makalah icofr

21
INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sistem Informasi dan Pengendalian Internal Disusun oleh : Akhmad Nurhadi Putranto Annisa Sabrina Djunaedy Irmayunita Dewi Aulia

Upload: annisa

Post on 30-Jan-2016

556 views

Category:

Documents


123 download

DESCRIPTION

Internal Control Over Financial Reporting

TRANSCRIPT

Page 1: makalah ICoFR

INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sistem Informasi dan Pengendalian Internal

Disusun oleh :

Akhmad Nurhadi Putranto

Annisa Sabrina Djunaedy

Irmayunita Dewi Aulia

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

DESEMBER 2014

Page 2: makalah ICoFR

INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING

A. Definisi Internal Control over Financial Reporting

Sistem pengendalian internal (internal control system) adalah

Internal control yang berkaitan dengan pelaporan keuangan disebut denga internal

control over financial reporting (IcoFR). ICoFR didefinisikan sebagai kebijakan-kebijakan

dan rangkaian prosedur serta tata kerja terkait proses pelaporan keuangan untuk menjamin

tersusunnya laporan keuangan yang akurat, andal dan tepat waktu. Tujuan dari IcoFR ini

adalah agar memiliki keyakinan yang memadai bahwa proses pencatatan pada laporan

keuangan telah didukung dengan internal control yang efektif berdasarkan ketentuan yang

berlaku.

Dalam Exchange Act Rules 13a-15(f) dan 15d-15(f), Pengendalian Internal atas

pelaporan keuangan didefinisi sebagai suatu proses yang dirancang oleh, atau di bawah

pengawasan Direktur Utama dan Direktur Keuangan, dan dilakukan oleh Direksi,

manajemen, dan personel lainnya untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai

keandalan pelaporan keuangan dan penyusunan laporan keuangan konsolidasian untuk

keperluan eksternal sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan termasuk

kebijakan dan prosedur yang, (1) berkaitan dengan pengelolaan pencatatan secara rinci,

akurat dan wajar yang mencerminkan transaksi dan pelepasan aset Perusahaan, (2)

memberikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi dicatat secara semestinya untuk

memungkinkan penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian berdasarkan prinsip akuntansi

yang berlaku umum, dan bahwa pendapatan dan biaya Perusahaan diterima dan dikeluarkan

hanya berdasarkan kewenangan manajemen dan Direksi Perusahaan, dan (3) memberikan

keyakinan yang memadai mengenai pencegahan atau deteksi secara tepat waktu dalam hal

perolehan, penggunaan atau pelepasan aset Perusahaan yang tidak sah yang dapat

memberikan dampak material terhadap Laporan Keuangan Konsolidasian.

Munculnya IcoFR ini bermula dari adanya skandal akuntansi dan audit yang

meruntuhkan korporasi besar di Amerika Serikat : Enron Corp Wordcom, membuat

pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan regulasi atas praktek akuntansi dan audit pada

tanggal 30 Juli 2002 bernama The Public Company Accounting Reform and Investor

Protection Act. Kemudian sejalan dengan perkembangan usaha dan bisnis khususnya bagi

perusahaan yang menuju kelas dunia dan yang akan listed di pasar internasional, investir

sangat concern mengenai hasil audit independen atas efektivitas internal cotrol dalam

pelaporan keuangan.

Page 3: makalah ICoFR

Di Indonesia, hal lain yang menyebabkan mengapa perlu ICoFR adalah sebagai berikut:

1. Peraturan BPK RI no 1 tahun 2007, PSP 03 telah mengatur standar pelaporan pemeriksaan

keuangan, yang berkaitan pelaporan terhadap pengendalian internal, sehinga efektivitas

atas internal control pelaporan keuangan menjadi suatu keharusan bagi perusahaan

2. Untuk dapat mencegah kemungkinan adanya fraud

3. Adanya konvergensi IFRS, menyebabkan perlunya pengembangan internal control ini,

karena kebijakan akuntansi dan control, pengungkapan prosedur menjadi dasar pembuatan

rancangan risiko dan kontrol yang menyeluruh yang menggambarkan bagaimana setiap

hambatan dimitigasi, diotorisasi, dicatat, diproses, dan dilaporkan dalam laporan

keuangan.

B. Tanggung Jawab Manajemen, Dewan Direksi, dan Komite Audit dalam ICoFR

1. Manajemen Memiliki Tanggung jawab untuk ICFR

Seorang Chief Executive Officer (CEO) perusahaan memiliki tanggung jawab

keseluruhan untuk pengelolaan perusahaan, termasuk desain, implementasi, dan monitoring

dari ICFR dan pengendalian internal yang lebih luas. Sementara di banyak perusahaan

struktur manajemen bervariasi, Chief Financial Officer atauChief Accounting Officer dan

staf-nya memiliki tanggung jawab sehari-hari untuk ICFR. Sebagai masalah praktis, ICFR

sesungguhnya dilaksanakan oleh individu di seluruh perusahaan, dan yang penting bahwa

kompetensi dari individu terlatih pada keterlibatan desain dan pengawasan ICFR. Manajer di

semua tingkat perusahaan harus bertanggung jawab untuk operasi yang efektif dari kontrol di

area tanggung jawabnya masing-masing manajer. Setiap proses bisnis, seperti penjualan,

pembelian, dan proses manufaktur, harus tunduk pada kontrol/pengendalian yang dirancang

untuk memberikan keyakinan memadai bahwa proses beroperasi secara efektif dan catatan

secara akurat mencerminkan transaksi individual. Manajer unit bisnis juga bertanggungjawab

untuk menanamkan pada karyawan tentang pemahaman, dan menghormati,

kontrol/pengendalian yang terkait dengan kegiatan unit. Sebuah rincian control dalam satu

proses atau kegiatan dapat mengakibatkan terdeteksinya salah saji material, terlepas dari

efektivitas seluruh system kontrol.

2. Komite Audit, Dewan Direksi Memiliki Tanggung jawab Pengawasan terhadap ICoFR

Dewan direksi memiliki tanggung jawab pengawasan secara umum untuk semua

kegiatan perusahaan, termasuk penyusunan laporan keuangan dan desain serta pengendalian

operasi. Pengawasan dewan direksi untuk ICFR didelegasikan kepada komite audit, yang

Page 4: makalah ICoFR

memiliki tanggungjawab khusus untuk mengawasi pelaporan keuangan. Kegiatan komite

audit biasanya meliputi tinjauan terhadap penilaian risiko pelaporan keuangan; diskusi

dengan manajemen terkait kekurangan pengendalian yang signifikan dan dampak potensial

mereka pada pelaporan keuangan; dan evaluasi terhadap kualitas pelaporan keuangan dan

pengungkapan terkait. Para pejabat manajemen dengan tanggungjawabnya untuk ICFR

diharapkan untuk menjaga komite audit dengan memberitahu tentang operasi dan efektivitas

pengendalian. Jika perusahaan memiliki staf audit internal, pekerjaannya termasuk control

pengujian dan menginformasikan komite audit mengenai temuan terhadap ICFR. Komite

audit juga bertanggungjawab untuk mempekerjakan dan mengawasi kegiatan auditor

independen. Komunikasi auditor dengan komite audit merupakan sumber informasi yang

penting yang berkaitan dengan ICFR perusahaan. StandarThe Public Company Accounting

Oversight Board’s(PCAOB) yang mengharuskan auditor berkomunikasi dengan komite audit

mengenai gambaran dari strategi audit, yang biasanya juga mencakup diskusi tentang ICFR,

berdasarkan perencanaan audit kerja auditor.

C. Inherent Limitation of ICoFR

Berikut ini adalah keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian

interal:

1. Kesalahan dalam pertimbangan

Terkadang, manajemen dan personel lainnya dapat melakukan pertimbangan yang buruk

dalam membuat keputusan bisnis atau dalam melaksanakan tugas rutin karena informasi

yang tidak mencukupi, keterbatasan waktu, atau prosedur lainnya.

2. Gangguan

Hambatan dalam melaksanakan pengendalian dapat terjadi karena adanya gangguan ketika

personel salah memahami instruksi atau membuat kekeliruan akibat kecerobohan,

kebingungan, atau kelelahan. Perubahan sementara atau permanen dalam personel atau

dalam sistem atau prosedur juga dapat berkontribusi pada teradinya hambatan dalam

pelaksanaan pengendalian internal.

3. Kolusi

Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat kesepakatan secara

tersembunyi dalam melakukan perjanjian yang disertai dengan pemberian uang atau

fasilitas tertentu sebagai pelicin agar segala urusannya menjadi lancar. Individu yang

bertindak bersama, seperti karyawan yang melaksanakan suatu pengendalian penting

Page 5: makalah ICoFR

bertindak bersama dengan karyawan lain, konsumen atau pemasok, dapat melakukan

sekaligus menutupi kecurangan sehingga tidak dapat dideteksi oleh pengendalian internal.

4. Pengabaian dalam manajemen

Manajemen dapat mengesampingkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk tujuan tidak

sah seperti keuntungan pribadi atau presentasi mengenai kondisi keuangan suatu entitas

yang dinaikkan ( misal, menaikkan laba yang dilaporkan untuk menaikkan pembayaran

bonus atau nilai pasar dari saham entitas ). Praktik pengabaian termasuk membuat

penyajian yang salah dengan sengaja kepada auditor dan lainnya seperti menerbitkan

dokumen palsu untuk mendukung pencatatan transaksi penjualan fiktif

5. Biaya vs manfaat

Biaya pengendalian internal suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat yang

diharapkan untuk diperoleh. Karena pengukuran yang tepat baik dari biaya dan manfaat

biasanya tidak memungkinkan, manajemen harus membuat baik estimasi kuantitatif

maupun kualitatif dalam mengevaluasi hubungan antara biaya dan manfaat.

D. COSO Integrated Framework

Sistem pengendalian intern yang dianut pemerintah Indonesia salah satunya diadopsi

dari COSO (Commitee of Sponsoring Organization of Treadway Commision) yaitu komisi

yang bergerak di bidang manajemen organisasi. Tujuan dari Sistem Pengendalian Intern

secara umum akan membantu suatu organisasi mencapai tujuan operasional yaitu efektifitas

dan efisiensi kegiatan, keterandalan laporan keuangan, dan kepatuhan pada peraturan yang

berlaku. Sistem Pengendaian Intern perlu diketahui oleh seluruh komponen organisasi karena

sistem ini merupakan sistem yang terintegrasi dan merupakan tanggung jawab bersama untuk

mewujudkan tujuan organisasi.

Kerangka Pengendalian Internal-Terpadu COSO 2013 diterbitkan pada tahun 1992 oleh

COSO. Kemudian pada tanggal 14 Mei 2013, COSO merilis versi terbaru dari Kerangka

Pengendalian Internal-Terpadu. Kerangka baru COSO adalah hasil dari proyek multitahunan

yang signifikan, termasuk dua putaran paparan publik untuk meninjau, menyegarkan, dan

memodernisasi kerangka asli dengan memastikannya tetap relevan.

Para regulator dan stakeholder mempunyai ekspektasi tinggi mengenai pengawasan tata

kelola, manajemen risiko, dan pendeteksian serta pencegahan penyelewengan (fraud).

Sementara kemajuan telah dibuat dalam menghubungkan manajemen risiko dan praktik

pengendalian internal dalam mengejar tujuan strategis organisasi. Banyak perubahan sejak

Page 6: makalah ICoFR

tahun 1992, peningkatan risiko bisnis secara signifikan, sehingga kebutuhan akan kompetensi

dan akuntabilitas jauh lebih besar dari sebelumnya. Perbedaan dari kerangka tahun 1992 :

Kerangka asli termasuk diskusi panjang konsep pengendalian internal, yang sekarang

pengetahuan institusional.

Meskipun konsep prinsip-prinsip pengendalian internal telah tertanam dalam kerangka

asli, prinsip tersebut belum terinci.

Praktisi telah menggunakan kerangka pengendalian internal atas pelaporan keuangan

eksternal, namun kerangka ini meliputi tiga kategori utama, yaitu : tujuan termasuk

operasi, pelaporan secara keseluruhan, dan tujuan kepatuhan.

Dengan demikian, prinsip-prinsip yang mendasari perampingan kerangka asli yaitu:

1. meningkatkan fokus pada operasi,

2. pelaporan keuangan noneksternal, dan

3. tujuan kepatuhan.

Menurut COSO, “Pengendalian internal adalah suatu proses yang dilakukan oleh dewan

entitas direksi, manajemen, dan personil lainnya; dirancang untuk memberikan keyakinan

memadai tentang pencapaian tujuan yang berkaitan dengan operasi, pelaporan, dan

kepatuhan.”

Kerangka pengendalian internal tahun 2013 masih menggunakan tiga kategori tujuan

tersebut, dan terdiri dari lima komponen terpadu : lingkungan pengendalian, penilaian risiko,

aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Kerangka tersebut terus

beradaptasi, dan memungkinkan kita untuk mempertimbangkan pengendalian internal dari

entitas, divisi, unit operasi, dan/atau tingkat fungsional, misalnya pusat layanan bersama.

Komponen Pengendalian Internal dalam Kerangka COSO 2013

Ada 17 prinsip-prinsip pengendalian internal dalam komponen pengendalian internal,

yaitu:

Page 7: makalah ICoFR

Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian adalah kondisi yang dibangun dan diciptakan dalam suatu

organisasi yang akan mempengaruhi efektivitas pengendalian. Kondisi lingkungan kerja

dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya penegakan integritas dan etika seluruh

anggota organisasi, omitmen pimpinan manajemen atas kometensi, kepemimpinan

manajemen yang kondusif, pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan

kebutuhan, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat, penyusunan dan

penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia, perwujudan

peran aparat pengawasan yang efektif, dan hubungan kerja yang baik dengan pihak

ekstern.

1. Menunjukkan komitmen terhadap integritas dan etika nilai-nilai.

2. Tanggung jawab pengawasan pelatihan.

3. Menetapkan struktur, wewenang, dan tanggung jawab.

4. Menunjukkan komitmen untuk berkompetensi

5. Meningkatkan akuntabilitas

Penilaian Risiko

Risiko merupakan hal-hal yang berpotensi menghambat tercapainya tujuan.

Identifikasi terhadap risiko (risk identification) diperlukan untuk mengetahui potensi-

potensi kejadian yang dapat menghambat dan menghalangi terwujudnya tujuan

organisasi. Setelah dilakukan identifikasi maka dilakukan analisis terhadap risiko meliputi

analisis secara kuantitatif (quantitative risk analysis) dan kualitatif (qualitative risk

analysis). Analisis risiko akan menentukan dampak kejadian, serta merupakan input untuk

mendapatkan cara mengelola risiko tersebut.

6. Menentukan tujuan yang sesuai.

7. Mengidentifikasi dan menganalisis risiko.

8. Menilai risiko penyelewengan (fraud)

9. Mengidentifikasi dan menganalisis perubahan yang signifikan.

Aktivitas Pengendalian

Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko,

menetapkan dan melaksanakan kebijakan serta prosedur, serta memastikan bahwa tindakan

tersebut telah dilaksanakan secara efektif. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk

Page 8: makalah ICoFR

mengatasi risiko dapat dibagi menjadi 2 jenis tindakan yaitu tindakan preventif dan tindakan

mitigasi. Tindakan preventif adalah tindakan yang dilakukan sebelum kejadian yang berisiko

berlangsung, sedangkan tindakan mitigasi adalah tindakan yang dilakukan setelah kejadian

berisiko berlangsung, dalam hal ini tindakan mitigasi berfungsi untuk mengurangi dampak

yang terjadi. Tindakan-tindakan tersebut juga harus dilakukan evaluasi sehingga dapat dinilai

keefektifan serta keefisienan tindakan tersebut.

10. Memilih dan mengembangkan kegiatan pengendalian

11. Memilih dan mengembangkan kontrol umum atas teknologi.

12. Menyebarkan melalui kebijakan dan prosedur.

Informasi dan Komunikasi

Informasi adalah data yang sudah diolah yang digunakan untuk pengambilan keputusan

dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi. Informasi yang berkualitas

tentunya harus dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang terkait. Penyampaian informasi

yang tidak baik dapat mengakibatkan kesalahan interpretasi penerima informasi.

13. Menggunakan informasi yang relevan.

14. Berkomunikasi secara internal

15. Berkomunikasi eksternal

Monitoring

Pemantauan (monitoring) adalah tindakan pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan

manajemen dan pegawai lain yang ditunjuk dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas

sebagai penilai terhadap kualitas dan efektivitas sistem pengendalian intern. Pemantauan

dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu pemantauan berkelanjutan (on going monitoring),

evaluasi yang terpisah (separate evaluation), dan tindak lanjut atas temuan audit.

16. Melakukan evaluasi berkelanjutan dan/atau terpisah.

17. Mengevaluasi dan mengkomunikasikan kelemahan.

Lima Langkah Transisi Dari Kerangka COSO 1992 Ke Kerangka COSO 2013

1. Mengembangkan Kesadaran, Keahlian, dan Keselarasan

Langkah pertama dalam transisi ke Kerangka COSO 2013 adalah dengan membangun

kesadaran internal, keahlian pengguna COSO, dan keselarasan kepemimpinan di perusahaan.

Untuk itu kita harus memahami Kerangka COSO 2013.

Page 9: makalah ICoFR

2. Penilaian Dampak Awal

Setelah memahami kerangka COSO 2013, kita perlu melakukan penilaian bagaimana

dampak transisi itu. Mungkin faktor paling signifikan yang mempengaruhi transisi dari versi

1992 sampai versi 2013 adalah bagaimana manajemen yang sesungguhnya diterapkan dengan

baik.

3. Memfasilitasi Kesadaran, Pelatihan, dan Penilaian Komprehensif

Langkah 1 dan 2 terbatas hanya pada perusahaan. Langkah ketiga ini mensyaratkan

terlibat organisasi yang lebih luas untuk membangun kesadaran dan melakukan pressure test

penilaian dampak awal yang dilakukan pada langkah ke dua. Kita harus memfasilitasi

kesadaran untuk memperbarui Kerangka Kerja COSO. Kita juga harus mendiskusikan

dampak kerangka kerja COSO 2013 dengan auditor eksternal perusahaan, selain itu pelatihan

mendalam mungkin diperlukan.

4. Mengembangkan dan Menjalankan Rencana Transisi COSO

Setelah kita membangun kesadaran yang luas mengenai pembaharuan kerangka COSO,

memperoleh keselarasan kepemimpinan dan dukungan pada waktu transisi, serta

menyelesaikan penilaian dampak komprehensif, maka kemudian kita mengembangkan dan

melaksanakan rencana transisi perusahaan kita. Harus realistis antara harapan dan rencana.

Ketika kita mengeksekusi rencana transisi, kita akan melewati tiga tahap, yaitu:

a. Dokumentasi dan Evaluasi

Kita perlu memperbarui format dari dokumen yang mendasari perusahaan,

menyelaraskan ke pemetaan baru yang diciptakan dalam langkah dua. Dokumentasi

yang mendasari harus mendukung manajemen dalam membuat suatu keputusan.

Kita juga harus mengevaluasi desain kontrol yang mendasari dan meningkatkan

desain sesuai kebutuhan.

b. Validasi Pengujian dan Gap (Kesenjangan) Remidiasi

Setelah kontrol perusahaan mengenai pelaporan keuangan eksternal dan

pengungkapan efektif, kita perlu melakukan pengujian validasi untuk memastikan

kontrol ini telah diimplementasikan dan beroperasi seperti yang diharapkan.

c. Review Eksternal dan Pengujian

Di beberapa titik, auditor eksternal perlu menilai dan mendapatkan kenyamanan

dengan program COSO 2013 dan dokumentasi pendukung.

5. Memacu Peningkatan Berkelanjutan

Page 10: makalah ICoFR

Setelah transisi untuk Kerangka COSO 2013 selesai, kita harus terus-menerus

mendorong perbaikan setelah transisi tersebut. Mereka yang saat ini masih menggunakan

COSO versi 1992 harus menyelesaikan transisi mereka ke versi 2013 paling lambat 15

Desember 2014, di mana kerangka asli akan dianggap digantikan.

E. Entity Level Control (ELC) and Transactional Level Control (TLC)

Ruang lingkup pengendalian terbagi dalam dua level, yaitu entity level control

(pengendalian tingkat entitas) dan activity/transactional level control (pengendalian tingkat

aktivitas/transaksi). Perbandingan antara kedua level tersebut ialah sebagai berikut :

Entity level control (ELC)

Kegiatan pengendalian ini umumnya beroperasi pada tingkat perusahaan atau

manajemen puncak pengambil keputusan strategis. Level ini memiliki jangkauan atau

kewenangan pengendalian yang lebih tinggi dari activity level, dan bisa mempengaruhi

kegiatan pada activity level, misalnya kebijakan perusahaan.

Proses identifikasi yang relevan entitas-tingkat kontrol dapat dimulai dengan

pemantauan, dan informasi dan komunikasi).diskusi antara auditor dan karyawan yang

sesuai untuk atas pelaporan keuangan (yaitu, lingkungan pengendalian, penilaian risiko,

aktivitas pengendalian,pemantauan, dan informasi dan komunikasi). Sementara

mengevaluasi entitas tingkat kontrol, auditor mungkin mengidentifikasi kontrol yang

mampu mencegah atau mendeteksi salah saji dalam laporan keuangan. Itu periode-end

proses pelaporan keuangan dan pemantauan manajemen terhadap hasil operasi merupakan

sumber potensial dari kontrol tersebut.

Contoh dalam DJP:

Kegiatan pengendalian atas pelaksanaan salah satu program DJP, yaitu “Knowing Your

Tax Payer” dimana ini merupakan kebijakan DJP dalam mengintensifkan penerimaan

pajak, sehingga munculnya satu fungsi baru yaitu account representative.

Pengaruh Entity-Level Controls pada Pengujian Kontrol Lain

Evaluasi auditor entitas tingkat kontrol dapat menghasilkan peningkatan atau mengurangi

pengujian bahwa auditor jika tidak mungkin dilakukan pada lain kontrol. Sebagai contoh,

Page 11: makalah ICoFR

jika auditor telah merancang pendekatan audit dengan harapan tertentu entitas tingkat

kontrol (misalnya, kontrol dalam lingkungan pengendalian) akan efektif dan mereka

kontrol tidak efektif, auditor dapat mengevaluasi kembali merencanakan pendekatan audit

dan memutuskan untuk memperluas prosedur audit nya.

Di sisi lain, evaluasi auditor dari beberapa entitas tingkat kontrol dapat

menghasilkan pengurangan nya atau pengujian nya kontrol lain, seperti kontrol lebih

sesuai pernyataan yang relevan. Tingkat dimana auditor mungkin dapat mengurangi

pengujian kontrol atas pernyataan yang relevan dalam kasus tersebut tergantung

padapresisi dari entitas-tingkat control.

Activity/transactional level control (TLC)

Kegiatan pengendalian pada level ini lebih berhubungan dengan pelaksanaan proses

bisnis atau transaksi dari bagian dalam suatu organisasi. Level ini memiliki kewenangan

yang lebih rendah dari entity level control, dan dapat dipengaruhi kebijakan dalam entity

level control.

Contoh dalam DJP:

Pemantauan atas kinerja account representative dalam mengintensifkan penerimaan

perpajakan.

G. Siklus Desain dan Implementasi ICoFR

1. Adjusting financial reporting risk

ICoFR Cycle

Page 12: makalah ICoFR

Tahap pertama dalam siklus IcoFR adalah penyesuaian atau penelaahan terhadap risiko

pelaporan keuangan. Dalam tahap ini, pihak manajemen akan mengidentifikasi risiko-

risiko apa saja yang mungkin akan timbul dalam pelaporan keuangan sebuah perusahaan.

2. Adjust & implementat controls

Tahap kedua dalam siklus IcoFR adalah implementasi dan penyesuaian terhadap

pengendalian. Dalam tahap ini, pihak manajemen akan melakukan penyesuaian antara

risiko dan pengendaliannya. Dari risiko-risiko yang telah diidentifikasi oleh pihak

manajemen dalam tahap pertama, maka pihak manajemen akan membuat suatu

pengendalian yang sesuai dengan risiko yang telah diidentifikasi. Selanjutnya,

pengendalian tersebut akan diterapkan dalam perusahaan tersebut.

3. Control remediation

Tahap selanjutnya dalam siklus ICoFR adalah pengendalian. Tahap ini juga dapat

dikatakan sebagai tahap monitoring. Pihak manajemen akan melakukan pengawasan dan

pengendalian terhadap pengendalian-pengendalian apa saja yang telah diterapkan di

dalam perusahaan tersebut.

4. Identifikasi & manage changes

Tahap terakhir dalam siklus ICoFR adalah identifikasi perubahan. Setelah ICoFR

diterapkan dalam perusahaan tersebut, maka pihak manajemen akan mengidentifikasi

perubahan-perubahan apa saja yang terjadi. Tahap ini juga dapat dikatakan sebagai

tahapan review.

Desain, implementasi, dan evaluasi pengendalian harus disesuaikan dengan ukuran

dan pelaporan risiko perusahaan. Merancang dan memelihara ICFR secara efektif menjadi

lebih menantang karena ukuran bisnis dan ruang lingkup kegiatannya meningkat. Pada saat

yang sama, perusahaan-perusahaan yang lebih kecil juga mungkin menghadapi beberapa

masalah kesulitan pengendalian/kontrol. Sebagai contoh, risiko manajemen dapat lebih besar

dalam sebuah organisasi yang lebih kecil di mana pejabat-pejabat perusahaan memiliki

keterlibatan langsung dengan operasi dan dengan pencatatan transaksi. Selain itu, perusahaan

kecil mungkin tidak memiliki personel yang cukup untuk sepenuhnya melaksanakan

pemisahan tugas di semua proses. Namun demikian, perusahaan publik yang lebih kecil

masih harus menerapkan system kontrol yang akan menyediakan keyakinan yang memadai

bahwa laporan keuangan yang disusun sesuai dengan GAAP dan bebas dari salah saji

material.

Manajemen Pelaporan pada Efektivitas ICFR

Page 13: makalah ICoFR

Pasal 404 dari Undang-Undang Sarbanes-Oxley membutuhkan (dengan pengecualian

tertentu) semua perusahaan public setiap tahunnya menilai efektivitas ICFR dan melaporkan

hasilnya. Manajemen juga memiliki tanggung jawab untuk mengungkapkan perubahan yang

signifikan untuk sistem ICFR dalam laporan kuartalannya. Disiplin melakukan penilaian

ICFR, ditambah dengan persyaratan untuk melaporkan hasil dalam pengajuan publik,

membuat investor meningkatkan kepercayaan keandalan laporan keuangan. Dalam

melakukan penilaian, manajemen harus menentukan apakah telah menerapkan kontrol yang

memadai, mengatasi risiko bahwa salah saji material dalam laporan keuangan perusahaan

apakah dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu dan apakah control terkait operasi

secara efektif. Penilaian manajemen terhadap ICFR bias mengambil secara top-down,

pendekatan berbasis risiko. Dalam pendekatan itu, manajemen pertama-tama berfokus pada

control entitas dan kemudian pada pos penting dan proses yang signifikandan, akhirnya, pada

kegiatan pengendalian. Sementara penilaian manajemen harus mencakup ICFR perusahaan

secara keseluruhan, harus mencurahkan perhatian terbesar bagi area-area yang menimbulkan

risiko tertinggi untuk pelaporan keuangan yang dapat diandalkan.

ICFR dan Auditor

Pasal 404 dari Undang-Undang Sarbanes-Oxley mensyaratkan perusahaan public

memiliki laporan auditor independen pada efektivitas ICFR.Di bawah standar PCAOB, audit

ICFR dan audit keuangan yang terintegrasi - yaitu, baik audit dilakukan sebagai tunggal,

maupun proses saling menguatkan,.Karena kekhawatiran tentang biaya audit ICFR bagi

perusahaan dengan sumber daya yang terbatas, hasil. Kongres telah membebaskan

(perusahaan publik yang lebih kecil, dan perusahaan publik yang baru) dari persyaratan

bahwa auditor perusahaan itu menyatakan pendapat atas efektivitas ICFR. Namun, dalam

audit laporan keuangan auditor masih memerlukan sebagai bagian dari penilaian risiko audit,

untuk mendapatkan pemahaman masing-masing komponen ICFR perusahaan.Sementara

auditor tidak memerlukan untuk menguji internal control dalam audit tersebut, jika auditor

menyimpulkan bahwa ada kelemahan secara material atau kekurangan yang signifikan dalam

kontrol, kelemahan atau kekurangan harus dilaporkan secara tertulis kepada manajemen dan

komite audit.

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: makalah ICoFR

Center For Audit Quality.2004. Guide to Internal Control Over Financial Reporting.

Washington DC