makalah ekonomi regional
DESCRIPTION
ekonomi regional dan contohTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam melakukan pembangunan daerah sangat diperlukkan adanya koordinasi baik
didalam daerah itu sendiri,tetapi juga dengan daerah lainnya terutama daerah yang memiliki
kedekatan letak wilayah,kesamaan struktur wilayah,budaya maupaun sektor-sektor basis
ekonomi yang sama.Koordinasi ini berkaitan dengan pelimpahan sebagian kekuasaan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
mendekatkan pelayanan umum melaluiUndang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang
”Pemerintahan Daerah” dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang “Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah” .
Pemberlakuan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No.33 tahun
2004 diharapkan memicu daerah untuk berlomba-lomba dalam melakukan pembangunan dan
pengembangan wilayah di daerah nya masing-masing,karena pemerintah pusat selalu
melakukan evaluasi dan kotrolling terhadap implementasi otonomi daerah,salah satunya
lewat dana alokasi umum yang besarannya ditentukkan salah satunya oleh “performa” daerah
masing dalam melaksanakan indikator-indikator pembangunan nasional.
Tidak jarang mencapai tujuan tersebut banyak pemerintah daerah akan melakukan
analisis SWOT (Strenght,Weakness,Opportunity,Threat) untuk mencari keunggulan dan
kelemahan daera nya masing-masing dan salah satu langkah dalam menyiasati kelemahan
daerah terutama pada tingkat Kota atau Kabupaten,banyak pemerintah Kabupaten/Kota yang
melakukan kawasan kerjasama antar daerah baik dengan daerah yang satu provinsi maupun
dengan Kota atau Kabupaten di provinsi lainnya..
Dalam Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No.21 tahun 2003 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nomor 21 Tahun 2003 tentang “Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa
Tengah”disebutkan bahwa di Jawa tengah terdapat 8 Kawasan Kerjasama Antar-Daerah
Kabupaten/Kota :
1. Kawasan BARLINGMASCAKEB (Banjarnegara,Purbalingga, Banyumas, Cilacap
dan Kebumen)
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 1
2. Kawasan PURWOMANGGUNG (Purworejo,Wonosobo, Magelang dan
Temanggung)
3. Kawasan SUBOSUKAWONOSRATEN (Surakarta,Boyolali, Sukoharjo,
Karanganyar, Wonogiri,Sragen, dan Klaten)
4. Kawasan BANGLOR (Rembang dan Blora)
5. Kawasan WANARAKUTI (Juwana, Jepara, Kudus dan Pati)
6. Kawasan KEDUNGSAPUR (Kendal, Demak,Ungaran, Salatiga, Semarang dan
Purwodadi)
7. Kawasan TANGKALLANGKA (Batang, Pekalongan,Pemalang dan Kajen)
8. Kawasan BREGAS (Brebes, Tegal dan Slawi).
Pemahaman yang memadai dari Bupati Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas,
Cilacap, dan Kebumen yang daerahnya memiliki kesamaan geografis, budaya, bahasa, dan
ikatan emosional berdasarkan sejarah Local Government Residen pada masa pemerintahan
Hindia Belanda, bersepakat untuk melakukan kerjasama antar Daerah melalui penerapan
Konsep Regional Managemant yang diorientasikan pada Regional Marketing.
Penandatanganan Kesepakatan Kerjasama (letter of agreement) 5 Bupati dilaksanakan pada
tanggal 16 Desember 2002 sekaligus sosialisasi konsep dimaksud kepada jajaran legislatif
dan stakeholders yang lain bertempat di Gedung Graha Bhakti Praja BAKORLIN Wilayah III
Purwokerto.
Kemauan bersama untuk membentuk wadah Kerjasama antar Daerah dalam kerangka
Regional Development 5 Kabupaten pada akhirnya terwujud melalui penandatanganan Surat
Keputusan Bersama (SKB) Bupati Banjarnegara, Bupati Purbalingga, Bupati Banyumas,
Bupati Cilacap, dan Bupati Kabumen pada tanggal 28 Juni 2003 tentang Pembentukan
Lembaga Kerjasama Regional Management yang diorientasikan pada Regional Marketing
yang diberi nama “BARLINGMASCAKEB” bertempat di Queen Garden Hotel Baturaden
yang terlebih dahulu mendapat persetujuan DPRD masing-masing Kabupaten sebagai wujud
dukungan legislatif sesuai peraturan perundangan. Sementara Dasar hukum nya sendiri
terdapat pada Kesepakatan Bersama Bupati Banjarnegara, Bupati Purbalingga, Bupati
Banyumas, Bupati Cilacap, dan Bupati Kabumen dalam rangka Pembentukan Regional
Management dan Regional Marketing tanggal 16 Desember 2002 yang kemudian dituangkan
melalui Keputusan Bersama Bupati Banjarnegara, Bupati Purbalingga, Bupati Banyumas,
Bupati Cilacap, dan Bupati Kabumen Nomor : 130A, 4, 36, 48, 16 Tahun 2003 tgl 28 Juni
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 2
2003 Ttg Pembentukan Lembaga Kerjasama Regional Management dan Regional Marketing
antar Pemerintah Kabupaten Banjarnegera, Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Pemerintah
Kabupaten Banyumas, Pemerintah Kabupaten Cilacap, dan Pemerintah Kabupaten Kebumen.
Maksud dan Tujuan
Maksud diselenggarakan kerjasama ini adalah dalam rangka meningkatkan dan
mengembangkan komunikasi, kordinasi, dan kerjasama antar daerah dalam pelaksanaan
pembangunan daerah dan pemanfaatan serta pemasaran potensi sumber daya daerah.
Tujuan diselenggarakannya kerjasama ini adalah untuk :
1. Mewujudkan sinergi dalam pelaksanaan pembangunan antar daerah dan dalam
pengelolaan serta pemanfaatan potensi daerah untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pemanfaatan sumber daya pembangunan.
2. Sinkronisasi dalam penyusunan peraturan daerah untuk mengurangi hambatan
birokrasi dalam kegiatan ekonomi dan investasi.
3. Menghindari dan mengeliminasi potensi euforia otonomi daerah diantaranya kegiatan
yang bersifat kontraproduktif (persaingan yang tidak sehat antardaerah).
4. Memperkuat posisi tawar dan meningkatkan daya saing daerah agar mampu
mengakses pasar nasional dan internasional dalam era globalisaasi ekonomi.
5. Membangun kemitraan antar daerah, pemerintah kabupaten dengan pemerintah
propinsi, pemerintah pusat, dunia usaha, serta dengan lembaga non pemerintah di
tingkat nasional maupun internsional.
Visi
Mewujudkan wilayah BARLINGMASCAKEB sebagai tujuan Investasi, Perdagangan, dan wisata menuju terciptanya masyarakat yang adil dan sejahtera.
Misi
1. Menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mempromosikan potensi investasi
kepada para calon investor.
2. Membangun jejaring perdagangan produk unggulan daerah baik tingkat regional,
nasional, dan internasional.
3. Mempromosikan dan mengembangkan potensi wisata di wilayah
BARLINGMASCAKEB.
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 3
4. Melakukan inovasi-inovasi kegiatan dalam rangka mencapai masyarakat yang adil dan
sejahtera.
1.2. Rumusan Masalah
Kurang Strategisnya wilayah Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten
Purbalingga,Kabupaten Banyumas,Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen membuat
pertumbuhan perekonomian di kawasan Pantai Selatan Jawa tengahsulit berkembang, selain
itu sulitnya aksesibilitas antar daerah akibat kurangnya infrastruktur dan sarana pendukung
transportasi dibanding Kota atau Kabupaten yang terletak di pantai utara Jawa tengah. Oleh
karena itu pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga,Kabupaten
Banyumas,Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen sepakat untuk membentuk kawasan
regional bersama dengan nama BARLINGMASCAKEB.
Berdasarkan latar belakang diatas timbul pertanyaan sebagai rumusan masalah, yaitu sebagai
berikut :
1. Apakah Yang dimaksud Homogenous Region, Nodal/Polarised Region,dan
Planning/Administrative?
2. Bagaimanakah Contoh Dari Homogenous Region,Nodal?polarised Region,dan
planning/administrative region?
3. Bagaimanakah kontribusi PDRB setiap daerah anggota BARLINGMASCAKEB
terhadap Pendapatan total regional BARLINGMASCAKEB?
.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan. Tujuan penelitian yang ingin dicapai sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi Apa Yang dimaksud Homogenous Region, Nodal/Polarised Region,dan Planning/Administrative
2. Memberikan Contoh Dari Homogenous Region,Nodal/polarised Region,dan
planning/administrative region?
3. Mengidentifikasi kontribusi PDRB setiap daerah anggota BARLINGMASCAKEB
terhadap Pendapatan total regional BARLINGMASCAKEB
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 4
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Bagi kami selaku peneliti merupakan sarana pengembangan wawasan serta
pengalaman dalam menganalisis wilayah regional BARLINGMASCAKEB.
2. Mampu memberi informasi dan gambaran bagi pemerintah guna merancang kebijakan
yang mendukung dan percepatan pertumbuhan kawasan BARLINGMASCAKEB.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumentasi yang bermanfaat untuk
dijadikan bahan penyusunan penelitian yang serupa dan lebih mendalam bagi
akademis.
4. Bagi masyarakat penelitian ini dapat menjadi gambaran dan informasi tentang yang
terjadi di wilayah regional BARLINGMASCAKEB.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah gambaran singkat mengenai permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini, sehingga pembaca diharapkan memperoleh gambaran jelas tentang isi
dari penelitian ini yang terdiri dari lima bab, yaitu :
BAB I Pendahuluan
Bab I terdapat lima sub bab yaitu latar belakang masalah berisi alasan pemilihan topik
; rumusan masalah berisi inti dari topik yang dibahas; tujuan penelitian berisi sasaran yang
ingin dicapai dan deskripsi sasaran penulisan; kegunaan penelitian berisi manfaat penelitian;
dan sistematika penulisan sendiri berisi garis besar penulisan dari pendahuluan, isi sampai
penutup.
BAB II Landasan Teori
Landasan teori merupakan sebuah kerangka berisi konsep serta teori yang mendukung
tulisan yang dapat diperoleh dari jurnal penelitian, buku, dll. Serta menjelaskan materi yang
berkaitan dalam pembahasan kawasan regional BARLINGMASCAKEB.
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 5
BAB III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan langkah – langkah yang menguraikan secara cermat metode
pengumpulan informasi, analisis informasi, penarikan kesimpulan, serta merumuskan saran.
BAB IV Pembahasan
Merupakan uraian hasil kajian, temuan serta ide pengembangan yang sesuai dengan
rumusan masalah.
BAB V Penutup
Berisi kesimpulan dan saran yang direkomendasikan penulis.
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Ruang,Wilayah dan Region
Pengertian ruang menurut Undang-Undang N0. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup
lain, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Konsep Region dan wilayah masih dapat dikatakan bias banyak ahli yang
menganggap bahwa wilayah dan Region adalah konsep yang berbeda sementara tidak
sedikit pula yang menanggap konsep wilayah dan konsep region sebagai konsep yang sama.
Glasson (1978) ada dua cara pandang yang berbeda mengenai wilayah, yaitu
subyektif dan obyektif.Cara pandang subyektif, yaitu wilayah adalah alat untuk
mengidentifikasikan suatu lokasi yang didasarkan atas kriteria tertentu atau tujuan tertentu.
Dengan demikian, banyaknya wilayah tergantung kepada kriteria yang digunakan. Wilayah
hanyalah suatu model agar kita bisa membedakan lokasi yang satu dengan lokasi lainnya. Hal
ini diperlukan untuk membantu manusia mempelajari dunia ini secara sistematis. Sedangkan
pandangan obyektif menyatakan wilayah itu benar-benar ada dan dapat dibedakan dari ciri-
ciri/gejala alam di setiap wilayah.
Bambang Supriyadi(2010) Wilayah dapat dilihat sebagai suatu ruang pada permukaan
bumi. Pengertian permukaan bumi adalah menunjuk pada tempat atau lokasi yang dilihat
secara horizontal dan vertikal. Jadi, di dalamnya termasuk apa yang ada pada permukaan
bumi. Karena kita membicarakan ruang dalam kaitannya dengan kepentingan manusia, perlu
dibuat batasan bahwa ruang pada permukaan bumi adalah sejauh manusia masih bisa
menjangkaunya atau masih berguna bagi manusia.
Isard (dalam bambang supriyadi 2010), menganggap pengertian suatu wilayah pada
dasarnya bukan sekedar areal dengan batas-batas tertentu. Menurutnya, wilayah adalah suatu
area yang memiliki arti (meaningful) karena adanya masalah-masalah yang ada di dalamnya
sedemikian rupa, sehingga ahli regional memiliki interest di dalam menangani permasalahan
tersebut
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 7
Sumaatmadja (1988:42) Region berarti suatu wilayah yang memiliki karakteristik
tertentu yang khas, yang membedakan diri dari region-region lain di sekitarnya,lebih lanjut
menurut Dickinson (dalam Sumaatmadja, 1988), Suatu region adalah suatu komplek
keruangan atau komplek teritorial yang terdiri dari penyebaran gejala-gejala yang berbeda
sesamanya, yang mengungkapkan suatu keseluruhan aspek tertentu sebagai ruang geografi
Rustiadi, dkk (2007) memandang, kerangka klasifikasi konsep wilayah yang lebih
mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang dikenal selama ini adalah : (1) wilayah
homogen (uniform), (2) wilayah sistem/fungsional, dan (3) wilayah perencanaan/pengelolaan
(planning region atau programming region). Dalam pendekatan klasifikasi konsep wilayah
ini, wilayah nodal dipandang sebagai salah satu bentuk dari konsep wilayah sistem.
Sedangkan dalam kelompok konsep wilayah perencanaan, terdapat konsep wilayah
administratif-politis dan wilayah perencanaan fungsional.
Konsep Alamiah -Deskriptif
Gambar 2.1. Sistematika Konsep-konsep Wilayah (Rustiadi, dkk, 2007)
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 8
Wilayah
Homogen
System/fungsionall
System sederhana
Nodal (pusat-hiterland
Desa – Kota
Budidaya - Lindung
System kompleks
System ekonomi : kawasan ekonomi; kawasan industri
System ekologi : DAS, Hutan, Pesisir
System social-politik : kawasan adat, kawasan etnik
Perencanaan/pengelolaan
Wilayah perencanaan khusus : Jabodetabek, KAPET
Wilayah administrasi politik : Provinsi, Kabupaten, Kota
Konsep non Alamiah
2.2 Homogeneneous region, Nodal/Polarized region dan Planning/Administrative region.
Richardson menjelaskan bahwa region dapat diklasifikasikan menjadi
homogeneneous region, nodal/polarized region dan planning/administrative region.
Homogeneous region merupakan Konsep wilayah homogen lebih menekankan aspek
homogenitas (kesamaan) dalam kelompok. Dengan demikian, wilayah homogen tidak lain
adalah wilayah yang diidentifikasikan berdasarkan adanya sumber-sumber kesamaan atau
faktor pencirinya yang menonjol di wilayah tersebut. Kesamaan tersebut dapat berupa
kesamaan struktur produksi, konsumsi, pekerjaan, topografi, iklim, perilaku sosial,
pandangan politik, tingkat pendapatan dan lain-lain.
Nodal/polarized region pada dasarnya dilandasi oleh adanya faktor ketidak merataan
( heterogenitas). Konsep ini menekankan pada pentingnya interaksi setiap region yang
diukur berdasarkan lalu lintas barang, modal, penduduk.terdapat wilayah pusat ( kutub ) dan
wilayah pinggiran / hiterland yang merupakan bagian di sekelillingnya yang saling
melengkapi terhadap wilayah pusat. Sukirno (1976) menyatakan bahwa pengertian wilayah
nodal yang paling ideal untuk di gunakan dalam analisis mengenai ekonomi
wilayah,mengartikan wilayah tersebut sebagai ekonomi ruang yang yang di kuasai oleh
suatu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Batas wilayah nodal di tentukan sejauh mana
pengaruh dari suatu pusat kegiatan ekonomi bila di gantikan oleh pengaruh dari pusat
kegiatan ekonomi lainnya,sementara Hoover (1977) mengatakan bahwa struktur dari
wilayah nodal dapat di gambarkan sebagai suatu sel hidup dan suatu atom, dimana terdapat
inti dan plasma yang saling melengkapi. Pada struktur yang demikian, integrasi fungsional
akan lebih merupakan dasar hubungan ketergantungan atau dasar kepentingan masyarakat di
dalam wilayah itu, daripada merupakan homogenitas semata-mata salah satu contoh wilayah
nodal adalah kota Jakarta sebagai pusat dengan daerah Bogor, Depok ,Tangerang dan Bekasi
sebagai wilayah hiterland.
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 9
Planning / wilayah administrasi adalah wilayah yang didasarkan pada penerapan
keputusan ekonomi, dibatasi oeh kesatuan kebijakan atau administrasi. Pada dasarnya,
wilayah administrasi atau wilayah perencanaan adalah wilayah yang menjadi ajang penerapan
keputusan-keputusan ekonomi. Region ini umumnya dibatasi oleh kenyataan bahwa unit
wilayahnya berada di dalam kesatuan kebijakan atau administrasi. Sebagai contoh adalah
wilayah yang tergolong dalam kategori Propinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa dan
sebagainya. Dapat juga pembagian dilakukan menurut kriteria region yang karena sifat
alaminya harus direncanakan secara bersama atau serentak, seperti wilayah DAS (daerah
aliran sungai).
Selain berdasarkan tipenya, pembagian suatu wilayah dapat dilihat berdasarkan order,
rank atau hirarki, dengan menggunakan kriteria tertentu, misalnya ditinjau dari segi size
( ukuran ), form ( bentuk ), function ( fungsi ) maupun kriteria lainnya. Orde kota
menunjukkan besarnya suatu kota dalam suatu hirarki yang diukur menurut jumlah
penduduk.
Zipf menyimpulkan bahwa ukuran distribusi aktivitas ekonomi dari suatu kota akan
mengikuti distribusi Pareto distribusi aktivitas ekonomi perkotaan atau dengan kata lain
pemukiman perkotaan dalam suatu dan Hukum Zipf yang menjadi dasar dari Rank Size
Rule, sebuah aturan yang digunakan untuk melihat proporsi region disusun menurut ranking
atas dasar banyaknya penduduk. Kota dengan jumlah penduduk paling besar disebut kota
orde pertama ( primate city )
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 10
Rank size rule dapat disusun sebagai berikut :
Pn=P1
nq
Dimana : Pn = Penduduk dari pemukiman ke-n P1 = Penduduk dari pemukiman terbesarn = Ranking pemukiman q = Eksponen, biasanya mendekati angka satu
2.3 Regionalisasi dengan Satuan Wilayah Ekonomi (SWE)
Satuan Wilayah Ekonomi (SWE) adalah Kota-kota atau wilayah yang tercakup dalam
wilayah pengaruh kota orde pertama dianggap sebagai satuan wilayah yang berdiri sendiri.
Satuan Wilayah Ekonomi ditetapkan guna menentukan wilayah pengaruh dari suatu kota.Di
dalam SWE terjadi hubungan timbal balik untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial
antara pusat dengan subpusat, yang berupa hubungan langsung dan fungsiaonal.
Klasifikasi satuan wilayah dapat dilihat dari kebutuhan perkembangan kegiatan
masyarakat, dapat dibedakan menjadi 3 dasar pertimbangan, yaitu satuan
wilayah atas dasar pertimbangan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Ciri – ciri satuan
wilayah secara umum adalah sebagai berikut :
a. Menunjukkan adanya struktur dasar pengembangan.
b. Struktur pengembangannya menunjukkan adanya hirarki.
c. Aturan hirarki timbul sebagai akibat adanya tujuan efisiensi dalam pecapaian tujuan.
d. Aturan hirarki mempunyai dampak dalam tingkat efisiensi dalam prosesnya
Satuan wilayah atas dasar pertimbangan ekonomi atau disebut Satuan Wilayah
Ekonomi (SWE) dapat diperinci menjadi satuan wilayah produksi dan satuan wilayah
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 11
Primate citypopulasi
rank
pemasaran. Satuan wilayah produksi, didasarkan pada proses pengolahan sumber – sumber
alam, sedangkan satuan wilayah pemasaran didasarkan pada proses pencapaian konsumen.
Satuan wilayah produksi dianggap efektif dalam menjalankan fungsinya apabila berada pada
jangkauan satuan wilayah pemasaran.Ditinjau dari sudut lingkungan kehidupan, satuan
wilayah ekonomi dapat dibagi dalam lingkungan kehidupan perkotaan dan lingkungan
kehidupan perdesaan.
Satuan wilayah menurut dasar pertimbangan sosial, politik dan budaya terdapat
adanya satuan wilayah etnik serta pemerintah membentuk satuan wilayah
administratif.Dalam pembentukan wilayah administratif atas dasar etnik suatu wilayah
tersebut dikarenakan terdapat satuan wilayah yang mempunyai etnik yang identik, wilayah ini
berpotensi dalam bidang pengembangan sektor pariwisata yang bertumpu pada unsur
kebudayaan daerah.
Dasar penetapan Satuan Wilayah Ekonomi (SWE) suatu wilayah bukan hanya untuk
menentukan wilayah pengaruh, tetapi juga mempunyai tujuan lain sebagai berikut :
a. Membatasi pengembangan daerah pusat, sehingga daerah lain yang
terdapat disekitarnya dapat berkembang.
b. Pengembangan wilayah dalam SWE berorientasikan pada daerah pusatnya.
c. Pengembangan suatu wilayah pusat harus diikuti daerah pusat lain dalam
region lebih luas.
Penentuan Satuan Wilayah Ekonomi dapat dilakukan dengan cara metode breaking
point formula. Dengan dasar perhitungan aliran barang (commodity flow) untuk menunjukkan
jarak pelayanan ekonomi suatu daerah pusat.Metode Breaking Point menunjukkan besarnya
aliran barang yang timbul dari daerah pusat yang merupakan produk dari wilayah
ekonominya.
Teori Breaking point (titik henti) digunakan untuk mengukur besarnya daya tarik
(gravitasi) antar kota dan selanjutnya digunakan untuk menentukan titik batas gravitasi antar
kota pada suatu wilayah, sehingga dapat diketahui pengaruh wilayah suatu kota terhadap
wilayah yang ada disekitarnya.Digunakan data – data berikut untuk mengetahui gravitasi
daerah pusat, yaitu : jarak antara kota A dan B (dalam kilometer), jumlah aliran barang yang
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 12
berasal dari kota A menuju kota B dan Jumlah aliran barang yang berasal dari kota B menuju
kota A. Berikut adalah rumus dari breaking point :
Db=Dab
1+√(Pa
PB
)
Dimana :Db = breaking point antara kota A dan kota B Dab = jarak antara kota A dan kota B (dalam kilometer)Pa = Jumlah aliran barang yang berasal dari kota A menuju kota BPb = Jumlah aliran barang yang berasal dari kota B menuju kota A
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.Data
sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui studi
kepustakaan, yaitu dengan membaca kepustakaan seperti buku-buku literatur, diktat-diktat
kuliah, majalah-majalah, jurnal-jurnal, buku-buku yang berhubungan dengan pokok
penelitian, surat kabar dan membaca dan mempelajari arsip-arsip atau dokumen-dokumen
yang terdapat di instansi terkait. Untuk melengkapi paparan hasil penelitian juga
digunakan rujukan dan referensi dari bank data lain yang relevan, misal dari jurnal, laporan
hasil penelitian terdahulu, serta publikasi yang relevan dengan penelitian ini.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam suatu penelitian ilmiah dimaksudkan untuk bahan atau
data yang relevan, akurat reliable yang hendak kita teliti. Oleh karena itu perlu diguunakan
metode pengumpulan data yang baik dan cocok. Dalam penelitian ini digunakan metode
pengumpulan data berupa :
Dokumentasi.Metode ini dilakukan dengan metode studi pustaka yaitu mengadakan
survei terhadap data yang telah ada dan menggali teori-teori yang telah berkembang
dalam bidang ilmu yang terkait.
3.3 Metode Analisis Data
Teknik analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik
deskriptif disertai dengan grafik dan diagram selain itu manggunakan pendekatan teknik
kualitatif
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 14
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Regionalisasi Homogenous,Nodal,Administrative dan planning Region
beserta contoh wilayahnya.
Regionalisasi (Pewilayahan) di dalam geografi adalah suatu upaya mengelompokkan
atau mengklasifikasikan unsur-unsur yang sama.Sumaatmadja (1988:51) bahwa,
“Menentukan pewilayahan atau regionalisasi suatu wilayah di permukaan bumi,
dipergunakan kriteria geografi hasil relasi keruangan aspek-aspek yang secara umum lebih
menonjol atau lebih dominan pada wilayah yang bersangkutan.
4.1.1 Regional Homogen
Konsep wilayah homogen lebih menekankan aspek homogenitas (kesamaan) dalam
kelompok.Wilayah homogen adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan pada kenyataan
bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen (kesamaan), sedangkan
faktor-faktor yang tidak dominan bisa saja beragam (heterogen). Dengan demikian, wilayah
homogen tidak lain adalah wilayah yang diidentifikasikan berdasarkan adanya sumber-
sumber kesamaan atau faktor pencirinya yang menonjol di wilayah tersebut. Kesamaan
tersebut dapat berupa kesamaan struktur produksi, konsumsi, pekerjaan, topografi, iklim,
perilaku sosial, pandangan politik, tingkat pendapatan dan lain-lain. Pada dasarnya terdapat
beberapa faktor penyebab homogenitas wilayah. Secara umum terdiri dari penyebab alamiah
dan penyebab artifical. Faktor alamiah yang dapat menyebabkan homogenitas wilayah adalah
kemampuan lahan, iklim dan berbagai faktor lainnya. Homogenitas yang bersifat artifical
pada dasarnya kehomogenan yang bukan berdasarkan faktor fisik tetapi faktor sosial. Contoh
wilayah homogen artifical adalah wilayah homogen atas dasar kemiskinan (peta kemiskinan),
suku bangsa, budaya dan lain-lain.
a. Contoh Homogenous berdasarkan Pekerjaan
Pantai utara Jawa barat (mulai dari indramayu,subang dan karawang),merupakan
wilayah yang homogen dari sisi mata pencaharian penduduknya yang mayoritas bekerja
sebagai petani sehingga apabila terdapat perubahan faktor produksi pertanian misal nya
subsidi pupuk yang berubah,harga benih yang meningkat atau upah buruh tani yang berubah
akan mempengaruhi seluruh bagian wilayah tersebut dengan proses yang sama. Apabila suatu
bagian berubah maka hal yang sama akan berlaku pula bagian wilayah lainnya.
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 15
b. Contoh Homogenous berdasarkan Iklim dan vegetasi nya.
Daerah Purworejo,Temanggung,Wonosobo dan sebagian magelang adalah daerah
yang memiliki iklim sejuk sehingga vegetasi daerah tersebut mayoritas adalah
teh,tembakau,dan pohon cemara.
c. Contoh Homoenous berdasarkan Kesamaan Budaya
Daerah Banjarnegara,Purbalingga,Banyumas,Cilacap dan Kebumen dikatakan
Homogenous region berdasarkan kesamaan faktor kebudayaan terutama kesamaan ragam
bahasa
.
4.1.2 Regional Nodal
Region fungsional disebut juga region nodal. Region fungsional bersifat dinamis
dibandingkan dengan region formal, yaitu ditandai oleh adanya gerakan dari dan ke pusat.
Pusat tersebut disebut sebagai node. Sejauh mana node dapat menarik daerah sekitarnya
sehingga tercipta interaksi maksimal, maka sejauh itulah batas region nodalnya. Suatu region
nodal terdapat empat unsur penting sebagai berikut :
1. adanya arus barang, ide/gagasan dan manusia;
2. adanya node/pusat yang menjadi pusat pertemuan arus tersebut secara
terorganisir;
3. adanya wilayah yang makin meluas;
4. adanya jaring-jaring rute tempat tukar menukar berlangsung.
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 16
Inti (pusat simpul) adalah pusat-pusat pelayanan dan atau pemukiman, sedangkan
plasma adalah daerah belakang (periphery/hinterland), yang mempunyai sifat-sifat tertnetu
dan mempunyai hubungan fungsional. Konsep wilayah nodal lebih berfokus pada peran
pengendalian/pengaruh central atau pusat (node) serta hubungan ketergantungan pusat
(nukleus) dan elemen-elemen sekelilingnya dibandingkan soal batas wilayahPada region
nodal terdapat fungsi suatu tempat sebagai sirkulasi. Pada wilayah tersebut terdapat aktivitas
yang diorganisir dan umumnya bersifat lebih dinamis seperti gerakan orang, barang, berita
atau pesan.
Contoh : Semarang sebagai pusat atau core,sementara Kendal,Demak,Ungaran,Salatiga,Dan
Purwodadi. Jakarta sebagai pusat atau Core sementara Depok,Tangerang dan Bekasi sebagai
Hinterland nya.
4.1.3 Daerah Administrative
Boudeville(dalam Glasson,1978) mendefinisikan wilayah perencanan (planning
region atau programming region)sebagai wilayah yang memperlihatkan koherensi atau
kesatuan keputusan-keputusan ekonomi.Wilayah perencanaan dapat dilihat sebagai wilayah
yang cukup besar untuk memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan penting
dalampenyebaran penduduk dan kesempatan kerja,namun cukup kecil untuk memungkinkan
persoalan-persoalan perencanaannya dapat dipandang sebagai satu kesatuan.
Klassen (dalam Glasson,1978) mempunyai pendapat yang hampir sama dengan
Boudeville, yaitu bahwa wilayah perencanaan harus mempunyai ciri-ciri :(a)cukup besar
untuk mengambil keputusan-keputusan investasi yang berskala ekonomi, (b) mampu
mengubah industrinya sendiri dengan tenaga kerja yang ada, (c) mempunyai struktur
ekonomi yang homogen, (d) mempunyai sekurang-kurangnya satu titik pertumbuhan
(growthpoint), (e) mengunakan suatu cara pendekatan perencanaan pembangunan, (f)
masyarakat dalam wilayah itu mempunyai kesadaran bersama terhadap persoalan-
persoalannya.
Contoh pemerintah pusat ingin menanggulangi pencemaran air yang terjadi di Daerah
aliran Sungai Bengawan Solo maka wilayah cakupan perencanaan bukan hanya menjadi
tanggung jawab Provinsi Jawa Tengah tetapi juga di provinsi Jawa Timur yang mencangkup
Ngawi,Madiun,Magetan,Bojonegoro,Tuban,Lamongan,Gresik dan Ponorogo
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 17
4.2. Gambaran Umum Kawasan BARLINGMASCAKEB
Wilayah BARLINGMASCAKEB terdiri atas Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten
Purbalingga, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen. Wilayah
ini terletak di bagian barat daya Provinsi Jawa Tengah. Sebagian wilayah ini terletak di jalur
selatan Pulau Jawa yang menghubungkan daerah Yogyakarta dengan Jawa Barat bagian
selatan dan Cirebon di bagian utara.
Wilayah BARLINGMASCAKEB secara geografis terletak diantara 108°30’ -
109°50’ BT, dan 7°10’ - 7°50’ LS, dengan batas administrasi dan fisiografis:
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Batang,Pekalongan, Pemalang, Tegal dan
Brebes
Sebelah timur dengan KabupatenWonosobo dan Purworejo;
Sebelah selatan dengan samudera Indonesia; dan
Sebelah barat dengan Provinsi Jawa Barat.
Wilayah BARLINGMASCAKEB memiliki luas 6,480 km2 atau sekitar 20.54 persen dari
total keseluruhan luas wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 18
4.3 Jarak Antar Kota danJumlah Penduduk
4.3.1 Jarak Antar Kota
Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen
Banjarnegara 49km 69km 132km 114km
Purbalingga 49km 113km 147km 95km
Banyumas 69km 20km 61km 75km
Cilacap 132km 81km 61km 94km
Kebumen 114km 95km 75km 94km
Sumber :Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2011
Dalam peta letak kabupaten Cilacap dan kabupaten Kebumen cenderung lebih sulit
diakses dari kota anggota BARLINGMASCAKEB yang lain,sementara pemerintah
Kabupaten Banyumas lebih dekat jaraknya jika di jangkau oleh kabupaten lainnya.Hal inilah
yang menyebabkan banyak pertemuan yang membahas regional BARLINGMASCAKEB
dilaksanakan di kota Banyumas.
4.3.2 Jumlah Penduduk
Kabupaten Jumlah Penduduk
Banjarnegara 875,214
Purbalingga 858,798
Banyumas 1,570,598
Cilacap 1,651,940
Kebumen 1,162,294
BARLINGMASCAKEB 6,118,884
Sumber :Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2012
Kabupaten yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kawasan
BARLINGMASCAKEB adalah kabupaten Cilacap dengan jumlah penduduk 1.162.294 jiwa
sementara jumlah penduduk Kabupaten Purbalingga menjadi yang terkecil dengan penduduk
berjumlah 858.798 jiwa dan secara keseluruhan jumlah penduduk di kawasan
BARLINGMASCAKEB sebesar 6.118.884 jiwa.
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 19
4.4 PDRB BARLINGMASCAKEB
Kabupaten 2001 2002 2003 2004
Cilacap 16225114.26 17678237.92 18832659.81 20122240.92Banyumas 3088157.44 3227485.17 3347157.9 3486633.67
Purbalingga 1661566.6 1734318.82 1784728.21 1844532.08
Banjarnegara 2063504.01 2081096.23 2142274.21 2225095.9
Kebumen 2113428.28 2195988.36 2260404.12 2287004.74BARLINGMASCAKEB
25153771.59 26919128.5 28369227.25 29967511.31
Kabupaten 2005 2006 2007 2008Cilacap 21729328.83 23464768.76 21109000 22390000Banyumas 3598399.16 3713747.34 3958646 4171469Purbalingga 1921653.92 2002000.3 2075857 2257393Banjarnegara 2321117.64 2376695 2495786 2619990Kebumen 2360449.9 2461000 2572000 2721000
BARLINGMASCAKEB 31932954.45 34020217.4 32213296 34161860
Kabupaten 2009 2010 2011Cilacap 22739000 23739000 24792000Banyumas 4400542 4654634 4927351Purbalingga 2390245 2525873 2669197Banjarnegara 2753936 2888524 3029689.47Kebumen 2828000 2946000 3068923BARLINGMASCAKEB
35113732 36756041 38489171.47
Sumber :Badan Pusat Statistik proviinsi Jawa tengah,diolah
PDRB Cilacap menyumbang hampir 65% terhadap PDRB wilayah
BARLINGMASCAKEB setiap tahun nya sementara Kabupaten Banyumas berkontribusi
12% terhadap total PDRB wilayah BARLINGMASCAKEB setiap tahun nya sementara
Kabupaten yang memiliki Kontribusi paling sedikit adalah Kabupaten Purbalingga yang
hanya berkontribusi sebesar 6% terhadap PDRB total kawasan BARLINGMASCAKEB.
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 20
PDRB BARLINGMASCAKEB Tahun 2001 - 2004
2001 2002 2003 20040
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
CilacapBanyumasPurbalinggaBanjarnegaraKebumen
PDRB BARLINGMASCAKEB Tahun 2005 - 2011
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Cila-cap
21729328.83
23464768.76
21109000 22390000 22739000 23739000 24792000
Banyumas
3598399.16
3713747.34
3958646 4171469 4400542 4654634 4927351
Pur-bal-ingga
1921653.92
2002000.3
2075857 2257393 2390245 2525873 2669197
Ban-jarnegara
2321117.64
2376695 2495786 2619990 2753936 2888524 3029689.47
Ke-bu-men
2360449.9
2461000 2572000 2721000 2828000 2946000 3068923
2500000
7500000
12500000
17500000
22500000
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 21
20012002
20032004
20052006
20072008
20092010
20110
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
30000000
35000000
40000000
PDRB BarlingmasCakeb Tahun 2001 - 2011
BarlingmasCakeb
PDRB kawasan BARLINGMASCAKEB selalu mengalami peningkatan rata-rata 4%
per tahun nya tetapi di tahun 2007 sempat mengalami penrunan karena turunnya PDRB
kabupaten Cilacap Total PDRB tertinggi dicapai pada tahun 2011 sebesar lebih dari 38 triliun
rupiah.
Data Laju Pertumbuhan PDRB dari tahun 2002 sampai 2011.
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
-11
-6
-1
4
9
CilacapBanyumasPurbalinggaBanjarnegaraKebumenBarligmascakeb
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 22
Secara Laju pertumbuhan PDRB pada saat sebelum dan setelah Kabupaten
Cilacap,Kabupaten Banyumas,Kabupaten Purbalingga,Kabupaten Banjarnegara,dan
Kabupaten Kebumen tidak berubah secara signifikan pada saat dua tahun setelah
Barlingmascakeb tetapi selepas tahun 2006 beberapa daerah mengalami Kenaikan
pertumbuhan PDRB meskipun masih tidak Stabil.
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 23
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Homogeneous region merupakan Konsep wilayah homogen lebih menekankan aspek
homogenitas (kesamaan) dalam kelompok. Dengan demikian, wilayah homogen tidak
lain adalah wilayah yang diidentifikasikan berdasarkan adanya sumber-sumber
kesamaan atau faktor pencirinya yang menonjol di wilayah tersebut
Nodal/polarized region Konsep ini menekankan pada pentingnya interaksi setiap
region yang diukur berdasarkan lalu lintas barang, modal, penduduk.terdapat wilayah
pusat ( kutub ) dan wilayah pinggiran / hiterland yang merupakan bagian di
sekelillingnya yang saling berinteraksi terhadap wilayah pusat.
Planning Region adalah wilayah perencanan (planning region atau programming
region)sebagai wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-
keputusan ekonomi.
2. Contoh Homogenous Region adalah indramayu,subang dan karawang yang homogen
berdasarkan mata pencaharian. Contoh Nodal Region adalah Semarang sebagai pusat
atau core,sementara Kendal,Demak,Ungaran,Salatiga,Dan Purwodadi. Contoh
planning Region adalah Ngawi, Madiun,Magetan, Bojonegoro, Tuban, Lamongan,
Gresik dan Ponorogo sebagai DAS Bengawan Solo.
3. Pada Case study Barlingmascakeb PDRB total nya sangat dipengaruhi oleh besaran
PDRB Kabupaten Cilacap hal ini mengingat bahwa PDRB Kabupaten Cilacap
Memberikan proporsi lebih dari 60-65 % sehingga apabila total PDRB kabupaten
Cilacap mengalami penurunan maka hali tersebut akan berimbas terhadap total PDRB
Kawasan Barlingmascakeb.
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 24
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2006. Jawa Tengah Dalam Angka 2006. Semarang: Jawa
Tengah.
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2010. Jawa Tengah Dalam Angka 2010. Semarang: Jawa
Tengah.
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2011. Jawa Tengah Dalam Angka 2011. Semarang: Jawa
Tengah.
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2012. Jawa Tengah Dalam Angka 2012. Semarang: Jawa
Tengah.
Glasson, John. 1978. An Introduction to Regional Planning. London
Hoover, Edgar M. 1974. An Introduction To Regional Economi, Second Edition. New York:
Alfred A. Knopf.
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No.21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nomor 21 Tahun 2003
Rustiadi, Ernan, dkk, 2007, “Perencanaan dan Pengembangan Wilayah”, Crestpent Press,
P4W-LPPM IPB, Bogor.
Sukirno, Sadono. 1981. Beberapa Aspek Persoalan Dalam PembangunanDaerah. Jakarta:
FEU
Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni.
Supriyadi,Bambang.2010.Modul Ilmu Kewilayahan.Sumedang:Institut Pemerintahan Dalam
Negeri
Tarigan,Robinson.2007,”Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”.Jakarta:PT.Bumi Aksara.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Tugas Ekonomi Regional|Regionalisasi 25