makalah biokimia wenny
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat, Karunia dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Bakteri Thiobacillus ferrooxidans sebagai penanganan
limbah pertambangan (Batu Bara)”.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui.
Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. F.S
Nugraheni, M.Kes selaku Dosen Mata Kuliah Biokimia Program Studi Diploma
III Teknik Kimia. Kata pepatah, “Tak ada gading yang tak retak”. Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan
yang perlu diperbaiki lagi, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun selalu kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan pembaca,
sehingga dapat menambah pengetahuan di bidang kimia.
Semarang, Juni 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi pengolahan menyebabkan ekstraksi bijih kadar rendah menjadi
lebih ekonomis, sehingga semakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus di gali. Hal ini
menyebabkan kegiatan tambang menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar dan
bersifat penting. Salah satu jenis bahan bakar yang melimpah di dunia adalah batu bara.
Pembakaran batu bara merupakan metode pemanfaatan batu bara yang telah sekian lama
dilakukan. Masalah yang muncul sebagai akibat pembakaran langsung batu bara adalah
emisi gas sulfur dioksida.
Sulfur yang terdapat dalam batu bara perlu disingkirkan karena sulfur dapat
menyebabkan sejumlah dampak negatif bagi lingkungan.Energi batubara merupakan jenis
energi yang sarat dengan masalah lingkungan, terutama kandungan sulfur sebagai polutan
utama. Hal ini disebabkan oleh oksida-oksida belerang yang timbul akibat pembakaran
batubara tersebut sehingga mampu menimbulkan hujan asam. Sulfur batubara juga dapat
menyebabkan kenaikan suhu global serta gangguan pernafasan.
Oksida belerang merupakan hasil pembakaran batubara juga menyebabkan
perubahan aroma masakan atau minuman yang dimasak atau dibakar dengan batubara
(briket), sehingga menyebabkan menurunnya kualitas makanan atau minuman, serta
berbahaya bagi kesehatan (pernafasan). Penyingkiran sulfur pada batubara dapat dilakukan
dengan tiga metode, yaitu fisika, kimiawi, dan biologis. Penyingkiran sulfur secara biologis
atau biodesulfurisasi adalah metode penyingkiran sulfur dengan menggunakan mikroba
yang paling murah dan paling sederhana. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
biodesulfurisasi batubara, yaitu: temperatur, pH, medium nutrisi, konsentrasi sel,
konsentrasi batu bara, ukuran partikel, komposisi medium, kecepatan aerasi COÌ,
penambahan partikulat dan surfaktan, serta interaksi dengan mikroorganisme lain. Cara
yang tepat untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mewujudkan gagasan clean coal
combustion melalui desulfurisasi batubara.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa itu Batu Bara?
2. Apa pengertian dari Bakteri Thiobacillus ferooxidans?
3. Bagaimana peranan Bakteri Thiobacillus ferooxidans pada limbah?
4. Bagaimana proses Penanganan Limbah Bakteri Thiobacillus ferrooxidans Terhadap
Penambangan (Batu Bara)?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Bakteri Thiobacillus ferooxidans
2. Mengetahui peranan Bakteri Thiobacillus ferooxidans pada limbah
3. Mengetahui proses Penanganan Limbah Bakteri Thiobacillus ferrooxidans Terhadap
Penambangan (Batu Bara)
1.4 Metode Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Batu Bara
Batubara adalah bahan bakar fosil. Batubara dapat terbakar, terbentuk dari endapan,
batuan organik yang terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara dari tumbuhan
yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh
tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batubara. Dewasa ini
batubara telah menjadi salah satu industri global, dimana batubara secara komersial di lebih dari
50 negara dan batubara digunakan di lebih dari 70 negara. Pada tahun 2003, 8 besar negara
dengan cadangan batubara terbanyak adalah Amerika Serikat, Rusia, China, India, Australia,
Jerman, Afrika Selatan, dan Ukraina. Proses pengolahan batubara pada umumnya diawali oleh
pemisahan limbah dan batuan secara mekanis dengan pencucian batubara untuk menghasilkan
batubara berkualitas lebih tinggi. potensial akibat proses ini adalah pembuangan batuan limbah
dan batubara tak terpakai timbulnya debu dan pembuangan air pencuci . Salah satu kandungan
batubara yang dapat menimbulkan pencemaran akibat dari sisa pembakarannya adalah sulfur.
Kandungan sulfur batubara Indonesia termasuk tinggi sehingga perlu dilakukan upaya
penurunan kandungan tersebut. Beberapa metode telah diterapkan untuk mengatasi tingginya
kandungan sulfur batubara. Salah satu caranya adalah secara biologi, yaitu dengan
memanfaatkan kerja dari mikroorganisme yang dikenal dengan istilah biodesulfurisasi.
Mikroorganisme yang memegang peranan penting dalam proses tersebut adalah Thiobacillus
ferrooxidans, Thiobacillus thiooxidans, Leptospirillum ferrooxidans, dan dari genus Sulfolobus
(S. acidocaldarius).
2.2 Bakteri Thiobacillus ferooxidans
Mikroorganisme memainkan peranan penting dibanyak bidang industri dan
teknologi, terutama di tanah-tanah bekas penambangan, pertanian, dan juga
sebagai pengontrol sampah/limbah buangan. Di daerah pertambangan,
bakteri Thiobacillus ferrooxidans merupakan salah satu mikroorganisme
penting. Bakteri ini dapat digunakan pada bioreaktor sebagai pelarut
(leaching) logam-logam dari bijih tambang, ditemukan pada daerah tambang
yang telah didrainase dengan pH lingkungan masam.
Secara umum, Thiobacillus ferroxidans di asumsikan menjadi bakteri aerobik obligat,
tetapi dalam kondisi tertentu bersifat anaerobik. Thiobacillus adalah salah satu kelompok bakteri
penyebab korosi, kelompok bakteri ini mengoksidasi sulfur menjadi sulfat. Asam hasil
metabolismenya merupakan zat yang korosif terhadap logam.
Taksonomi Thiobacillus adalah sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Beta Proteobacteria
Order : Hydrogenophilales
Family : Hydrogenophilaceae
Genera : Hydrogenophilus, Thiobacillus
2.3 Peranan Mikroorganisme
Mikroorganisme memainkan peranan penting di banyak bidang industry dan teknologi,
terutama di tanah-tanah bekas penambangan, pertanian, dan juga sebagai pengontrol
sampah/limbah buangan. Di daerah pertambangan, bakteri Thiobacillus ferrooxidans merupakan
salah satu mikroorganisme penting. Bakteri ini termasuk pelarut (leaching) logam-logam dari
bijih tambang, ditemukan pada daerah tambang yang telah didrainase dengan pH lingkungan
masam. Thiobacillus ferrooxidans merupakan kelompok acidophilik kemolithotropik yang
toleran terhadap logam-logam toksik (Clausen, 2000) dan hidup pada lingkungan masam dengan
temperatur panas, retakan bahan volkanik, dan deposit bijih sulfida dengan konsentrasi asam
sulfurik tinggi. Bakteri Thiobacillus ferrooxidans memperoleh energi untuk pertumbuhannya
dari oksidasi zat inorganik besi atau sulfur. Sebagian besar bersifat autotropik, mengambil
karbon untuk sintesis senyawa selular bukan dari bahan organik, tetapi dari CO 2 di atmosfer.
Bakteri ini berfungsi sebagai katalis dalam mengoksidasi logam sulfida yang larut seperti : Cu2S
à 2Cu+ + SO42-.
Secara alami Cu2S akan teroksidasi di alam dengan adanya udara (O2) dalam lingkungan
masam, tetapi sangat lambat. Namun dengan adanya T. ferrooxidans, proses ini akan
berlangsung 100 kali lebih cepat dari proses alami. Selain berfungsi sebagai katalisor dalam
oksidasi logam sulfida, juga mengoksidasi ion ferro (Fe2+) menjadi ion ferri (Fe3+) berbentuk
endapan keras. Persamaan reaksi :
4FeSO4 + 2H2SO4 + O2 à 2Fe2(SO4)3 + 2H2O
pada pH 1,0 dan 4,5, dengan pengucualian tidak terdapat
CaCO3 sebagai agent penetral. Selain Thiobacillus ferrooxidans sebagai pelarut logam-logam
berat yang tumbuh dan berkembang dari unsur sulfur dan beberapa senyawa sulfur dapat larut.
Suatu penelitian oleh Donovan P. Kelly dan asosiasinya di Universitas Warwick telah dilakukan
dengan bakteri tersebut dalam medium kultur untuk mengekstrak logam dari bijih tambang.
Penggabungan kedua bakteri menjadi lebih efektif dalam pelarutan (leaching) daripada tidak
digabungkan. Hal yang mirip dijumpai pada penggabungan Leptospirillium ferrooxidans dan
T.organoparus dapat menurunkan konsentrasi pyrite (FeS2) dan chalcopyrire (CuFeS2).
2.4 Proses Penanganan Limbah Bakteri Thiobacillus ferrooxidans Terhadap Penambangan
(Batu Bara)
Dalam proses penanganan limbah pertambangan secara mikrobiologi menggunakan
bakteri Thiobacillus ferrooxidans penggunaan bakteri ini ditujukan untuk lebih mengoptimalkan
desulfurisasi. Thiobacillus ferooxidans memiliki kemampuan untuk mengoksidasi besi dan
sulfur. Adanya oksidasi pirit merupakan penyebab utama munculnya permasalahan di lahan
sulfat masam. Proses oksidasi pirit pada tanah sulfat masam terjadi dalam beberapa tahap dan
melibatkan proses kimia serta mikrobiologi. Mula-mula oksigen terlarut dalam air tanah bereaksi
lambat dengan pirit, menghasilkan besi fero (Fe2+) dan sulfat atau unsur belerang. Reaksi tersebut
adalah sebagai berikut :
FeS2 + ½ O2 + 2 H+ à Fe2+ + 2 S + H2O
Oksidasi belerang oleh oksigen terjadi sangat lambat, tetapi dengan bantuan bakteri autotrop
yang berperan sebagai katalisator, proses berjalan dengan reaksi sebagai berikut:
S + 3/2 O2 + H2O à SO42- + 2 H+
Penyingkiran sulfur pada batubara dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu fisika,
kimiawi, dan biologis. Penyingkiran sulfur secara biologis atau biodesulfurisasi adalah metode
penyingkiran sulfur dengan menggunakan mikroba yang paling murah dan paling sederhana.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi biodesulfurisasi batubara, yaitu: temperatur, pH,
medium nutrisi, konsentrasi sel, konsentrasi batu bara, ukuran partikel, komposisi medium,
kecepatan aerasi COÌ, penambahan partikulat dan surfaktan, serta interaksi dengan
mikroorganisme lain. Cara yang tepat untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mewujudkan
gagasan clean coal combustion melalui desulfurisasi batubara.
BAB III
PENUTUP