makalah bioetika kultur jaring

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan mudah. Dan merupakan kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan penyelamat manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. 1

Upload: agung-nurani

Post on 14-Apr-2017

97 views

Category:

Science


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah bioetika kultur jaring

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan

ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan

mudah. Dan merupakan kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban

manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia

seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah

kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa

merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan,

komunikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk

membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.

Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan

penyelamat manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu

pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya,

pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun

kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan

malapetaka bagi umat manusia itu sendiri. Disinilah ilmu harus di letakkan

proporsional dan memihak pada nilai- nilai kebaikan dan kemanusian. Sebab, jika

ilmu tidak berpihak pada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan

malapetaka.

Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan

diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi

1

Page 2: Makalah bioetika kultur jaring

yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari si

ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan

pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika

keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang

ilmuwan haruslah “dipupuk” dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab

akademis, dan tanggung jawab moral.

B. Rumusan Masalah

Dari tinjauan latar belakang, maka dirumuskan permasalahan: “Bagaimana

peran Bioetika jika ditinjau dari segi masalah kultur jaringan pada tumbuhan?”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran Bioetika jika

ditinjau dari segi masalah kultur jaringan pada tumbuhan

2

Page 3: Makalah bioetika kultur jaring

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Definisi Bioetika

Kelahiran bioetika didesak oleh berbagai dampak perubahan-perubahan

besar dunia sejak tahun 1950-an. Perubahan-perubahan besar ini terjadi dalam

lingkungan global dan khusus kesehatan (Samsi Jacobalis, 2005:177). Perubahan-

perubahan yang terjadi dalam lingkungan global misalnya dalam lingkungan

umum/global misalnya dalam ilmu dan teknologi menjadi alat dan kekuatan bisnis

global.perubahan dalam lingkungan global diantaranya:

1. Perubahan Tatanan dunia; Setelah terjadi perang Dunia ke-2

perombakandalam tatanan sosial, budaya, pendidikan, dan lain-lain. Pada

tingkat pendidikan dan penguasaan informasi pada masyarakat umum

meningkat, yang mana orang makin berani bicara tentang hak dan

menuntut hak.

2. Pemaduan Ilmu, teknologi, dan bisnis global.

3. Perkembangan komunikasi, informasi, dan transportasi

4. Dominasi budaya

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan kesehatan diantaranya:

1. Revolusi Biomedis

Revolusi ini dimulai di Amerika dan kemudian pada Negara-negara

industri yang berlangsung sejak tahun 1960-an. Revolusi ini ditandai dengan

perkembangan biologi baru, perkembangan ilmu kedokteran baru, perkembangan

dan alat-alat medis, perkembangan teknologi modern.

2. Perkembangan Profesi Modren

Berkembangnya ilmu dan teknologi medis profesi kedokteran pun

mengalami perubahan. Posisi dokter terhadap pasien sudah turun tidak seperti

masa lalu.

3

Page 4: Makalah bioetika kultur jaring

3. Biaya Pemeliharaan Kesehatan Terus Meningkat

Di seluruh dunia makin lama biaya pemeliharaan kesehatan semakin

mahal, di banyak Negara pelayanan kesehatan menjadi komoditi bisnis. Sehingga

semakin besar jumlah orang tidak mampu tersisihkan dari pelayanan kesehatan

yang seharusnya diterima. Pemeliharaan kesehatan telah terjadi ketidakadilan

sosial (Samsi Jacobalis, 2005:180) .

Ketika awal 1960-an dengan hati-hati diusahakan langkah-langkah

pertama dalam kawasan yang serba baru, tidak banyak orang menduga terjadi

perkembangan secepat itu. Karena bioetika menyelidiki dimensi etis dari masalah-

masalah teknologi, ilmu kedokteran, dan biologi, sejauh diterapkan pada

kehidupan, maka mau tidak mau cakupannya luas sekali. Hal itu mengakibatkan

bioetika menjadi disiplin yang kompleks, tapi sekaligus juga sangat menantang.

Bioetika menunjukkan perlunya cara berpikir dan bekerja yang sungguh-sungguh

interdispliner (Thomas Shannon,1995:2).

Dengan pengetahuannya Potter menggunakan istilah bioetik untuk

pertama kalinya. Tokoh lain yang menggunakan istilah ini adalah André Helleger,

bidan Belanda yang bekerja di Universitas Georgetown. Enam bulan setelah

Potter, Helleger memberikan nama sebuah pusat studi bioetika pertama di USA:

Joseph and Rose Kennedy Institute for Human Study of Human Reproduction and

Bioethics di Universitas Washington DC pada 1 Juli 1971. W.T Reich

menegaskan bahwabioetika lahir di dua tempat, di Madison Wisconsin dan

Universitas Georgetown. Istilah bioetik menunjuk pada 2 hal: ilmu pengetahuan

dan pemahaman mengenai kemanusiaan. Selain WT Reich, secara khusus, bioetik

di USA mempunyai ¨sejarah“ tersendiri, sebagaimana dikemukakan oleh Alberth

R. Jonsen. Ia memberikan beberapa tahap perkembangan bioetik: Adminission

and Policy th 1962 di Pusat Kedokteran Universitas Seattle, New England Journal

of Medicine (1966), Komisi Nasional Alabama, Informe Belmont, Havard

Medical School, Kasus Karen A Quinlan 1975, dan yang paling berpengaruh

kemudian adalah Hasting Center (1969). Dalam sejarah awal ini, bioetik berkutat

hanya pada masalah kesehatan dan kedokteran.

4

Page 5: Makalah bioetika kultur jaring

Sejarah kedua bioetik disebut sebagai sejarah konsolidasi. Itu tercermin

dari difenisi yang diberikan. Ensiklopedi Bioetik menerjemahkan bioetika sebagai

studi sistimatis perilaku dan tindakan yang berhubungan dengan biologi dan

kesehatan yang memikirkan nilai-nilai dan prinsip moral. Asosiasi internasional

Bioetik mengungkapkan bahwa bioetik adalah studi etika, sosial, hukum, filsafat

dan lain lain yang berkaitan dengan perawatan kesehatan dan ilmu biologi. L.Feito

mengatakan bahwa bioetik adalah ilmu baru yang mempelajari tindakan manusia

dan ilmu yang berkaitan dengan hidup. Bidang bioetik yang dipikirkan pada tahap

ini adalah: Etika Biomedika, Etika Gen Manusia, Etika Binatang dan etika

Lingkungan Hidup.

Dari sejarah singkat kelahiran bioetik ini, ada dua perubahan besar dalam

etika: yang pertama, etika dibahas dalam kerangka sekuler bukan dalam kerangka

agama; yang kedua, yang menjadi pemeran utama adalah pasien bukan dokter.

Kecenderungan ini kemudian menempatkan etika dalam tataran martabat,

autonomi dan kebebasan dasarnya atau menyempitkan pengertian etika dalam

kerangka hukum, berkaitan dengan masalah hak, kewajiban dan kebebasan pasien.

Bioetik di Indonesia belumlah banyak dikenal secara luas di kalangan

akademis sebagai sebuah disiplin ilmu. Seminar pertama bioetik terjadi di

Universitas Atmajaya pada tahun 1988 dalam kerjasama dengan beberapa ahli

bioetik di Nederland, Belgia dan USA. Pada tahun 2000, diadakan seminar

nasional pertama yang dikelola oleh Konferensi Nasional Kerjasama Bioetik dan

Humanidades di Universitas Gadjah Mada, dan dilanjutkan dengan konferensi ke

II tahun 2002 dan ketiga tahun 2004. Pada tahun 2003, juga diadakan beberapa

seminar tentang bioetik dengan beberapa tema aktual: Seminar tentang Genetic

Engineering from Islamic Persepctive di Pusat Penelitian Bioetika, Universitas

Muhammadiyah, Malang, Seminar mengenai Stem Cells di Sekolah Kedokteran

Universitas Indonesia, Seminar mengenai Kloning dan Kesehatan Sosial di

Universitas Indonesia, Pernyataan Posisi Indonesia atas Konvensi Ban mengenai

Cloning Manusia oleh Kementrian Luar Negeri pada tanggal 4-5 September 2003,

dan Seminar mengenai prospek bioetik nasional oleh kementrian Riset dan

Teknologi (Dwiyanto, 2008).

5

Page 6: Makalah bioetika kultur jaring

Berbicara mengenai bioetika sungguh melebihi pembicaraan tradisional

tentang perilaku dokter yang baik terhadap orang sakit. Bahkan etika klinis tidak

mencakup seluruh bioetika baru, karena bioetika tidak hanya menyangkut pasien

dan dokter, melainkan masyarakat secara keseluruhan, khususnya mereka yang

bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan (M.de

Wachter,1990:33).

Bioetik berasal dari bahasa Yunani; bios berarti hidup atau kehidupan, dan

ethike berarti ilmu atau studi tentang isu-isu etik yang timbul dalam praktek ilmu

biologi. Terdapat dua metode pengambilan keputusan etis yang sering dipakai

dalam bioetika. Yang pertama dikenal dengan nama “etika deontologis” yang

merupakan pengambilan keputusan dengan memulai pertanyaan” Apa yang harus

saya lakukan? Pendekatan kedua disebut “konsekuensialisme” yaitu baik

buruknya suatu perbuatan tidak ditetapkan atas dasar prinsip-prinsip, tetapi

dengan menyelidiki konsekuensi perbuatan. Etika situasi menjadi popular karena

karya Joseph Fletcher pertengahan 1960-an, minta agar kita memperhatikan

dengan serius implikasi-implikasi praktis dari pandangan etis kita.

Konsekuensialisme tidak cukuplah kita melakukan yang baik; mestinya kita tahu

juga perbuatan paling baik di antara semua perbuatan baik yang mungkin (Sajid

Darmadipura, 2005:35).

Dr Abel memberikan defenisi bioetika adalah studi interdisipliner tentang

masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan

ilmu kedokteran, baik pada skala mikro maupun makro, serta tentang dampak atas

masyarakat luas dan sistem nilainya, kini dan di masa yang akan datang.

Sejak tahun 1970, bioetika mempelajari tingkah laku manusia dalam

lingkup ilmu pengetahuan yang terkait erat dengan kehidupan manusia. Salah

seorang yang menggunakan istilah bioetika dalam publikasi adalah peneliti kanker

Van Rensellaer Potter dalam bukunya “Bioethics, Bridge to the Future” yang

diterbitkan pada tahun 1971. Setelah buku tersebut terpublikasi banyak yang

menyusul publikasi tentang bioetika. Telah berdiri juga beberapa lembaga

pengkajian bioetika yang terkemuka di Amerika, Eropa, Jepang, dan tempat-

tempat lain. Hasting Center adalah institute di Hastings-on Hudson, Negara

6

Page 7: Makalah bioetika kultur jaring

bagian New York, yang untuk pertama kali meneliti masalah-masalah bioetika.

Juga di Indonesia sudah ada Komisi Bioetika Nasional sejak 17 September 2004.

Pada 1977 filsuf Amerika, Samuel Gorovitz, mendefenisikan bioetika adalah

penyelidikan kritis tentang dimensi-dimensi moral dari pengambilan keputusan

dalam konteks berkaitan dengan kesehatan dan dalam konteks yang melibatkan

ilmu-ilmu biologis (Sajid Darmadipura, 2005:35).

B. Kultur Jaringan Pada Tumbuhan

Kultur jaringan bila diartikan ke dalam Bahasa Jerman disebut Gewebe

Kultur, dalam Bahasa Inggris disebut Tissue Culture, dalam Bahasa Belanda

disebut weefsel kweek atau weefsel cultuur. Kultur jaringan atau budidaya in vitro

adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma,

sel, jaringan atauorgan yang serba steril, dalam botolkultur yang sterildan dalam

kondisi yang aseptic, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri

dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Usaha memperoleh suatu

individu baru dari satu sel atau jaringan dikenal sebagai kultur sel atau kultur

jaringan. Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing

disebut tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel

yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti

membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang memiliki

sifat seperti induknya. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu

memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan

secara generatif. Kultur jaringan termasuk jenis perkembangbiakan vegetatif yang

prinsip dasarnya sama dengan menyetek. Bagian tanaman yang akan dikultur

(eksplan) dapat diambil dari akar, pucuk, bunga, meristem, serbuk sari.

Tahapan tahapan kultur jaringan tumbuhan

1. Pembuatan media

2. Inisiasi

3. Sterilisasi

7

Page 8: Makalah bioetika kultur jaring

4. Multiplikasi

5. Pengakaran

6. Aklimatisasi

1. Pembuatan media

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.

Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan

diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral,

vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar,

gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga

bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari

kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada

tabung reaksi atau botol-botol kaca.

2. Inisiasi

Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan

dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur,

3. Sterilisasi

Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan

di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang

juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan

etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan.

Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.

4. Multiplikasi

Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam

eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk

menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan

eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak

dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.

8

Page 9: Makalah bioetika kultur jaring

5. Pengakaran

Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya

pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang

dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk

melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya

kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan

menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau

busuk (disebabkan bakteri).

6. Aklimatasi

Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan

aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu

dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari

udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan

sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar.

Salah satu contohnya yaitu kultur jaringan tanaman pisang. Tumbuhan pisang

dapat dengan mudah dikulturkan dengan cara :

Kultur kalus

Kultur tunas → lebih mudah propagasi

Kelebihan :

Bebas patogen tertentu kecuali penyakit virus : BBTV dan mosaic

Relatif seragam

Kelemahan :

Kurang tahan penyakit karena terbiasa diperlakukan penuh nutrisi.

9

Page 10: Makalah bioetika kultur jaring

Eksplan

Syarat-syarat eksplan yang baik:

Berasal dari induk yang sehat dan subur.

Berasal dari induk yang diketahui jenisnya

Tempat tumbuh pada lingkungan yang baik.

Ukuran tunas optimal sekitar 5 cm tingginya (biasanya ukuran tunas

yang bisa dipakai sebagai eksplan adalah tunas yang berukuran antara 5

– 10 cm), bukan tunas yang baru tumbuh atau yang sudah kelewat besar.

Untuk pisang kapok sering tunas perlu digali lebih dalam dari dalam

tanah.

Untuk pisang jenis lain baiknya tunas yang kelihatan dari tanah

Tunas langsung diproses sesegar mungkin dan bila terpaksa jangan

dimasukkan ke dalam kulkas.

Sterilisasi eksplan

Tunas hidup di atas tanah sering banyak tanah yang melekat perlu dibersihkan hal

ini karena pada eksplan tunas pisang mengandung bakteri internal seperti

Pseudomonas dan Erwinia. .

Tahapan sterilisasi eksplan :

Tunas dibersihkan dari sisik dan kulit luar satu lapis.

Tunas dicuci dan disikat dengan sabun sampai bersih kemudian ditiriskan.

Tunas diperkecil dengan dikupas seludangnya sampai berbentuk seperti

kerucut di atas kubus ukuran 2 x 2 cm persegi.

Tunas dimasukkan ke dalam gelas piala bersih dan disterilisasi dengan

kloroks 0,5 % selama 5 menit.

10

Page 11: Makalah bioetika kultur jaring

Bila perlu sterilisasi dapat juga dilakukan dengan sublimat 0,1 % selama 2

menit kemudian dicuci dengan air steril.

Pekerjaan no 1 sampai dengan no 5 dapat dilakukan di ruang terbuka.

Tunas diperkecil lagi setengahnya di dalam laminar air flow. Dan

langsung disterilisasi dalam 0,5 % kloroks yang mengandung 0,5 / liter

vitamin C selama 5 menit.

Selain cara di atas ada cara yang lain lagi dimana langkah pertama dan

kedua sama seperti di atas.

Kemudian setelah tunas dibersihkan dari sisik dan kulit luar satu lapis,

kemudian tunas direndam dalam larutan formalin 30 % ( setara dengan 10

% formaldehid ) selama 10 menit.

Setelah itu pelepah paling luar dibuang lagi satu lapis lalu tunas direndam

lagi dalam larutan agrimycin 5 gram/ liter selama 12 jam.

Setelah 12 jam perendaman, tunas dicuci untuk menghilangkan sisa-sisa

bakterisida. Setelah itu lalu dimasukkan dalam larutan kloroks / bayclin 50

% dan dibiarkan selama 15 menit.

Kemudian setelah itu dimasukkan ke dalam laminar air flow cabinet,

pelepah tunas dibuka lagi sebanyak 1 – 2 lapis dan kemudian direndam ke

dalam larutan kloroks 20 % selama 10 menit.

Setelah dibilas dengan air steril, tunas direndam ke dalam larutan betadine

20 % selama 10 menit. Ukuran terakhir tunas +/- 1 – 2 cm.

Sterilisasi eksplan di dalam laminar air flow

Kemudian setelah proses sterilisasi eksplan selesai dilakukan eksplan

ditiriskan di atas cawan petri beralaskan kertas saring steril. Eksplan siap

di tanam dalam medium.

Eksplan yang siap ditanam

Medium kultur jaringan pisang

11

Page 12: Makalah bioetika kultur jaring

Medium kultur jaringan pisang pada dasarnya adalah medium MS dengan

modifikasi vitamin dan hormon. Unsur makro dan mikro sama, dengan sedikit

perbedaan yaitu sukrosa 30 gram diganti dengan D-glukosa atau dektrosa ( teknis

atau p.a. ). Menurut pengalaman penggantian ini menyebabkan pertumbuhan lebih

cepat.

Vitamin

Biotin : 0,05 ppm

Myo inositol : 1 ppm

Thiamin : 0,4 ppm

Piridoksin : 4 ppm

Ascorbic acid : 5 – 50 ppm

Dextrosa : 30 gram

Medium :

P1 : ½ MS + Vitamin + 5 – 7 ppm BA + 100 ml air kelapa

P2 : MS + Vitamin + 5 – 7 ppm BA + 100 ml air kelapa

P3 : MS + Vitamin + 2 ppm IBA / IAA + 0,1 kinetin + 100 ml air kelapa

Keterangan :

P1 : medium inisiasi tunas

P2 : medium perbanyakan tunas

P3 : medium perakaran

Untuk tiap jenis pisang susunan medium dapat diubah sesuai kebutuhan. Pisang

yang pertumbuhannya subur seperti Kapok memerlukan BA yang lebih banyak,

dan auksin yang lebih rendah.

12

Page 13: Makalah bioetika kultur jaring

Tahapan penanaman :

Inisiasi Tunas

Tunas yang sudah siap tanam dimasukkan ke dalam medium P1 (medium

inisiasi tunas)

Eksplan dalam medium inisiasi tunas

Inkubasikan selama 2 minggu sampai terlihat warna kehijauan di

eksplannya.

Kupas lagi eksplannya dengan cara aseptis sampai berukuran ½ nya.

Tanam kembali sampai terlihat hijau lagi dan itu artinya eksplan hidup.

Eksplan berubah warna menjadi kehijauan.

Belah eksplan menjadi dua bagian dan kemudian diletakkan titik

tumbuhnya menempel pada medium. Tunggu sampai muncul tunas kecil

dan berwarna putih seukuran 2 – 3 mm.

Sebagai catatan proses terjadinya multiplikasi tunas yang pertama

biasanya terjadi antara minggu ke 8 – 12. Dan setelah terjadi multiplikasi

tunas ini baru bisa dilakukan subkultur.

Perbanyakan tunas

Tunas yang tumbuh dipotong dan dipindahkan ( disubkultur ) ke medium

P1 ( medium inisiasi tunas ) lagi dengan hati-hati, jangan sampai rusak.

Tunas yang sudah tumbuh banyak harus sering dipecah dan dipindahkan

( disubkultur ) ke medium P1 ( medium inisiasi tunas ) lagi.

Tunas yang cukup besar, besarnya seragam dan mulai mengalami

differensiasi organ lain yaitu daun dipindahkan ( disubkulturkan ) ke P2

( medium perbanyakan tunas ), satu atau dua kali sesuai kebutuhan. Tunas

kecil dipindahkan ( disubkultur ) ke medium P1 lagi.

Perakaran

13

Page 14: Makalah bioetika kultur jaring

Tanaman kecil ( planlet ) dalam P2 ( medium perbanyakan tunas ) dipilih yang

seragam kemudian dipindahkan ( disubkultur ) medium P3 ( medium perakaran )

untuk bisa melakukan proses perakaran. Bila planlet sudah berdaun 4 – 5 helai

daun berarti sudah siap keluar untuk dilakukan aklimatisasi.

C. Dampak Positif dan Negatif Kultur Jaringan Tumbuhan

1. Dampak Positif

Bibit yang dihasilkan seragam

Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)

Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah

Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan

deraan lingkungan lainnya

Dapat dilakukan dengan dalam ruangan yang relatif sempit

Sifat identik dengan induk

Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendak

2. Dampak Negatif

Bibit yang dihasilkan mempunyai perakaran yang tidak kuat

Mempersempit lapangan kerja pembibitan secara konvensional

Hanya mampu dilakukan oleh orang-orang tertentu, karena memerlukan

keahlian khusus

D. Bioetika Kultur Jaringan Pada Tumbuhan

Biologi adalah ilmu pengetahuan yang paling lekat dengan manusia dalam

alam lingkungan kehidupannya. Pada akhir decade 1990-an Olson mengangkat

topik-topik genetika, keragaman hayati, ilmu syaraf (neuroscience), evolusi serta

14

Page 15: Makalah bioetika kultur jaring

moral dan etika dalam bahasannya mengenai masa depan perkembangan ilmu

hayati dan sekaligus merupakan strategi masa depan bagi pengembangannya.

Objek kajian hayati/biologis meliputi klasifikasi dan sistematik, morfologi

atau struktur, fisiologi atau operasional hidup, anatomi dan sitologi atau struktur

mikroskopik, proses yang khas seperti pertumbuhan dan aspek metabolisme serta

kajian aspek aplikasi hayati/biologi seperti rekayasa genetika, transgenik/cloning,

kultur jaringan, breeding, hibridisasi dan rekayasa hayati lainnya.

Pengaplikasian mengenai bioetika sudah menjadi keharusan bagi

ilmuwan-peneliti yang ada di ilmu hayat ini dan etika keilmuan sudah lebih lama

dikenal di Indonesia ini. Bioetika diartikan tidak lain sebagai pedoman aktivitas

biologiwan atau ahli-ahli biologi di dalam melakukan pekerjaannya sehingga

tidak menimbulkan efek negatif bagi kehidupan.

Akal merupakan faktor utama dalam proses mendapatkan ilmu. Faktor

akal ini yang membedakan manusia dari hewan, maka dapat diterima dalam

menemukan ilmu biologi Islam, penggunaan panca indera yang sehat dan akal

yang sehat untuk memahami kebenaran hakekat dari fenomena hayati organisme

tumbuhan dan hewan/manusia yang hidup.

Saintis/biologiwan mencari hakekat atau realitas dibalik alam fenomenal

yang lahir yang mampu merangkum berbagai performens hayati. Akan tetapi

pencarian ilmu biologis kurang atau sedikit sekali menggunakan daya ilhami,

karena ontologi biologi yang mensifatkan demikian, yang berbeda dengan sains

sosial atau psikologi. Fenomena biologi umumnya bersifat fisik yang mudah

ditangkap oleh indera. Oleh karena itu biologiwan sedikit mendapat penjelasan

secara ilhami. Meskipun demikian , dalam perjalanannya sering kita dengar berita

dari para penemu sains terjadinya “lucky discovery”. Penemuan yang muncul

tiba-tiba. Ilham/intuisi yang mengakhiri kemandegan saintis dalam pencarian

ilmunya.

15

Page 16: Makalah bioetika kultur jaring

Dalam skala nasional, sudah dibentuk undang-undang yang berkaitan

dengan Kloning gen tumbuhan atau nama lain Kultur Jaringan dalam UU No.

18/2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan

IPTEK (RPP Peneltian Berisiko Tinggi). Disebutkan pada pasal 22 yang

berbunyi: 1) Pemerintah menjamin kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara

serta keseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian fungsi lingkungan

hidup. 2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

pemerintah mengatur perizinan bagi pelaksanaan kegiatan penelitian,

pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berisiko

tinggi dan berbahaya dengan memperhatikan standar nasional dan ketentuan yang

berlaku secara internasional.

E. Kajian Dampak Ekonomi-Sosial Kultur Jaringan

kajian mengenai dampak sosial-ekonomi Kultur jaringan Tumbuhan

memiliki keterkaitan dengan sejumlah alasan/nilai-nilai penting, antara lain

tanggung jawab sosial para ilmuwan yang mengembangkan teknik kultur jaringan

tumbuhan harus memperkenalkan ke masyarakat serta diperhatikan pula tanggung

jawab moral dan etika akan dampak-dampak yang ditimbulkan dari produk yang

dihasilkan oleh kultur jaringan tumbuhan, termasuk potensi dampak sosial-

ekonominya.

Tanggung jawab antar generasi tujuannya adalah kultur jaringan tumbuhan

harus memiliki sifat pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, tujuan ini

terkait dengan tanggung jawab antar generasi dari para pengembang teknologi

tersebut dan para pembuatan kebijakan pemerintah.

Dari segi social, kultur jaringan ini diharapkan tidak menjadi penghambat

diversitas yang lain. Sehingga keberadaannya tetap ada sejalan dengan

perkembangan diversitas khususnya tumbuhan yang lain. Dampak apabila kultur

jaringan ini merusak diversitas lain maka yang terjadi tumbuhan hanya

bergantung pada orang yang memiliki keilmuwan kultur jaringan dan tidak dapat

16

Page 17: Makalah bioetika kultur jaring

bersaing guna memperkaya keanekaragaman tumbuhan. Hal ini akan berdampak

pada ekonomi masyarakat, bila salah satu produk kultur jaringan dianggap

berhasil, masyarakat akan berantusias untuk membudidayakan dan menjual

produk tersebut. Dan bila semakin banyak orang yang menjual produk tersebut

akan berakibat pada bertemunya titik jenuh masyarakat terhadap hasil kultur

jaringan. Untuk itu ilmuwan diharapkan untuk mempertajam dan mengasah

kemampuannya guna menemukan bahkan menciptakan suatu produk kultur

jaringan yang baru selama hal tersebut masih didalam batas kewajaran dan norma

yang berlaku.

F. Pertimbangan Etika dan Agama

Studi tentang hubungan antara agama dan sains secara tradisional

diasumsikan bahwa setiap konflik yang terjadi semata-mata didasarkan pada

epistemologi dari esensi agama itu sendiri. Oleh karena itu, pertimbangan setiap

agama terhadap kultur jaringan tumbuhan memiliki kebijakan sendiri. Seperti

pada kultur jaringan pisang, dimana sisi etika dan agama diperbolehkan karena

teknik ini bertujuan memperbanyak jumlah spesies meski dengan campur tangan

manusia. Sedangkan dari segi etika, hal ini juga disahkan selama tidak memiliki

tujuan diluar akal pikiran manusia.

BAB III

PENUTUP

17

Page 18: Makalah bioetika kultur jaring

Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, aksiologi adalah

kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman

kecil yang memiliki sifat seperti induknya. Metode kultur jaringan dikembangkan

untuk membantu memperbanyak tanaman, sehingga dapat membantu

perekonomian masyarakat dan dari segi moral dan agama teknik kultur jaringan

diperbolehkan selama tidak merugikan orang lain dan menguntungkan bagi

masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: Makalah bioetika kultur jaring

Arya. 2013. Aksiologi Pengetahuan. (Online) http://arya0809.wordpress.com/2013/01/10/aksiologi-pengetahuan/. Diakses tanggal 01 Oktober 2014.

Kattsoff, Louis.2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Magnis-suseno.1987. Etika Dasar. Yogyakarta: Kanisius.

Magnis-suseno.1997. 13 Tokoh Etika. Yogyakarta: Kanisius.

Octaria, Dina. 2012. Aksiologi Pengetahuan. (Online)

http://dinaoctaria.wordpress.com/2012/10/14/aksiologi-pengetahuan/. Diakses pada 01 Oktober 2014.

Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Zubair, Achmad Charris.1997. Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

19