makalah insomnia

8
makalah insomnia "farmakologi" BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur yang lelap dan nyenyak tanpa gangguan menjadi kebutuhan manusia yang penting, sama pentingnya dengan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal dan lain- lain. Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan mengantuk sepanjang hari esoknya, sehingga mengantuk (insomnia) merupakan faktor risiko untuk terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina dan secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang. Kita menggunakan sekitar sepertiga waktu dalam hidup kita untuk tidur. Itu berarti bahwa sebagian besar orang hidup hampir 3.000 jam per tahun, untuk banyak orang. Tidur bersifat memberikan energi, baik secara mental maupun fisik, sayangnya sebagian besar orang tidak mendapatkan tidur yang cukup (V.Mark Durand & David H. Barlow, 2002). Insomnia adalah gangguan tidur yang paling sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian di Jakarta tahun 1988 terhadap 2500 siswa SLTP Negeri, sekitar 31 % mengalami insomnia. Di Skotlandia, 45% dari wanita yang berusia lebih dari 75 tahun mempunyai kebiasaan makan obat tidur secara teratur (Satya Joewaran,1988). Hal yang meresahkan, insomnia dapat memberi masalah sepanjang hari karena menyebabkan cepat lelah, sulit berkonsentrasi, lekas marah dan 2.5 kali lebih sering mengalami kecelakaan lalu lintas dibanding orang yang cukup tidur (Iskandar Japardi, 2002). Peningkatan kejadian kecelakaan lalu lintas juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan koordinasi motorik sebagai akibat dari pemberian obat-obat yang mendepresi SSP seperti obat hipnotik-sedatif yang biasa digunakan sebagai obat tidur untuk mengatasi insomnia (Rudi Salan, 1988). 1.2 Tujuan Tujuan yang diinginkan dalam penulisan makalah ini adalah 1.) Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing yaitu Ibu Kisdaryeti APT MARS , serta untuk menambah wawasan mengenai masalah insomnia. 2.) Mengetahui dampak insomnia terhadap kesehatan. 3.) Mengetahui cara penanganan insomnia baik penanganan secara farmakologik maupun nonfarmakologi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Insomnia Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia

Upload: taufik-ghockil-zlaluw

Post on 05-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah insomnia

TRANSCRIPT

makalah insomnia "farmakologi"BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur yang lelap dan nyenyak tanpa gangguan menjadi kebutuhan manusia yang penting, sama pentingnya dengan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal dan lain- lain. Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan mengantuk sepanjang hari esoknya, sehingga mengantuk (insomnia) merupakan faktor risiko untuk terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina dan secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang. Kita menggunakan sekitar sepertiga waktu dalam hidup kita untuk tidur. Itu berarti bahwa sebagian besar orang hidup hampir 3.000 jam per tahun, untuk banyak orang. Tidur bersifat memberikan energi, baik secara mental maupun fisik, sayangnya sebagian besar orang tidak mendapatkan tidur yang cukup (V.Mark Durand & David H. Barlow, 2002). Insomnia adalah gangguan tidur yang paling sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian di Jakarta tahun 1988 terhadap 2500 siswa SLTP Negeri, sekitar 31 % mengalami insomnia. Di Skotlandia, 45% dari wanita yang berusia lebih dari 75 tahun mempunyai kebiasaan makan obat tidur secara teratur (Satya Joewaran,1988). Hal yang meresahkan, insomnia dapat memberi masalah sepanjang hari karena menyebabkan cepat lelah, sulit berkonsentrasi, lekas marah dan 2.5 kali lebih sering mengalami kecelakaan lalu lintas dibanding orang yang cukup tidur (Iskandar Japardi, 2002). Peningkatan kejadian kecelakaan lalu lintas juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan koordinasi motorik sebagai akibat dari pemberian obat-obat yang mendepresi SSP seperti obat hipnotik-sedatif yang biasa digunakan sebagai obat tidur untuk mengatasi insomnia (Rudi Salan, 1988). 1.2 Tujuan Tujuan yang diinginkan dalam penulisan makalah ini adalah 1.) Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing yaitu Ibu Kisdaryeti APT MARS , serta untuk menambah wawasan mengenai masalah insomnia. 2.) Mengetahui dampak insomnia terhadap kesehatan. 3.) Mengetahui cara penanganan insomnia baik penanganan secara farmakologik maupun nonfarmakologi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Insomnia Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat tidur kembali (Potter, 2005). Banyak penderita insomnia tergantung pada obat tidur dan zat penenang lainnya untuk bisa beristirahat. Semua obat sedatif memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan psikologis berupa anggapan bahwa mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut Untuk menyembuhkan insomnia, maka terlebih dahulu harus dikenali penyebabnya. Artinya, kalau disebabkan penyakit tertentu, maka untuk mengobatinya maka penyakitnya yang harus disembuhkan terlebih dahulu (Aman, 2005). 2.2 Penyebab insomnia Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan. Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut; dan seringkali timbul bersamaan dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan. Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah. Dengan bertambahnya usia, waktu tidur cenderung berkurang. Stadium tidur juga berubah, dimana stadium 4 menjadi lebih pendek dan pada akhirnya menghilang, dan pada semua stadium lebih banyak terjaga. Perubahan ini, walaupun normal, sering membuat orang tua berfikir bahwa mereka tidak cukup tidur. Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut. Beberapa orang tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian dan sulit untuk tertidur kembali. Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur. Terbangun pada dini hari, pada usia berapapun, merupakan pertanda dari depresi. Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami irama tidur yang terbalik, mereka tertidur bukan pada waktunya tidur dan bangun pada saatnya tidur. Sebab-sebab terjadinya insomnia antara lain : a. Suara atau bunyi : Biasanya orang dapat menyesuaikan dengan suara atau bunyi sehingga tidak mengganggu tidurnya. Misalnya seseorang yang takut diserang atau dirampok, pada malam hari terbangun berkali-kali hanya suara yang halus sekalipun. b. Suhu udara : Kebanyakan orang akan berusaha tidur pada suhu udara yang menyenangkan bagi dirinya. Bila suhu udara rendah memakai selimut dan bila suhu tinggi memakai pakaian tipis, insomnia ini sering dijumpai didaerah tropik. c. Tinggi suatu daerah ; Insomnia merupakan gejala yang sering dijumpai pada mountain sickness (mabuk udara tipis), terjadi pada pendaki gunung yang lebih dari 3500 meter diatas permukaan air laut. d. Penggunaan bahan yang mengganggu susunan saraf pusat : insomnia dapat terjadi karena penggunaan bahan-bahan seperti kopi yang mengandung kafein, tembakau yang mengandung nikotin dan obatobat pengurus badan yang mengandung anfetamin atau yang sejenis. e. Penyakit psikologi : Beberapa penyakit psikologi ditandai antara lain dengan adanya insomnia seperti pada gangguan afektif, gangguan neurotic, beberapa gangguan kepribadian, gangguan stress pascatrauma dan lain-lain (Joewana, 2006). 2.3 Tipe-tipe insomnia Insomnia terdiri atas tiga tipe : a. Tidak bisa masuk atau sulit masuk tidur yang disebut juga insomnia inisial dimana keadaan ini sering dijumpai pada orang-orang muda. Berlangsung selama 1-3 jam dan kemudian karena kelelahan ia bisa tertidur juga. Tipe insomnia ini bisa diartikan ketidakmampuan seseorang untuk tidur. b. Terbangun tengah malam beberapa kali, tipe insomnia ini dapat masuk tidur dengan mudah, tetapi setelah 2-3 jam akan terbangun dan tertidur kembali, kejadian ini dapat terjadi berulang kali. Tipe insomnia ini disebut jaga intermitent insomnia. c. Terbangun pada waktu pagi yang sangat dini disebut juga insomnia terminal, dimana pada tipe ini dapat tidur dengan mudah dan cukup nyenyak, tetapi pada saat dini hari sudah terbangun dan tidak dapat tidur lagi (Erry 2000) 2.4 Dampak Insomnia Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, antara lain : a. Efek fisiologis : Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress b. Efek psikologis : Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, kehilangan motivasi, depresi dan lain-lain. c. Efek fisik/somatic : Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi dan sebagainya. d. Efek sosial : Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga. e. Kematian orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Pola ini dapat menjadi tetap dari waktu ke waktu, dan pasien dapat mengalami insomnia, berulang terus-menerus. Semakin besar usaha yang dikeluarkan dalam mencoba untuk tidur, tidur menjadi lebih sulit diperoleh. Menonton jam saat setiap menit dan jam berlalu hanya meningkatkan perasaan terdesak dan usaha untuk tertidur. Tempat tidur akhirnya dapat dipandang sebagai medan perang, dan tidur lebih mudah dicapai dalam lingkungan yang asing. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang mengindiksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang yang normal (Turana, 2007). 2.5 Penanganan Insomnia Menurut Saimak T. Nabili, penanganan insomnia dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan non-pharmacologic / non-medical dan pendekatan pharmacologic / medical. Pendekatan non pharmacologic meliputi: sleep hygiene, relaxation therapy, stimulus control, dan sleep restriction. Pendekatan-pendekatan ini mengacu pada terapi cognitive behaviour. Dan ada juga terapi gizi yang dikemukakan oleh Prof. DR. Ali Khomsan. Sleep Hygiene: meliputi beberapa langkah sederhana untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur, antara lain: Tidur secukupnya, sesuai waktu yang butuhkan untuk beristirahat; jangan tidur berlebihan! Berolahraga secara teratur sedikitnya 20 menit setiap hari, paling baik dilakukan 4-5 jam sebelum waktu tidur. Hindari olahraga berat sebelum tidur. Hindari memaksakan diri untuk tidur Tetapkan jadwal tidur dan bangun setiap hari secara teratur (misalnya: tidur jam 10 malam dan bangun jam 5 pagi) Jangan minum minuman berkafein setelah sore (teh, kopi, soft drink, dsb) atau hentikan minum minuman berkafein 8 jam sebelum waktu tidur. selain itu kurangi penggunaan kafein. Hindari atau minum alkohol sebelum tidur. Jangan merokok, terutama di malam hari. Merokok menjelang tidur dapat memicu insomnia. Selain itu, sangat baik untuk mengurangi merokok. Jangan pergi tidur dalam keadaan lapar namun juga hindari makanan berat dan minum berlebihan sebelum waktu tidur - hentikan makan dan mencamil 1 jam sebelum waktu tidur. Sesuaikan suasana di ruangan tidur (penerangan, temperatur, bunyi-bunyian, dsb). Jangan pergi tidur bersama dengan kekhawatiran anda; usahakan untuk menyelesaikannya sebelum anda pergi tidur Relaxation Therapy: teknik ini melatih otot-otot dan pikiran menjadi relax dengan cara yang cukup sederhana seperti: meditasi dan relaksasi otot atau mengurangi cahaya penerangan, dan memutar music yang menyejukkan tepat sebelum anda pergi tidur. Stimulus Control: meliputi beberapa langkah sederhana yang dapat membantu pasien dengan chronic insomnia, antara lain: Beranjak tidur ketika anda merasa mengantuk. Jangan menonton TV, membaca, makan, mengerjakan tugas, atau memikirkan kekhawatiran anda di tempat tidur. Tempat tidur hanya boleh digunakan untuk tidur dan melakukan aktivitas seksual. Jika anda tidak tertidur setelah 30 menit beranjak ke tempat tidur, maka bangunlah dan pergi ke ruangan lain kemudian lanjutkanlah teknik relaksasi anda. Aturlah alarm jam anda untuk bangun pada waktu yang telah anda tentukan setiap pagi, lakukan ini bahkan ketika weekends/ akhir pekan. Jangan tidur berlebihan! Hindari tidur terlalu lama di siang hari. Batasi tidur siang anda kurang dari 15 menit kecuali atas arahan dokter. Jika memungkinkan, pilihlah untuk menghindari tidur siang karena ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur anda di malam hari. Kecuali untuk kasus ganguan tidur tertentu yang justru bisa mendapatkan keuntungan dari tidur siang - diskusikan issue ini bersama dokter anda. Sleep Restriction: membatasi waktu anda di tempat tidur hanya untuk tidur dapat meningkatkan kualitas tidur anda. Atur waktu tidur dan bangun secara rigid dan paksakan diri untuk bangun ketika sudah waktunya sekalipun anda masih mengantuk. Ini akan membuat anda tidur dengan lebih baik di malam sesudahnya sebagai ganti gangguan tidur yang anda alami di malam sebelumnya. Penanganan sederhana lainnya yang dapat dilakukan, antara lain: Terapi Gizi. Menurut Prof. DR. Ali Khomsan, makanan dan minuman yang dianjurkan dalam rangka menangani insomnia adalah: Asupan gizi magnesium dan kalsium cukup dapat menangkal imsonia dan mengurangi kecemasan atau stress. Konsumsi karbohidrat kompleks seperti crackers, atau bagel dapat merangsang rasa kantuk dan membantu anda tidur. Segelas susu hangat dan madu dapat membuat tidur menjadi lelap. Makan lettuce atau selada di malam hari dapat mempercepat kantuk. Pendekatan pharmacologic / medical berarti penanganan insomnia dengan menggunaan obat-obatan dan terapi medis. Beberapa jenis obat yang digunakan dalam menangani insomnia antara lain: Benzodiazepine sedatives - dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur selama menggunakan pengobatan ini. Penggunaannya hendak dibatasi sampai 1-3 malam dan tidak lebih dari 1 2 minggu untuk memperkecil resiko toleransi dan ketergantungan. Nonbenzodiazepine sedatives; Ramelteon (Rozerem) - obat yang digunakan untuk menstimulasi Melatonin receptors. melatonin - dikeluarkan oleh kelenjar pineal dalam tubuh dan mulai mengalir ketika sinar matahari / cahaya meredup / gelap, fungsinya adalah untuk memerintahkan tubuh untuk istirahat. Beberapa antidepressant - secara umum tidak terlalu membantu untuk insomnia tanpa depresi;. Antihistamines - menyebabkan kantuk tapi tidak meningkatkan tidur dan tidak tidak dapat digunakan untuk menangani chronic insomnia. Valeriana officinalis (Valerian) - pengobatan herbal yang digunakan di United States namun belum ada penelitian yang mampu menunjukkan manfaat nyatanya pada pasien yang mengalami chronic insomnia. 2.6 Pengobatan Insomnia Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia. Orang tua yang mengalami perubahan tidur karena bertambahnya usia, biasanya tidak memerlukan pengobatan, karena perubahan tersebut adalah normal.Penderita insomnia hendaknya tetap tenang dan santai beberapa jam sebelum waktu tidur tiba dan menciptakan suasana yang nyaman di kamar tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik. Jika penyebabnya adalah stres emosional, diberikan obat untuk mengurangi stres. Jika penyebabnya adalah depresi, diberikan obat anti-depresi. Jika gangguan tidur berhubungan dengan aktivitas normal penderita dan penderita merasa sehat, bisa diberikan obat tidur untuk sementara waktu. Alternatif lain untuk mengatasi insomnia tanpa obat-obatan adalah dengan terapi hipnosis atau hipnoterapi. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Tidur menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam hidup ini, karena dengan tidur akan memberikan tubuh kesempatan untuk beristirahat memulihkan kondisi lelah. Faktanya, kebanyakan orang dari berbagai usia mengalami masalah tidur seperti kurang tidur, tidur kurang nyaman, berulang kali terjaga ketika tidur atau bahkan susah tidur. Gangguan tidur seperti ini disebut insomnia. Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan. Salah satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi kognitif.Dalam terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur. Menurut Saimak T. Nabili, penanganan insomnia dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan non-pharmacologic / non-medical dan pendekatan pharmacologic / medical. Pendekatan non pharmacologic meliputi: sleep hygiene, relaxation therapy, stimulus control, dan sleep restriction. Pendekatan-pendekatan ini mengacu pada terapi cognitive behaviour. Dan ada juga terapi gizi yang dikemukakan oleh Prof. DR. Ali Khomsan. Pendekatan pharmacologic / medical berarti penanganan insomnia dengan menggunaan obat-obatan dan terapi medis. Beberapa jenis obat yang digunakan dalam menangani insomnia antara lain yaitu Benzodiazepine sedatives, Nonbenzodiazepine sedatives, beberapa antidepressant, Antihistamines, dan Valeriana officinalis (Valerian). 3.2 Saran Adapun saran kami sebagai penyusun, yaitu diharapkan setelah membaca makalah ini masyarakat dapat lebih mengetahui tentang penyakit insomnia dan tahu tentang penyebab serta penanganannya. Dengan mengetahui penyebab dari penyakit ini kita dapat lebih menjaga pola hidup kita dengan tidak terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kafein, tembakau yang mengandung nikotin dan obat - obat pengurus badan yang mengandung anfetamin atau yang sejenis. Serta menjaga kesehatan fisik baik dengan olahraga secara teratur dan mengkonsumsi makanan bergizi, tubuh akan lebih kebal terhadap penyakit penyakit yang dapat menyerang disaat cuaca buruk. DAFTAR PUSTAKA Amir, Nurmiati. (October 19, 2008). "Tata Laksana Insomnia Insomnia Bisa Terjadi Pada Semua Lapisan Usia, Tak Terkecuali Anak-Anak." Republika Online. This data retrieved June 09, 2009 from http://www.republika.co.id/koran/104/8619/Tata_Laksana_Insomnia Carr, Nick. "The Function of Sleep." ABC. This data retrieved June 09, 2009 from http://www.abc.net.au/dimensions/dimensions_health/Transcripts/s859047.htm Healthcommunities. (Jan 02, 2000). "Sleep Disorders: Overview." Healthcommunities. This data retrieved June 09, 2009 from http://www.neurologychannel.com/sleepdisorders/types.shtml Healthcommunities. (Jan 02, 2000). "Sleep Disorders: Types of Sleep Disorders." Healthcommunities. This data retrieved June 09, 2009 from http://www.neurologychannel.com/sleepdisorders/types.shtml Iskandar, Yul. (2009). "Konsultasi Terapi Insomnia." Bisnis Indonesia Online >> Konsultasi. This data retrieved June 09, 2009 from http://web.bisnis.com/konsultasi/4id293.html Khomsan, Ali. "Terapi Gizi untuk Insomnia." Departemen Kesehatan Republik Indonesia. This data retrieved June 09, 2009 from http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=51&Itemid=3