makalah enterococcus fecalis

12
 1 Enterococcus faecalis  Taksonomi Kingdom :  Bacteria Filum :  Firmicutes Famili :  Enterococcaceae Genus :  Enterococcus Spesies :  Enterococcus faecalis  Nama ”Enterocoque”  pertama kali digunakan oleh Thiercel in pada surat kabar di Prancis pada tahun 1899 untuk mengidentifikasi organisme pada saluran intestinal. Pada tahun 1930, Lancefield mengelompokkan  Enterococci sebagai Streptococci grup D. Kemudian pada tahun 1937, Sherman mengajukan skema klasifikasi dimana nama enterococci hanya digunakan untuk  streptococci yang dapat tumbuh pada 10°C dan 45°C, pada pH 9,6 dan dalam 6,5 % NaCl serta dapat bertahan pada suhu 60°C selama 30 menit. Akhirnya pada tahun 1984, berdasarkan perbedaan genetik, enterococci dipindahkan dari genus Streptococcus dan ditempatkan di genusnya sendiri yaitu  Enterococcus. Sejak diklasifikasikan sebagai  Entrococcus  pada tahun 1984,  Enterococcus  faecalis sangat dikenal sebagai salah satu bakteri yang resisten terhadap beberapa janis antibiotik. Bakteri ini memiliki resistensi alami terhadap beberapa antibiotik. Lebih dari 25% dari genom E nterococcus faecalis secara eksogen menyebabkan resistensi terhadap antibiotik stongest dan antibiotik lainnya.  Enterococcus  faecalis sering terjadi di rumah sakit sebagai penyebab infeksi sekunder. Pada dasarnya,  Enterococcus faecalis merupakan flora normal komensal yang habitatnya pada gastrointestinal dan rongga mulut. Akan tetapi, dapat menjadi mikroorganisme patogen penyebab infeksi pada luka, bakteremia, endokarditis,

Upload: supayagampang

Post on 08-Oct-2015

336 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

Mikrobiologi

TRANSCRIPT

Enterococcus faecalis Taksonomi Kingdom: BacteriaFilum : FirmicutesFamili : Enterococcaceae Genus : Enterococcus Spesies : Enterococcus faecalisNama Enterocoque pertama kali digunakan oleh Thiercelin pada surat kabar di Prancis pada tahun 1899 untuk mengidentifikasi organisme pada saluran intestinal. Pada tahun 1930, Lancefield mengelompokkan Enterococci sebagai Streptococci grup D. Kemudian pada tahun 1937, Sherman mengajukan skema klasifikasi dimana nama enterococci hanya digunakan untuk streptococci yang dapat tumbuh pada 10C dan 45C, pada pH 9,6 dan dalam 6,5 % NaCl serta dapat bertahan pada suhu 60C selama 30 menit. Akhirnya pada tahun 1984, berdasarkan perbedaan genetik, enterococci dipindahkan dari genus Streptococcus dan ditempatkan di genusnya sendiri yaitu Enterococcus.Sejak diklasifikasikan sebagai Entrococcus pada tahun 1984, Enterococcus faecalissangat dikenal sebagai salah satu bakteri yang resisten terhadap beberapa janis antibiotik. Bakteri ini memiliki resistensi alami terhadap beberapa antibiotik. Lebih dari 25% darigenom Enterococcus faecalis secara eksogen menyebabkan resistensi terhadap antibiotik stongest dan antibiotik lainnya. Enterococcus faecalissering terjadi di rumah sakit sebagai penyebab infeksi sekunder. Pada dasarnya, Enterococcus faecalis merupakan flora normal komensal yang habitatnya pada gastrointestinal dan rongga mulut. Akan tetapi, dapat menjadi mikroorganisme patogen penyebab infeksi pada luka, bakteremia, endokarditis, meningitis. Sedangkan di rongga mulut, Enterococcus faecalis adalah salah satu jenis bakteri yang sering ditemukan pada saluran akar.

Morfologi Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang tidak membentuk spora dan tidak bergerak, serta tidak mempunyai flagella. Bakteri ini berbentuk ovoid dengan diameter 0,5 sampai 1 m dan terdiri dari rantai pendek, berpasangan atau bahkan tunggal.

Dinding sel bakteri ini terdiri dari peptidoglikan 40 %, sisanya merupakan teichoic acid dan polisakarida. Peptidoglikan dihasilkan oleh keseimbangan antara enzim polimerisasi dan hidrolitik. Peptidoglikan merupakan makromolekul utama yang terlibat dalam penentuan bentuk sel dan pemeliharaannya. Zat ini juga berguna sebagai lapisan pelindung dari kerusakan oleh tekanan osmotik sitoplasma yang tinggi.

Sifat BiakanEnterococcus faecalis merupakan bakteri yang tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, kokus Gram positif dan tidak menghasilkan reaksi katalase dengan hidrogen peroksida. Pada blood agar, permukaan koloni berbentuk sirkular, halus dan menyeluruh. Enterococcus faecalis dapat bertahan pada pH 4 sampai 11 dan pada suhu 5C sampai 50C. Hal ini diperkirakan karena pengaruh dari impermeabilitas membran terhadap asam dan alkali.Enterococcus faecalis disebut bakteri enterococcus grup D kerena dapat bereaksi dengan antiserum grup D. Enterococcus ini merupakan bagian dari flora normal enterik. Karena antigen grup D adalah asam teichoic, maka hal ini bukanlah sebuah penanda antigen yang dapat digunakan untuk identifikasi, sehinggga enterocoocus biasanya diklasifikasikan menggunakan sifat karakteristik yang lain. Mereka biasanya bersifat -hemolitik tatapi suatu saat dapat bersifat -hemolitik. Meskipun termasuk katalase negatif, bakteri enterococcus kadang-kadang bersifat katalase positif yang lemah. Jenis inilah yang disebut PYR-positif. Mereka tumbuh dengan adanya empedu dan menghidrolisa eskulin (bile esculin-positive). Mereka dapat hidup dalam NaCl 6,5 %, dan lebih tahan terhadap penisilin G daripada bakteri streptococcus dan jarang hasil isolasinya memiliki plasmida yang dapat mengkode -laktamase.

Patogenesis Saat ini, bakteri Enterococcus faecalis berada pada peringkat ketiga bakteri patogen nasokomial, serta resisten pada beberapa antibiotik seperti aminoglikosida, pennisilin, tetrasiklin, klorampenikol, dan vankomisin. Resistensi Enterococcus faecalis terhadap antimikroba diperoleh secara intrinsik maupun acquired (didapat) melalui transfer gen. Resistensi acquired diperoleh dari mutasi DNA atau dapat juga dari gen yang baru melalui transfer plasmid dan transposons. Selain itu, adanya mekanisme yang mempertahankan level pH cytoplasmic tetap optimal menyebabkan bakteri tersebut juga resisten terhadap antimikroba kalsium hidroksida. 80-90% kasus infeksi enterococcal pada manusia disebabkan oleh Enterococcus faecalis. Virulensi bakteri ini disebabkan kemampuannya dalam pembentukan kolonisasi pada host, dapat bersaing dengan bakteri lain, resisten terhadap mekanisme pertahanan host, menghasilkan perubahan patogen baik secara langsung melalui produksi toksin atau secara tidak langsung melalui rangsangan terhadap mediator inflamasi. Faktor-faktor virulen yang berperan adalah komponen agregation substance (AS), surface adhesins, sex pheromones, lipoteichoic acid (LTA), extraceluller superoxide production (ESP), gelatinase lytic enzyme, hyalurodinase, dan cytolysin toxin.

GejalaEnterococcus faecalis merupakan bakteri yang paling sering menimbulkan penyakit infeksi saluran kemih. Selain bakteri ini, bakteri Gram positif lainnya seperti Staphylococcus saprophytikus dan streptococcus gup B juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih akibat Enterococcus faecalis umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial karena pemakaian kateter. Infeksi saluran kemih dapat menimbulkan gejala klinis dan tanpa gejala klinis. Gejala klinis yang timbul tergantung dari lokasi infeksi, seperti :1. Rasa nyeri pada bagian bawah saat kencing (disuria)2. Sring kencing (polaksuris)3. Rasa terdesak kencing (urgensi)4. Sulit kencing disertai nyeri otot pinggang5. Nyeri supra simfisisGejala klinks infeksi saluran kemih bagian atas berupa :1. Demam2. Menggigil3. Nyeri pinggang4. Kolik5. Muaal dan muntah6. Hematuria7. Maupun nyeri ketok sudut kostovertebra

PenatalaksanaanInfeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan klinis akibat berkembangbiaknya mikroorganisme yang menyebabkan inflamasi pada saluran kemih dan menimbulkan bakteriuria. Infeksi saluran kemih dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu : Host, vilurensi dari mikroorganisme dan adanya port of entry. Faktor host terutama meliputi kelainan struktural dan fungsional saluran kemih yang mengakibatkan perubahan aliran maupun stasis urin, serta faktor penurunan daya tahan tubuh penderita. Faktor vilurensi mikroorganisme dikatakan tidak terlalu banyak berperan, faktor port of entry misalnya instrumentasi saluran kemih.Enterococcus faecalis merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih pada manusia, penularan akibat Enterococcus faecalis bisa juga kibat penggunaan kateter, serta dapat juga terjadi oleh transmisi silang dari satu penderita ke penderita lain, petugas kesehatan dan alat alat kesehatan yang terkontaminasi sehingga menyebabkan penurunan daya tahan tubuh host tersebut yang mengakibatkan host akan mengalami infeksi saluran kemih. Adanya situasi seperti gangguan system imun, penggunaan steroid serta penggunaan antibiotika secara luas dapat merubah pola kuman akibat penggunaan kateter uretra. Namun dengan timbulnya resistensi obat-obat antimikroba menimbulkan masalah yaitu Enterococcus faecalis merupakan salah satu bakteri yang resisten terhadap beberapa antimikroba seperti aminoglikosida, aztreonam, sefalosporin, klindamisin, semi-sintetik penisilin nafcillin dan oksasilin, dan trimetoprim-sulfametoksazol. Walaupun demikian enterococcus faecalis peka terhadap antibiotik cotrimoxazole bila digunakan untuk mengobati infeksi akibat bakteri ini. Mekanisme kerja cotrimoxazole adalah dengan menghambat reaksi enzimatik pembentukan asam tetrahidrofolat. Namun pencegahan terhadap bakteri ini tetaplah ada salah satunya dengan tetap menjaga kebersihan perorangan serta menggunakan alat-alat kesehatan yang steril dan tetap mlakukan segala tindakan yang aseptik.

EpidemiologiTerdapat sedikitnya 12 spesies enterokokus. Enterococcus faecalis merupakan yang paling sering dan menyebabkan 85-90% infeksi enterokokus. Enterokokus merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi nosokomial, terutama pada unit perawatan intensif, dan hanya pada pengobatan dengan sefalosporin dan antibiotika lainnya dimana mereka bersifat resisten. Enterokokus ditularkan dari satu pasien ke pasien lainnya terutama melalui tangan perawat kesehatan maupun dari pasien itu sendiri. Enterokokus kadang-kadang ditularkan melalui melalui alat-alat kedokteran. Pada pasien tempat yang paling sering terkena infeksi adalah saluran kemih, luka tusuk dan saluran empedu dan darah. Waluapun demikian, pada infeksi lain seperti urine dan luka intraabdominal, biasanya dikultur bersamaaan dengan spesies bakteri lain, sehingga sulit untuk menjelaskan peran patogenik dari enterococcus. Sejumlah enterococcus adalah anggota flora normal pada tubuh manusia. Bakteri-bakteri ini hanya mengakibatkan penyakit bila berada pada bagian tubuh lain yang secara normal tidak didiaminya. Untuk mencegah keadaan ini, khususnya selama pembedahan saluran kemih yang mengakibatkan bakterimia sementara, pembedahan harus dilakukan secara aseptis dan tidak menyalahi standar prosedur yang dipersyaratkan. Diagnosa LaboratoriumDiagnosa laboratorium untuk Enterococcus faecalis secara bakteriologis dilakukan dengan serentetan uji sebagai berikut. 1. Kultur Media PemupukSpesimen ditanam pada media Brain Hearth Infusion Broth (BHIB), akan terjadi replikasi bakteri saluran gastrointestinal. Sesudah inkubasi 18-24 jam, ditanam pada media differensial atau selektif.2. Pengecatan GramEnterococcus faecalis merupakan bakteri kokus Gram positif. Pada preparat, bakteri gram positif berwarna ungu. Bakteri Gram positif umumnya dapat menghemolisis darah sehingga perlu dilakukan uji hemolisa pada media BAP (Blood Agar Plate).3. Uji HemolisaMedia yang digunakan adalah media BAP (Blood Agar Plate) yang dipakai untuk mengidentifikasi kemampuan bakteri dalam melisiskan sel-sel darah yang terdapat dalam media ini dapat berupa zona lisis (alfa), (betha), dan (gamma). Enterococcus faecalis merupakan bakteri hemolisa dan kadang-kadang hemolisa. 4. Uji KatalaseUji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji. Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2menjadi H2O dan O2. Enzim katalase diduga penting untuk pertumbuhan aerobik karena H2O2 yang dibentuk dengan pertolongan berbagai enzim pernafasan bersifat racun terhadap sel mikroba. Uji katalase digunakan untuk membedakan antara streptococcus dengan staphylococcus. Dasarnya staphylococcus memproduksi H2O2 sehingga positif dalam uji katalase, sedangkan srteptococcus tidak memproduksi katalase sehingga negatif uji katalase. Bila uji katalase menunjukkan positif, maka kemungkinan bakteri yang ada dalam sampel adalah Micrococcus spp. dan Staphylococcus spp. Untuk mengetahui lebih detail tentang spesies sampel kita, maka dilakukan uji mannitol. Bila uji katalase menunjukkan negatif, maka kemungkinan bakteri yang ada dalam sampel adalah Streptococcus termasuk Enterococcus.Untuk mengetahui lebih detail tentang spesies sampel kita, maka dilakukan uji bile esculin.

5. Uji Bile EsculinMedia ini digunakan untuk mengidentifikasi group D streptococcus. Group D streptococcus menunjukkan atau g -hemolysis pada blood agar plates. Group ini meliputi enterococcus seperti Enterococcus faecalis, yang mungkin menjadi penyebab infeksi pada urine. Selain itu, ada golongan nonenterococci seperti S. Bovis, yang digunakan dalam pengobatan manusia menggunakan laser. Enterococcus memiliki kemampuan antibiotik resisten dan yang lebih jarang sebagai vancomycin.Dengan adanya bile, Group D streptococci menghidrolisis glycoside esculin menjadi 6,7-dihydroxy-coumarin yang bereaksi dengan iron salt yang terkandung dalam medium setelahh diinkubasi 24 48 jam pada 37 C. Hal ini menyebabkan timbulnya warna cokelat hitam pada medium setelah diinkubasi. Bila tidak terdapat warna hitam tidak mengidentifikasi organisme Group D streptococci. Bila uji Bile Esculin menunjukkan positif maka kemungkinan bakteri yang ada dalam sampel adalah E. Faecalis dan S.bovis. Untuk mengetahui lebih detail tentang spesies sampel kita, maka dilakukan uji pada 6.5% NaCl Broth. Bila uji Bile Esculin menunjukkan negatif, maka kemungkinan bakteri yang ada dalam sampel adalah S.pneumoniae, S.mitis dan S.pyogenes. Untuk mengetahui lebih detail tentang spesies sampel kita, maka dilakukan Uji Hemolysis.

6. Uji pada 6.5% NaCl BrothMedia ini digunakan untuk mengidentifikasi group D streptococcus. Group D streptococcus menunjukkan atau g -hemolysis pada blood agar plates. Group ini meliputi enterococcus seperti Enterococcus faecalis, yang mungkin menjadi penyebab infeksi pada urine. Selain itu, ada golongan nonenterococci seperti S. Bovis, yang digunakan dalam pengobatan manusia menggunakan laser. Enterococcus memiliki kemampuan antibiotik resisten dan yang lebih jarang sebagai vancomycin.Komposisi media ini adalah brain heart infusion broth NaCl 6,5%. Waktu inkubasi yang digunakan antara 24 48 jam pada 37 C Group D enterococci dapat diidentifikasi dengan kemampuannya tumbuh pada medium ini jika dibandingkan dengan non enterococci. Bila uji pada 6.5% NaCl Broth menunjukkan positif maka kemungkinan bakteri yang ada dalam sampel adalah E. Faecalis. Bila uji pada 6.5% NaCl Broth menunjukkan negatif maka kemungkinan bakteri yang ada dalam sampel adalah S.bovis.

PengobatanEnterococcus faecalis dapat menyebabkan endokarditis, serta kandung kemih, prostat, dan infeksi epididimis serta infeksi sistem saraf yang kurang umum. E. faecalis tahan terhadap banyak agen antimikroba yang umum digunakan (aminoglikosida, aztreonam, sefalosporin, klindamisin, semi-sintetik penisilin nafcillin dan oksasilin, dan trimetoprim-sulfametoksazol). Walaupun Enterococcus faecalis resisten terhadap sebagian besar antibiotik, tetapi antibiotik cotrimoxazole cukup peka bila digunakan untuk mengobati infeksi akibat bakteri ini. Cotrimoxazole merupakan antibiotik sulfonamide kombinasi dari sulfamethoxazole dan trimethoprime. Antibiotik ini memiliki spektrum kerja yang luas, dan daya antibakteri trimetophrim sekitar 20-100 kali lebih kuat dibandingkan sulfamethoxazole. Selain Enterococcus faecalis, mikroba yang peka terhadap kombinasi ini ialah S. pneumonia, C. diphteriae, N. meningitis,50-95% strainS.aureus, S. pyogenes, S. Viridans E. coli, P. mirabilis, P. morganii, P. rettgeri, Enterobacter, Aerobacter spesies, Salmonella, Shigella, SerratiadanAlcaligenesspesies danKlebsiellasp. Mekanisme kerja cotrimoxazole adalah dengan menghambat reaksi enzimatik pembentukan asam tetrahidrofolat.

PencegahanInfeksi saluran kemih merupakan infeksi nosokomial yang paling sering terjadi. Infeksi ini dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian. Infeksi yang terjadi lebih awal lebih disebabkan karena mikroorganisme endogen seperti Enterococcus faecalis, sedangkan infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena mikroorganisme eksogen misalnya Clostridium tetani. Penyebaran terjadi karena mikroorganisme yang terdapat pada permukaan ujung kateter yang masuk ke dalam uretra. Kontaminasi tangan atau sarung tangan ketika pemasangan kateter, atau air yang digunakan untuk membesarkan balon kateter dapat juga menjadi penyebabnya. Selain itu, dapat juga karena sterilisasi yang gagal dan teknik septik dan aseptik yang tidak dilakukan dengan benar.Pencegahan untuk infeksi saluran kemih yang dapat dilakukan sebenarnya cukup sederhana. Alat yang digunakan harus di sterilkan terlebih dahulu. Dipastikan bahwa alat-alat tersebut steril dan tidak terkontaminasi oleh alat-alat yang tidak steril. Penanganan yang dilakukan oleh petugas kesehatan juga harus sesuai standar prosedur yang benar dengan wajib menerapkan Universal Precaution. Universal Precaution adalah kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh lain yang tidak membedakan perlakuan terhadap setiap pasien, dan tidak tergantung pada diagnosis penyakitnya (Irianto, 2010). Kewaspadaan universal dimaksudkan untuk melindungi petugas kesehatan dan pasien lain terhadap penularan berbagai infeksi akibat kecerobohan petugas kesehatan itu sendiri.DARTAR PUSTAKA

Artanti, Rizka. 2009. Infeksi Nosokomial. Available from : http://rizka1080.wordpress.com/2009/01/10/infeksi-nosokomial-makalah/. Diakses 17 Oktober 2012Blie. 2012. Enterococcus faecalis. Availabel from :http://blisha.wordpress.co/2012/01. Diakses 17 oktober 2012Imirlankameri. 2011. Bakteri Infeki Saluran kemi.Availabel from : http://lmirlankameri.blogspot.com/2011/01/bakteri-infeksi-saluran-kemih.html. Diakses 17 Oktober 2012Abeeby. 2011. Penyebab dan Pengobatan ISK. Availabel from :http://abeeby.blogspot.com/2011/09/penyebab-dan-pengobatan-isk.html. Diakses 18 Oktober 2012Anonim. 2012. Enterococcus ssp. Availabel from :http://www.cfsan.fda.gov/mow/intro.html. Diakses 18 Oktober 2012

12