makalah etika dan tanggung jawab profesi

13
MAKALAH ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI “ADVOKAT” DOSEN PENGASUH :RICKY DARMAWAN, SH.MH Disusun Oleh: NAMA NIM TTD 1. PEBRIANDI EAA 110 015 . . . . . . . . . . . . 2. ERIK SOSANTO EAA 110 039 . . . . . . . . . . . . 3. FERRY ERYANDI SIAHAAN EAA 110 021 . . . . . . . . . . . . 4. STEVEN BELKA LAMBUNG EAA 110 031 . . . . . . . . . . . . 5. PEBRIANTO EAA 110 043 . . . . . . . . . . . . KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS HUKUM TAHUN 2012

Upload: erik-sosanto

Post on 27-Oct-2015

2.035 views

Category:

Documents


48 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH Etika Dan Tanggung Jawab Profesi

i

MAKALAH

ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI

“ADVOKAT”

DOSEN PENGASUH :RICKY DARMAWAN, SH.MH

Disusun Oleh:

NAMA NIM TTD

1. PEBRIANDI EAA 110 015 . . . . . . . . . . . .

2. ERIK SOSANTO EAA 110 039 . . . . . . . . . . . .

3. FERRY ERYANDI SIAHAAN EAA 110 021 . . . . . . . . . . . .

4. STEVEN BELKA LAMBUNG EAA 110 031 . . . . . . . . . . . .

5. PEBRIANTO EAA 110 043 . . . . . . . . . . . .

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS HUKUM

TAHUN 2012

Page 2: MAKALAH Etika Dan Tanggung Jawab Profesi

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur atas limpahan berkat dan Rahmat-Nya dari Tuhan

Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan makalah mengenai etika dan tanggung jawab profesi

hukum advokat.

Makalah ini disusun berdasarkan sumber dari buku-buku dan sumber lainnya yang

berhubungan dengan etika dan tanggung jawab profesi hukum advokat.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman dan

menambah wawasan bagi orang yang membacanya.

Penulis menyadari akibat keterbatasan waktu dan pengalaman penulis, maka tulisan ini

masih banyak kekurangan.Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan ini.

Harapan penulis semoga tulisan yang penuh kesederhanaan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang membacanya tentang etika dan tanggung jawab profesi hukum advokat.

Palangka Raya, 3 April 2012

Penyusun

Page 3: MAKALAH Etika Dan Tanggung Jawab Profesi

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah .......................................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 2

1.4. Metode Penulisan .............................................................................................................. 2

1.5. Manfaat Penulisan ............................................................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Sebutkan dan jelasakan Karakteristik Profesi Hukum Advokat Dari Profesi Lain .......... 3

2.2. Sebutkan Dan Jelaskan poin-poin Norma Dan Kode Etik Profesi Advokat ..................... 4

2.3. Sanksi Norma Etika Dari Kode Etik Profesi Advokat ...................................................... 5

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan ....................................................................................................................... 8

3.2. Saran ................................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: MAKALAH Etika Dan Tanggung Jawab Profesi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Modernisasi telah mengundang kegerahan seorang Guru besar kriminologi dari

Universitas Indonesia, Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara yang menyebut fenomena

perkembangan hukum di Indonesia sebagai „law as a tool of crime‟ berarti Hukum yang

berfungsi sebagai alat kejahatan. Beliau bahkan juga berpendapat: “Proses hukum menjadi

ajang beradu teknik dan keterampilan. Siapa yang lebih pandai menggunakan hukum akan

keluar sebagai pemenang dalam berperkara. Bahkan, advokat dapat membangun konstruksi

hukum yang dituangkan dalam kontrak sedemikian canggihnya sehingga kliennya meraih

kemenangan tanpa melalui pengadilan.” Pada jaman modern seperti sekarang tidak jarang

kejahatan yang kerap kali terjadi belakangan ini motivnya karena keadaan ekonomi, sosial

maupun moral. Selain itu juga kejahatan membuat masyarakat menjadi resah dan takut serta

dapat pula merusak tatanan hidup masyarakat. Dengan semakin terbukanya mata masyarakat

terhadap masalah hukum makaperan advokat menjadi semakin penting. Hal ini

menempatkan kedudukan advokat menjadi sama pentingnya dengan lembaga penegakan

hukum lainnya seperti Kepolisian, Jaksa dan Hakim. Kondisi masyarakat yang seperti ini

menuntut para advokat untuk semakin meningkatkan kemampuan dan profesionalitas

mereka. Advokat mempunyai tugas memberi jasa hukum antara lain berupa konsultasi

hukum, bantuan hukum, ataupun mendampingi dan membela klien, di luar maupun di dalam

pengadilan baik itu Badan Peradilan Agama, Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara

atau Peradilan Militer.

Oleh karena itu peran advokat merupakan suatu profesi yang penting dan mulia

sepanjang dilakukan untuk mencapai keadilan dalam masyarakat. Dikatakan penting karena

advokat merupakan salah satu unsur dalam peradilan. Untuk dapat menjawab realita profesi

hukum ini seobyektif mungkin,maka mau tak mau harus kita tengok kembali konsep-konsep

etika profesi hukum yang melandasi tindakan profesional hukum tersebut. Sekaligus dalam

rangka mempersiapkan diri sebagai seorang profesional dalam bidang hukum serta untuk

mengetahui tentang bagaimana cara memperaktikkan hukum, sehingga kami memilih judul

“Etika dan Tanggung Jawab Profesi Advokat” yang merupakan Tugas Mata Kuliah Etika

dan Tanggung Jawab Profesi .

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba merumuskan permasalahan sekaligus

merupakan pembahasan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

a. Karakteristik Profesi Hukum Advokat Dari Profesi Lain ?

b. Norma Dan Kode Etik Profesi Advokat ?

c. Sanksi Norma Etika Dari Kode Etik Profesi Advokat ?

Page 5: MAKALAH Etika Dan Tanggung Jawab Profesi

2

1.3 Tujuan Penulisan

Dari kajian yang akan dilakukan dalam makalah ini,

penulis bertujuan untuk :

a. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan sanksi norma etika dari kode etik profesi

advokat dan Sanksinya ?

b. Mengetahui dan memahami karakteristik profesi hukum advokat dari profesi lain ?

1.4 Metode Penulisan

Metode yang di gunakan dalam penulisan makalah ini yang bersumber pada buku-buku

referensi yang berhubungan dengan hukum kepegawaian dan situs internet.

1.5 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Sebagai media untuk menambah wawasan.

b. Bahan referensi aktual .

c. Bahan bacaan dan pengetahuan.

Page 6: MAKALAH Etika Dan Tanggung Jawab Profesi

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sebutkan dan jelasakan Karakteristik Profesi Hukum Advokat Dari Profesi Lain

Didalam pengertiannya, Advokat diartikan sebagai suatu pekerjaan dibidang hukum yang

didasari oleh keahlian dan sumpah atau ikrar atau komitmen untuk bersedia bekerja demi

tujuan hukum, kebenaraan dan keadilan di tengah-tengah masyarakat. Keahlian disini

diartikan sebagai suatu kecakapan khusus berdasarkan pengetahuan dan pengalaman profesi

advokat. Sedangkan sumpah atau ikrar diartikan sebagai janji profesi untuk memegang

idealisme, moral, dan integeritas yang dimuat dalam kode etik profesi. Jika kedua hal

penting yang mendasar tersebut diatas dimiliki dan dilaksanankan oleh advokat, maka

tercapai apa yang disebut profesionalisme.

Sebelum kita membahas karakterristik profesi hukum advokat, kita mencoba memahami

pengertian advokat sebagaimana dimaksud dalam undang-undang No 18 tahun 2003 tentang

advokat dalam ketentuan umum pasal 1 ayat 1 “advokat adalah orang yang berprofesi

memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan

berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini”. Adapun yang dimaksud Jasa Hukum adalah

jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum,

menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain

untuk kepentingan hukum klien.

Sedangkan menurut kode etik advokat indonesia, profesi advokat adalah profesi yang

mulia dan terhormat (officium nobile), dan karenanya dalam menjalankan profesi selaku

penegak hukum di pengadilan sejajar dengan jaksa dan hakim yang dalam melaksanakan

profesinya berada dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan kode etik profesi.

Ada beberapa karakteristik profesi hukum advokat dari profesi lain apabila kita telaah dalam

undang-undang no 18 tahun 2003 tentang advokat sebagai berikut.

1. Pasal 5 ayat (1) “Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang

dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan”.

2. Pasal 14 “Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela

perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap

berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan”.

3. Pasal 15 “Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara

yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan

peraturan perundang-undangan”.

4. Pasal 16 “Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam

menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan Klien

dalam sidang pengadilan”.

5. Pasal 17 “Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh informasi, data,

dan dokumen lainnya, baik dari instansi Pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan

dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan Kliennya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Page 7: MAKALAH Etika Dan Tanggung Jawab Profesi

4

2.2 Sebutkan Dan Jelaskan poin-poin Norma Dan Kode Etik Profesi Advokat

Dalam Undang-Undang No 18 Tahun 2003 tentang advokat, pasal 26 ayat 1 yang

berbunyi “Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi Advokat, disusun kode etik

profesi Advokat oleh Organisasi Advokat”. Yang dirumuskan dalam Kode Etik Advokat

Indonesia terdiri dari :

1. Advokat Indonesia adalah Warga Negara Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa dan dalam melakukan tugasnya menjujung tinggi hukum berdasarkan

kepribadian pancasila dan UUD 1945 serta sumpah jabatannya.

2. Advokat harus bersedia memberikan bantuan hukum kepada siapa saja yang

memelurkan, tanpa memandang agama, suku, ras, keturunan, kedudukan sosial dan

keyakinan politiknya, juga tidak semata-mata untuk mencari imbalan materi.

3. Advokat harus bekerja bebas dan mandiri serta wajib memperjuangkan hak asasi

manusia.

4. Advokat wajib memegang teguh solidaritas sesama rekan advokat.

5. Advokat wajib menjujung profesi advokat sebagai profesi terhormat.

6. Advokat harus bersikap teliti (correct) dan sopan terhadadap para pejabat penegak

hukum.

Selain mengatur kepribadian advokat, dalam kode etik ini juga diatur norma mengenai

hubungana advokat dengan klien secara lebih rinci, demikian juga dengan sesame profesi.

Kemudiann terdapat pula pengaturan tentang cara bertindak dalam menangani perkara.

Didalamnya tampak jelas bahwa seorang advokat harus benar-benar menegakan nilai

kejujuran, dalam berpekara. Sebagai contoh seorang advokat tidak boleh menghubungi

saksi-saksi pihak lawan jaga tidak boleh menghubungi hakim kecuali sama-sama dengan

advokat pihak lawan. Dalam ketentuan-ketentuan lain disebutkan misalnya advokat tidak

boleh mengiklankan diri untuk promosi, termasuk melalui perkara. Untuk menjaga agar

tidak terjadi benturan kepentingan, seorang advokat yang sebelumnya menjadi hakim atau

panitera disuatu pengadilan, tidak dibenarkan memegang perkara di pengadilan yang

bersangkutan, paling tidak selama tiga tahun sejak ia berhenti dari pengadilan tersebut.

Page 8: MAKALAH Etika Dan Tanggung Jawab Profesi

5

2.3 Sanksi Norma Etika Dari Kode Etik Profesi Advokat

Sebelum mengulas sanksi norma etika dari kode etik profesi advokat, kita ulas apa yang

dimaksud dengan etika. Apabila kita runut Kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu

ethos atau ta etha yang berarti tempat tinggal, padang rumput, kebiasaan atau adat

istiadat.Kata yang agak dekat dengan pengertian etika adalah moral. Kata moral berasal dari

bahasa Latin yaitu mos atau mores yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, tabiat,

watak, akhlak dan cara hidup. Secara etimologi, kata etika (bahasa Yunani) sama dengan

arti kata moral (bahasa Latin), yaitu adat istiadat mengenai baik-buruk suatu perbuatan.

Yang dimaksud etika profesi adalah norma-norma, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan

yang harus dipenuhi oleh sekelompok orang yang disebut kalangan professional.

Fungsi dan Peranan Advokat Secara garis besar dapat disebutkan di bawah ini mengenai

fungsi dan peranan advokat antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia.

2. Memperjuangkan hak asasi manusia.

3. Melaksanakan Kode Etik Advokat.

4. Memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakkan hukum, keadilan dan

kebenaran.

5. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme (nilai keadilan, kebenaran dan

moralitas).

6. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat dan martabat advokat.

7. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap masyarakat dengan cara

belajar terus-menerus (continuous legal education) untuk memperluas wawasan dan

ilmu hukum.

Makna, Fungsi dan Peranan Kode Etik Advokat Indonesia Tiap profesi, termasuk

advokat menggunakan sistem etika terutama untuk menyediakan struktur yang mampu

menciptakan disiplin tata kerja dan menyediakan garis batas tata nilai yang bisa dijadikan

acuan para profesional untuk menyelesaikan dilematik etika yang dihadapi saat menjalankan

fungsi pengembanan profesinya sehari-hari.

Hal senada diungkapkan oleh Bertens yang menyatakan bahwa kode etik ibarat kompas

yang memberikan atau menunjukan arah bagi suatu profesi dan sekaligus menjamin mutu

moral profesi di dalam masyarakat. Sedangkan Subekti menilai bahwa fungsi dan tujuan

kode etik adalah untuk menjunjung martabat profesi dan menjaga atau memelihara

kesejahteraan para anggotanya dengan mengadakan larangan-larangan untuk melakukan

perbuatan-perbuatan yang akan merugikan kesejahteraan materil para anggotanya. Senada

dengan Bertens, Sidharta berpendapat bahwa kode etik profesi adalah seperangkat kaedah

prilaku sebagai pedoman yang harus dpatuhi dalam mengembankan suatu profesi.

Dengan demikian maka paling tidak ada 3 maksud yang terkandung dalam pembentukan

kode etik, yaitu :

1. Menjaga dan meningkatkan kualitas moral;

2. Menjaga dan mengingkatkan kualitas keterampilan teknis; dan

Page 9: MAKALAH Etika Dan Tanggung Jawab Profesi

6

3. Melindungi kesejahteraan materiil dari para pengemban profesi.

Sebenarnya kode etik tidak hanya berfungsi sebagai komitmen dan pedoman moral dari

para pengemban profesi hukum atau pun hanya sebagai mekanisme yang dapat menjamin

kelangsungan hidup profesi di dalam masyarakat. Pada intinya, kode etik berfungsi sebagai

alat perjuangan untuk mejawab persoalan-persoalan hukum yang ada di dalam masyarakat..

Penegakan kode etik diartikan sebagai kemampuan komunitas advokat dan organisasinya

untuk memaksakan kepatuhan atas ketentuan-ketentuan etik bagi para anggotanya,

memproses dugaan terjadinya pelanggaran kode etik dan menindak anggota yang melanggar

ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam kode etik. Beberapa pelanggaran kode etik yang

sering dilakukan oleh advokat antara lain :

1. Berkaitan dengan persaingan yang tidak sehat antar sesama advokat seperti merebut

klien, memasang iklan, menjelek-jelekkan advokat lain, intimidasi terhadap teman

sejawat.

2. Berkaitan dengan kualitas pelayanan terhadap klien, seperti konspirasi dengan advokat

lawan tanpa melibatkan klien, menjanjikan kemenangan terhadap klien, menelantarkan

klien, mendiskriminasikan klien berdasarkan bayaran, dan lain sebagainya.

3. Melakukan praktek curang seperti menggunakan data palsu, kolusi dengan pegawai

pengadilan dan lain-lain.

Pelanggaran-pelanggaran tersebut di atas seringkali terjadi karena kurangnya

pengetahuan dan pemahaman seorang advokat mengenai substansi kode etik profesi

advokat, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Selain itu, apabila kita telaah

kode etik advokat Indonesia, tidak ada pengaturan mengenai sanksi dalam kode etik advokat

Indonesia sehingga hal ini juga yang merupakan hambatan pokok bagi penegakan kode etik.

Namun, bila dilihat dari sudut pandang lain, kelemahan substansi kode etik bukan berasal

dari tidak adanya sanksi, tapi lebih pada ketidakmampuan norma-norma dalam kode etik

tersebut untuk menimbulkan kepatuhan pada para advokat anggotanya. Dalam kode etik

sebenarnya ada bagian khusus yang memuat pengaturan mengenai sanksi-sanksi yang dapat

diberikan kepada advokat yang melanggar kode etik, yaitu antara lain berupa teguran,

peringatan, peringatan keras, pemberhentian sementara untuk waktu tertentu, pemberhentian

selamanya dan pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi. Masing-masing sanksi

ditentukan oleh berat ringannya pelanggaran yang dilakukan oleh advokat dan sifat

pengulangan pelanggarannya.

Dengan demikian yang seharusnya dianalisis adalah apakah muatan dalam kode etik

advokat yang ada sekarang ini memang tidak menyediakan secara memadai kebutuhan akan

nilai-nilai profesi yang mampu memantapkan fungsi dan peran advokat di dalam sistem

hukum dan interaksinya dengan masyarakat. Faktor lain yang menentukan efektivitas

penegakan kode etik adalah “budaya” advokat Indonesia dalam memandang dan menyikapi

kode etik yang diberlakukan terhadapnya. “Budaya” solidaritas korps disinyalir merupakan

salah satu penghambat utama dari tidak berhasilnya kode etik ditegakkan secara efektif.

Solidaritas ini lebih dikenal dengan “Spirit of the Corps” yang bermakna luas sebagai

Page 10: MAKALAH Etika Dan Tanggung Jawab Profesi

7

semangat untuk membela kelompok atau korpsnya. Selain semangat membela kelompok,

ada faktor perilaku advokat yang dipandang lebih menonjol ketika ia menemukan

pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh teman sejawatnya atau oleh aparat penegak

hukum lainnya, yakni budaya skeptis. Kecenderungan untuk berperilaku tidak acuh tampak

jelas. Hal ini disebabkan karena berkembangnya ketidakpercayaan terhadap sistem peradilan

yang sudah sangat korup dan rasa segan untuk bertindak “heroik‟ secara individual dalam

tekanan suatu komunitas yang justru seringkali bergantung pada rusaknya sistem peradilan

itu sendiri. Akibatnya, para advokat cenderung untuk berpraktek di luar pengadilan dan/atau

membentuk kelompoknya sendiri

Page 11: MAKALAH Etika Dan Tanggung Jawab Profesi

8

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Dengan apa yang sudah diterangkan diatas, maka kami sebagai penulis akan

menyimpulkan beberapa kesimpulan, yaitu Standar etika profesi advokat saat ini sudah

mulai seragam meskipun dalam enforcementnya tetap kembali pada organisasi advokat

masing-masing, padahal tujuan semula KKAI membentuk kode etik tunggal adalah agar

pengawasan perilaku para advokat diawasi oleh suatu Dewan Kehormatan yang dibentuk

bersama, agar pengawasan advokat menjadi efektif mengingat kesemerawutan pengawasan

selama ini karena adanya delapan organisasi profesi advokat.Etika dirupakan dalam bentuk

aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip

moral yang ada; dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk

menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense)

dinilai menyimpang dari kode etik. Kode etik profesi ini akan dipakai sebagai rujukan

(referensi) normatif dari pelaksanaan pemberian jasa profesi kepada mereka yang

memerlukannya. Seberapa jauh norma-norma etika profesi tersebut telah dipatuhi dan

seberapa besar penyimpangan penerapan keahlian sudah tidak bisa ditenggang-rasa lagi,

semuanya akan merujuk pada kode etik profesi yang telah diikrarkan oleh mereka yang

secara sadar mau berhimpun kedalam masyarakat (society) sesama profesi itu.

1.2 Saran

1. Pasal 5 Undang-Undang tentang Advokat, jika dibaca bersamaan dengan Pasal 4 UU

Advokat tentang Sumpah Advokat, akan terlihat, profesi advokat yang dikenal sebagai

officium nobelium adalah profesi luhur, mulia, dan bermartabat. Sumpah itu antara lain

berbunyi, "Bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi di dalam atau di luar

pengadilan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada hakim, pejabat

pengadilan atau pejabat lainnya agar memenangkan atau menguntungkan bagi

perkara yang sedang atau akan saya tangani". Bila Sumpah Advokat ini dibaca dengan

teliti, kita seharusnya tak melihat advokat berkolusi dengan polisi, jaksa, hakim, atau

sesama advokat. Seharusnya tak ada korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang

merongrong wajah penegakan hukum kita sehingga organisasi seperti Transparency

International menggarisbawahi betapa maraknya judicial corruption (mafia peradilan)

di Indonesia.

2. Disinilah sebenarnya peran Dewan Kehormatan Advokat dibutuhkan yang telah

ditunjang oleh Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Kita pun sebagai

bagian dari masyarakat tidak boleh membiarkan penyimpangan perilaku advokat yang

semakin „menggila‟ ini. Dengan adanya Dewan Kehormatan Advokat, kita bisa

Page 12: MAKALAH Etika Dan Tanggung Jawab Profesi

9

melaporkan penyimpangan tersebut sekaligus mengawasi kerja Dewan Kehormatan

Advokat dalam menangani laporan yang telah kita berikan.

3. Disisi lain, perlunya persatuan organisasi advokat dalam satu wadah organisasi akan

lebih memudahkan Dewan Kehormatan Advokat dalam mengawasi perilaku advokat

agar sesuai dengan Kode Etik Profesi Advokat. Selain itu, tidak akan terjadi konflik

kepentingan antar organisasi profesi advokat.

4. Dengan banyaknya perilaku menyimpang profesi advokat tersebut, semoga saja kita

yang saat ini sebagai mahasiswa Fakultas Hukum akan memperbaiki kinerja di bidang

hukum agar lebih baik dan jauh dari penyimpangan-penyimpangan. Amin… Terkait

dengan saran diatas tentang harapan wajah hukum Indonesia, maka ijinkanlah penulis

mengutip kata-kata mutiara dari sang motivator kampus FHUNPAK (Bpk Iwan

Darwaman), Harapan dan cita-cita adalah suatu taman yang indah bagi setiap

manusia, oleh sebab itu ia diburu siang dan malam.

Seperti halnya kita sebagai insan akademisi yang mengemban visi misi keillahian selalu

berharap tentang hokum yang ideal tumbuh dan berkembang di masyarakat, sehingga

menimbulkan keteraturan, ketertiban, dan kesejahteraan.

Page 13: MAKALAH Etika Dan Tanggung Jawab Profesi

10

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat

Mohamad Irfan, Etika & Tanggung Jawab Profesi, Fakultas Hukum Universitas Pakuan, Bogor,

2009

http://sukasuka.student.umm.ac.id/2010/07/14/kode-etik-advokat/