makalah g30s

38
Latar Belakang Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia yang berideologi komunis. Dalam sejarahnya, PKI pernah berusaha melakukan pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda pada 1926, mendalangi pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948, serta dituduh membunuh 6 jenderal TNI AD di Jakarta pada tanggal 30 September 1965 yang di kenal dengan peristiwa G30S. Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia yang berideologi komunis. Dalam sejarahnya, PKI pernah berusaha melakukan pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda pada 1926, mendalangi pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948, serta dituduh membunuh 6 jenderal TNI AD di Jakarta pada tanggal 30 September 1965 yang di kenal dengan peristiwa G30S. Dari sini muncul beberapa pertanyaan yaitu A) Apa penyebab terjadinya G30S?

Upload: aank-sky-high

Post on 26-Nov-2015

61 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

jnbjnjnjnjnjnj

TRANSCRIPT

Latar BelakangPartai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia yang berideologi komunis. Dalam sejarahnya, PKI pernah berusaha melakukan pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda pada 1926, mendalangi pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948, serta dituduh membunuh 6 jenderal TNI AD di Jakarta pada tanggal 30 September 1965 yang di kenal dengan peristiwa G30S. Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia yang berideologi komunis. Dalam sejarahnya, PKI pernah berusaha melakukan pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda pada 1926, mendalangi pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948, serta dituduh membunuh 6 jenderal TNI AD di Jakarta pada tanggal 30 September 1965 yang di kenal dengan peristiwa G30S. Dari sini muncul beberapa pertanyaan yaitu A) Apa penyebab terjadinya G30S? B) Bagaimana proses terjadinya peristiwa G30S? C) Apa benar PKI adalah dalangnya?

A. Penyebab Terjadinya G30Sa. Isu Dewan JenderalPada saat-saat genting sekitar bulan September 1965 muncul isu adanya Dewan Jenderal, yang mengungkapkan bahwa para petinggi Angkatan Darat tidak puas terhadap Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Soekarno memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka untuk diadili. Namun secara tak terduga, dalam operasi penangkapan tersebut para jenderal tersebut terbunuh.1b. Isu Dokumen GilchristDokumen Gilchrist diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia, Andrew Gilchrist. Beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jenderal. Dokumen ini oleh beberapa pihak dianggap pemalsuan. Di bawah pengawasan Jenderal Agayant dari KGB Rusia, dokumen ini menyebutkan adanya "Teman Tentara Lokal Kita" yang mengesankan bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh pihak Barat. Kedutaan Amerika Serikat juga dituduh memberi daftar nama anggota PKI kepada tentara untuk "ditindaklanjuti".2

B. Terjadinya peristiwa G30SPada dini hari 1 Oktober 1965, Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) Letnan Jenderal Ahmad Yani dan lima orang staf umumnya diculik dari rumah-rumah mereka di Jakarta, dan dibawa dengan truk ke sebidang areal perkebunan di selatan kota. Para penculik membunuh Ahmad Yani dan dua jenderal lainnya pada saat penangkapan berlangsung. Tiba di areal perkebunan beberapa saat kemudian pada pagi hari itu, mereka membunuh tiga jenderal lainnya 1 Gerakan 30 September, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September pada tanggal 12 februari 2014 pukul 16.34 2 Gerakan 30 September, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September pada tanggal 12februari 2014 pukul 16.46

dan melempar enam jasad mereka ke sebuah sumur mati. Seorang letnan, yang salah tangkap dari rumah jenderal ketujuh yang lolos dari penculikan, menemui nasib dilempar ke dasar sumur yang sama. Pagi hari itu juga orang-orang di balik peristiwa pembunuhan ini pun menduduki stasiun pusat Radio Republik Indonesia (RRI), dan melalui udara menyatakan diri sebagai anggota pasukan yang setia kepada Presiden Sukarno. Mereka mengumumkan tujuan aksi mereka adalah untuk melindungi Presiden Soekarno dari jenderal yang menamakan diri sebagai dewan jenderal yang akan melancarkan kudeta. Mereka menyebut nama pemimpin mereka, Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Cakrabirawa, yang bertanggung jawab mengawal Presiden, dan menamai gerakan mereka Gerakan 30 September.3

a. Sejarah singkat pemberontakan PKIPeristiwa Madiun (Madiun Affairs) adalah sebuah konflik kekerasan atau situasi chaos yang terjadi di Jawa Timur bulan September Desember 1948. Peristiwa ini diawali dengan diproklamasikannya negara Soviet Republik Indonesia pada tanggal 18 September 1948 di Madiun oleh Muso, seorang tokoh Partai Komunis Indonesia dengan didukung pula oleh Menteri Pertahanan saat itu, Amir Sjarifuddin.

3 Jhon Roosa, 2008, Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto, Jakarta, Institut Sejarah Sosial Indonesia bekerjasama dengan Hasta Mitra, hal. 3.Pada saat itu hingga era Orde Lama peristiwa ini dinamakan Peristiwa Madiun (Madiun Affairs), dan tidak pernah disebut sebagai pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Baru di era Orde Baru peristiwa ini mulai dinamakan pemberontakan PKI. Bersamaan dengan itu terjadi penculikan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Madiun, baik itu tokoh sipil maupun militer di pemerintahan ataupun tokoh-tokoh masyarakat dan agama. Masih ada kontroversi mengenai peristiwa ini. Sejumlah pihak merasa tuduhan bahwa PKI yang mendalangi peristiwa ini sebetulnya adalah rekayasa pemerintah Orde Baru (dan sebagian pelaku Orde Lama).4b. Tawaran bantuan dari BelandaPada awal konflik Madiun, pemerintah Belanda berpura-pura menawarkan bantuan untuk menumpas pemberontakan tersebut, namun tawaran itu jelas ditolak oleh pemerintah Republik Indonesia. Pimpinan militer Indonesia bahkan memperhitungkan, Belanda akan segera memanfaatkan situasi tersebut untuk melakukan serangan total terhadap kekuatan bersenjata Republik Indonesia. Memang kelompok kiri termasuk Amir Syarifuddin Harahap, tengah membangun kekuatan untuk menghadapi Pemerintah RI, yang dituduh telah cenderung berpihak kepada AS. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, muncul berbagai organisasi yang membina kader-kader 4 sejarah peristiwa g30s pki diakses dari http://www.kumpulansejarah.com/2012/11/sejarah-peristiwa-g30s-pki.html pada 12 februari 2014 pukul 16.53

mereka, termasuk golongan kiri dan golongan sosialis. Selain tergabung dalam Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), Partai Sosialis Indonesia (PSI) juga terdapat kelompok-kelompok kiri lain, antara lain Kelompok Diskusi Patuk, yang diprakarsai oleh Dayno, yang tinggal di Patuk, Yogyakarta. Yang ikut dalam kelompok diskusi ini tidak hanya dari kalangan sipil seperti D.N. Aidit, Syam Kamaruzzaman, dll., melainkan kemudian juga dari kalangan militer dan bahkan beberapa komandan brigade, antara lain Kolonel Joko Suyono, Letkol Sudiarto (Komandan Brigade III, Divisi III), Letkol Soeharto (Komandan Brigade X, Divisi III. Kemudian juga menjadi Komandan Wehrkreis III, dan menjadi Presiden RI), Letkol Dahlan, Kapten Suparjo, Kapten Abdul Latief dan Kapten Untung Samsuri.Pada bulan Mei 1948 bersama Suripno, Wakil Indonesia di Praha, Musso, kembali dari Moskow, Rusia. Tanggal 11 Agustus, Musso tiba di Yogyakarta dan segera menempati kembali posisi di pimpinan Partai Komunis Indonesia. Banyak politisi sosialis dan komandan pasukan bergabung dengan Musso, antara lain Mr. Amir Sjarifuddin Harahap, dr. Setiajid, kelompok diskusi Patuk, dll.Aksi saling menculik dan membunuh mulai terjadi, dan masing-masing pihak menyatakan, bahwa pihak lainlah yang memulai. Banyak perwira TNI, perwira polisi, pemimpin agama, pondok pesantren di Madiun dan sekitarnya yang diculik dan dibunuh.

Tanggal 10 September 1948, mobil Gubernur Jawa Timur RM Ario Soerjo (RM Suryo) dan mobil 2 perwira polisi dicegat massa pengikut PKI di Ngawi. Ketiga orang tersebut dibunuh dan mayatnya dibuang di dalam hutan. Demikian juga dr. Muwardi dari golongan kiri, diculik dan dibunuh. Kelompok kiri menuduh sejumlah petinggi Pemerintah RI saat itu, termasuk Wakil Presiden/Perdana Menteri Mohammad Hatta telah dipengaruhi oleh Amerika Serikat untuk menghancurkan Partai Komunis Indonesia, sejalan dengan doktrin Harry S. Truman, Presiden AS yang mengeluarkan gagasan Domino Theory. Truman menyatakan, bahwa apabila ada satu negara jatuh ke bawah pengaruh komunis, maka negara-negara tetangganya akan juga akan jatuh ke tangan komunis, seperti layaknya dalam permainan kartu domino. Oleh karena itu, dia sangat gigih dalam memerangi komunis di seluruh dunia.Pada 19 September 1948, Presiden Soekarno dalam pidato yang disiarkan melalui radio menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk memilih: Musso-Amir Syarifuddin atau Soekarno-Hatta. Maka pecahlah konflik bersenjata, yang pada waktu itu disebut sebagai Madiun Affairs (Peristiwa Madiun), dan di zaman Orde Baru terutama di buku-buku pelajaran sejarah kemudian dinyatakan sebagai pemberontakan PKI Madiun.5

c. Pelaksanaan G30SPelaksanaan G30S 1965 Pada 1 Oktober 1965 dini hari, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol. Untung. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan tersebut. Tahunya Aidit akan jenis sakitnya Sukarno membuktikan bahwa hal tersebut sengaja dihembuskan PKI untuk memicu ketidakpastian di masyarakat. tani yang mencerminkan 10 kekuatan partai politik pada masa itu. Walaupun undang-undangnya sudah ada namun pelaksanaan di daerah tidak jalan sehingga menimbulkan gesekan antara para petani penggarap dengan pihak pemilik tanah yang takut terkena UUPA, melibatkan sebagian massa pengikutnya dengan melibatkan backing aparat keamanan. Peristiwa yang menonjol dalam rangka ini antara lain peristiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara dan peristiwa di Klaten yang disebut sebagai aksi sepihak dan kemudian digunakan sebagai dalih oleh militer untuk membersihkannya. Keributan antara PKI dan islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan Persis dan Muhammadiya) itu pada dasarnya terjadi di hampir semua tempat di Indonesia, di Jawa Barat, Jawa Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga terjadi hal demikian, PKI di beberapa tempat bahkan sudah 5 mengungkap fakta g30spki diakses dari http://soeharto.co/mengungkap-fakta-g-30-spki pada 12 februari 2014 pukul 18.37

mengancam kyai-kyai bahwa mereka akan disembelih setelah tanggal 30 September.6d. KorbanKeenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah: Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi) Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi) Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan) Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen) Brigjen TNI Donald Issac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik) Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat) Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan beliau, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut. Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban: Bripka Karel Satsuin Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J.Leimena) 6 Gerakan 30 September, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September pada tanggal 12februari 2014 pukul 17.42 Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta) Letkol Sugiyanto Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.7e. Pasca KejadianPasca pembunuhan beberapa perwira TNI Angkatan Darat, PKI mampu menguasai dua sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi yang terletak di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI, PKI menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September yang ditujukan kepada para perwira tinggi anggota Dewan Jenderal yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah. Diumumkan pula terbentuknya Dewan Revolusi yang diketuai oleh Letkol Untung Sutopo.Di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan terhadap Kolonel Katamso (Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel Sugiyono (Kepala Staf Korem 072/Yogyakarta). Mereka diculik PKI pada sore hari 1 Oktober 1965. Kedua perwira ini dibunuh karena secara tegas menolak berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pada tanggal 1 Oktober 1965 7 Gerakan 30 September, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September pada tanggal 12februari 2014 pukul 17.43Sukarno dan sekretaris jendral PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan Revolusioner oleh para "pemberontak" dengan berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari perlindungan. Pada tanggal 6 Oktober, Sukarno mengimbau rakyat untuk menciptakan "persatuan nasional", yaitu persatuan antara angkatan bersenjata dan para korbannya untuk penghentian kekerasan. Biro Politik dari Komite Sentral PKI segera menganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi massa untuk mendukung "pemimpin revolusi Indonesia" dan tidak melawan angkatan bersenjata.8

C. Apa benar dalang G30S adalah PKI?Seperti yang sudah diceritakan di atas bahwa dalang pemberontakan G30S adalah PKI namun ada beberapa kejanggalan jika memang benar PKI yangdibalik G30S, kejanggalan tersebut antara lain adalah:1. Sulit dipercaya bahwa partai politik yang beranggotakan orang sipil dapat memimpin sebuah operasi militer. Bagaimana mungkin orang sipil dapat memerintah personil militer untuk melaksanakan keinginan mereka?9 terkecuali kolonel Untung dan Brigjen Soepardjo adalah benar-benar anggota PKI.2. Dalam pengumuman di RRI setelah gerakan dilakukan bahwa komandan gerakan itu adalah Kolonel Untung, dan Brigjen 8 Gerakan 30 September, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September pada tanggal 12februari 2014 pukul 17.439 Jhon Roosa, 2008, Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto, Jakarta, Institut Sejarah Sosial Indonesia bekerjasama dan Hasta Mitra, hal 5.

3. Soepardjo sebagai wakil komandan, bagaimana mungkin seorang Brigjen dalam pelaksanaanya menjadi bawahan seorang kolonel.4. kisah yang disiarkan besar-besaran tentang perempuan-perempuan peserta G-30-S yang menyiksa dan memotong kemaluan tujuh perwira tangkapan mereka di Lubang Buaya, ternyata merupakan rekayasa.105. Soeharto tidak pernah membuktikan bahwa PKI telah mendalangi G-30S.6. Soeharto tidak dapat menjelaskan satu fakta dasar: G-30S dilakukan oleh personil militer, yaitu Letnan Kolonel Untung dan pasukannya dari pasukan kawal kepresidenan, Kolonel Latief dan pasukannya dari garnisun Jakarta, Mayor Soejono dan pasukannya dari pangkalan AURI Halim, Kapten Sukirno dan pasukannya dari Batalyon 454 Jawa Tengah, dan Mayor Soepeno dan pasukannya dari Batalyon 530 Jawa Timur.117. Jika Angkatan Darat memang bersungguh-sungguh dalam pengumpulan bukti tentang keterlibatan PKI, ia tidak akan bergegas-gegas mengeksekusi empat dari lima pimpinan puncak partai. D.N. Aidit, justru tokoh yang oleh Angkatan Darat dinyatakan sebagai dalang, ditembak mati di sebuah tempat 10 Jhon Roosa, 2008, Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto, Jakarta, Institut Sejarah Sosial Indonesia bekerjasama dengan Hasta Mitra, hal. 93.11 Ibid, hal 95.

8. rahasia di Jawa Tengah pada 22 November 1965, segera esudah ia tertangkap.12Tidak dapat dibantah bahwa beberapa orang pemimpin dan anggota PKI dengan satu atau lain cara terlibat dalam G-30-S. Sudisman mengaku demikian dalam persidangannya Pertanyaan yang belum terjawab ialah bagaimana tepatnya keterlibatan mereka. Siapa-siapa dan badan badan partai mana saja yang ikut serta? Bagaimana pemahaman mereka tentang G-30-S? Apa alasan mereka? Apa hubungan mereka dengan para perwira militer di dalam G-30-S? Dengan menyalahkan PKI secara menyeluruh, sampai pada anggota-anggota organisasi-organisasi front di tingkat desa yang tidak mempunyai hubungan apa pun dengan G-30-S.Fakta-fakta yang dapat menimbulkan berbagai versi sebuah peristwa sejarah? Maka inilah enam versi dalang Gerakan 30 September tahun 1965 yang menyebabkan gugurnya 7 perwira ABRI dan menimbulkan genosida yang menewaskan ribuan orang sipil dengan dalih pembersihan komunis dari Indonesia.1. Partai Komunis Indonesia (PKI)PKI sebagai dalang G30S merupakan versi yang paling populer, paling kuno, dan paling melekat di ingatan dan hati sanubari seluruh rakyat Indonesia. Bahkan singkatan resmi untuk gerakan ini adalah G30S/PKI yang diterjemahkan sebagai Gerakan 30 September oleh PKI. Selama masa Orde Baru setiap malam tanggal 30 September seluruh rakyat Indonesia diwajibkan menonton film kolosal tentang G30S/PKI dengan tujuan mengenang para pahlawan revolusi. Setelah rezim Soeharto tumbang belakangan banyak pendapat yang mengatakan bahwa film tersebut hanyalah propaganda dalam bentuk seluloid, film kolosal sebagai doktrinasi yang melanggengkan kekuasaan Soeharto. Banyak juga ahli sejarah yang mempertanyakan doktrin bahwa PKI sebagai dalang gerakan berdarah ini. Kalau memang PKI memberontak kenapa 3,5 juta anggotanya-yang menjadikan PKI partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah Uni Soviet dan RRC-tidak melawan ketika terjadi pembersihan oleh ABRI? Mengapa partai komunis dengan jumlah anggota terbanyak diantara negara-negara non-komunis itu sangat mudah diruntuhkan dalam waktu beberapa hari saja? Bahkan putusan Mahkamah Militer Luar Biasa saja hanya menyebutkan individu-individu tertentu yang dijatuhi hukuman mati atau seumur hidup dengan alasan terbukti melakukan makar. Tidak menyebutkan PKI yang melakukan makar.

2. Sebagian Perwira Angkatan Darat dengan PKI sebagai Pemain KeduaPenentangan terhadap versi pertama diungkapkan oleh Benedict Anderson dan Ruth McVey pada tahun 1966. Mereka berdua mengatakan bahwa G30S berawal dari persoalan intern TNI AD. Dalam teorinya yang kemudian diterbitkan dan dikenal sebagai Cornell Paper (1971) beberapa perwira TNI AD dari Kodam IV/Diponegoro kesal melihat para jenderal hidup berfoya-foya di Jakarta. Para perwira dari Jawa Tengah itu kemudian mengajak Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dan PKI dalam menjalankan operasinya. Versi ini agak lemah karena faktanya Brigjen Supardjo berasal dari Kodam Siliwangi demikian pula dengan Mayor Udara Sujono, walaupun memang Untung dan Latief dari Kodam IV/Diponegoro. Maka kemudian versi ini ditengahi oleh Harold Crouch dalam The Army and Politics (1978) yang menolak Cornell Paper dengan mengatakan bahwa inisiatif awal gerakan ini timbul dari tubuh TNI AD sedangkan PKI bertindak sebagai Pemain Kedua dengam mengacu pada keterlibatan Sjam Kamaruzaman dan Pono-dari Biro Chusus PKI. Tetapi versi ini pun tidak menjelaskan lebih lanjut tentang mengapa gerakan dirancang dengan buruk dan mengapa selang waktu pengumuman pertama dan kedua berselang 5 jam, padahal kunci kudeta adalah pada kecepatan dan ketepatan waktu.3. SoekarnoPada tahun 1974 seorang penulis belanda bernama Antonie Dake meneebitkan pengakuan ajudan Bung Karno, Bambang Widjanarko dalam The Devious Dalang. Dalam pengakuannya Bambang Widjanarko mengatakan bahwa pada tanggal 4 Agustus 1965 Presiden Soekarno memanggil Letkol.Untung dan memerintahkannya mengambil tindakan terhadap jenderal-jenderal yang tidak loyal. Sebenarnya pengakuan Bambang Widjanarko dapat dikonfrontasi dengan keterangan Bung Karno tetapi beliau sudah terlanjur wafat. Belakangan diketahui bahwa pengakuan Bambang Widjanarko hanyalah strategi untuk mencegah bangkitnya pendukun Soekarno dalam pemilihan umum Juli 1971. Hal ini diketahui setelah Bambang Widjanarko akhirnya mengakui sendiri bahwa saat itu ia dipaksa bersaksi demikian. Juga kalau benar bahwa Presiden Soekarno yang memerintahkan penculikan 7 perwira itu, mengapa malam 1 Oktober 1965 beliau tidak langsung menuju Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma-tempat pengumpulan para jenderal yang diculik? Mengapa harus berputar-putar keliling Jakarta seperti orang kebingungan?

4. SoehartoVersi ini pertama kali diungkapkan oleh W.F.Wertheim dalam artikelnya yang berjudul Soeharto and the Untung Coup-The Missing Link (1970). Dikatakan bahwa pada malam 1 Oktober 1965 terjadi pertemuan antara Soeharto dengan Latief dan Letkol Untung-pimpinan tim penculik ketujuh jenderal. Tetapi banyak pula ahli sejarah dan politik yang berpendapat bahwa Soeharto bukan tipe orang jenius yang bisa merancang kudeta secara sistematis. Soeharto hanyalah orang yang sudah tahu sebelum kejadian nahas itu terjadi-melalui pertemuannya dengan Untung dan Latief-sehingga ia menjadi orang yang paling siap. Kesiapannya inilah yang menjadi senjata mematikan untuk menumpas PKI sekaligus merebut kekuasaan dari Soekarno.5. Amerika Melalui Central Intelegence Agency (CIA)Amerika gatal melihat perkembangan PKI di Indonesia. Sebagai Macan Asia, berkuasanya komunis di Indonesia bisa menimbulkan efek domino terhadap negara-negara lain di Asia Tenggara. Jika hal ini terjadi maka berarti kiamat bagi Amerika. Hal ini sebenarnya telah disinyalir oleh Bung karno yang dismpaikan dalam pidato Nawaksara (1967) yang menyebut adanya subversi Nekolim. Versi ini pada intinya menyatakan bahwa Amerika membujuk TNI AD untuk mengambil kekuasaan dari tangan Soekarno yang pro-komunis dengan membentuk Dewan Jenderal. Isu mengenai Dewan Jenderal-yang sebenarnya belum terbentuk karena TNI AD masih menunggu saat yang tepat-ini membuat PKI khawatir sehingga timbulah tindakan untuk mencegah perebutan kekuasaan oleh TNI AD dengan cara menculik 7 perwira tinggi AD. Tindakan penculikan yang kemudian dihembuskan sebagai tindakan pemberontakan inilah yang kemudian dijadikan dasar tentara-atau Soeharto-untuk membubarkan PKI dan memburu kader-kadernya sampai habis.6. Sjam Kamaruzaman sebagai Ketua Biro Chusus Central PKIVersi yang keenam ini adalah versi yang paling mutakhir. Pertama kali disampaikan oleh John Roosa dalam bukunya berjudul Dalih Pembunuhan Massal : Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto (2008). Dalam bukunya Roosa mengungkapkan bahwa dalam tubuh PKI sebenarnya tidak ada sistem komando yang terpusat. Dalam tubuh PKI ada 2 kubu yaitu kubu militer (Letkol Untung, Latief, dan Sujono) dan Biro Chusus (Sjam, Pono, dengan Aidit sebagai latar belakang). Memang keberadaan Biro Chusus seperti hantu, tidak terlalu terekspos dan tidak banyak yang tahu karena memang tujuan pembentukannya adalah sebagai badan intelejen, organisasi bawah tanah PKI yang bertugas menyusupi tentara. Badan ini dibentuk oleh Aidit-ketua umum PKI-dan berada langsung di bawah komando Aidit. Sjam memegang peranan penting karena bertindak sebagai penghubung antara pihak Untung dengan Aidit. Sayangnya Sjam tidak benar-benar menjadi penghubung. Banyak laporan di lapangan yang kemudian tidak disampaikan kepada Aidit tetapi justru ditindaklanjuti sendiri. Saat upaya rencana penggagalan Dewan Jenderal disampaikan kepada Presiden Soekarno, beliau menolak tindakan tersebut. Dari sini kubu PKI terpecah menjadi 2. Kubu militer yang dipimpin oleh Letkol Untung ingin mematuhi Bung Karno tetapi kubu Biro Chusus yang dipegang Sjam ingin melanjutkan rencana. Perpecahan yang disebabkan arogansi Sjam ini menyebabkan : Lamanya selang waktu antara pengumuman pertama dengan pengumuman selanjutnya. Juga menjelaskan mengapa antara pengumuman pertama dan kedua sangat drastis. Pagi hari diumumkan bahwa Presiden Soekarno dinyatakan selamat dari rencana Dewan Jenderal. Tetapi siangnya langsung diumumkan pembentukan Dewan Revolusi dan pembubaran kabinet.Gagalnya gerakan ini karena ada kerancuan yang nyata antara menyelamtakan presiden dengan cara menculik Dewan Jenderal dengan percobaan kudeta dengan cara membentuk Dewan Revolusi dan membubarkan kabinet. Dalam versi keenam ini terungkap bahwa sebenarnya G30S lebih tepat dikatakan sebagai aksi-untuk menculik tujuh jenderal dan dihadapkan pada Presiden, bukan gerakan. Sebab, peristiwa ini merupakan aksi sekelompok orang di Jakarta dan Jawa Tengah yang dapat ditumpas dalam waktu singkat. Namun aksi yang berakibat fatal-dengan terbunuhnya enam jenderal-karena perencanaan yang buruk dan arogansi Sjam ini dijadikan dasar oleh Soeharto untuk menumpas PKI sampai ke akar-akarnya. Semisal Sjam Kamaruzaman melaporkan kondisi sebenarnya kepada Aidit bahwa kekuatan mereka belum sempurna, kemudian hanya diputuskan untuk menculik ketujuh jenderal, lalu dihadapkan kepada Presiden unutk dimintai pertanggungjawaban tentang Dewan Jenderal, maka mungkin sejarah akan berkata lain. Mungkin massa akan turun ke jalan menuntut dipecatnya ketujuh jenderal kemudian tokoh-tokoh PKI akan diberikan posisi stratgeis di pemerintahan oleh Presiden Soekarno. Mungkin juga Soeharto tidak akan berkuasa selama 35 tahun di negeri ini. Hanya kemungkinan-kemungkinan yang dapat dimunculkan dari fakta sejarah karena sejarah tidak bisa dikembalikan..

KesimpulanSampai sekarang tidak ada yang mengetahui secara pasti siapa dalang sebenarnya, saya meyakini bahwa dalang sebenarnya bukanlah PKI. Walaupun PKI terlibat, namun kapasitasnya hanya sebagai pendukung gerakan 30S, karena jika gerakan ini berhasil maka akan ada keuntungan tersendiri, keterlibatan PKIpun bukan berasal dari kebijakan dari Partai, hanya keterwakilan oleh D.N Aidit saja. Peristiwa G30S 1965 yang terjadi di Indonesia telah memberi dampak negatif dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia yaitu Dampak politik dan Dampak Ekonomi.Setelah supersemar diumumkan, perjalanan politik di Indonesia mengalami masa transisi. Kepemimpinan Soekarno kehilangan supermasinya. MPRS kemudian meminta Presiden Soekarno untuk mempertanggung jawabkan hasil pemerintahannya, terutama berkaitan dengan G30S/PKI. Dalam Sidang Umum MPRS tahun 1966, Presiden Soekarno memberikan pertanggung jawaban pemerintahannya, khususnya mengenai masalah yang menyangkut peristiwa G30S.

DAFTAR PUSTAKA

Roosa Joohn. 2008. Dalih Pembunuhan Masal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto. Jakarta:Institut Sejarah Indonesia dan Hasta Mitrahttp://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_Septemberhttp://soeharto.co/mengungkap-fakta-g-30-spkihttp://www.kumpulansejarah.com/2012/11/sejarah-peristiwa-g30s-pki.html

12 Jhon Roosa, 2008, Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto, Jakarta, Institut Sejarah Sosial Indonesia bekerjasama dengan Hasta Mitra, hal. 101.