makalah mikdas kelompok 14 mikologi perairan air tawar(1)

24
MAKALAH Mikologi Perairan Tawar Disusun Oleh : TARWINIH 140410120001 AGINTA PUTRI REHULINA K. 140410120037 KANIA AULIA DWIPUTRI 140410120055 RADEN AGUNG MAULDY 140410120046 SAIRANDRI DYAH HARJANTI 140410120070 NORMANITA 140410120020 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN Jl. Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor 45363

Upload: kania-dwiputri

Post on 28-Dec-2015

111 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Mikdas

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

MAKALAH

Mikologi Perairan Tawar

Disusun Oleh :

TARWINIH 140410120001

AGINTA PUTRI REHULINA K. 140410120037

KANIA AULIA DWIPUTRI 140410120055

RADEN AGUNG MAULDY 140410120046

SAIRANDRI DYAH HARJANTI 140410120070

NORMANITA 140410120020

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

Jl. Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor 45363

2013

Page 2: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya,

sehingga kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk

memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Mikrobiologi Dasar dengan pokok

bahasan “Mikologi Perairan Tawar”.

            Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada pembina mata kuliah

Mikrobiologi Dasar yang telah berjasa memberikan ilmu kepada penyusun.

Penyusun sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya.

Bandung, 8 Oktober 2013

Penyusun

i

Page 3: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2

1.3 Pembatasan Masalah.................................................................................................2

1.4 Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3

BAB III. PEMBAHASAN

2.1 Chaetorostrum quincemilensis.................................................................................. 6

2.2 Baipadisphaeria spathulospora...............................................................................9

2.3 Jamur diperairan air tawar dan muara....................................................................... 10

BAB IV. HASIL.............................................................................................................12

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penampilan fungi atau cendawan tidak asing lagi bagi kita semua. Kita telah melihat

pertumbuhan berwarna biru dan hijau pada buah jeruk, dan keju. Pertumbuhn berwarna putih

seperti bulu pada roti, dan selai basi. Beberapa jamur di lapangan dan hutan serta beberapa jamur

yang hidup di perairan. Kesemua ini meruapakan tubuh berbagai cendawan atau jamur. Jadi

cendawan mempunyai berbagai macam penampilan, tergantung pada spesiesnya. Ilmu yang

mempelajari tentang jamur (cendawan) disebut mikologi.

Yang akan dibahas pada makalah ini yaitu tentang mikologi pada perairan tawar, dimana

jamur yang akan dibahas adalah beberapa contoh spesies dari kelas Ascomycetes yang

kebanyakan hidup saprofit di habitat air tawar.

Anggota-anggota kelas ini dicirikan oleh pembentukan askus yang merupakan

tempat dihasilkannya askospora. Maka dari itu kita akan membahas lebih lanjut

mengenaibagaimana pengaruh adanya spesies-spesies Ascomycetes ini pada kehidupan

perairan tawar.

1

Page 5: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

2.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu mikologi.

2. Bagaimana ciri dan klasifikasi fungi.

3. Bagaimana ciri dari kelas Ascomycetes.

4. Metode apa saja yang digunakan dalam menganalisa jamur Ascomycetes dalam air tawar.

5. Bagaimana pengaruh spesies dari Ascomycetes ini terhadap kehidupan air tawar.

2.3 Pembatasan Masalah

1. Pengertian mikologi.

2. Ciri-ciri khusus dan klasifikasi fungi.

3. Ciri-ciri khususdari kelas Ascomycetes.

4. Metode analisa kelas Ascomycetes dalam air tawar.

5. Pengaruh terhadap kehidupan air tawar.

2.4 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui adanya jamur Ascomycetes pada perairan tawar.

2. Mengetahui metode analisa yang digunakan.

3. Mengidentifikasi pengaruhnnya terhadap kehidupan di air tawar.

4. Mengetahui klasifikasi masing-masing spesies yang diamati.

2

Page 6: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Fungi atau cendawan adalah organism heterotrofik – mereke memerlukan senyawa

organic untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organic mati yang terlart, mereka disebut

saprofit. memiliki berbagai macam penampilan tertgantung pada spesiesnya (Pelczar, 2006).

Fungi adalah eukariota, dan sebagian besar adalah eukariota multiseluler. Meskipun fungi

pernah dikelompokkan ke dalam kingdom tumbuhan, fungi adalah organisme unik yang

umumnya berbeda dari eukariota lainnya ditinjau dari cara memperoleh makanan, organisasi

struktural serta pertumbuhan dan reproduksi ( Campbell, 2003).

Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan

yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa

adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa (Pelczar, 2006 ).

Spora fungi memiliki berbagai bentuk dan ukuran, dan dapat dihasilkan secara seksual

maupun aseksual. Pada umumnya spora adalah organisme uniseluler , tetapi ada juga spora

multiseluler. Spora dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang terspesalisasi. Ketika kondisi

lingkngan memungkinkan, pertumbuhan yang cepat, fungi mengklon diri mereka sendiri dengan

cara menghasilkan banyak sekal spora secara aseksual. Terbawa oleh angin atau air, spora-spora

tersebut berkecamabh jika berada pada tempat yang lembab pada permukaan yang sesuai

(Campbell 2003).

Ada beberapa spora seksual yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus, yaitu :

1. Aksospora: Spora bersel satu ini terbentuk di dalam pundi atau kantung yang dinamakan

askus. Biasanya terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.

2. Basidiospora: Spora bersel satu ini terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang

dinamakan basidium.

3

Page 7: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

3. Zigospora: merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung

dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangin, pada beberapa cendawan

melebur.

4. Oospora: Spora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut ooginium,

pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam anteredium

mengasilkan oospora (Pelczar, 2006 ).

Produksinya Berdasarkan pada cara dan cici reproduksinya terdapat empat kelas

cendawan sejati atau berfilamen di dalam dunia fungi, yaitu:

1. Kelas Phycomycetes

Anggota kelas ini seringkali disebut sebagai cendawan tingkat rendah karena pada

umumnya dianggap “primitif” dalam skala evolusi. Cirinya ialah tidak adanya septum di

dalam hifa. Contoh kelas ini adalah Rhizopus sp.

2. Kelas Ascomycetes

Anggota kelas ini dicirikan oleh pembentukan askus yang merupakan tempat

dihasilkannya askospora. Hidup secara saprofit dan parasitik. Contoh kelas ini adalah

Saccharomyces cerevisiae.

3. Kelas Basidiomycetes

Dicirikan oleh adanya basidiospora yang terbentuk di luar pada ujung atau sisi basidium.

Banyak anggota dari kelas ini yang bersifat sangat beracun ; mikotoksin yang dihasilkan

atau racun cendawan, dapat menyebabkan kematian bila termakan.

4. Kelas Deuteromycetes

Kelas ini meliputi cendawan yang tingkat reproduksi seksualnya belum ditemukan.

Contoh dari kelas ini adalah Penicillium sp. (Pelczar, 2006 ).

Habitat hidup fungi ada yang di akuatik dan nonakuatik. Berdasarkan salinitasnya,

lingkungan akuatik dapat dibedakan menjadi perairan tawar, payau dan asin. Hidup di

lingkungan akuatik mempunyai kelebihan dibandingkan lingkungan terestrial. Secara fisik,

organisme akuatik dapat melayang-layang (buoyancy),

4

Page 8: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

bergerak pasif dengan mengikuti arus air, bebas memanfaatkan ruangan tiga dimensi,

menyebarkan gamet motil pada medium cair, terhindar dari kekeringan, terlindung dari

temperatur ekstrim dan radiasi matahari, serta tersedianya nutrien organik dan anorganik dalam

bentuk terlarut (Michelle, 1998).

Perairan tawar dapat dikelompokkan menjadi 1) sistem lotik  (flowing water) yang

meliputi habitat sungai, kali, estuari, dan selokan/kanal, serta 2) sistem  lentik (standing water)

yang meliputi habitat danau, kolam, rawa, dan badan air lain yang mempunyai sistem tertutup,

dan 3) habitat artifisial seperti  tower pendingin air.  Pada dasarnya, air merupakan sistem yang

mengalir sehingga kedua sistem tersebut tidak dapat dipisahkan secara absolut dan hanya

dibedakan berdasarkan ketersediaan karbon dan organisme yang terlibat dalam rantai makanan.

Lingkungan perairan tawar mempunyai banyak variasi sifat fisik dan kimia, dimana variasi

tersebut akan mempengarui kehidupan biota yang menghuninya (Michelle, 1998)

Fungi air tawar  dianggap berevolusi dari nenek moyang terestrialnya. Banyak spesies

yang teradaptasi untuk hidup di perairan tawar dengan mengembangkan propagul yang

terspesialisasi untuk membantu penyebaran fungi pada habitat akuatik.  Memang terjadi  banyak

tumpang tindih antara taksa spesies terestrial dan air tawar, namun hanya sedikit tumpang tindih

antara taksa spesies air tawar dan air laut (Michelle, 1998).

5

Page 9: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

BAB III

METODOLOGI

2.1 Chaetorostrum quincemilensis, gen. et sp. nov., ascomycetes baru air tawar dan

anamorphic serupa Taeniolella dari Peru

Ascomycetes pada air tawar diduga memiiki peran penting dalam ekosistem perairan tawar

sebagai dekomposer kayu dan material-material herbacious pada habitat lentik maupun lotik

(Shearer 1992, Gessner & Chauvet 1994, Wong M.K.M. et al. 1998, Simonis et al. 2008). Sejak

itu, penting untuk mengetahui spesies apa yang terdapat pada habitat perairan pada umumnya.

Selama penelitian terbaru mengenai jamur pada perairan tawar di daerah hutan hujan di Peru,

suatu cendawan menunjukkan karakter morfologi yang menyerupai taksa Annulatascaceae

ditemukan terbenam puing-puing kayu pada habitat semi-perairan mengalir yang berselang-

seling.

Famili Annulatascaceae diciptakan oleh Wong S.W. et al. (1998) untuk mengakomodasi

ascomycetes perairan yang ditemukan tergenang bersama puing-puing kayu, memperlihatkan

ascomata gelap, dengan parafisis bersepta yang meruncing panjang, asci dengan cincin apikal

melonjong, dan ascospora yang berlapis ataupun tidak berlapis maupun memiliki tambahan

lainnya. Genera berikut ini yang juga telah termasuk dalam famili Annuatascaceae:

Annulatascus K.D. Hyde (Hyde 1992), Annulusmagnus J. Campb. & Shearer (Campbell &

Shearer 2004), Aqualignicola V.M. Ranghoo, K.M. Tsui & K.D. Hyde (Ranghoo et al. 2001),

Aquaticola W.H. Ho, K.M. Tsui, Hodgkiss & K.D. Hyde (Ho et al. 1999), Ascitendus J. Camp.

& Shearer (Campbell & Shearer 2004), Ascolacicola Ranghoo & K.D. Hyde (Ranghoo & Hyde

1998), Brunneosporella V.M. Ranghoo & K.D. Hyde (Ranghoo et al. 2001), Cataractispora

K.D. Hyde, S.W. Wong & E.B.G. Jones (Hyde et al. 1999), Clohiesia K.D. Hyde (Hyde 1995),

Cyanoannulus Raja, J. Campb. & Shearer (Raja et al. 2003), Diluviocola S.W. Wong, K.D. Hyde

& E.B.G. Jones (Hyde et al. 1998),

6

Page 10: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

Fluminicola S.W. Wong, K.D. Hyde & E.B.G. Jones (Wong et al. 1999), Frondicola K.D.

Hyde (Hyde 1992), Fusoidispora D. Vijaykrishna, R. Jeewon & K.D. Hyde (Vijaykrishna et al.

2005), Pseudoproboscispora Punith. (Punithalingham 1999), Rivulicola K.D. Hyde (Hyde et al.

1997), Submersisphaeria K. D. Hyde (Hyde 1996), Teracosphaeria Réblová & Seifert (Réblová

& Seifert 2007), Torrentispora K.D. Hyde et al. (Hyde et al. 2000) and Vertexicola K.D. Hyde ,

V.M. Ranghoo & S.W. Wong (Ranghoo et al. 2000). Fungi-fungi tersebut, walaupun

menunjukkan karakteristik yang sama yang menyebabkannya tergolong dalam famili ini, tidak

dapat dimuat dalam genera manapun yang saat ini telah diakui. Terlebih lagi, ini merupakan

anggota pertama Annulatascaceae yang menghasilkan keadaan anamorphic dalam kulturnya

(biakannya). Karena itu, para peneliti tersebut menciptakan Chaetorostrum untuk genus terbaru

fungi ini.

Maka, tujuan dari penelitian ini antara ain adalah untuk menganalisis karakteristik morfologi

dari fungi yang belum terdeskripsi yang berkaitan dengan spesies-spesies lain dalam famili

Annulatascaceae, dan menggambarkan sepenuhnya dan mengilustrasikan morfologi dari genus

dan spesies spesies terbaru.

Metoda Penelitian

Puing-puing kayu yang terendam dikumpulkan secara acak dari berbagai habitat perairan

tawar pada pegunungan rendah di hutan hujan di Peru menurut Shearer et al. (2004). Sampel-

sampel tersebut kemudian diletakkan dalam kantung plastik berlabel bersama dengan handuk

kertas basah dan kemudian dikirim ke laboratorium penelitian di University of Illinois. Di

laboratorium, sampel-sampel tersebut kemudian diletakkan dalam moist chambers (yang berupa

kantung plastik berlabel yang dilapisi dengan handuk kertas basah) dan diinkubasi dalam

ruangan bersuhu kurang ebih 25⁰C dalam kondisi 12/12 jam gelap/terang. Sampel diperiksa

untuk struktur reproduktifnya dalam waktu sepekan sejak sampel-sampel tersebut tiba di

laboratorium dan secara berkala selama 6-12 bulan. Isolasi spesies dilakukan berdasarkan

petunujuk Fallah dan Shearer (2001) dan Shearer et al. (2004). Holotipe dan spesimen tambahan

didepositkan di Herbarium University of Ilinois.

7

Page 11: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

2.2 Baipadisphaeria gen. nov., a freshwater ascomycete (Hypocreales, Sordariomycetes)

from decaying palm leaves in Thailand

Studi pada pohon palem Licuala longicalycata di daerah rawa gambut telah

menghasilkan sejumlah ascomycetes baru: Jahnula appendiculata (Jahnulales) (Pang et al. 2002,

Pinruan et al. 2002), Submersisphaeria siamense (Sordariales) (Pinnoi et al. 2004), Phruensis

brunneispora (Diaporthales) (Pinruan et al. 2004a), dan Flammispora bioteca (Pinruan dkk.

2004b).

Sebuah jamur yang terbenam, berwarna coklat-gelap, oscomatanya membulat, dengan

fusiform dan hialin pucat ascospores uniseluler coklat. Jamur ini telah dikumpulkan dari pohon

palem Licuala longicalycata. Jamur ini belum bisa dikelompokkan pada genus apapun,

meskipun banyak ciri yang menunjukkan termasuk pada Hypocreales. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk 1) secara detail menunjukkan ciri dan menggambarkan morfologi takson yang

ditemukan pada rawa gambut air tawar, 2) penggunaan morfologi dan analisis filogenetik (LSU

dan SSU rDNA data) untuk menjelaskan filogeni dan taksonomi dari takson baru.

Metoda Penelitian

1. Koleksi dan Isolasi

Bahan terendam dari Licuala longicalycata dikumpulkan, setelahnya bahan-bahan tadi

dikembalikan ke laboratorium , diinkubasi dalam kotak plastik di basah kertas tisu dan diperiksa

di bawah mikroskop stereo dan majemuk. isolasi dilakukan pada tepung jagung agar ( CMA )

yang telah ditambahkan antibiotik untuk menekan pertumbuhan bakteri mengikuti metode Choi

et al . (1999 ). Semua pengamatan termasuk dokumentasi foto, bahan yang ditanam di air dan

dibuka dengan perlakuan yang berbeda menggunakan mikroskop.

8

Page 12: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

2. Pertumbuhan jamur , ekstraksi DNA , amplifikasi dan urutannya

Kultur jamur dipertahankan pada CMA pada suhu 25ºC. Jamur telah tumbuh di potato

dextrose broth ( PDB ) pada suhu 25ºC, dan biomassa dipanen , dicuci dengan air suling

steril ,dibekukan pada -20 º C dan digerus dengan mortar dan alu. DNA diekstraksi

menggunakan metode CTAB ( O ' Donnell dkk . 1997) . Diamplifikasi , menggunakan i- Taq

DNA Polymerase ( Intron Bioteknologi , Korea Cat . No 25.022,3 ), kemudian diurutkan oleh

Macrogen Inc ( Korea )

3. Analisis Filogenetik

Dua strain Baipadisphaeria spathulospora ( BCC 16119 , 20906 BCC ) yang berurutan

untuk mengkonfirmasi monophyly mereka. Monophyly adalah takson atau grup organisme yang

membentuk suatu klade, untuk menunjukkan garis sejarah antara spesies leluhur dengan semua

keturunannya. Lalu dianalisis dengan pembandingan dengan beberapa urutan strain dari

Sordariomycetes yang terdapat di GenBank Database.

9

Page 13: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

2.3 Jamur diperairan dekat St Andrews di Scotland

Komposisi spesies dan keanekragaman kayu yang dihuni jamur telah dibandingkan dengan 3

habitat akuatik,laut, muara, dan air tawar, supaya penentuan apakah spesies yang ada pada area

tersebut merupakan spesies cosmopolitan atau adanya pemisahan yang jelas antara tempat-

tempat tersebut yang dikorelasikan dengan perubahan kondisi perairan.

Dari total 35 spesies yang telah diobservasi ,dan tiga dari spesies ini, Fusarium sp. 1, Orbilia sp.

Dan Neonectricalucida, ditemukan di lebih dari satu tempat. Tujuh belas spesies telah

diobservasi di dua tempat yaitu air tawar dan muara, tetapi hanyaempat yang ditemukan di laut.

Keanekaragaman jamur yang hidup di lingkungan akuatik berkurang di habitat air asin. Rasio

anomorf menjadi teleomorf berkurang dengan penurunan kadar garam. Ascomycetes merupakan

kelompok jamur yang paling umum pada substrat kayu di lingkungan air tawar dan muara.

Metoda Penelitian

1. Pengumpulan dan Inkubasi

Sample sudah dikumpulkan pada 11 februari 2006 di 3 tempat di st Andrews. Kayu yang

terjerat atau berada di bawah permukaan air di zona intertidal telah dikumpulkan di tiga tempat

dengan variasi salinitas. Kinkell Rocks (laut) (NO 522 150 GB Grid), Guardbridge (muara) (NO

452 188 GB Grid), dan Kinnes Burn (air tawar) (NO 505 163 GB Grid) telah dipilih untuk

ketersediaan sampel kayu. Mereka mempunyai kadar slinitas 37.6, 8.4, dan 0.75 dan pH 7.94,

6.61, dan 6.64 secara berturut-turut. Salinitasdan pH diukur menggunakan Jenway 3010 pH

meter. Substrat alami digunakan sebagai umpan karena lebih heterogen, terdiri dari beberapa

bagian kayu dalam berbagai tahap pembusukan, yang dapat membantu meningkatkan

keanekaragaman jamur (Tsui et al. 2001a). Setidaknya, 50 sampel telah dikumpulkan dari tempat

tersebut. Sampel dibersihkan dari material yang mengkontaminasi seperti cacing nematode dan

lumpur sebelum disimpan dalam tas plastic terpisah untuk mencegah kontaminasi dari sampel

yang lain (Lamore&Goos 1978, Tsui et al. 2003). Tiap sampel diambil dari potongan kayu yang

terpisah untuk menghindari potensi bias dari replikasi semu.

10

Page 14: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

Sampel dijaga kelembabannya menggunakan air dari tempat yang sama untuk membatasi

pertumbuhan spesies terrestrial atau kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan

berangsur-angsur spesies jamur akuatik(Yuen et al. 1999). Sampel dijaga kelembabannya juga

dimaksudkan bahwa spesies yang muncul kemudian juga akan diobservasi seperti yang

diprediksi bahawa ada peningkatan pada keanekaragaman jamur antara masa inkubasi 2 minggu

dan 6 bulan.

2. Pemeriksaan dan Pembiakan

Satu spora diisolasi dari sampel kayu telah dicoba dan spora telah diinkubasi pada salah satu

cornmeal agar (1.7% cornmeal agardalam airsuling), soyabeanmaeal (1.7% soyabean meal dan

1.2% agar dalam air suling) dan yeast extract agar (1% yeast extract, 1.2 % agar, 2% peptone,

dan 2% glukosadalam air suling). Air laut yang sudah disimpan dalam lemari es setidaknya

seminggu, digunakan sebagai pengganti air suling untuk spesimen yang diambil dari Kinkell

Rocks(Vrijmoed2000). Antibiotik digunakan untuk membatasi infeksi bakteri. Larutan

carbenicillin dalam air suling (50 μg per mL agar), atau kombinasi dari streptomycin sulfat

dalam konsentrasi 90 μg per 300 mL agar dan ampicillin (30 μg per 300 mL agar) telah

digunakan, dengan yang kemudian menjadi lebih efektif. Setelah diinkubasi dengan suhu

ruangan, koloni jamur di sub-kultur dalam nutrient broth (1.3 % nutrient broth dalam air suling)

sebanyak 50 mL dalam Erlenmeyer 250 mL .

Sampel ditutup dengan sumbat kapas dan diinkubasi dalam suhu ruangan sampai

pertumbuhannya memadai untuk mempelajari DNA. Identifikasi morfologidi dapat dengan

menggunakan literature dari Carnichael et al (1980), Ellis (1971, 1976), Hanlin (1992, 1998),

Hyde & Pointing (2000) danTsui & Hyde (2003).

3. Persiapan DNA

Hifa jamur diambil dari nutrient broth dan dibersihkan dengan air suling steril kemudian

dikeringkan, ditimbang, dibungkus dengan alumunium foil dan disimpan dalam nitrogen cair. Sel

jamur di hancurkan dengan alu dan mortar sebelum DNA diisolasi. Jamur tersebut diidentifikasi

menggunakan PCR.

11

Page 15: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

BAB IV

HASIL

4.1 Chaetorostrum quincemilensis, gen. et sp. nov., ascomycetes baru air tawar dan

anamorphic serupa Taeniolella dari Peru

Hasil penelitian jamur dari puing-puing kayu yang tergenang yang dikembangbiakkan

dalam moist chambers menghasilkan jamur asing baru. Karakteristik morfologi dari jamur asing

tersebut yang mengatur jamur ini secara terpisah mencakup: direndam untuk sebagian terendam,

berwarna coklat muda hingga ascomata berwarna coklat gelap; dengan leher panjang yang

berupa hialin pada bagian permukaan dan memiliki rambut gelap kaku; panjang, ber-hyalin,

lonjong, bersepta; silindris, unitunicate asci dengan J-bipartite cincin besar apikal, pedisel

bantalan tambahan serupa-tulang, dengan delapan uniseriate acrospora; acrospora dengan 3-

hialin bersekat, dan sel-sel pusat berwarna coklat muda yang diselubungi agar-agar tipis, dan

berdasarkan kultur, sebuah anamprh yang memproduksi phragmospores panjang dan bersepta.

4.2 Baipadisphaeria gen. nov., a freshwater ascomycete (Hypocreales, Sordariomycetes)

from decaying palm leaves in Thailand

Hasil penelitian menggunakan metode koleksi dan isolasi, pertumbuhan jamur , ekstraksi

DNA , amplifikasi dan urutannya, analisis filogenetik menghasilkan jamur Baipadisphaeria

spathulospora yang merupakan sebuah ascomycete air tawar (Hypocreales, Sordariomycetes)

dari daun kelapa membusuk di Thailand.

4.3 Jamur diperairan dekat St Andrews di Scotland

Hasil penelitian menggunakan metode pengumpulan dan inkubasi, pemeriksaan dan

pembiakan, dan persiapan DNA menemukan dari total 35 spesies yang telah diobservasi ,dan

tiga dari spesies ini, Fusarium sp. 1, Orbilia sp. Dan Neonectricalucida, ditemukan di lebih dari

satu tempat. Tujuh belas spesies telah diobservasi di dua tempat yaitu air tawar dan muara, tetapi

hanya empat yang ditemukan di laut.

12

Page 16: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pada perairan air tawar ditemukan spesies jamur baru Chaetorostrum quincemilensis ,

pada daun kelapa yang membusuk juga ditemukan jamur Baipadisphaeria

spathulospora , dan dilingkungan air tawar dan muara ditemukan Fusarium sp. Orbilia

sp. Dan Neonectricalucida

2. Untuk mengetahui berbagai jenis jamur dalam makalah ini menggunakan berbagai

metoda, seperti : menggunakan puing-puing kayu yang diambil dari berbagai habitat,

koleksi dan isolasi, pertumbuhan jamur , ekstraksi DNA , amplifikasi dan urutannya,

analisis filogenetik, pengumpulan dan inkubasi, pemeriksaan dan pembiakan, dan

persiapan DNA.

13

Page 17: Makalah Mikdas Kelompok 14 Mikologi Perairan Air Tawar(1)

DAFTAR PUSTAKA

Michelle KM, Goh TK, Hodgkiss IJ, Hyde KD, Ranghoo VM, Tsui CKM, Ho WH, Wong WSW, and Yuen TK. 1998. Role of fungi in freshwater ecosystems.Biodiversity and Conservation 7:1187-1206.

Campbell, dkk. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta : Erlangga

Pelczar, Michael J. 2006 . Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press