makalah keprofesian guru "guru antara idealitas dan realitas"

29
Guru Antara Realitas dan Idealitas | 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana manusia belajar untuk menjadi lebih baik dari segi kognitif, afektif, psikomotor, spiritual ataupun emosional dari awal dia didalam kandungan sampai berakhir di liang lahat. Dalam setiap proses pendidikan mengandung unsusr-unsur yang tidak bisa terlepaskan yaitu ; Guru (Pendidik), Siswa (Peserta Didik) dan Bahan Ajar. Dari ketiga unsur ini ada salah satu yang menjadi sorotan penulis yaitu guru atau Pendidik. Guru menjadi urgent karena guru menjadi pioner dalam membantu kelangsungan proses pendidikan serat mengarahkan peserta didik untuk meraih tujuan pendidikan baik secara lembaga yang disebut sekolah ataupun lembaga yang disebut rumah dan kelompoknya. Oleh karena itu mutu pendidikan di sebuah negara ataupun daerah sangat dipengaruhi oleh kualitas mutu pendidiknya. Ditengah fenomena meningkatnya sumber daya manusia secara kuantitas yang mengemban profesi guru membawa angin segar bagi negara Indonesia untuk meningkatkan mutu pendidikannya guna meraih tujuan pendidikan nasional. Namun sungguh ironis ditengah-tengah peningkatan tersebut sangat berbeda dengan senyatanya, semakin meningkat angka profesi guru tidak begitu memengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia. Karena kalau kita lihat angka kejahatan yang dilakukan oleh usia sekolah ternyata meningkat juga sehingga menurut saya ada satu komponen tujuan pendidikan yang tidak tercapai yaitu cerdas secara emosi dan spiritual. Hal ini menjadi satu sorotan yang menarik untuk dianalisis apa yang terjadi dalam pendidikan di Indonesia?! Apakah pemerintah yang tidak menempatkan kebijakan yang sesuai atau mungkin idealitas seorang guru yang bertugas untuk mendidik hilang ditengah era globalisasi, kapitalisme dan juga hedonism?!. Dari pertanyaan-pertanyaan itulah muncul sebuah ide untuk membahas tentang keprofesian guru dengan judul “ Guru Antara Realitas dan Idealitas

Upload: dinie-rizqie

Post on 16-Nov-2015

98 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

guru antara idealitas dan realitas

TRANSCRIPT

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan proses dimana manusia belajar untuk menjadi lebih

    baik dari segi kognitif, afektif, psikomotor, spiritual ataupun emosional dari awal

    dia didalam kandungan sampai berakhir di liang lahat. Dalam setiap proses

    pendidikan mengandung unsusr-unsur yang tidak bisa terlepaskan yaitu ; Guru

    (Pendidik), Siswa (Peserta Didik) dan Bahan Ajar. Dari ketiga unsur ini ada salah

    satu yang menjadi sorotan penulis yaitu guru atau Pendidik.

    Guru menjadi urgent karena guru menjadi pioner dalam membantu

    kelangsungan proses pendidikan serat mengarahkan peserta didik untuk meraih

    tujuan pendidikan baik secara lembaga yang disebut sekolah ataupun lembaga yang

    disebut rumah dan kelompoknya. Oleh karena itu mutu pendidikan di sebuah negara

    ataupun daerah sangat dipengaruhi oleh kualitas mutu pendidiknya.

    Ditengah fenomena meningkatnya sumber daya manusia secara kuantitas

    yang mengemban profesi guru membawa angin segar bagi negara Indonesia untuk

    meningkatkan mutu pendidikannya guna meraih tujuan pendidikan nasional.

    Namun sungguh ironis ditengah-tengah peningkatan tersebut sangat berbeda

    dengan senyatanya, semakin meningkat angka profesi guru tidak begitu

    memengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia. Karena kalau kita lihat angka

    kejahatan yang dilakukan oleh usia sekolah ternyata meningkat juga sehingga

    menurut saya ada satu komponen tujuan pendidikan yang tidak tercapai yaitu cerdas

    secara emosi dan spiritual. Hal ini menjadi satu sorotan yang menarik untuk

    dianalisis apa yang terjadi dalam pendidikan di Indonesia?! Apakah pemerintah

    yang tidak menempatkan kebijakan yang sesuai atau mungkin idealitas seorang

    guru yang bertugas untuk mendidik hilang ditengah era globalisasi, kapitalisme dan

    juga hedonism?!.

    Dari pertanyaan-pertanyaan itulah muncul sebuah ide untuk membahas

    tentang keprofesian guru dengan judul Guru Antara Realitas dan Idealitas

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 2

    I.2. Rumusan Masalah

    I.2.1. Apa Pengertian Pendidikan

    I.2.3. Bagaimana Sejarah Guru

    I.2.4. Bagaiman Karakter Seorang Guru

    I.2.5. Bagaimana Tipologi Guru

    I.2.6. Guru Masa Sekarang

    I.3. Tujuan Pemabahasan

    Untuk menjadi bahan analisis bagaimana idealitas seorang guru yang

    semestinya ada untuk meraih tujuan pendidikan yang paripurna.

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    II.1. Pengertian Pendidikan

    Pendidikan merupakan usaha nyata yang dilakukan oleh seorang manusia

    dalam rangka memperoleh derjat yang lebih baik baik secara intelektual maupun

    secara prilaku. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mendefinisikan

    bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan perbaikan tata-laku dan pendewasaan

    manusia melalui pengetahuan. Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003, tentang

    sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

    aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

    keagamaan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

    spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

    serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Hal ini

    diperkuat dengan pendapat para ahli pendidikan seperti :

    Prof. Zaharai Idris, M.A. mengatakan bahwa Pendidikan ialah

    serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si

    anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka

    memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.

    Stella van Petten Henderson Pendidikan merupakan kombinasai dari

    pertumbuhan dan perkembangan insani dengan warisan sosial.

    Kohnstamm dan Gunning (1995) : Pendidikan adalah pembentukan hati

    nurani. Pendidikan adalah proses pembentukan diri dan penetuan-diri secara etis,

    sesuai denga hati nurani.

    H.H Horne Dalam pengertian luas, pendidikan merupakan perangkat

    dengan mana kelompok sosial melanjutkan keberadaannya memperbaharui diri

    sendiri, dan mempertahankan ideal-idealnya. Carter V. Good Pendidikan adalah

    proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang

    berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh

    sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya dapat

    mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 4

    Thedore Brameld Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari

    pemelihara dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa warga

    masyarakat yang baru mengenal tanggung jawab bersama di dalam masyarakat.

    Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang

    berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang

    memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang. Di dalam masyarakat yang

    kompleks, fungsi pendidikan ini mengalami spesialisasi dan melembaga dengan

    pendidikan formal yang senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan

    informal di luar sekolah).

    II.2. Pengertian Profesi Guru

    Guru dalam pendidikan merupakan komponen yang sangat penting, oleh

    karena itu peranan guru sangat memngaruhi kebrelangsungan serta hasil dari

    pendidikan tersebut. Lantas kenapa guru menjadi unsur yang sangat penting dalam

    pendidikan?! Untuk menjawab hal itu alangkah bijaknya kalau kita terlebih dahulu

    mengenal apa yang dimaksud dengan guru. Sebelum memasuki apa pengertian dari

    guru terlebih dahulu kita uraikan apa yang dimaksud dengan profesi.

    Kata profesi idientik dengan kata keahlian. Jarvis via Yamin (2007: 3)

    mengartikan seseorang yang melakukan tugas profesi juga sebagai seorang ahli

    (expert). Pada sisi lain, profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni

    pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berdasarkan

    intelektualitas.

    Sardiman (2009: 133) berpendapat secara umum profesi diartikan sebagai

    suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dalam science dan teknologi

    yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam

    kegiatan yang bermanfaat. Pengertian profesi menurut Sardiman ini dikuatkan

    dengan pengertian profesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

    Menurut KBBI (2005: 897), kata profesi berarti bidang pekerjaan yang dilandasi

    pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.

    Setelah kita mengetahui apa yang dimaksud dengan profesi sekarang kita

    memasuki pengertian dari guru. Guru memiliki beberapa definisi diantaranya :

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 5

    a. Falsafah Jawa Guru diartikan sebagai sosok tauladan yang harus di gugu

    lan ditiru. Dalam konteks falsafah jawa ini guru dianggap sebagai pribadi yang

    tidak hanya bertugas mendidik dan mentransformasi pengetahuan di dalam kelas

    saja, melainkan lebih dari itu Guru dianggap sebagai sumber informasi bagi

    perkembangan kemajuan masyarakat ke arah yang lebih baik. Dengan demikian

    tugas dn fungsi guru tidak hanya terbatas di dalam kelas saja melainkan jauh lebih

    kompleks dan dalam makna yang lebih luas. Oleh karena itu dalam msyarakat jawa

    seorang guru dituntut pandai dan mampu menjadi ujung tombak dalam setiap aspek

    perkembangan masyarakat (multi talent).

    b. Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Guru

    adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

    membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada

    pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan

    menengah. Pengertian guru diperluas menjadi pendidik yang dibutuhkan secara

    dikotomis tentang pendidikan. Pada bab XI tentang pendidik dan tenaga

    kependidikan. Dijelaskan pada ayat 2 yakni pendidik merupakan tenaga profesional

    yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Hasil

    motivasi berprestasi, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan

    penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada

    perguruan tinggi.

    c. Ahmad Tafsir (1992) Guru ialah siapa saja yang bertanggung jawab

    terhadap perkembangan anak didik. Dapat diartikan juga orang kedua yang paling

    bertanggung jawab terhadap anak didik setelah orang tua.

    d. Husnul Chotimah (2008) Guru dalam pegertian sederhana adalah orang

    yang memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke

    peserta didik.

    e. Dri Atmaka (2004: 17) pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung

    jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan baik

    jasmani maupun rohaninya. Agar tercapai tingkat kedewasaan mampu berdiri

    sendiri memenuhi tugasnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk sosial dan mahluk

    individu yang mandiri.

    http://zonainfosemua.blogspot.com/2011/05/tips-mengajar-pertama-kali-bagi-guru.htmlhttp://zonainfosemua.blogspot.com/2011/05/tips-mengajar-pertama-kali-bagi-guru.htmlhttp://zonainfosemua.blogspot.com/2011/05/tips-mengajar-pertama-kali-bagi-guru.htmlhttp://zonainfosemua.blogspot.com/2011/05/tips-mengajar-pertama-kali-bagi-guru.html

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 6

    f. E. Mulyasa (2003: 53) pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan

    kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

    kemampuan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional.

    g. Ahmadi (1977: 109) pendidik adalah sebagai peran pembimbing dalam

    melaksanakan proses belajar mengajar. Menyediakan kondisi-kondisi yang

    memungkinkan siswa merasa aman dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan

    prestasi yang dicapai mendapat penghargaan dan perhatian sehingga dapat

    meningkatkan motivasi berprestasi siswa.

    h. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 288) guru adalah orang yang

    pekerjaannya, mata pencahariannya, dan profesinya mengajar.

    i. Drs. Moh. Uzer Usman (1996: 15) guru adalah setiap orang yang bertugas

    dan berwenang dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan

    formal. Guru sekolah dasar adalah guru yang mengajar dan mengelola administrasi

    di sekolah itu. Untuk melaksanakan tugasnya prinsip-prinsip tentang tingkah laku

    yang diinginkan dan diharapkan dari semua situasi pendidikan adalah berjiwa

    Pancasila. Berilmu pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan serta

    dapat dipertanggungjawabkan secara didaktis dan metodis. Sebagai profesi, guru

    memenuhi ciri atau karakteristik yang melekat pada guru, yaitu:

    1. Memiliki fungsi dan signifikasi sosial bagi masyarakat, dirasakan

    manfaatnya bagi masyarakat.

    2. Menurut ketrampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan

    yang dapat dipertanggungjawabkan.

    3. Memiliki kompetensi yang didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (a

    sytenatic bady of knowledge).

    4. Memiliki kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota

    beserta saksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode eti tersebut.

    5. Sebagai konsekwensi dari layanan dan prestasi yang diberikan kepada

    masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan atau kelompok berhak

    memperoleh imbalan finansial atau material.

    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profesi guru adalah jabatan

    atau pekerjaan yang harus memiliki keahlian dan keterampilan yang tidak setiap

    orang dapat melakukannya. Hal ini dikuat dengan pernyataan dari Uno (2008:15)

    http://zonainfosemua.blogspot.com/2014/03/pengertian-guru-menurut-pakar-pendidikan.htmlhttp://zonainfosemua.blogspot.com/2014/03/pengertian-guru-menurut-pakar-pendidikan.htmlhttp://zonainfosemua.blogspot.com/2014/03/pengertian-guru-menurut-pakar-pendidikan.html

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 7

    yang menyebutkan bahwa guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan

    yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru yang tidak dapat dilakukan oleh

    sembarang orang diluar bidang pendidikan.

    II.3. Sejarah Guru

    Pada zaman Yunani dan romawi Kuno (2000 BC,400 AD),pekerjaan

    mengajar untuk kelompok masyarakat elit dilakukan oleh pemimpin agama,

    tutor,atau para pemimpin adat, dengan sistem pembelajaran one-to- one atau

    pembelajaran dari pintu ke pintu (door to door).pada masa ini sekolah dikenal

    dengan escole yang memiliki pengertian the age of leasure atau masa untuk

    bersenang-senang bagi anak-anak.

    Pada abad XIX (16oo AD,1800 AD), sistem escole telah berkembang

    sedemikian rupa menjadi sistem klasikal, dengan persyaratan adanyah ruang kelas

    dan fasilitas pendidikan lainnya, ada bahan ajar (kurikulum), dan dengan batas

    waktu tertentu, serta proses pengajaran dan pembelajaran.

    Pada era minilium ketiga ( abad XXI sampai saat ini), guru tidak hanyah

    melakukan tugas-tugas mengajar di ruang kelas, melainkan juga telah ikut

    memberikan lanyanan pendidikan jarak jauh (DISTANCE LEARNING), dengan e-

    lerning balam sekolah virtual. Profesi guru tidak hanya dibatasi adanya pertemuan

    secara langsung dengan siswa di dalam kelas.

    II.3.1. Sejarah Guru di Indonesia

    Sebelum agama masuk Indonesia, seseorang yang ingin belajar harus

    mengunjungi seorang petapa. Petapa itu mungkin saja yang telah meninggalkan

    tahta kerajaan karena sudah tua dan memperdalam masalah kerohanian. Petapa itula

    yang disebut juga guru bagi muridnya yang menuntut ilmu ditempat tersebut.

    Biasanya para murid mengerjakan sawah ladang petapa untuk keperluan hidup

    sehari-hari.

    Pada masa kerajaan Budha atau Hindu di Indonesia orang belajar di Bihara.

    Biksu yang mengajar membaca serta menulis huruf sansekerta di Bihara tersebut

    disebut guru. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka bekerja di

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 8

    ladang. Para siswa juga memberikan sedekah dari masyarakat untuk membantu

    kehidupan sehari- hari.

    Setelah agama Islam masuk di Indonesia orang belajar di Pesantren supaya

    dapat membaca Al-quran dan melakukan sholat dengan benar. Ulama yang

    mengajar di Pesantren juga dinamakan guru. Para siswa biasanya tinggall di rumah

    ulama tersebut dan membantu bercocok tanam untyuk kebutuhan hidup sehari-

    hari.

    Para pedagang Portugis dan Belanda yang datang di Indonesia umumnya

    beragama Kristen, selain berdagang mereka juga menyebarkan agama itu.

    Mempelajari agama Kristen, membaca dan menulis huruf latin. Para pendeta yang

    mengajarkan agama Kristen itu juga disebut guru. Untuk kepentingan

    penjajahannya Belanda memerlukan pegawai yang pandsai menulis dan membaca

    huruf latin. Karena itu, mereka mendirikan sekolah dan mengajarkan ilmu

    pengetahuan yang tidak berkaitan dengan agama. Inilah awal mula sistem

    Pendidikan modern di Indonesia.

    Pada zaman kemerdekaan Indonesia rakyat memperjuangkan pertahanan

    kemerdekaannya. Kaum guru Indonesia bertekad turut berjuang mempertahankan

    kemerdekaan Indonesia yang diwujudkan dalam salah satu tujuan kelahiran PGRI

    yaitu : turut aktif mempersatukan kemerdekaan RI.

    Kelahiran PGRI sebagai wadah organisasi guru yang sedang berevolusi

    Kemerdekaan, merupakan manifestasi akan keinsafan dan rasa tanggung jawab

    kaum guru Indonesia dalam memenuhi kewajiban akan pengabdiannya serta

    partisipasinya kepada perjuangan menegakkan dan mengisi kemerdekaan RI.

    Guru-guru sadar akan tugasnya bahwa pendidikan adalah sarana utama

    dalam pembangunan bangsa dan negara, mereka melaksanakan dwifungsi dalam

    kerjanya, yaitu : digaris belakang mendidik dan mengajar disekolah-sekolah biasa,

    sekolah peralihan, sekolah pengungsian. Disamping itu, mereka juga melakukan

    kerjasama dengan masyarakat mendirikan dapur umum dan mempersiapkan

    makanan untuk para pejuang di garis depan. Kecuali itu mereka menjadi pemimpin

    atau komandan barisan tentara : BKR, TKR, TRI/TNI, BARA , API, Hizbullah,

    Sabilillah, Pesindo, Laskar Rakyat, PMI, dan para pejuang lainnya.

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 9

    Walaupun PGRI telah berkembang ke seluruh pelosok tanah air, namun

    perjalanan sejarahnya tak lepas dari arus perjuangan bangsa Indonesia dalam tekad

    menegakkan kemerdekaan.

    Kongres PGRI II tahun 1946 di Surakarta dan kongres PGRI III tahun 1948

    di Madiun yang dilaksanakan saat memuncaknya perjuangan bangsa Indonesia

    menentang penjajahan kolonial Belanda yang berusaha menentang kembali daerah

    jajahannya di indonesia. Dengan liciknya Kolonial Belanda melaksanakan politik

    adu domba, memecah belah bangsa dan wilayah Indonesia dengan maksud

    melemahkan semangat perjuangan rakyat Indonesia.

    Melalui Kongres PGRI II di Surakarta dan Kongres PGRI III di Madiun,

    PGRI telah menggariskan haluan dan sifat perjuangannya yaitu :

    1. Mempertahankan NKRI.

    2. Meningkatkan pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengan

    falsafah negara pancasila dan UUD 1945.

    3. Tidak bergerak dalam lapangan politik (non politik).

    4. Sifat dan siasat perjuangan PGRI :

    a. Bersifat korektif konstruktif terhadap Pemerintah.

    b. Bekerja sama dengan serikat-serikat buruh/pekerja lainnya.

    c. Bekerjasama dengan badan-badan lainnya, [artai politik,

    organisasi pendidikan, badan-badan perjuangan.

    5.Bergerak di tengah-tengah masyarakat.

    Haluan dan sifat perjuangan PGRI tersebut membulatkan tekad anggota PGRI

    tersebut membulatkan tekad anggota PGRI dalam berjuang menegakkan dan

    mempertahankan Kemerdekaan.

    Menjadi seorang guru tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan.

    Kreatifitas merupakan dasar dari segala hal dalam rangka meningkatkan sesuatu

    kearah kemajuan. Untuk berlaku kreatif, kita harus punya pengetahuan ketrampilan

    dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

    Sedangkan langkah kemajuan, kemauan atau niat merupakan awal bagi

    terbentuknya sebuah sikap, tingkahlaku loyalitas sebagai wujud dari kreadibilitas

    seseorang. Jika antara kreatifitas dan kepribadian yang baik berpadu, maka akan

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 10

    menampilkan proses pendidikan yang selalu diiringi kreatfitas anak didik lebih

    terarah dan tepat guna.

    Pendidikan guru menjadi masalah penting dalam masa perluasan

    pendidikan. Sekolah guru (Kweekschool) pertama dibuka pada tahun 1852 di Solo,

    segera diikuti oleh sekolah guru lainnya di pusat nahasa-bahasa utama di Indonesia.

    Sekolah-sekolah ini menghasilkan lebih dari 200guru antara 1887 dan 1892. Setelah

    depresi ekonomi jumlahnya dikurangi.

    Sebelum sekolah guru dapat menghasilkan jumlah guru yang cukup, tidak

    diadakan syarat khusus untuk melakukan profesi guru ini. Karena gudang dan

    kantor pemerintah dapat diterima sebagai guru. Mutu pendidikan sering sangat

    rendah apa lagi diluar Jawa. Diantara guru-guru ada yang tidak pandai berbahasa

    Melayu, yang tidak lancar membaca, atau tak dapat mengalikan. Ada kelas-kelas

    yang besar sekali. Pada tahun 1859 seorang guru di Kaibobo (seram) harus

    menghadapi 285 murid dan di Manado 260 murid dalam satu kelas.

    Karena kebutuhan guru yang mendesak setelah 1863, pemerintah

    memutuskan pada tahun1892 akan mengangkat guru tanpa pendidikan sebagai

    guru. Pada tahun 1875 diadakan bagi mereka yang ingin mendapatkan kualifikasi

    guru tabpa melalui sekolah guru. Gaji guru yang berwenang penuh berjumlah 30

    sen 50 sen sebulan, yang kemudian dinaikkan pada tahun 1878 menjadi minimal

    75 sen dan maksimum 150 sen perbulan. Disamping itu lulusan sekolah guru

    (kweekschool) mendapat gelar menteri guru yang memberikan mereka kedudukan

    yang nyata dikalangan pegawai pemerintah lainnya yang memberikan mereka hak

    untuk menggunakan payung menurut ketentuan pemerintah, tombak, tikar, dan

    kotak sirih. Mereka juga banyak mendapat biaya menggaji empat pembantu untuk

    membawa keempat lambang kehormatan itu. Tanda-tanda kehormatan itu

    membangkitkan rasa hormat orang termasuk murid-muridnya sendiri. Khususnya

    anak-anak kaum ningrat.

    Pada mulanya sukar mencari siswa untuk sekolah guru ( kweekschool) dan

    anak-anak priyai sering menggunakan profesi guru sebagai batu loncatan untuk

    memperoleh pekerjaan dikantor pemerintahan yang lebih terhormat dalam

    pandangan mereka. Tak ada persyaratan untuk menjadi calon siswa. Sekolah guru

    dan tak ada sekolah yang mempersiapkan siswa untuk itu. Syarat satu-satunya

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 11

    adalah usia(minimal 14 dan maksimal17 tahun) dan inipun tak dapat dipastikan

    karena tidak adanya surat kelahiran. Ada kalanya calon tanpa berpengetahuan

    bahasa Melayu, nerhitung dan membaca harus diterima. Karena itu sekolah guru

    pada taraf permulaannya tak ubahnya sekolah rendah.

    Dengan demikian dapat kita lihat bahwa profesi guru sejak dahulu secara

    ekonomi sangat tidak menjanjikan karena profesi seorang guru adalah pengabdian.

    Ketika berbicara pengabdian maka berbicara pengorbanan, sehingga ketika kita

    berbicara pengorbanan maka guru mempunyai sifat loyal dan tanpa pamrih.

    II.4. Karakteristik Guru dalam Islam

    a. Guru Menurut Ibn Miskawaih

    Pendidik dalam hal ini guru, instruktur, ustadz atau dosen memegang peranan

    penting dalam keberlangsungan kegiatan pengajaran dan pendidikan untuk

    mencapai tujuan yang ditetapkan. Guru menurut Ibn Miskawaih dianggap lebih

    berperan dalam mendidik kejiwaan muridnya dalam rangka mencapai kebahagiaan

    sejati. Guru berfungsi sebagai orang tua atau bapak ruhani, orang yang dimuliakan

    dan kebaikan yang diberikan adalah kebaikan Ilahi. Selain itu karena guru berperan

    membawa anak didik kepada kearifan, mengisi jiwa anak didik dengan

    kebijaksanaan yang tinggi dan menunjukkan kepada mereka kehidupan abadi dan

    dalam kenikmatan yang abadi pula. Menurutnya, tidak semua mampu menduduki

    derajat seperti itu.

    Pendidik sejati yang dimaksudkan Ibn Miskawaih adalah manusia ideal seperti

    yang terdapat pada konsepsinya tentang manusia yang ideal. Hal demikian terlihat

    jelas karena ia mensejajarkan posisi mereka sama dengan posisi nabi, terutama

    dalam hal cinta kasih. Cinta kasih anak didik terhadap pendidiknya menempati

    urutan kedua setelah cinta kasih kepada Allah.

    Dari pandangan demikian itu, dapat diambil suatu pemahaman bahwa guru yang

    tidak mencapai derajat seperti yang dimaksudkan di atas dinilai sama oleh Ibn

    Miskawaih dengan seorang teman atau saudara, karena dari mereka itu dapat juga

    diperoleh ilmu dan adab.

    Guru biasa menurut Ibn Miskawaih tersebut bukan dalam arti sekedar guru

    formal karena jabatan. Menurutnya, guru memiliki persyaratan antara lain : bisa

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 12

    dipercaya, pandai, dicintai, sejarah hidupnya jelas tidak tercemar di masyarakat.

    Disamping itu, ia hendaknya menjadi cermin atau panutan dan bahkan harus lebih

    mulia dari orang yang dididiknya.

    b. Guru Menurut al-Qabisi

    Al-Qabisi menyarankan agar guru dalam mengajar anak-anak kaum muslimin

    tanpa terpengaruh oleh pandangan dari lingkungan masyarakat dan oleh perbedaan

    stratifikasi sosial-ekonomi. Atas dasar pandangan ini, guru harus mengajar semua

    anak secara bersama-sama berdasarkan atas rasa persamaan dan penyediaan

    kesempatan belajar bagi semua secara sama.

    Pemberian gaji kepada guru yang mengajar itu didasarkan pada tuntutan

    zamannya, yaitu bahwa pembayaran gaji itu sebagai imbalan dari pekerjaan lain

    yang ia tinggalkan, karena harus mengajar. Lebih dari itu al-Qabisi juga

    memperkenankan guru menerima hadiah pada hari-hari besar, atau semacam

    penghargaan lainnya.

    Guru harus dapat berperan sebagai panutan atau teladan (qudwah hasanah) di

    tengah-tengah komunitas muridnya, disamping perannya sebagai pengajar yang

    mentransfer pengetahuan dan keterampilan. Proses internalisasi nilai dalam

    pendidikan memang sangat banyak yang dapat dilakukan melalu keteladanan para

    guru, dan masalah ini justru sekarang yang menjadi salah satu titik lemah dalam

    pendidikan modern.

    c. Guru Menurut Al-Mawardi

    Al-Mawardi memandang penting seorang guru yang memiliki sikap tawadlu

    (rendah hati) serta menjauhi sikap ujub. Menurut al-Mawardi sikap tawadlu akan

    menimbulkan simpatik dari para anak didik, sedangkan sikap ujub akan

    menyebabkan guru kurang disenangi.

    Pada perkembangan selanjutnya sikap tawadlu tersebut akan menyebabkan

    guru bersikap demokratis dalam menghadapi murid-muridnya. Dalam arti guru

    akan mengembangkan potensi individu seoptimal mungkin. Guru tersebut

    menempatkan peranannya sebagai pemimpin dan pembimbing dalam proses belajar

    mengajar yang berlangsung dengan utuh dan luwes, di mana seluruh siswa terlibat

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 13

    didalamnya. Selanjutnya al-Mawardi mengatakan bahwa seorang guru selain harus

    bersikap tawadlu, juga harus bersikap ikhlas. Secara harfiah berarti menghindari

    riya. Sedangkan dari segi istilah ikhlas berarti pembersihan hati dari segala

    dorongan yang dapat mengeruhkannya.

    Konsep tawadlu yang diajukan oleh al-Mawardi bisa disepadankan dengan

    konsep kesetaraan. Guru dalam proses pendidikan harus memposisikan sebagai

    partner belajar bagi murid. Posisinya sebagai guru tidak boleh menghalanginya

    untuk dijadikan partner bagi siswa. Yang lumrah terjadi adalah terdapat jarak antara

    guru dan murid. Prinsip kesetaraan ini akan menciptakan atmosfer bahwa murid

    tengah didampingi dalam proses belajarnya, bukan diawasi.

    Diatas motif-motif tersebut seorang guru harus mencintai tugasnya. Kecintaan

    ini akan tumbuh dan berkembang apabila keagungan, keindahan dan kemuliaan

    tugas itu sendiri benar-benar dapat dihayati. Namun demikian motif yang paling

    utama menurut al-Mawardi adalah karena panggilan jiwanya untuk berbakti kepada

    Allah Swt. dengan tulus ikhlas. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa diantara akhlak

    yang harus dimiliki para guru adalah menjadikan keridlaan dan pahala dari Allah

    Swt. sebagai tujuan dalam melaksanakan tugas mengajar dan mendidik muridnya,

    bukan mengharapkan balasan berupa materi.

    Al-Mawardi melarang mengajar atas motif ekonomi. Hal ini juga dapat

    dipahami bahwa al-Mawardi menghendaki hendaknya mengajar harus

    diorientasikan kepada tujuan yang luhur, yakni keridlaan dan pahala Allah.

    Konsekuensinya harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Keikhlasan ini

    akan berbuah :

    1. Selalu mempersiapkan segala sesuatu yang berguna dan mendukung

    pelaksanaan proses belajar mengajar seperti bahan ajar, metode, sumber belajar dan

    lain sebagainya.

    2. Disiplin terhadap aturan dan waktu dalam seluruh hubungan sosial dan

    profesionalnya.

    3. Penggunaan waktu luangnya hanya diarahkan untuk kepentingan

    profesionalnya. Guru yang ikhlas dalam keseluruhan waktunya akan digunakan

    secara efisien, baik dalam kaitannya dengan tugas keguruan maupun dalam

    pengembangan kariernya sehingga akan terjadi peningkatan kualitas pendidikan.

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 14

    4. Ketekunan dan keuletan dalam bekerja. Keuletan dan ketekunan guru sebagai

    pribadi yang utuh, akan terbiasa melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang ulet,

    tekun, penuh kesungguhan dan ketelitian.

    5. Memiliki daya kreasi dan inovasi yang tinggi. Hal ini lahir dari kesadaran

    akan semakin banyaknya tuntutan dan tantangan pendidikan masa mendatang,

    sejalan dengan kemajuan IPTEK.

    Al-Mawardi juga berpendapat bahwa guru adalah figur strategis. Menurutnya

    guru harus merupakan figur yang dapat dicontoh oleh murid dan masyarakat. Oleh

    karena itu segala tingkah laku guru harus sesuai dan sejalan dengan norma dan nilai

    ajaran yang berasal dari wahyu.

    Sejalan dengan uraian tersebut diatas, maka seorang guru harus tampil sebagai

    teladan yang baik. Usaha penanaman nilai-nilai kehidupan melalui pendidikan tidak

    akan berhasil, kecuali jika peranan guru tidak hanya sekedar komunikator nilai,

    melainkan sekaligus sebagai pelaku nilai yang menuntut adanya rasa tanggung

    jawab dan kemampuan dalam meningkatkan sumber daya manusia yang utuh.

    Dalam kaitan ini al-Mawardi mengatakan hendaknya seorang guru menjadikan

    amal atas ilmu yang dimilikinya serta memotivasi diri untuk selalu berusaha

    memenuhi segala tuntutan ilmu. Janganlah ia termasuk golongan yang dinilai

    Tuhan sebagai orang Yahudi yang diberi Taurat tetapi mereka tidak

    mengamalkannya, tak ubahnya dengan seekor keledai yang membawa kitab di

    pungunggungnya.

    Selain sebagai teladan guru juga harus memberikan kasih sayang. Dengan

    posisinya sebagai orang tua kedua guru juga harus memberikan kasih sayang dan

    bersikap lemah lembut.

    Sikap lemah lembut ini ternyata tidak sepenuhnya berhasil dalam dunia

    pendidikan. Sadi mengungkapkan hal ini dalam sebuah kisah. Seorang kepala

    sekolah yang amat keras, dimana di hadapannya para murid tidak berani

    mengucapkan sepatah kata pun, digantikan oleh seorang guru yang lemah lembut

    dan baik hati. Murid-murid segera melupakan rasa takut yang perah mereka alami

    terhadap kepala sekolah yang terdahulu. Karena kemurahan hati hati kepala sekolah

    yang baru tersebut, mereka menjadi nakal, melalaikan belajar mereka dan

    menghabiskan waktunya untuk bermain-main. Kemudian penduduk kota itu pun

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 15

    memberhentikan guru yang lemah tersebut dan menarik kembali guru yang lama

    keada jabatannya semula. Saya heran mengapa penduduk kota menjadikan guru

    yang jahat itu sebagai malaikat, hingga guru yang bijaksana tersebut berkesimpulan

    : Guru yang keras lebih berharga bagi anak-anak daripada cinta orang tua yang

    buta

    Peran selanjutnya bagi guru adalah sebagai motivator. Hal ini penting dalam

    rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Peran

    terakhir guru menurut al-Mawardi adalah sebagai pembimbing. Bimbingan dapat

    diartikan sebagai kegiatan memantau murid dalam perkembangannya dengan jalan

    menciptakan lingkungan dan arahan sesuai dengan tujuan pendidikan.

    d. Guru Menurut Ibnu Sina

    Menurut Ibnu Sina Guru yang baik adalah guru yang berakal cerdas, beragama,

    mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan

    tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main dihadapan muridnya, tidak bermuka

    masam, sopan santun, bersih dan suci murni.

    Selain lebih mengutamakan guru pria daripada guru wanita, ia juga

    mensyaratkan guru yang terhormat dan menonjol budi pekertinya, cerdas, teliti,

    sabar, telaten dalam membimbing anak, adil, hemat dalam penggunaan waktu,

    gemar bergaul dengan anak-anak, tidak keras hati dan senantiasa menghias diri.

    Selain itu guru juga harus mengutamakan kepentingan ummat daripada kepentingan

    diri sendiri, menjauhkan diri dari meniru sifat raja dan orang-orang yang berakhlak

    rendah, mengetahui etika dalam majelis ilmu, sopan dan santun dalam berdebat,

    berdiskusi dan bergaul. Dalam pendapatnya itu, Ibnu Sina selain menekankan unsur

    kompetensi atau kecakapan dalam mengajar, juga berkperibadian yang baik.

    Dengan kompetensi itu, seorang guru akan dapat mencerdaskan anak

    didiknya.dengan berbagai pengetahuan yang diajarkannya, dan dengan akhlak ia

    akan dapat membina mental dan akhlak anak.

    Guru seperti itu, tampaknya diangkat dari sifat dan kepribadian yang terdapat

    pada diri Ibnu Sina sendiri, yang selain memiliki kompetensi akhlak yag baik, juga

    memiliki kecerdasan dan keluasan ilmu.

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 16

    e. Guru Menurut al-Ghazali

    Menurut al-Ghazali, guru yang dapat diserahi tugas mengajar adalah guru yang

    selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat

    fisiknya. Dengan kesempurnan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan

    secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan

    teladan bagi muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas

    mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak murid-muridnya. Selain sifat-

    sifat umum tersebut diatas, juga terdapat beberapa sifat khusus :

    1. Rasa kasih sayang yang akan berujung menciptakan situasi yang kondusif.

    2. Mengajar harus dipamahi sebagai akifitas mendekatkan diri kepada Allah.

    Hal ini akan berujung pada keikhlasan, tidak mengharap apapun dari manusia.

    3. Selain mengajar juga berfungsi sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur

    dan benar dihadapan muridnya serta tidak melibatkan diri dalam persoalan yang

    bisa mengalihkan konsentrasinya sebagai guru.

    4. Dalam mengajar hendaknya digunakan cara yang simpatik, halus dan tidak

    menggunakan kekerasan, cacian, makian dan sebagainya. Semua sikap ini akan

    mempunyai dampak bagi psikis siswa.

    5. Tampil sebagai teladan bagi muridnya, bersikap toleran, menghargai

    kemampuan orang lain, tidak mencela ilmu lain.

    6. Mengakui adanya perbedaan potensi yang dimilki murid-muridnya secara

    individu dan memperlakukan murid sesuai dengan potensi masing-masing.

    Tentang potensi individu ini Sadi mengungkapkan bahwa Bilamana kemampuan

    bawaan sejak lahir baik, maka pendidikan akan memberikan suatu pengaruh. Tetapi

    tidak ada penggosok yang mampu mengkilakan terhadap sifat (watak) buruk yang

    keras. Jika Anda memandikan anjing ke dalam tujuh lautan, maka Anda tidak dapat

    merubah sifat alamiahnya, dan jika Anda membawa keledai Yesus (Isa al-Masih)

    ke Mekkah, maka sekembalinya dari Mekkah ia tetap seekor keledai.

    Dikisahkan pula, seorang raja menyerahkan anak laki-lakinya kepada seorang

    guru dan berkata kepadanya, Didiklah ia sebagaimana engkau mendidik anakmu

    sendiri. Setelah beberapa tahun menjalani pendidikan, sang pangeran tidak

    mengalami kemajuan sementara anak sang guru, prestasi dan pengetahuannya

    mengungguli anak raja. Sang raja menyalahkan guru dan menuduhnya tidak berbuat

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 17

    adil dalam mengajar, kemudian sang guru menjawab: Yang mulia, saya telah

    mengajar dengan adil dalam semua hal, tetapi setiap orang memiliki kemampuan

    yang berbeda-beda. Meskipun perak dan emas berasal dari saripati batuan, tetapi

    tidak semua batu mengandung emas dan perak.

    7. Juga memahami bakat, tabiat dan kejiwan muridnya sesuai dengan tingkat

    usia.

    8. Bepegang teguh pada apa yang diucapkannya, serta berusaha untuk

    merealisasikannya.

    Dari delapan sifat guru diatas, tampak bahwa sebagiannya masih ada yang

    sejalan dengan tuntutan masyarakat modern. Sifat guru yang mengajarkan pelajaran

    secara sistematik, yaitu tidak mengajarkan bagian berikutnya sebelum bagian

    terdahulu dikuasai, memahami tingkat perbedaan dan kemampuan intelektual para

    siswa, bersikap simpatik, tidak menggunakan kekerasan, serta menjadi pribadi

    panutan dan teladan adalah sifat-sifat yang tetap sejalan dengan masa sekarang.

    f. Guru Menurut Ibnu Jamaah

    Menurut Ibnu Jamaah Guru sebagai mikrokosmos manusia dan secara umum

    dapat dijadikan sebagai tipologi makhluk terbaik. Maka derajat seorang alim (guru)

    berada setingkat di bawah derajat Nabi. Ini juga berarti bahwa guru harus benar-

    benar mewarisi sifat-sifat para Nabi, tidak hanya dalam rangka penyampaian risalah

    tapi juga dalam keseharian. Ibnu Jamaah memberikan kriteria seorang guru adalah:

    1. Menjaga Akhlak selama melaksanakan tugas pendidikan

    2. Tidak menjadikan profesi guru sebagai kegiatan untuk menutupi kebutuhan

    ekonomis

    3. Mengetahui situasi sosial kemasyarakatan.

    4. Kasih sayang dan sabar.

    5. Adil dalam memperlakukan peserta didik.

    6. Menolong dengan kemampuan yang dimiliknya.

    Secara umum criteria-kriteria tersebut di atas menampakkan kesempurnaan

    sifat-sifat dan keadaan pendidik dengan memiliki persyaratan-persyaratan tertentu

    sehingga layak menjadi pendidik sebagaimana mestinya.

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 18

    g. Guru Menurut Ibnu Taimiyah

    Menurut Ibnu Taimiyah hendaknya seorang pendidik mencirikan kepribadian

    seorang sebagai berikut :

    1. Guru adalah khulafa, yaitu orangorang yang menggatikan misi perjuangan

    nabi dalam bidang pengajaran. Kedudukan ini hanya dapat dilaksanakan oleh orang

    yang mengikuti rasul dalam hal perjalanan hidup dan akhlaknya. Demikian

    tingginya posisi guru ini hingga dikatakan oleh Habib Zain bin Ibrahim bin Smith,

    mufti Madinah saat ini, bahwa bakti seorang anak kepada guru bisa melebihi

    baktinya kepada kedua orang tuanya. Karena, kedua orang tua telah memenuhi

    kebutuhan fisik sedangkan guru telah mendidik hati nurani.

    2. Hendaknya senantiasa menjadi panutan bagi muridnya dalam hal kejujuran,

    berpegang teguh pada akhlak yang mulia dan menegakkan syariat Islam. Berdusta

    pada murid tentang suatu ilmu adalah kezaliman yang besar.

    3. Hendaknya dalam menyebarkan ilmunya tidak main-main atau sembrono.

    Guru yang saleh adalah mereka yang mengetahui kemampuan yang dimiliknya

    serta kewajiban yang ada pada dirinya.

    4. Membiasakan diri untuk menambah dan menghafal ilmunya terutama al-

    Quran dan al-Sunnah.

    II.5. TipologiGuru

    Tipologi adalah ilmu yang mempelajari tentang watak dan atau kepribadian

    manusia. Dengan batasan seperti ini, maka pandangan tentang tipologi guru yang

    dimaksudkan adalah syarat guru, sifat guru, dan tugas guru. Ketiga tipologi ini,

    sangat terkait dengan watak dan kepribadian guru yang dalam berbagai literatur

    pendidikan yang penulis telusuri, sering dijelaskan secara bersamaan. Dalam

    kenyataannya pula bahwa syarat, sifat dan tugas guru sulit dibedakan, sehingga

    pembedaannya harus ditelusuri dengan cara mencermati ketiga masalah tersebut

    berdasarkan tipologinya masing-masing.

    II.5.1. Syarat-syarat Guru

    Berdasar pada rumusan pengertian guru sebagai pendidik, maka seseorang

    dapat disebut sebagai guru bila ia memenuhi beberapa persyaratan. Dengan

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 19

    demikian, guru sebagai pendidik pada dasarnya bukan orang sembarangan.

    Seseorang yang diangkat menjadi guru pada suatu lembaga pendidikan tertentu,

    seharusnya ia tidak boleh diterima begitu saja, tanpa diseleksi berdasarkan

    ketentuan yang merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh seorang guru.

    Syarat menjadi seorang guru harus diperhatikan dan diterapkan secara tegas,

    terutama dalam penerimaan guru. Sekaitan dengan ini, Zakiah Daradjat

    menyatakan bahwa untuk menjadi guru yang baik, ada empat syarat yang harus

    dipenuhi, yaitu taqwa kepada Allah, berilmu, sehat jasmani dan berkelakuan baik.

    Dalam kaitannya dengan hal ini, Ahmad Tafsir juga mengemukakan empat syarat

    bagi seorang guru dengan merujuk pendapat Soejono yang secara ringkas dapat

    disebutkan, misalnya harus sudah dewasa, harus sehat jasmani dan rohani, harus

    ahli atau memiliki kemampuan mengajar, dan harus berkesusilaan dan ber-

    pendidikan tinggi.

    Syarat-syarat menjadi guru tersebut sebagaimana yang disebutkan di atas,

    kelihatannya saling melengkapi. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa

    bahwa syarat-syarat untuk menjadi guru meliputi: taqwa kepada Allah, sudah

    dewasa, sehat jasmani dan rohani, berilmu, memiliki kemampuan mengajar,

    berkelakuan baik dalam arti berkesusilaan, dan berdedikasi tinggi. Syarat yang

    disebut terakhir ini, menyangkut masalah akhlak dan tidak hanya diperlukan dalam

    mendidik, tetapi juga diperlukan dalam meningkatkan mutu pengajaran.

    Jadi, yang terpenting adalah seorang guru harus memiliki dan menghiasi

    dirinya dengan akhlak yang terpuji (al-akhlaq al-mahmudah) sekaligus meng-

    hindari akhlak yang tercela (al-akhlaq al-mazmumah). Seorang guru yang

    senantiasa menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia dan terpuji, hampir dapat

    dipastikan seluruh murid yang merupakan anak didiknya akan merasa senang

    kepadanya dan menghormatinya. Sebaliknya jika seorang guru berakhlak tercela,

    maka murid-muridnya akan merasa benci kepadanya dan menjauhinya, bahkan

    mungkin saja menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya semacam penyakit

    kejiwaan (sindrom) di kalangan murid-muridnya yang disebut fobi sekolah.

    Sekaitan dengan ini, Zakiah Daradjat menyebutkan sejumlah akhlak yang

    seharusnya dimiliki seorang guru, misalnya; mencintai jabatannya sebagai guru,

    bersikap adil terhadap semua muridnya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa,

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 20

    gembira, bersifat manusiawi, bekerja sama dengan guru-guru lain, dan bekerja sama

    dengan masyarakat.

    Mengenai sikap guru terhadap teman sejawat adalah memelihara hubungan

    seprofesi, memiliki semangat kekeluargaan, dan mempunyai kesetiakawanaan

    sosial. Sikap seperti ini, harus pula diwujudkan dalam bersikap terhadap anak didik,

    yakni berbakti dalam arti membimbing peserta didik sesuai dengan tujuan pokok

    pendidikan.

    Selanjutnya sikap terhadap tempat kerja, adalah menciptakan suasana kerja

    yang baik. Sedangkan sikap terhadap pemimpin adalah menciptakan suasana

    harmonis terhadap kepala sekolah dan sikap terhadap pekerjaan adalah

    melaksanakan tugas guru dengan penuh kesabaran dan ketelatenan yang tinggi,

    terutama bila berhubungan dengan peserta didik.

    Masih terkait dengan pandangan tentang sikap guru, oleh Kamal Muh. Isa

    menyatakan bahwa seorang guru dituntut untuk memiliki berbagai sikap, yakni siap

    memikul amanat, mampu mempersiapkan dirinya sesempurna mungkin, meng-

    hindari sikap tamak dan bathil, wajib berusaha memerangi kata hatinya, atau suara

    batinnya yang tidak benar, dan harus memiliki sikap terpuji. Semua sikap guru

    seperti yang telah disebutkan, merupakan syarat penting untuk ditanamkan dalam

    diri setiap guru dalam rangka meningkatkan mutu, baik peningkatan mutu guru

    sebagai pendidik maupun peningkatan mutu siswa sebagai peserta didik.

    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan bahwa standarisasi syarat

    guru minimal enam syarat, yaitu beriman dan taqwa kepada Allah, sudah dewasa,

    berilmu pengetahuan yang luas, sehat jasmani dan rohani, berakhlak mulia, dan

    memiliki kemampuan mendidik dalam arti luas.

    II.5.2. Sifat Guru

    Mohamad Surya dalam pandangannya bahwa sifat utama dari seorang guru

    adalah kemampuannya dalam mewujudkan kinerja profesional yang sebaik-

    baiknya dalam mencapai tujuan pendidikan. Menurutnya, sifat-sifat tersebut,

    mencakup kepribadian guru dan penguasaan keterampilan teknis keguruan. Dengan

    kata lain, seorang guru menurut Mohamad Surya adalah hendaknya memiliki

    kompentensi yang mantap. Kompentensi adalah seperangkat penguasaan

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 21

    kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya

    secara profesional, tepat. dan efektif. Kompetensi yang dimaksud berada dalam diri

    pribadi guru yang bersumber dari kualitas kepribadian, pendidikan, dan

    pengalamannya. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi intelektual, fisik,

    pribadi, sosial, dan spiritual.

    Selanjutnya, dalam pandangan Mohamad Athiyah al-Abrasyi sebagaimana

    yang dikutip oleh Abuddin Nata, disebutkan bahwa terdapat tujuh sifat yang harus

    dimiliki oleh guru, yakni; zuhud; jiwa yang bersih; ikhlas; pemaaf; mencintai

    murid; mengetahui bakat, tabiat, dan watak murid; serta menguasai mata pelajaran.

    Sementara itu, Asama Hasan Fahmi sebagaimana dikutip oleh Ahmad Tafsir, ia

    mengajukan beberapa sifat guru, yakni; tenang; tidak bermuka masam; tidak

    berolok-olok di hadapan anak didik dan sopan santun.

    Sejalan dengan uraian di atas, Ahmad Tafsir dalam pandangannya tentang

    sifat-sifat guru, ia mengemukakan bahwa sifat-sifat guru adalah kasih sayang pada

    murid, senang memberi nasehat, senang memberi peringatan, senang melarang

    murid melakukan hal yang tidak baik, bijak dalam memilih bahan pelajaran yang

    sesuai dengan lingkungan murid, hormat pada pelajaran lain yang bukan

    pegangannya, bijak dalam memilih bahan pelajaran, mementingkan berfikir dan

    berijtihad, jujur dalam keilmuan, dan bersifat adil. Selanjutnya, H. Abuddin Nata

    dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, ketika membahas tentang sifat-sifat

    pendidik yang baik, ia menjelaskan bahwa seorang guru di samping harus

    menguasai pengetahuan yang akan diajarkannya kepada murid, juga harus memiliki

    sifat-sifat tertentu yang dengan sifat-sifat ini diharapkan apa yang diberikan oleh

    guru kepada para muridnya dapat didengar dan dipatuhi, tingkah lakunya dapat

    ditiru dan diteladani dengan baik.

    Mencermati uraian-uraian yang telah dipaparkan, kelihatan bahwa para

    pakar pendidikan saling berbeda pandangan dalam merumuskan sifat-sifat guru. Di

    antara mereka, ada yang merumuskan sifat guru dengan mempersamakan-nya

    syarat guru. Misalnya, sopan santun sebagai sifat guru dalam rumusan Asama

    Fahmi, esensinya sama dengan berkelakuan baik sebagai syarat guru dalam

    rumusan Zakiyah Daradjat sebagaimana yang telah disebutkan dalam uraian

    terdahulu.

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 22

    Sekaitan dengan pandangan-pandangan di atas, maka penulis merumuskan

    bahwa syarat merupakan sifat pokok guru, sedangkan sifat merupakan

    pelengkap syarat tersebut. Dengan rumusan seperti ini, maka jelas bahwa antara

    syarat dan sifat guru memiliki perbedaan.

    Lain halnya dengan rumusan tentang sifat guru yang telah dikemukakan

    oleh Mohamad Surya, di mana ia berpandangan bahwa sifat guru

    adalah kompetensi guru sebagaimana yang telah disebutkan dalam uraian

    terdahulu. Menurutnya, kompetensi guru tersebut meliputi; kompetensi intelektual,

    yakni perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk

    menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru; kompetensi fisik, yakni perangkat

    kemampuan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas guru dalam

    berbagai situasi; kompetensi pribadi, yakni perangkat perilaku yang berkaitan

    dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang

    mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri;

    kompetensi sosial, yakni perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari

    pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta

    tercapainya interaksi sosial secara efektif; kompentensi spiritual, yakni

    pemahaman, penghayatan, serta pengamalan kaidah-kaidah keagamaan.

    Kompetensi-kompetensi guru yang telah disebutkan ini, adalah sifat utama dari

    seorang guru profesional.

    II.5.3. Tugas Guru

    Secara profesional, guru mempunyai tugas-tugas tertentu. Di antara tugas-

    tugas guru yang dimaksudkan di sini, yaitu mendidik, mengajar dan melatih peserta

    didik. Ketiga tugas guru yang disebutkan ini, ada pihak yang memandangnya

    sebagai tugas pokok. Selanjutnya, mendidik sebagai tugas guru menurut Ahmad

    Tafsir, telah disepakati oleh kalangan para ahli pendidikan, baik Islam maupun

    Barat. Ia mengakui, bahwa mendidik merupakan tugas guru yang amat luas dan

    sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar, memberi dorongan, memuji,

    menghukum, memberi contoh, membiasakan dan sebagainya. Dengan demikian,

    dapat dipahami bahwa guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, ia

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 23

    berusaha merujuk pada kegiatan pembinaan dan pengembangan apeksi peserta

    didik.

    Tugas guru sebagai pendidik tidak hanya terbatas pada usaha mencerdaskan

    otak peserta didiknya saja, melainkan juga berupaya membentuk seluruh

    kepribadiannya, sehingga dapat menjadi manusia dewasa yang memiliki

    kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan mengembangkannya untuk

    kesejahteraan hidup umat manusia. Tugas guru dalam kegiatan mendidik ini

    kelihatannya berkonotasi sebagai suatu proses memanusiakan manusia agar mampu

    hidup secara mandiri dan dapat bertanggung jawab dalam seluruh lini kehidupan,

    sehingga tugas yang diembannya itu juga dapat dipahami berdimensi kemanusiaan

    dan kemasyarakatan.

    Selain mendidik, tugas guru termasuk pula mengajar dan melatih peserta

    didik. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

    teknologi. Sedang melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan

    pada siswa. Dalam kaitannya dengan mengajar, S. Nasution memahaminya dalam

    arti menanamkan pengetahuan pada anak, menyampaikan kebudayaan kepadanya,

    dan sebagai suatu aktivitas dalam mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya,

    sehingga terjadi proses belajar. Melalui aktivitas yang disebut terakhir ini, mengajar

    mengandung arti membimbing aktivitas dan pengalaman anak serta membantu

    perkembangannya sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain

    tugas mengajar, guru juga bertugas untuk membuat persiapan mengajar, tugas

    mengevaluasi hasil belajar, dan selainnya yang selalu bertalian dengan pencapaian

    tujuan pengajaran.

    Tugas guru dalam melatih peserta didik yang dalam hal ini guru bertindak

    sebagai pelatih (coaches) adalah merujuk pada pembinaan dan pengembangan

    keterampilan peserta didik. Guru sebagai pelatih, kelihatannya memberikan

    peluang yang sebesar-besarnya bagi peserta didik untuk mengembangkan cara-cara

    pembelajarannya sendiri.

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 24

    II.6. Kompetensi Seorang Guru

    Dalam melaksanakan tugasnya sebagai profesinya, seorang guru mesti

    memiliki kompetensi (kemampuan dan kecakapan) yang menunjang profesinya.

    Adapun kompetensi yang emsti dimiliki oleh seorang guru adalah :

    a. Kompetensi Pribadi

    Seperti yang telah dibahas pada kriteria seorang guru, dalah profesi

    keguruan harus tidak terlepas dari kriteria luhurnya budi pekerti dan akhlak

    sorang guru.

    b. Menguasai Landasan Pendidikan

    Dalam Profesi keguruan, seorang gurur harus menguasi landasan filosofis

    pendidikan yang bertujuan menciptakan manusia yang cerdas intelektual

    dan cerdas spiritual.

    c. Menguasai Bahan Ajar

    d. Mampu Mengelola Proses Belajar dan Mengajar

    e. Mampu Mengevaluasi Proses Belajar dan Mengajar

    Hal ini menjadi penting karena dengan mengevaluasi hasil dari proses

    belajar mengajar, seorang guru dituntut untuk melakukan perubahan kearah

    yang lebih baik untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif dan

    efisien.

    Hasil dari kompetensi ini adalah guru yang professional, yang kemudian

    ketika profesionalitas dapat tercapai maka guru akan memiliki ciri-ciri sebagai

    berikut :

    a. Disiplin

    b. Beroreantasi pada kualitas

    c. Rajin dan Antusias

    d. Berpikir Positif

    e. Fleksibel

    f. Rasional

    g. Ber-akhlak

    h. Kompeten

    i. Strategis

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 25

    Untuk mencapai semua itu, haruslah seorang yang berprofesi sebagai guru

    memiliki idealitas dalam berbagai aktifitasnya yang tertuang dalam idealitas

    karakter seorang guru yang sudah dipaparkan sebelumnya.

    II.7. Potret Guru Hari Ini

    Guru atau dosen merupakan pekerja tanpa pamrih yang sering dijuluki

    pahlawan tanpa tanda jasa. Profesi guru dan dosen dewasa ini cukup memperoleh

    tempat dihati masyarakat Indonesia terlihat dari jumlah guru dan dosen yang kian

    meningkat setiap tahunnya, dengan data yang di dapat pada tahun 2014 sumber

    kompas.

    Dengan peningkatan angka guru ini diharapkan menjadi satu harapan bagi

    perbaikan mutu pendidikan di Indonesia. Namun terkadang jumlah guru atau dosen

    yang mencapai puluhan ribu itu tidak diikuti dengan profresionalisme serta

    manejemen yang proporsional dari pihak pengajar ,akibatnya sering ditemukan

    seorang guru melakukan kekerasan terhadap murid berujung dengan urusan hukum

    kemudian ditemukan juga seorang guru atau dosen melakukan pekerjaan

    sampingan entah membuka warung dan lainnya hanya untuk memenuhi kebutuhan

    sehari-hari mengingat gaji guru dan dosen dianggap relatif sangat kecil.

    Tak kalah menariknya pekerjaan guru dan dosen terlalu banyak tugas ,target

    berat yang cukup membuat pusing kepala dampaknya materi pelajaran atau mata

    kuliah yang diajarkan ke ruang kelas kurang maksimal ,kurang menguasai mata

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 26

    pelajaran ,cara mengajar-pun menjadi tidak rileks alias tegang dan masalah

    pendidikan lainnya seperti Indonesia termasuk dalam peringkat 103 di dunia yang

    dalam dunia pendidikannya diwarnai aksi suap-menyuap serta pungutan liar dan

    203 kasus kekerasan yang melibatkan orang-orang yang ada di dalam dunia

    pendidikan. Hal ini bisa jadi dikarenakan system birokrasi pendidikan di Indonesia

    serta status kebutahan dasar ekonomi tenaga pengajar yang rendah.

    Mwskipun kehidupan guru maupun dosen di Indonesia memang belum

    seperti dinegara Filandia, Singapura, Jepang ,Inggris dimana para pengajar diruang

    gerak bebas untuk menciptakan kurikulum sendiri,membuat jadwal pelajaran

    ,menciptakan metode pendidikan yang inovatif sesuai kemampuan yang dimiliki

    guru atau menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan seperti

    belajar sambil bermain ataupun hubungan murid dengan guru bagai seorang sahabat

    tanpa beban sebagaimana sistem pendidikan diluar negeri yang penuh dengan

    kreatifitas.Profesionalisme guru maupun dosen di Indonesia belum sepenuhnya

    dijunjung tinggi memang tidak dipungkuri program sertifikat guru dan dosen yang

    digelar sejak beberapa tahun yang merupakan alternatif terbaik memasuki era

    globalisasi, tetapi disisi lain kemampuan maupun kreatifitas guru atau dosen selama

    ini kurang tereksplore dengan baik entah terbentur oleh peraturan atau UU

    pendidikan yang terkadang membatasi gerak atau kreatifitas guru atau dosen untuk

    lebih menggali kemampuannya ikut andil dalam menciptakan kurikulum sesuai

    dengan kemampuan siswa seperti guru di Finlandia atau guru di Jepang atau guru

    di Inggris diberi ruang gerak bebas menciptakan suasana belajar mengajarkan yang

    menyenangkan dan kreatifitas guru lainnya.

    Guru atau dosen di Indonesia pada dasarnya memiliki kreatifitas tidak kalah

    dengan bangsa lain didunia mengingat sumber daya manusia atau SDM guru atau

    dosen diseluruh Indonesia dikenal cukup berkualitas banyak guru atau dosen

    lulusan perguruan tinggi luar negeri bahkan kini banyak ditemukan ribuan guru atau

    dosen bergelar doktor atau master serta professor.Sekarang tinggal bagaimana guru

    atau dosen itu action atau beraksi dilapangan ,namun kesemua itu perlu dukungan

    penuh dari pemerintah tunjangan profesi ,masa depan,gaji guru yang layak dan

    lainnya sebagai bentuk penghargaan terhadap guru maupun dosen.

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 27

    Guru atau dosen setelah mendapat tunjangan atau penghargaan yang layak

    juga harus menunjukkan tanggung jawab sebagai guru pada masyarakat dengan

    segala prestasinya bukan karena ingin kredit poin yang tinggi untuk mengejar

    pangkat yang tinggi, namun kerja keras sebagai pengajar selama ini merupakan

    tanggungjawabnya sebagai guru sebagaimana terlihat guru di Finlandia, Jepang,

    Inggris atau Singapura yang dikenal menjunjung tinggi profesionalisme meski gaji

    guru finlandia tidak memadai namun profesi guru di negara ini mendapat

    perlindungan layaknya dokter,adanya pelatihan guru,tunjangan guru dan tunjangan

    lainnya bagi masa depan guru. Profesi guru dan dosen di Indonesia pada dasarnya

    memiliki tujuan sama dengan negara lain mencerdaskan kehidupan bangsa ,tetapi

    kesejahteraan pengajar setiap negara memiliki manejemen berbeda tergantung

    kebijakkan pemerintah setempat,dan a dan kesemuanya itu kembali pada juru kunci

    pendidikan yakni pemerintah dengan segala reformasi pendidikan yang inovatif

    mampu memberi otonomi terhadap siswa dan guru secara proporsional agar tercipta

    program pendidikan nasional yang inovatif.

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 28

    BAB III

    SIMPULAN

    Berdasar dari uraian-uraian di atas, maka dalam pandangan penulis bahwa

    sifat-sifat guru yang telah dirumuskan oleh pakar-pakar pendidikan semisal

    Athiyyah al-Absrasy, Asama Hasan Fahmi, dan Ahmad Tafsir, kelihatannya

    mengacu pada sifat-sifat guru menurut perspektif pendidikan Islam. Sedangkan

    rumusan Mohamad Surya, adalah mengacu pada sifat-sifat guru menurut perspektif

    pendidikan umum. Dengan merekonsiliasikan keduanya, akan bermuara pada suatu

    rumusan bahwa sifat-sifat guru yang ideal adalah harus berdasarkan nilai-nilai

    moralitas Islam dan harus ditunjang oleh beberapa kompetensi, yakni kompetensi

    intelektual, kompetensi fisik, kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan

    kompetensi spiritual.

    Guru hari ini terjebak diantara idealitasnya yang menjunjung tinggi tujuan

    pendidikan yang menciptakan masyarakat yang kompeten dalam hal dunia dan

    akhirat dengan realitas kerumitan pendidikan dinegeri ini yang kemudian

    menghabiskan waktu berfikir seorang guru yang ideal dengana birokrasi

    administrasi pendidikan yang berlandasan urusan kemapanan ekonomi yang

    kemudian membuat seorang guru terfokus untuk memenuhi kebutuhan dasarnya

    sebagai manusia untuk memeroleh kemapanan ekonomi.

    Tidak hanya itu dalam sebuah tulisan yang penulis baca dalam sebuah media

    cetak yang ditulis oleh Bapak Satryo Soemantri (mantan ditjen Dikti 1999-2007)

    yang kemudian penulis simpulkan bahwa bahwa pendidikan bukan pencitraan.

    Janganlah tata kelola pendidikan terjebak ke dalam mekanisme administratif yang

    justru menghilangkan hakekat pendidikan. Guru dan dosen, tidak boleh terbebani

    oleh tugas dan kewajiban administratif yang justru melebihi beban tugasnya

    mendidik. Guru dan dosen harus diberi ruang dan kepercayaan untuk

    mengembangkan diri dan keilmuannya, mengembangkan inovasi dan

    kreativitasnya. Pendidikan tidak boleh hanya fokus pada kegiatan adminstratif

    birokratis. Pendidikan jangan dikerdilkan maknanya ke arah formalitas, citra, dan

    kepentingan politik sesaat. Pendidikan adalah proses transformasi ilmu

    pengetahuan, kearifan, dan keteladanan, serta kebijakaan dari guru dan dosen

  • Guru Antara Realitas dan Idealitas | 29

    kepada para siswa dan mahasiswanya. Pendidikan bukan proses pencitraan apalagi

    birokrasi dengan segala macam tugas administratif yang tidak konstruktif