makalah biologi gulma (gulma air eceng gondok eichornia crassipes)
TRANSCRIPT
TUGAS MAKALAHGULMA PERAIRAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes)
Disusun oleh:
Betta Ady Gunawan B1J009023
Amanah Indah Agustia B1J009070
Hervyna Ayunisa Laluyan B1J010135
Karlina Timur B1J010139
Dien Noer Rosiva B1J010178
TUGAS TERSTRUKTUR BIOLOGI GULMA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2012
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gulma merupakan tanaman pengganggu yang kehadirannya tidak
diinginkan.Kehadiran gulma ini dinilai merugikan karena secara estetika akan
mengganggukeindahan taman dan secara fungsi akan mengurangi hara,
pemanfaatan sinarmatahari, air tanah, dan tempat tumbuh yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman pokok. Gulma juga merupakan tumbuhan pengganggu
tanaman yang tidak dikehendaki tumbuhnya di areal persawahan dan juga
tumbuhan pengganggu tanaman pokok yang dapat menurunkan hasil produksi
tanaman.
Gulma berdasarkan habitat (tempat tumbuh), gulma dibagi menjadi
:Gulma darat (terrestrial), Gulma tumbuh di tanah kering, terdiri dari gulma
semusim, dua tahunan,dan tahunan, rerumputan, berdaun lebar dan teki-
tekian.Gulma air (aquatis weed atau hydrophyta) Gulma yang pertumbuhan atau
persyaratan hidupnya harus berada di daerah perairan seperti sawah, kolam,
danau, rawa, dan sebagainya.
Eceng gondok merupakan salah satu tanaman air yang banyak tumbuh di
sungai, pematang sawah atau waduk. Keberadaan tanaman ini lebih sering
dianggap sebagai gulma air yang sangat merugikan manusia. Sebagai gulma,
eceng gondok mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, cepat
berkembang biak, dan mampu bersaing dengan kuat, sehingga dalam waktu yang
singkat akan melimpah dan memenuhi perairan. Melimpahnya eceng gondok
dapat menghambat suplai oksigen ke dasar dan menghalangi penetrasi cahaya
matahari yang sangat diperlukan bagi kehidupan. Eceng gondok menghasilkan
bahan organik yang mempercepat proses pendangkalan, juga mengurangi
produksi ikan karena kerapatan tumbuhan menghalangi masuknya sinar matahari
kedalam air dan menghambat proses aerasi. Pertumbuhannya sangat cepat dan
menimbulkan berbagai masalah.
Usaha untuk membasmi maupun menekan pertumbuhan eceng gondok
telah dilakukan dan menelan biaya yang cukup tinggi, tapi belum dapat
memberikan hasil yang memuaskan. Pengendalian sekaligus pemanfaatan gulma
air yang telah dilakukan antara lain untuk kompos, penjernih air, biogas, kertas,
media pertumbuhan jamur merang dan sebagai pakan unggas. Eceng gondok
(Eichornia crassipes) dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan yang bersifat
herbivora atau omnivora. Salah satu jenis ikan yang bersifat omnivora dan
memiliki nilai ekonomis penting adalah ikan nila merah (Oreochromis Sp.)
(Muchtaromah,…..).
Wright dan Purcell (1995) melaporkan dari berbagai hasil penelitian
bahwa eceng gondok mempunyai kemampuan untuk tumbuh dengan rapat
sehingga dapat merubah lingkungan mikro di bawah permukaan air. Padatnya
populasi ini akan dapat menyebabkan penurunan pH, pengurangan masuknya
sinar matahari, pengurangan tingkat kelarutan oksigen serta peningkatan
kandungan karbondioksida yang mengakibatkan efek negatif pada komunitas dari
vertebrata air, invertebrata dan tanaman. Gulma ini juga merupakan habitat yang
sesuai bagi vector penyakit seperti malaria, kolera, Sistosomiasis dan Filariasis.
Tumbuhan ini juga dilaporkan sebagai inang alternatif beberapa penyakit
tanaman. Eceng gondok (Eichhornia crassipes Mart) merupakan salah satu
tanaman air yang banyak tumbuh di sungai, pematang sawah atau waduk.
Keberadaan tanaman ini lebih sering dianggap sebagai gulma air yang sangat
merugikan manusia. Karena menyebabkan pendangkalan sungai atau waduk serta
menyebabkan penguapan air dan penurunan unsur hara yang cukup besar
(Fauzi,…).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mendeskripsikan Eichhornia crassipes
2. Membahas manfaat dan kerugian Eichhornia crassipes
3. Membahas solusi untuk menangani gulma eceng gondok Eichhornia
crassipes
PEMBAHASAN
Eceng gondok (Eichornia crassipes) adalah salah satu tumbuhan air yang
sering merusak lingkungan danau dan sungai, dapat menyumbat saluran irigasi,
mempercepat hilangnya air, mencemari areal penangkapan ikan. Eceng gondok
tumbuh dengan cepat sehingga perlu dilakukan upaya untuk menanganinya agar
tidak mengganggu dan merusak lingkungan. Eceng gondok dapat dikatakan
memiliki manfaat yaitu dari segi positif dan segi negatif. Salah satu manfaat dari
segi positif yaitu sebagai bahan pakan. Makalah ini mengulas mengenai sisi
positif dari eceng gondok sebagai gulma perairan yang memiliki manfaat untuk
pakan. Manfaat eceng gondok ini dapat digunakan sebagai tidak hanya untuk
pakan ikan tetapi juga dapat digunakan pada hewan lain.
Usaha untuk membasmi maupun menekan pertumbuhan eceng gondok
telah dilakukan dan menelan biaya yang cukup tinggi, tapi belum dapat
memberikan hasil yang memuaskan. Pengendalian sekaligus pemanfaatan gulma
air yang telah dilakukan antara lain untuk kompos, penjernih air, biogas, kertas,
media pertumbuhan jamur merang dan sebagai pakan unggas. Eceng gondok
(Eichornia crassipes) dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan yang bersifat
herbivora atau omnivora. Salah satu jenis ikan yang bersifat omnivora dan
memiliki nilai ekonomis penting adalah ikan nila merah (Oreochromis Sp.).
(Muchtaromah)
Seperti diketahui bagi usaha budidaya perikanan pakan merupakan biaya
produksi terbesar, yaitu sekitar 70%. Tepung kedelai termasuk bahan pakan
penyusun ransum yang berharga relatif mahal. Pemanfaatan eceng gondok
(Eichornia crassipes) sebagai bahan penyusun pakan ikan merupakan suatu
alternatif untuk mendapatkan pendamping atau pengganti tepung kedelai dalam
pakan, sebagai sumber protein nabati, sehingga biaya produksi dapat ditekan.
Menurut Sudjono (1978), hasil analisis kimia menunjukkan bahwa eceng gondok
mengandung bahan organik yang kaya akan vitamin dan meneral, juga
mengandung protein dan lemak yang cukup tinggi.
Keberhasilan budidaya ikan nila merah (Oreochromis sp) tidak terlepas
dari pemberian pakan yang baik, yaitu pakan yang mengandung nutrisi yang
dibutuhkan ikan nila merah (Oreochromis sp) dalam jumlah yang mencukupi dan
seimbang dengan kebutuhan pertumbuhan serta mudah dicerna. Eceng gondok
sebagai suatu bahan pakan yang mengandung unsur serat kasar relatif tinggi
sebesar 16,79% bisa ditingkatkan nilai gizi atau kecernakannya dengan cara
difermentasi. Buckel, et al., (1987), menyatakan bahwa penambahan ragi dalam
bahan pakan untuk fermentasi, menyebabkan perubahan yang menguntungkan
seperti perbaikan bahan pakan dari segi mutu, baik dari aspek gizi maupun daya
cernanya.
Melimpahnya eceng gondok , diduga dirawa ini telah terjadi eutrofikasi
(penyuburan yang berlebihan). Gulma air yang berkembang dengan melimpah ini
dapat menyebabkan masalah ekologis yang serius, antara lain tanaman ini
merupakan inang hama penyakit dan endapan bahan organik cenderung
meningkat karena pembusukan serta menimbulkan racun. Untuk mengurangi
pengaruh negatif yang berlebihan tersebut perlu usaha pengendalian, yang
tentunya melibatkan masyarakat setempat.
Eceng gondok tidak hanya dapat digunakan untuk pakan ikan saja tetapi
juga dapat digunakan pada ayam. Eceng gondok dapat digunakan dalam pengujian
konsumsi ramsun, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Pemberian
tepung eceng gondok dan Azolla pinnata dapat meningkatkan konsumsi ransum.
Karena disebabkan karena hasil fermentasi dapat mengubah kandungan gizi dan
flavor bahan pakan menjadi lebih baik, yang nantinya dapat meningkatkan ramsun
sehingga konsumsi pakan menjadi lebih tinggi.
Pemberian tepung eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan paku air
(Azolla pinnata) tidak terdapat pengaruh nyata pada pertambahan bobot ayam. Hal
ini terjadi karena zat gizi yang terkandung pada ransum berada dalam keadaan
seimbang terutama protein dan energi.
Pemberian tepung eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan paku air
(Azolla pinnata) fermentasi memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot
badan dan konversi pakan. Selain itu, pemberian tepung eceng gondok
(Eichhornia crassipes) dan Azolla pinnata dalam ransum dapat meningkatkan
konsumsi sampai level masing-masing 15% dan 10%. Tepung eceng gondok
(Eichhornia crassipes) dan paku air (Azolla pinnata) dapat digunakan sebagai
pakan ternak alternatif.
Pakan hijauan air yang mengandung protein tinggi, seperti daun eceng
gondok clan konsentrat protein daun (KPD) eceng gondok merupakan hijauan air
yang potensial untuk dijadikan bahan pakan pengganti bungkil kedelai dalam
ransum ternak non ruminansia. Eceng gondok merupakan tanaman air yang
banyak tumbuh di sungai, pematang sawah clan waduk. Bermula kehadirannya
sebagai gulma air karena pertumbuhannya sangat cepat dan merugikan manusia,
menyebabkan pendangkalan waduk, mempercepat penguapan,
menurunkan/mengurangi unsur hara yang sangat besar. Karenanya tanaman ini
mendapat perhatian khusus dan positif terhadap penggunaannya. Ketersediaan
sepanjang tahun clan nilai gizinya yang cukup baik dapat dipertimbangkan
sebagai pakan ternak .
Hijauan eceng gondok dalam penggunaannya juga dapat dibuat sebagai
konsentrat protein daun (KPD). KPD eceng gondok biasanya mengandung protein
kasar 40 % . Tiga perempat (3/4) bagian merupakan protein murni (true protein)
clan nilai biologinya berada di antara kedelai dan air susu. KPD berwarna hijau,
dari segi palabilitas akan lebih menguntungkan jika dicampur dengan bahan pakan
lainnya Tingginya kandungan serat kasar eceng gondok bagi ternak ruminansia
tidak masalah, namun bagi ternak non ruminasia pengaruhnya perlu diteliti lebih
jauh. Di bawah ini beberapa hasil penelitian pemanfaatan eceng gondok maupun
KPD eceng gondok terhadap ternak non ruminansia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi KPD eceng gondok
dalam ransum sebagai pengganti bungkil kedelai semakin tinggi pula konsumsi
pakan clan produksi telur (% HAD), sedangkan berat telur, tebal kerabang, warna
kuning telur clan Unit Haugh secara statistik tidak berbeda nyata. KPD eceng
gondok yang dicampur dalam ransum ayam petelur bervariasi dari 0% sampai
dengan 16%, ransum 1 (16 % BK ; 0% KPD), Ransum 11 (12% BK; 4% KPD),
ransum III (8% BK; 8% KPD), ransum IV (4% BK; 12% KPD) clan ransum V
(0% BK ;16% KPD). Dengan demikian KPD eceng gondok dapat cligunakan
dalam ransum ayam petelur sampai dengan 16% tanpa merugikan produksi
ataupun kualitas telur. Penggunaan KPD yang terlalu tinggi pada ayam petelur
cenderung menjadikan albumen berwarna kehijauan .
Gulma ini bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak, namun dalam
pemanfaatannya harus dipertimbangkan karena kandungan serat kasar yang tinggi.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pengolahan, misalnya melalui
teknologi fermentasi. Eceng gondok (E. crassipes Mart) diolah dulu jadi tepung
dan kemudian difermentasi secara padat dengan menggunakan campuran mineral
dan mikroba Trichoderma harzianum yang dilakukan selama 4 hari pada suhu
ruang. Ternyata fermentasi ini mampu meningkatkan nilai gizi yang terkandung
dalam eceng gondok. Protein kasar meningkat sebesar 61,81% (6,31 ke 10,21%)
dan serat kasar turun 18% (dari 26,61 ke 21,82%). Penelitian in vivo
menggunakan 80 ekor anak ayam pedaging yang dibagi 4 perlakuan dengan 5
ulangan, masing-masing 4 ekor per ulangan, dengan pola rancangan acak lengkap
(RAL). Keempat perlakuan adalah ransum tanpa eceng gondok fermentasi
(sebagai kontrol), ransum yang menggunakan 5, 10, dan 15% eceng gondok
fermentasi.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa penggunaan eceng gondok fermentasi
sampai tingkat 15% dengan kandungan serat kasar 5,80% belum mempengaruhi
bobot proventrikulus dan ventrikulus. Ada kecenderungan peningkatan seiring
dengan meningkatnya serat kasar dalam ransum, sehingga kerja dari
proventrikulus untuk mengeluarkan enzim pencernaan semakin meningkat.
Sementara itu, ventrikulus berfungsi menggiling bahan makanan menjadi partikel
yang lebih kecil dan juga mengaduk bahan makanan tersebut dengan enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh proventrikulus maupun empedu. Pembesaran
proventrikulus dapat dipengaruhi oleh banyak dan sifat kekasaran makanan. Hal
ini dijelaskan oleh Deaton et al. (1977), bahwa dalam ransum yang mempunyai
kadar serat kasar, menyebabkan kontraksi ventrikulus akan meningkat dan
akibatnya bobot ventrikulus juga meningkat.
PENUTUP
Eceng gondok (Eichchornia crassipes) merupakan tumbuhan air yang
banyak terdapat di lingkungan air tawar seperti, sawah, kolam, danau, dan sungai.
Sebagai gulma, eceng gondok mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
cepat berkembang biak, dan mampu bersaing dengan kuat, sehingga dalam waktu
yang singkat akan melimpah dan memenuhi perairan. Eceng gondok tidak hanya
dapat digunakan untuk pakan ikan saja tetapi juga dapat digunakan pada ayam dan
hewan lain. Melimpahnya eceng gondok, diduga dirawa ini telah terjadi
eutrofikasi (penyuburan yang berlebihan). Usaha untuk membasmi maupun
menekan pertumbuhan eceng gondok telah dilakukan dan menelan biaya yang
cukup tinggi, tapi belum dapat memberikan hasil yang memuaskan. Pengendalian
sekaligus pemanfaatan gulma air yang telah dilakukan antara lain untuk kompos,
penjernih air, biogas, kertas, media pertumbuhan jamur merang dan sebagai pakan
unggas.Gulma ini bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak, namun dalam
pemanfaatannya harus dipertimbangkan karena kandungan serat kasar yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA