makalah kolning.docx

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kemajuan yang dicapai oleh iptek adalah kloning, dewasa ini kloning telah banyak memberi pengaruh bagi kehidupan manusia diantaranya telah memperbaiki kehidupan manusia, dan menjadi sumber ilmu pengetahuan baru. Meskipun telah dilakukan berulang kali, kloning tidak hanya sukses dilakukan pada tumbuhan dan hewan, Beberapa ahli telah berhasil melakukan kloning terhadap manusia, dan kini telah ada beberapa manusia yang hidup di dunia ini dari proses kloning. Kloning yang merupakan hasil teknologi baru yang diciptakan manusia telah banyak merusak tatanan moral kehidupan manusia, seperti dalam hal terciptanya teknologi kloning pada manusia untuk menghasilkan manusia dengan “jalan pintas” yaitu tanpa melalui proses hubungan seks yang halal antar laki-laki dan perempuan dalam ikatan pernikahan. Betapa tidak, dengan adanya kloning ini maka bagi wanita yang ingin mempuyai anak, akan segera memilikinya dari proses kloning tanpa harus berhubungan dengan lelaki, meskipun anak yang dimilikinya adalah perempuan. 1

Upload: yudi-pratama

Post on 26-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kemajuan yang dicapai oleh iptek adalah kloning, dewasa ini

kloning telah banyak memberi pengaruh bagi kehidupan manusia diantaranya

telah memperbaiki kehidupan manusia, dan menjadi sumber ilmu pengetahuan

baru.

Meskipun telah dilakukan berulang kali, kloning tidak hanya sukses

dilakukan pada tumbuhan dan hewan, Beberapa ahli telah berhasil melakukan

kloning terhadap manusia, dan kini telah ada beberapa manusia yang hidup di

dunia ini dari proses kloning.

Kloning yang merupakan hasil teknologi baru yang diciptakan manusia

telah banyak merusak tatanan moral kehidupan manusia, seperti dalam hal

terciptanya teknologi kloning pada manusia untuk menghasilkan manusia dengan

“jalan pintas” yaitu tanpa melalui proses hubungan seks yang halal antar laki-laki

dan perempuan dalam ikatan pernikahan. Betapa tidak, dengan adanya kloning ini

maka bagi wanita yang ingin mempuyai anak, akan segera memilikinya dari

proses kloning tanpa harus berhubungan dengan lelaki, meskipun anak yang

dimilikinya adalah perempuan.

Hal ini tentu akan menjadi masalah besar, bisa dibayangkan jumlah kaum

adam akan merosot secara drastis, dan pasangan lesbian jumlahnya akan

meningkat pesat.

Namun semua hal itu tidak perlu terjadi bila kita bisa memilah-milah apa-

apa saja dampak yang ditimbulkan dari kloning, terutama pada manusia. Tentu

kita sebagai umat manusia telah diberi akal oleh Allah swt untuk bisa menentukan

sendiri apa yang harus kita perbuat

1

1.2 Permasalahan

Adapun masalah yang timbul dari kloning itu sendiri adalah akan adanya

individu yang sama persis dengan individu yang telah ada sebelumnya. Maka

dalam hal ini perlu dibahas bagaimana kloning itu sendiri, Hukum yang berlaku

tentng kloning terutama hukum Islam, karena tanpa mendiskreditkan agama lain

sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan gambaran umum tentang kloning itu sendiri.

2. Membedakan bayi yang lahir dari proses kloning dan bayi tabung.

3. Memaparkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan dari kloning.

4. Memaparkan Fatwa MUI tentang kloning.

2

BAB II

KAJIAN TEORITIS

Kloning (klonasi) adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik

yang sama dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan,

hewan, maupun manusia. Kloning manusia adalah teknik membuat keturunan

dengan kode genetik yang sama dengan induknya yang berupa manusia. Hal ini

dapat dilakukan dengan cara mengambil sel tubuh (sel somatik) dari tubuh

manusia, kemudian diambil inti selnya (nukleusnya), dan selanjutnya ditanamkan

pada sel telur (ovum) wanita –yang telah dihilangkan inti selnya dengan suatu

metode yang mirip dengan proses pembuahan atau inseminasi buatan. Dengan

metode semacam itu, kloning manusia dilaksanakan dengan cara mengambil inti

sel dari tubuh seseorang, lalu dimasukkan ke dalam sel telur yang diambil dari

seorang perempuan. Lalu dengan bantuan cairan kimiawi khusus dan kejutan arus

listrik, inti sel digabungkan dengan sel telur. (http://www.medicalzone.org)

Istilah kloning atau klonasi berasal dari kata clone (bahasa Yunani) atau

klona, yang secara harfiah berarti potongan/pangkasan tanaman. Dalam hal ini

tanam-tanaman baru yang persis sama dengan tanaman induk dihasilkan lewat

penanaman potongan tanaman yang diambil dari suatu pertemuan tanaman jantan

dan betina. Melihat asal bahasa yang digunakan, bisa dimengerti bahwa praktek

perbanyakan tanaman lewat penampangan potongan/pangkasan tanaman telah

lama dikenal manusia. Karena tidak adanya keterlibatan jenis kelamin, maka yang

dimaksud dengan klonasi adalah suatu metode atau cara perbanyakan makhluk

hidup (atau reproduksi) secara aseksual. Hasil perbanyakan lewat cara semacam

ini disebut klonus/klona, yang dapat diartikan sebagai individu atau organisme

yang dimiliki genotipus yang identik. (M. Ma'rifat Iman KH, 2005)

Klon adalah sejelompok organisme hewan maupun tumbuh-tumbuhan

yang dihasilkan melalui reproduksi aseksual dan berasal dari satu induk yang

3

sama. Setiap anggota dari klon tersebut mempunyai susunan dan jumlah gen yang

sama dan kemungkinan besar fenoipnya juga sama. (M. Rusda, 2003)

Kloning ialah suatu puncak studi bioteknologi dalam sejarah manusia,

yang menciptakan dan mengembangkan sel induk, untuk membuat sesuatu yang

lebih sempurna seperti hewan atau bahkan manusia.

(Kiandjaja Holik, M.T.S, 2003)

Kloning adalah suatu upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang

jika dilihat secara genetik akan identik.

(http://www.hayati-ipb.com/users/rudyet/grp)

4

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Kloning

Kira-kira satu abad yang lalu Gregor Mandel telah merumuskan aturan-

aturan untuk menerangkan pewarisan sifat-sifat biologis. Sifat-sifat organisme

yang dapat diwariskan diatur oleh suatu faktor yang disebut gen, yaitu suatu

partikel yang berada di suatu di dalam sel tepatnya di dalam kromosom.

Gen menjadi dasar dalam pengembangan penelitian genetika meliputi

pemetaan gen, menganalisis posisi gen pada kromosom. Hasil penelitian telah

berkembang baik diketahuinya DNA sebagai material genetik beserta strukturnya,

kode-kode genetik serta proses transkripsi dan translasi dapat dijabarkan.

Suatu penelitian yang merupakan revolusi dalam Biologi medern adalah

setelah munculnya metode teknologi DNA rekombinasi atau rekayasa genetika

yang inti prosesnya adalah kloning gen yaitu suatu prosedur untuk memperoleh

replika yang dapat sama dari sel atau organisme tunggal.

Kloning pada tanaman dalam arti melalui kultur sel mula-mula dilakukan

pada tanaman wortel. Dalam hal ini sel akar wortel dikultur, dan tiap selnya

tumbuh menjadi tanaman lengkap. Teknik ini digunakan untuk membuat klon

tanaman dalam perkebunan. Dari sebuah sel yang mempunyai sifaat unggul,

kemudian dipacu untuk membelah dalam kultur, sampai ribuan atau bahkan jutaan

sel. Tiap sel mempunyai susunan gen yang sama, sehingga tiap sel merupakan

klon dari tanaman tersebut.

Kloning pada hewan mula-mula dilakukan pada amfibi (kodok), dengan

mengadakan transpalantasi nukleus ke dalam telur kodok yang dinukleasi.

Sebagai donor digunakan nukleus sel somatik dari berbagai stadium

perkembangan. Ternyata donor nukleus dari sel somatik yang diambil dari sel

epitel usus kecebong pun masih dapat membentuk embrio normal.

5

Sejak Dr. Ian Wilmut berhasil membuat klon anak domba yang diberi

nama Dolly pada tahun 1996. Maka terbukti kloning dapat dilakukan pada

mamalia. Atas dasar itulah para ahli beransumsi bahwa pada manusia pun dapat

diklon. Walaupun banyak pihak yang tidak setuju atas pengklonan terhadap

manusia itu sendiri, karena dianggap lebih banyak membawa kerugiannya

daripada manfaatnya.

3.2 Teknik Kloning

3.2.1 Pengklonan c DNA

Sebagian besar, metode-metode yang digunakan oleh perusahaan-

perusahaan pengklonan gen untuk memperoleh DNA rekombinan yang terdiri dari

gen yang diinginkan dalam vektor ekspresi, adalah sama yang digunakan dalam

laboratorium-laboratorium penelitian.

Karena banyak protein yang bernilai komersil hanya terdapat dalam

jumlah kecil dalam sel-sel dan jaringan hewan, dan karena ekspresi gen flon itu

sangat penting, maka banyak pekerjaan komersial itu terpusat pada pengklonan c

DNA dari mRNA-mRNA yang terdapat dalam jumlah sangat kecil didalam sel.

Pendekatan lain yang digunakan untuk memperoleh insulin manusia, adalah

sintesis kimia dari suatu gen.

Hampir setiap molekul mRNA eukariot pada ujung 3’-nya mempunyai

rangkaian resedu nukleotida adenin yang disebut ekor poli-A. Apapun fungsinya,

poli-A itu memberikan jalan yang mudah untuk mensintesis suatu untaian DNA

yang komplementer terhadap mRNA-nya. JIKa rantai-rantai pendek dari oligo –

dT dicampur dengan mRNA, rantai tersebut berhibridasiasi ke ekor poli-A untuk

memberikan suatu primer untuk aksinya enzim transfriptase balik. Enzim ini,

yang disolasikan dari virus-virus tumor RNA tertentu dapat menggunakan RNA

sebagai cetakan untuk mensintesis suatu untaian DNA. Hasil reaksinya adalah

suatu hibrida RNA-DNA, untaian DNA yang baru itu mempunyai lingkaran tusuk

konde pada ujungnya, tampaknya sebagai hasil dari enzim “ memutari sudut “ dan

mulai mengkopi dirinya sendiri. Lingkaran tusuk konde itu mungkin merupakan

suatu artefak ( sesuatu yang buatan ) ‘in vitro’ tetapi ia memang memberikan

6

suatu primer yang sangat mudah untuk pembuatan untaian DNA yang kedua.

cDNA ( DNA komplementer ) berantaian ganda yang dihasilkan mempunyai

lingkaran tusuk konde yang utuh ini dapat dibelah oleh S1 nuklease, yaitu suatu

nuklease spesifik yang beruntaian tunggal.

Molekul cDNA yang beruntaian ganda yang diperoleh dengan cara

tersebut, lalu disiapkan untuk disisipkan kedalam pBR 322, dengan jalan pemberi

ekor dengan terminal transferase atau dengan menambahkan tempat-tempat enzim

restriksi buatan pada ujung-ujung cDNA-nya.

Tempat-tempat restriksi ini yang kita sebut ‘penyambung” ( “linker”)

adalah oligunekloitida-oligunekloitida dari 8 sampai 10 pasangan basa yang

dibuat secara kimia.Penyambung-penyambung itu ditambahkan pada cDNA

beruntaian ganda dengan menggunakan DNA ligase, lalu penyambung-

penyambung itu digunting hingga terbuka dengan enzim restriksi, dan cDNA-nya,

yang sekarang mengandung ujung-ujung lekat yang dihasilkan oleh enzim tadi,

dimasukkan ke dalam pBR 322 yang telah di belah dengan enzim yang sama.

Kemudian plasmid rekombinan yang mengandung cDNA yang di hasilkan itu,

dimasukkan ke dalam strain “ E. coli “ yang sesuai dan dikembangbiakkan.

3.2.2 Gen pengklonan : DNA rekombinan

Bakteri merupakan mesin-mesin efesien untuk untuk menciptakan

turunuan identik DNA bacterifogdalam jumlah. Begitu masuk dalam sel

imangnya. DNA fag tersebut berlipat ganda berkali-kali, turunan dikemas

kedalam partikel-partikel berdaya tulang, baru dilepas dari sel inangnya sehingga

siap mengulangi daur infeksitersebut. Jika kita adapat menempelkan gen

eukariotik kepada molekul DNA fag seperti itu, maka dapat direflikasi dengan

cara yang sama sekali lagi endonukliase restriksi memungkinkan musliaht itu.

Ekori adalah endonuklease resttriksi yang dihasilkan oleh “E. koli” . enzim ini

membelah DNA hanya ditempat yang meliputi rangkaiannya.

Setiap utusan pilihan ganda itu dipotong diantara buangin dan adenin.

Setiap kali hal ini terjadi ujung-ujung belahan filman ganda itu membaawa

panjang tambahan emapt nukleotida. DNA yang berpasangan (berhelai tunggal),

7

yang dinamai ujung “lengket” karena mapu berpasangan basa dengan molekul

DNA yang manapun mengandung ujung lengket pelengkap. Gagasannya adalah

memperlakukan kedua DNA eukariotik dan DNA bakteriopag dengan

endonuklease retriksi yang sama sehingga tercipta ujung-ujung pelengkap pada

masing-masing. Dalam keadan yang sesusai, secara bercampur molekul-molekul

DNA eukariotik akan menempel pada molekul-molekul DNA dengan ujung-ujung

lengketnya masingmasing. Kemudian DNA ligase dapat dipakai untuk

mengaitkan secara kovalen molekul-molekul itu bersama. Beberapa dari hibrid

atau molekul-molekul rekombinan ini akan tetap berdaya infeksi pada inang

bakteriofognya (ekoli) sebagaimana bakteriofog yang normal. Hal ini dapat

dideteksi dengan membiarkan ekoli terbuka bagi campuran molekul DNA

rekombinan dan selanjutnya menabur selsel pada cawan fetri berisi agar. Sel-sel

bakteri itu mulai berkembang biak, membentuk selaput sel-sel dipermukaan agar.

Akan tetapi, setiap sel yang secara berhasil diinfeksi oelh molekul-moleku DNA

rekombinan akan membentuk banyak turunan baru DNA rekombinan tersebut

sebelum dibunuh dan dilisis.

Molekul-molekul yang infektif dilepas, menginfeksi sel-sel terdekat, dan

proses itu diulang. Akibatnya segara nampak pada mata dengan mata telanjang

sebagai zona atau plak sikular yang jernih pada “padang” sel-sel . setiap plak

merupakan suatu “flon” molekul-molekul DNA dan dapat diriakkan secara tak

terbatas dengan meninfeksi lebih banyak sel ekoli.

Walau setiap plak (plague) menghasilkan ikon unit molekul-molekul DNA

rekombinan, potongan “dari DNA” eukariotik yang ada pada plak tertentu

merupakan kebetulan semata-mata. Pencernaan semua DNA dalam sel-sel

organisme eukariotik seperti mencit atau tikus oleh oleh endonuklease restriksi

menghasilkan kumpulan fragman DNA yang sangat beragam. Fragman-fragman

ini tergabung pada DNA bakteriofag secara acak semata-mata. Pengklonan

fragmen yang merupakan seluruh genam suatu organisme dinamakan pengklonan

“senapan”.

Kini masalahnya adalah salah satu temuan dari satu atau lebih plag

(mungkin dari beberapa ribu ) yang mengandung gen edukariotik yang menarik

8

perhatian kita. Untuk ini diperlukan suatu “tolok”. Misalnya kitya mencari DNA

kelinci yang menjadikan lantai-lantai hemoklobinnya. Sebagaimana kita ketahui,

RNA pesuruh untuk rantai-rantai ini dapat diisolasi dari prekursor sel-sel darah

merah kelinci. Pesuruh-pesurh ini dapat diisolasi dari prekursor dan dapat diberi

label isotop radio aktif dan digunakan untuk mencari plak-plak yang mengandung

rangkaian DNA pelengkap, yaitu rangkaian DNA yang dari pada pesuruh-pesuruh

hemoglobin ini ditranskripsi. Inilah prosedurnya, sehelai kertas saring yang dibuat

dari nitro selulosa secara perlahan ditekan pada permukaan lempengan agar yang

berplak. Beberapa dari DNA pada setiap plak diserap oleh kertas saring tadi. DNA

yang terserat itu kemudian diubah sifatnya menjadi pelayan tunggal, dan kertas

saring yang dicelupkan kedalm kedalam larutan yang berisikan molekul-molekul

DNA rekombinan yang menyatakan rangkaiannya yang dicari itu. Karena plak-

plak asal tidak menjadi rusak karena prosedur ini, maka molekul-molekul

tambahan sampel khusus DNA rekombianan itu dapat dibiakkan dalam sel-sel

“koli” tambahan untuk memproduksi sebanyak turunan sampelnya yang

diinginkan. Maka inilah satu cara (namun bukan satu-satunya cara) untuk

mencapai tujuan terdekatnya yaitu sampel murni suatu gen eukariotik. Prosesnya

mungkin tanpak rumit, tetapi sungguh sangat langsung dan akhirnya tujuan dapat

dicapai.

3.2.3 Pengklonan Pada Manusia

Kloning manusia pada dasarnya sama dengan proses bayi tabung, yang

membedakan adalah saat dilakukannya prosedur pertemuan sel telur dengan sel

sperma.

Pada prosedur kloning, langkah awal yang dilakukan adalah dengan cara

mengambil sel tubuh (sel somatik) yang diambil ini selnya (nukleus). Inti sel telur

yang terdiri atas 23 kromosom ini dibuang, kemudian dilakukan penggantian

dengan inti sel “dewasa” sebanyak 46 kromosom. Setelah dilakukan penggantian

atau pemindahan ini, maka unutk selanjutnya, sel-sel inidibiarkan berkembang

menjadi beberapa sel. Setelah berkembang menjadi beberapa sel baru, maka sel-

9

sel yang terbentuk ini dikembalikan dalam rahim ibunya untuk dilanjutkan

perkembangannya menjadi manusia yang baru.

Dengan prosedur kolning ini, maka akan dihasilkan janin manusia atau

makhluk baru yang akan sepenuuhnya membawa gen baru dari ciri khas yang

baru sesuai dengan ciri dari sel yang intinya dimasukkan ke sel telur.

Hal terakhir dari prosedur kolning inilah yang membedakannya dengan

proses bayi tabung. Jika dalam bayi tabung, janin yang dihasilkan masih

membawa campuran ciri ibu dan bapaknya pada umumnya, namun tidak demikian

halnya dengan kloning.

Saat ini telah ada beberapa bayi yang lahir dari proses kolning.

Diantaranya adalah Eva yang lahir dengan persalinan seksio sesarea pada 26

Desember 2002, bayi kedua di Belanda dari pasangan lesbian pada awal Januari

2003, bayi ketiga pada akhir Januari 2003 dari pasangna jepang yang melakukan

kloning dari putra mereka yang telah meninggal, dan bayi lainnya dari pasangan

Arab Saudi. (http://www.humancloninglatestnews.htm.2003).

3.2.4 Pengklonan hewan

Klon-klon yang ditangani oleh para ahli biologi molekular, biasanya klon-

klon dari bakteri atau organisme lain, sel-sel dalam kultur jaringan dan akhir-akhir

ini molekul-molekul DNA. Para ahli taman dan pemulia tanaman sebaiknya,

secara teratur menangani dan memproduksi organisme-organisme tinggat lebih

tinggi yang diklon, tanaman-tanaman yang mereka biakkan dengan pemangkasan,

enten, pembelahan umbi dan rhizoma (akar rimang) dan sebagainya.

Tumbuhan tinggi memberi kemungkinan untuk reproduksi aseksual dan

klon; untuk banyak spesies liar, pembiakan aseksual lebih penting daripada

pembiakan seksual. Sebaiknya hewan-hewan tingkat alami tidak bereproduksi

secara aseksual. Untuk mengklon seekor binatang perlu untuk mengambil nukleus

dalam telur yang telah dibuahi, baik melalui pembedahan, maupun

menonaktifkannya secara total dengan radiasi dan menggantikannya dengan

nukleus yang diambil dari individu lain. Ini memerlukan transplankasi suatu

nukleus utuh yang tidak rusak dan mampu untuk berkembang.

10

Demikianlah, nukleus-nukleus yang dicangkokkan dari sel-sel embrio

katak yang sangat muda, yang masih totipoten, dapat melahirkan katak-katak

dewasa. Sebaliknya, nukleus-nukleus yang ditransplantasi dari katak ‘dewasa’

sampai kini sekian jauh belum pernah mampu meningkatkan perkembangan

hewan dewasa ; proses perkembangannya selalu gagal pada tahap embrional atau

larva tertentu.

Transplantasi nukleus dengan telur-telur katak pertama kali dicapai dalam

tahun 1952, tetapi tentu saja akan lebih menarik untuk membiakkan mamalia

secara aseksual daripada katak. Masalah-masalah teknis dari reproduksi mamalia

dengan transplantasi nukleus, sebaliknya adalah jauh lebih besar karena sangat

sukar untuk memanipulasi telur-telur mamalia tanpa merusaknya. Pada tahun

1981, serangkaian percobaan semacam itu dengan tikus, telah dilaporkan, tetapi

belum diulangi dan diperbuat secara bebas. Sebelum metode-metode itu dapat

direproduksi, mereka tidak akan memberi sumbangan yang berarti pada

pengertian kita tentang perkembangan mamalia.

Dalam masa dekat hanya terdapat kemungkinan kecil bahwa transplantasi

nukleus dicoba pada spesies mamalia lain. Jika efisiensi dan reproduksibilitasnya

dapat ditingkatkan, maka mungkin metode itu akan mendapat tempat di bidang

penangkaran hewan. Dalam teori ia dapat dicoba pada telur-telur sel embrio

manusia, tetapi untuk alasan apa? Tidak ada penerapan praktis. Dan perlu

ditekankan bahwa belum terbukti ada kemungkinan bahwa dengan katak

sekalipun untuk menghasilkan suatu individu dewasa yang diklon melalui

pencangkokan nukleus sel dewasa ke dalam sebuah telur. Komplotan jutawan tua

golongan gothik yang membujuk para dokter untuk mengklon beberapa kopi dari

dirinya sendiri dengan pencangkokan nukleus-nukleus selnya kedalam telur-telur

yang dibuahi dan kemudian menanamkannya pada wanita, tetapi merupakan

fantasi murni, untuk katak tua sekali pun, hal itu tidak dapat dilakukan.

11

3.3 Manfaat dan Kerugian Kloning

Teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada manusia,

secara garis besar manfaat langsung dari kloning dapat diringkas sebagai berikut:

Sebagai Pengembangan ilmu pengetahuan

Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul

Untuk tujuan diagnostik dan terapi

Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan

Meskipun kloning banyak memberi manfaat, namun tidak dapat dipungkiri

bahwa dibalik manfaatnya ternyata kloning pada manusia lebih banyak

kerugiannya dan bertentangan dengan syariat, diantaranya :

1. Mengobati penyakit.

Teknologi kloning kelak dapat membantu manusia dalam menentukan

obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang, lemak,

jaringan penyambung atau tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien untuk

tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan. Sekedar melakukan riset

kloning manusia dalam rangka menemukan obat atau menyingkap misteri-misteri

penyakit yang hingga kini dianggap tidak dapat disembuhkan adalah boleh,

bahkan dapat dijustifikasikan pelaksanaan riset-riset seperti ini karena ada sebuah

hadits yang menyebutkan: "Untuk setiap penyakit ada obatnya". Namun, perlu

ditegaskan bahwa pengujian tentang ada tidaknya penyakit keturunan pada janin-

janin hasil kloning guna menghancurkan janin yang terdeteksi mengandung

penyakit tesebut dapat melanggar hak hidup manusia.

2.Infertilitas.

Kloning manusia memang dapat memecahkan problem ketidaksuburan,

tetapi tidak boleh mengabaikan fakta bahwa Ian Wilmut, A.E. Schieneke, J. Mc.

Whir, A.J. Kind, dan K.H.S. Campbell harus melakukan 277 kali percobaan

sebelum akhirnya berhasil mengkloning "Dolly". Kloning manusia tentu akan

melewati prosedur yang jauh lebih rumit. Pada eksperimen awal untuk

12

menghasilkan sebuah klon yang mampu bertahan hidup akan terjadi banyak sekali

keguguran dan kematian. Lebih jauh, dari sekian banyak embrio yang dihasilkan

hanya satu embrio, yang akhirnya ditanam ke rahim wanita pengandung sehingga

embrio-embrio lainnya akan dibuang atau dihancurkan. Hal ini tentu akan

menimbulkan problem serius, karena nenurut syari'at pengancuran embrio adalah

sebuah kejahatan. Selain itu, teknologi kloning melanggar sunnatullah dalam

proses normal penciptaan manusia, yaitu bereproduksi tanpa pasangan seks, dan

hal ini akan meruntuhkan institusi perkawinan. Produksi manusia-manusia

kloning juga sebagaimana dikemukakan di atas, akan berdampak negatif pada

hukum waris Islam (al-mirâts).

3. Organ-organ untuk transplantasi.

Ada kemungkinan bahwa kelak manusia dapat mengganti jaringan

tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau

mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh manusia hasil kloning.

Manipulasi teknologi untuk mengambil manfaat dari manusia hasil kloning ini

dipandang sebagai kejahatan oleh hukum Islam, karena hal itu merupakan

pelanggaran terhadap hidup manusia. Namun, jika penumbuhan kembali organ

tubuh manusia benar-benar dapat dilakukan, maka syari'at tidak dapat menolak

pelaksanaan prosedur ini dalam rangka menumbuhkan kembali organ yang hilang

dari tubuh seseorang, misalnya pada korban kecelakaan kerja di pertambangan

atau kecelakaan-kecelakaan lainnya. Tetapi, akan muncul pertanyaan mengenai

kebolehan menumbuhkan kembali organ tubuh seseorang yang dipotong akibat

kejahatan yang pernah dilakukan.

4. Menghambat Proses Penuaan.

Ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat menghambat proses

penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning. Namun hal ini bertentangan

dengan hadits yang menceritakan peristiwa berikut:

Orang-orang Baduy datang kepada Nabi saw, dan berkata: "Hai

Rasulallah, haruskah kita mengobati diri kita sendiri? Nabi SAW menjawab: "Ya,

13

wahai hamba-hamba Allah, kalian harus mengobati (diri kalian sendiri) karena

sesungguhnya Allah tidak menciptakan suatu penyakit tanpa menyediakan

obatnya, kecuali satu macam penyakit". Mereka bertanya: "Apa itu?" Nabi SAW

menjawab: "Penuaan".

5.Jual beli embrio dan sel.

Sebuah riset bisa saja mucul untuk memperjual-belikan embrio dan sel-sel

tubuh hasil kloning. Transaksi-transaksi semacam ini dianggap bâthil (tidak sah)

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

Seseorang tidak boleh memperdagangkan sesuatu yang bukan miliknya.

Sebuah hadits menyatakan: "Di antara orang-orang yang akan dimintai

pertanggungjawaban pada Hari Akhir adalah orang yang menjual manusia

merdeka dan memakan hasilnya".

Jika pada pemaparan diatas telah disebutkan bahwa terkandung kerugian

dibalik manfaat kloning itu sendiri, maka kloning juga mengandung kerugian

langsung diantaranya :

Keragaman populasi akan hilang, akibatnya setiap orang memiliki respon yang sama.

Bila manusia secara genetik sama, maka terdapat resiko besar dari patogen tunggal,

yaitu penyakit yang dapat memusnahkan semua individu.

Kloning dianggap tidak etis, tidak manusiawi dan tidak normal.

3.4 Fatwa MUI tentang Kloning

Setelah diadakannya musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia

yang diselenggarakan pada tangga1 23-27 Rabi'ul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000

M. dan membahas tentang kloning. MUI memutuskan bahwa :

1. Kloning terhadap manusia dengan cara bagaimanapun yang berakibat pada

pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram.

2. Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya boleh (mubah) sepanjang

dilakukan demi kemaslahatan dan/atau untuk menghindarkan kemudaratan (hal-hal

negatif).

14

3. Mewajibkan kepada semua pihak terkait untuk tidak melakukan atau mengizinkan

eksperimen atau praktek kloning terhadap manusia.

4. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama para ulama, untuk senantiasa mengikuti

perkembangan teknologi kloning, meneliti peristilahan dan permasalahatannya, serta

menyelenggarakan kajian-kajian ilmiah untuk menjelaskan hukumnya.

5. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk mendorong

pembentukan (pendirian) dan mendukung institusi-institusi ilmiah yang

menyelenggarakan penelitian di bidang biologi dan teknik rekayasa genetika pada

selain bidang kloning manusia yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari'ah.

6. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk segera

merumuskan kriteria dan kode etik penelitian dan eksperimen bidang biologi untuk

dijadikan pedoman bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

7. Keputusan fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap muslim yang

memerlukan dapat mengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk

menyebarluaskan fatwa ini.

Putusan ini Ditetapkan di Jakarta pada tanggal : 27 Rabi'ul Akhir 1421 H / 29 Juli

2000 M

15

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yaitu sebagai

berikut:

1. Kloning sebagai pengembangan IPTEK, termasuk hasil perkembangan fikiran

manusia yang patut disyukuri dan dimanfaatkan bagi peningkatan taraf hidup

manusia ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih terhormat.

2. Kloning adalah suatu upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang jika

dilihat secara genetik akan identik dengan induknya pada makhluk hidup

tertentu baik berupa manusia, hewan, maupun tumbuhan.

3. Kloning pada manusia dengan alasan dan tujuan melipat-gandakan manusia

hukumnya haram dalam Islam dan dianggap perbuatan yang tidak bermoral.

4. Kloning pada manusia lebih banyak mengandung kerugiannya daripada

manfaatnya.

5. Kloning pada hewan dan tumbuhan diperbolehkan dalam Islam selama tidak

mengundang mudharat.

Saran

Berdasarkan uraian tentang kloning diharapkan kepada masyarakat

Inonesia untuk dapat menjadi bahan pertimbangan dan lebih selektif dalam

memandang halal atau haramnya tindakan untuk melakukan kloning.

16

DAFTAR PUSTAKA

Aprilyana, Idha. 2005. Kloning dalam Perspektif Hukum Islam. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Fatwa MUI tentang Kloning. 2005. http://www. halalguide.info . Jakarta.

Holik, Kiandjaja. 2003. Cloning is Coming. STT Amanat Agung. Jakarta

Iman, M. Ma'rifat. 2005. Kloning Manusia. http://www. fai.uhamka.ac.idpost.phpidpost=35. Ciputat.

ISLAMIC MEDICINE - Hukum kloning. 2007. http://www. medicalzone.org/printview.php.htm Mizawarti. 2003. Penerapan Teknik-Teknik Kloning Gen dalam Kehidupan

Manusia. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Muhammad, S.A. 1991. Pengantar Kloning Gen. Yayasan Esentia Medica. Yogyakarta.

Rusda, Muhammad. 2003. Kloning. Universits Sumatra Utara. Medan.

17