makalah keperawatan dewasa i sirosis hepatis

24
MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA I SIROSIS HEPATIS Disusun oleh: Nurul Khoirin Atifah (3211049) Siti Aisyah (3211076) Sri Sintawati (3211050) Imam Fauzi (3211085) Ida Ismawati (3211073) Aria Shofia (3211132)

Upload: imam-fauzi

Post on 14-Nov-2015

41 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Tugas Kuliah

TRANSCRIPT

MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA ISIROSIS HEPATIS

Disusun oleh:Nurul Khoirin Atifah (3211049)Siti Aisyah (3211076)Sri Sintawati (3211050) Imam Fauzi (3211085)Ida Ismawati (3211073)Aria Shofia (3211132)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA2014

Kasus Tn.M 57 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan perut yang membesar sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati, mual dan kadang muntah setelah makan. Pasien juga mengatakan apabila BAB warnanya hitam seperti aspal. Pasien memiliki riwayat suka minum-minuman keras sejak muda. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien dalam sakit sedang, kesadaran kompos mentis, berat badan 69 kg, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 92 x/menit, laju respirasi 20 x/menit, suhu axilla 370 C. Tampak konjungtiva anemis pada pemeriksaan mata dan ginekomastia pada pemeriksaan thorak. Dari pemeriksaan abdomen, pada inspeksi tampak adanya distensi, dari palpasi didapatkan hepar dan lien sulit dievaluasi dan ada nyeri tekan pada region epigastrium dan hipokondrium. Dari perkusi abdomen didapatkan undulasi (+), shifting dullness (+) dan traube space redup. Tampak edema pada kedua ekstremitas bawah.Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menunjang diagnosis pasien ini, didapatkan bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin indirek, SGOT, SGPT, BUN dan kreatinin pada pasien meningkat, sedangkan albumin rendah. Pemeriksaan HbsAg dan anti HCV hasilnya nonreaktif. Dari pemeriksaan USG abdomen didapatkan kesan pengecilan hepar dengan splenomegali sesuai gambaran sirosis hepatis, ascites, dan curiga nefritis bilateral, pasien didiagnosis dengan sirosis hepatis (child pugh C) + ensefalopati hepatikum grade I + ascites grade II.Pertanyaan :1. Kira kira apakah penyebab terjadinya sirosis hepatis pada pasien ? dan apakah yang dimaksud dengan sirosis hepatis (Child Pugh C ) + ensefalopati hepatikum grade I + ascites grade II ?2. Bagaimanakah patofisiologis dari penyakit SH terkait penyebab dapat terjadi ?3. Tanda dan gejala apa yang sudah muncul pada pasien Tn. M yang menguatkan diagnose medisnya ?4. Komplikasi apakah yang sudah terjadi pada Tn. M berdasarkan kasus diatas ?5. Buatlah asuhan keperawatan dari Tn. M secara lengkap (data focus, diagnose kep, NOC, NIC, dengan mengambil dua diagnose saja yang paling sesuai dengan pasien menurut anda ?

Jawaban :1. a. Berdasarkan data diatas sirosis hepatis yang diderita Tn. M merupakan Sirosis Laennec. Sirosis ini disebabkan oleh alkoholisme (pasien memiliki riwayat suka minum-minuman keras sejak muda) dan mal nutrisi (pasien mengeluh mual dan kadang muntah setelah makan).b. Definisi Sirosis Hepatis, ensephalopati, asites, dan tabel Child-Pugh serta definisi diagnosis Sirosis Hepatis (Child-Pugh C) + Ensefalopati Hepatikum Grade I + Ascites Grade II. Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar fungsi hepar. Ensefalopati heptikum adalah kerusakan system saraf berhubungan dengan komplikasi gangguan fungsi hati, khususnya akibat gangguan penguraian amoniak menjadi urea. Asites adalah penimbunan cairan encer intraperitoneal yang mengandung sedikit protein. Tabel Child-Pugh

InterpretasiPenyakit hepar kronis diklasifikasikan menjadi Kelas Child-Pugh A (prognosa baik, B (prognosa sedang), dan C (prognosa buruk):Diagnosa Sirosis Hepatis (Child-Pugh C) + Ensefalopati Hepatikum Grade I + Ascites Grade II yaitu pasien dengan sirosis hepatis disertai ensefalopati (derajat I {atau ditekan dengan melalui pengobatan} akibat dari sirosis hepatis) dan ascites (derajat II: Kategori ringan/mild) dikarenakan obstruksi sirkulasi portal hepatik. Kelas Child-Pugh-nya adalah C (dengan nilai poin 10-15) menunjukkan keadaan sirosis hepatis klien memiliki prognosa buruk dengan kemungkinan dapat bertahan hidup 45% untuk satu tahun kedepan dan 35% untuk 2 tahun kedepan.2. Patofisiologi sirosis hepatisFaktor penyebab terjadinya sirosis, terutama adalah konsumsi alcohol, defisiensi gizi (asupan protein yang kurang), terpapar zat kimia seperti karbon tetraklorida, neftalin, terklorinisasi, arsen, fosfor, infeksi skistosomiasis yang menular. Insidensi tertinggi pada pria dengan usia antara 40-60 tahun.Serosis Laennec merupakan serosis hepatis yang ditandai dengan episode nekrosis yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang sepanjang perjalanan penyakit. Sel-sel hati yang hancur secara berangsur-angsur menjadi jaringan parut, yang jumlahya melebihi jaringan hati yang masih berfungsi secara normal.Pulau-pulau jaringan nomal hati yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjol dari bagian-bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang serosis menunjukan gambaran mirip paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appearance) yang khas. Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan (onset) yang insidus dan perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-kadang melebihi rentang waktu 30 tahun. 3. Tanda dan Gejala yang sudah muncul pada pasien Tn. M yang menguatkan diagnose medis. Mual dan muntah. BAB warna hitam seperti aspal. Pasien suka minum-minuman keras pada waktu muda/ alcohol. Konjungtiva anemis. Ginekomastia. Distensi abdomen. Edema pada kedua ekstremitas bawah. Bilirubin total, bilirubin indirek, bilirubin direk, SGOT,SGPT, BUN, dan kreatinin meningkat. Albumin rendah / hipoalbumin. Hepar mengecil. Splenomegali. Ascites.

4. Komplikasi yang sudah terjadi pada pasien Tn. M Ensefalopati hepatikum. Ascites. Edema pada kedua ekstremitas bawah. Curiga nefritis bilateral ditandai dengan BUN dan kreatinin yang meningkat. Hipersplenisme.

5. Asuhan Keperawatan Tn. MAnalisa DataMasalahEtiologi

DS: Paliatif: Pasien mengeluh perut membesar sejak 3 bulan yang lalu. Quality: Belum ada di soal kasus, perlu dikaji lagi. Region: Klien mengeluh nyeri ulu hati. Terdapat nyeri tekan pada regio epigastrium dan hipokondrium. Scale: Belum ada di soal kasus, perlu dikaji lagi. Time: Belum ada di soal kasus, perlu dikaji lagi.DO: TD: 110/80mmHg Nadi: 92x/menit RR: 20x/menit Suhu aksila: 370CNyeri AkutAgens Cedera Biologis

DS: Pasien mengeluh perut membesar sejak 3 bulan yang lalu.DO: Berdasar hasil USG Abdomen didapatkan adanya ascites. Tampak edema pada kedua ekstremitas bawah.Kelebihan volume cairan

DS: Pasien mual dan kadang muntah setelah makan.DO: Konjungtiva tampak anemis Antropometri: BB: 69 kgTB: Belum ada di soal kasus, perlu dikaji lagi.IMT: harus ada data tinggi badan. Biochemical:Albumin: rendah.HB: Belum ada di soal kasus, perlu dikaji lagi. Clinical Sign:Kondisi klien sakit sedang Diit:Belum ada di soal kasus, perlu dikaji lagi.Kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Prioritas Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan 3. Kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Rencana KeperawatanNoDiagnosaNOCNIC

1.Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologisSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x...jam diharapkan nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil:Pain Level Nyeri klien berkurang Klien tidak melaporkan adanya nyeri Klien mampu beristirahat dengan cukupPain Management: Observasi tanda ketidaknyamanan nonverbal, terutama pada klien yang memiliki hambatan komunikasi verbal Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensive diantaranya lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, tingkat keparahan, dan faktor presipitasi Pastikan bahwa klien menerima perawatan analgesik Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan penerimaan klien terhadap nyeri Tentukan dampak nyeri terhadap kegiatan sehari-hari klien Eksplorasi dengan klien faktor yang memperberat/memperingan nyeri klien Ajarkan prinsip managemen nyeri Ajarkan managemen nyeri nonfarmakologi pada klien (napas dalam, guided imagery, distraksi) Ajarkan metode farmakologi terhadap pengurangan nyeri Kolaborasikan dengan klien maupun petugas kesehatan lain untuk memilih dan menerapkan pengrangan nyeri nonfarmokologi.

2.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x...jam diharapkan volume cairan dengan kriteria hasil:

Electrolit and acid base balance Fluid balance

Kriteria Hasil: Terbebas dari edema Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+) Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan Menjelaskan indikator kelebihan Fluid management1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat1. Pasang urin kateter jika diperlukan1. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )1. Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP1. Monitor vital sign1. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)1. Kaji lokasi dan luas edema1. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian1. Monitor status nutrisi1. Berikan diuretik sesuai interuksi1. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l1. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk Fluid Monitoring1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi1. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )1. Monitor berat badan1. Monitor serum dan elektrolit urine1. Monitor serum dan osmilalitas urine1. Monitor BP, HR, dan RR1. Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung1. Monitor parameter hemodinamik infasif1. Catat secara akurat intake dan output1. Monitor adanya distensi leher, ronchi, eodem perifer dan penambahan BB1. Monitor tanda dan gejala dari odema

3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x...jam diharapkan status nutrisi pasien baik dengan kriteria hasil:

Nutritional Status : food and Fluid IntakeKriteria Hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda tanda malnutrisi Tidak terjadi penurunan berat badan yang berartiNutrition Management Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Daftar Pustaka

B. Batticaca Franisca. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Metabolisme. Jakarta: Salemba Medika.

Baradero, Mary dkk. 2005. Seri Asuhan Keperawatan: Klien Gangguan Hati. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.

________. http://www.hepatitis.va.gov/pdf/Child-Pugh-score.pdf diakses pada 8 Juli 2014 pukul 11.00 WIB.