makalah hukum perikatan fix

Download Makalah Hukum Perikatan Fix

If you can't read please download the document

Upload: alvhanz-freezy

Post on 18-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Makalah hukum perikatan

TRANSCRIPT

2

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Untuk menjalankan suatu usaha maka kita memerlukan modal yang tidak sedikit. Apalagi kita juga membutuhkan barang-barang modal untuk menjalankan suatu usaha tersebut, agar kita dapat menjalankan suatu usaha dengan lancar maka kita membutuhkan suatu lembaga untuk memperoleh suatu dana usaha, lembaga ini dinamakan leasing.

Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama.

Melihat realita di atas, kami akan sedikit membahas tentang perjanjian liesing mulai dari pengertian, jenis, proses perbedaan dan putusnya perjanjian leasing.

Rumusan MasalahApa pengertian leasing ?Apa sajakah macam-macam leasing ?Bagaimana prosesdan mekanisme transaksi leasing ?Bagaimana perbedaan leasing dengan perjanjian lainnya ? Bagaimana putusnya perjanjian leasing ?

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Leasing

Istilah leasing sebenarnya berasal dari kata lease yang berarti sewa menyewa. Sedangkan secara istilah leasing adalah suatu kegiatan pembiayaan kepada perusahan (badan hukum) atau perorangan dalam bentuk pembiayaan barang modal. Pembayaran kembali oleh peminjam dilakukan oleh peminjam dilakukan secara berkala, dan dalam jangka waktu menengah atau panjang. Munir Fuady, Hukum tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hal.8

Kegiatan leasing secara resmi diperbolehkan beroperasi di Indonesia setelah keluar surat keputusan bersama antara Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan Nomor Kep. 122/MK/IV/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/74, DAN Nomor30/Kpb/I/74 Tanggal 7 Februari 1974 Tentang Perizinan Usaha Leasing di Indonesia.

Wewenang untuk memberikan usaha leasing dikeluarkan oleh enteri Keuangan berdasarkan Surat Keputusan Nomor 649/MK/IV/5/1974 Tanggal 6 Mei 1974. Selanjutnya setelah keluarnya Kebijaksanaan Deregulasi 20 Desember 1988 tentang usaha leasing di Indonesia, maka ketentuan mengenai leasing sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003 ) hal. 258-259, Cet. 7

Di dalam sistem leasing terdapat berbagai variasi yang terdapat didalamnya. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing adalah sebagai berikut:

Lessor.

Merupakan pihak yang memberikan pembiayaan dengan cara leasing kepada pihak yang membutuhkannya.

Lessee

Adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk memperoleh barang modal yang diinginkan. Barang modal tersebut dibiayai oleh lessor dan diperuntukkan kepada lessee

Supplier

Yaitu pihak yang menyediakan barang modal yang menjadi objek leasing . pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing. Barang modal tersebut dibayar oleh lessor kepada suplier untuk kepentingan lessee. Tetapi ada juga jenis leasing yang tidak melibatkan sipplier, melainkan hubungan bilateral antara pihak lessor dengan pihak lessee. Misalnya dalam bentuk Sale and Lease Back. Munir Fuady, Op.Cit, hal, 8.

Asuransi

Merupakan pihak yang menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor dan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung resiko sebesar sesuai dengan perjanjian tersebut barang yang dileasingkan. Kasmir, Op. Cit, hal. 260

Macam-macam Leasing

Pada prinsipnya ada dua macam prototipe leasing, yaitu leasing yang bernentuk operating lease dan financial lease. Namun demikian terdapat juga berbagai bentuk lainnya yang lebih merupakan dirifatif dari kedua bentuk tersebut.

Operating lease adalah usaha leasing, dimana pihak lessee hanya membayar sewa pembiayaan (rental) sesuai perjanjian, tanpa diikuti dengan pemilikan barang modal tersebut oleh lessee pada akhir masa perjanjian.

Dalam praktiknya lessor biasanya membeli barang modal darisupplieratau pihak lain terlebi dahulu, kemudian pihak lessee akan membayar rental sejumlah tertentu, tanpa memperhitungkan terlalu rinci biaya yang telah dikeluarkan oleh lessor. Operating lease ini biasanya merupakan suatu corak leasing dengan karakteristik sebagai berikut:

Jangka waktu berlakunya leasing relatif singkat.Tidak diberikan hak opsi bagi lessee untuk membeli barang di akhir masa leasing.Biasanya dikhususkan untuk barang-barang yang mudah terjual setelah pemakaian.Financial lease ini sering disebut juga dengan capital lease atau full payout lease adalah suatu perjanjian kontrak yang salah satu sifatnya adalah noncancelable bagi pihak lease. Perjanjian kontrak tersebut menyatakan, bahwa lessee bersedia untuk melakukan serangkaian pembayaran uang atas penggunaan sautu aset yang menjadi objek leasing. Lessee berhak untuk memperoleh manfaat ekonomis dengan mempergunakan barang tersebut, sedangkan hak kepemilikannya tetap dipegang oleh lessor.Djoko Prakoso, Leasing dan Permasalahannya, (Semarang: Dahara Prize, 1993), hal 5, Cet. 3 Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:Jangka waktu berlakunya leasing relatif panjang.Diberikan hak opsi kepada lessee untuk membeli barang diakhir masa leasingBesarnya harga sewa plus hak opsi harus menutupi harga barang plus keuntungan yang diharapkan lessor.

Seperti telah disebutkan bahwa selain kedua bentuk utama leasing tersebut, masih terdapat bentuk-bentuk variatif lainnya dari leasing antara lain sebagai berikut: sales and lease back, direct lease, leveraged lease, cross border lease, net lease, net-net lease, full service lease, big ticket lease, captive leasing, third party leasing, wrap lease, staright payable lease, seasol lease dan return on investment lease.Munir Fuady, Op.Cit, hal, 19-24

Prosesdan Mekanisme Transaksi Leasing

Dalam melakukan perjanjian leasing terdapat proses dan mekanisme yang harus dijalankan sebagai beikut:

Lessee bebas memilih dan menentukan pealatan yang dibutuhkan, mengadakan penawaran harga dan menunjuk suplaier peralatan.Setelah lessee mengisi formulir permohonan lease, maka dikirimkan kepada lesor disertai dokumen lengkap.lesse mengefaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui lessee lalu ditanda tangani.Pada saat yang sama lease dapat menanda tangani kontrak asuransiseperti yang tercantum dalam kontrak leaseKontrakpemberian pealatan akan ditanda tangani lessor dengan suplaier peralatan tersebut.Suplaier dapatmengirimkan peralatanyang dilease ke lokasi lessee. Untukmempertahankan dan memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian tersebut.Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada supplier.Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lessee), bukti pemilikan dan pemindahan pemilikan kepada lessor.Lessor membayar harga peralatan yang dileasee kepada supplier.Lessee membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah ditentukan dalam kontrak lease. Thomas Suyatno, KelembagaanPerbankan,(Jakarta: PT Grafindo Pustaka Utama, 1999), hal. 59

Perbedaan leasing dengan perjanjian lainnya

Ada beberapa bentuk perjanjian lain yang mirip-mirip dengan leasing tetapi sebenarnya terdapat perbedaan-perbedaan tertentu. Perjanjian-perjanjian tersebut adalah sebagai berikut:

Perbedaan load dengan leasing

Terdapat perbedaan antara loan (yang diberikan oleh bank) dengan leasing (yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan). Karena terdapat perbedaan antara loan (pinjam uang) dengan leasing maka ketentuan hukum pinjam meminjam yang terdapat dalam nuku ketiga KUHPerdata tidak berlaku terhadap leasing. Diantara perbedaan antara loan dengan leasing yaitu:

Loan bertujuan menyediakan dana sementara leasing bertujuan menyewakan barang modal.Loan terfokus kepada uang, jadi kreditur bukan pemilik dari barang yang didanai, sementara dalam leasing paling tidak secara yuridis lessor merupakan pemilik fasiltas atau barang modal.Pada loan, jika ada wanprestasi dari pihak debitur, maka barang jaminan dilelang dan kelebihan harganya dikembalikan kepada debitur. Sementara jika wanprestasi lessee pada leasing, pada prinsipnya lessor tinggal mengambilkembali barang modal tersebut tanpa harus memperhitungkan atau mengembalikan kelebihan harga.

Perbedaan sewa menyewa dengan leasing

Walaupun ada jenis leasing yang mirip dengan sewamenyewa seperti operating lease misalnya, tetapi pada prinsipnya leasing tidak sama dengan sewa menyewa. Bahwa dilihat dari istilah lease yang dipakai memang benar bahwa leasing itu merupakan bentuk stereotype dari sewa menyewa. Beberapa perbedaan antara leasing dengan sewa menyewa yaitu:

Salah satu perbedaan pokok antara sewa menyewa dengan leasing adalah dalam sewa menyewa biasa jangka waktu sewa atau umur pemakaian barang tidak menjadi fokus utama, tetapi tidak demikian halnya dengan leasing.Leasing pada prinsipnya dianggap sebagai salah satu metode pembiayaan bisnis dan tidak demikian halnya dengan sewa menyewa biasa.Objek dari sewa menyewa berupa barang berwujud yang berbentuk apa saja sementara objek dari leasing umumnya berup barang modal, alat produksi atau beberapa bentuk barang konsumsi.

Perbedaan antara sewa beli dengan leasing

Sewa beli merupakan anak dari hasil perkawinan antara jual beli dengan sewa menyewa. Karena di satu pihak sewa beli punya sifat-sifat yang sama dengan jual beli, tetapi dilain pihak juga mempunyai sifat-sifat yang sama dengan sewa menyewa. Sedangkan antara leasing dengan sewa beli terdapat kemiripan. Tetapi ada beberapa perbedaan diantara keduanya, antara lain sebagai berikut:

Dalam sewa beli lessee otomatis (demi hukum) jadi pemilik barang diakhir masa sewa, sementara pada leasing kepemilikan lessee tersebut hanya terjadi apabila hak opsinya dilaksanakan oleh lessee.Pihak lessor dalam leasing hanya bermaksud untuk membiayai perolehan barang modal oleh lessee dan barang tersebut tidakberasal dari pihak lessor, tetapi dari pihak ketiga atau dari pihak lessee sendiri. Tetapi pada sewa beli, pihak lessor bermaksud melakukan semacam investasi denan barang yang disewakan itu dengan uang sewa sebagai keuntungannya. Karena itu biasanya barang tersebut berasal dari milik pemberi sewa beli sendiri.Leasing termasuk dalam salah satu metode pembiayaan yang diperkenannkan oleh perusahaan pembiayaan sementara sewa beli tidak termasuk kegiatan lembaga pembiayaan. Munir Fuady, Hukum tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 25-32

Putusanya perjanjian leasing

Pada prinsipnya ada tiga macam putusnya perjanjian leasing, yaitu karena: Konsensus, Wanprestasi, Force Majeure.

Putusnya kontrak leasing karena konsensus

Dalam prakteknya pemutusan kontrak leasing secara konsensus ini sangat jarang terjadi. Hal ini dikarenakan karakteristik dari kontrak leasing dimana salah satu pihak berprestasi tunggal, dalam hal ini pihak lessor. Artinya, pihak lessor cukup sekali berprestasi yaitu menyerahkan dana untuk pembelian barang leasing. Sekali dana dicairkan, maka pada prinsipnya selesailah tugas substansial dari lessor. Tinggal pihak suplier kemudian berkewajiban menyerahkan barang kepada lessee, dan selanjutnya pihak lessee harus mengembalikan uang cicilan kepada lessor.

Karena setelah mencairkan dana, selesailah sudah tugas substansial dari lessor, maka tentunya sangat sulit bagi lessor untuk ikut setuju bagi lessor untuk ikut setuju jika pihak lessee ingin memutuskan kontrak di tengah jalan. Karena, kalau kontrak putus, lalu bagaimana dengan nasib yang telah dicairkan. Atau lelebih singkatnya, perjanjian leasing dapat diputuskan kapan saja jika para pihak dalam perjanjian tersebut saling sepakat untuk itu.

Putusnya kontrak karena wanprestasi

Wanprestasi merupakan salah satu sebab sehingga berjalannya kontrak menjadi terhenti. Dalam hal ini yang dimaksud dengan wanprestasi adalah salah satu pihak atau lebih tidak melaksanakan prestasinya sesuai dengan kontrak.

Khusus terhadap kontrak leasing, maka berbagai kemungkinan wanprestasi dapat terjadi dengan konsekuensi yuridis yang berbeda pula. Kemungkinan wanprestasi tersebut antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :

Wanprestasi yang didiamkan

Hukum kita tidak mengenal yang namanya doktrin Substanstial Performance. Doktrin Substantial performance mengajarkan bahwa jika prestasi yang gagal dilaksanakan tersebut tidak subtantial, misalnya hanya prestasi kecil saja, maka kontrak belum bisa diputuskan oleh pihak lain. Bagi pihak yang dirugikan tidak tertutup kemungkinan untuk meminta ganti rugi jika cukup alasan untuk itu.

Wanprestasi pemutus kontrak leasing

Karena alasan-alasan tertentu, salah satu pihak memutuskan kontrak leasing yang bersangkutan. Alasan pemutusan kontrak karena pihak lain telah melakukan wanprestasi terhadap salah satu atau lebih klausula dalam kontrak leasing.

Dalam suatu kontrak leasing, banyak item yang apabila dilanggar oleh lessee, maka kontrak dianggap putus.

Wanprestasi karena barangnya cacat.Putusnya kontrak leasing karena Force Majeure

Sudah selayaknya beban resiko dari suatu leasing yang dalam keadaan force majeure dibebankan kepada lessee. Dalam kontrak-kontrak leasing, lessor tidak ingin mengambil resiko. Jadi pengaturan risiko pada transaksi leasing lebih condong ke resiko yang ada pada transaksi jual beli ketimbang sewa menyewa.

Pengaturan tentang resiko penting mengingat jika terjadi sesuatu dan lain hal yang menyebabkan pihak asuransi tidak dapat/tidak mau membayar seluruhnya atau sebagian dari ganti kerugian jika terjadi force majeure. Karena itu pihak lessee lah yang akhirnya menjadi pihak yang harus menanggung resiko.dalam praktek, hal ini diikuti sepenuhnya. Ibid hal. 53-64

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Leasing adalah suatu kegiatan pembiayaan kepada perusahan (badan hukum) atau perorangan dalam bentuk pembiayaan barang modal.

Macam-macam leasing: operating lease dan financial lease.

Banyak perjanjian yang mirip dengan leasing antara lain: loan, sewa menyewa , sewa beli namun pada prinsipnya masin-masing berbeda satu sama lainnya.

Pada prinsipnya ada tiga macam penyabab putusnya perjanjian leasing, yaitu karena: Konsensus, Wanprestasi, Force Majeure.

Penutup

Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan hidayah Allah SWT kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari dalam penulisan dan pembahasan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi tulisan maupun isinya. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, pemakalah mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin . . . . . . . .

DAFTAR PUSTAKA

Fuady, Munir, Hukum tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktek, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003

Prakoso, Djoko, Leasing dan Permasalahannya, Semarang: Dahara Prize, 1993.

Suyatno,Thomas, KelembagaanPerbankan,Jakarta: PT Grafindo Pustaka Utama, 1999.