

Eka Afdi Septiyono, S.Kep.,Ns

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW.Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul MULTIPLE SCLEROSI PADA GANGGUAN SISTEM IMUN dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren Zainul Hasan Genggong2. Ns. Iin Aini Isnawaty, S.Kep.,M.Kes. sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong3. Achmad Kusyairi, S.Kep.,Ns., M.Kep. sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan4. Eka Afdi Septiyono, S.Kep.,Ns sebagai dosen mata ajar Sistem EndokrinPada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum sempurna.Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Probolinggo, September 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman SampuliLembar PengesahaniiKata PengantariiiDaftar Isiiv

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang11.2 Rumusan Masalah21.3 Tujuan21.4 Manfaat2BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi32.2 Etiologi32.3 Patofisiologi42.4 Manifestasi Klinis52.5 Pemeriksaan Penunjang62.6 Penatalaksanaan62.7 Komplikasi8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN3.1 Pengkajian93.2 Diagnosa Keperawatan133.3 Intervensi Keperawatan13

BAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan174.2 Saran17DAFTAR PUSTAKA18

18

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sesungguhnya otak merupakan bagian tubuh yang paling vital.Sebab, hampir sebagian aktivitas yang dijalankan tubuh dikoordinasikan oleh organ ini. Ditambah lagi, anggapan yang menyatakan bahwa setelah lahir, otak kita tidak akan mengalami penambahan jumlah sel, sehingga jika terjadi kerusakan otak akan sulit untuk sembuh secara sempurna.Comment by Afdi: Lebih di ILMIAH-Kan lagi jangan bahasa blog.Kenyataan ini sama seperti system saraf pada tubuh kita. System saraf mengandung ratusan juta, bahkan miliaran sel yang siap mengantarkan seluruh pesan ke bagian tubuh yang lain, di samping pula hormone. Namun, bila hormone dihantarkan oleh saraf, naka pesan akan lebih cepat dikirim.Akan tetapi apabila bagian-bagian vital tubuh ini diserang oleh berbagai penyakit, tentu segalanya akan menjadi repot, karena manusia tidak lagi dapat bekerja dengan baik. Multiple sclerosis adalah salah satu penyakit yang menyerang sel-sel saraf di bagian system saraf pusat.Penyakit ini menyebabkan kerusakan pada selubung myelin saraf manusia, sehingga menyebabkan gangguan system hantaran impuls pada saraf tersebut.Sampai saat ini penyebab Multiple sklerosis belum sepenuhnya diketahui. Beberapa penelitian pernah menyebutkan bahwa penyebab Multiple sklerosis yang paling nyata adalah faktor genetik (mirip kanker), tapi perkembangan dunia kedokteran terbaru ternyata membantah kesimpulan ini. Pendeknya, penelitian terbaru membuktikan bahwa Multiplr sklerosissama sekali bukan penyakit menular, juga bukan penyakit keturunan. Sampai saat ini Multiple sklerosis lebih banyak diderita oleh wanita daripada pria.Yang terserang biasanya orang-orang yang berusia antara 20~50 tahun. Penderita Multiple sklerossi banyak ditemukan di daerah beriklim dingin dan umumnya berasal dari ras kaukasoid (bangsa berkulit putih); sedangkan di daerah yang beriklim panas seperti Indonesia dan pada ras bangsa kulit berwarna lainnya, Multiple sklerosis menjadi penyakit yang amat sangat langka.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan penyakit multiple sclerosis pada gangguansistem imun?

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan UmumMengetahui tentang asuhan keperawatan klien dengan penyakit multiple sclerosis pada gangguan sistem imun.1.3.2 Tujuan KhususAgar pembaca lebih memahami tentang asuhan keperawatan klien dengan penyakit multiple sclerosis pada gangguan sistem imun.1.4 Manfaat1.1.1 Bagi Institusi Pendidikana. Terciptanya mahasiswa yang paham tentangasuhan keperawatan klien dengan penyakit multiple sclerosis pada gangguan sistem imun.b. Menambah referensi pendidikan mengenai asuhan keperawatan klien dengan penyakit multiple sclerosis pada gangguan sistem imun.1.1.2 Bagi Mahasiswa a. Untuk menambah wawasan pembaca tentang asuhan keperawatan klien dengan penyakit multiple sclerosis pada gangguan sistem imun.b. Untuk lebih mendalamin tentang asuhan keperawatn klien dengan penyakit multiple sclerosis pada gangguan sistem imun.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiMultiple sclerosis adalah salah satu penyakit yang menyerang sel-sel saraf di bagian sistem saraf pusat.Penyakit ini menyebabkan kerusakan pada selubung myelin saraf manusia, sehingga menyebabkan gangguan system hantaran impuls pada saraf tersebut (Sholeh S. Naga, 2012).MS (Multiple Sclerosis) adalah penyakit sistem syaraf pusat (otak dan jaringan sum-sum tulang belakang) akibat kerusakan myelin.Myelin adalah materi seperti lemak yang melindungi syaraf, berfungsi seperti lapisan pelindung pada kabel listrik yang membantu menghantarkan listrik dengan cepat dan mulus. Pada MS, kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan pesan ke dan dari otak menjadi terganggu. Kerusakan myelin biasanya ditandai dengan adanya area parut (luka/lesi) yang mengeras pada serabut syaraf di otak dan tulang belakang.Sampai saat ini penyebab MS belum diketahui secara pasti.Namun ada dugaan kerusakan myelin mungkin terjadi akibat respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan organisma berbahaya (bakteri dan virus).Sistem kekebalan tubuh tersebut, alih-alih menyerang sel-sel yang sakit, malah menyerang sel-sel dan jaringan tubuh yang sehat (dalam kasus MS bagian yang diserang sangat spesifik, yaitu myelin).2.2 Etiologi Penyebab multiple sclerosis tidak diketahui secara pasti. Tetapi, diduga suatu virus atau antigen asing memicu reaksi autoimun, yang biasanya terjadi pada awal kehidupan penderita. Lalu, tubuh akan menghasilkan antibody untuk melawan myelinnya sendiri. Antibody inilah yang menyebabakan terjadinya peradangan dan kerusakan pada selubung saraf.Beberapa penelitian menunjukkan adanya kerusakan myelin (selubung pelindung mengelilingi serabut saraf pada system saraf pusat) merupakan kejadian primer dan dapat juga diakibatkan oleh hal-hal berikut:a. VirusSejumlah virus diduga sebagai agen penyebab multiple sclerosis.Virus campak (rubella) diduga sebagai virus penyebab penyakit tersebut.Serum dan cairan serebrospinal dari penderita multiple sclerosis mengandung berbagai antibody campak.Zat anti tersebut dihasilkan di otak.Apabila virus campak yang memegang peranan, maka kemungkinan virus itu tetap dominan (dalam stadium pasif) selama beberpa tahun, dan kemudian merangsang respon autoimun.b. Faktor Keturunan (Genetik)Faktoe keturunan tampaknya berperan dalam terjadinya multiple sclerosis.Sekitar 5% penderita memiliki saudara laki-laki atau saudara perempuan yang juga menderita penyakit ini dan sekitar 15% penderita memilliki keluarga dekat yang menderita penyakit ini.Comment by Afdi: Diperhatikan EYDnyac. Kondisi GeografisMultiple sclerosis terjadi pada 1 dari setiap 2.000 orang, yang pada 10 tahun pertama kehidupannya tinggal di daerah beriklim sedang, tetapi hanya 1 dari setiap 10.000 orang yang lahir di daerah beriklim tropis. Multiple sklerosisi hampir tidak pernah menyerang orang-orang yang tinggal di sekitar khatulistiwa. Pada umumnya, multiple sclerosis lebih sering menyerang pada mereka pda mereka yang berada di jauh dari garis khatulistiwa, terutama di kelompok Kuakasai, seperti diwilayah utara Eropa, selatan Australia, dan bagian tengah Amerika Utara. Iklim dimana seseorang tinggal pada 10 tahun pertama kehidupannya, tampaknya lebih penting dari pada iklim dimana seseorang tinggal setelah 10 tahun pertama kehidupannya.2.3 PatofisiologiPada multiple sclerosis, bercak-bercak sporadic demielilinisasi akson dan kehilangan serabut saraf terjadi di seluruh system saraf pusat sehingga menginduksi disfungsi neurologi yang menyebar luas dan bervariasi (lihat bagaimana myelin mengalami kerusakan).Bukti baru kehilangan serabut saraf dapat menjelaskan terjadinya defisit neurologi yang tidak tampak dan dialami oleh banyak pasien multiple sclerosis.Akason menentukan ada tidaknya fungsi daraf.Kehilangan myelin tidak memiliki kolerasi dengan kehilanagan fungsi saraf.

2.4 Manifestasi Klinis Gejala biasanya muncul pada usia 20-40 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita. Demielinasi bisa terjadi pada bagian otak atau tulang belakang mana saja, dan gejalanya tergantung pada daerah yang terkena.Dimielinasi pda jalur saraf yang membawa sinyal ke otot menyebabkan kelainan gerak (gejala motorik), sedangkan terjadi pada jalur saraf yang menuju ke otak menyebabkan kelainan sensasi (gejala sensorik). Gejala-gejala primer dari penyakit ini yang banyak dilaporkan berupa: a. Kelelahanb. Lemahc. Kebas d. Kesukaran koordinasi e. Kehilangan keseimbangan f. Kesemutan, mati rasa, atau perasaan aneh pada lengan, tungkai, batang tubuh, atau wajahg. Ketangkasan dan kekuatan tungkai atau tangan bisa hilang h. Adanya perubahan emosi dan intelektual yang ringan (petunjuk yang samr-samar dari adanya demielinasi pada otak ini kadang dimulai jauh sebelum penyakit ini di ketahui)i. Munculnya gangguan fisual; neuritis obik (retrobulbar) merupaka gangguan fisual khas yang merupakan tanda onset multiple sclerosis. Gejala neuritis optic unilateral meliputi: 1. Nyeri disekitar salah satu mata, terutama saat mata bergerak, 2. Penglihatan kabur dan dapat berlanjut menjadi kebutaan total monookular 3. Hilangnya penglihatan warna4. Selain gangguan kerajaman penglihatan dan warna, pemeriksan dapat menunjukkan:a) Adanya diskus optikus membengkak dan kemerahan pada fundus kopi jika area dimielinasi inflamasi terletak langsung di belakang papil nervus optikusb) Defek lapang pandang, umumnya berupa skotoma sentral pada mata yang terkena c) Defek pupil aferen relatifj. Munculnya gejala dari gangguan batang otakk. Munculnya gejala gangguan selebelar (mistakmus dan ataksia serebral)l. Munculnya gejala ekstra piramidal m. Terjadinya gangguan mental n. Adanya gangguan miksi (lesi pada traktus kortokospinalis menimbulkan gangguan pengaturan spingter, sehingga timbul keraguan dan keinginan untuk kencing secara berulang kali)o. Terjadi gangguan sensorimotori; pada evolusi gejala yang umum terjadi adalah gambaran klinis memburuk selama beberapa hari atau minggu, mencapai plateu, dan kemudian membaik secara bertahab, sebagian atau total, selama beberapa minggu atau bulan.2.5 Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan elektroforesis Pemeriksaan elektroferesis terhadap system saram pusat biasanya enunjukkan adanyaa ikatan oligoklonal (beberapa pita immunoglobulin gamma G-IgG yang menandakan abnormalitas imunoglubulin).b. BPATes yang dapat membantu menemukan adanya proses demielinasi aktif adalah analisis protein basa (basio protein assay- BPA) cairan spinal. Kadar BPA turun dengan cepat begitu proses eksaserbasi akut telah berlalu. c. MRIPemindaian CT dapat menunjukkan atrofi selebral.MRI menjadi alat diagnostik utama untuk memperlihatkan plak-lak kecil dan untuk mengefaluasi perjalanan penyakit dan efek dari pengobatan.d. Pemeriksaan orodinamik, niuropsikologik, dan riwayat socialDisfungsi kandung kemih yang mendasari diagnosis pemeriksaan urodinamik.Pengujian niuropsikologik dapat di indikasikan untuk mengkaji kerusakan kogntif.Riwayat social membantu untuk mengidentifikasi hal-hal ke khawatiran khusus.2.6 PenatalaksanaanPengobatan multiple sclerosis adalah simtomatis, yaitu suatu program pengobatan sesuai dengan individu kelompk dan rasional yang menjadi indikasi, untuk mengurangi gejala dan memberikan dukungan secara terus-menerus.Banyak pasien multiple sclerosis mengalami keadaan stabil dan hanya memerlukan pengobatan intermiten yang ditujukan pada pengontrolan gejala ini.a. Farmakoterapi1. Kotikosteroid dan ACTH dapat diberikan sebagai agen anti radang yang dapat meningkatkan konduksi saraf. Obat-obatan ini mencakup azatioprin, siklofosfamid, dan interferon. Selama relaps akut, dapat diberikan vitamin B12 dan pbat kortikosteroid. Akan tetapi, pengobatan ini dinilai sulit, sifat episodic dari penyakit ini. ACTH diberikan IM atau IV. 2. Beta interferon (detaseron) dapat digunakan dalam perjalanan relapsing-remitting. Beta interferon diketahui efektif dalam menurunkan secara signifikan julah dan beratnya exaserbasi akut, dengan pemindaian MRI yang menunjukkan area demielinisasi yang lebih kecil pada jaringan otak.3. Beta Interferon lazim digunakan untuk mengobati bentuk-bentuk kekambuhan multiple sclerosis dengan cara meredakan serangan system imun pada myelin, yaitu suatu zat kimia yang membentuk selubung proteksi pada jaringan saraf. Obat-obatan interferon aktif pada beberapa lokasi dalam tubuh, termasuk blood brai barrier (3B) dan saraf tepi (perifer). Pengobatan beta interferon dilakukan melalui injeksi SC dan diberikan minimal 2 tahun.4. Radiasi, kopolimer 1 dan kladribin sekarang masih diteliti sebagai pengobatan yang mungkin untuk bentuk multiple sclerosis progresif. b. Penatalaksanaan Defekasi dan BerkemihGejala disfungsi kandung kemih dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:1. Ketidakmampuan untuk menyimpan urin (hiperefleksi; tidak tertahan)2. Ketidakmampuan megosongkan kandug kemih (hiporefleksi; hipotonik)3. Campuran kedua tipe; berbagai variasi pengobatan digunakan untuk mengatasi masalah ini, misalnya kateterisasi intermiten yang efektif digunakan untuk disfungsi kandung kemih, asam askorbat dapat diberikan untuk mengasamkan urin sehingga bakteri sulit untuk tumbuh, dan antibiotic dapat diberikan bila dibutuhkan.c. Penatalaksanaan Gejala-Gejala yang Membahayakan Jiwa1. Apabila terdapat ketidakmampuan dalam menelan atau bernafas, dapat diberikan dexametason (decadron) secara IV2. Apabila terdapat kejang-kejang otot dapat diberikan diazepam (valium) atau baclofen. Baclofen bekerja sebagai antispasmodic yang dipilih untuk pengobatan spastisitas.3. Pasien dengan sensitivitas berat dan kontraktur memerlukan blok saraf dan intervensi pembedahan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut.d. Terapi FisikKeterlibatan pasien dalam terapi fisik sangat menentukan keberhasilan terapi ini.Dengan dilakukan terapi fisik, perasaan enak semakin meningkat, dapat membantu memperkuat dan membentuk moral penderita. Dalam terapi fisik ini, dapat dilatih kembali cara berjalan serta peregangan dan penguatan oyot-otot.2.7 Komplikasi Komplikasi dapat meliputi:a. Cidera akibat jatuh atau robohb. Infeksi saluran kemihc. Konstipasid. Kontaktur sendie. Ulkus decubitusf. Distensi rectumg. Pneumoniah. depresi

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN3.1 PengkajianPengkajian keperawatan menunjukkan masalah yang actual dan resiko berkaitan dengan penyakitnya yang mencakup maslah neurologis,komplikasi sekunder,serta pengaruh penyakit terhadap klien dan keluarga. Gerakan dan kemampuan berjalan klien diobsevasi untuk menentukann apakah ada bahaya jatuh .pengkajian fungsi dilakukan baik ketika klien cukup istirahat dan ketika mengalami keletihan. Perlu dikaji untuk adanya kelemahan, spastisitas, kerusakan penglihatan, dan inkoontinensia.Comment by Afdi: spasiIdentitas klienMeliputi nama,umur (lebih sering pada kelompok dewasa muda, antera 18 sampai 40 tahun),jenis kelamin(lebih sering menyerang wanita dibandingkan dengan pria),pendidikan,alamat, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS , nomor register, dan diagnosis medis.Comment by Afdi: spasiKeluhan utamaSering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta bantuan medis adalah kelemahan anggota gerak, penurunan daya ingat, gangguan sensorik, dan penglihatan.Riwayat penyakit sekarangPada anamnesis sering klien mengeluhkan parestesia(baal,perasaan geli,perasaanmati atau tertusuk-tusuk jarum peniti), kekaburan penglihatan , lapang pandang yang makin menyempit ,dank lien sering mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara spontan terutama apabila sedang berada ditempat tidur . merasa lelah dan berat pada satu tungkai, dan pada waktu berjalan terlihat jelas kaki yang yang sebelah terseret maju, dan pengontrolnyakurang sekali.Pada beberapa kasus keluargasering mengeluh bahwa klien sering mengalami bertingkah laku euphoria, suatu perasaan senang yang tidak realistis. Ini diduga disebabkan terserangnya subtansi alba lobus frontalis.Pada tahap lanjut dari penyakit, sering mengeluhkan retensi akut dan inkontensia.Riwayat penyakit dahuluPengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat infeksi virus pada masa kanak-kanak yang menyebabkan multiple sclerosis pada waktu mulai menginjak masa dewasa muda.Virus campak (rubella) diduga sebagai virus penyebab penyakit ini.

Riwayat penyakit keluargaPenyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang pernah menderita penyakit tersebut , yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering pada keluarga dekat. Masih dipertanyakan apakah meningkatnya kasus pada keluarga diakibatkan oleh predisposisi genetic ( tidak terdapat pola herediter). Pengkajian psikososiospritualPengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi klien berharap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon tau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari , baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.adanya perubahan hubunngan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara . pada pola persepsi dan konsep diri, didapatkan klien merasa tidak berdaya,tidak ada harapan,mudah marah,dan tidak koperatif. Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit multiple sclerosis adalah adanya gangguan efek,berupa eforia. Keluhan lain yang melibatkan gangguan serebral dapat berupa hilangnya daya ingat dan demensia. Pemeriksaan fisikKeadaan umum Klien dengan multiple skleoris umum tidak mengalami penurunan kesadaran .adanya perubahan pada tanda-tanda vital meliputi bradikardia, hipotensi ,dan penurunan frekuensi pernafasan berhubungan dengan bercak lesi di medulla spinalis.B1 ( breathing)Pada umumnya klien dengan multiple sclerosis tidak mengalami gangguan pada system pernafasan.Pada beberapa klien yang telah lama menderita multiple skleorosis dengan dampak dari tirah baring lama, mengalami gangguan fungsi pernafasan.Peeriksaan fisik yang didapat mencakup hal-hal sebagai berikut.a. Inspeksi umum. Didapatkan klien bentuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum , sesak napas, dan penggunaan otot bantu nafas.b. Palpasi. Taktil premitus seimbang kanan dan kiri.perkusi. Adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru. c. Aulkustasi. Bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, rongki, pada klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang sering didapatkan pada klien inaktifitas.B2 ( BLOOD)Pada umumnya klien dengan multiple sclerosis tidak mengalami gangguan kardivaskuler.Akibat tirah baring lama dan inaktifitas biasanya klien mengalami hipotensi prostural.B3 ( BRAIEN)Pengkajian b3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap disbandingkan pengkajian pada system lainnya.Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.Pengkajian tingkat kesadaran.Tingkat kesadaran biasanya composmedis.Pengkajian fungsi selebral: biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan kognitif , penurunan presepsi , dan penurunan memori baik jangka pendek maupun jangka panjang. Adanya gangguan euferioria merupak tanda khas klien multiple sclerosis.Pengkajian saraf kranial.Pengkajian ini meliputi saraf kranial 1- XII.Saraf satu biasanya multikel sclerosis tidak memiliki fungsi pencium.Saraf II tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan penurunan ketajaman penglihatan.Jumlah besar klien menderita penglihatan sebagai tanda awal.Dapat terjadi kekaburan penglihatan. Lapang pandang abnormal dengan bintik buta ( skrotuma) baiak salah satu maupun pada kedua mata.salah satu mata mungkin mengalami total. Gangguan pisual ini mumngki diakibat neuritis saraf obtikus lesi pada batang otak yang menyerang nucleus atau serabut traktus dan otot-otot ekstra ocular dan nistagmus ( gerakan osilasi bola mata dalam arah horizontal).Saraf III, IV dan VI. Pada beberapa kasus penyakir multikel sclerosis biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf ini.Saraf V wajah simetris dan tidak ada pada kelainan pada saraf ini.Saraf VII perpeksi pengecapan dalam batas normalSaraf VIII tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli prefektif.Saraf IX dan X didapatkan kesulitan menelan makanan yang berhubungan perubahan kognitif ( klien tidak koperatif ).Saraf XI tidak ada otot sternokleimastoideus dan trapezius.Saraf XII lidah simetris, tidak ada defisiasi pada suatu sisi dan tidak ada fasikulasi indar pengecapan normal.Pengkajian sistem motoric berikut ini dijelaskan beberapa pengkajian system motoric.Kelemahan spastis anggota gerak, dengan manifestasi berbagai gejala, meliputi kelemahan anggota gerak pada suatu sisi tubuh atau terbagi secara asimetris pada anggota gerak.Merasa lelah dan suatu tungkai , dan pada waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah terseret maju. Serta pengontrolan yang buruk.Klien dapat mengeluh tungkainya seakan-akan meloncak secara spontan terutama jika klien sedang berada ditempat tidur.Kesdaran spastis yang lebih berat di sertai spesme otot yang nyeri.Pengkajian reflek.Berikut terjelaskan beberapa pegkajian gerak reflek.Reflek tendon hiperaktif reflek-reflek abdominal tidak ada.Respon plantar berupa ekstensor ( tanda Babinski) tanda ini merupakan indikasi terserangnya lintasan kortikospinal.

Pengkajian sitem sensorik. Gangguan sensorik .parestesia ( baal, perasaan geli, perasaan , mati rasa tau tertusuk tusuk jarum dan peniti. Jika lesi terdapat pada kolumna posterior medulla spinalis servikalis, fleksi leher meyebabkan sensasi seperti syok ( tanda lhermitte) gangguan proprioseptif sering menimbulkan ataksia sensorik dan koordinasi lengan . sensasi getra sering kali menghilang B4 ( Bladder)Disfungsi kandung kemih .lesi pada traktus kortikospinalias menimbulkna gangguan pengaturan spinter sehingga Timbul keraguan , frekuensi dan urgensi yang menunjukkan berkuramngnya kapasitas kandung kemih yang spastis . selain itu juga timbul retensi akut dan inkontinensia .B5 ( Bowel)Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umun dan perubahan status kognitif.penurunan aktivitas umum klien sering mengalami konstipasi.B6 (Bone) Pada beberapa keadaan klien multiple sclerosis biasanya di dapat adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan spastik aggota gerak.kelemahan anggota gerak pada satu sisi tubuh atau berbagi secara sistematis pada keempat anggota gerak. Merasa lelah dan berat pada satu tungkai, dan pada waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah terserat maju,dan pengontrolan yang kurang sekali.

Pemeriksaan diagnosticPemeriksaan elektroforesis terhadap CCS biasanya mengungkap adanya ikatan oligoklonal (beberapa pita immunoglobulin gamma G (IgG) ), yang menunjukkan abnormalitas immunoglobulin.dalam kenyataannya, antibodi IgG normal terlihat pada CSS klien sampai 95% klien multiple sklerosi. Pemeriksaan potensial bangkitan di lakukan untuk membantu memastikan luasnya proses penyakit dan memantau perubahan.Pengkajian Penatalaksaan Medis Farmakotrapi Kortikosteroid dan ACTH digunakan sebgai anti-inflamasi yang dapat meningkatkan konduksi saraf .oleh karena mekanisme imun merupakan factor patogenisis multiple sclerosis, maka jumalah agens farmokologik dicoba untuk modulasi respons imum, menurunkan kecepatan perkembangan penyakit dan serangan yang sering , dan menurunkan keadaan yang semakin buruk. Obat-obatan ini mencakup azatioprin, siklofosfamid, dan interferon.Beta interferon (betaseron) disetujui untuk digunakan dalam perjalanan relapsing-remiting.Betaseron telah diketahui efektif dalam menurunkan secara signifikan jumlah dan beratnya aksaserbasi akut dengan pemindaian MRI yang menunjukkan area demielinasi yang lebih kecil pada jaringan otak.Obat ini merupakn obat baru yang dapat menjajikan untuk disediakan bagi pengobatan multikel sclerosis, meskipun talah ratusan kali dicoba.Modulasi lain ( missal radiasi , kopoolimer 1 dan kladribin) saat ini masih diteliti sebagai pengobatan yang mungkin untuk brntuk multikel sclerosis progresif.Baclofen, sebagai agens antispasmodic merupakan pengobatan yang dipilih untuk spastisitas.Klien dengan spstisitas berat dan kontraktur memerlukan bloksaraf dan intervensi pembedahan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut.

3.2 Diagnosa Keperawatana. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, paresis, dan spastisitasb. Risiko cedera yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan penglihatan, dampak tirah baring lama dan kelemahan spastis

3.3 Intervensi KeperawatanSasaran utama untuk klien mencakup peningkatan mobilitas fisik, menghindari cedera, pencapaian kontinens kandung kemih dan usus, perbaikan fungsi kognitif, perkembangan kekuatan koping, perbaikan perawatan diri, dan adaptasi terhadap disfungsi seksual.Program individu terhadap terapi fisik, rehabilisasi, dan pengetahuan dikombinasi dengan dukungan emosi, intervensi keperawatan terdiri atas pengetahuan klien untuk memungkinkan klien multipel sklerosis menghadapi masalah fisiologis, sosial, dan psikologis yang menyertai penyakit kronik.

HAMBATAN MOBILITAS FISIK BERHUBUNGAN DENGAN KELEMAHAN, PARESIS, DAN SPASTISITAS

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya.Kreteria: klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

INTERVENSIRASIONALISASI

Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorikMengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas

Modifikasi peningkatan mobilitas fisikRelaksasi dan koordinasi latihan otot meningkatkan efisiensi otot pada klien multipel sklerosis. Latihan secara progresif digunakan untuk menguatkan otot yang lemah, karena penurunan kekuatan otot adalah masalah siknifikan pada klien ini.

Anjutkan teknik aktifitas dan aktifitas istirahatKlien dianjurkan melakukan aktivitas yang melelahkan dalam waktu singkat. Latihan fisik yang giat tidak dianjurkan karena hal itu meningkatkan suhu tubuh dan dapat menimbulkan gejala yang lebih buruk. Lamanya latihan yang melelahkan ekstermitas dapat menyebabkan paresis , kebas, atau tidak ada koordinasi. Klien dianjurkan agar tetap sering beristirahat pada periode pendek, dan berbaring lebih disukai. Kelelahan yang berlebiha dapat berhubungan dengan faktor penyebab gejala eksaserbasi .

Ajarkan teknik latihan jalanLatihan berjalan meningkatkan gaya berjalan, umumnya pada keadaan tersebut kaki dan tapak kaki kehilangan sensasi positif. Jika kelompok otot yang terpengaruh tidak dapat sembuh, maka otot-otot lain dapat dicoba untuk melakukan aksi.

Ubah posisi klien tiap 2 jam Menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan.

Ajarkan klien untuk melekukan latihan gerakaktif pada ekstermitas yang tidak sakitGerakan aktis dapat memberikan massa, tonus, dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasa.

Lakukan gerak pasif pada ekstermitas yang sakitOtot folunter akan kehilangan tonus dan kekuatannyan bila tidak dilatih untuk digerakkan.

Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien .Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstermitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapis.

RISIKO CEDERA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KERUSAKAN SENSORI DAN PENGLIHATAN, DAMPAK TIRAH BARING LAMA DAN KELEMAHAN SPASTIS

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam risiko trauma tidak tejadi.Kriteria: klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan trauma. Dekubitus tidak terjadi, kontraktur sendi tidak terjadi, klien tidak jatuh dari tempat tidur.

INTERVENSIRASIONALISASI

Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi.Meminimalkan rangsangan nyeri akibat gesekan antara fragmen tulang dengan jaringan lunak di sekitarnya.

Berikan kacamata yang sesuai pada klien.Tameng mata atau kacamata penutup dapat digunakan untuk memblok impuls penglihatan pada satu mata bila klien mengalami diplopia (penglihatan ganda). Kacamata prisma dapat membantu klien yang terbaring di tempat tidur yang mempunyai kesulitan membaca dengan posisi telentang. Individu dengan keterbatasan fisik perlu menghindari bacaan yang dicetak biasa, hal ini merupakan pilihan untuk bebas dari buku-buku yang berbicara tentang politik atau dapat diharapkan untuk memperoleh buku-buku dengan tipe yang banyak tersedia di perpustakan lokal.

Minimalkan efek imobilisasiOlek karena penurunan aktivitas fisik dan imobilisasi sering terjadi pada multipel seklerosis, maka komplikasi yang di hungkan dengan imobilisasi (tidak melakuka mobilisasi) mencakup dekubitus dan langkah untuk mencegahnya. Penanganan untuk mencegah komplikasi berupa pengkajian dan mempertahankan integritas kulit, latihan napas dalam, serta batuk.

BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanMukltiple sclerosis merupakan penyakit degenerative pada system saraf yag ditandai denagn adanya demielinisasi pada otak dan medulla spinalis. Penyebab dari penyakit ini. Beberpa penelitian menunjukkan bahwa faktor resiko dari penyakit ini antara lain genetic, migrasi, virus, jenis kelamin, ras, dan beberapa factor presipitasi.Manifestasi dari penyakit ini berbeda-beda tergantung dari saraf-saraf yang terkena, dapat berupa gangguan sensoris, gangguan penglihatan, tungkai lemah, spastis, tanda-tanda serebelum, disfungsi kandung kemih, dan gangguan jiwa.Diagnosis dilakukan dengan riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan elektroforesis, BPA, MRI, pemeriksaan urodinamik, neuropsikologic, dan riwayat seksual.Penetalaksanna penyakit ini adalah simtomatis, dapat berupa penatalaksanaan farmakologis dan nonfarmakologis.Asuhan keperawatan pada penderita penyakit multiple sclerosis berupa pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.Pentakit multiple sclerosis mempunyai tanda dab gejala awal yang menyerupai penyakit lain.oleh karena itu, kita sebagai perawat harus lebih teliti dalam mendiagnosis penyakit ini agar pasien mendapat penanganan yang tepat.

4.2 Saran4.2.1 Bagi Institusi PendidikanSebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang lebih mengenai penyakit multiple sclerosis pada gangguan sistem imun.4.2.2 Bagi MahasiswaMengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun ketidaklengkapan materi mengenai penyakit multiple sclerosis pada gangguan system sklerosis, kami mohon maaf.Kamipun sadar bahwa makalah yang kami buat tidaklah sempurna.Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Kowalak, Jenifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta: EGC.Naga, Sholeh S. 2012. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam.Jogjakarta: DIVA Press.