makalah fix
DESCRIPTION
DSCWSDTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak “Low Back Pain”
akibat proses degeneratif. Nyeri pinggang bawah merupakan keluhan yang umum pada
kedokteran klinik. Hampir semua orang pernah mengalami nyeri pinggang bawah. Prevalensi
nyeri pinggang bawah yang tinggi, tidak perlu dipersoalkan lagi, sebab sejak seorang anak
belajar berdiri dan berjalan ia sudah dihadapkan resiko nyeri pinggang bawah.
Penyebabnya bermacam-macam diantaranya adalah Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke tungkai bawah
terutama pada saat aktivitas membungkuk (Sholat dan mencangkul). Penderita mayoritas
melakukan suatu aktivitas mengangkat beban yang berat dan sering membungkuk. Aktivitas
ini banyak dilakukan oleh para pekerja bangunan, pembantu rumah tangga, olahragawan
angkat besi dan kuli pelabuhan. HNP adalah suatu keadaan di mana sebagian atau seluruh
bagian dari nukleus pulposus mengalami penonjolan kedalam kanalis spinalis. Hernia
Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung (NPB) yang
penting.
Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%)
mengenai diskus intervertebralis L5 – S1 dan L4 – L5. Biasanya NPB oleh karena HNP
lumbalis akan membaik dalam waktu kira – kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang
dilakukan kecuali pada keadaan tertentu. Nukleus pulposus tidak mempunyai persarafan,
sehingga tidak menimbulkan rasa nyeri, tetapi bila ia mendorong ke belakang, ia
meregangkan anulus fibrosus dan menimbulkan rasa nyeri. Karena ikat – ikat posterior
longitudinal menutupi anulus fibrosus di bagian tengah, herniasi lebih sering mendorong ke
arah posterolateral.
Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif. Sebagian
kecil berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi. Pada pasien yang dioperasi, 90%
membaik terutama nyeri tungkai, kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.
Hernia Nucleus Pulposus Page 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Dalam bahasa Inggris kedokteran, pinggang dikenal sebagai “Low Back”, secara anatomi
pinggang adalah daerah tulang belakang L1 sampai tulang sacrum dan otot-otot sekitarnya.
Daerah pinggang mempunyai fungsi penting pada tubuh manusia, yaitu membuat tubuh
berdiri tegak, untuk pergerakan, dan melindungi beberapa organ penting yang ada
didalamnya. Peranan otot – otot erector truski adalah memberikan tenaga imbangan ketika
mengangkat benda. (Sidharta Priguna, 1999)
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau herniasi diskus intervertebralis, yang sering pula
disebut sebagai Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral Radiculopathies adalah penyebab
tersering nyeri pugggung bawah yang bersifat akut, kronik atau berulang. (Reni H. Masduchi,
2011)
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak diantara
ruas-ruas tulang belakang (Soft Gel Disc atau Nucleus Pulposus) mengalami tekanan di salah
satu bagian posterior atau lateral sehingga nucleus pulposus pecah dan luruh dan terjadi
penonjolan melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis yang mengakibatkan penekanan
radiks saraf. (Kevin, 2011; Barbara C.Long, 1996)
Penyakit HNP ini bisa terjadi pada seluruh ruas tulang belakang, mulai dari tulang leher
sampai tulang ekor (Cervical, Thorakal, Lumbal atau Sacrum). Herniasi diskus dapat terjadi
pada dua sisi, tetapi lebih sering terjadi pada satu sisi. Keluhan nyeri dapat unilateral, bilateral
atau bilateral tetapi lebih berat ke satu sisi. Daerah sakitnya tergantung di mana terjadi
Hernia Nucleus Pulposus Page 2
penjepitan, misalnya di leher maka akan terjadi migrain atau sakit sampai ke bahu. Bisa juga
terjadi penjepitan di tulang ekor, maka akan terasa sakit seperti otot ketarik pada bagian paha
atau betis, kesemutan, sakit pinggang yang menjalar ke tungkai bawah sesuai dengan
distribusi dermatom saraf yang terkena terutama pada saat aktifitas mengangkat beban yang
berat dan membungkuk, bahkan bisa sampai pada kelumpuhan. Penderita penyakit ini sering
mengeluh hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, namun juga dapat
terjadi pada daerah servikal dan thorakal tetapi kasusnya jarang terjadi. HNP dapat terjadi
pada semua usia, rata-rata 35 - 45 tahun. (Sidharta Priguna, 1999)
2.2. Anatomi dan Fisiologi
Ruas-ruas tulang belakang manusia tersusun dari atas ke bawah dan diantara ruas-ruas
dihubungkan dengan tulang rawan yang disebut cakram sehingga tulang belakang dapat tegak
dan membungkuk. Dan disebelah depan dan belakangnya terdapat kumpulan serabut kenyal
yang memperkuat kedudukan ruas tulang belakang. Tulang belakang terdiri atas :
Vertebra servicalis sebanyak 7 ruas dengan badan ruas kecil dan lubang ruasnya besar.
Pada taju sayapnya terdapat lubang saraf yang disebut foramen transversalis. Ruas
pertama disebut atlas yang memungkinkan kepala mengangguk. Ruas kedua disebut
prosesus odontoit (Aksis) yang memungkinkan kepala berputar ke kiri dan kekanan.
Vertebra thorakal sebanyak 12 ruas. Badan ruasnya besar dan kuat, taju durinya panjang
dan melengkung.
Vertebra lumbalis sebanyak 5 ruas. Badan ruasnya tebal, besar dan kuat, taju durinya agak
picak. Bagian ruas kelima agak menonjol disebut promontorium.
Vertebra sacralis sebanyak 5 ruas. Ruas-ruasnya menjadi satu sehingga menyerupai
sebuah tulang.
Vertebra koksigialis sebanyak 4 ruas. Ruasnya kecil dan menjadi sebuah tulang yang
disebut os. Koksigialis. Dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian dengan
sacrum.
Hernia Nucleus Pulposus Page 3
Secara umum struktur tulang belakang tersusun atas dua kolom yaitu :
Kolom korpus vertebra beserta semua diskus intervetebra yang berada di antaranya.
Kolom elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang terdiri atas lamina,
pedikel, prosesus spinosus, prosesus transversus dan pars artikularis, ligamentum-
ligamentum supraspinosum dan intraspinosum, ligamentum flavum, serta kapsul sendi.
Hernia Nucleus Pulposus Page 4
Korpus
Merupakan bagian terbesar dari vertebra, berbentuk silindris yang mempunyai beberapa
facies yaitu : facies anterior berbentuk konvek dari arah samping dan konkaf dari arah
cranial ke caudal. Facies superior berbentuk konkaf pada lumbal 4 – 5.
Arcus
Merupakan lengkungan simetris di kiri-kanan dan berpangkal pada korpus menuju dorsal
pangkalnya disebut radik arcus vertebra dan ada tonjolan ke arah lateral yang disebut
procesus spinosus.
Foramen vertebra
Merupakan lubang yang besar yang terdapat diantara corpus dan arcus bila dilihat dari
columna vetebralis, foramen vetebra ini membentuk suatu saluran yang disebut canalis
vetebralisalis, yang akan terisi oleh medula spinalis.
Stabilitas pada vertebra ada dua macam yaitu stabilisasi pasif dan stabilisasi aktif. Untuk
stabilisasi pasif adalah ligament yang terdiri dari :
Ligament longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior tiap diskus dan anterior
korpus vertebra, ligament ini mengontrol gerakan ekstensi.
Hernia Nucleus Pulposus Page 5
Ligament longitudinal posterior yang memanjang dan melekat pada bagian posterior
diskus dan posterior korpus vertebra. Ligament ini berfungsi untuk mengontrol gerakan
fleksi.
Ligament flavum terletak di dorsal vertebra di antara lamina yang berfungsi melindungi
medulla spinalis dari posterior.
Ligament tranfersum melekat pada tiap procesus tranversus yang berfungsi mengontrol
gerakan fleksi. (Snel S. Richard, 1997)
Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena adanya dua
sendi di posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior. Bila dilihat dari samping, pilar
tulang belakang membentuk lengkungan atau lordosis di daerah servikal, torakal dan lumbal.
Keseluruhan vertebra maupun masing – masing tulang vertebra berikut diskus
intervertebralisnya bukanlah merupakan satu struktur yang elastis, melainkan satu kesatuan
Hernia Nucleus Pulposus Page 6
yang kokoh dengan diskus yang memungkinkan gerakan bergeser antar korpus ruas tulang
belakang. Lingkup gerak sendi pada vertebra servikal adalah yang terbesar. Vertebra torakal
berlingkup gerakan yang sedikit karena adanya tulang rusuk yang membentuk toraks,
sedangkan vertebra lumbal mempunyai ruang lingkup gerak yang lebih besar dari torakal
tetapi makin ke bawah lingkup geraknya makin kecil. (Langran, 2006; Jong Syamsuhidayat)
Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus vertebra yang
berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis, dan sendi sakroiliaka.
Ligamentum longitudinal dan diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra yang
berdekatan.
Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra sakralis terdapat
diskus intervertebralis. Diskus – diskus ini membentuk sendi fibrokartilago yang lentur antara
dua vertebra. Diskus dipisahkan dari tulang yang diatas dan dibawanya oleh lempengan tulang
rawan yang tipis. Diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari
servikal sampai lumbal atau sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan
peredam kejut (Shock Absorber). Diskus intervertebralis terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
Annulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis, yaitu :
Lapisan terluar terdiri dari lamella fibrokolagen yang berjalan menyilang konsentris
mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan – akan menyerupai
gulungan per (Coiled Spring).
Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibrokartilagenus.
Daerah transisi.
Nucleus pulposus
Nucleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat semigetalin, nucleus
ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang
rawan. Juga berperan penting dalam pertukaran cairan antar diskus dan pembuluh-
pembuluh kapiler.
Vertebral endplate
Tulang rawan yang membungkus apofisis korpus vertebra, membentuk batas atas
dan bawah dari diskus.
Diskus intervertabralis berfungsi secara hidrodinamik. Tekanan pada nucleus disebarkan
ke semua arah, hal inilah yang menjaga tetap terpisahnya vertebral end plates. Serabut-serabut
annulus fibrosus mempunyai kemampuan cukup untuk bergerak fleksi dan ekstensi sehingga
memungkinkan perubahan bentuk dari nukleus pulposus. Fleksibilitas dari annulus fibrosus
Hernia Nucleus Pulposus Page 7
dimungkinkan oleh karena adanya kelenturan, kemampuan memanjang dan adanya lubrikasi
atau pelumasan dari lembaran-lemabaran annulus. (Reni H. Masduchi, 2011)
Nucleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan (Hyaluronic Long
Chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangat higroskopis.
Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan atau beban.
Diskus intervertebralis, baik annulus fibrosus maupun nukleus pulposus adalah bangunan
yang tidak peka nyeri. Bagian yang peka nyeri adalah :
Ligamentum longitudinal anterior.
Ligamentum longitudinal posterior.
Corpus vertebrae dan periosteumnya.
Ligamentum supraspinosum.
Fasia dan otot.
Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical yang terbentang dari
dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital magnum, masuk kekanalis
sampai setinggi segmen lumbal 2. medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinalis kiri
dan kanan yang terdiri atas :
8 pasang saraf servical.
15 pasang saraf thorakal.
5 pasang saraf lumbal.
5 pasang saraf sacral.
1 pasang saraf cogsigeal.
Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian – bagian yaitu substansia
grisea dan substansia alba. Substansia grisea mengelilingi kanalis centralis sehingga
membentuk kolumna dorsalis, kolumna lateralis dan kolumna ventralis. Kolumna ini
menyerupai tanduk yang disebut conv. Substansia alba mengandung saraf myelin (Akson).
Sumsum tulang belakang berjalan melalui tiap-tiap vertebra dan membawa saraf yang
menyampaikan sensasi dan gerakan dari dan ke berbagai area tubuh. Semakin tinggi
kerusakan saraf tulang belakang, maka semakin luas trauma yang diakibatkan. Misalnya, jika
kerusakan saraf tulang belakang di daerah leher, hal ini dapat berpengaruh pada fungsi di
bawahnya dan menyebabkan seseorang lumpuh pada kedua sisi mulai dari leher ke bawah
dan tidak terdapat sensasi di bawah leher. Kerusakan yang lebih rendah pada tulang sakral
mengakibatkan sedikit kehilangan fungsi. (Langran, 2006)
Hernia Nucleus Pulposus Page 8
2.3. Epidemiologi
Di Amerika hampir 80% dari populasi dewasa pernah mengalami nyeri pinggang dalam
kehidupannya. Dari poliklinik unit penyakit saraf RSCM Jakarta melaporkan bahwa
penderita nyeri pinggang bawah pada tahun 1976 sebanyak 5,8%. Dari poliklinik rematologi
RS. Soetomo Surabaya pada tahun 1980 sebanyak 17,7%. Dari Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Sardjito Yogyakarta melaporkan penderita nyeri pinggang bawah yang datang berobat ke
RSUP Dr. Sardjito sebanyak 190 penderita, 43 diantaranya adalah penderita nyeri pinggang
bawah yang disertai nyeri radikuler, ditinjau dari keseluruhan penderita baru (3,75%) maka
190 penderita nyeri pinggang bawah adalah merupakan sebagian kecil saja (5,63%). Tidak
dijumpai nyeri pinggang bawah pada pada anak 6 – 10 tahun, kemudian diikuti 41 – 50
tahun, kemudian 31 – 40 tahun dan 51 – 60 tahun. Tahun 1986 didapatkan dari 49 orang
penderita nyeri pinggang belakang sebanyak 19 orang menderita HNP (45,24%).
Hernia Nucleus Pulposus Page 9
HNP sering terjadi pada daerah L4 - L5 dan L5 – S1 kemudian pada C5 – C6 dan paling
jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tetapi
kejadiannya meningkat setelah umur 20 tahun. Dengan insidens hernia lumbosakral lebih dari
90% sedangkan hernia servikalis sekitar 5-10%. (Ratih astarida, 2009)
HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada decade ke-4 dan
ke-5. Kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak
membungkuk dan mengangkat. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah
lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi kearah
posterolateral, dengan kompresi radiks saraf.
2.4. Etiologi
Penyebab utama terjadinya HNP adalah cidera, cidera dapat terjadi karena terjatuh tetapi
lebih sering karena posisi menggerakkan tubuh yang salah. Pada posisi gerakan tulang
belakang yang tidak tepat maka sekat tulang belakang akan terdorong ke satu sisi dan pada
saat itulah bila beban yang mendorong cukup besar akan terjadi robekan pada annulus
pulposus yaitu cincin yang melingkari nucleus pulposus dan mendorongnya merosot keluar
sehingga disebut hernia nucleus pulposus. Sebenarnya cincin (Annulus) sudah terbuat sangat
kuat tetapi pada pasien tertentu di bagian samping belakang (Posterolateral) ada bagian yang
lemah (Locus Minoris Resistentiae).
Contoh kejadian sehari-hari yang dapat membuat terjadinya HNP adalah sebagai berikut:
Mengambil benda yang jatuh dilantai.
Mengejar bola yang cukup jauh dengan ayunan langkah yang tidak akurat saat tennis.
Mengepel lantai.
Tergelincir saat berjalan.
Melompat.
Mengambil sesuatu di atas lemari.
Membungkuk tiba-tiba.
Tiba-tiba berlari mengejar sesuatu.
Berpijit dan punggungnya di injak-injak.
Beberapa contoh kejadian sehari-hari diatas kadang-kadang begitu saja terjadi, tidak
disengaja. Sehingga unsur ketidaksengajaan dan tiba-tiba memainkan peran yang menonjol
tercetusnya HNP. (Achdiat Agus, 2009)
Hernia Nucleus Pulposus Page 10
Bisa juga terjadi karena adanya spinal stenosis, ketidakstabilan vertebra karena salah
posisi, mengangkat, pembentukan osteophyte, degenerasi dan degradasi dari kandungan
tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga
mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus. (Reni H. Masduchi, 2011)
2.5. Faktor Resiko
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah, antara lain :
a. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi.
b. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita.
c. Riwayat cidera punggung atau HNP sebelumnya.
Faktor risiko yang dapat dirubah, antara lain :
a. Pekerjaan dan aktivitas, misalnya duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik
barang-barang serta sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung,
latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
b. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang
berat dalam jangka waktu yang lama.
c. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
d. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan
strain pada punggung bawah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi, antara lain :
Hernia Nucleus Pulposus Page 11
a. Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.
b. Kondisi lingkungan kerja yaitu licin, kasar, naik atau turun.
c. Keterampilan pekerja.
d. Peralatan kerja beserta keamanannya. (Yulvitrawasih, 2011)
2.6. Klasifikasi
Macnab’s Classification membagi HNP berdasarkan pemeriksaan MRI menjadi:
Bulging Disc: Suatu penonjolan atau konveksitas dari diskus melewati batas diskus
tetapi anulus tetap intak.
Proalapsed Disc: Suatu penonjolan dari diskus melalui annulus fibrosus yang
mengalami robekan yang tidak komplit.
Extruded Disc: Suatu penonjolan dari diskus melalui annulus fibrosus yang
mengalami robekan komplit, dan nucleus pulposus mendesak ligamentum
longitudinalis posterior.
Sequesteres Disc: Sebagian dari nucleus pulposus keluar melalui annulus fibrosus
yang telah robek, kehilangan kontinuitas dengan nucleuos pulposus yang berada
didalam diskus dan telah berada dalam kanal.
Menurut lokasi penonjolan Nucleous Pulposus, terdapat 3 tipe, yaitu:
Central, tidak selalu didapatkan gejala radikular. Dapat menimbulkan gangguan pada
banyak akar saraf bila mengenai cauda equina atau nielopati apabila mengenai medula
spinalis.
Posterolateral, pada umunya terjadi pada vertebra lumbalis sehubungan dengan
menipisnya ligamentum longitudalis posterior pada daerah tersebut, misalnya HNP
vertebra L4 – L5 akan menimbulkan iritasi pada akar saraf L5.
Far – lateral foraminal, tidak selalu didapatkan gejala nyeri punggung bawah.
Mengenai akar saraf yang terekat, misalnya HNP vertebra L4 – L5 akan mengenai
akar saraf L4.
Berdasarkan lesi terkenanya terbagi atas :
Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka pada
posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah
kejadian yang berulang. Proses penyusutan nucleus pulposus pada ligamentum
longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan atau
dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh. Bersin,
Hernia Nucleus Pulposus Page 12
gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong
ujungnya atau jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit
sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi “Extruded” dan melintang
sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus
pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya terjadi pada satu sisi atau
lainnya (Kadang – kadang ditengah), dimana mereka mengenai sebuah serabut atau
beberapa serabut saraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf
melawan apophysis artikuler.
Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan
kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal
menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau
menghilang. Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan
diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral
mengakibatkan tekanan pada pangkal saraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang
mana selalu diawali dengan beberapa gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese,
kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.
2.7. Patofisiologi
Melengkungnya punggung ke depan akan menyebabkan menyempitnya atau merapatnya
tulang belakang bagian depan, sedangkan bagian belakang merenggang, sehingga nucleus
pulposus akan terdorong ke belakang.
Prolapsus diskus intervertebralis, hanya terdorong ke belakang yang menimbulkan nyeri,
sebab pada bagian belakang vertebra terdapat serabut saraf spinal serta akarnya, dan apabila
tertekan oleh prolapsus discus intervertebralis akan menyebabkan nyeri yang hebat pada
bagian pinggang, bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan anggota bagian bawah. (Sufitni,
1996)
Herniasi atau ruptur dari discus intervertebra adalah protrusi nucleus pulposus bersama
beberapa bagian anulus ke dalam kanalis spinalis atau foramen intervertebralis. Karena
ligamentum longitudinalis anterior jauh lebih kuat daripada ligamentum longitudinalis
Hernia Nucleus Pulposus Page 13
posterior, maka herniasi diskus hampir selalu terjadi ke arah posterior atau posterolateral.
Herniasi tersebut biasanya menggelembung berupa massa padat dan tetap menyatu dengan
badan diskus, walaupun fragmen-fragmennya kadang dapat menekan keluar menembus
ligamentum longitudinalis posterior dan masuk lalu berada bebas ke dalam kanalis spinalis.
Perubahan morfologik pertama yang terjadi pada diskus adalah memisahnya lempeng tulang
rawan dari korpus vertebra di dekatnya.
Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Karena adanya
gaya traurnatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial.
Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan bisa terjadi pada
trauma berikutnya. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatik ketika
hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat, dan sebagainya.
Menjebolnya (Herniasi) nukleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang di atas
atau dibawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Sobekan
sirkumferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan
terbentuknya nodus Schmorl atau merupakan kelainan yang mendasari low back pain
subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal
sebagai iskhialgia atau siatika. Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti
bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis yang
berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada di sisi lateral. Tidak akan ada
radiks yang terkena jika tempat herniasinya berada di tengah. Pada tingkat L2, dan terus ke
bawah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi yang berada di garis tengah tidak
akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi HNP, sisa diskus
intervertebral ini mengalami lisis, sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa
ganjalan.
Hernia Nucleus Pulposus Page 14
Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara progresif dengan
bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang ditandai dengan
penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai berkurangnya kadar air dalam nucleus
sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang elastis.
Hernia Nucleus Pulposus Page 15
Sela intervertebra lumbal L4 – L5 dan L5 – S1 adalah yang paling sering terkena,
terutama L5 – S1. Sedangkan L3 – L4 merupakan urutan berikutnya. Ruptur diskus lumbal
yang lebih tinggi jarang dan hampir selalu akibat trauma masif. Karena hubungan anatomis
pada vertebra lumbal, protrusi diskus biasanya menekan radiks saraf yang muncul satu
vertebra di bawahnya. Jika terdapat fragmen diskus bebas, biasanya mengenai radiks yang
muncul di atas diskus yang mengalami herniasi. Sebagian besar HNP terjadi pada L4 – L5
dan L5 – S1 karena:
Daerah lumbal, khususnya daerah L5 – S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu
menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5 – S1.
Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi.
Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi L5 –
S1.
Daerah lumbal terutama L5 – S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arah herniasi
yang paling sering adalah posterolateral.
Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang
mengakibatkan herniasi nucleus pulpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar saraf
spinal. Pada umumnya herniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang
lebih banyak bergerak (Perbatasan Lumbosakralis dan Servikotorakalis). Sebagian besar dari
HNP terjadi pada lumbal antara L 4 sampai L 5, atau L5 sampai S1. Arah herniasi yang paling
sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring kebawah
sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.
Hernia Nucleus Pulposus Page 16
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein
yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intradistal meningkat,
menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil (Sylvia,1991), sedang M.
Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak langsung pada
diskus intervertebralis akan menyebabkan kompresi hebat dan herniasi nucleus pulposus
(HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus
mendorong ligamentum longitudinal maka terjadilah herniasi. Protrusi atau ruptur nucleus
pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan.
Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus.
Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi
nucleus. Setelah trauma (Jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat)
kartilago dapat cidera.
2.8.Manisfestasi Klinis
Manifestasi klinis HNP tergantung dari radiks saraf yang terkena. Gejala klinis yang
paling sering adalah iskhialgia (Nyeri radikuler sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus).
Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut menjalar sampai di bawah lutut.
Bila saraf sensorik yang besar terkena akan timbul gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai
dengan dermatomnya. Pada kasus berat dapat terjadi kelemahan otot dan hilangnya refleks
tendon patella (KPR) dan Achilles (APR). Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat
terjadi gangguan miksi, defekasi dan fungsi seksual. Sindrom kauda equina dimana terjadi
saddle anasthesia sehingga menyebabkan nyeri kaki bilateral, hilangnya sensasi perianal
(Anus), paralisis kandung kemih, dan kelemahan sfingter ani. Sakit pinggang yang diderita
Hernia Nucleus Pulposus Page 17
pun akan semakin parah jika duduk, membungkuk, mengangkat beban, batuk, meregangkan
badan, dan bergerak. Istirahat dan penggunaan analgetik akan menghilangkan sakit yang
diderita.
Keluhan awal biasanya nyeri punggung bawah (Low back pain) yang onsetnya perlahan-
lahan, bersifat tumpul atau terasa tidak enak, sering intermitten, walaupun kadang-kadang
nyeri tersebut onsetnya mendadak dan berat. Nyeri ini terjadi akibat regangan ligamentum
longitudinalis posterior, karena diskus itu sendiri tidak memiliki serabut nyeri. Nyeri tersebut
khas yaitu diperhebat oleh aktivitas dan pengerahan tenaga serta mengedan, batuk, atau
bersin. Nyeri ini biasanya menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan
tungkai yang sakit difleksikan. Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebra yang
menyebabkan nyeri dan membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh. Ada jenis
yang akut dan ada jenis yang berlangsung perlahan. Jenis yang berlangsung perlahan kadang-
kadang lebih lama sembuhnya. Nyeri bersifat tumpul dan semakin bertambah bila pinggang
bergerak, ketika berjalan pasien akan memiringkan tubuh ke arah badan yang sehat semata-
mata bertujuan untuk membuka ruang lebih luas bagi bagian ruas tulang belakang yang
bermasalah. Setelah periode waktu tertentu, timbul nyeri pinggul dan sisi posterior atau
posterolateral paha serta tungkai sisi yang terkena, yang biasanya disebut skiatika atau
iskialgia. Ada kalanya pasien mengeluh nyeri pada tepi luar telapak kaki (S1) dan tepi luar
betis dan paha dalam (L3 – L4 – L5). Ini semua bergantung pada radian saraf pinggang yang
terkena dorongan dari nucleus pulposus yang merosot tersebut. Pasien tidak tahan duduk lama
apalagi bila duduk bersila. Sebentar-sebentar pasien akan menjulurkan kaki, gejala ini sering
disertai rasa tebal dan kesemutan yang menjalar ke bagian kaki yang dipersarafi oleh serabut
sensorik radiks yang terkena. Kekuatan otot tungkai pada umumnya tidak terlalu terganggu,
namun sensasi raba mungkin dapat berkurang. Pada keadaan yang tidak lazim dimana protrusi
diskus sentral terjadi dengan adanya kanalis spinalis yang sempit pada regio lumbal, kompresi
kauda ekuina dapat timbul, dengan paraparesis dan hilangnya tonis sfingter. Sindrom
klaudikasio palsu telah dilaporkan dengan nyeri tungkai bila beraktivitas, akibat sekunder dari
kompresi intermitten kauda ekuina. (Achdiat Agus, 2009; Mansjoer Arif et all)
Tanda dan gejala yang spesifik pada berbagai jenis HNP adalah:
a. Henia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan
periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan
tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfiksasi sehingga kadang-
kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau
Hernia Nucleus Pulposus Page 18
ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam
bokong dan tungkai. Low back pain ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah
iskhias sebelah tungkai (Nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu
untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal. Sindrom sendi
intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri dari kekakuan atau ketegangan, kelainan
bentuk tulang belakang, nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki, kombinasi
paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks.
b. Hernia Servicalis
Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (Sevikobrachialis).
Atrofi di daerah biceps dan triceps.
Refleks biceps yang menurun atau menghilang.
Otot-otot leher spastik dan kaku kuduk.
c. Hernia Thorakalis
Nyeri radikal.
Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang paraparesis.
Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia.
2.9. Pemeriksaan Fisik
Secara klinis dapat dilakukan beberapa gerakan seperti:
a. Tes Lasegue
Tes Lasegue disebut juga tes Straight Leg Raising (SLR) test. Caranya adalah
dengan membaringkan pasien dan kemudian satu tungkai lurus diatas pembaringan
meja periksa dan satu tungkai diangkat keatas. Pasien akan menjerit kesakitan pada
saat tungkai diangkat tinggi sebelum mencapai sudut 70 derajat. Pada keadaan seperti
ini dikatakan tes Laseque positif. Bila tes Lasegue positif maka hampir dapat
dikatakan HNP positif. Bila tungkai kanan diangkat terasa sakit maka disebut tes
Lasegue kanan positif berarti lesi HNP di kanan. Sebaliknya bila tes Lasegue kiri
yang positif maka lesi HNP ada di sisi kiri pula.
Hernia Nucleus Pulposus Page 19
b. Tes Braggard
Tes Braggard dilakukan dengan posisi sama seperti pada tes Laseque namun
ketika tungkai diangkat maka telapak kaki pasien di dorong kuat keatas (Dorsofleksi
maksimal), maka akan terasa nyeri sepanjang tungkai.
c. Tes Siccard
Tes Siccard dilakukan dengan posisi sama seperti pada tes Braggard namun
dengan ibu jari di dorong maksimal ke arah atas (Dorsofleksi maksimal) dan akan
terasa nyeri sepanjang tungkai.
Hernia Nucleus Pulposus Page 20
Ada tes lain yaitu tes Patrick dan Contra Patrick tetapi justru tes ini untuk menunjukkan
bahwa penyebab nyeri pinggang bukan HNP tetapi suatu proses arthritis. Tes yang lain adalah
Valsalva, dimana pasien diminta untuk menahan nafas. Bila terasa nyeri di pinggang dan
menjalar ke tungkai disebut tes Valsalva positip dan HNP positip. Tes Naffziger adalah
dengan menekan vena jugularis jika setelah ditekan terasa nyeri bertambah berarti terdapat
HNP. (Achdiat Agoes, 2009; Mansjoer Arif et all)
2.10. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis herniasi diskus antar vertebra sering dibuat hanya berdasarkan anamnesis dan
dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan fisik. Perasat – perasat untuk evaluasi seperti
mengangkat tungkai dan berjalan jinjit di atas tumit juga bermanfaat untuk membuat
diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti
dari hernia nukleus pulposus yaitu: (Achdiat Agoes, 2009; Mansjoer Arif et all)
a. Foto pinggang polos
Foto pinggang polos kadang-kadang sudah menunjukkan indikasi HNP bila sudut ruas
tulang belakang miring kesalahsatu sisi. Pada umumnya bila pasien cenderung
memiringkan tubuh ke kiri maka berarti HNP di kanan. Foto polos vertebra tidak lagi
dilakukan sesering masa sebelum CT-scan. Kadang-kadang pemeriksaan ini bermanfaat
untuk menyingkirkan anomali atau deformitas kongenital, penyakit reumatik tulang
belakang, tumor metastatik atau primer. Pada penyakit diskus, foto ini normal atau
memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela intervertebra dan
pembentukan osteofit.
b. Foto caudografi
Hernia Nucleus Pulposus Page 21
Foto caudografi adalah foto dengan memberikan kontras ke dalam rongga
subarakhnoid yang dimasukkan dengan jarum pungsi lumbal antara L3 – L4, L4 – L5
atau L5 – S1. Setelah kontras dimasukkan maka dilakukan foto dan akan terlihat pada
foto ada bagian yang tidak terisi kontras yaitu daerah yang terkena HNP (Filling defects).
Foto ini sangat populer pada tahun 1980 an namun dengan masuknya tehnik CT Scan dan
MRI (Magnetic Resonance Imaging) mulai berkurang permintaan untuk foto caudografi
ini.
c. Foto MRI
MRI mampu memperlihatkan daerah yang terkena HNP dengan jelas tanpa pasien
merasa kesakitan, hanya proses foto cukup lama dan biaya besar. MRI terutama
bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalis atau kauda ekuina. Alat ini sedikit
kurang teliti bila dibandingkan dengan CT scan dalam hal mengevaluasi gangguan radiks
saraf.
d. Kadar serum kalsium, fosfat, alkali, dan asam fosfatase, serta kadar gula harus diperiksa
pada setiap pasien sebab penyakit tulang metabolik, tumor metastatik, dan mononeurotis
diabetik dapat menyerupai penyakit diskus intervertebra.
e. Punksi lumbal
Walaupun cairan serebrospinal dapat memperlihatkan peningkatan kadar protein
ringan dengan adanya penyakit diskus, punksi lumbal biasanya hanya kecil manfaatnya
untuk diagnostik. Jika terdapat blok spinal total, kadar protein dapat meningkat sedikit
dengan manuver Queckendstedt yang abnormal.
Hernia Nucleus Pulposus Page 22
f. Pemeriksaan neurofisiologis
EMG dapat normal pada penyakit diskus, atau potensial fibrilasi dan gelombang
tajam positif dapat dijumpai pada otot-otot yang dipersarafi radiks yang terkena setelah
beberapa minggu.
g. Mielografi
Bila diagnosis sindrom diskus sudah pasti, dan tidak ada kemungkinan tumor kauda
ekuina atau beberapa kelainan lain, mielografi tidak perlu dilakukan kecuali operasi
dipertimbangkan. Mielografi untuk menentukan tingkat protrusi diskus.
2.11. Diagnosis
Hernia Nucleus Pulposus Page 23
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum, pemeriksaan
neurologik dan pemeriksaan penunjang. Adanya riwayat mengangkat beban yang berat dan
berulang kali, timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya
herniasi.
a. Anamnesis
Dalam anamnesis perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya, bagaimana mulai
timbulnya, lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali
kegiatan fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma
sebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Perlu juga ditanyakan
keluhan yang mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler, riwayat gangguan
miksi, lemah tungkai dan adanya saddle anestesi.
b. Pemeriksaan klinik umum
Inspeksi dapat di mulai saat penderita jalan masuk ke ruang pemeriksaan. Cara
berjalan (Tungkai sedikit difleksikan dan kaki pada sisi sakit di jinjit), duduk (Pada sisi
yang sehat). Palpasi, untuk mencari spasme otot, nyeri tekan, adanya skoliosis, gibus dan
deformitas yang lain.
c. Pemeriksaan neurologik
Pemeriksaan sensorik.
Pemeriksaan motorik adalah dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi otot.
Pemeriksaan tendon.
Pemeriksaan yang sering dilakukan, antara lain:
Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (Tes laseque, Tes bragard, Tes Sicard).
Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (Tes Nafzigger, Tes Valsava).
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan neurofisiologi, terdiri dari:
Elektromiografi (EMG) bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena dan
sejauh mana gangguannya, masih dalam tahap iritasi atau tahap kompresi.
Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP), berguna untuk menilai pasien spinal
stenosis atau mielopati.
Pemeriksaan Radiologi
Foto polos untuk menemukan berkurangnya tinggi diskus intervetebralis
sehingga ruang antar vertebralis tampak menyempit.
Kaudografi, mielografi, CT Mielo dan MRI untuk membuktikan HNP dan
menetukan lokasinya. MRI merupakan standar baku emas untuk HNP.
Hernia Nucleus Pulposus Page 24
2.12. Diagnosis Banding
Tumor tulang spinalis yang berproses cepat, cairan serebrospinalis yang berprotein
tinggi. Hal ini dapat dibedakan dengan menggunakan myelografi.
Spondylolisthesis. Spondylolisthesis adalah kelainan yang disebabkan perpindahan ke
depan (Masuk / tergelincir) satu bodi vertebra terhadap vertebra di bawahnya.
Tersering L4 – L5.
Spondylosis. Spondylosis adalah kelainan degeneratif yang menyebabkan hilangnya
suktur dan fungsi normal spinal. Walaupun peran proses penuaan adalah penyebab
utama, lokasi dan percepatan degenerasi bersifat individual. Proses degeneratif pada
regio cervical, thorak, atau lumbal dapat mempengaruhi diskus intervertebral dan
sendi facet.
2.13. Penatalaksanaan
Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik
pasien dan melindungi serta meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan.
Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan
untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95%
penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita
butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau
pembedahan. Terapi konservatif meliputi:
a. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal,lama yang dianjurkan adalah 2 – 4 hari. Tirah baring terlalu lama akan
menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktifitas
biasa. Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan
punggung,lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari
vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan
aproksimasi jaringan yang meradang.
b. Medikamentosa
Analgetik dan NSAID.
Pelemas otot, digunakan untuk mengatasi spasme otot.
Opioid, tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka panjang
dapat menyebabkan ketergantungan.
Hernia Nucleus Pulposus Page 25
Kortikosteroid oral, pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.
Analgetik ajuvan dipakai pada HNP kronis
c. Terapi Fisik
Traksi pelvis
Diatermi atau kompres panas / dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme
otot. keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila
terdapat edema.Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun
dingin.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat digunakan
untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis. Sebagai
penyangga korset dapat mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal punggung seperti
jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan
penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan
otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi
pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.
Proper Body Mechanics
Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik
untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam
menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut:
Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan
lurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke
pinggir tempat tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul
dan berubah ke posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada
paha untuk membantu posisi berdiri.
Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser
posisi panggul.
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan
diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.
Hernia Nucleus Pulposus Page 26
Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak
jongkok, punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot
perut. Dengan punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki.
Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan
kaki harus berubah posisi secara bersamaan.
Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan
wc duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat
bangkit.
d. Pembedahan
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf
sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif HNP harus
berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:
Defisit neurologik memburuk.
Gangguan otonom (Miksi, defekasi, seksual).
Paresis otot tungkai bawah
Disektomi: Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral.
Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis
spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis,
mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan
radiks.
Laminotomi: Pembagian lamina vertebra.
Hernia Nucleus Pulposus Page 27
Disektomi dengan peleburan. Pada disektomi, sebagian dari diskus intervertebralis
diangkat untuk mengurangi tekanan terhadap nervus. Disektomi dilakukan untuk
memindahkan bagian yang menonjol dengan general anesthesia. Hanya sekitar 2- 3
hari tinggal dirumah sakit. Akan dianjurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah
operasi untuk mengurangi resiko penggumpulan darah. Untuk sembuh total memakan
waktu beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus yang harus ditangani, jika ada
masalah lain selain herniasi diskus. Operasi yang lebih ekstensif mungkin diperlukan
dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh.
Microdisectomy: Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur
memindahkan fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan
menggunakan raydan chemonucleosis. Chemonucleosis meliputi injeksi enzim
(Yang disebut chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi
gelatin yang menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disectomy pada
kasus-kasus tertentu.
2.14. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari hernia nukleus pulposus adalah atrofi otot-otot
ekstremitas inferior. Otot-otot yang mengalami atrofi tergantung dari radix saraf yang
mengalami lesi. Lesi pada radix saraf L4 menyebabkan atrofi pada m.quadriceps femoris, lesi
pada radix saraf S1 menyebabkan atrofi pada m.gastroknemius dan m.soleus. Atrofi yang
tidak mendapatkan rehabilitasi akan menyebabkan kelumpuhan ekstremitas inferior. (Sufitni,
1996)
2.15. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya herniasi nucleus
pulposus yaitu mengurangi aktivitas fisik yang berat seperti mengangkat barang yang berat
atau selalu membungkuk terutama bagi orang lanjut usia. Bila terjadi fraktur atau dislokasi
harus ditangani sesegera mungkin untuk menghindari komplikasinya terhadap diskus
intervertebralis yang pada akhirnya memperbesar kemungkinan untuk mengalami herniasi
nukleus pulposus. Cara-cara mengangkat dan mengangkut yang baik :
Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot
tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan.
Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:
Hernia Nucleus Pulposus Page 28
Pegangan harus tepat.
Lengan harus berada sedekat mungkin dengan badan dan dalam posisi lurus.
Punggung harus diluruskan.
Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi pada permulaan gerakan. Dengan
mengangkat kepala dan sambil menarik dagu, seluruh tubuh belakang diluar.
Mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.
Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya untuk gerakan dan
perimbangan.
Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat
gravitasi tubuh.
Untuk menerapkan kedua prinsip kinetik itu setiap kegiatan mengangkat dan mengangkut
harus dilakukan sebagai berikut:
Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi momentum yang terjadi
dalam posisi mengangkat.
Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya untuk gerakan dan
perimbangan.
Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat
gravitasi tubuh.
Hal yang patut diingat untuk efisiensi kerja dan kenyamanan kerja, yaitu hindari manusia
sebagai alat utama untuk kegiatan mengangkat dan mengangkut.
Hernia Nucleus Pulposus Page 29
2.16. Prognosis
Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif. Sebagian
kecil berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi. Pada pasien yang dioperasi, 90%
membaik terutama nyeri tungkai, kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.
Hernia Nucleus Pulposus Page 30
BAB III
KESIMPULAN
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau herniasi diskus intervertebralis, yang sering pula
disebut sebagai Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral Radiculopathies adalah penyebab
tersering nyeri pugggung bawah yang bersifat akut, kronik atau berulang. Dimana bantalan
lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (Soft Gel Disc atau Nucleus Pulposus) mengalami
tekanan di salah satu bagian posterior atau lateral sehingga nucleus pulposus pecah dan luruh
dan terjadi penonjolan melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis yang mengakibatkan
penekanan radiks saraf. HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak
pada decade ke-4 dan ke-5. Penyebab utama terjadinya HNP adalah cidera, cidera dapat
terjadi karena terjatuh tetapi lebih sering karena posisi menggerakkan tubuh yang salah.
Berdasarkan lesi terkenanya terbagi atas hernia lumbosacralis, hernia servikalis, dan
hernia thorakalis. Manifestasi klinis HNP tergantung dari radiks saraf yang terkena. Gejala
klinis yang paling sering adalah iskhialgia (Nyeri radikuler sepanjang perjalanan nervus
iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut menjalar sampai di
bawah lutut. Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum,
pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan pada HNP bertujuan untuk mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi
fisik pasien dan melindungi serta meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan.
Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan
untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95%
penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita
butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau
pembedahan.
Komplikasi yang dapat timbul dari hernia nukleus pulposus adalah atrofi otot-otot
ekstremitas inferior. Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi
konservatif. Sebagian kecil berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi. Pada pasien
yang dioperasi, 90% membaik terutama nyeri tungkai, kemungkinan terjadinya kekambuhan
adalah 5%. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya herniasi
nucleus pulposus yaitu mengurangi aktivitas fisik yang berat seperti mengangkat barang yang
berat atau selalu membungkuk terutama bagi orang lanjut usia.
Hernia Nucleus Pulposus Page 31
DAFTAR PUSTAKA
Bose K, Lee EH. 1986. Symtomatic Treatment of Lower Back Pain. Med. Progress; 13
(10):25-30.
Effendi Z & Santosa CH. 1980. Low Back Pain di Poliklinik Rematologi RS. Dr Sutomo.
Surabaya: Naskah lengkap Simposium Low Back Pain.
Jong, Syamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Judana A & Diwirjo S. 1983. Peranan Neurologi dalam masalah Low Back Pain. Jakarta:
Simposium Nyeri Pinggang Bawah. Fakultas Kedokteran UI.
Kapandji, I. A. 1990. The Physiologi of Joints; Volume three. Churchill Livingstone, USA.
Kevin. 2011. Hernia Nucleus Pulposus (Saraf terjepit). Available at http://Klinik Ortopedi
Singapura.htm. diakses tanggal 25 November 2011.
Langran, Mike. 2006. Spinal Injuries. Available at http://www.ski-injury.com/spinal1.htm.
diakses tanggal 25 November 2011.
Mansjoer, Arief, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Penerbit FK
UI.
Ratihastarida. 2009. Hernia Nukleus Pulposus. Available at http:// patofisiologi-hernia-
nucleus-pulposus.html. diakses tanggal 25 November 2011.
Sidharta Priguna. 1999. Neurologi Klinis Dasar. Edisi IV. Jakarta: PT Dian Rakyat. 87-95.
Snell, S.Richard. 1997. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran; Bagian Ketiga. Alih
Bhasa Jan Tambayong. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteraan.
Sufitni. 1996. Diagnosis topik neurologi. Edisi 2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
Suharso & Harsono. 1985. Epidemiologi Nyeri Pinggang Bawah di Poliklinik Saraf RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Simposium Nyeri Pinggang Bawah Pertemuan
regional II.
Yulvitrawasih. 2011. Hindari HNP. available at http://rumah-sakit-islam-cempaka-putih-
Index2.php.htm. 2011. diakses tanggal 25 November 2011.
Hernia Nucleus Pulposus Page 32