makalah etika profesi dan ilmu komunikasi kelompok 8

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Pembangunan Kesehatan Nasional di titik beratkan pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Peningkatan Mutu Pelayananan Kesehatan terkait dengan kualitas Sumber Daya Manusia( SDM ) yang mampu memberikan pelayanan secara profesional. Profesionalisme menjadi tuntutan utama bagi teenaga kesehatan untuk melaksanakan tugas profesi. Sementara itu masyarakat berkembang menjadi semakin kritis dalam menyikapi pelayanan kesehatan secara nasional. Sebagai salah satu Mata rantai pelayanan kesehatan nasional, tenaga kesehatan Asisten Apoteker dituntut profesional dalam bekerja. Dalam melaksanakan tugas profesinya, Asisten Apoteker bekerja berdasarkan standar profesi, kode etik Dan peraturan disiplin profesi yang telah ditentukan. Melalui Profesionalisme diharapkan Asisten Apoteker mampu memberikan perlindungan kepada para pengguna jasa kesehatan, diantaranya pasien mendapatkan pelayanan dengan baik. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan

Upload: desy-milenia-ramadhani

Post on 24-Apr-2015

1.953 views

Category:

Documents


46 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Pembangunan Kesehatan Nasional di titik beratkan pada

peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Peningkatan Mutu Pelayananan

Kesehatan terkait dengan kualitas Sumber Daya Manusia( SDM ) yang mampu

memberikan pelayanan secara profesional. Profesionalisme menjadi tuntutan

utama bagi teenaga kesehatan untuk melaksanakan tugas profesi. Sementara itu

masyarakat berkembang menjadi semakin kritis dalam menyikapi pelayanan

kesehatan secara nasional. Sebagai salah satu Mata rantai pelayanan kesehatan

nasional, tenaga kesehatan Asisten Apoteker dituntut profesional dalam bekerja.

Dalam melaksanakan tugas profesinya, Asisten Apoteker bekerja berdasarkan

standar profesi, kode etik Dan peraturan disiplin profesi yang telah ditentukan.

Melalui Profesionalisme diharapkan Asisten Apoteker mampu memberikan

perlindungan kepada para pengguna jasa kesehatan, diantaranya pasien

mendapatkan pelayanan dengan baik.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan

pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang

dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep

kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas

kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas. Puskesmas yang merupakan salah

satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi

utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan

pemulihan bagi pasien.

Page 2: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

1.2Batasan Masalah

Pada penelitian ini diberikan batasan pada pengkajian khusus yang membahas

mengenai Pelanggaran Kode Etik Tenaga Teknis Kefarmasian yang Terdapat di

Apotek Puskesmas Bukit Hindu .

1.3Rumusan Masalah

1. Pengertian Puskesmas ,Etika, Kode Etika Profesi, Asisiten Apoteker ?

2. Batasan Ruang Lingkup Asisten Apoteker ?

3. Pelanggaran Kode Etik Profesi Asisten Apoteker dan solusi dari

pelanggaran tersebut?

1.2 Tujuan Penulisan

1. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi dan

Ilmu Komunikasi.

2. Untuk mengetahui Apakah Tenaga Teknis Kefarmasian melaksanakan

pekerjaan kefarmasian sesuai dengan peaturan dan perundang-undangan

yang berlaku.

3. Untuk mengetahui peran Tenaga Teknis Kefarmasian dalam pelayanan

terhadap pasien di Puskesmas Bukit Hindu.

4. Untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi di Puskesmas.

5. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional

oleh Tenaga Teknis Kefarmasian.

1.5 Manfaat Penelitian

1.Memberikan informasi kepada calon Tenaga Teknis Kefarmasian mengenai

kode etik keprofesian.

2.Sebagai informasi untuk merumuskan kebijkan atau strategi peningkatan

kualitas pelayanan farmasi di Puskesmas Bukit Hindu.

3.Sebagai informasi untuk melakukan evaluasi efektifitas dan efisiensi

pelayanan farmasi di Puskesmas Bukit Hindu.

Page 3: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

A. Puskesmas

Pusat kesehatan masyarakat atau disingkat Puskesmas adalah suatu

kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di

wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok(Depkes, 1992).

Puskesmas sebagai tempat dilakukannya pelayanan kesehatan yang

terdepan sesuai dengan visi misinya dituntut untuk memberikan pelayanan

kesehatan yang optimal dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk

mewujudkan hal tersebut, tenaga farmasi sebagai tenaga kesehatan yang memiliki

keahlian dalam menyediakan obat yang bermutu di puskesmas merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan puskesmas untuk

memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada semua lapisan masyarakat.

Kenyataannya pelayanan kefarmasian di puskesmas saat ini masih bersifat

konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan

pendistribusian obat, bukan berorientasi pada pasien yang bertanggung jawab

terhadap pelayanan obat sampai pada dampak yang diharapkan yaitu

meningkatnya kualitas hidup pasien (Samano, 2009). Tuntutan pasien dan

masyarakat akan mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas mengharuskan

adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama yang bersifat drug oriented ke

paradigma baru yang bersifat patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical

Care (pelayanan kefarmasian). Hal ini menuntut adanya seorang tenaga

kefarmasian yang memiliki keahlian dan berkompeten dalam melaksanakan

pelayanan kefarmasian sesuai dengan filosofi tersebut yaitu seorang apoteker atau

Asisten Apoteker .

Page 4: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

B. Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ETHOS,yang berartinorma-norma,

nilai-nilai, kaidah-kaidah ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik,

seperti yang dirumuskan beberapa ahli berikut ini :

Drs.O.P Simorangkir : Etika sebagai pandangan manusia dalam

berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.

Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : Etika adalah teori tentang

tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk,

sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.

Drs. H. Burnadin Salam : Etika adalah cabang filsafat yang berbicara

mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia

dalam hidupnya.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.

Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk

mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.

C.Pengertian Kode Etik Profesi

Kode adalah tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan

atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk

menjamin suatu berita, keputusan atau kesepakatan suatu organisasi. Kode juga

berarti kumpulan peraturan yang sistematis.

Kata etik (etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti

karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subjek, etika akan berkaitan

dengan konsep yang dimiliki individu ataupun sekelompok untuk menilai apakah

tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.

Page 5: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk

menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam

melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik profesi dapat

menjadi penyeimbang segi-segi negatif dari suatu profesi, sehingga kode etik

ibarat kompas yang menunjukan arah moral bagi suatu profesi.

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup

tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana

seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut saling

menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler

dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan

masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindungi

tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah

dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan

dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya

etika di masyarakat.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.

Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk

mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada

akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang

perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat

diterapkan dalam segala aspek hidup kita terutama dalam masalah pelayanan

Page 6: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

kesehatan yang saat ini menjadi sangat penting. Saat ini masih banyak ditemui

kesalahan dalam hal pelayanan kesehatan tersebut, sehingga etika profesi sangat

dibutuhkan.

D. Pengertian Tenaga Teknis Kefarmasian

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga

Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu

Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana

Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/

Asisten Apoteker.

Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang berijazah

Sekolah Asisten Apoteker/ Sekolah Menengah Farmasi, Politeknik Kesehatan

Jurusan Analisa Farmasi dan makanan, Akademi Analisa Farmasi dan Makanan

yang telah melakukan sumpah sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian dan mendapat

Surat Izin sebagai Tenaga Kesehatan/ Legalisasi sesuai dengan Peraturan yang

berlaku.

Peran seorang Tenaga Teknis Kefarmasian, terutama untuk pekerjaan

pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care ) yakni satu bentuk pelayanan dan

tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien. Tenaga Teknis Kefarmasian sebenarnya

bukanlah gelar akademis, tetapi sebutan untuk orang yang bekerja membantu

apoteker dalam kerja profesi farmasi. Sering terjadi bahwa seorang apoteker di

apotik bekerja sebagai asisten (pembantu) apoteker lain yang menjadi APA

(Apoteker Pengelola Apotek) di apotek itu. Malah ada pula apoteker menjadi

apoteker pendamping yang bertugas membantu APA di apotek tersebut.

Page 7: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

E. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pelayanan

kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang

mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan

pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat

sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup dari pasien.

Page 8: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk metode penelitian kualitatif, karena penelitian ini

berdasarkan pada mutu atau kualitas dari tujuan sebuah penelitian itu. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang didesain secara umum, yaitu penelitian yang

dilakukan untuk objek kajian yang tidak terbatas dan tidak menggunakan metode

ilmiah sebagai patokannya. Penelitian kualitatif ada bermacam-macam, umumnya

penelitian kualitatif adalah penelitian non-eksak, seperti ilmu etika, ilmu bahasa

dan adat istiadat.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian karya tulis ini adalah survei kami pada di sekitar Apotek

Puskesmas Bukit Hindu. Penelitian ini dimulai tanggal 28 September dan

dilanjutkan pada tanggal 1 Oktober 2012 sampai dengan 2 Oktober 2012.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini telah disesuaikan dengan survei kami pada

pelanggaran kode etik tenaga teknis kefarmasian di Apotek Puskesmas Bukit

Hindu.

3.4 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah , Tenaga Teknis Kefarmasian dan pasien yang berada

di Apotek Puskesmas Bukit Hindu tersebut. Kami mengharapkan penulisan

Page 9: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

karya tulis ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan

tentang pelanggaran-pelanggaran apa saja yang seharusnya tidak dilakukan. Kami

juga berharap agar pihak yang bersangkutan tidak menganggap ini sebagai

pencemaran nama baik suatu instansi tetapi agar dapat lebih mengevaluasi diri

dengan baik karena berani mengakui kekurangan dan siap memperbaikinya itulah

kebenaran yang sesungguhnya.

3.5 Tahap-tahap Penulisan

1. Tahap penulisan

Tahap penulisan yang pertama dalam pemuatan makalah ini adalah dengan

melakukan survei yaitu dengan pengamatan langsung terhadap permasalahan-

permasalahan yang ditemui di lingkungan sekitar apotek.

2. Studi pustaka

Penulisan karya tulis ini berdasarkan buku-buku yang sesuai dengan topik

penulisan dan pokok permasalahan. Buku yang digunakan adalah buku-buku

yang erat kaitannya dengan pelanggaran kode etik farmasi dan undang-

undang yang berlaku dan mengunakan internet sebagai bahan untuk

melengkapi serta menyempurnakan bahan yang sudah ada.

3.6 Tahap Perencanaan

Rencana dari penulisan karya tulis ini adalah untuk menginformasikan

kepada Tenaga Teknis Kefarmasian tentang pelanggaran kode etik yang

terjadi.

Page 10: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

BAB IV

ANALISIS HASIL

4.1 Standar Profesi Tenaga Teknis Kefarmasian dalam Pelayanan

Kesehatan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun

2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, standar profesi adalah pedoman untuk

menjalankan praktik profesi kefarmasian secara baik. Standar Profesi Tenaga

Teknis Kefarmasian adalah standar minimal bagi Tenaga Teknis Kefarmasian di

Indonesia dalam menjalankan tugas profesinya sebagai tenaga kesehatan di

bidang kesehatan.

Program pembangunan kesehatan nasional dititik beratkan pada peningkatan

mutu pelayanan kesehatan. Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan terkait

dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu memberikan

pelayanan secara profesional. Profesionalisme menjadi tuntutan utama bagi tenaga

kesehatan dalam menjalankan profesi. Sementara itu masyarkat, berkembang

menjadi semakin kritis dalam menyikapi pelayanan kesehatan secara nasional.

Mengingat hal tersebut maka kebutuhan akan pelayanan prima di bidang

kesehatan menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Kesehatan merupakan hak

azasi manusia. Setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam

kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapatkan

kesehatan yang baik. Pelayanan kesehatan terdiri dari sub sistem pelayanan medis,

sub sistem pelayanan keperawatan dan sub sistem pelayanan kefarmasian serta

sub sistem dari profesi kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh

unit pelayanan kesehatan yaitu tempat dimana diselenggarakan upaya kesehatan

Page 11: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit serta pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan

oleh pemerintah atau swasta, dalam bentuk pelayanan kesehatan perorangan atau

pelayanan kesehatan masyarakat.

Lingkup pekerjaan Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai keputusan Menteri

Kesehatan nomor 679/MENKES/SK/V/2003 pada Bab III pasal 8 ayat 2 meliputi:

1. Melaksanakan pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,

pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat atas resep

dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat

dan obat tradisional.

2. Pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh Asisten Apoteker dilakukan

di bawah pengawasan Apoteker/Pimpinan Unit atau dilakukan secara

mandiri sesuai perundang-undangan yang berlaku.

Lingkup hak dari pekerjaan kefarmasian meliputi:

1. Hak untuk mendapatkan posisi kemitraan dengan profesi tenaga

kesehatan lain.

2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum pada saat melaksanakan

praktek sesuai dengan standar yang ditetapkan.

3. Hak untuk mendapatkan jasa profesi sesuai dengan kewajiban jasa

profesional kesehatan.

4. Hak bicara dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan untuk

memberikan keamanan masyarakat dalam aspek sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan lainnya.

Page 12: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

5. Hak untuk mendapatkan kesempatan menambah/meningkatkan ilmu

pengetahuan baik melalui pendidikan lanjut (S1), pelatihan maupun

seminar.

6. Hak untuk memperoleh pengurangan beban studi bagi yang melanjutkan

pendidikan ke jenjang S1 Farmasi.

Sebagai salah satu anggota mata rantai pelayanan kesehatan nasional, tenaga

kesehatan Tenaga Teknis Kefarmasian dituntut profesional dalam bekerja. Dalam

melaksanakan profesinya, Tenaga Teknis Kefarmasian bekerja sesuai dengan

standar profesi dan kode etik profesi yang telah ditentukan. Melalui

profesionalisme diharapkan Tenaga Teknis Kefarmasian mampu memberikan

perlindungan kepada para pengguna tenaga kesehatan, diantaranya adalah pasien

yang memerlukan pelayanan yang baik. Untuk menumbuhkan citra yang baik di

masyarakat ,tentu para Tenaga Teknis Kefarmasian harus banyak belajar untuk

menambah pengetahuan dan kemampuannya.

Meskipun telah ditetapkannya suatu standar profesi, masih banyak saja

pelaku profesi yang melakukan pelanggaran terhadap standar yang telah

diberikan. Sehingga tidak jarang malah menimbulkan kekeliruan yang semakin

lama dijadikan suatu kebiasaan dan tidak ada peneguran secara tegas. Pelanggaran

tersebut tidak hanya dijumpai di apotek-apotek tetapi pelanggaran tersebut juga

dapat ditemui di apotek milik pemerintah, seperti apotek-apotek yang terdapat di

Puskemas.

Berdasarkan hasil survey kami di Apotek Puskesmas Bukit Hindu pun

terdapat ada beberapa pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Tenaga Teknis

Kefarmasian.

Page 13: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

4.2Pelanggaran Kode Etik di Apotik Puskesmas Bukit Hindu

Standar Profesi Tenaga teknis kefarmasian adalah standar minimal bagi

Tenaga Teknis Kefarmasian dalam menjalankan tugas profesinya sebagai

tenaga kesehatan di bidang kefarmasian. Terdapatnya Standar Profesi

Tenaga Teknis Kefarmasian digunakan sebagai pedoman bagi peningkatan

mutu pelayanan kesehatan bidang kefarmasian di Indonesia dan diharapkan

pedoman ini dapat menjadi bagian dari program pembangunan kesehatan

Nasional. Standar Profesi Asisten Apoteker tercantum dalam Kepmenkes 573

tahun 2008 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di apotek yang bersangkutan didapat

ada beberapa pelanggaran yang dilakukan yaitu :

1. Permasalahan:

Kebanyakan Tenaga Teknis Kefarmasian di apotek tersebut tidak

menjelaskan kepada pasien tentang informasi obat yang diberikan,

Kajian pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku :

KEPMENKES Nomor 573/ MENKES/ SK/ VI/ 2008

Standar Profesi Asisten Apoteker Kode Unit AA.FK.15.15 yaitu

melakukan komunikasi.

UU Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

Yang menyatakan bahwa : Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan

termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan,

penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas

resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan

obat, dan obat tradisional.

Page 14: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Pasal 5 ayat 2 (dua) yang berbunyi : Setiap orang mempunyai hak dalam

memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,bermutu dan berjangkau.

Pasal 7 yang berbunyi : Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi

dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.

UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlidungan Konsumen

a) Pasal 4a

Hak konsumen adalah :

Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

b) Pasal 7b

Kewajiban pelaku usaha adalah :

Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan

barang dan/atau jasa, serta memberikan penjelasan penggunaan,

perbaikan, dan pemeliharaan.

Solusi:

Sebaiknya seorang TTK dapat menjelaskan dengan baik kegunaan dan

efek dari obat yang diberikan, sehingga pasien dapat memahami dalam hal

pemakaian obat tersebut, seorang TTK mempunyai kewajiban untuk

memberi edukasi pada pasien tentang penyakit dan terapinya. Dalam hal

ini, apoteker juga dapat langsung kepada pasien memberikan edukasi dan

konseling atau secara tidak langsung memberi informasi dan konsultasi

tentang semua aspek obat kepada pasien oleh TTK, berdasarkan informasi

dan konsultasi dari apoteker kepada TTK. Penderita dikonseling tentang

obatnya guna meningkatkan kepatuhannya.

Page 15: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

Informasi obat kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara

pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,

aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

Untuk penderita penyakit kronis tertentu dan penyakit degeneratif yang

membutuhkan pengobatan seumur hidup seperti cardiovaskuler, diabetes,

TBC, dan ashma apoteker harus memberikan konseling secara

berkelanjutan.

2. Permasalahn :

Pelanggaran ini dilakukan ketika seorang Apoteker tidak berada di

Apotek. Dan hanya ada TTK yang melayani resep dari dokter . TTK

tersebut melakukan pelayanan terhadap resep dokter tanpa menghiraukan

standar profesinya sebagai seorang TTK. Tentu hal ini sangat jauh dari

sikap profesional seorang Asisten Apoteker dan merupakan sebuah

pelanggaran.

Kajian pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku

PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian pada BAB II tentang

Penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian Pasal 21 ayat 2 yang

isinya:”Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter

dilaksanakan oleh apoteker”.

Berdasarkan KEPMENKES Nomor 573/ MENKES/ SK/ VI/ 2008

Tentang Standar Profesi Asisten Apoteker Kode Unit AA.FK.08.08

“Meracik sedian farmasi dibawah pengawasan Apoteker/Pimpinan unit”

Solusi :

Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya

pelanggaran tersebut yaitu sebagai berikut :

Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian

di apotek haruslah sesuai dengan standar profesi yang dimilikinya. Dimana

Page 16: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

seorang Asisten Apoteker dituntut oleh masyarakat pengguna obat (pasien)

harus bersifat professional dan baik.Menyelenggarakan kegiatan pelayanan

farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan standar profesi.

3.Permasalahan:

Seringkali seorang TTK dalam hal pelayanan resep mengerjakan segala

sesuatunya sendiri, mulai dari penerimaan resep, peracikan,menyiapkan

resep, memberi aturan pakai hingga penyerahan resep kepada pasien. Hal

ini memperbesar frekuensi kesalahan resep yang diterima oleh pasien

karena tidak adanya rekan kerja yang mengoreksi.

Kajian pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku :

Berdasarkan KEPMENKES Nomor 573/ MENKES/ SK/ VI/ 2008

Tentang Standar Profesi Asisten Apoteker Kode Unit AA.FK.08.08

“Meracik sedian farmasi dibawah pengawasan Apoteker/Pimpinan unit”

Solusi:

Sebaiknya seorang TTK dalam bekerja harus ada rekan yang sama-sama

TTK atau seorang Apoteker, agar ada yang melakukan pengecekan

terhadap apa yang disiapkan. Sehingga pelayanan terhadap pasien menjadi

semakin efektif dan teliti.

4.Permasalahan:

Dalam penyediaan resep sehari-hari, ketika TTK mengambil sediaan

farmasi dari tempatnya, kurang memperhatikan bahkan tidak mencatat

kartu stok. Hal ini dapat menyebabkan sediaan barang dengan jumlah

kartu stok berbeda. Jika ada pemeriksaan dari BPK (Badan Pemeriksa

Page 17: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

Keuangan) maka jumlah obat yang kurang dari kartu stok akan

dipertanyakan.

Kajian pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku :

Berdasarkan KEPMENKES Nomor 573/ MENKES/ SK/ VI/ 2008

Tentang Standar Profesi Asisten Apoteker Kode Unit AA.FK.01.01

”Mencatat ketersediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di unit kerja”

Solusi:

Sebaiknya seorang TTK setiap kali mengambil sediaan farmasi dari

tempatnya harus selalu mencatat sediaan yang diambil, agar jumlah barang

sediaan selalu sesuai dengan data pencatatan (kartu stok). Pelanggaran

administrasi ini sering kali terjadi di sebuah apotek dengan sistem manual,

sistem komputerisasi adalah solusi terbaik untuk mengantisipasi hal ini.

5.Permasalahan:

Sampai saat ini masih ada beberapa TTK yang kurang ramah dalam

melayani pasiennya, sedangkan tujuan seorang TTK harus mampu

menjadi suri tauladan di tengah masyarakat. Sikap dan perilaku seorang

TTK sangat mempengaruhi dalam hal pelayanan kesehatan bagi pasien,

apa jadi nya kalau pelayanan tersebut tidak dapat terpenuhi? Yang ada

hanya akan membuat pasien tidak percaya lagi kepada sarana kesehatan

tersebut.

Solusi:

Persepsi konsumen terhadap pelayanan apotek yang buruk akan merugikan

apotek dari aspek bisnis karena konsumen akan beralih ke tempat lain.

Page 18: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

Dampak yang timbul tidak saja kepada konsumen yang bersangkutan

tetapi kesan buruk ini akan diceritakan kepada orang lain sehingga citra

apotek, terutama para petugasnya, termasuk apoteker, akan negatif/buruk.

Oleh karena itu, persepsi konsumen yang baik terhadap layanan harus

ditumbuhkan terus menerus dan berkesinambungan dengan orientasi

kepada pelanggan itu sendiri. Sebaiknya TTK mulai merubah sikap

tersebut atau Apotekernya sendiri yang menegur TTK agar tidak terjadi

penyimpangan dalam Apotek tersebut.

6 .IS KALAU ADA TAMBAHAN PERMASALAHAN TOLONG

TAMBAHKAN LAH,,,, DAN CARI SOLUSINYA,,kalaunya ada kaitkan

dengan uuD ATAU Permenkes 573

Salah satu misi dari praktek farmasi adalah menyediakan obat-obatan, produk

perawatan kesehatan lainnya, memberi pelayanan serta membantu penderita dan

masyarakat, dan mengupayakan penggunaan yang terbaik dari sediaan produk

tersebut (Siregar, Charles J.P ; 164-165).

Pelayanan yang bermutu selain mengurangi risiko terjadinya medication

error, juga memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat sehingga masyarakat

akan memberikan persepsi yang baik terhadap apotek. Telah ada kesepakatan

bahwa mutu pelayanan kesehatan dititikberatkan pada kebutuhan dan tuntutan

pengguna jasa yang berkaitan dengan kepuasan pasien sebagai konsumen 3.

Pelayanan yang bermutu selain berdasarkan kepuasan konsumen juga harus sesuai

dengan standar dan kode etik profesi. Semakin pesatnya perkembangan pelayanan

Page 19: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

apotek dan semakin tingginya tuntutan masyarakat, menuntut pemberi layanan

apotek harus mampu memenuhi keinginan dan selera masyarakat yang terus

berubah dan meningkat.

Page 20: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Puskesmas sebagai tempat dilakukannya pelayanan kesehatan yang terdepan

sesuai dengan visi misinya dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal

dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk mewujudkan hal tersebut, tenaga

farmasi sebagai tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dalam menyediakan obat yang

bermutu di puskesmas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan

kesehatan puskesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada

semua lapisan masyarakat. Dalam pelaksanaan pelayanan di Puskesmas pasti akan

menghadapi berbagai kendala, antara lain sumber daya manusia/tenaga farmasi di

Puskesmas, kebijakan manajemen Puskesmas serta pihak-pihak terkait yang

umumnya masih dengan paradigma lama yang “melihat” pelayanan farmasi di

Puskesmas “hanya” mengurusi masalah pengadaan dan distribusi obat saja. Oleh

karena itu, dalam pelayanan farmasi di Puskesmas harus meningkatakan

pelayanan kefarmasian di Puskesmas, antara lain : praktek KIE, monitoring

penggunaan obat.

4.2 Saran

1. Dalam menjalankan Pekerjaan Kefarmasian TTK tidak hanya

mengandalkan olah pikiran tapi juga dalam olah rasa,agar Pasien

mendapatkan Pelayanan kesehatan yang baik.

2. Melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan Etika Profesi TTK

akan mewujudkan Peningkatan Pembangunan Kesehatan Nasional.

Page 21: Makalah Etika Profesi Dan Ilmu Komunikasi Kelompok 8

DAFTAR PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN

2009 TENTANG KESEHATAN

KEPMENKES Nomor 573/ MENKES/ SK/ VI/ 2008

R.Rizal Isnanto, ST, MM, MT.2009. BUKU AJAR ETIKA

PROFESI.Semarang. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlidungan Konsumen

http://www.boengedo.blogspot.com.2011.Palangkaraya

PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.