makalah hiper.doc
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi,
merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan
masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka
pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan
penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu.
Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan
mortalitasnya (kematian) yang tinggi. Hipertensi menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang serius, karena jika tidak terkendali akan
berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya.Pada
suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang
berumur 50 sampai 59 tahun. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini
adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri
utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan.
Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri
dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding, yang kini
tidak elastis, tidak dapat lagi mengubah darah yang keluar dari jantung
menjadi aliran yang lancar. Hasilnya adalah gelombang denyut yang
tidak terputus dengan puncak yang tinggi (sistolik) dan lembah yang
dalam (diastolik). Di Asia, penelitian di kota Tainan, Taiwan
menunjukkan hasil sebagai berikut: penelitian pada usia diatas tahun
dengan kriteria hipertensi berdasarkan The Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High
Bloodpressure (JNC VI),ditemukan prevalensi hipertensi sebesar
60,4% (laki-laki 59,1% dan perempuan 61,9%), yang sebelumnya
telah terdiagnosis hipertensi adalah 31,1% (laki-laki 29,4% dan
perempuan 33,1%), hipertensi yang baru terdiagnosis adalah 29,3%
(laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%). Pada kclompok ini, adanya
riwayat keluarga dengan hipertensi dan tingginya indeks masa tubuh
1
merupakan faktor risiko hipertensi. Hipertensi sebagai salah satu
penyakit degeneratif yang sering dijumpai pada kelompok lansia.Data
WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan
perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan
akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di
negara sedang berkembang, temasuk Indonesia.Faktor risiko tersebut
antara lain mengkonsumsi tembakau, konsumsi tinggi lemak kurang
serat, kurang olah raga, alkohol, hipertensi, obesitas, gula darah tinggi,
lemak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Hipertensi?
2. Bagaimanakah etiologi pada Hipertensi?
3. Bagaimanakah faktor yang mempengaruhi Hipertensi?
4. Bagaimanakah epidemiologi Hipertensi?
5. Bagaimanakah manifestasi klinis pada Hipertensi?
6. Bagaimanakah patofisiologi Hipertensi?
7. Bagaimanakah komplikasi dan manifestasi takunum Hipertensi?
8. Bagaimanakah pemeriksaan dan diagnosis Hipertensi ?
9. Bagaimanakah penatalaksanaan dalam Hipertensi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu
menjelaskan tentang Hipertensi
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini antara lain:
a. Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertian Hipertensi
b. Mahasiswa mampu mendeskripsikan etiologi Hipertensi
2
c. Mahasiswa mampu mendeskripsikan epidemiologi Hipertensi
d. Mahasiswa mampu mendeskripsikan manifestasi klinis untuk
Hipertensi
e. Mahasiswa mampu mendeskripsikan patofisiologi Hipertensi
f. Mahasiswa mampu mendeskripsikan pathways Hipertensi
g. Mahasiswa mampu mendeskripsikan komplikasi dan manifestasi
Hipertensi
h. Mahasiswa mampu mendeskripsikan pentahapan keparahan DHF
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini antara lain dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan tentang Hipertensi dalam peningkatan
kesehatan, dapat membantu dalam proses belajar mengajar dan masih
banyak manfaat lainnya yang dapat diambil dari makalah ini.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1Definisi Hipertensi
Istilah Hipertensi diambil dari bahasa Inggris “Hypertension”. Kata Hypertension itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni “hyperI” yang berarti super atau luar biasa dan “tension” yang berarti tekanan atau tegangan. Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran yakni penyakit tekanan darah tinggi. Selain itu dikenal juga dengan istilah “High Blood Pressure” yang berarti tekanan darah tinggi.Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh.Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole). Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas) 100–140 mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 60–90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.Hipertensi terbagi menjadi Hipertensi primer dan hipertensi sekunder.Sekitar 90–95% kasus tergolong "hipertensi primer", yang berarti tekanan darah tinggi tanpa penyebab medis yang jelas.Kondisi lain yang mempengaruhi ginjal, arteri, jantung, atau sistem endokrin menyebabkan 5-10% kasus lain (hipertensi sekunder).Hipertensi adalah faktor resiko utama stroke,infark miokard (serangan jantung), gagal jantung,aneurisma, dan penyebab penyakit ginjal kronik.Bahkan peningkatan sedang tekanan darah arteri terkait dengan harapan hidup yang lebih pendek. Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat memperbaiki kontrol tekanan darah dan mengurangi resiko terkait komplikasi kesehatan. Meskipun demikian, obat seringkali diperlukan pada sebagian orang bila perubahan gaya hidup saja terbukti tidak efektif atau tidak cukup. Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali dianggap gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit (Sustrani, 2006).Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke (perdarahan otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal (Gunawan, 2001).
4
2.2 Etiologi Hipertensi
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan- perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Faktor genetik dianggap penting sebagai sebab timbulnya
hipertensi. Anggapan ini didukung oleh banyak penelitian pada hewan
percobaan dan pada manusia. Faktor genetik tampaknya bersifat
mulifaktorial akibat defek pada beberapa gen yang berperan pada
pengaturan tekanan darah.Faktor lingkungan merupakan faktor yang
paling berperan dalam perjalanan munculnya penyakit hipertensi. Faktor
ini meliputi intake garam yang berlebihan, obesitas, pekerjaan,
alkoholisme, stresor psikogenik dan tempat tinggal. Semakin banyak
seseorang terpapar faktor-faktor tersebut maka semakin besar
kemungkinan seseorang menderita hipertensi, juga seiring bertambahnya
umur seseorang.Dari faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, tidak ada
satupun yang ditetapkan sebagai penyebab langsung hipertensi esensial.
Lain halnya dengan hipertensi sekunder, yang saat ini telah banyak
ditemukan penyebabnya secara langsung, beberapa di antaranya adalah :
sleep-apnea, drug-induced atau drug-related hypertension, penyakit ginjal
kronik. Aldosteronisme primer, penyakit renovaskular, terapi steroid
jangka lama dan sindrom Cushing.
2.3 Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih sering dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas, dan diabetes melitus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
5
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001).
2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001).
Komplikasi Hipertensi,Jika hipertensi tidak diobati maka akan menyebabkan stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal kronik.
3. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah
a. Hipertensi Ringan
b. Hipertensi Sedang
c. Hipertensi Berat
KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT JOINT NATIONAL
COMMITTEE 7
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
KLASIFIKASI HIPERTENSI HASIL
KONSENSUS PERHIMPUNAN HIPERTENSI INDONESIA
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
6
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi
1. Faktor genetik atau keturunan
Faktor keturunan memang selalu memainkan peranan penting dari timbulnya suatu penyakit yang dibawa oleh gen keluarga. Bila salah satu anggota keluarga atau orang tua memiliki tekanan darah tinggi, maka anak pun memiliki resiko yang sama dan bahkan resiko tersebut lebih besar dibanding yang diturunkan oleh gen orang tua.
2. Usia
Usia juga mempengaruhi tekanan darah seseorang, semakin bertambahnya usia maka tekanan darah pun akan semakin meningkat. Namun usia yang semakin tua pun tekanan darah dapat dikendalikan dengan tetap menjaga pola asupan makan, rajin berolahraga dan melakukan pemeriksaan rutin tekanan darah.
3. Garam
Garam mempunyai peluang yang sangat besar dalam meningkatan tekanan darah secara cepat. Ditambah pada mereka yang sebelumnya memiliki riwayat terhadap penyakit diabetes, hipertensi ringan dan mereka yang berusia diataas 45 tahun.
4. Kolesterol
Kolesterol yang identik dengan lemak berlebih yang tertimbun pada dinding pembuluh darah. Pembuluh darah yang dipenuhi dengan kolesterol ini akan mengalami penyempitan dan mengakibatkan tekanan darah pun meningkat.
5. Obesitas/kegemukan
Seseorang yang memiliki berat tubuh berlebih atau kegemukan merupakan peluang besar terserang penyakit hipertensi.
6. Stress
7
Stress dapat memicu suatu homron dalam tubuh yang mengendalikan pikirang seserang. Jika mengalami stress hal tersebut dapat mengakibatkan tekanan darah semakin tinggi dan meningkat, tak hanya itu mampu mempengaruhi mood atau perasaan seseorang terhadap suatu emosi jiwa.
7. Rokok
Kandungan nikotin dan zat senyawa kimia yang cukup berbahaya yang terdapat pada rokok juga memberikan peluang besar seseorang menderita hipertensi terutama pada mereka yang termasuk dalam perokok aktif. Tak hanya mengkibatkan hipertensi, zat rokok yang terhirup dan masuk ke dalam tubuh akan meningkatkan resiko pada penyakit diabetes mellitus, serangan jantung dan stroke.
8. Kafein
Kafein banyak terdapat pada kopi,teh dan minuman bersoda. Kopi dan teh jika dikonsumsi melebihi batasan normal dalam penyajian akan mengakibatkan hipertensi. sebenarnya kopi memiliki manfaat yang baik bagi tubuh terutama bagi pria dewasa dalam hormon seksualnya, begitu pula dengan teh mengandung antioksidan yang sangat baik dan diperlukan oleh tubuh. Untuk itu batasi asupan minum kopi dan teh minimal 1 cangkir = 100ml.
9. Minuman beralkohol
Minuman beralkohol seperti bir, wiski, minuman yang dibuat dari ragi, tuak dsb. Minuman alkohol ini juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
10. Kurang olahraga
Kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga membuat organ tubuh dan pasokan darah maupun oksigen menjadi tersendat sehingga meningkatkan tekanan darah. Dengan melakukan olahraga teratur sesuai dengan kemampuan dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
2.5 Epidemiologi Hipertensi
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.
8
Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan.2 Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung yang berkontraksi seperti pompa, sehingga darah terus mengalir dalam pembuluh darah. Kekuatan itu mendorong dinding pembuluh arteri atau nadi. Di Asia, penelitian di kota Tainan, Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut: penelitian pada usia diatas tahun dengan kriteria hipertensi berdasarkan The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC VI),ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki-laki 59,1% dan perempuan 61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis hipertensi adalah 31,1% (laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%), hipertensi yang baru terdiagnosis adalah 29,3% (laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%). Pada kclompok ini, adanya riwayat keluarga dengan hipertensi dan tingginya indeks masa tubuh merupakan faktor risiko hipertensi (Kuswardhani, 2007).
Umur Harapan Hidup (UHH, proporsi penduduk Indonesia umur 55 tahun ke atas pada tahun 1980 sebesar 7,7% dari seluruh populasi, pada tahun 2000 meningkat menjadi 9,37% dan diperkirakan tahun 2010 proporsi tersebut akan meningkat menjadi 12%, serta UHH meningkat menjadi 65-70 tahun.
2.5.1 Distribusi Epidemiologi Penyakit Hipertensi
Distribusi epidemiologi penyakit hipertensi terdiri dari :
1. Person (orang)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi dilihat dari segi orang.Umur Penyakit hipertensi pada kelompok umur paling dominant berumur (31-55tahun). Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan darah cenderung meningkat. Yang man penyakit hipertensi umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapau paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun keatas.Jenis kelamin Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan pada perempuan meningkat seiring dengan bertambahnya usia yang mana pada perempuan masa premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki penyebabnya sebelum menopause, wanita relatife terlindungi dari penyakit kardiovaskuler oleh hormone estrogen yang dimana kadar estrogen menurun setelah menopause.Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu agar tercapai kondisi kesehatan yang prima.Dimana ini merupakan faktor penting sebagai zat pembangun atau protein ini penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan makanan
9
hewani atau tumbuh-tumbuhan (nabati).Sehingga ini sebagai penunjang untuk membantu menyiapkan makanan khusus serta mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi. Penyakit Hipertensi ada banyak hubungan antara psiko-kultural, tetapi belum dapat diambil kesimpulan.Namun pada dasarnya dapat berpengaruh apabaila terjadi stres, psikososial akut menaikkan tekanan darah secara tiba-tiba yang mana ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit hipertensi dan merupakan masalah kesehatan yang layak untuk perlu diperhatikan
2.Place(tempat)
Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus hipertensi adalah merupakan wilayah yang berdominan dipesisir dari pada dipegunungan. Yang dimana penduduk yang berdomisil didaerah pesisir lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karena tingkat mengkonsumsi garam lebih tinggi atau berlebihan dibanding daerah pegunungan yang kemungkinan lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.
3.Determinan
Determinan atau faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit Hipertensi adalah :a). Faktor herediter didapat pada keluarga yang umumnya hidup dalam lingkungan dan kebiasaan makan yang sama.b) Konsumsi garam : telah jelas ada hubungan, tetapi data pe-nelitian pada daerah-daerah dimana konsumsi garam tinggi tidak selalu mempunyai prevalensi tinggic) Obesitas : telah diketahui adanya korelasi timbal balik antara obesitas dan hipertensi
2.6 Manifestasi klinis Hipertensi
Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun, dan berupa:1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus5. Edema akibat peningkatan tekanan kapiler (Corwin, 2009).Pada hipertensi maligna yang merupakan tipe hipertensi berat yang secara progresif, dimana tekanan darah diastoliknya > 115 mmHg. Hipertensi maligna meningkatkan risiko gagal ginjal, gagal jantung kiri, dan stroke. Seseorang dengan maligna biasanya memiliki gejala-gejala:1. Morning headaches2. Penglihatan kabur3. Sesak napas atau dispnea4. Dan gejala uremiaManifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan
10
2.7 Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
2.8 Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim11
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
PATHWAY HIPERTENSI
2.9 Komplikasi dan manifestasi takunum Hipertensi
Diagram menggambarkan komplikasi utama tekanan darah tinggi persisten.Hipertensi adalah faktor risiko yang bisa dicegah yang terpenting bagi
kematian prematur di seluruh dunia.Hipertensi meningkatkan risiko penyakit jantung iskemik , strokes ,] penyakit periferal vaskular , dan penyakit kardiovaskular lain, termasuk gagal jantung, aneurisma aorta, aterosklerosis difus, dan emboli paru. Hipertensi juga merupakan faktor risiko terjadinya gangguan kognitif, demensia, dan penyakit ginjal kronik. Komplikasi lain di antaranya:
Retinopati Hipertensi
Retinopati hipertensi adalah suatu kondisi dengan karakteristik perubahan vaskularisasi retina pada populasi yang menderita hipertensi. Kelainan ini pertama
12
kali dikemukakan oleh Marcus Gunn pada abad ke-19 pada sekelompok penderita hipertensi dan penyakit ginjal. Penyakit ini merupakan salah satu komplikasi organ target pada mata atau retina akibat hipertensi. Keadaan pembuluh darah retina sering dipakai sebagai ukuran keadaan pembuluh darah di dalam organ tubuh lain dan kelainan pada mata atau retina akibat hipertensi dapat dipakai untuk petunjuk kelainan yang terjadi pada pembuluh darah otak, jantung, dan ginjal. Kelainan pemeriksaan mata pada penderita hipertensi mempunyai peran pula dalam menentukan diagnosis dan prognosis penyakit hipertensi. Untuk memastikan ada tidaknya retinopati hipertensif adalah melalui pemeriksaan funduskopi direk. Funduskopi direk digunakan untuk melihat adanya perubahan fundus akibat hipertensi, dengan suatu rumusan klasifikasi yang dirumuskan oleh para ahli yang didasari perubahan morfologi retina akibat hipertensi. Tanda-tanda pada retina yang diobservasi adalah penyempitan arteriolar secara general dan fokal, perlengketan atau “nicking” arteriovenosa, perdarahan retina dengan bentuk flame-shape dan blot-shape, cotton-wool spots, dan edema papilla. Pada tahun 1939, Keith et al menunjukkan bahwa tanda-tanda retinopati ini dapat dipakai untuk memprediksi mortalitas pada pasien hipertensi.
Retinopati hipertensif dideteksi dengan menggunakan oftalmoskop direk. Retinopati hipertensif adalah salah satu dari beberapa tanda dari kerusakan organ akibat hipertensi. Menurut kriteria dari JNC VII, adanya atau ditemukannya retinopati hipertensif yang merupakan salah satu kerusakan organ target dan terdapatnya keadaan tekanan darah prehipertensi, hipertensi stadium I dan II, dapat diindikasikan untuk memulai terapi awal dengan anti hipertensi dan juga melakukan modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu antara lain dengan menurunkan berat badan, diet rendah natrium, melakukan aktivitas fisik yang bersifat aerobik dan mengurangi konsumsi alkohol.
Nefropati Hipertensi
13
Nefropati hipertensi adalah penyakit ginjal yang disebabkan karena terjadinya kerusakan vaskularisasi di ginjal oleh adanya peningkatan tekanan darah. Nefropati hipertensi terdiri dari kategori yakni benign nefropati hipertensi dan malignan nefropati hipertensi. Benign nefropati hipertensi biasanya terjadi pada usia di atas 60 tahun dan terjadi secara perlahan, sedangkan pada malignan nefropati hipertensi terjadi secara progressive sehingga diperlukan perawatan yang intensive di rumah sakit dengan obat-obatan antihipertensi intravena.
Pencegahan terjadinya nefropati hipertensi dapat dilakukan yakni dengan modifikasi gaya hidup, pengaturan diet hipertensi, olahraga yang teratur dan penggunaan obat-obatan antihipertensi yang rasional berdasarkan individual terapi sesuai dengan kriteria pasien masing-masing. Dengan demikian diharapkan tekanan darah dapat dipertahankan dalam batas normal untuk menghindari terjadinya komplikasi lebih lanjut yang terjadi pada beberapa organ salah satunya komplikasi pada ginjal.
2.10 Pencegahan dan pengobatan penyakit Hipertensi
Cukup banyak orang yang mengalami hipertensi tetapi tidak menyadarinya.
Diperlukan tindakan yang mencakup seluruh populasi untuk mengurangi akibat
tekanan darah tinggi dan meminimalkan kebutuhan terapi dengan obat
antihipertensi. Dianjurkan perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan
darah, sebelum memulai terapi obat. Pencegahan utama bagi hipertensi sebagai
berikut:
Menjaga berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 20–25 kg/m2). Mengurangi asupan diet yang mengandung natrium sampai <100 mmol/
hari (<6 g natrium klorida atau <2,4 g natrium per hari).
Melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat (≥30 menit per hari, pada hampir setiap hari dalam seminggu).
Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 3 unit/hari pada laki-laki dan tidak lebih dari 2 unit/hari pada perempuan.
Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran (misalnya, sedikitnya lima porsi per hari).
Perubahan gaya hidup yang efektif dapat menurunkan tekanan darah setara dengan masing-masing obat antihipertensi. Kombinasi dari dua atau lebih perubahan gaya hidup dapat memberikan hasil lebih baik.Penanganan tipe pertama untuk hipertensi identik dengan menganjurkan perubahan gaya hidup yang bersifat pencegahan dan meliputi perubahan diet,olah raga, dan penurunan berat badan. Semua perubahan ini telah terbukti menurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang dengan hipertensi.Jika hipertensi cukup tinggi dan memerlukan pemberian obat segera, perubahan gaya hidup tetap disarankan.
14
Berbagai program diiklankan dapat mengurangi hipertensi dan dirancang untuk mengurangi tekanan psikologis misalnya relaksasi, atau meditasi. Namun, secara umum belum ada penelitian yang secara ilmiah mendukung efektivitas program ini, karena penelitian yang ada masih berkualitas rendah.
Perubahan asupan diet seperti diet rendah natrium sangat bermanfaat. Diet rendah natrium jangka panjang (lebih dari 4 minggu) pada Kaukasia efektif menurunkan tekanan darah, baik pada penderita hipertensi maupun pada orang dengan tekanan darah normal.Selain itu, diet DASH, suatu diet kaya kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, unggas, buah, dan sayuran, yang dipromosikan oleh National Heart, Lung, and Blood Institute, menurunkan tekanan darah. Keistimewaan utama dari program ini adalah membatasi asupan natrium, namun demikian diet ini kaya magnesium, kalsium, dan protein.
Banyak orang memerlukan lebih dari satu obat untuk mengendalikan hipertensi mereka. Memulai pengobatan dengan dua macam obat apabila tekanan darah lebih dari 20 mmHg di atas target tekanan darah sistolik atau lebih dari 10 mmHg di atas target diastolik. Kombinasi yang lebih dipilih adalah penghambat sistem renin–angiotensin dengan antagonis kalsium, atau penghambat sistem renin–angiotensin dengan diuretik. Kombinasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Penghambat kanal kalsium dengan diuretik Penghambat beta dengan diuretik
Penghambat kanal kalsium dihidropiridin dengan penghambat reseptor beta
Penghambat kanal kalsium dihidropiridin dengan verapamil atau diltiazem
Kombinasi yang tidak boleh digunakan adalah sebagai berikut:
Penghambat kanal kalsium non-dihidropiridin (seperti verapamil atau diltiazem) dengan penghambat reseptor beta
Dua jenis penghambat sistem renin–angiotensin (contohnya, penghambat enzim konversi angiotensin + penghambat reseptor angiotensin)
Penghambat sistem renin–angiotensin dan penghambat reseptor beta
Penghambat reseptor beta dan obat anti-adrenergik.
Pengobatan hipertensi pada hipertensi sedang hingga berat menurunkan tingkat kematian dan efek samping kardiovaskuler pada pasien usia 60 tahun ke atas. Pada pasien yang berusia lebih dari 80 tahun pengobatan tampaknya tidak mengurangi tingkat kematian secara bermakna namun mengurangi risiko penyakit jantung.Target tekanan darah yang direkomendasikan adalah kurang dari 140/90 mm Hg dengan diuretik tiazid sebagai obat pilihan di Amerika Serikat. Pada versi revisi pedoman Inggris, penghambat kanal kalsium merupakan obat pilihan dengan target hasil pemeriksaan secara klinis
15
kurang dari 150/90 mmHg, atau kurang dari 145/85 mmHg pada pemantauan dengan tekanan darah ambulatori atau di rumah.
2.11 Pemeriksaan dan Diagnosis
Test Darah
Test darah dilakukan untuk mengecek kadar oksigen di dalam darah, fungsi liver dan ginjal dan beberapa test lain yang diperlukan untuk mengetahui apakah Anda mempunyai penyakit jaringan ikat, gangguan tiroid dan penyakit2 lain yang biasa berhubungan dengan PH jenis sekunder (PH yang disebabkan oleh penyakit lainnya)
Test pro-bnp/nt pro-bnp (brain natriuretic peptide) juga biasa dilakukan juga dilakukan secara rutin untuk melihat respon pengobatan PH.
Rontgen Dada
Dengan dilakukan rontgen dada bisa diketahui apakah terjadi pembesaran bilik jantung kanan/arteri pulmonal. Rontgen juga dalam menunjukkan tanda2 adanya empisema atau fibrosis paru.
Electrocardiogram (ECG/EKG)
Elektroda yang dipasangkan di pasien dapat merekam aktifitas elektrik dari jantung. Hanya dengan hasil EKG saja, diagnosa PH tidak dapat dilakukan, tetap diperlukan prosedur test lainnya untuk diagnosa PH.
Echocardiogram
Echocardiogram atau biasa juga oleh khalayak umum disebut usg jantung dilakukan untuk mengukur estimasi/perkiraan tekanan paru dan untuk mengetahui fungsi jantung. Selain itu bila terjadi kelainan jantung lainnya juga dapat diketahui melalui pemeriksaan echocardiogram ini.
Echocardiogram juga biasa dilakukan secara rutin untuk memonitor keadaan pasien PH.
16
Test Fungsi Paru (Pulmonary Function Tests)
Test ini dilakukan untuk mengetahui apakah paru-paru masih berfungsi dengan baik.
Test Toleransi Aktifitas / Test Berjalan 6 Menit (six-minute walk test)
Anda akan diberitahu untuk berjalan selama 6 menit dan diukur seberapa jauh Anda berjalan selama itu.Darisana akan diketahui tingkat toleransi aktifitas yang bisa Anda lakukan.
Nuclear Scan (a.k.a. Ventilation / Perfusion Scan or V/Q Scan)
Test ini dilakukan untuk melihat apakah ada bekuan/gumpalan darah di paru-paru yang bisa jadi salah satu penyebab PH dengan enggunakan bahan radioaktif yang diinjeksikan ke vena dan dihirup.
2.12 Penatalaksana Penyakit Hipertensi
Menurut Pharmaceutical Care untuk penyakit hipertensi Departemen
Kesehatan RI (2006), Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan:
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus
melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan
tekanan darah dapat terlihat pada tabel sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII.
Tabel Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi
Modifikasi Rekomendasi
Kira-kira
penurunan
tekanan darah,
range
Penurunan berat Pelihara berat badan normal 5-20 mmHg/10-
17
badan (BB) (BMI 18.5 – 24.9)kg
penurunan BB
Adopsi pola makanDASH Diet kaya dengan buah, sayur,
dan produk susu rendah lemak8-14 mm Hg
Diet rendah sodium
Mengurangi diet sodium, tidak lebih
dari 100meq/L (2,4 g sodium atau 6 g
sodium klorida)
2-8 mm Hg
Aktifitas fisik
Regular aktifitas fisik aerobic seperti
jalan kaki 30 menit/hari, beberapa
hari/minggu
4-9 mm Hg
Minum alkohol
sedikit saja
Limit minum alkohol tidak lebih dari
2/hari (30 ml etanol
(mis.720 ml beer, 300ml wine) untuk
laki-laki dan 1/hari untuk perempuan
2-4 mm Hg
Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan
hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan
darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi.
Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah
adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;
mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang
kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan
mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan
tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi
garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat.
Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat
badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai
pembatasan pemasukan natrium dan alkohol.
JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan
buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak
jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari.
Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur
18
paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan
pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang,
jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Merokok
merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien
hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang
dapat diakibatkan oleh merokok.
2. Terapi farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi yakni Diuretikm, Tiazid, Loop, Penahan
kalium, Antagonis Aldosteron, ACE inhibitor, Penyekat reseptor angiotensin,
Penyekat beta, Antagonis kalsium. Obat-obat antihipertensi alternatif yakni :
Penyekat alfa-1, Agonis sentralα-2, Antagonis Adrenergik, Perifer, Vasodilator
arteri langsung.
Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk
mengobati mayoritas pasien dengan hipertensi karena bukti menunjukkan
keuntungan dengan kelas obat ini. Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik
dan antagonis kalsium) mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna
dari studi terlihat dalam mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping.
Penyekat alfa, agonis alfa 2 sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator
digunakan sebagai obat alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat
utama.
Terapi Kombinasi
Fixed-dose combination yang paling efektif adalah sebagai berikut:
1. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan diuretik
2. Penyekat reseptor angiotensin II (ARB) dengan diuretik
3. Penyekat beta dengan diuretik
4. Diuretik dengan agen penahan kalium
5. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan antagonis kalsium
6. Agonis α-2 dengan diuretik
7. Penyekat α-1 dengan diuretic
2.13 Prognosis Hipertensi
19
Tanpa pengobatan maka hipertensi akan berakibat lanjut sesuai dengan
target organ yang diserangnya. Factor-faktor yang mempengaruhi prognosis
seorang penderita hipertensi adalah :
1. Etiologi hipertensi; hipertensi sekunder yang ditemukan pada tahap dini akan
lebih baik prognosisnya
2. Komplikasi; adanya komplikasi memperberat prognosis
20
BAB 3
ASKEP TEORI HIPERTENSI
3.1 Asuhan Keperawatan
BAB 4
CONTOH ASKEP (KASUS)
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
a. Identitas Pengkajian
Nama : Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 60 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan
Tanggal Masuk : 16 April 2012
No.Register : 06-46-47
Ruangan/Kamar : Mengkudu (K2B2)
Golongan Darah : O
Tanggal Pengkajian : 17 April 2012
Tanggal Operasi : -
Diagnosa Keperawatan : Hipertensi21
22
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn.D
Hubungan dengan Pasien : anak
Pekerjaan : PNS
Umur : 25 Tahun
Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan
3.1.2 Keluhan Utama
Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada
tungkai, sakit kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.
3.1.3 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangn
mengkudu dengan keluhan kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk
terasa tegang, pasien mengatakan sulit beraktivitas.
3.1.4 Riwayat Masa Lalu
Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1987
dengan kasus yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses
penyembuhan
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita
pasien adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita
hipertensi ibu pasien juga pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal
dengan riwayat penyakit hipertensi.
3.1.6 Riwayat Keadaan Psikososial
Pasien mempergunakan bahasa Indonesia, presepsi terhadap penyakitnya,
pasien sangat optimis untuk cepat sembuh dan pasien selalu berharap dan berdoa
kepada Allah SWT, pasien memilki hubungan yang sangat baik dengan keluarga
dan saudara.
23
3.1.7 Pemeriksaan Fisik
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 350c
Keadaan umum : Lemah
Penampilan : Pasien kurang rapi dan bersih
Kesadaran : Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal
(dengan prevalensi 15) sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaannya
TB : 178 cm
BB : 94 Kg
Ciri Tubuh : Gemuk
3.1.8 Pengkajian Pola Fungsional
a. Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat
ketombe
b. Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik
tidak dijumpai
c. Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-
bauan
d. Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya
peradangan dan pendarahan
e. Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun
peradangan
f. Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan
g. Jantung
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak
adanya dijumpai nyeri pada dada
24
h. Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
i. Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit
beraktivitas, semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
j. Pola Kebiasaan
1. Nutrisi
Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa 3 x 1 hari, makanan
kesukaan yang berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada.
Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis
1/3 porsi dengan diet M2, pasien dilarang makan makanan yang banyak
mengandung minyak dan lemak.
2. Eliminasi
BAB : Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi lembek
Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi lembek
BAK : Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari
Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari
3. Pola Istirahat
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2
jam,
Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari
pasientidak bisa tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang nyaman, sehingga
klien tampak kusam dan pucat.
4. Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan
jumlah jam kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya
hospitalisasi suasana dirumah sakit tidak terlaksana optimal karena badrest
5. Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali
kulit kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari.
6. Therapy
Infus RL : 20 gtt/i
Furosemide : 1 amp/12 jam
25
Amlodepine : 2 x 10 mg
Dulculax syrp : 3 x 1
Cotrimoxazole : 3x4 80 mg
B.Laxadine : 3x1
Ludios : 2x1
Sohobion : 2x1
3.1.9 Data Penunjang
Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai berikut :
No Kimia Darah Hasil Normal Unit1234567891011
Bil.totalBil.DirekSGOTSGPTUreumKreatinimUric acidCholesterol totalMglycerideHDLLDL
1,350,5930,538,427,21,087,8129933872
<1<0,25<37<4010-150,6-113,4-70<200<150>55<150
Mg/dLMg/DlU/IU/IMg/dLMg/dLMg/dLMg/dLMg/dLMg/dLMg/dL
No Gula Darah Hasil Normal1234
Puasa2 Jam ppdd randomserologi
75-115<12092
3.1.10 Analisa Data
NO DATA PENYEBAB MASALAH
26
1DS: Pasien mengatakan kepala pusing, dan leher terasa tegang.
DO: : Px tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemah.
TD : 170/100 mmHg Pols : 90 x/i RR : 22 x/i Temp : 370C
Peningkatan tekanan darah
Gangguan rasa nyaman nyeri
2DS: Pasien mengatakan tidak selera makan
DO: pasien tampak lemah, Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
Perubahan jenis diet
Gangguan pola nutrisi
3 DS: Pasien mengatakan susah tidur
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2 jam pasien susah tidur siang
Efek Hospitalisasi
Gangguan istirahat tidur
4 : pasien mengatakan kedua kakinya susah digerakkan
Do : aktivitas pasiens di bantu oleh keluarga dan perawat
kelemahan fisik Gangguan pola aktivitas
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak
meringis kesakitan, kondisi badan lemah.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan
habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata
cekung, tidur malam + 2 jam, pasien susah tidur siang
4. Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai
dengan aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
27
3.1.11 Diagnosa Keperawatan
Nama : Tn.M
Umur : 60 Tahun
Ruang : Mengkudu
No.Reg : 06-46-47
Tabel Asuhan Keperawatan
NO DATADIAGNOSA
KEPERAWATANTUJUAN
PERENCANAANINTERVENSI RASIONALISASI
1DS: Pasien mengatakan kepala pusing, dan leher terasa tegang.
DO: : Px tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemah
TD : 170/100 mmHg Pols : 90 x/i RR : 22 x/i Temp : 370C
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemah.
TD : 170/100 mmHg Pols : 90 x/i RR : 22 x/i Temp : 370C
Nyeri dan pusing hilang
Atur posisi semifowler pasien
Berikan istirahat yang cukup
Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang mengandung garam
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
Dengan mengatur posisi semi fowler pasien diharapkan pasien merasa nyaman
Dengan memberikan istirahat yang cukup diharapkan rasa nyeri pasien berkurang
Dengan menghindari makanan yang mengndung garam diharapkan dapat menghindari peningkatan tekanan darah
Dengan berkolaborasi dengan dokter diharapkan pasien mendapat penanganan lebih lanjut.
2DS: Pasien mengatakan tidak selera makan
DO: pasien tampak lemah,Makanan yang di sajikan
habis 1/3 porsi
Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Beri makan pasien sedikit tapi sering
Beri makanan dalam keadaan hangat
Beri makanan yang berpariasi
Beri penjelasan tentang manfaat makanan
Dengan memberikan makan makan pasien sedikit tapi sering diharapkan pasien mudah mencerna makanan yang dimakannya
Dengan memberikan makanan dalam keadaan hangat diharapkan dapat menambah nafsu makan pasien
Dengan memberikan makanan yang berpariasi diharapkan pasien tidak bosan dengan makanan yang disediakan
Dengan memberikan penjelasan makanan pada pasien, agar pasien
28
mengetahui manfaat makanan
3 DS: Pasien mengatakan susah tidur
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2 jam pasien susah tidur siang
Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2 jam susah tidur siang
Istirahat tidur pasien terpenuhi
Beri pasien ruangan yang nyaman
Batasi jam berkunjung pasien ; pagi jam 10-12Sore 16-17Malam 19-21
Batasi jumlah pengunjung
Hindari keributan Rapikan tempat tidur
pasien
Dengan memberikan pasien ruangan yang nyaman diharapkan pasien merasa nyaman
Dengan membatasi jam berkunjung diharapkan pasien dapat beristirahat
Dengan membatasi jumlah pengunjung agar pasien merasa tenang
Dengan menghindari keributan diharapkan pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Dengan merapikan tempat tidur pasien setiap hari diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan pasien setiap hari
4 : pasien mengatakan kedua kakinya susah digerakkan
Do : aktivitas paiens di bantu oleh keluarga dan perawat
Gangguan pola
aktivitas b/d
kelemahan fisik d/d
pasien tampak susah
melakukan aktivitas,
semua aktivitas
dibantu oleh keluarga
dan perawat
aktivitas pasien terpenuhi
Bantu aktivitas pasien
Beri posisi yang nyaman semi fowler
Dekatkan barang-barang dibutuhkan pasien
- Dengan membantu pasien untuk berativitasAgar kedua kaki pasien tidak terasa kaku
- Dengan memberikan posisi semifowler di harapkan dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien
Pasien dapat menjangkau barang-barang yang diperlukan pasien
29
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan
Hipertensi adalah peningkatan tekanan pada sistole, yang tingginya
tergantung umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas –
batas tertentu, tergantung pada posisi tubuh, umur dan tingkat stress. Hipertensi
juga dapat digolongkan sebagai ringan, sedang atau berat, berdasarkan diastole.
Hipertensi ringan apabila tekanan diastole 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang
apabila tekanan diastole 105 – 114 mmHg, hipertensi berat apabila tekanan
diastole > 115 mmHg.
Menurut Kausanya hipertensi di bedakan menjadi : Hipertensi esensial
(Hipertensi Primer) dan Hipertensi sekunder. menurut Gangguan tekanan darah :
Hipertensi Sistolik dan Hipertensi Diastolik. Sedangkan menurut beratnya atau
tingginya peningkatan tekanan darah dibagi menjadi Hipertensi Ringan,
Hipertensi Sedang dan Hipertensi Berat. Beberapa factor resiko hipertensi adalah
Faktor genetic, Jenis kelamin, Etnis, Obesitas, Pola asupan garam dalam diet,
Merokok, Tipe kepribadian, Aktivitas Fisik, dan Stress. Mekanisme terjadinya
hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh
angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah.
Hipertensi biasanya didiagnosis selama pemeriksaan fisik umum check up,
atau kunjungan ke dokter untuk beberapa keluhan lain. Penatalaksana hipertensi
dapat dilakukan dengan terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Tanpa
pengobatan maka hipertensi akan berakibat lanjut sesuai dengan target organ yang
diserangnya dan mempengaruhi prognosis seorang penderita hipertensi.
Pencegahan hipertensi dapa dilakukan dengan Pencegahan primodial, Promosi
30
Kesehatan berkaitan dengan penyakit Hipertensi, Proteksi spesifik, Diagnosis
dini, Pengobatan dan Rehabilitasi.
5.2 Saran
Untuk mengurangi resiko terjadinya Hipertensi , diharapkan
masyarakat dapat mencegah terjadinya penyakit tersebut, terutama
menjaga pola makan sehari-hari dan
31