makalah ikm poned dan ponek.docx
TRANSCRIPT
MAKALAH IKM PONED DAN PONEK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini.Dan tidak lupa pula kami panjatkan syukur kami kepada nabi Muhammad saw
yang telah membawa kami dari alam kebodohan menjadi alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.Tak lupa pula kami berterimakasih kepada pembimbing
kami yang telah memberikan ilmu dalam mata kuliah ini.
Dalam makalah ini kami membahas tentang “PONED DAN PONEK ” Kami selaku
penyusun makalah ini berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan
dalam perkuliahan.
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sangat sempurna oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca supaya
makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, merupakan suatu masalah
yang sejak tahun 1990-an mendapat perhatian besar dari berbagai pihak. AKI di Indonesia
tahun 2003 adalah 307/100.000 kelahiran hidup dan penurunan AKI pada tahun tersebut
mencapai 32% dari kondisi tahun 1990. Keadaan ini masih jauh dari target harapan yaitu
75% atau 125/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 35/1000
kelahiran hidup pada tahun 2010 (Dinas kesehatan Provinsi Lampung, 2006 : 1).Penyebab
kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak tertangani
dengan baik dan tepat waktu. Menurut data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2001 sebab kematian ibu karena perdarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi 11%, komplikasi
puerperium 8%, emboli Obstetri 3% dan lain-lain 11%. Sedangkan penyebab kematian
neonatal karena BBLR 29%, asfiksia 27%, masalah pemberian minum 10%, tetanus 10%,
gangguan hematologi 6%, infeksi 5% dan lain-lain 13% (Rachmawaty, 2006 : 1)Upaya
menurunkan AKI dan AKB beberapa upaya telah dilakukan. Upaya tersebut diantaranya
adalah mulai tahun 1987 telah dimulai program safe motherhood dan mulai tahun 2001 telah
dilancarkan Rencana Strategi Nasional making pregnancy safer (MPS). Adapun pesan kunci
MPS adalah : (1) Setiap persalinan, ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih; (2) Setiap
komplikasi Obstetri dan neonatal mendapatkan pelayanan yang adekuat; (3) Setiap wanita
usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan
penanganan komplikasi keguguran. Realisasi dari MPS tersebut di tingkat Puskesmas yang
mempunyai dokter umum dan bidan, khususnya puskesmas dengan rawat inap dikembangkan
menjadi Puskesmas mampu memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) (Koesno, 2004 : 3).Puskesmas mampu PONED menjadi tempat rujukan terdekat
dari desa sebagai pembina bidan dan mendekatkan akses pelayanan kegawatdaruratan pada
ibu hamil dan bersalin karena komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak dapat diduga
atau diramalkan sebelumnya (Dinas Kesehatan Provinsi 2006 : 1). Pengembangan Puskesmas
mampu PONED dengan melatih tenaga dokter, perawat dan bidan serta melengkapi sarana
dan prasarana sesuai syarat-syarat yang telah ditetapkan diharapkan dapat mencegah dan
menangani komplikasi kehamilan dan persalinan sehingga dapat menurunkan AKI dan AKB.
Puskesmas Perawatan Panjang Kota dengan cakupan ibu hamil resiko tinggi 228 orang dari
1140 ibu hamil pada tahun 2006, (Laporan Puskesmas Rawat Inap KP Kotamadya Bandar
Lampung 2007 : 1). Maka dari hasil evaluasi tahun 2006 Puskesmas Panjang ditunjuk untuk
dikembangkan menjadi Puskesmas mampu PONED sejak bulan Oktober 2006 (Laporan
Puskesmas Perawatan Panjang 2006 : Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis
tertarik untuk menulis makalah yang berjudul Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) di Puskesmas
BAB II
PEMBAHASAN
A. PELAYANAN OBSTETRI NEONATUS ESENSIAL DASAR (PONED)
1. PENGERTIAN PONED
PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar.
PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang
boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED Puskesmas beserta
penanggung jawab terlatih.
Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar dapat dilayani oleh puskesmas yang
mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penangan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal dasar. Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan
antara kasus-kasus rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non
perawatan disipakan untuk mealkukuan pertolongan pertama gawat darurat obstetri dan
neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan PONED.
2. BATASAN DALAM PONED
Dalam PONED bidan boleh memberikan
a. Injeksi antibiotika
b. Injeksi uterotonika
c. Injeksi sedative
d. Plasenta manual
e. Ekstraksi vacuum
f. Tranfusi darah
g. Operasi SC
3. INDIKATOR KELANGSUNGAN DARI PUSKESMAS PONED
a. Kebijakan tingkat PUSKESMAS
b. SOP (Sarana Obat Peralatan)
c. Kerjasama RS PONED
d. Dukungan Diskes
e. Kerjasama SpOG
f. Kerjasama bidan desa
g. Kerjasama Puskesmas Non PONED
h. Pembinaan AMP
i. Jarak Puskesmas PONED dengan RS
4. TUJUAN PONED
PONED diadakan bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih dari 2 untuk
memutuskan mata rantai rujukan itu sendiri.
5. HAMBATAN DAN KENDALA DALAM PENYELENGGARAAN PONED
Hambatan dan kendala dalam penyelenggaraan PONED dan yaitu :
Mutu SDM yang rendah
Sarana prasarana yang kurang
Ketrampilan yang kurang
Koordinasi antara Puskesmas PONED dan RS PONEK dengan Puskesmas Non PONED belum
maksimal
Kebijakan yang kontradiktif (UU Praktek Kedokteran)
Pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum memadai
6. TUGAS PUSKESMAS PONED
Menerima rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya, Puskesmas pembantu dan Pondok
bersalin Desa
Melakukan pelayanan kegawatdaruratan obstetrik neonatal sebatas wewenang
Melakukan rujukan kasus secara aman ke rumah sakit dengan penanganan pra hospital.
7. SYARAT PUSKESMAS PONED
Pelayanan buka 24 jam
Mempunyai Dokter, bidan, perawat terlatih PONED dan siap melayani 24 jam
Tersedia alat transportasi siap 24 jam
Mempunyai hubungan kerjasama dengan Rumah Sakit terdekat dan Dokter Spesialis Obgyn
dan spesialis anak sebagai
8. PETUGAS PELAKSANA PONED
a. Dokter umum 2 orang
b. Bidan 8 orang
c. Perawat
d. Petugas yang telah mendapat pelatihan PONED
9. PELAYANAN YANG DILAKSANAKAN
Pelayanan PONED
Pelayanan KIA/KB
Pelayanan ANC & PNC
Pertolongan Persalinan normal
Pendeteksian Resiko tinggi Bumil
Penatalaksanaan Bumil Resti
Perawatan Bumil sakit
Persalinan Sungsang
Partus Lama
KPD
Gemeli
Pre Eklamsia
Perdarahan Post Partum
Ab. Incomplitus
Distosia Bahu
Asfiksia
BBLR
Hypotermia
Komponen pelayanan maternal
o Pre eklamsia/eklamsia
o Tindakan obstetri pada pertolongan persalinan
o Perdarahan postpartum
o Infeksi nifas
Komponen pelayanan neonatal
o Bayi berat lahir rendah
o Hipotermi
o Hipoglikemi
o Ikterus/hiperbilirubinemia
o Masalah pemberian nutrisi
o Asfiksia pada bayi
o Gangguan nafas
o Kejang pada bayi baru lahir
o Infeksi neonatal
o Rujukan dan transportasi bayi baru lahir
10. FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN PONED PUSKESMAS ANTARA LAIN
a. Adanya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JKRS, Jamkesmas)
b. Sistem rujukan yang mantap dan berhasil
c. Peran serta aktif bidan desa
d. Tersedianya sarana/prasarana, obat dan bahan habis pakai
e. Peran serta masyarakat, LSM, lintas sektoral dan Stage Holder yang harmonis.
f. Peningkatan mutu pelayanan perlu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi serta kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan standart
pelayanan minimal.
B. PELAYANAN OBSTETRIC DAN NEONATAL EMERGENCY KOMPREHENSIF
( PONEK )
Kegiatannya disamping mampu melaksanakan seluruh pelayanan PONED, di RS
kabupaten/kota untuk aspek obstetric , ditambah dengan melakukan transfusi dan bedah
sesar. Sedangkan untuk aspek neonatus ditambah dengan kegiatan PONEK (Pelayanan
obstetric dan neonatal emergensi komprehensif)
Kegiatannya disamping mampu melaksanakan seluruh pelayanan PONED, di RS
kabupaten/kota untuk aspek obstetric , ditambah dengan melakukan transfusi dan bedah
sesar. Sedangkan untuk aspek neonatus ditambah dengan kegiatan (tidak berarti perlu NICU)
setiap saat. PONEK dilaksanakan di RS kabupaten/kota dan menerima rujukan dari oleh
tenaga atau fasilitas kesehatan di tingkat desa dan masyarakat atau rumah sakit.
STRATEGI PELAKSANAAN
Melaksanakan Perlindungan Ibu dan Bayi secara terpadu dan paripurna melalui 10 (sepuluh)
langkah sebagai berikut :
1. Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan kesehatan ibu dan
bayi termasuk pemberian ASI eksklusif dan Perawatan Metode Kangguru (PMK) untuk bayi
Berat Badan Lahir Rendah.
2. Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan maternal dan neonatal
3. Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi baru lahir dengan
Inisiasi menyusu dini dan kontak kulit ibu-bayi.
4. Menyelenggarakan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
5. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk membantu ibu
menyusui yang benar, dan pelayanan neonatus sakit
6. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan pelayanan ibu
dan bayi dengan sarana kesehatan lain.
7. Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang
8. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
lainnya
9. Menyelenggarakan Audit Maternal dan Perinatal Rumah Sakit secara periodik dan tindak
lanjut
10. Memberdayakan Kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti pemberian ASI eksklusif
dan PMK.
LINGKUP PELAYANAN RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM
Upaya Pelayanan PONEK :
1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitif
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan
3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi, dan sektio saesaria
4. Perawatan intensif ibu dan bayi.
5. Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi Ruang lingkup pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal pada PONEK terbagi atas 2 kelas, antara lain :
KRITERIA UMUM RUMAH SAKIT PONEK
Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi baik secara umum
maupun emergency obstetrik – neonatal.
Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK di rumah sakit meliputi
resusitasi neonatus, kegawat-daruratan obstetrik dan neonatus.
Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan dan penanganan pasien kegawat-
daruratan obstetrik dan neonatal.
Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal.
Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu.
Mempunyai standar respon time di UGD selama 10 menit, di kamar bersalin kurang dari 30
menit, pelayanan darah kurang dari 1 jam.
Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan operasi, bila ada kasus
emergensi obstetrik atau umum.
Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu kurang dari 30
menit.
Memiliki kru/awak yang siap melakukan operasi atau melaksanakan tugas sewaktu-
waktu,meskipun on call.
Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain dokter kebidanan,
dokter anak, dokter / petugas anestesi, dokter penyakit dalam, dokter spesialis lain serta
dokter
umum, bidan dan perawat.
Tersedia pelayanan darah yang siap 24 jam.
Tersedia pelayanan penunjang lain yang berperan dalam PONEK, seperti Laboratorium dan
Radiologi selama 24 jam, recovery room 24 jam, obat dan alat penunjang yang selalu siap
tersedia.
Perlengkapan
Semua perlengkapan harus bersih (bebas, debu, kotoran, bercak, cairan dll)
Permukaan metal harus bebas karat atau bercak
Semua perlengakapan harus kokoh (tidak ada bagian yang longgar atau tidak stabil)
Permukaan yang dicat harus utuh dan bebas dari goresan besar
Roda perlengkapan (jika ada) harus lengkap dan berfungsi baik
Instrumen yang siap digunakan harus disterilisasi
Semua perlengkapan listrik harus berfungsi baik (saklar, kabel dan steker menempel kokoh)
Bahan
Semua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup
untuk memenuhi kebutuhan unit ini.
KRITERIA KHUSUS
. SUMBER DAYA MANUSIA
Memiliki tim PONEK esensial yang terdiri dari :
1 dokter Spesialis Kebidanan Kandungan
1 dokter spesialis anak
1 dokter di Unit Gawat Darurat
3 orang bidan ( 1 koordinator dan 2 penyelia)
2 orang perawat
Tim PONEK Ideal ditambah :
1 Dokter spesialis anesthesi / perawat anesthesi
6 Bidan pelaksana
10 Perawat (tiap shift 2-3 perawat jaga)
1 Petugas laboratorium
1 pekarya kesehatan
1 Petugas administrasi
PRASARANA DAN SARANA
Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaranaan PONEK harus dipenuhi hal-
hal sebagi berikut :
Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap
Ruang pulih / observasi pasca tindakan
Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi internal
a. Kriteria Umum Ruangan :
1. Struktur Fisik
Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20 m
Lantai harus porselen atau plastic
Dinding harus dicat dengan bahan yang bisa dicuci atau dilapis keramik.
2. kebersihan
Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran bdapat terlihat dengan mudah
Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah rumah sakit
Hal tersebut berlaku pula untuk Lantai, mebel, perlengkapan, instrumen, pintu,
jendela,dinsing, steker listrik dan langit-langit.
3. Pencahayaan
Pencahayaan harus terang dan cahaya alami atau listrik
Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar seranggga tidak masuk
Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan semua lampu
berfungsi baik
Tersedia peralatan gawat darurat
Harus ada cukup lampu untuk setiap neonates
4. Ventilasi
Ventilasi, termasuk jendela, harus cukup jika dibandingkan dengan ukuran ruang.
Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik.
Suhu ruangan harus dijaga 24-26 C.
Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri).
5. Pencucian tangan
Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau disinfektan yang dikendalikan dengan
siku atau kaki.
Wastafel, keran dan dispenser harus dipasang pada ketinggian yang sesuai (dari lantai dan
dinding).
Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka.
Pasokan air panas harus cukup dan dilengkapi pemanas air yang dipasang kokoh di dinding,
pipa ledeng sesuai dan tidak ada kawat terbuka.
Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu untuk mengeringkan tangan, diletakkan di sebelah
Westafel.
b. Kriteria Khusus Ruangan
1. Area Cuci Tangan di ruang di Ruang Obstetri dan Neonatus
Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur adalah 6 meter dengan
wastafel
2). Area resusitasi dan stabilisasi di Ruang Obstetri dan Neonatus / UGD
2. Paling kecil, ruangan berukuran 6 meter dan ada di dalam Unit Perawatan Khusus.
3. Kamar PONEK di unit gawat darurat harus terpisah dari kamar gawat darurat lain. Sifat
privasi ini penting untuk kebutuhan perempuan bersalin dan bayI
Tujuan kamar ini ialah : memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi kondisi
pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermia, asfiksia dan apabila perlu menolong partus
darurat serta resusitasi
Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, dan inkubator.
Kamar PONEK membutuhkan :
ruang berukuran 15 m
berisi : lemari dan torli darurat
tempat tidur bersalin serta tiang infus.
inkubator transport
pemancar panas
meja , kursi
aliran udara bersih dan sejuk
pencahayaan
lampu sorot dan lampu darurat
Mesin isap
Defibrillator
oksigen dan tabungnya atau berasal dari sumber dinding (outlet)
lemari isi: perlengkapan persalinan, vakum, vorsep, kuret, obat/infus.
alat resusitasi dewasa dan bayi
wastafel dengan air mengalir dan antiseptic
alat komunikasi dan telepon ke kamar bersalin
nurse station dan lemari rekam medic
USG mobile.
Dukungan Pihak Terkait
Dalam pengembangan PONEK harus melibatkan secara aktif pihak-pihak
terkait, seperti :
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
Rumah Sakit Kabupaten/ Kota
Organisasi Profesi : IBI. IDAI, POGI, IDI
Lembaga swadaya masyarakat (LSM)
PENCATATAN
Dalam pelaksanaan PONEK ini, diperlukan pencatatan yang akurat baik ditingkat Kabupaten/
Kota (RS PONEK)
Format-format yang digunakan adalah yang sudah baku seperti :
Pencatatan System Informasi manajemen Puskesmas (SP2PT)
KMS ibu hamil/ buku KIA
Register Kohort Ibu dan Bayi
Partograf
Format-format AMP
Tingkat Rumah Sakit
1. Formulir Maternal dan Neonatal (Form MP)
Formulir ini mencatat data dasar semua ibu bersalin/ nifas dan bayi baru lahir yang masuk ke
RS. Pengisiannya dapat dilakukan oleh bidan atau perawat.
2. Formulir Medical Audit (Form MA)
Form ini dipakai untuk menulis hasil/ kesimpulan data dari audit maternal dan audit neonatal.
Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas di bagian kebidanan dan kandungan
(untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus anak neonatal).
PELAPORAN
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang dengan menggunakan format yang
terdapat pada buku pedoman AMP, yaitu :
a. Laporan dari RS Kabupaten/ Kota ke Dinkes Kabupaten/ kota (Form RS)
Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab kematian)
ibu dan bayi baru lahir.
Laporan dari puskesmas ke Dinkes Kabupaten/ Kota (Form Puskesmas).
Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas dan jumlah kasus yang dirujuk
ke RS Kabupaten/ Kota.
b. Laporan dari Dinkes kabupaten/ Kota ke tingkat propinsi/ Dinkes Propinsi. Laporan triwulan
ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan neonatal yang ditangani oleh RS kabupaten/ Kota
dan puskesmas, serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi/ gangguan.
PEMANTAUAN
Pemantauan dilakukan oleh institusi yang berada secara fungsional satu tingkat
diatasnya secara berjenjang dalam satu kesatuan system.
Hasil pemantauan harus dimanfaatkan oleh unit kesehatan masing-masing dan menjadi dasar
untuk melakukan perbaikan serta perencanaan ulang manajemen pelayanan melalui :
Pemanfaatan laporan
Laporan yang diterima bermanfaat untuk melakukan penilaian kinerja dan pembinaan
Umpan Balik
Hasil analisa laporan dikirimkan sebagai umpan balik dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota ke RS PONEK atau disampaikan melalui pertemuan
Review Program Kesehatan Ibu dan Anak secara berkala di Kabupaten/ Kota dengan
melibatkan ketiga unsur pelayanan kesehatan tersebut diatas. Umpan balik dikirimkan
kembali dengan tujuan untuk melakukan tindak lanjut terhadap berbagai masalah yang
ditemukan dalam pelaksanaan PONEK.
EVALUASI
Evaluasi pelaksanaan pelayanan PONEK/ dilakukan secara berjenjang dan dilaksanakan pada
setiap semester dalam bentuk evaluasi tengah tahun dan akhir tahun. Kegiatan evaluasi
dilakuan melalui pertemuan evaluasi Kesehatan Ibu dan Anak.Hasil evaluasi disampaikan
melalui Pertemuan Pemantapan Sistem Rujukan kepada pihak yang terkait baik lintas
program maupun lintas sektoral dalam untuk dapat dilakukan penyelesaian masalah dan
rencana tindak lanjut.
Beberapa aspek yang dievaluasi antara lain :
Masukan (input)
Tenaga
Dana
Sarana
Obat dan alat
Format pencatatan dan pelaporan
Prosedur Teta PONEK
Jumlah dan kualitas pengelolaan yang telah dilakukan termasuk Case Fatality Rate
Proses
Kualitas pelayanan yang diberikan
Kemampuan, ketrampilan dan kepatuhan tenaga pelaksana pelayanan terhadap Prosedur Tetap
PONEK
Frekuensi pertemuan Audit maternal Perinatal di Kabupaten/ Kota dalam satu tahun
Keluaran (output)
Kuantitas
o Jumlah dan jenis kasus PONEK yang dilayani
o Proporsi kasus terdaftar dan rujukan baru kasus PONEK di tingkat RS Kabupaten/ Kota
Kualits
o Case Fatality Rate
o Proporsi jenis morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar.
PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang
boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED Puskesmas beserta
penanggung jawab terlatih. Dalam PONED bidan boleh memberikan
Injeksi antibiotika
Injeksi uterotonika
Injeksi sedative
Plasenta manual
Ekstraksi vacuum
PONEK adalah Pelayan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif di Rumah
Sakit. Kegiatannya disamping mampu melaksanakan seluruh pelayanan PONED, di RS
kabupaten/kota untuk aspek obstetric , ditambah dengan melakukan transfusi dan bedah
sesar. Sedangkan untuk aspek neonatus ditambah dengan kegiatan (tidak berarti perlu NICU)
setiap saat. PONEK dilaksanakan di RS kabupaten/kota dan menerima rujukan dari oleh
tenaga atau fasilitas kesehatan di tingkat desa dan masyarakat atau rumah sakit.
B. SARAN
1. semoga makalah ini dapat menjadi literature dalam pembelajaran
2. semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang dapat menambah ilmu pengetahuan