makalah beton geopolimer

Upload: rhinto-nhiron

Post on 09-Jan-2016

716 views

Category:

Documents


132 download

DESCRIPTION

makalah beton geopolimer

TRANSCRIPT

  • 1

    MAKALAH BETON GEOPOLIMER

    TEKNIK BAHAN BANGUNAN

    NAMA: THEODORUS B.C.R. NIRON

    NIM : 1406010047

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

    UNIVERSITAS NUSA CENDANA

    KUPANG 2014/2015

  • 2

    Kata Pengantar

    Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang maha esa, karena berkat dan rahmat-Nya, saya bisa

    menyelesaikan makalah mata kuliah teknik bahan bangunan tentang beton ringan.

    Adapun makalah mata kuliah teknik bahan bangunan tentang beton ringan ini telah saya

    usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak sehingga dapat

    memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan banyak terima

    kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan makalah ini.

    Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari bahwa makalah ini masih memiliki

    banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan masukan-masukan dari para pembaca

    yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

    Akhirnya saya mengharapkan semoga dari makalah mata kuliah teknik bahan bangunan

    tentang beton ringan ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

    kupang, April 2015

    Theodorus B.C.R Niron

  • 3

    DAFTAR ISI

    Kover ............................................................................................................................................. 1

    Kata pengantar ............................................................................................................................. 2

    Daftar Isi........................................................................................................................................ 3

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4

    1.Latar Belakang .......................................................................................................................... 4

    2. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 4

    3 Tujuan . ...................................................................................................................................... 5

    BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 6

    A.Pengertian Beton ..................................................................................................................... 6

    B.Pengertian Beton Geopolimeri ................................................................................................. 6

    C.Sejarah Beton Geopolimeri ...................................................................................................... 6

    D.Bahan Bahan dalam Pembuatan Beton Geopolimer .............................................................. 8

    E.Pembuatan Beton Geopolimer ................................................................................................ 16

    F.Sifat Sifat Beton Geopolimer ............................................................................................... 17

    G.Kelebihan dan Kekurangan Beton Geopolimer ...................................................................... 18

    H.Aplikasi Beton Geopolimer ..................................................................................................... 18

    BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 19

    KESIMPULAN .......................................................................................................................... 19

    Daftar Pustaka ............................................................................................................................. 21

  • 4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Pada umumnya beton dikenal sebagai material yang tersusun dari komposisi utama

    batuan (agregat), air, dan semen portland (biasa disebut semen). Beton sangat populer dan

    digunakan secara luas, karena bahan pembuatnya mudah didapat, harganya relatif murah,

    dan teknologi pembuatannya relatif sederhana. Namun, akhir-akhir ini beton tersebut makin

    sering mendapatkan kritik, khususnya dari kalangan yang peduli dengan kelestarian

    lingkungan hidup, karena emisi gas rumah kaca (karbon dioksida) yang dihasilkan pada

    proses produksi semen.

    Untuk memproduksi satu ton semen, gas rumah kaca yang dihasilkan sebesar lebih

    kurang satu ton juga. Gas ini dilepaskan ke atmosfer dengan bebas dan kemudian

    merusakkan lingkungan, di antaranya menyebabkan pemanasan global. Isu kedua yang

    kerap dipersoalkan adalah masalah keawetan beton itu sendiri. Bangunan beton pada

    umumnya sudah memerlukan perbaikan karena sudah mulai mengalami kerusakan ketika

    usia bangunannya baru mencapai 20 tahun, walaupun telah direncanakan dan dibuat sesuai

    dengan standar yang berlaku.

    Dalam perkembangannya, para pakar teknologi beton mulai melakukan riset pembuatan

    beton geopolimer.Geopolimer dapat didefinisikan sebagai material yang dihasilkan dari

    geosintesis aluminosilikat polimerik dan alkali silikat yang menghasilkan kerangka polimer

    SiO4 dan AlO4 yang terikat secara tetrahedral (Davidovits dalam Septia, 2011). Dalam

    pembuatan beton geopolimer dapat memanfaatkan material alami. Bahan tersebut tidak

    dapat mengikat jadi perlu ditambah air dan bahan kimia lain yang dapat mengikat yaitu

    natrium

    2. Rumusan Masalah

    1. Apa defenisi dari beton geopolimer ?

    2. Bagaimana sejarah dari beton geopolimer ?

    3. Apa saja bahan yang diperlukan dalam pembuatan beton geopolimer ?

    4. Bagaimana proses pembuatan beton geopolimer ?

    5. Apa kelebihan dan kekurangan dari beton geopolimer ?

    6. Bagaimana pengaplikasian dari beton geopolimer ?

  • 5

    3. Tujuan

    1. Mengetahui defenisi beton geopolimer

    2. Mengetahui sejarah beton geopolimer

    3. Mengetahui bahan bahan penyusun beton polimer

    4. Mengetahui proses pembuatan beton geopolimer

    5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan beton geopolimer

    6. Mengetahui aplikasi dari beton ringan

  • 6

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Beton

    Beton didefenisikan sebagai bahan bangunan yang diperoleh dengan mencampurkan

    agregat halus, agregat kasar, semen portland dan air tanpa tambahan zat aditif (PBI, 1971).

    Tetapi defenisi dari beton kini sudah semakin luas, dimana beton adalah bahan yang terbuat dari

    berbagai macam tipe semen, agregat dan juga bahan pozzolan (bahan mineral yang terdiri dari

    mineral silika dan alumina yang sebagian besar bersifat reaktif, yang apabila bersenyawa dengan

    kapur dan air membentuk massa yang padat, keras dan tidak larut dalam air), abu terbang,terak

    dapur tinggi, sufur, serat dan lain-lain (Neville dan Brooks, 1987).

    B. Pengertian Beton Geopolimer

    Beton geopolimer adalah sebuah senyawa silikat alumino anorganik yang disintesiskan dari

    bahan bahan produk sampingan seperti abu terbang (fly ash) abu sekam padi (risk husk ash)

    dan lain lain, yang banyak mengandung silikon dan aluminium (Davidovits, 1997) Geopolimer

    merupakan produk beton geosintetik dimana reaksi pengikatan yang terjadi adalah reaksi

    polimerisasi. Dalam reaksi polimerisasi ini Alumunium (Al) dan Silika (Si) mempunyai peranan

    penting dalam ikatan polimerisasi (Davidovits, 1994) Reaksi Al dan Si dengan alkaline akan

    menghasilkan AlO4 dan SiO4.

    C. Sejarah Beton Geopolimer

    Menengok pada bangunan-bangunan kuno dari zaman Romawi serta piramid-piramid

    megah di Mesir, mau tidak mau kekaguman kita pun akan terbangkitkan. Betapa tidak,

    bangunan-bangunan tersebut sudah berdiri ratusan atau bahkan ribuan tahun dengan megah.

    Seringkali didapati dalam upaya restorasi bangunan kuno tersebut, beton modern yang

    digunakan sudah rusak beberapa tahun kemudian, ketika beton 'kuno'-nya masih utuh.

    Adalah Professor Joseph Davidovits dari Perancis yang pertama kali mengemukakan ide

    bahwa sesungguhnya piramid tidaklah dibangun menggunakan batu-batu yang dipahat-seperti

    halnya Candi Borobudur yang kemudian disusun menjadi bangunan yang mengundang

    kekaguman sepanjang masa dan menjadikannya salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

    Davidovits menyatakan teorinya bahwa batuan-batuan penyusun piramid tersebut dicor di

  • 7

    tempat, seperti halnya pembuatan beton yang kita kenal sekarang ini. Ada beberapa hal yang

    mendasari teorinya tersebut.

    Piramid raksasa di Mesir tersusun dari lebih kurang dua setengah juta blok batuan, rata-rata

    memiliki berat dua setengah ton, bahkan ada yang seberat tiga puluh ton, dengan volume total

    dua setengah juta meter kubik, didirikan di atas lahan tidak kurang luasnya dari lima hektar,

    dengan masa pengerjaan hanya dalam kurun waktu 20 tahun dalam masa pemerintahan Firaun

    Cheops. Investigasi pada bangunan piramid tersebut mendapati celah antarbatuan begitu

    sempitnya, dan tidak ada ujung-ujung batuan yang terpapas akibat benturan dan lain sebagainya

    yang terjadi semasa proses pembangunannya. Ukuran-ukuran batuannya begitu tepat, saling

    silang tersusun rapi, mulai dari dasar bangunan hingga ke puncak bangunan yang hampir sama

    tingginya dengan bangunan gedung 30 lantai. Perlu diingat,ketika piramid didirikan logam untuk

    memotong atau memahat belumlah ditemukan, dan peralatan konstruksi tentunya masih amat

    sederhana. Dengan peralatan modern yang tersedia saat ini pun, amat sulit melakukan proses

    pembangunan semacam itu.

    Selain itu, Davidovits juga menemukan bahwa struktur kimia dan karakteristik struktur

    mikro batuan penyusun piramid amat serupa dengan beton geopolimer yang dia hasilkan di

    laboratoriumnya, serta sejauh ini tidak didapati batuan alamiah di sekitar lokasi piramid yang

    memiliki ciri-ciri susunan kimia serta struktur mikro yang serupa. Sebaliknya, bahan-bahan

    dasar yang kemungkinan besar dipakai untuk proses pembuatan beton pada bangunan piramid

    tersebut tersedia dengan melimpah di Mesir dan sekitarnya, di antaranya di sepanjang tepian

    Sungai Nil. Dari pemeriksaan terhadap berat jenis batuan, juga didapati bahwa berat jenis bagian

    dasar batuan lebih besar dibanding bagian atas, suatu karakteristik yang umum didapati pada

    beton yang dicor, di mana pada proses pengecoran partikel yang lebih berat cenderung

    mengendap di bagian dasar. Dengan pengecoran di tempat, proses pembangunan piramid

    menjadi jauh lebih sederhana dibanding dengan mengangkut bongkah-bongkah batuan raksasa

    dari tempat yang jauh, menyusunnya menjadi sebuah bangunan yang tidak hanya besar tetapi

    juga sangat tinggi. Dengan anaknya, Frederik, yang ahli dalam bidang literatur kuno terkait

    dengan mineralogi, geologi, dan teknik konstruksi, Joseph Davidovits menuliskan hasil riset dan

    temuan-temuannya dalam sebuah buku berjudul 'The Pyramids, an enigma solved' yang akan

    segera dipublikasikan.

    Sebuah berita singkat di majalah Australian Concrete Construction edisi bulan Agustus

    2002 mengutip laporan tentang Edward Zeller, direktur laboratorium fisika radiasi University of

    Kansas, yang mempublikasikan hasil penelitiannya tentang bongkahan batu yang diambil dari

    sebuah piramid di Mesir. Edward Zeller menemukan banyak rongga-rongga udara berbentuk

  • 8

    oval di dalam batuan tersebut seperti yang banyak dijumpai di dalam beton, dan setelah

    menganalisa komposisi batuan tersebut tibalah dia pada kesimpulan bahwa batuan tersebut

    adalah beton.

    D. Bahan Bahan Dalam Pembuatan Beton Geopolimer

    1. Solid Material

    Solid material adalah salah satu komponen sistem anorganik geopolymer. Solid material

    untuk geopolymer dapat berupa mineral alami seperti kaolin, tanah liat, mika,

    andalusit,spinel dan lain sebagainya. Alternatif lain yang dapat digunakan adalah material

    yang berasal dari produk sampingan seperti fly ash, silica fume, slag, rice-husk ash, lumpur

    merah, dan lain-lain.

    a. Tanah Liat

    Tanah Liat merupakan suatu zat yang terbentuk dari partikel-partikel yang sangat kecil

    terutama dari mineral-mineral yang disebut kaolinit, yaitu pesenyawaan dari Oksida

    Alumina (Al2O3), dengan Oksida Silica (SiO2) dan air (H2O).Tanah liat dalam ilmu

    kimia termasuk Hidrosilika Alumina, yang dalam keadaan murni mempunyai rumus:

    Al2O3 2SiO2 2H2O. Komposisi unsur kimia yang terdapat pada Tanah Liat, adalah

    sebagai berikut:

    Unsur/Senyawa %

    Silika (SiO2) 59.14

    Alumunium Karbonat (Al2O3) 15.34

    Besi (Fe2O3) 0.69

    Kalsium Oksida (CaO) 0.51

    Natrium Oksida (Na2O) 0.38

    Magesium Oksida (MgO) 0.35

    Kalium (K2O) 0.11

    Air (H2O) 0.12

    TiO2 0.11

    Lain-lain 0.09

    Di alam hanya terdapat dua jenis tanah liat, yaitu: Tanah Liat Primer dan Tanah Liat

    Sekunder.

  • 9

    Tanah Liat Primer

    Tanah Liat Primer (residu) adalah jenis tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan

    batuan feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk. Selain

    tenaga air, tenaga uap panas yang keluar dari dalam bumi mempunyai andil dalam

    pembentukan tanah liat primer. Karena tidak terbawa arus air, angin maupun gletser,

    maka tanah liat tidak berpindah tempat sehingga sifatnya lebih murni diibandingkan

    dengan tanah liat sekunder. Tanah liat primer cenderung berbutir kasar, tidak plastis

    daya leburnya tinggi dan daya susutnya kecil. Karena tidak tercampur dengan bahan

    organik seperti humus, ranting atau daun busuk dan sebagainya, maka tanah liat

    berwarna putih atau kusam.

    Tanah Liat SekunderTanah

    Liat Sekunder (sedimen) adalah jenis tanah liat hasil pelapukan batuan feldspatik yang

    berpindah jauh dari batuan induknya karena tenaga eksogen, dan dalam perjalanan

    bercampur dengan bahan-bahan organik maupun anorganik. Jumlah tanah liat

    sekunder lebih banyak dari tanah liat primer. Transportasi air mempunyai

    pengaruh khusus pada tanah liat, salah satunyaialah gerakan arus air cenderung

    menggerus mineral tanah liat menjadipartikel-partikel yang semakin kecil.

    Karena pembentukannya melaluiproses panjang dan bercampur dengan bahan

    pengotor seperti oksida logam(besi, nikel, titan mangan dan sebagainya), dan

    bahan organik (humus dandaun busuk), maka tanah liat mempunyai sifat:

    berbutir halus berwarnakrem/abu-abu/merah jambu/kuning. Pada umumnya

    tanah liat sekunderlebih plastis dan mempunyai daya susut yang lebih besar

    daripada tanah liatprimer. Setelah dibakar, warnanya menjadi lebih terang dari

    krem muda,abu-abu muda ke coklat. Semakin tinggi suhu bakarnya semakin

    keras dan semakin kecil porositasnya.

    b. Fly Ash

    Fly ash adalah bahan yang berasal dari sisa pembakaran batu bara yang tidak

    terpakai. Material ini mempunyai kadar bahan semen yang tinggi dan mempunyai sifat

    pozzolanik, yaitu dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan semen saat

    proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat mengikat pada temperatur

    normal dengan adanya air (Himawan dan Darma 25). Komposisi dari fly ash sebagian

    besar terdiri dari silikat dioksida (SiO2), alumunium (Al2O3), besi (Fe2O3) dan

  • 10

    kalsium (CaO), serta magnesium, potassium, sodium, titanium, sulfur, dalam jumlah

    yang kecil. Komposisinya tergantung dari tipe batu bara.

    Penambahan fly ash pada beton normal menunjukan adanya peningkatan kualitas

    beton. Peningkatan kualitas itu disebabkan karena kandungan unsur sililkat dan

    aluminat pada fly ash yang reaktif bereaksi dengan kapur bebas pada proses hidrasi

    antara fly ash dan air menjadi kalsium silikat. Keuntungan lain dari pemakaian fly ash

    yang mutunya baik ialah dapat meningkatkan ketahanan atau keawetan beton terhadap

    ion sulfat dan juga dapat menurunkan panas hidrasi semen.

    Fly ash sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen. Tetapi

    dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang halus oksida silika yang dikandung

    oleh fly ash akan bereaksi secara kimia dengan Sodium hidroksida dan menghasilkan

    zat yang memiliki kemampuan mengikat (Hardjito, 2001). Selain itu secara mekanik,

    butiran fly ash yang lebih halus daripada semen ini akan mengisi ruang kosong

    (rongga) diantara butiran butiran agregat halus.

    Menurut ACI Committee 226 dijelaskan bahwa fly-ash mempunyai sifat:

    a. Spesific gravity : 2.2 2.8

    b. Ukuran : 1 mikron 1 mm, dengan kehalusan 70% - 80% melewati saringan

    no. 200 (75 mikron)

    c. Kehalusan :

    tertahan ayakan 0.075 mm 3.5

    tertahan ayakan 0.045 mm 19.3

    Klasifikasi fly ash menurut ASTM C 618 96 yaitu :

    a. Kelas C

    fly ash yang mengandung CaO diatas 10%, dan abu terbang (fly ash) yang

    dihasilkan dari pembakaran ligmit atau batu bara dengan kadar karbon 60%

    atau sub bitumen.

    Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 50%

    b. Kelas F

    Fly ash yang mengandung CaO lebih kecil 10%, dan abu terbang (fly ash) yang

    dihasilkan dari pembakaran batu bara jenis anthrchacite pada suhu 1560C. Abu

    terbang ini mempunyai sifat pozolan.

    Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 70%

    c. Kelas N

  • 11

    Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara lain tanah

    diatomic, opaline chertz, dan shales, tuff, dan abu vulkanik, dimana biasa

    diproses melalui pembakaran atau tidak melalui proses pembakaran. Selain itu

    juga mempunyai sifat pozzolan yang baik.

    Unsur utama dalam proses geopolimerisasi adalah Si dan Al. Oleh karena itu fly ash

    yang bisa digunakan sebagai geopolimer adalah jenis fly ash yang memiliki

    kandungan CaO rendah dan kandungan Si dan Al lebih dari 50%. Dari ketiga tipe fly

    ash diatas, yang memenuhi persyaratan tersebut adalah fly ash tipe C dan tipe F.

    Berdasarkan penelitiaan yang dilakukan oleh Kosnatha dan Prasetio (2007) kuat

    tekan beton geopolimer yang menggunakan fly ash tipe C ternyata lebih tinggi

    daripada fly ash tipe F,baik yang menggunakan curing dengan oven maupun suhu

    ruangan.

    Keuntungan menggunakan fly ash pada antara lain :

    Beton akan lebih kedap air karena kapur bebas yang dilepas pada hidrasi akan

    terikat oleh silikat dan alumina aktif yang terkandung dalam fly ash dan

    menambah pembentukan silika gel yang berubah menjadi kalsium silikat hidrat

    (CSH) yang akan menutupi pori pori yang terbentuk sebagai akibat

    dibebaskannya Ca(OH)2.

    Mempermudah pengerjaan beton karena beton lebih plastis.

    Mengurangi jumlah air yang digunakan (fas), sehingga kekuatan beton menigkat.

    Menurunkan panas hidrasi yang terjadi, sehingga dapat mencegah terjadinya

    retak.

    Relatif dapat mengurangi biaya karena mengurangi pemakaian semen.

    Kelemahan pemakaiaan fly ash pada beton antara lain :

    Pemakaian fly ash kurang baik untuk pengerjaan beton yang memerlukan waktu

    pengerasan dan kekuatan awal yang tinggi, karena proses pengerasan dan

    penambahan kekuatan beton agak lambat akibat dari lambatnya pozzolan dari fly

    ash.

    Pengendalian mutu harus sering dilakukan karena mutu fly ash sangat tergantung

    pada proses pembakaran (suhu) serta jenis batu baranya.

    Penggunaan fly ash dalam adukan beton segar dapat mengurangi terjadinya bleeding

    (berair) dan segregation (pemisahan). Selain itu kehalusan dan bentuk partikel fly ash

    yang bulat dapat meningkatkan workability. Pada beton keras,penggunaan fly ash

  • 12

    dapat meningkatkan kuat tekan beton setelah berumur 52 hari, meningkatkan

    durabilitas (keawetan) beton, meningkatkan kepadatan (density) beton dan

    mengurangi terjadinya penyusutan.

    2. Air

    Air merupakan bahan dasar penyusun mortar yang paling penting dan paling murah.

    Air berfungsi sebagai bahan pengikat dan bahan pelumas diantara butir butir

    agreat agar mempermudah proses pencampuran dan pengerjaan adukan

    (workability). Porsi air yang sedikit akan memberikan kekuatan pada beton, tetapi

    kelemasan atau daya kerjanya akan berkurang. Secara umum air yang dapat

    digunakan dalam campuran adalah air yang apabila dipakai akan menghasilkan

    campuran dengan kekuatan lebih dari 90% dari campuran memakai air suling.

    Pemakaian air untuk beton sebaiknya memenuhi syarat baku air bersih sebagai

    berikut :

    Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter

    Tidak mengandung garam garam yang dapat merusak beton lebih dari 15

    gram/liter

    Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter

    Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1gram/liter

    3. Alkali Aktivator

    Aktivator merupakan zat atau unsur yang menyebabkan zat atau unsur lain bereaksi.

    Dalam pembuatan beton geopolimer, aktivator yang sering digunakan adalah unsur

    akali yang terhidrasi yaitu sodium hidroksida (NaOH) dan sodium silikat

    (Na2SiO3 ). Sodium hidroksida berfungsi untuk mereaksikan unsur unsur Al dan

    Si yang terkandung dalam fly ash sehingga dapat menghasilkan ikatan polimer yang

    kuat, sedangkan sodium silikat memiliki fungsi untuk mempercepat proses

    polimerisasi.reaksi terjadi secara lebih cepat pada alkali yang banyak mengandung

    larutan sodium silikat didandingkan dengan larutan alkali yang banyak mengandung

    larutan sodium hidroksida.

    Karakteristik fly ash geopolimer dipengaruhi oleh parameter parameter seperti

    komposisi campuran, waktu curing, agregat yang digunakan dan lain lain.

    Didalam komposisi campuran, diantaranya terdapat modolus alkali dan kadar

    aktivator. Modolus alkali merupkan perbandingan antara Na2O dan

    SiO2 . Modolus alkali diperoleh dari perhitungan perbandingan massa Na2SiO3 dan

    NaOH malalui persamaan reaksi kimia. Sedangkan kadar aktivator merupakan

  • 13

    jumlah larutan alkali aktivator (NaOH + Na2SiO3 + air), berapa persen terhadap fly

    ash.

    a. Sodium Hidroksida

    Sodium hidroksida (NaOH) berfungsi untuk mereaksikan unsur unsur Al dan

    Si yang terkandung dalam fly ash sehingga dapat menghasilkanikan ikatan

    polimer yang kuat. Sodium hidroksida yang tersedia umumnya berupa serpihan

    dengan kadar 98 %. Sebagai aktivator, Sodium hidroksida harus dilarutkan

    terlebih dahulu dengan air sesuai dengan molaritas yang diinginkan. Larutan ini

    harus dibuat dan didiamkan setidaknya satu malam sebelum pemakaiaan.

    Campuran antara fly ash dengan sodium hidroksida jika diamati dalam ukuran

    mikroskopis terlihat bahwa campuran antara fly ash dengan sodium hidroksida

    membentuk ikatan yang kurang kuat tetapi menghasilkan ikatan yang lebih

    padat dan tidak retakan retakan antar mikrostrukturnya.

    b. Sidium Silikat

    Sodium silikat merupakan salah satu bahan tertua dan paling aman yang sering

    digunakan dalam industri kimia. Karena proses produksinya lebih sederhana

    maka sejak 1818, sodium silikat berkembang dengan cepat. Sodium silikat dapat

    dibuat dengan dua proses, yaitu proses kering dan proses basah. Pada proses

    kering, pasir dicampur dengan sodium karbonat atau dengan pottasium

    carbonate pada temperatur 1100 1200. Hasil reaksi tersebut menghasilkan

    kaca yang dilarutkan dalam air dengan tekanan tinggimenjadi cairan yang agak

    kering dan kental. Sedangkan pada proses basah, pasir dicampur dengan sodium

    hidroksida melalui proses filtrasi dan akan menghasilkan sodium silikat yang

    murni. Sodium silikat terdapat dalam dua bentuk, yaitu padatan dan larutan

    dimana untuk campuran beton lebih banyak digunakan bentuk larutan. Sodium

    silikat atau yang lebih dikenal dengan water glass, pada mulanya digunakan

    sebagai campuran dalam pembuatan sabun. Tetapi dalam perkembangannya,

    sodium silikat dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, antara lain

    untuk bahan campuran semen, pengikat keramik, coating, campuran cat serta

    dalam keperluaan industri, seperti kertas, tekstil dan serat. Beberapa penelitian

    telah membuktikan bahwa sodium silikat dapat digunakan untuk bahan

    campuran dalam beton.

  • 14

    Campuran antara fly ash dengan sodium silikat jika diamati dalam ukuran

    mikroskopis, terlihat bahwa campuran antara fly ash dan sodium silikat yang

    membentuk ikatan yang sangat kuat namun terjadi banyak retakan retakan

    antar mikrostukturnya.

    4. Agregat

    Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam

    campuran beton atau mortar. Agregat dikelompokan menjadi

    a. Berdasarkan Sumbernya

    Agregat Alam

    Agregat alam diambil dari endapan alam tanpa merubah keadaan aslinya

    selama produksi, kecuali pemecahan, penyaringan, penentuan ukuran

    butiran atau pencucian. Dalam kelompok ini batu pecah, kerikil dan pasir

    merupakan agregat alam yang biasa digunakan, walaupun batu apung,

    kerang, biji besi dan batu gamping dapat pula dimasukkan ke dalam

    kelompok ini.

    Agregat Buatan

    Agregat buatan adalah agregat yang dihasilkan sebagai produk tambahan

    dari pembuatan produk lain. Agregat ringan dianggap sebagai agregat

    buatan, umpamanya terak lempung, batu tulis, kerang atau terak dapur

    tinggi. Terak dapur tinggi yang didinginkan dalam udara menghasilkan

    beton yang sama kekuatannya dengan beton yang menggunakan agregat

    biasa, akan tetapi dengan daya tahan terhadap api yang lebih baik.

    b. Berdasarkan Berat Isinya

    agregat Berat, yaitu agregat dengan berat jenis lebih dari 2.9. Karena sangat berat dapat digunakan untuk konstruksi yang harus memiliki berat sendiri

    yang tinggi, seperti pada dinding penahan tanah, tanggul penahan longsor,

    atau dapat pula digunakan untuk jenis beton yang harus menahan radiasi,

    sehingga dapat memberi perlindungan terhadap sinar x, sinar dan neutron.

    Efektifita beton berat dengan bobot isi antara 3000 5000 kg/m, tergantung pada jenis agregat yang dipakai bisa dari batuan hematit, batuan barit, serta

    pada derajat kepadatannya. Untuk beton berat sering dihadapi kesukaran

    dalam pengadukan, karena perbedaan yang jauh antara berat jenis agregat dan

    pasta semen, sehingga beton mengalami. Segregasi atau pemisahan butiran,

  • 15

    agregat cenderung turun ke bawah, sedangkan pasta semennya mengapung ke

    atas.

    Agregat Normal, yaitu agregat dengan berat jenis antara 2.4 sampai dengan 2.9.

    yang menghasilkan beton dengan bobot isi antara 2200 2700 kg/m.Agregat

    ini merupakan agregat yang paling banyak digunakan untuk campuran beton

    normal, atau pemakaian beton dengan tujuan yang biasa, tidak khusus. Sumber

    batuannya sangat banyak, diantaranya batuan andesit, granit, basalt, dan lain-

    lain

    Agregat Ringan, Jenis agregat ini banyak dipakai untuk pembuatan beton

    ringan. Memiliki berat jenis kurang dari 2.0 dan menghasilkan beton dengan

    bobot isi kurang dari 1800 kg/m3. Dengan bobot beton yang ringan dapat

    menghemat banyak tulangan, karena berat sendiri pada beton tersebut relatif

    kecil, sehingga momen yang bekerjanya juga relatif kecil. Beton ringan juga

    memiliki karakteristik kedap suara dan panas, tetapi penyerapan airnya lebih

    tinggi berkisar antara 20 sampai dengan 25 %, kekuatan tekan pada betonnya

    juga relatif rendah, tergantung dari jenis agregat ringannya. Dengan

    menggunakan lempung bekah kuat tekannya bisa mencapai 200 kg/cm2.

    Agregat ringan digunakan dalam bermacam macam produk beton, baik

    sebagai beton partisi maupun beton bertulang atau bahkan beton pra-tekan.

    c. Berdasarkan Besar Butiran

    Agregat Halus Agregat ini biasanya disebut pasir dan mempunyai ukuran butir

    antara 4,75 sampai 0,075 mm. Partikel dengan ukuran lebih kecil dari 0,075 mm

    disebut Lumpur.

    Agregat Kasar Agregat ini mempunyai ukuran lebih besar dari 4,75 mm dan

    ukuran maksimumnya sangat bervariasi tergantung dari kebutuhan betonnya.

    Pada umumnya ukuran maksimum agregat kasar adalah 10 mm, 20 mm, 30

    mm, 40 mm, 80 mm, dan 100 mm.

    5. Bahan tambah (Superlasticise Sika Viscocrete- 10)

    Alkalin aktivator yang digunakan adalah Sodium silikat dan sodium hidroksida.

    Sodium silikat berfungsi untuk mempercepat reaksi polimerisasi, sedangkan sodium

    hidroksida berfungsi untuk mereaksikan unsur-unsur Al dan Si yang terkandung

    dalam fly ash sehingga dapat menghasilkan ikatan polymer yang kuat. Bahan

    Tambah (Superlasticize Sika Viscocrete-10) Bahan tambah (Admixture)

    didefinisikan sebagai material selain air, agregat, semen dan fiber yang digunakan

  • 16

    dalam campuran beton atau mortar, yang ditambahkan dalam adukan segera sebelum

    atau selama pengadukan dilakukan.

    Superplasticizer adalah bahan tambah yang digunakan sebagai salah satu cara

    meningkatkan kemudahan pelaksanaan pekerjaan pengecoran (workability) beton

    dengan menggunakan air sesedikit mungkin. Penggunaan superplasticizer mulai

    dikembangkan di Jepang dan Jerman pada tahun 1960-an dan menyusul kemudian di

    Amerika Serikat pada 1970-an.

    Dalam penelitian ini Superplasticizer yang digunakan adalah Sika Viscocrete-10

    yaitu bahan tambah berupa cairan yang ditambahkan pada campuran beton dalam

    jumlah tertentu untuk mengubah beberapa sifat beton.

    Bahan tambah Sika Viscocrete-10 termasuk Tipe F Water Reducing, High

    Range Admixtures yaitu bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah

    air pencampur yang diperlukan untuk meng-hasilkan beton dengan konsistensi

    tertentu dan meningkatkan nilai slump sehingga mudah untuk dikerjakan

    (workability). Jenis bahan tambah ini adalah berupa Superplasticizer, dosis yang

    disarankan adalah 0,4% - 1,5% dari berat semen.

    Dosis yang berlebihan akan menyebabkan menurunnya kuat tekan beton.

    E. Pembuatan Beton Geopolimer

    Pembuatan dilakukan satu hari sebelum pengadukan dengan cara menimbang kebutuhan

    Sodium hidroksida sesuai dengan mix design. Setelah itu mencampurkan Sodium

    hidroksida dengan Sodium silikat (waterglass) sampai merata. Setelah teraduk dengan rata

    masukan larutan alkaline activator dan didiamkan selama 24 jam.

    Setelah larutan alkaline activator didiamkan selama 24 jam dilakukan pembuatan sampel

    beton dengan cara menimbang fly ash, pasir, dan kerikil terlebih dahulu sesuai dengan mix

    design yang dibuat. Setelah itu masukan fly ash ke dalam molen, setelah itu masukan

    larutan alkaline activator ke dalam molen bersamaan dengan berputarnya molen, ketika fly

    ash dan larutan bercampur hingga berbentuk pasta masukan pasir ke dalam molen.

    Kemudian masukan kerikil ke dalam molen sambil terus diaduk sampai semua material

    tercampur rata. Kemudian tuang campuran beton ke dalam bak dan masukan ke dalam

    cetakan yang sebelumnya telah dibasahi dengan air. Simpan pada suhu ruangan. Buka

    cetakan setelah 24 jam pengadukan.

  • 17

    F. Sifat Sifat Geopolimer

    Geopolimer memiliki kekuatan awal yang tinggi penyusutan (shrinkage) yang rendah

    freezethaw resistance, ketahanan terhadap sulfat, ketahanan terhadap korosi, ketahanan

    terhadap asam, ketahanan terhadap api,dan reaksi agregat alkali yang tidak berbahaya.

    Semen geopolimer dapat mengeras dengan cepat pada temperatur ruang dan memiliki

    kekuatan tekan sekitar 20 Mpa hanya setelah 4 jam pada temperatur 20 dan sekitar 70

    100 Mpa setelah 28 hari. Sebagian besar kekuatan 28 harinya diperoleh selama 2 hari

    pertama selama curing.

    Semen geopolimer lebih unggul daripada semen portland dalam hal ketahanan panas dan

    api dimana semen portland mengalami penurunan kekuatan tekan yang cepatpada 300,

    sedangkan semen geopolimer tetap stabil sampai dengan 600. Penyusutan pada

    geopolimer jauh lebih rendah dibandingkan semen portland.

    Keberadaan alkali dalam semen atau beton portland dapat menimbulkan Alkali

    Aggregate Reaction (AAR) yang berbahaya. Namun hal ini tidak terjadi pada geopolimer,

    bahkan pada geopilimer yang memiliki kandungan alkali yng lebih tinggi. Berdasarkan uji

    bar expansion, semen geopolimer dengan kandungan alkali yang jauh lebih tinggi

    dibandingkan semen portland tidak menimbulkan AAR yang berbahaya.

    Geoplimer juga tahan asam karena tidak seperti semen portland. Beton geopolimer

    relatif stabil dengan kehilangan berat sekitar 5 8 %. Sementara itu beton dari portland

    kehilangan 30 60 %.

    Bakharev membagi betongei polimer menjadi :

    Tipe I

    Campuran dikeraskan selama dua jam pada temperatur ruang dankemudian

    dinaikan 75 sebelummengalami pengerasan pada temperatur 75 selama

    sebulan.

    Tipe II

    Campuran dikeraskan selama 24jam pada temperatur ruang kemudian dinaikan ke

    75 sebelum akhirnya mengalami pengerasan pada temperatur 75 dan 95

    selama24 jam.

    Tipe III

    Samadengan tipe II,tapi pengerasan dilakukan selama 6 jam

  • 18

    G. Kelebihan dan Kekurangan Beton Geopolimer

    a. Kelebihan-kelebihan beton geopolimer :

    Tahan terhadap api,

    Tahan terhadap lingkungan korosif,

    Tahan terhadap reaksi alkali silica.

    Tidak menggunakan semen sebagai bahan perekatnya, maka dapat mengurangi

    polusi udara.

    Mempunyai rangkak susut yang kecil.

    b. Kekurangan-kekurangan beton geopolymer :

    Pembuatan beton geopolymer lebih rumit dibandingkan beton semen, karena

    membutuhkan alkaline activator,

    belum ada rancang campuran yang pasti.

    H. Aplikasi Beton Geopolimer

    Geopolimer dapat diaplikasikan pada berbagai lapangan industri automobil, aerospace,

    metalurgi dan pengecoran bukan besi dan lain lain. Tipe dari aplikasi material material

    geopolimer ditentukan oleh struktur kimia dalamhal ini adalah rasio atom Si dan Al dalam

    polisylate. Rasio Si dan Al yang rendah menginisiasi jaringan 3D yang sangat kaku.

    Sementara rasio Si dan Al yang lebih besar dari menghasilkan karakter polimer dari

    geopolimer material tersebut. Kebanyakan aplikasi geopolimer pada bidang teknik sipil

    cocok pada rasio Si dan Al yang rendah seperti batu bata, keramik, proteksi terhadap api,

    beton yang rendah CO2.

  • 19

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    1. Beton geopolimer adalah sebuah senyawa silikat alumino anorganik yang disintesiskan dari

    bahan bahan produk sampingan seperti abu terbang (fly ash) abu sekam padi (risk husk ash)

    dan lain lain, yang banyak mengandung silicon dan aluminium

    2. Adalah Professor Joseph Davidovits dari Perancis yang pertama kali mengemukakan ide

    bahwa sesungguhnya piramid tidaklah dibangun menggunakan batu-batu yang dipahat-

    seperti halnya Candi Borobudur yang kemudian disusun menjadi bangunan yang

    mengundang kekaguman sepanjang masa dan menjadikannya salah satu dari tujuh keajaiban

    dunia. Davidovits menyatakan teorinya bahwa batuan-batuan penyusun piramid tersebut

    dicor di tempat, seperti halnya pembuatan beton yang kita kenal sekarang ini. Ada beberapa

    hal yang mendasari teorinya tersebut. Sebuah berita singkat di majalah Australian Concrete

    Construction edisi bulan Agustus 2002 mengutip laporan tentang Edward Zeller, direktur

    laboratorium fisika radiasi University of Kansas, yang mempublikasikan hasil penelitiannya

    tentang bongkahan batu yang diambil dari sebuah piramid di Mesir. Edward Zeller

    menemukan banyak rongga-rongga udara berbentuk oval di dalam batuan tersebut seperti

    yang banyak dijumpai di dalam beton, dan setelah menganalisa komposisi batuan tersebut

    tibalah dia pada kesimpulan bahwa batuan tersebut adalah beton.

    3. Bahan bahan dalam pembuatan beton geopolimer seperti solid material, dimana solid

    material adalah salah satu komponen sistem anorganik geopolymer. Solid material untuk

    geopolymer dapat berupa mineral alami seperti kaolin, tanah liat, mika, andalusit,spinel dan

    lain sebagainya, air , agregat, bahan tambah dan alkali aktivator.

    4. Pembuatan dilakukan satu hari sebelum pengadukan dengan cara menimbang kebutuhan

    Sodium hidroksida sesuai dengan mix design. Setelah itu mencampurkan Sodium hidroksida

    dengan Sodium silikat (waterglass) sampai merata. Setelah teraduk dengan rata masukan

    larutan alkaline activator dan didiamkan selama 24 jam.Setelah larutan alkaline activator

    didiamkan selama 24 jam dilakukan pembuatan sampel beton dengan cara menimbang fly

    ash, pasir, dan kerikil terlebih dahulu sesuai dengan mix design yang dibuat. Setelah itu

    masukan fly ash ke dalam molen, setelah itu masukan larutan alkaline activator ke dalam

    molen bersamaan dengan berputarnya molen, ketika fly ash dan larutan bercampur hingga

  • 20

    berbentuk pasta masukan pasir ke dalam molen. Kemudian masukan kerikil ke dalam molen

    sambil terus diaduk sampai semua material tercampur rata. Kemudian tuang campuran beton

    ke dalam bak dan masukan ke dalam cetakan yang sebelumnya telah dibasahi dengan air.

    Simpan pada suhu ruangan. Buka cetakan setelah 24 jam pengadukan.

    5. Kelebihan-kelebihan beton geopolimer : tahan terhadap api, tahan terhadap lingkungan

    korosif, tahan terhadap reaksi alkali silica, tidak menggunakan semen sebagai bahan

    perekatnya, maka dapat mengurangi polusi udara, mempunyai rangkak susut yang kecil.

    Sedangkan kekurangan-kekurangan beton geopolymer : pembuatan beton geopolymer lebih

    rumit dibandingkan beton semen, karena membutuhkan alkaline activator, belum ada rancang

    campuran yang pasti.

    6. Geopolimer dapat diaplikasikan pada berbagai lapangan industri automobil, aerospace,

    metalurgi dan pengecoran bukan besi dan lain lain. Aplikasi beton geopolimer pada bidang

    teknik sipil seperti batu bata, keramik, proteksi terhadap api, beton yang rendah CO2 dan

    sebagainya.

  • 21

    Daftar pustaka

    file:///C:/Users/User/Documents/Beton%20geopolimer%20-%20Kaskus%20-

    %20The%20Largest%20Indonesian%20Community.htm

    http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCUQFjAB

    &url=http%3A%2F%2Fdownload.portalgaruda.org%2Farticle.php%3Farticle%3D262343%

    26val%3D1013%26title%3DKUAT%2520TEKAN%2520BETON%2520GEOPOLYMER%

    2520BERBAHAN%2520DASAR%2520%2520ABU%2520TERBANG%2520%2528FLY%

    2520ASH%2529&ei=UC8tVZ6oBJCXuAT0poGYBg&usg=AFQjCNG9g8g8vtB08uoOufA

    Sg8TfKaycqg&sig2=gzSUccxykjVVWgsIyJBe5A&bvm=bv.90790515,d.c2E&cad=rja

    http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&

    ved=0CEIQFjAF&url=http%3A%2F%2Frepository.petra.ac.id%2F15298%2F1%2FGeopoli

    mer_Beton_Tanpa_Semen_yang_Ramah_Lingkungan_Kompas_2002.pdf&ei=UC8tVZ6oBJ

    CXuAT0poGYBg&usg=AFQjCNFCK6VQIwSXu0mNm2ufIfjzgZpTcA&sig2=f6dgcu-

    Y_mrCV0P4B09kFg&bvm=bv.90790515,d.c2E

    http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&

    ved=0CFQQFjAH&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F124972

    -R040849-Sintesis%2520geopolimer-

    Literatur.pdf&ei=UC8tVZ6oBJCXuAT0poGYBg&usg=AFQjCNEhSHEM7KNeBBAjydtM

    kLnLV57bHw&sig2=h_RhVMmK94bE32jl-hP72g&bvm=bv.90790515,d.c2E

    http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uact=8&

    ved=0CEcQFjAF&url=http%3A%2F%2Fsipil.ft.uns.ac.id%2Fkonteks7%2Fprosiding%2F15

    5M.pdf&ei=BzMtVYCjAsqNuATAkoGYDw&usg=AFQjCNEEUN1WNbyzuBIsgP6A8DIk

    JD2vvA&sig2=S1dzNdTsMwJtqdfCf1Yaqg&bvm=bv.90790515,d.c2E