makalah kroto

7
Pembahasan Pada percobaan kromatografi lapis ini bertujuan untuk menjelaskan teori dan prinsip dasar dari KLT, memilih sediaan fase gerak untuk pemisahan paling baik dan menunjukan analisis kualitatif untuk identifikasi komponen obat dalam obat tradisional. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode pemisahan campuran senyawa menjadi komponen-komponenya, didasarkan pada perbedaan interaksi senyawa dalam dua fase yaitu fase diam (silica) dan fase gerak (pelarut organik) yang terjadi pada saat senyawa tersebut bermigrasi pada media pendukung. Pada praktikum ini, dilakukan dua percobaan yakni untuk mengetahui atau memilih sediaan fase gerak untuk pemisahan yang paling baik dan untuk mengidentifikasi bahan kimia obat. Pada percobaan pertama, fase diam yang digunakan adalah silica gel GF 254 yang berarti KLT dengan silica gel dengan pengikat gypsum untuk mengikat fase diam pada medium pendukungnya, silica dengan symbol F dapat dideteksi di bawah lampu UV yang akan berflouresensi karena adanya zat untuk memflouresensikan, UV yang digunakan adalah 254 nm.Silika gel bersifat semi polar (cenderung ke polar), higroskopis dapat menyerap air darimanapun terutama dari udara.Fase gerak yang digunakan adalah kloroform. Kloroform

Upload: fina-nailul-muna-tsalsa

Post on 30-Nov-2015

116 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah kroto

Pembahasan

Pada percobaan kromatografi lapis ini bertujuan untuk menjelaskan teori dan

prinsip dasar dari KLT, memilih sediaan fase gerak untuk pemisahan paling baik dan

menunjukan analisis kualitatif untuk identifikasi komponen obat dalam obat tradisional.

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode pemisahan campuran

senyawa menjadi komponen-komponenya, didasarkan pada perbedaan interaksi senyawa

dalam dua fase yaitu fase diam (silica) dan fase gerak (pelarut organik) yang terjadi pada

saat senyawa tersebut bermigrasi pada media pendukung.

Pada praktikum ini, dilakukan dua percobaan yakni untuk mengetahui atau

memilih sediaan fase gerak untuk pemisahan yang paling baik dan untuk

mengidentifikasi bahan kimia obat.

Pada percobaan pertama, fase diam yang digunakan adalah silica gel GF 254 yang

berarti KLT dengan silica gel dengan pengikat gypsum untuk mengikat fase diam pada

medium pendukungnya, silica dengan symbol F dapat dideteksi di bawah lampu UV yang

akan berflouresensi karena adanya zat untuk memflouresensikan, UV yang digunakan

adalah 254 nm.Silika gel bersifat semi polar (cenderung ke polar), higroskopis dapat

menyerap air darimanapun terutama dari udara.Fase gerak yang digunakan adalah

kloroform. Kloroform ini bersifat non polar sedangkan sample campuran yang digunakan

adalah methyl merah dan orange, sebelum memulai percobaan kloroform di jenuhkan

dahulu kedalam chamber.Fungsi penjenuhan adalah untuk menyakinkan bahwa atmosfer

dalam gelas kimia terjenuhkan dengan uap pelarut.Penjenuhan udara dalam gelas kimia

dengan uap menghentiksn pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas.

Lempeng KLT yang sudah ditotolkan sample dan standar pembanding dimasukan

ke dalam eluen tadi terjadi pergerakan kenaikan noda. Disis terjadi proses

kompleksitas/terjadinya interaksi antara air di atmosfer chamber dengan selulosa

(penyusus kertas saring)

Hasil yang didapatkan dari percobaan pertama yang menggunakan eluen

kloroform adalah methyl red mempunyai Rf 0.225 dan metil orange RFnya 0.

Dapat disimpulkan bahwa methyl orange sama sekali tidak bermigrasi keatas,

walaupun memang sample diduga mengandung methyl merah dan orange. Karena methyl

Page 2: makalah kroto

orange Rfnya 0/ lebih tertahan di fase diamnya,methyl orange lebih bersifat polar,

sedangkam methyl red kurang polar/ bias dikatakan non polar karena Rf yang lebih besar

(ikut bergerak bersama fase geraknya). Jika dibandingkan dengan fase gerak (eluen) yang

digunakan kloroform bukan merupakan fase gerak yang baik, karena methyl orange sama

sekali tidak bermigrasi ke atas.

Berdasarkan hasil optimasi pemisahan dengan berbagai fase gerak didapatkan

hasil eluen yang terbaik untuk pemisahan adalah methanol:kloroform (1:3) karena

methanol:kloroform(1:3) mempunyai solventstrange yang terbesar.Methanol yang

digunakan dalam perbandingan tersebut hanya 1 bagian sehingga kombinasi fase gerak

tersebut menghasilkan elusi yang terbaik.

Adapun syarat eluen (mobile phase) pada KLT adalah:

1. Pemurnian yang memadai

2. Stabilitas yang memadai

3. Viskositas yang rendah

4. Partisi/pemisahan linier

5. Tekanan uap sedang

6. Daya toksik yang serendah mungkin

Alasan lain mengapa eluen methanol:kloroform (1:3) lebih baik disbanding yang

lain karena dilihat dari pengembanganya terlihat jarak pemisahan lebih jelas terutama

pada sample campuran.

Sebelum digunakan untuk mengelusi bejana kromatografi (chamber) tadi di

jenuhkan terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan agar proses elusi berjalan ceoat dan rata

serta tidak terjadi pengembangan yang cekung pada lempeng KLT setelah di elusi karena

penguapan bias terjadi, dimana saja sehingga kecepatan elusinya tidak sama.

Plate yang telah ditotoli analit kemudian dikeringkan, penotolan dilakukan dengan

hati-hati agar pipa kapiler tidak merusak silica gelnya.Penotolan tidak boleh terlalu lebar

karena setelah di elusi nanti hasil yang diperoleh akan memanjang?berekor dan mungkin

akan bercampur dengan hasil penotolan di sebelahnya sehingga terjadi kesulitan dalam

mengamati hasil apalagi jika selisih Rf yang disebelahnya kecil maka tidak akan

terlihat/pemisahan sulit.

Page 3: makalah kroto

Pada percobaan kedua, Identifikasi BKO dalam jamu Asam Urat dan Pegal Linu

menggunakan fase gerak kloroform:etanol (8:2). Sama halnya dengan percobaan I, bejana

kromatografi dilakukan penjenuhan terlebih dahulu oleh fase geraknya dan dilakukan

penotolan seperti percobaan I.Pembanding yang digunakan adalah antalgin, fenilbutazon,

Na Diklofenak dan parasetamol. Fase diam yang digunakan adalah silica gel ukuran 4 x

10 cm.Sampel jamu yang digunakan akan dilarutkan dahulu dalam campuran

kloroform:methanol (1:1) dalam vol 5 mL.

Dari hasil didapatkan bahwa nilai Rf dari Na Diklofenak 0,8125 dari Fenilbutazon

0.9375, Rf Antalgin 0.125, Rf Parasetamol 0.6875 dan Rf dari sample 0.6875 dan

0.9375.Hal ini menunjukan bahwa sample mengandumg zat kimia fenilbutazon dan

parasetamol.

Saat pengujian bercak menggunakan UV 254 terlihat warna ungu pada bercak,

saat dilakukan pengamatan pada sinar UV 336 nm juga terlihat bercak warna ungu

sebagai pembuktian agar lebih pasti dilakukan penyemprotan uap iodine (I2) terdapat

warna kuning kecoklatan pada bercak.

Menurut teori “Like dissolve like” dimana yang polar akan larut dalam polar dan

sebaliknya.Dalam hal ini Rf dari Fenilbutazon yang terbesar. Artinya bahwa fenilbutazon

bersifat no polar mengikuti sifat dari fase geraknya.Sedangkan antalgin yang lebih

tertahan pada fase diam menunjukan lebih bersifat polar.

Parasetamol mempunyai khasiat analgetik, antipiretik efek sampingnya bias

berubah hypersensitive dan kelainan darah. Fenilbutazon mempunyai khasiat antiradang

yang lebih kuat daripada daya kerja analgetiknya.

Page 4: makalah kroto

Kesimpulan

1. Kromatografi digunakn untuk memisahkan campuran menjadi komponen-

komponenya.

2. Fase diam yang digunakan adalah silica gel GF 254

3. Penampakan noda dapat dilihat pada UV 254 nm dan uap I2

4. Fase gerak yang lebih baik digunakn untuk pemisahan kromatografi secara KLT

dengan campuran yang mengandung Fenilbutazon dan Parasetamol adalah

methanol : kloroform (1:3)

5. Percobaan II, mengidentifikasi BKO dalam jamu Pegel Linu dan Asam Urat:

Pembanding yang digunakan antalgin,Fenilbutazon, Na Diklofenak dan

Parasetamol

Fase gerak kloroform:methanol (4:1)

Sampel yang diidentifikasi mengandung parasetamol dikarenakan harga

Rfnya yang paling mendekati

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia ed IV, Depkes RI, Jakarta.

Auterhoff,H., Karl-Artur Kovar, 2002, Identifizierung von Arzneistoffen,

diterjemahkan oleh N.C. Sugiarso, Identifikasi Obat, ITB, Bandung.

Gandjar, I.G. dan Rohman, A., 2010, Kimia Farmasi Analisis,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Page 5: makalah kroto