makalah mikroba rumen

19
MAKALAH MIKROBA RUMEN Oleh: Kelompok (A-5) kelas A Endar Wijayanto (135050100111036) M. Rizal A B (135050100111038) Ali Ridho Kurniawan (135050100111042) Ike Ambarwati (135050100111043) Hidayatin Nafi’ah (135050100111044) Siti Umairoh N. H (135050100111045) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA GANJIL 2013/2014

Upload: endar-wijayanto

Post on 17-Dec-2015

694 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

menjelaskan tentang mikroba yang terdapat pada rumen

TRANSCRIPT

  • MAKALAH MIKROBA RUMEN

    Oleh: Kelompok (A-5) kelas A

    Endar Wijayanto (135050100111036)

    M. Rizal A B (135050100111038)

    Ali Ridho Kurniawan (135050100111042)

    Ike Ambarwati (135050100111043)

    Hidayatin Nafiah (135050100111044)

    Siti Umairoh N. H (135050100111045)

    FAKULTAS PETERNAKAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    GANJIL 2013/2014

  • 2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

    rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan

    makalah yang berjudul Mikroba Rumen dengan tepat waktu. Makalah ini

    berisikan tentang pengertian karya ilmiah, ragam, sistematika, teknik penulisan

    dan lain sebagainya.

    Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

    wawasan serta pengetahuan tentang karya ilmiah. Selain itu, mahasiswa dapat

    mengambil nilai positif yang ada di dalam makalah ini untuk diaplikasikan secara

    nyata.

    Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat

    kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami

    berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan

    datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang

    membangun.

    Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

    membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami

    sendiri maupun orang yang membacanya. Kami mohon maaf apabila terdapat

    kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

    Malang, 27 November 2014

    Penulis

  • 3

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3

    BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4

    1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 4

    1.2. Tujuan .......................................................................................................... 5

    1.3. Kegunaan ..................................................................................................... 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

    BAB III PEMBAHASAN................................................................... 8

    2.1 Mikroba Rumen ............................................................................................. 8

    2.2 Faktor faktor yang Mempengaruhi Populasi Rumen .................................. 13

    2.3 Interaksi Antara Mikroba didalam Rumen ...................................................... 14

    BAB IV PENUTUP........................................................................................... 17

    3.1. Kesimpulan................................................................................................ 17

    DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 18

  • 4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Ruminansia merupakan hewan poligastrik yang mempunyai lambung depan

    yang terdiri dari Retikulum (perut jala), Rumen (perut handuk), Omasum (perut

    kitab), dan lambung sejati , yaitu Abomasum (perut kelenjar) . Proses pencernaan

    di dalam lambung depan terjadi secara mikrobial . Mikroba memegang peranan

    penting dalam pemecahan makanan . Sedangkan di dalam lambung sejati terjadi

    pencernaan enzimatik karena lambung ini mempunyai banyak kelenjar . Rumen

    merupakan tempat pencernaan sebagian serat kasar serta proses fermentatif yang

    terjadi dengan bantuan mikroorganisme, terutama bakteri anaerob dan protozoa .

    Ada tiga macam mikroba yang terdapat di dalam cairan rumen, yaitu

    bakteri, protozoa dan sejumlah kecil jamur . Volume dari keseluruhan mikroba

    diperkirakan meliputi 3,60% dari cairan rumen (Bryant, 1970) . Bakteri

    merupakan jumlah besar yang terbesar sedangkan protozoa lebih sedikit yaitu

    sekitar satu juta/ml cairan rumen . Jamur ditemukan pada ternak yang

    digembalakan dan fungsinya dalam rumen sebagai kelompok selulolitik. Bakteri

    merupakan biomassa mikroba yang terbesar di dalam rumen, berdasarkan

    letaknya dalam rumen, bakteri dapat dikelompokkan menjadi bakteri yang bebas

    dalam cairan rumen (30% dari total bakteri), bakteri yang menempel pada

    partikel makanan (70% dari total bakteri), bakteri yang menempel pada epithel

    dinding rumen dan bakteri yang menempel pada protozoa.

    Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi di dalam rumen merupakan salah

    satu karakteristik yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia dengan

    ternak lain. Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang

    masuk ke dalam rumen menjadi produk produk sederhana yang dapat

    dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk semang dimana aktifitas mikroba

    tersebut sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan energi hewan

    ruminansia

  • 5

    Dengan mengetahui jeni-jenis mikroba yang ada pada rumen di harapkan

    mahasiswa mampu mengetahui peran mikroba dalam sistem pencernaan

    ruminansia, terutama mampu mengaplikasikanya dalam manajemen produktivitas

    ternak ruminansia.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Mikroba apa sajakah yang ada dirumen dan bagaimana karakteristik dan

    fungsi kerjanya dari masing-masing mikroba ?

    2. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi polpulasi mikroba rumen?

    3. Bagaimana interaksi yang terjadi antar mikroba rumen ?

    1.3 Tujuan

    1. Untuk mengetahui jenis mikroba yang ada dirumen beserta karakteristik

    dan fungsi kerjanya di rumen.

    2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi polpulasi mikroba rumen.

    3. Untuk mengetahui pola interaksi yang terjadi antar mikroba rumen.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Ternak ruminansia adalah sebutan untuk semua ternak yang mempunyai

    strukturpencernakan ganda yaitu terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan

    abomasum. Atau lebih tepat dikatakan bahwa ternak ruminansia adalah ternak

    yang mempunyai sistim pencernakan pakan yang khas sehingga menyebabkan

    ternak tersebut mampu mengkonversi pakan-pakan berkualitas relatif rendah

    menjadi produk bergizi tinggi. (Nugroho, 2008).

    Rumen merupakan tempat pencernaan sebagian serat kasar serta proses

    fermentatif yang terjadi dengan bantuan mikroorganisme, terutama bakteri

    anaerob dan protozoa. Di dalam rumen karbohidrat komplek yang meliputi

    selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan adanya aktifitas fermentatif. (Suwandi,

    1997).

    Kondisi rumen sangat penting agar proses pencernaan pakan di dalam

    rumen dapat optimal. Hal ini karena proses pencernaan ruminansia tidak terlepas

    dari peran mikrobia rumen yang sangat membantu dalam proses pencernaan dan

    penyediaan zat makanan dan energi bagi ternak ruminansia tersebut Jumlah

    mikrobia yang terdapat di dalam cairan rumen yang dibedakan menjadi protozoa,

    bakteri dan fungi. (Purbawati, 2014).

    Pemberian makanan berserat kasar rendah dan banyak mengandung

    karbohidrat mudah tercerna cenderung menurunkan konsentrasi VFA dan

    menurunkan pH cairan rumen, akibatnya aktivitas selulolitik menurun. (Fajar,

    2013).

    Metabolisme mikroba di dalam rumen diatur oleh jumlah dan kecepatan

    degradasi karbohidrat dan protein. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh

    karakteristik fisik dan kimia pakan. (Hindratiningrum, 2011).

    Mikroba rumen memiliki peranan penting dalam proses metabolisme

    pakan bagi ruminansia. Beberapa spesies mikroba rumen mampu menghasilkan

    enzim selulase dan hemiselulase yang dapat mencerna dinding sel tanaman. Hal

  • 7

    tersebut yang membedakan ruminansia dengan ternak lainnya karena dapat

    memanfaatkan tanaman yang mengandung serat tinggi. Mikroba rumen

    merupakan salah satu sumber utama protein bagi ternak ruminansia sehingga

    keberadaanya sangat menentukan efisiensi pemanfaatan protein. (Mayasari,

    2014).

    Peningkatan produktivitas ruminansia juga sangat tergantung dari tingkat

    kecernaan pakan dan aktivitas fermentasi di rumen. Perkembangan dan

    pertumbuhan mikroba rumen yang sempurna membutuhkan berbagai unsur

    mineral, antara lain S (belerang). Unsur S diperlukan mikroba untuk pembentukan

    asam amino cystein dan cystin. Apabila pakan ruminansia kekurangan unsur S,

    menyebabkan jumlah mikroba dalam rumen berkurang. (Uhi, 2005).

    Bahan organik pakan merupakan bagian pakan yang dimanfaatkan oleh

    mikroba rumen untuk mempertahankan hidup dan pertumbuhannya. (Muhtarudin

    dan Liman, 2006).

  • 8

    BAB III

    PEMBAHASAN

    2.1. Mikroba Rumen

    Secara garis besar terdapat 4 kelompok utama mikroba rumen, yaitu:

    bakteri,protozoa, jamur dan virus. Secara kuantitatif golongan terakhirbelum

    diketahui. Disamping itu terdapat sejumlah amoeba yang juga belum

    diketahuisecara pasti populasinya.

    Mikroba rumen mampu mencerna pakan yang mampumencerna pakan

    serat kasar yang tinggi menjadi VFA yaitu asam asetat, propionat, butirat, valerat,

    dan asam isobutirat.

    1. Bakteri

    Bakteri rumen mempunyai fungsi penting dalam proses

    degradasi pakan. Beberapa spesies bakteri rumen yang

    mampu mendegradasi selulose dan hemiselulosa dalam pakan

    a. Bakteri Selulolitik

    Bakteri selulolitik menghasilkan enzim yang dapat menghidrolisis

    ikatan glukosida 1.4,sellulosa dan dimer selobiosa, karena tidak ada

    organisme yang mampu mencerna serat maka selulosa sangat

    tergantungpada bakteri yang terdapat di sepanjang saluran pencernaan

    pakan. Bakteri selulolitikakan dominan apabila makanan utama ternak

    berupa serat kasar.Contoh: Ruminicoccus flavefaciens dan Ruminicoccus

    albus.

    b. Bakteri Hemiselulolitik

    Hemiselulosa berbeda dengan selulosa terutama dalam kandungan

    pentosa,gula heksosa serta biasanya asam uronat. Hemiselulosa merupakan

    strukturpolisakarida yang penting dalam dinding sel tanaman.

    Mikroorganisme yang dapatmenghidrolisa selulosa biasanya juga dapat

    menghidrolisa hemiselulosa.Contoh bakteri hemiselulolitik antara lain:

    Butyrivibrio fibriosolven dan Bacteriodes ruminicola.

  • 9

    c. Acid Utilizer Bacteria (bakteri pemakai asam)

    Beberapa janis bakteri dalam rumen dapat menggunakan asam

    laktat. Jenis lainnya dapat menggunakan asam suksinat, malat dan fumarat

    yang merupakan hasil akhir fermentasioleh bakteri jenis lainnya.Asam

    oksalat yang bersifat racun pada mamalia akan dirombak oleh bakteri

    rumen, sehinggamenyebabkan ternak ruminansia mampu mengkonsumsi

    tanaman yang beracun bagiternak lainnya sebagai bahan makanan.

    Contoh: Propionibacterium dan Selemonas lactilytica.

    d. Bakteri Amilolitik

    Bakteri yang berperan penting dalam menceerna pati. Contoh:

    Bacteriodes amylophilus dan Bacteroides ruminicola.

    e. Sugar Untilizer Bacteria (bakteri pemakai gula)

    Hampir semua bakteri pemakai polisakarida dapat

    memfermentasikan disakaridadan monosakarida. Tanaman muda

    mengandung karbohidrat siap terfermentasi dalamkonsentrasi yang tinggi

    yang segera akan mengalami fermentasi begitu sampai diretikulo-rumen.

    f. Bakteri Proteolitik

    Bakteri proteolitik merupakan jenis bakteri yang paling banyak

    terdapat padasaluran pencernaan makanan mamalia termasuk karnivora

    (carnivora). Didalam rumen,beberapa spesies diketahui menggunakan

    asam amino sebagai sumber utama enersi.Contoh: Bacteroides

    amylophilus,Clostridium sporogenes, dan Bacillus licheniformis.

    g. Bakteri Methanogenik

    Sekitar 25 persen dari gas yang diproduksi didalam rumen adalah

    gas methan.Contoh: Methanobacterium ruminantium dan

    Methanobacterium formicium.

    h. Bakteri Lipolitik

    Enzim lipase bakteria dan protozoa sangat efektif dalam

    menghidrolisa lemakdalam chloroplast. Contoh: Anaerovibrio lipolytica

    dan Selemonas ruminantium var. Lactilytica.

  • 10

    2. Protozoa

    Populasi protozoa di dalam rumen berbanding lurus dengan produksi

    gas metan. Karakteristik fermentasi di rumen yang mengarah pada sintesis

    propionat lebih menguntungkan, karena propionat mampu mengurangi

    energi yang terbuang menjadi metana.

    Protozoa mengandung nucleus (eukaryotic), uniseluler dan bergerak

    menggu- nakan silia atau flagela. Jumlah protozoa dalam rumen berkisar

    105 106/ml cairan rumen (Hungate, 1966) dan ukuran diameternya

    berkisar antara 5-250 m. Aktifitas protozoa rumen yang mendegradasi

    hemicellulose menyebabkan perenggangan ikatan lignin dengan komponen

    karbohidrat lainnya, seperti cellulose yang memungkinkan fermentasi

    karbohidrat tersebut oleh mikrobial-enzymes. Sebagian besar komponen

    pakan yang dikonsumsi oleh protozoa rumen difermentasimenjadi H2,

    CO2, asamasetat dan asam butirat.

    Sebagian besar protozoa yang terdapat didalam rumen adalah cilliata

    meskipunflagellata juga banyak dijumpai. Cilliata ini merupakan non

    pathogen dan anaerobicmichroorganism. Pada kondisi rumen yang normal

    dapat dijumpai ciliata sebanyak 105 -106 perml isi rumen. Protozoa

    sebagai sumber protein dengan keseimbangan kandungan asamamino yang

    lebih baik dibandingkan dengan bakteri sebagai makanan

    ternakruminansia. Selain itu ciliata/protozoa juga menelan partikel-partikel

    pati sehinggamemperlambat terjadinya fermentasi. Sepanjang hanya

    spesies tertentu dari ciliata iniyang mampu mencerna selulosa dengan hasil

    akhir berupa asam lemak terbang (VFA). Tidak seperti bakteri rumen,

    ciliata dapat diklasifikasikan atas dasar morfolginya karena ukuran selnya

    cukup besar yaitu antara 200 - 200 mm.

    Repoduksi dan siklus hidup protozoa dapat secara seksual dan

    aseksual. Aseksual dengan pembelahan biner, skizogami, dan budding.

    Pembelahan biner atau ganda biasanya terjadi pada flagelata, amoeba, dan

    ciliata. Pembelahan ganda yaitu pembelehan berulang-ulang dimana

    sitoplasma mengelilingi inti kemudian sitoplasma membelah. Budding

  • 11

    adalah sel anak yang kecil memisahkan diri dari induknya lalu tumbuh

    menjadi individu baru.

    Reproduksi secara dengan cara singami dan konjugasi. Singami

    dengan persatuan dua gamet, sedangkan konjugasi adalah penggabungan

    secara temporer dua individu dari spesies yang sama untuk melakukan

    pertukaran materi inti. Pada singami terbentuk dua gamet haploid yang

    ebrkembang menjadi zigot. Pada konjugasi setelah pertukaran inti maka

    inti makro berregenerasi dan inti mikro membelah beberapa kali.

    Kemudian bagian tersebut memisah, bakal inti bergabung dan terjadi

    regenerasi inti.

    Peran ciliata di dalam rumen adalah untuk mem[ertahankan pH

    melalui pengamanan pakan yang mudah difermentasi (Readly Fermentable

    Carbohydrate atau RFC). Ciliata biasanya langsung menumpuk

    karbohidrat di dalam tubuhnya, sehingga laju konversi RFC yang terlalu

    cepat oleh aktivitas fermentasi bakteri menjadi asam laktat dapat dicegah

    oleh ciliata. Laju konversi RFC yang terlalu cepat dapat menurunkan pH,

    karena penurunan pH secara drastis berpengaruh terhadap populasi

    mikroba rumen.

    Ciliata rumen dapat dibedakan menjadi 2macam yaitu:

    a) Oligotrichia

    Mempunyai ukuran sel lebih kecil dan hanya memiliki cilia

    disekitar prostoma (mulut). Jenis ini hanya sedikit sekali menggunakan

    gula terlarut sebagai makananannya,akan tetapi butir-butir pati akan

    menjadi sasaran utama. Beberapa spesies juga memangsa amilopektin

    dari Holotricha disamping ada pula yang secara aktif menelan serat

    kasar tanaman dan mencerna selulosa. Hasil penelitian terakhir

    meragukan kemampuan protozoa rumen untuk dapat mencerna

    selulosa. Pencernaan selulosa dapat dilakukan karena protozoa

    memangsa bakteri dan bakteri inilah yang akan menghasilkan enzim

    selulase didalam tubuh protozoa sehingga selulosa yang dimangsa dapat

    dicerna. Bakteri selulolitik hidup secara simbiosis dengan Oligotricha

  • 12

    didalam selnya. Contoh: Diplodinium dentatum dan Entodinium

    caudatum.

    b) Holotricha

    Mempunyai ukuran sel lebih besar dengan cilia

    menutupseluruh tubuh. Ciri-cirinya pergerakannya yang cepat,

    bentuk sel umumnya oval. Dapat menggunakan glukosa, fruktosa,

    sukrosa dan pektin. Karbohidrat akan disimpan dalam bentuk

    amilopektin. Jenis ciliata rumen ini mempunyai peranan penting

    dalam metabolisme karbohidrat dengan jalanmenelan gula segera

    setelah masuk ke rumen dan menyimpannya dalam

    bentukamilopektin, yang selanjutnya akan melepaskan kembali

    senyawa ini kedalam cairanrumen pada saat populasi Holotricha

    mengalami lisis atau pada fase pertumbuhannya.Mekanisme ini

    mempunyai pengaruh positif terhadap tersedianya karbohidrat

    dapatterfermentasi (fermentable carbohydrate) bagi bakteri rumen,

    terutama apabila tidakterdapat lagi karbohidrat dalam makanan

    misalnya pada saat ternak beristirahat. Contoh: Isotricha intestinalis

    dan Isotricha prostoma.

    3. Jamur

    Kenyataan bahwa mikrooganisme ini selalu banyak terdapat

    dalamrumen ternak ruminansia yang diberi ransum basal dengan

    kandungan serat kasar tinggi(misalnya jerami), menunjukkan bahwa

    mikroorganisme ini mempunyai peranan pentingdalam pencernaan serat

    kasar.

    Dalam rumen fungi mempunyai siklus hidup yang terdiri atas phase

    bergerak zoospora dan phase vegetatif sporocyst.Zoospora melekat pada

    permukaan partikel pakan dan dalam waktu 15 menit, spora tersebut

    tumbuh membentuk mycelium menghasilkan rhizoid. Rhizoid akan

    mempenetrasi jaringan partikel pakan yang memungkinkan fungi rumen

    mendapatkan sumber nutrient untuk tumbuh. Jamur rumen merenggangkan

  • 13

    ikatan hemiselulosa-lignin komplek dan melepas lignin-karbohidrat

    komplek.

    Salah satu ciri khas jamur rumen ini bila dibandingkan dengan jenis

    jamurlainnya adalah kebutuhannya akan kondisi absolut anaerobik (strictly

    anaerobic) untukpertumbuhan dan terbentuknya senyawa hidrogen (H)

    dalam proses fermentasiselulosa. Siklus kehidupan mikroorganisme ini

    dilaporkan berlangsung antara 24 30jam, menandakan bahwa jamur

    rumen sangat erat kaitannya dengan material yangsukar dicerna. Contoh:

    Neocallimastix frontalis dan Piromonas communis.

    2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Populasi Rumen

    Beberapa faktor telah diketahui sebagai kendala terhadap populasi

    mikrobarumen. Faktor-faktor tersebut antara lain: suhu, komposisi gas, pengaruh

    osmotik danionik, keasaman, tersedianya nutrisi dan keluarnya cairan atau

    masuknya aliran kerumen.

    a). Suhu

    Temperatur rumen dikatakan normal apabila berada pada kisaran antara 39

    -41C. Segera setelah makan, temperatur rumen biasanya akan meningkat sampai

    dengan 41C, terutama selam proses fermentasi terjadi didalam rumen. Sebaliknya

    temperatur akan menurun sampai dibawah suhu normal bila ternak minum air

    dingin.

    b). Keasaman (pH)

    Dalam kondisi anaerobik serta suhu diantara 39 - 40C, keasaman rumen

    berkisar antara 5,5 - 7,0. Keasaman lambung atau rumen dapat dipengaruhi oleh

    beberapa faktor seperti macam pakan serta waktu setelah makan. Untuk menjaga

    agar pH rumen tidak menurunatau meningkat secara drastis maka perlu adanya

    hijauan didalam ransum dalamproporsi yang memadai ( 40 persen dari total

    ransum atau dengan kadar serat kasarsekitar 20 persen) dimana 70 persen dari

    serat kasar ini harus dalam bentukpolisakarida berstruktur untuk dapat

    merangsang produksi saliva selama prosesruminasi.

    c). Pengaruh osmotik dan ionik

  • 14

    Pada umumnya tekanan osmotik isi rumen adalah hipotonik terhadap

    tekanan osmosis darah, akan tetapi akan terjadi fluktuasi sebagai akibat

    mengkonsumsi pakan.Osmolalitas isi rumen akan cenderung menjadi hipertonik

    pada saat beberapa jamsetelah makan, sebaliknya akan menjadi hipotonik setelah

    minum.

    d). Komposisi Gas

    Komposisi gas didalam rumen kurang lebih terdiri dari 63-63,35 %

    CO2;26,76-2% CH4; 7% N2 dan sedikit H2S, H2 dan O2. Karena kondisi

    anaerob

    didalam rumen merupakan faktor yang sangat penting maka produksi CO2 pada

    prosesfermentasi sangat menentukan terciptanya kondisi anaerob.

    e). Tekanan Permukaan

    Tekanan permukaan cairan rumen biasanya diantara 45 - 59 dynes/cm.

    Belumbanyak informasi yang diperoleh tentang pengaruh tekanan permukaan

    terhadapperubahan populasi mikroba rumen. Namun demikian kasus terjadinya

    kembung (bloat)adalah erat kaitannya dengan perubahan tekanan permukaan.

    f). Variasi Harian

    Konsentrasi mikroba rumen akan berfluktuasi sepanjang hari. Beberapa

    faktorpenyebabnya antara lain: makanan, kelaparan (starvation) dan pengenceran

    (dilutionrate) cairan rumen. Fluktuasi protozoa mungkin erat kaitannya dengan

    perubahan pHrumen disamping faktor lainnya.

    g). Nutrisi

    Enersi yang diperlukan mikroba diperoleh dari proses fermentasi polimer

    tanamanterutama selulosa dan pati dengan menghasilkan VFA, CH4 dan CO2.

    Sedangkan untukproses biosintesis diperoleh dari protein yaitu dari unsur-unsur

    C, H, O, N dan S.

    2.3 Interaksi Antara Mikroba didalam Rumen

    a). Interaksi antar Bakteri

    Interaksi antar bakteri terjadi baik pada bakteri yang

    terdapat/menenmpel padapartikel digesta maupun yang terdapat pada

  • 15

    ephitelium rumen. Bentuk hubungan inibiasanya bersifat mutualisme

    dimana hasil hasil fermentasi oleh satu jenis bakteri akandigunakan oleh

    bakteri jenis lainnya untuk pertumbuhannya.Contoh hubungan ini adalah

    proses fermentasi selulosa menjadi VFA dimanaterjadi interaksi antar

    bakteri penghasil hidrogen dan bakteri pemakai hidrogen.Jenis interaksi ini

    hampir seluruhnya menguntungkan, sehingga sangat kecilkemungkinan

    untuk dilakukan manipulasi akan interaksi yang ada kecualipenghambatan

    methanogenesis.

    b). Interaksi antara Protozoa-Bakteri

    Protozoa memangsa bakteri yangterdapat pada cairan rumen dan

    mencernanya sebagai sumber asam amino bagipertumbuhannya, akibatnya

    biomassa bakteri akan berkurang sehingga laju kolonisasipartikel makanan

    didalam rumen akan berkurang pula. Pengaruh ini mungkin kurangnyata

    pada ternak ruminansia dengan pakan basal yang mengandung banyak

    partikelterlarut misalnya gula, pati dan sebagainya. Akan tetapi jika pakan

    basal adalah limbahpertanian, maka pengaruh penurunan biomassa bakteri

    akibat dimangsa oleh protozoaakan kelihatan nyata sekali dengan

    diperpanjangnya lag phase yakni suatu keadaandimana tidak terjadi

    pencernaan sama sekali.

    Seperti telah disebutkan dimuka, kehadiran protozoa dalam

    jumlah/populasitinggi akan membantu pencegahan terjadinya acidosis

    apabila ransum basal berupagula terlarut atau pati, karena protozoa akan

    menelan partikel gula dan pati sehinggafermentasi kedua senyawa oleh

    bakteri tersebut dapat ditunda sampai senyawa tersebutdilepas kembali

    pada saat terjadinya lysis atau pecahnya sel protozoa akibat terlalubanyak

    menyimpan amilopektin.

    Diperkirakan tiap ekor protozoa dapat memangsa bakteri dengan

    kecepatanantara 130 - 21200 bakteri/protozoa/jam pada kondisi kepadatan

    bakteri 109 sel/ml.Pencernaan bakteri dalam sel protozoa dapat berkisar

    antara 345 1200bakteri/protozoa/jam. Jumlah ini akan setara dengan 2,4

    - 45 persen bakteri bilakonsentrasi protozoa mencapai 106/ml isi rumen

  • 16

    domba.Kondisi optimalterjadinya predasi adalah pH rumen sekitar 6,0 dan

    akan menurun apabila pH lebihtinggi atau lebih rendah dari 6,0.

    c). Interaksi antara Bakteri-Jamur dan Protozoa

    Populasi jamur rumen (zoospores) meningkat setelah

    defaunasi.Sebagai akibat meningkatnya populasi jamur rumen setelah

    proses defaunasi,daya cerna serat kasar akan meningkat secara nyata 6 - 10

    unit/24 jam. Disamping itujumlah bakteri juga meningkat apabila protozoa

    dihilangkan dari rumen sehingga padakondisi pakan dengan kandungan

    protein rendah tapi kandungan enersi tinggi, diperolehkenaikan produksi

    wool serta bobot badan. Defaunasi memberikan pengaruh positif terhadap

    efisiensi penggunaan enersiyang digunakan untuk proses sintesis protein

    mikrobial. Meskipun demikian peningkatanlaju aliran protein mikroba ke

    dalam duodenum diperoleh melalui proses multiplikasihasil protein mikroba

    akibat meningkatnya jumlah bahan organik yang terfermentasi di dalam

    rumen.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi antar mikroba

    rumen sangat kompleks dan tidak menguntungkan bagi hewan inang.

    Protozoa denganpopulasi yang besar akan mengurangi produktivitas ternak,

    melalui penurunan ratioantara asam amino dengan enersi pada hasil

    pencernaan yang terserap. Hal inidisebabkan kehadiran protozoa dalam

    jumlah besar akan mengurangi biomassa bakteridan juga jamur didalam

    rumen ternak yang diberi pakan basal limbah pertanian ataudengan kadar

    serat kasar tinggi. Dalam kondisi ini laju pencernaan serat kasar

    akanmenurun.

  • 17

    BAB IV

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :

    1. Mikroba rumen meliputi bakteri ,protozoa, jamur dan virus dengan fungsi

    utama untuk mendegradasi pakan dari molekul yang komplek menjadi

    sederhana sehingga pakan mudah dicerna dan diserap.

    2. Factor yang mempengaruhi populasi mikroba rumen yaitu: suhu, komposisi

    gas, pengaruh osmotik dan ionik, keasaman, tersedianya nutrisi dan keluarnya

    cairan atau masuknya aliran ke rumen.

    3. Interaksi antara mikroba didalam rumen , meliputi : interaksi antar bakteri,

    interaksiantar protozoa bakteri , interaksiantara bakteri-jamur dan protozoa.

  • 18

    DAFTAR PUSTAKA

    Bryant, M .P . 1967 . Microbiology of the Rumen In Sweeson, M .J . 1970 .

    Duke,sPhysiology of the Domestic Animal, Cornell University Press,

    London.

    Fajar, A. P. 2013. Amonia Cairan Rumen, pH dan Urea Plasma Darah Kambing

    Kacang Jantan yang Mendapatkan Wafer Pakan Komplit Mengandung

    Tongkol Jagung. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hassanudin.

    Hendrawan S. Mikrobiologi Rumen. Bahan Kuliah Nutrisi Ruminansia Jurusan

    Nutrisi & Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya-

    Malang.

    Hidratiningrum, N., Bata, M., dan Santosa, S. A. 2011. Produk Fermentasi Rumen

    dan Produksi Protein Mikroba Sapi Lokal yang Diberi Pakan Jerami

    Amoniasi dan Beberapa Bahan Pakan Sumber Energi. Agripet. Vol.

    11(2): 29-34.

    Ismartoyo. 2011. IlmuNutrisiRuminansia. Buku Ajar, Jurusan Nutrisi dan Makan

    Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

    Khasanah U. 2009. Identifikasi Ciliata di Dalam Rumen Sapi Brahman Cross,

    Peranakan Ongole, Sumba Ongole dan Frisien Holstein Lampung.

    Skripsi. Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Tekhnologi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Mayasari, I., Kusmartono, dan Marjuki. 2014. Pengaruh Penambahan Daun

    Tanaman Pohon dalam Pakan Berbasis Ketela Pohon (Manihot

    Utilissima) terhadap Produksi Gas, Konsentrasi N-NH3 dan Efisiensi

    Sintesis Protein Mikroba secara In-Vitro. Fakultas Peternakan.

    Universitas Barawijaya.

  • 19

    Muhtarudin dan Liman. 2006. Penentuan Tingkat Penggunaan Mineral Organik

    Untuk Memperbaiki Bioproses Rumen pada Kambing Secara In-Vitro.

    Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 8(2): 132-140.

    Nugroho, P.C . 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia. Direktorat Pembinaan

    Sekolah Menengah Kejuruan.

    Prihartini1, I & Khusnul, K. 2011. Produksi Probiotik Rumen Berbasis Bakteri

    Lignichloritik dan Aplikasinya pada Ternak Sapi Perah. Jurnal Gamma

    Volume 7, Nomor 1, September 2011: 27 31.

    Purbawati, E. 2014. Karakteristik Cairan Rumen, Jenis, dan Jumlah mIkroba

    Dalam Rumen Sapi Jawa dan Peranakan Ongole. Buletin Peternakan.

    Vol. 38(1) : 21-26.

    Suwandi. 1997. Peranan Mikroba Rumen Pada Ternak Ruminansia. Lokakarya

    Fungsional Non Peneliti. 15-19

    Uhi, H. T., dkk. 2005. Pengujian in Vitro Gelatin Sagu, Sumber NPN, Mineral

    Kobalt dan Seng pada Cairan Rumen Domba. Jurnal Ilmu Ternak. Vol.

    5(2): 53-57.