makalah kolning.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kemajuan yang dicapai oleh iptek adalah kloning, dewasa ini
kloning telah banyak memberi pengaruh bagi kehidupan manusia diantaranya
telah memperbaiki kehidupan manusia, dan menjadi sumber ilmu pengetahuan
baru.
Meskipun telah dilakukan berulang kali, kloning tidak hanya sukses
dilakukan pada tumbuhan dan hewan, Beberapa ahli telah berhasil melakukan
kloning terhadap manusia, dan kini telah ada beberapa manusia yang hidup di
dunia ini dari proses kloning.
Kloning yang merupakan hasil teknologi baru yang diciptakan manusia
telah banyak merusak tatanan moral kehidupan manusia, seperti dalam hal
terciptanya teknologi kloning pada manusia untuk menghasilkan manusia dengan
“jalan pintas” yaitu tanpa melalui proses hubungan seks yang halal antar laki-laki
dan perempuan dalam ikatan pernikahan. Betapa tidak, dengan adanya kloning ini
maka bagi wanita yang ingin mempuyai anak, akan segera memilikinya dari
proses kloning tanpa harus berhubungan dengan lelaki, meskipun anak yang
dimilikinya adalah perempuan.
Hal ini tentu akan menjadi masalah besar, bisa dibayangkan jumlah kaum
adam akan merosot secara drastis, dan pasangan lesbian jumlahnya akan
meningkat pesat.
Namun semua hal itu tidak perlu terjadi bila kita bisa memilah-milah apa-
apa saja dampak yang ditimbulkan dari kloning, terutama pada manusia. Tentu
kita sebagai umat manusia telah diberi akal oleh Allah swt untuk bisa menentukan
sendiri apa yang harus kita perbuat
1
1.2 Permasalahan
Adapun masalah yang timbul dari kloning itu sendiri adalah akan adanya
individu yang sama persis dengan individu yang telah ada sebelumnya. Maka
dalam hal ini perlu dibahas bagaimana kloning itu sendiri, Hukum yang berlaku
tentng kloning terutama hukum Islam, karena tanpa mendiskreditkan agama lain
sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan gambaran umum tentang kloning itu sendiri.
2. Membedakan bayi yang lahir dari proses kloning dan bayi tabung.
3. Memaparkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan dari kloning.
4. Memaparkan Fatwa MUI tentang kloning.
2
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Kloning (klonasi) adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik
yang sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan,
hewan, maupun manusia. Kloning manusia adalah teknik membuat keturunan
dengan kode genetik yang sama dengan induknya yang berupa manusia. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara mengambil sel tubuh (sel somatik) dari tubuh
manusia, kemudian diambil inti selnya (nukleusnya), dan selanjutnya ditanamkan
pada sel telur (ovum) wanita –yang telah dihilangkan inti selnya dengan suatu
metode yang mirip dengan proses pembuahan atau inseminasi buatan. Dengan
metode semacam itu, kloning manusia dilaksanakan dengan cara mengambil inti
sel dari tubuh seseorang, lalu dimasukkan ke dalam sel telur yang diambil dari
seorang perempuan. Lalu dengan bantuan cairan kimiawi khusus dan kejutan arus
listrik, inti sel digabungkan dengan sel telur. (http://www.medicalzone.org)
Istilah kloning atau klonasi berasal dari kata clone (bahasa Yunani) atau
klona, yang secara harfiah berarti potongan/pangkasan tanaman. Dalam hal ini
tanam-tanaman baru yang persis sama dengan tanaman induk dihasilkan lewat
penanaman potongan tanaman yang diambil dari suatu pertemuan tanaman jantan
dan betina. Melihat asal bahasa yang digunakan, bisa dimengerti bahwa praktek
perbanyakan tanaman lewat penampangan potongan/pangkasan tanaman telah
lama dikenal manusia. Karena tidak adanya keterlibatan jenis kelamin, maka yang
dimaksud dengan klonasi adalah suatu metode atau cara perbanyakan makhluk
hidup (atau reproduksi) secara aseksual. Hasil perbanyakan lewat cara semacam
ini disebut klonus/klona, yang dapat diartikan sebagai individu atau organisme
yang dimiliki genotipus yang identik. (M. Ma'rifat Iman KH, 2005)
Klon adalah sejelompok organisme hewan maupun tumbuh-tumbuhan
yang dihasilkan melalui reproduksi aseksual dan berasal dari satu induk yang
3
sama. Setiap anggota dari klon tersebut mempunyai susunan dan jumlah gen yang
sama dan kemungkinan besar fenoipnya juga sama. (M. Rusda, 2003)
Kloning ialah suatu puncak studi bioteknologi dalam sejarah manusia,
yang menciptakan dan mengembangkan sel induk, untuk membuat sesuatu yang
lebih sempurna seperti hewan atau bahkan manusia.
(Kiandjaja Holik, M.T.S, 2003)
Kloning adalah suatu upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang
jika dilihat secara genetik akan identik.
(http://www.hayati-ipb.com/users/rudyet/grp)
4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Kloning
Kira-kira satu abad yang lalu Gregor Mandel telah merumuskan aturan-
aturan untuk menerangkan pewarisan sifat-sifat biologis. Sifat-sifat organisme
yang dapat diwariskan diatur oleh suatu faktor yang disebut gen, yaitu suatu
partikel yang berada di suatu di dalam sel tepatnya di dalam kromosom.
Gen menjadi dasar dalam pengembangan penelitian genetika meliputi
pemetaan gen, menganalisis posisi gen pada kromosom. Hasil penelitian telah
berkembang baik diketahuinya DNA sebagai material genetik beserta strukturnya,
kode-kode genetik serta proses transkripsi dan translasi dapat dijabarkan.
Suatu penelitian yang merupakan revolusi dalam Biologi medern adalah
setelah munculnya metode teknologi DNA rekombinasi atau rekayasa genetika
yang inti prosesnya adalah kloning gen yaitu suatu prosedur untuk memperoleh
replika yang dapat sama dari sel atau organisme tunggal.
Kloning pada tanaman dalam arti melalui kultur sel mula-mula dilakukan
pada tanaman wortel. Dalam hal ini sel akar wortel dikultur, dan tiap selnya
tumbuh menjadi tanaman lengkap. Teknik ini digunakan untuk membuat klon
tanaman dalam perkebunan. Dari sebuah sel yang mempunyai sifaat unggul,
kemudian dipacu untuk membelah dalam kultur, sampai ribuan atau bahkan jutaan
sel. Tiap sel mempunyai susunan gen yang sama, sehingga tiap sel merupakan
klon dari tanaman tersebut.
Kloning pada hewan mula-mula dilakukan pada amfibi (kodok), dengan
mengadakan transpalantasi nukleus ke dalam telur kodok yang dinukleasi.
Sebagai donor digunakan nukleus sel somatik dari berbagai stadium
perkembangan. Ternyata donor nukleus dari sel somatik yang diambil dari sel
epitel usus kecebong pun masih dapat membentuk embrio normal.
5
Sejak Dr. Ian Wilmut berhasil membuat klon anak domba yang diberi
nama Dolly pada tahun 1996. Maka terbukti kloning dapat dilakukan pada
mamalia. Atas dasar itulah para ahli beransumsi bahwa pada manusia pun dapat
diklon. Walaupun banyak pihak yang tidak setuju atas pengklonan terhadap
manusia itu sendiri, karena dianggap lebih banyak membawa kerugiannya
daripada manfaatnya.
3.2 Teknik Kloning
3.2.1 Pengklonan c DNA
Sebagian besar, metode-metode yang digunakan oleh perusahaan-
perusahaan pengklonan gen untuk memperoleh DNA rekombinan yang terdiri dari
gen yang diinginkan dalam vektor ekspresi, adalah sama yang digunakan dalam
laboratorium-laboratorium penelitian.
Karena banyak protein yang bernilai komersil hanya terdapat dalam
jumlah kecil dalam sel-sel dan jaringan hewan, dan karena ekspresi gen flon itu
sangat penting, maka banyak pekerjaan komersial itu terpusat pada pengklonan c
DNA dari mRNA-mRNA yang terdapat dalam jumlah sangat kecil didalam sel.
Pendekatan lain yang digunakan untuk memperoleh insulin manusia, adalah
sintesis kimia dari suatu gen.
Hampir setiap molekul mRNA eukariot pada ujung 3’-nya mempunyai
rangkaian resedu nukleotida adenin yang disebut ekor poli-A. Apapun fungsinya,
poli-A itu memberikan jalan yang mudah untuk mensintesis suatu untaian DNA
yang komplementer terhadap mRNA-nya. JIKa rantai-rantai pendek dari oligo –
dT dicampur dengan mRNA, rantai tersebut berhibridasiasi ke ekor poli-A untuk
memberikan suatu primer untuk aksinya enzim transfriptase balik. Enzim ini,
yang disolasikan dari virus-virus tumor RNA tertentu dapat menggunakan RNA
sebagai cetakan untuk mensintesis suatu untaian DNA. Hasil reaksinya adalah
suatu hibrida RNA-DNA, untaian DNA yang baru itu mempunyai lingkaran tusuk
konde pada ujungnya, tampaknya sebagai hasil dari enzim “ memutari sudut “ dan
mulai mengkopi dirinya sendiri. Lingkaran tusuk konde itu mungkin merupakan
suatu artefak ( sesuatu yang buatan ) ‘in vitro’ tetapi ia memang memberikan
6
suatu primer yang sangat mudah untuk pembuatan untaian DNA yang kedua.
cDNA ( DNA komplementer ) berantaian ganda yang dihasilkan mempunyai
lingkaran tusuk konde yang utuh ini dapat dibelah oleh S1 nuklease, yaitu suatu
nuklease spesifik yang beruntaian tunggal.
Molekul cDNA yang beruntaian ganda yang diperoleh dengan cara
tersebut, lalu disiapkan untuk disisipkan kedalam pBR 322, dengan jalan pemberi
ekor dengan terminal transferase atau dengan menambahkan tempat-tempat enzim
restriksi buatan pada ujung-ujung cDNA-nya.
Tempat-tempat restriksi ini yang kita sebut ‘penyambung” ( “linker”)
adalah oligunekloitida-oligunekloitida dari 8 sampai 10 pasangan basa yang
dibuat secara kimia.Penyambung-penyambung itu ditambahkan pada cDNA
beruntaian ganda dengan menggunakan DNA ligase, lalu penyambung-
penyambung itu digunting hingga terbuka dengan enzim restriksi, dan cDNA-nya,
yang sekarang mengandung ujung-ujung lekat yang dihasilkan oleh enzim tadi,
dimasukkan ke dalam pBR 322 yang telah di belah dengan enzim yang sama.
Kemudian plasmid rekombinan yang mengandung cDNA yang di hasilkan itu,
dimasukkan ke dalam strain “ E. coli “ yang sesuai dan dikembangbiakkan.
3.2.2 Gen pengklonan : DNA rekombinan
Bakteri merupakan mesin-mesin efesien untuk untuk menciptakan
turunuan identik DNA bacterifogdalam jumlah. Begitu masuk dalam sel
imangnya. DNA fag tersebut berlipat ganda berkali-kali, turunan dikemas
kedalam partikel-partikel berdaya tulang, baru dilepas dari sel inangnya sehingga
siap mengulangi daur infeksitersebut. Jika kita adapat menempelkan gen
eukariotik kepada molekul DNA fag seperti itu, maka dapat direflikasi dengan
cara yang sama sekali lagi endonukliase restriksi memungkinkan musliaht itu.
Ekori adalah endonuklease resttriksi yang dihasilkan oleh “E. koli” . enzim ini
membelah DNA hanya ditempat yang meliputi rangkaiannya.
Setiap utusan pilihan ganda itu dipotong diantara buangin dan adenin.
Setiap kali hal ini terjadi ujung-ujung belahan filman ganda itu membaawa
panjang tambahan emapt nukleotida. DNA yang berpasangan (berhelai tunggal),
7
yang dinamai ujung “lengket” karena mapu berpasangan basa dengan molekul
DNA yang manapun mengandung ujung lengket pelengkap. Gagasannya adalah
memperlakukan kedua DNA eukariotik dan DNA bakteriopag dengan
endonuklease retriksi yang sama sehingga tercipta ujung-ujung pelengkap pada
masing-masing. Dalam keadan yang sesusai, secara bercampur molekul-molekul
DNA eukariotik akan menempel pada molekul-molekul DNA dengan ujung-ujung
lengketnya masingmasing. Kemudian DNA ligase dapat dipakai untuk
mengaitkan secara kovalen molekul-molekul itu bersama. Beberapa dari hibrid
atau molekul-molekul rekombinan ini akan tetap berdaya infeksi pada inang
bakteriofognya (ekoli) sebagaimana bakteriofog yang normal. Hal ini dapat
dideteksi dengan membiarkan ekoli terbuka bagi campuran molekul DNA
rekombinan dan selanjutnya menabur selsel pada cawan fetri berisi agar. Sel-sel
bakteri itu mulai berkembang biak, membentuk selaput sel-sel dipermukaan agar.
Akan tetapi, setiap sel yang secara berhasil diinfeksi oelh molekul-moleku DNA
rekombinan akan membentuk banyak turunan baru DNA rekombinan tersebut
sebelum dibunuh dan dilisis.
Molekul-molekul yang infektif dilepas, menginfeksi sel-sel terdekat, dan
proses itu diulang. Akibatnya segara nampak pada mata dengan mata telanjang
sebagai zona atau plak sikular yang jernih pada “padang” sel-sel . setiap plak
merupakan suatu “flon” molekul-molekul DNA dan dapat diriakkan secara tak
terbatas dengan meninfeksi lebih banyak sel ekoli.
Walau setiap plak (plague) menghasilkan ikon unit molekul-molekul DNA
rekombinan, potongan “dari DNA” eukariotik yang ada pada plak tertentu
merupakan kebetulan semata-mata. Pencernaan semua DNA dalam sel-sel
organisme eukariotik seperti mencit atau tikus oleh oleh endonuklease restriksi
menghasilkan kumpulan fragman DNA yang sangat beragam. Fragman-fragman
ini tergabung pada DNA bakteriofag secara acak semata-mata. Pengklonan
fragmen yang merupakan seluruh genam suatu organisme dinamakan pengklonan
“senapan”.
Kini masalahnya adalah salah satu temuan dari satu atau lebih plag
(mungkin dari beberapa ribu ) yang mengandung gen edukariotik yang menarik
8
perhatian kita. Untuk ini diperlukan suatu “tolok”. Misalnya kitya mencari DNA
kelinci yang menjadikan lantai-lantai hemoklobinnya. Sebagaimana kita ketahui,
RNA pesuruh untuk rantai-rantai ini dapat diisolasi dari prekursor sel-sel darah
merah kelinci. Pesuruh-pesurh ini dapat diisolasi dari prekursor dan dapat diberi
label isotop radio aktif dan digunakan untuk mencari plak-plak yang mengandung
rangkaian DNA pelengkap, yaitu rangkaian DNA yang dari pada pesuruh-pesuruh
hemoglobin ini ditranskripsi. Inilah prosedurnya, sehelai kertas saring yang dibuat
dari nitro selulosa secara perlahan ditekan pada permukaan lempengan agar yang
berplak. Beberapa dari DNA pada setiap plak diserap oleh kertas saring tadi. DNA
yang terserat itu kemudian diubah sifatnya menjadi pelayan tunggal, dan kertas
saring yang dicelupkan kedalm kedalam larutan yang berisikan molekul-molekul
DNA rekombinan yang menyatakan rangkaiannya yang dicari itu. Karena plak-
plak asal tidak menjadi rusak karena prosedur ini, maka molekul-molekul
tambahan sampel khusus DNA rekombianan itu dapat dibiakkan dalam sel-sel
“koli” tambahan untuk memproduksi sebanyak turunan sampelnya yang
diinginkan. Maka inilah satu cara (namun bukan satu-satunya cara) untuk
mencapai tujuan terdekatnya yaitu sampel murni suatu gen eukariotik. Prosesnya
mungkin tanpak rumit, tetapi sungguh sangat langsung dan akhirnya tujuan dapat
dicapai.
3.2.3 Pengklonan Pada Manusia
Kloning manusia pada dasarnya sama dengan proses bayi tabung, yang
membedakan adalah saat dilakukannya prosedur pertemuan sel telur dengan sel
sperma.
Pada prosedur kloning, langkah awal yang dilakukan adalah dengan cara
mengambil sel tubuh (sel somatik) yang diambil ini selnya (nukleus). Inti sel telur
yang terdiri atas 23 kromosom ini dibuang, kemudian dilakukan penggantian
dengan inti sel “dewasa” sebanyak 46 kromosom. Setelah dilakukan penggantian
atau pemindahan ini, maka unutk selanjutnya, sel-sel inidibiarkan berkembang
menjadi beberapa sel. Setelah berkembang menjadi beberapa sel baru, maka sel-
9
sel yang terbentuk ini dikembalikan dalam rahim ibunya untuk dilanjutkan
perkembangannya menjadi manusia yang baru.
Dengan prosedur kolning ini, maka akan dihasilkan janin manusia atau
makhluk baru yang akan sepenuuhnya membawa gen baru dari ciri khas yang
baru sesuai dengan ciri dari sel yang intinya dimasukkan ke sel telur.
Hal terakhir dari prosedur kolning inilah yang membedakannya dengan
proses bayi tabung. Jika dalam bayi tabung, janin yang dihasilkan masih
membawa campuran ciri ibu dan bapaknya pada umumnya, namun tidak demikian
halnya dengan kloning.
Saat ini telah ada beberapa bayi yang lahir dari proses kolning.
Diantaranya adalah Eva yang lahir dengan persalinan seksio sesarea pada 26
Desember 2002, bayi kedua di Belanda dari pasangan lesbian pada awal Januari
2003, bayi ketiga pada akhir Januari 2003 dari pasangna jepang yang melakukan
kloning dari putra mereka yang telah meninggal, dan bayi lainnya dari pasangan
Arab Saudi. (http://www.humancloninglatestnews.htm.2003).
3.2.4 Pengklonan hewan
Klon-klon yang ditangani oleh para ahli biologi molekular, biasanya klon-
klon dari bakteri atau organisme lain, sel-sel dalam kultur jaringan dan akhir-akhir
ini molekul-molekul DNA. Para ahli taman dan pemulia tanaman sebaiknya,
secara teratur menangani dan memproduksi organisme-organisme tinggat lebih
tinggi yang diklon, tanaman-tanaman yang mereka biakkan dengan pemangkasan,
enten, pembelahan umbi dan rhizoma (akar rimang) dan sebagainya.
Tumbuhan tinggi memberi kemungkinan untuk reproduksi aseksual dan
klon; untuk banyak spesies liar, pembiakan aseksual lebih penting daripada
pembiakan seksual. Sebaiknya hewan-hewan tingkat alami tidak bereproduksi
secara aseksual. Untuk mengklon seekor binatang perlu untuk mengambil nukleus
dalam telur yang telah dibuahi, baik melalui pembedahan, maupun
menonaktifkannya secara total dengan radiasi dan menggantikannya dengan
nukleus yang diambil dari individu lain. Ini memerlukan transplankasi suatu
nukleus utuh yang tidak rusak dan mampu untuk berkembang.
10
Demikianlah, nukleus-nukleus yang dicangkokkan dari sel-sel embrio
katak yang sangat muda, yang masih totipoten, dapat melahirkan katak-katak
dewasa. Sebaliknya, nukleus-nukleus yang ditransplantasi dari katak ‘dewasa’
sampai kini sekian jauh belum pernah mampu meningkatkan perkembangan
hewan dewasa ; proses perkembangannya selalu gagal pada tahap embrional atau
larva tertentu.
Transplantasi nukleus dengan telur-telur katak pertama kali dicapai dalam
tahun 1952, tetapi tentu saja akan lebih menarik untuk membiakkan mamalia
secara aseksual daripada katak. Masalah-masalah teknis dari reproduksi mamalia
dengan transplantasi nukleus, sebaliknya adalah jauh lebih besar karena sangat
sukar untuk memanipulasi telur-telur mamalia tanpa merusaknya. Pada tahun
1981, serangkaian percobaan semacam itu dengan tikus, telah dilaporkan, tetapi
belum diulangi dan diperbuat secara bebas. Sebelum metode-metode itu dapat
direproduksi, mereka tidak akan memberi sumbangan yang berarti pada
pengertian kita tentang perkembangan mamalia.
Dalam masa dekat hanya terdapat kemungkinan kecil bahwa transplantasi
nukleus dicoba pada spesies mamalia lain. Jika efisiensi dan reproduksibilitasnya
dapat ditingkatkan, maka mungkin metode itu akan mendapat tempat di bidang
penangkaran hewan. Dalam teori ia dapat dicoba pada telur-telur sel embrio
manusia, tetapi untuk alasan apa? Tidak ada penerapan praktis. Dan perlu
ditekankan bahwa belum terbukti ada kemungkinan bahwa dengan katak
sekalipun untuk menghasilkan suatu individu dewasa yang diklon melalui
pencangkokan nukleus sel dewasa ke dalam sebuah telur. Komplotan jutawan tua
golongan gothik yang membujuk para dokter untuk mengklon beberapa kopi dari
dirinya sendiri dengan pencangkokan nukleus-nukleus selnya kedalam telur-telur
yang dibuahi dan kemudian menanamkannya pada wanita, tetapi merupakan
fantasi murni, untuk katak tua sekali pun, hal itu tidak dapat dilakukan.
11
3.3 Manfaat dan Kerugian Kloning
Teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada manusia,
secara garis besar manfaat langsung dari kloning dapat diringkas sebagai berikut:
Sebagai Pengembangan ilmu pengetahuan
Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul
Untuk tujuan diagnostik dan terapi
Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan
Meskipun kloning banyak memberi manfaat, namun tidak dapat dipungkiri
bahwa dibalik manfaatnya ternyata kloning pada manusia lebih banyak
kerugiannya dan bertentangan dengan syariat, diantaranya :
1. Mengobati penyakit.
Teknologi kloning kelak dapat membantu manusia dalam menentukan
obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang, lemak,
jaringan penyambung atau tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien untuk
tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan. Sekedar melakukan riset
kloning manusia dalam rangka menemukan obat atau menyingkap misteri-misteri
penyakit yang hingga kini dianggap tidak dapat disembuhkan adalah boleh,
bahkan dapat dijustifikasikan pelaksanaan riset-riset seperti ini karena ada sebuah
hadits yang menyebutkan: "Untuk setiap penyakit ada obatnya". Namun, perlu
ditegaskan bahwa pengujian tentang ada tidaknya penyakit keturunan pada janin-
janin hasil kloning guna menghancurkan janin yang terdeteksi mengandung
penyakit tesebut dapat melanggar hak hidup manusia.
2.Infertilitas.
Kloning manusia memang dapat memecahkan problem ketidaksuburan,
tetapi tidak boleh mengabaikan fakta bahwa Ian Wilmut, A.E. Schieneke, J. Mc.
Whir, A.J. Kind, dan K.H.S. Campbell harus melakukan 277 kali percobaan
sebelum akhirnya berhasil mengkloning "Dolly". Kloning manusia tentu akan
melewati prosedur yang jauh lebih rumit. Pada eksperimen awal untuk
12
menghasilkan sebuah klon yang mampu bertahan hidup akan terjadi banyak sekali
keguguran dan kematian. Lebih jauh, dari sekian banyak embrio yang dihasilkan
hanya satu embrio, yang akhirnya ditanam ke rahim wanita pengandung sehingga
embrio-embrio lainnya akan dibuang atau dihancurkan. Hal ini tentu akan
menimbulkan problem serius, karena nenurut syari'at pengancuran embrio adalah
sebuah kejahatan. Selain itu, teknologi kloning melanggar sunnatullah dalam
proses normal penciptaan manusia, yaitu bereproduksi tanpa pasangan seks, dan
hal ini akan meruntuhkan institusi perkawinan. Produksi manusia-manusia
kloning juga sebagaimana dikemukakan di atas, akan berdampak negatif pada
hukum waris Islam (al-mirâts).
3. Organ-organ untuk transplantasi.
Ada kemungkinan bahwa kelak manusia dapat mengganti jaringan
tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau
mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh manusia hasil kloning.
Manipulasi teknologi untuk mengambil manfaat dari manusia hasil kloning ini
dipandang sebagai kejahatan oleh hukum Islam, karena hal itu merupakan
pelanggaran terhadap hidup manusia. Namun, jika penumbuhan kembali organ
tubuh manusia benar-benar dapat dilakukan, maka syari'at tidak dapat menolak
pelaksanaan prosedur ini dalam rangka menumbuhkan kembali organ yang hilang
dari tubuh seseorang, misalnya pada korban kecelakaan kerja di pertambangan
atau kecelakaan-kecelakaan lainnya. Tetapi, akan muncul pertanyaan mengenai
kebolehan menumbuhkan kembali organ tubuh seseorang yang dipotong akibat
kejahatan yang pernah dilakukan.
4. Menghambat Proses Penuaan.
Ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat menghambat proses
penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning. Namun hal ini bertentangan
dengan hadits yang menceritakan peristiwa berikut:
Orang-orang Baduy datang kepada Nabi saw, dan berkata: "Hai
Rasulallah, haruskah kita mengobati diri kita sendiri? Nabi SAW menjawab: "Ya,
13
wahai hamba-hamba Allah, kalian harus mengobati (diri kalian sendiri) karena
sesungguhnya Allah tidak menciptakan suatu penyakit tanpa menyediakan
obatnya, kecuali satu macam penyakit". Mereka bertanya: "Apa itu?" Nabi SAW
menjawab: "Penuaan".
5.Jual beli embrio dan sel.
Sebuah riset bisa saja mucul untuk memperjual-belikan embrio dan sel-sel
tubuh hasil kloning. Transaksi-transaksi semacam ini dianggap bâthil (tidak sah)
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
Seseorang tidak boleh memperdagangkan sesuatu yang bukan miliknya.
Sebuah hadits menyatakan: "Di antara orang-orang yang akan dimintai
pertanggungjawaban pada Hari Akhir adalah orang yang menjual manusia
merdeka dan memakan hasilnya".
Jika pada pemaparan diatas telah disebutkan bahwa terkandung kerugian
dibalik manfaat kloning itu sendiri, maka kloning juga mengandung kerugian
langsung diantaranya :
Keragaman populasi akan hilang, akibatnya setiap orang memiliki respon yang sama.
Bila manusia secara genetik sama, maka terdapat resiko besar dari patogen tunggal,
yaitu penyakit yang dapat memusnahkan semua individu.
Kloning dianggap tidak etis, tidak manusiawi dan tidak normal.
3.4 Fatwa MUI tentang Kloning
Setelah diadakannya musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia
yang diselenggarakan pada tangga1 23-27 Rabi'ul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000
M. dan membahas tentang kloning. MUI memutuskan bahwa :
1. Kloning terhadap manusia dengan cara bagaimanapun yang berakibat pada
pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram.
2. Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya boleh (mubah) sepanjang
dilakukan demi kemaslahatan dan/atau untuk menghindarkan kemudaratan (hal-hal
negatif).
14
3. Mewajibkan kepada semua pihak terkait untuk tidak melakukan atau mengizinkan
eksperimen atau praktek kloning terhadap manusia.
4. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama para ulama, untuk senantiasa mengikuti
perkembangan teknologi kloning, meneliti peristilahan dan permasalahatannya, serta
menyelenggarakan kajian-kajian ilmiah untuk menjelaskan hukumnya.
5. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk mendorong
pembentukan (pendirian) dan mendukung institusi-institusi ilmiah yang
menyelenggarakan penelitian di bidang biologi dan teknik rekayasa genetika pada
selain bidang kloning manusia yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari'ah.
6. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk segera
merumuskan kriteria dan kode etik penelitian dan eksperimen bidang biologi untuk
dijadikan pedoman bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
7. Keputusan fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap muslim yang
memerlukan dapat mengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk
menyebarluaskan fatwa ini.
Putusan ini Ditetapkan di Jakarta pada tanggal : 27 Rabi'ul Akhir 1421 H / 29 Juli
2000 M
15
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yaitu sebagai
berikut:
1. Kloning sebagai pengembangan IPTEK, termasuk hasil perkembangan fikiran
manusia yang patut disyukuri dan dimanfaatkan bagi peningkatan taraf hidup
manusia ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih terhormat.
2. Kloning adalah suatu upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang jika
dilihat secara genetik akan identik dengan induknya pada makhluk hidup
tertentu baik berupa manusia, hewan, maupun tumbuhan.
3. Kloning pada manusia dengan alasan dan tujuan melipat-gandakan manusia
hukumnya haram dalam Islam dan dianggap perbuatan yang tidak bermoral.
4. Kloning pada manusia lebih banyak mengandung kerugiannya daripada
manfaatnya.
5. Kloning pada hewan dan tumbuhan diperbolehkan dalam Islam selama tidak
mengundang mudharat.
Saran
Berdasarkan uraian tentang kloning diharapkan kepada masyarakat
Inonesia untuk dapat menjadi bahan pertimbangan dan lebih selektif dalam
memandang halal atau haramnya tindakan untuk melakukan kloning.
16
DAFTAR PUSTAKA
Aprilyana, Idha. 2005. Kloning dalam Perspektif Hukum Islam. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Fatwa MUI tentang Kloning. 2005. http://www. halalguide.info . Jakarta.
Holik, Kiandjaja. 2003. Cloning is Coming. STT Amanat Agung. Jakarta
Iman, M. Ma'rifat. 2005. Kloning Manusia. http://www. fai.uhamka.ac.idpost.phpidpost=35. Ciputat.
ISLAMIC MEDICINE - Hukum kloning. 2007. http://www. medicalzone.org/printview.php.htm Mizawarti. 2003. Penerapan Teknik-Teknik Kloning Gen dalam Kehidupan
Manusia. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Muhammad, S.A. 1991. Pengantar Kloning Gen. Yayasan Esentia Medica. Yogyakarta.
Rusda, Muhammad. 2003. Kloning. Universits Sumatra Utara. Medan.
17