makalah biologi tentang tempe

22
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bioteknologi terbagi menjadi 3 yaitu bioteknologi menggunakan mikroorganisme, kultur jaringan, dan rekayasa genetika. Bioteknologi yang menggunakan mikroorganisme (seperti bakteri, kahmir(yeast), dan kapang) antara lain penemuan dan penyelesaian masalah pangan, obat-obatan, pembasmi hama tanaman, pencemaran, pembasmian hama tanaman, dan pemisahan logam dari bijih logam. Salah penerapan bioteknologi yang menggunakan jasa mikroorganisme untuk pangan adalah tempe. Siapa yang tak kenal tempe. Tempe yang menurut kabarnya adalah makanan asli Indonesia dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus ini banyak disuka. Rasanya yang lezat, harganya murah dan mudah didapat. Apalagi sepotong tempe mengandung berbagai unsur bermanfaat, seperti karbohidrat, lemak, protein, serat, vitamin, enzim, daidzein, genisten, serta komponen antibakteri bermanfaat untuk kesehatan. Tempe makanan yang sering dijumpai di rumah maupun di warung-warung, sebagai pelengkap hidangan ternyata memiliki kandungan dan nilai cerna yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga - 1 -

Upload: andi-lala

Post on 29-Jun-2015

11.602 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH BIOLOGI tentang TEMPE

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bioteknologi terbagi menjadi 3 yaitu bioteknologi menggunakan

mikroorganisme, kultur jaringan, dan rekayasa genetika. Bioteknologi yang

menggunakan mikroorganisme (seperti bakteri, kahmir(yeast), dan kapang) antara lain

penemuan dan penyelesaian masalah pangan, obat-obatan, pembasmi hama tanaman,

pencemaran, pembasmian hama tanaman, dan pemisahan logam dari bijih logam. Salah

penerapan bioteknologi yang menggunakan jasa mikroorganisme untuk pangan adalah

tempe.

Siapa yang tak kenal tempe. Tempe yang menurut kabarnya adalah makanan

asli Indonesia dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain

yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus ini banyak disuka. Rasanya yang

lezat, harganya murah dan mudah didapat. Apalagi sepotong tempe mengandung

berbagai unsur bermanfaat, seperti karbohidrat, lemak, protein, serat, vitamin, enzim,

daidzein, genisten, serta komponen antibakteri bermanfaat untuk kesehatan. Tempe

makanan yang sering dijumpai di rumah maupun di warung-warung, sebagai

pelengkap hidangan ternyata memiliki kandungan dan nilai cerna yang lebih baik

dibandingkan dengan kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan

kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai

makanan semua umur. Karena banyaknya manfaat dari tempe itulah maka saya tertarik

untuk membuat makalah tentang Tempe ini.

B. RUMUSAN MASALAH

Masalah yang diambil dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Sejarah Dan Perkembangan Tempe?

2. Bagaimana Cara Pembuatan Tempe?

3. Apa Saja Khasiat Dan Kandungan Gizi?

4. Macam-macam Tempe yang Tidak Terbuat dari Kedelai?

- 1 -

Page 2: MAKALAH BIOLOGI tentang TEMPE

C. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :

1. Mengetahui Sejarah Dan Perkembangan Tempe.

2. Mengetahui Cara Pembuatan Tempe.

3. Mengetahui Khasiat Dan Kandungan Gizi.

4. Mengetahui Macam-macam Tempe yang Tidak Terbuat dari Kedelai.

D. METODE PENULISAN

Makalah ini ditulis menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan

cara mengutip dari majalah, buku maupun intenet secara langsung dan dengan

dianalisa terlebih dahulu.

- 2 -

Page 3: MAKALAH BIOLOGI tentang TEMPE

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEMPE

1. Asal Usul

Tidak seperti makanan kedelai

tradisional lain yang biasanya berasal dari

Cina atau Jepang, tempe berasal dari

Indonesia. Tidak jelas kapan pembuatan

tempe dimulai. Namun demikian,

makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak

berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan

budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta.

Dalam bab 3 dan bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-

16 (Serat Centhini sendiri ditulis pada awal abad ke-19) telah ditemukan kata

"tempe", misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae santen tempe (sejenis

masakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dan

catatan sejarah yang tersedia lainnya menunjukkan bahwa mungkin pada

mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat pedesaan

tradisional Jawa—mungkin dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah,

dan berkembang sebelum abad ke-16.

Kata "tempe" diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa

Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut

tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan

dengan makanan tumpi tersebut.

Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam

sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa

pembuatan tempe diawali semasa era Tanam Paksa di Jawa. Pada saat itu,

masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti singkong,

ubi dan kedelai, sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang

mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa

yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji1 kedelai yang difermentasikan

- 3 -

Page 4: MAKALAH BIOLOGI tentang TEMPE

menggunakan kapang Aspergillus. Selanjutnya, teknik pembuatan tempe

menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa

yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air.

2. Tempe di Indonesia

Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan

menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk

produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per

orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg.

Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, para tawanan perang

yang diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Sejumlah

penelitian yang diterbitkan pada tahun 1940-an sampai dengan 1960-an juga

menyimpulkan bahwa banyak tahanan Perang Dunia II berhasil selamat karena

tempe. Menurut Onghokham, tempe yang kaya protein telah menyelamatkan

kesehatan penduduk Indonesia yang padat dan berpenghasilan relatif rendah.

Namun, nama 'tempe' pernah digunakan di daerah perkotaan Jawa,

terutama Jawa tengah, untuk mengacu pada sesuatu yang bermutu rendah.

Istilah seperti 'mental tempe' atau 'kelas tempe' digunakan untuk merendahkan

dengan arti bahwa hal yang dibicarakan bermutu rendah karena murah seperti

tempe. Soekarno, Presiden Indonesia pertama, sering memperingatkan rakyat

Indonesia dengan mengatakan, "Jangan menjadi bangsa tempe." Baru pada

pertengahan 1960-an pandangan mengenai tempe ini mulai berubah.

Pada akhir 1960-an dan awal

1970-an terjadi sejumlah perubahan

dalam pembuatan tempe di Indonesia.

[14] Plastik (polietilena) mulai

menggantikan daun pisang untuk

membungkus tempe, ragi berbasis

tepung (diproduksi mulai 1976 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan

banyak digunakan oleh Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia, Kopti)

- 4 -

Page 5: MAKALAH BIOLOGI tentang TEMPE

mulai menggantikan laru tradisional, dan kedelai impor mulai menggantikan

kedelai lokal. Produksi tempe meningkat dan industrinya mulai dimodernisasi

pada tahun 1980-an, sebagian berkat peran serta Kopti yang berdiri pada 11

Maret 1979 di Jakarta dan pada tahun 1983 telah beranggotakan lebih dari

28.000 produsen tempe dan tahu.

Standar teknis untuk tempe telah ditetapkan dalam Standar Nasional

Indonesia dan yang berlaku sejak 9 Oktober 2009 ialah SNI 3144:2009. Dalam

standar tersebut, tempe kedelai didefinisikan sebagai "produk yang diperoleh

dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan kapang Rhizopus sp.,

berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan dan berbau

khas tempe".

3. Tempe di Luar Indonesia

Tempe dikenal oleh masyarakat Eropa melalui orang-orang Belanda.

Pada tahun 1895, Prinsen Geerlings (ahli kimia dan mikrobiologi dari Belanda)

melakukan usaha yang pertama kali untuk mengidentifikasi kapang tempe.

Perusahaan-perusahaan tempe yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh

para imigran dari Indonesia.

Melalui Belanda, tempe telah populer di Eropa sejak tahun 1946.

Sementara itu, tempe populer di Amerika Serikat setelah pertama kali dibuat di

sana pada tahun 1958 oleh Yap Bwee Hwa, orang Indonesia yang pertama kali

melakukan penelitian ilmiah mengenai tempe. Di Jepang, tempe diteliti sejak

tahun 1926 tetapi baru mulai diproduksi secara komersial sekitar tahun 1983.

[16] Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di

Amerika, dan 8 di Jepang. Di beberapa negara lain, seperti Republik Rakyat

Cina, India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada, Australia, Amerika Latin, dan Afrika,

tempe sudah mulai dikenal di kalangan terbatas.

Tidak seperti di Indonesia yang dapat dengan mudah dan murah

menemukan tempe misalnya dengan membeli di toko/warung dan pasar di

dekat rumah maupun dengan pedagang sayur keliling satu papan tempe bisa

didapat dengan harga Rp. 1000,00, sedangkan di luar Indonesia misalnya

- 5 -

Page 6: MAKALAH BIOLOGI tentang TEMPE

Aussie harga sepotong kecil tempe mencapai 5 dolar dan hanya ditemukan di

supermarket. Oleh karena itu kita harus bangga menjadi orang di Indonesia

dengan segala ‘kesederhanaan’ dan ‘kekurangan’ kita.

B. PEMBUATAN TEMPE

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau

beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti

Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus.

Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".

Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks

menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat

pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe

mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan

antioksidan pencegah penyakit degeneratif.

Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang

merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi

komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan

aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.

Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum

vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti

daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya

di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan

Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain)

unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau

memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini

dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-

galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya

dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).

- 6 -

Page 7: MAKALAH BIOLOGI tentang TEMPE

Terdapat berbagai metode pembuatan tempe. Namun, teknik pembuatan tempe

di Indonesia secara umum terdiri dari tahapan perebusan, pengupasan, perendaman dan

pengasaman, pencucian, inokulasi dengan ragi, pembungkusan, dan fermentasi.

1. Perebusan

Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap

perebusan ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap

air sebanyak mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji

kedelai supaya nantinya dapat menyerap asam pada tahap perendaman.

2. Pengupasan

Kulit biji kedelai dikupas pada tahap pengupasan agar miselium fungi

dapat menembus biji kedelai selama proses fermentasi. Pengupasan dapat

dilakukan dengan tangan, diinjak-injak dengan kaki, atau dengan alat pengupas

kulit biji.

3. Perendaman dan Pengasaman

Setelah dikupas, biji kedelai direndam. Tujuan tahap perendaman ialah

untuk hidrasi biji kedelai dan membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat

secara alami agar diperoleh keasaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

fungi. Fermentasi asam laktat terjadi dicirikan oleh munculnya bau asam dan

buih pada air rendaman akibat pertumbuhan bakteri Lactobacillus. Bila

pertumbuhan bakteri asam laktat tidak optimum (misalnya di negara-negara

subtropis, asam perlu ditambahkan pada air rendaman. Fermentasi asam laktat

dan pengasaman ini ternyata juga bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan

menghilangkan bakteri-bakteri beracun.

4. Pencucian

Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang

mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak terlalu

asam. Bakteri dan kotorannya dapat menghambat pertumbuhan fungi.

- 7 -

Page 8: MAKALAH BIOLOGI tentang TEMPE

5. Inokulasi dengan Ragi

Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi tempe

atau laru. Inokulum dapat berupa kapang yang tumbuh dan dikeringkan pada

daun waru atau daun jati (disebut usar; digunakan secara tradisional), spora

kapang tempe dalam medium tepung (terigu, beras, atau tapioka; banyak dijual

di pasaran), ataupun kultur R. oligosporus murni (umum digunakan oleh

pembuat tempe di luar Indonesia).[4][5] Inokulasi dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu (1) penebaran inokulum pada permukaan kacang kedelai yang sudah

dingin dan dikeringkan, lalu dicampur merata sebelum pembungkusan; atau (2)

inokulum dapat dicampurkan langsung pada saat perendaman, dibiarkan

beberapa lama, lalu dikeringkan.

6. Pembungkusan dan Fermentasi

Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau ditempatkan dalam

wadah untuk fermentasi. Berbagai bahan pembungkus atau wadah dapat

digunakan (misalnya daun pisang, daun waru, daun jati, plastik, gelas, kayu,

dan baja), asalkan memungkinkan masuknya udara karena kapang tempe

membutuhkan oksigen untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari daun atau

plastik biasanya diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk.

Biji-biji kedelai yang sudah dibungkus dibiarkan untuk mengalami

proses fermentasi. Pada proses ini kapang tumbuh pada permukaan dan

menembus biji-biji kedelai, menyatukannya menjadi tempe. Fermentasi dapat

dilakukan pada suhu 20°C–37°C selama 18–36 jam. Waktu fermentasi yang

lebih singkat biasanya untuk tempe yang menggunakan banyak inokulum dan

suhu yang lebih tinggi, sementara proses tradisional menggunakan laru dari

daun biasanya membutuhkan waktu fermentasi sampai 36 jam.

- 8 -

Page 9: MAKALAH BIOLOGI tentang TEMPE

C. KHASIAT DAN KANDUNGAN GIZI

1. Khasiat Tempe

Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat

menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif

(aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu

tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah,

pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.

Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak

banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim

pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat

pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat

dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala

kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan

semua umur.

Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada

tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut,

nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi

protein, serta skor proteinnya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna,

diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini

telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis.

Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan

meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan kedelai

menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa

penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut).

Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk

meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang

terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe.

Tempe dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan, misalnya tumis tempe dan buncis

ini.

- 9 -

Page 10: MAKALAH BIOLOGI tentang TEMPE

Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi

200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe,

dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.

10 Khasiat Tempe:

a. Protein yang terdapat dalam tempe sangat tinggi, mudah dicerna sehingga

baik untuk mengatasi diare.

b. Mengandung zat besi, flafoid yang bersifat antioksidan sehingga

menurunkan tekanan darah.

c. Mengandung superoksida desmutase yang dapat mengendalikan radikal

bebas, baik bagi penderita jantung.

d. Penanggulangan anemia. Anemi ditandai dengan rendahnya kadar

hemoglobin karena kurang tersedianya zat besi (Fe), tembaga (Cu), Seng

(Zn), protein, asam folat dan vitamin B12, di mana unsur-unsur tersebut

terkandung dalam tempe.

e. Anti infeksi. Hasil survey menunjukkan bahwa tempe mengandung

senyawa anti bakteri yang diproduksi oleh karang tempe (R. Oligosporus)

merupakan antibiotika yang bermanfaat meminimalkan kejadian infeksi.

f. Daya hipokolesterol. Kandungan asam lemak jenuh ganda pada tempe

bersifat dapat menurunkan kadar kolesterol.

g. Memiliki sifat anti oksidan, menolak kanker.

h. Mencegah masalah gizi ganda (akibat kekurangan dan kelebihan gizi)

beserta berbagai penyakit yang menyertainya, baik infeksi maupun

degeneratif.

i. Mencegah timbulnya hipertensi.

j. Kandungan kalsiumnya yang tinggi, tempe dapat mencegah osteoporosis.

- 10 -

Page 11: MAKALAH BIOLOGI tentang TEMPE

2. Kandungan Gizi Pada Tempe

a. Asam Lemak

Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya

peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian,

asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids, PUFA)

meningkat jumlahnya.

Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami

penurunan, sedangkan kenaikan terjadi pada asam oleat dan linolenat (asam

linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai

efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat

menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.

b. Vitamin

Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin

B kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan

sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung

dalam tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam

pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12

(sianokobalamin).

Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani dan

tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-

bijian), namun tempe mengandung vitamin B12 sehingga tempe menjadi

satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati.

Kenaikan kadar vitamin B12 paling mencolok pada pembuatan tempe;

vitamin B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama fermentasi dari

kedelai, riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5

kali, biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat.

Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri

kontaminan seperti Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter freundii.

Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3

mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi

- 11 -

Page 12: MAKALAH BIOLOGI tentang TEMPE

kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari. Dengan adanya vitamin B12

pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan

vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya.

c. Mineral

Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang

cukup. Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39;

2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe.

Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan

menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor

dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti

besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk

dimanfaatkan tubuh.

d. Antioksidan

Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk

isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga

merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan

reaksi pembentukan radikal bebas.

Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein,

dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga

terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai

sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai.

Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai

menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.

Penuaan (aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang

dikonsumsi sehari-hari mengandung antioksidan yang cukup. Karena tempe

merupakan sumber antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah

cukup secara teratur dapat mencegah terjadinya proses penuaan dini.

Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika

Serikat, menemukan bahwa genestein dan fitoestrogen yang terdapat pada

tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat dan payudara.

- 12 -

Page 13: MAKALAH BIOLOGI tentang TEMPE

D. TEMPE BUKAN KEDELAI

Selain tempe berbahan dasar kacang kedelai, terdapat pula berbagai jenis

makanan berbahan bukan kedelai yang juga disebut tempe. Terdapat dua golongan

besar tempe menurut bahan dasarnya, yaitu tempe berbahan dasar legum dan tempe

berbahan dasar non-legum.

Tempe bukan kedelai yang berbahan dasar legum mencakup tempe koro

benguk (dari biji kara benguk, Mucuna pruriens L.D.C. var. utilis, berasal dari sekitar

Waduk Kedungombo), tempe gude (dari kacang gude, Cajanus cajan), tempe gembus

(dari ampas kacang gude pada pembuatan pati, populer di Lombok dan Bali bagian

timur), tempe kacang hijau (dari kacang hijau, terkenal di daerah Yogyakarta), tempe

kacang kecipir (dari kecipir, Psophocarpus tetragonolobus), tempe kara pedang (dari

biji kara pedang Canavalia ensiformis), tempe lupin (dari lupin, Lupinus angustifolius),

tempe kacang merah (dari kacang merah, Phaseolus vulgaris), tempe kacang tunggak

(dari kacang tunggak, Vigna unguiculata), tempe kara wedus (dari biji kara wedus

Lablab purpures), tempe kara (dari kara kratok, Phaseolus lunatus, banyak ditemukan

di Amerika Utara), dan tempe menjes (dari kacang tanah dan kelapa, terkenal di sekitar

Malang).

Tempe berbahan dasar non-legum mencakup tempe mungur (dari biji mungur,

Enterolobium samon), tempe bongkrek (dari bungkil kapuk atau ampas kelapa,

terkenal di daerah Banyumas), tempe garbanzo (dari ampas kacang atau ampas kelapa,

banyak ditemukan di Jawa Tengah), tempe biji karet (dari biji karet, ditemukan di

daerah Sragen, jarang digunakan untuk makanan), dan tempe jamur merang (dari jamur

merang).

- 13 -

Page 14: MAKALAH BIOLOGI tentang TEMPE

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tempe merupakan makanan asli Indonesia. Tempe banyak digemari oleh

bangsa Indonesia karena rasanya yang enak dan kandungan gizinya yang banyak.

Sepotong tempe mengandung berbagai unsur bermanfaat, seperti karbohidrat, lemak,

protein, serat, vitamin, enzim, daidzein, genisten, serta komponen antibakteri bermanfaat

untuk kesehatan. Tempe sering dijumpai di rumah maupun di warung-warung,

sebagai pelengkap hidangan ternyata memiliki kandungan dan nilai cerna yang

lebih baik dibandingkan dengan kedelai. tempe sangat baik untuk diberikan kepada

segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia).

B. SARAN

1. Memasukan tempe sebagai menu makanan, karena tempe memiliki banyak

kandungan yang bermanfaat untuk kesehatan.

2. Kita harus sebagai orang Indonesia harus bangga dan terus menjaga makanan

khas kita misalnya tempe.

3. Perlu adanya penelitian terbaru untuk meningkatkan mutu tempe.

- 14 -

Page 15: MAKALAH BIOLOGI tentang TEMPE

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Tempe

http://www.untukku.com/artikel-untukku/manfaat-tempe-untukku.html

http://www.zimbio.com/member/bintangtpi/articles/K_kNNPQEXg9/Manfaat+Tempe

- 15 -