makalah b3

27
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya. Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari pabrik industri bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan sebagai bahan baku industri. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya. Melihat pada sifat-sifat limbah, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang diperlukan langkah pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan. Industri merupakan salah satu aktivitas manusia. Dalam perkembangannya industri memberikan manfaat bagi kehidupan manusia seperti menyerap tenaga kerja, menghasilkan produk-produk yang dibutuhkan oleh manusia dan sebagainya. Namun disamping itu proses produksi yang dijalankan dengan menggunakan teknologi dan bahan-

Upload: dendy-primanandi

Post on 27-Jun-2015

510 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah B3

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya.

Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini

dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi

mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya. Sebagai

limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari

pabrik industri bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan sebagai bahan

baku industri. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan

kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya.

Melihat pada sifat-sifat limbah, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan

pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang diperlukan langkah

pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan.

Industri merupakan salah satu aktivitas manusia. Dalam perkembangannya

industri memberikan manfaat bagi kehidupan manusia seperti menyerap tenaga

kerja, menghasilkan produk-produk yang dibutuhkan oleh manusia dan

sebagainya. Namun disamping itu proses produksi yang dijalankan dengan

menggunakan teknologi dan bahan-bahan dapat membahayakan kehidupan.

Apabila hal tersebut tidak dikelola dengan baik, tidak menutup kemungkinan akan

menimbulkan gangguan, penurunan kualitas kehidupan sampai terjadinya

disaster.

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri

atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui

proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan

organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman umumnya

sedikit mengandung bahan berbahaya. Namun penggunaan pupuk kandang,

limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos/pupuk organik

Page 2: makalah B3

2

cukup mengkhawatirkan karena banyak mengandung bahan berbahaya seperti

misalnya logam berat dan asam-masam organik yang dapat mencemari

lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini justru

terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan

dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3).

Di Indonesia sebenarnya pupuk organik itu sudah lama dikenal para

petani. Mereka bahkan telah mengenal pupuk organik sebelum Revolusi Hijau

turut melanda pertanian di Indonesia. Setelah Revolusi Hijau kebanyakan petani

lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya,

jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganyapun relatif murah

karena di subsidi, dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat

tergantung kepada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap

perkembangan produksi pertanian, ketika terjadi kelangkaan pupuk dan harga

pupuk naik karena subsidi pupuk dicabut, serta belum lagi bahan dasar pupuk-

pupuk tersebut yang mungkin saja berpotensi menimbulkan limbah yang

membahayakan lingkungan.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui lebih lanjut pada industri pembuatan pupuk, dimana

dalam prosesnya ini akan kita ketahui tentang pencemaran-pencemaran yang

mungkin saja terjadi. Di samping itu, tugas makalah ini dibuat sebagai pemenuhan

tugas kepada dosen yang bersangkutan pada mata kuliah Pengelolaan Limbah B3.

Page 3: makalah B3

3

BAB II

INDUSTRI PENGHASIL PUPUK

Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan pada tanah dengan maksud

untuk memperbaiki sifat fisis, kimia dan biologis. Sebagai tempat tumbuhnya

tanaman, tanah harus subur, yaitu memiliki sifat fisis, kimia, dan biologi yang

baik. Sifat fisis menyangkut kegemburan, porositas, dan daya serap. Sifat kimia

mennyangkut pH serta ketersedian unsur- unsur hara. Sedangkan sifat biologis

menyangkut kehidupan mikroorganisme dalam tanah. Seperti makhluk hidup

yang lain, tumbuhan memerlukan nutrisi baik zat organik maupun zat anorganik.

Nutrisi organik diperoleh melalui proses fotosintesis, sedangkan nutrisi anorganik

semuanya diperoleh melalui akar dari dalam tanah dalam bentuk zat-zat terlarut

berupa kation dan anion yang mampu masuk ke dalam pembuluh xilem akar.

Pada industri pengolahan pupuk dewasa ini banyak sekali dampak yang

ditimbulkan yang sangat berpotensi mencemari lingkungan jika tidak ada

prosedur pada proses pengelolaannya dan penerapannya di lapangan. Misalnya

pada industri PT. Petrokimia Gresik, yaitu pabrik penghasil pupuk bahwa para

petani tidak mau menggunakan pupuk sesuai aturan yang telah ditentukan oleh

kemasan. Mereka beranggapan bahwa semakin banyak pupuk yang digunakan,

semakin subur tanaman mereka. Padahal tanah yang terlalu banyak diberi pupuk

akan mengeras dan sulit untuk diolah kembali. Pernyataan dari menejer PT.

Petrokimia Gresik tersebut seolah menandakan para petani Indonesia masih sangat

minim pengetahuan.

Profil Industri PT. Petrokimia Gresik

PT. Petrokimia Gresik merupakan pabrik pupuk terlengkap yang didirikan

pada tahun 1960 dengan nama proyek pendirinya “Projek Petrokimia Surabaya”.

Kontrak pembangunannya ditandatangani pada tanggal 10 Agustus 1964, dan

mulai berlaku pada tanggal 8 Desember 1964. Proyek ini diresmikan oleh

Presiden Republik Indonesia pada tanggal 10 Juli 1972, yang kemudian tanggal

tersebut ditetapkan sebagai hari jadi PT Petrokimia Gresik.

Page 4: makalah B3

4

Perubahan status perusahaan :

1 Perusahaan Umum (Perum)

  PP No. 55/1971

2 Persero

  PP No. 35/1974 jo PP No. 14/1975

3 Anggota Holding PT Pusri

  PP No. 28/1997

PT Petrokimia Gresik menempati lahan seluas 450 hektar berlokasi di

Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur.

PT. Petrokimia Gresik merupakan perusahaan berstatus BUMN (Badan

Usaha Milik Negara) memakai bahan kimia dan gas sebagai penunjang produksi

pupuknya, dimana hasilnya antara lain H2SO4, H2PO4, CO2, Cement Retarder,

Alamunium Fluoride. PT. Petrokimia Gresik memakai bahan kimia salah satunya

yaitu Amonia (NH3).

Kapasitas Pabrik

Pupuk Pabrik Kapasitas/TahunTahun

Beroperasi

Pupuk Urea 1 460.000 ton 1994

Pupuk Fosfat 2 1.000.000 ton 1979, 1983

Pupuk ZA 3 650.000 ton 1972,1984

1986

Pupuk NPK :

- Phonska I- Phonska II & III- NPK I- NPK II- NPK III & IV- NPK Blending

 

121121

.

460.000 ton1.280.000 ton

100.000 ton100.000 ton200.000 ton60.000 ton

 

20002005, 2009

2005200820092005

Page 5: makalah B3

5

Pupuk ZK (K2SO4) 1 10.000 ton 2005

Pupuk Petroganik 1 10.000 ton 2005

JUMLAH 16 4.330.000 ton  

Non Pupuk Pabrik Kapasitas/TahunTahun

Beroperasi

Amoniak 1 445.000 ton 1994

Asam Sulfat (98% H2SO4) 1 550.000 ton 1985

Asam Fosfat (100% P2O5) 1 200.000 ton 1985

Cement Retarder 1 440.000 ton 1985

Aluminium Fluorida 1 12.600 ton 1985

JUMLAH 5 1.647.600 ton  

Total pabrik/kapasitas 21 5.977.600 ton/th  

Selain menghasilkan dan memasarkan produk pupuk dan non pupuk, PT

Petrokimia Gresik juga menawarkan berbagai bentuk jasa & pelayanan, antara

lain meliputi : jasa pelabuhan, keahlian, fabrikasi, penelitian laboratorium,

konstruksi & rancang bangun, pendidikan & latihan, dan lain-lain.

Tahapan yang Dilakukan dalam Pembuatan Pupuk Urea yang

Menggunakan Amoniak

Bahan baku dalam pembuatan urea adalah gas CO2 dan NH3 cair yang dipasok

dari Pabrik Amoniak. Proses pembuatan urea di bagi menjadi 6 Unit terdapat pada

Gambar 1.

1. Sintesa Unit

2. Purifikasi Unit

3. Kristaliser Unit

4. Prilling Unit

5. Recovery Unit

6. Proses Kondensat Treatment Unit

Page 6: makalah B3

6

a. Sintesa Unit

Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea, untuk mensintesa dengan

mereaksikan NH3 cair dan gas CO2 didalam Urea Reactor dan kedalam reaktor

ini dimasukkan juga larutan Recycle karbamat yang berasal dari bagian

Recovery. Tekanan operasi proses sintesa adalah 175 Kg/cm2. Hasil Sintesa

Urea dikirim ke bagian Purifikasi untuk dipisahkan Ammonium Karbamat dan

kelebihan amonianya setelah dilakukan Stripping oleh CO2.

b. Purifikasi Unit

Amonium Karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan amonia di Unit

Sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara penurunan tekanan dan

pemanasan dengan 2 langkah penurunan tekanan, yaitu pada 17 Kg/cm2 dan

22,2 Kg/cm2. Hasil penguraian berupa gas CO2 dan NH3 dikirim kebagian

recovery, sedangkan larutan urea dikirim ke bagian Kristaliser.

c. Kristaliser Unit

Larutan Urea dari unit Purifikasi dikristalkan di bagian ini secara vakum,

kemudian kristal urea dipisahkan di pemutar sentrifugal. Panas yang diperlukan

untuk menguapkan air diambil dari panas sensibel larutan urea, maupun panas

kristalisasi urea dan panas yang diambil dari sirkulasi urea slurry ke HP

Absorber dari Recovery.

d. Prilling Unit

Kristal urea keluaran pemutar sentrifugal dikeringkan sampai menjadi 99,8 %

berat dengan udara panas, kemudian dikirimkan ke bagian atas prilling tower

untuk dilelehkan dan didistribusikan merata ke distributor, dan dari distributor

dijatuhkan kebawah sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan

menghasilkan produk urea butiran (prill). Produk urea dikirim ke Bulk Storage

dengan Belt Conveyor.

e. Recovery Unit

Gas Ammonia dan Gas CO2 yang dipisahkan dibagian Purifikasi diambil

kembali dengan 2 langkah absorbsi dengan menggunakan Mother Liquor

sebagai absorben, kemudian direcycle kembali ke bagian Sintesa.

f. Proses Kondensat Treatment Unit

Page 7: makalah B3

7

Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian kristalliser didinginkan dan

dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3 dan CO2 ikut kondensat kemudian

diolah dan dipisahkan di Stripper dan Hydroliser. Gas CO2 dan gas NH3

dikirim kembali ke bagian purifikasi untuk direcover. Sedang air kondensatnya

dikirim ke utilitas.

Gambar 1. Diagram Proses Pembuatan Urea secara umum

Page 8: makalah B3

8

Gambar 2. Diagram Proses Pembuatan Urea Secara Spesifik

Page 9: makalah B3

9

BAB 3

SUMBER PENCEMARAN PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PUPUK

Industri pengolahan pupuk termasuk dalam kategori penghasil limbah B3,

yang antara lain meliputi pabrik pembuatan, limbah padat, pabrik yang

menghasilkan zat buangan yang mencemari udara sehingga sampai kepada

lingkungan daratan. Penggunaan cat menghasilkan beberapa lumpur cat beracun,

baik air baku (water-base) maupun zat pelarut (solvent-base). Kemudian pada

pabrik yang terjadi ledakan atau kebocoran pada tanki amoniak.

Dari pabrik juga tentunya akan ada penggunaan detergen yang

mengandung bahan-bahan seperti surfaktan (surface active agent) yang berfungsi

untuk menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran

yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktan pada deterjen pencuci pakaian

dikategorikan sebagai anionik, umumnya tersusun dari alkyl benzene sulfonate

rantai bercabang (ABS), alkyl benzene sulfonate rantai lurus (LAS) dan Alpha

Olefin Sulfonate (AOS).

Nitrogen atau N2 di dalam pabrik kimia biasa digunakan sebagai media

untuk melindungi bahan kimia yang sensitif terhadap pengaruh bahaya oksigen

(O2).

Page 10: makalah B3

10

BAB IV

PENCEMARAN DARI INDUSTRI PUPUK DAN SERTA DAMPAKNYA

TERHADAP KESEHATAN MANUSIA

4.1 Pupuk Organik yang masih berpotensi tercemar

Pupuk anorganik secara temporer telah meningkatkan hasil pertanian,

tetapi keuntungan hasil panen akhirnya berkurang banyak dengan adanya

penggunaan pupuk ini karena adanya sesuatu yang timbul akibat adanya degradasi

(pencemaran) lingkungan pada lahan pertanian. Alasan utama kenapa pupuk

anorganik menimbulakan pencemaran pada tanah adalah karena dalam prakteknya

banyak kandungan yang terbuang. Penggunaan pupuk buatan ( anorganik ) yang

terus- menerus akan mempercepat habisnya zat- zat organik , merusak

keseimbangan zat- zat makanan di dalam tanah, sehingga menimbulkan berbagai

penyakit tanaman.

Walau telah meminimalkan penggunaan bahan kimia (pestisida dan

pupuk), belum ada jaminan produk pangan organik yang dihasilkan terbebas dari

bakteri beracun. Penelitian mikrobiologis keamanan pangan organik yang

dilakukan di IPB dengan meneliti 3 contoh sayuran yang diperoleh dari

perkebunan yang berbeda, menunjukkan jika pengomposan pupuk organik kurang

sempurna bisa berakibat hasil panennya berpeluang mengandung bakteri patogen

seperti Salmonella dan Escherichia coli. Karena itu pencucian yang seksama

(menggunakan air matang) penting untuk menjamin keamanan sayuran organik.

Akibat pencemaran dari limbah industri dan pemakaian pupuk anorganik

yang terlalu banyak secara terus menerus menyebabkan unsure hara yang ada di

dalam tanah menurun. Di negara Indonesia sendiri, sebagian besar lahan pertanian

telah berubah menjadi lahan kritis. Lahan pertanian yang telah masuk dalam

kondisi kritis mencapai 66% dari total 7 juta hektar lahan pertanian yang ada di

Indonesia. Kesuburan tanah di lahan- lahan yang menggunakan pupuk anorganik

dari tahun ke tahun menurun.

Page 11: makalah B3

11

4.2 Amoniak

Sebagai suatu industri pembuatan pupuk, PT. Petrokimia Gresik

menyadari akan adanya resiko bahaya yang sangat potensial seperti kebakaran,

peledakan dan pencemaran lingkungan. Bahaya yang memungkinkan dapat

berdampak luas adalah apabila terjadi ledakan atau kebocoran pada tanki

amoniak. Amoniak adalah bahan baku pembuatan urea, dalam pabrik terdapat

kelebihan amoniak yang kemudian di tampung dalam tanki khusus penyimpan

amoniak. Amoniak merupakan zat yang sangat valatile dengan titik didih normal -

33OC pada tekanan atmosferis. Amoniak sendiri merupakan bahan racun yang

dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan tenggorokan. Bahaya terhadap

manusia yaitu pada konsentrasi NH3 = 90 ppm, pH mencapai 11 dan ini

merupakan racun (toxik), sebagai gas amoniak menyebabkan iritasi pada saluran

pernafasan, mata dan kulit. Amoniak tersebut dapat dikategorikan bahaya tinggi

karena amonia mempunyai sifat anhydrous yaitu apabila amonia tersebut terkena

tekanan atmosfir 1atm akan berubah fase menjadi uap. Tangki amonia di pabrik

PT. Petrokimia Gresik ini pernah mengalami peledakan pada atap tangki pada

tahun 2001 dengan memakan korban dari pegawai PT. Petrokimia gresik sendiri

maupun dari pihak masyarakat disekitar pabrik.

Untuk melindungi karyawan dan masyarakat sekitar dari kemungkinan

adanya paparan amoniak ke udara, maka secara rutin bagi laboratorium kimia PT.

Pupuk Kaltim menganalisa gas pencemar secara rutin ke lokasi-lokasi sumber

pencemar di pabrik dan area sekitar, termasuk ke lokasi pemukiman penduduk.

Namun hal yang dikhawatirkan bagi semua adalah kegagalan operasi maupun

faktor lain yang menyebabkan terlepasnya gas amoniak ke udara dalam jumlah

besar yang dipastikan dapat mengakibatkan kecelakaan industri.

Faktor lain yang paling beresiko tinggi adalah jika tanki tersebut

meledak/pecah dan apalagi bila terjadi pada keduanya, maka lingkungan akan

menerima dampak yang sangat serius baik terhadap manusia maupun terhadap

perairan sekitar, Amoniak memiliki 2 spesies kimia yaitu NH3 (dalam bentuk gas)

dan NH4+ (dalam bentuk terionisasi). Dalam air kedua spesies ini berada dalam

keseimbangan.

Page 12: makalah B3

12

NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH-

Kecelakaan oleh karena bocornya anhydrous amoniak dapat berakibat kerusakan-

kerusakan berantai yang prosesnya dapat sangat cepat terjadi. Demikian pula bila

sejumlah anhydrous amoniak bebas di udara dan mencapai volume gas amoniak

16-17%, maka dapat timbul ledakan (explosion) ledakan ini menjadi sumber api

terhadap semburan amoniak yang keluar dengan tekanan tinggi. Kebakaran

amoniak akan segera meningkatkan suhu sekitar dan memacu kebakaran lain. Bila

suhu kritis dilampui tanpa ledakan, maka suhu sekitar akan meningkat secepatnya

yang dapat mencapai suhu auto ignition pada 6510 C. Bila ini terjadi sudah pasti

akan merupakan bahaya besar bagi lingkungan.

4.3 Timbal (Pb)

Tingginya kadar logam Pb dimungkinkan karena merupakan tempat

berlabuhnya kapal-kapal dari pihak PT Petrokimia Gresik dalam proses

pengangkutan hasil industrinya yang limbahnya terbuang ke laut. Umumnya

bahan bakar minyak mendapat zat tambahan tetraetyl yang mengandung Pb untuk

meningkatkan mutu, sehingga limbah dari kapal-kapal tersebut dapat

menyebabkan kadar Pb di perairan tersebut menjadi tinggi. Rendahnya kadar

logam berat dimungkinkan karena adanya proses pengenceran oleh faktor pola

pasang surut. Saat melakukan sampling, keadaan gelombang air laut diperkirakan

cukup besar, sehingga logam berat tersebut mengalami proses pengenceran cukup

rendah. Timbal (Pb) merupakan salah satu pencemar yang dipermasalahkan

karena bersifat sangat toksik dan tergolong sebagai bahan buangan beracun dan

berbahaya. Kadar Pb di perairan Gresik telah melebihi batas maksimum baku

mutu yaitu 0,03 ppm (PP RI Nomor 82 /2001) sehingga tergolong tercemar. Pada

uji pendahuluan menunjukkan kadar Pb pada air tambak dekat laut, permukiman

penduduk, dan industri masing-masing sebesar 0,049 ppm, 0,2137 ppm dan

0,1352 ppm.

4.4 Penggunaan Detergen

Menurut Asosiasi Pengusaha Deterjen Indonesia (APEDI), surfaktan

anionik yang digunakan di Indonesia saat ini adalah alkyl benzene sulfonate rantai

Page 13: makalah B3

13

bercabang (ABS) sebesar 40% dan alkyl benzene sulfonate rantai lurus (LAS)

sebesar 60%. Dibandingkan dengan LAS, ABS merupakan senyawa yang lebih

sukar terurai secara alami. Oleh karenanya, pada banyak negara di dunia

penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan di Indonesia,

peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan masih

digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena : harganya murah,

kestabilannya dalam bentuk krim pasta dan busanya melimpah.

Penggunaan deterjen dapat mempunyai risiko bagi kesehatan dan

lingkungan. Risiko deterjen yang paling ringan pada manusia berupa iritasi

(panas, gatal bahkan mengelupas) pada kulit terutama di daerah yang bersentuhan

langsung dengan produk. Hal ini disebabkan karena kebanyakan produk deterjen

yang beredar saat ini memiliki derajat keasaman (pH) tinggi. Dalam kondisi

iritasi/terluka, penggunaan produk penghalus apalagi yang mengandung pewangi,

justru akan membuat iritasi kulit semakin parah.

Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah

deterjen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik).

Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi

dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya.

Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum,

mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai

pembunuh kuman pada proses klorinasi.

4.5 Nitrogen

Nitrogen atau N2 di dalam pabrik kimia biasa digunakan sebagai media

untuk melindungi bahan kimia yang sensitif terhadap pengaruh bahaya oksigen

(O2). Sebagai contoh adalah blanketing tanki penyimpanan bahan mudah terbakar

(flammable material) dan pipa/tank purging (N2 purging).

Namun, ketika sebuah tanki misalnya akan dibuka untuk dilakukan clean-

up atau maintenance, maka muncullah bahaya dari nitrogen sebagai gas inert.

Keberadaan nitrogen mengganggu konsentrasi aman dari oksigen dalam tanki,

meskipun manhole dari tanki sudah dibuka.

Page 14: makalah B3

14

Kekurangan oksigen akibat konsentrasi nitrogen yang berlebih, bisa

menyebabkan oxygen deficiency, dengan resiko terburuk kematian.

Page 15: makalah B3

15

BAB V

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH

5.1 Upaya Pengelolaan

Agroindustri tidak melulu membahas mengenai pengolahan bahan hasil

pertanian untuk dijadikan suatu produk, tapi perlu juga membahas mengenai

penanganan limbahnya, karena limbah itu sangat penting dan jika kita biarkan

tanpa penanganan akan berbahaya bagi lingkungan.

Bagi lingkungan terdekat dari lokasi tangki penyimpan amoniak adalah

perairan laut, dimana perlu mendapat perlindungan terhadap pencemaran. Air

merupakan salah satu senyawa kimia yang penting dalam kehidupan dan

peradapan manusia di bumi ini. Hal ini sebabkan oleh jumlah air yang banyak,

sifat-sifat kimia dan fisika dari air yang sangat unik dan peranannya yang penting

dalam proses biologi. Parameter fisika digunakan untuk menentukan kualitas air

yang meliputi cahaya, suhu, kecerahan/kekeruhan, warna, konduktifitas, salinitas

dan lain-lain. Untuk itu perairan laut sekitar dan limbah industri, perlu diukur

salinitasnya. Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat diperairan (Boyd,

1988). Salinitas mengambarkan padatan total dalam air setelah semua karbonat

dikonversi menjadi oxida.

Agar dapat dilaksanakan secara efektif, sistem manajemen lingkungan

harus mencakup beberapa unsur utama sebagai berikut :

a) Kebijakan Lingkungan : pernyataan tentang maksud kegiatan manajemen

lingkungan dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk mencapainya.

b) Perencanaan : mencakup identifikasi aspek lingkungan dan persyaratan

peraturan lingkungan hidup yang bersesuaian, penentuan tujuan

pencapaian dan program pengelolaan lingkungan.

c) Implementasi : mencakup struktur organisasi, wewenang dan tanggung

jawab, training, komunikasi, dokumentasi, kontrol dan tanggap darurat.

d) Pemeriksaan reguler dan Tindakan perbaikan : mencakup pemantauan,

pengukuran dan audit.

e) Kajian manajemen : kajian tentang kesesuaian dan efektivitas sistem untuk

mencapai tujuan dan perubahan yang terjadi diluar organisasi

Page 16: makalah B3

16

(Bratasida, 1996).

5.2 Pelaksanaan Produksi Bersih

Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui

upaya minimisasi limbah, daur ulang, pengolahan, dan pembuangan

limbah yang aman.

Mendukung prinsip pemeliharaan lingkungan dalam rangka daur hidup

perusahaan.Dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktifitas

melalui penerapan proses produksi, penggunaan bahan baku dan energi

yang efisien.

Mencegah atau memperlambat degradasi lingkungan dan mengurangi

eksploitasi sumber daya alam melalui penerapan daur ulang limbah dan

dalam proses yang akhirnya menuju pada upaya konservasi sumber daya

alam. Memberi peluang keuntungan ekonomi, sebab didalam Produksi

Bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya (source

reduction end in process recycling), yaitu mencegah terbentuknya limbah

secara dini, dengan demikian dapat mengurangi biaya investasi yang harus

dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya

perbaikan lingkungan.

Memperkuat daya saing produk di pasar global.

Meningkatkan citra perusahaan dan meningkatkan kepercayaan konsumen

terhadap produk urea dan amoniak yang dihasilkan.

Mengurangi tingkat bahaya kesehatan dan keselamatan.

5.2.2 Melakukan pengolahan (Treatment) Minimisasi Limbah :

Upaya untuk mencegah dan/atau mengurangi timbulnya limbah, dimulai

sejak pemilihan bahan, teknologi proses, penggunaan materi dan energi dan

pemanfaatan produk sampingan pada suatu sistem produksi. Minimisasi limbah

dapat dilakukan dengan cara reduce, reuse, recycle, dan recovery.

REDUCE : upaya untuk mengurangi pemakaian/penggunaan bahan baku

seefisien mungkin didalam suatu proses produksi. Juga memperhatikan agar

limbah yang terbuang menjadi sedikit.

Page 17: makalah B3

17

REUSE : upaya penggunaan limbah untuk digunakan kembali tanpa mengalami

proses pengolahan atau perubahan bentuk. Reuse dapat dilakukan didalam atau

diluar daerah proses produksi yang bersangkutan.

RECYCLE : upaya pemanfaatan limbah dengan cara proses daur ulang melalui

pengolahan fisik atau kimia, baik untuk menghasilkan produk yang sama maupun

produk yang berlainan. Daur ulang dapat dilakukan didalam atau diluar daerah

proses produksi yang bersangkutan.

RECOVERY : upaya pemanfaatan limbah dengan jalan memproses untuk

memperoleh kembali materi/energi yang terkandung didalamnya.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 18: makalah B3

18

1. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya).

2. Industri merupakan salah satu aktivitas manusia. Dalam perkembangannya

industri memberikan manfaat bagi kehidupan manusia seperti menyerap

tenaga kerja, menghasilkan produk-produk yang dibutuhkan oleh manusia

dan sebagainya. Namun disamping itu proses produksi yang dijalankan

dengan menggunakan teknologi dan bahan-bahan dapat membahayakan

kehidupan. Apabila hal tersebut tidak dikelola dengan baik, tidak menutup

kemungkinan akan menimbulkan gangguan, penurunan kualitas kehidupan

sampai terjadinya disaster.

3. Industri pengolahan pupuk termasuk dalam kategori penghasil limbah B3,

yang antara lain meliputi pabrik pembuatan, limbah padat, pabrik yang

menghasilkan zat buangan yang mencemari udara sehingga sampai kepada

lingkungan daratan. Penggunaan cat menghasilkan beberapa lumpur cat

beracun, baik air baku (water-base) maupun zat pelarut (solvent-base).

Kemudian pada pabrik yang terjadi ledakan atau kebocoran pada tanki

amoniak.

4. Melakukan pengelolaan serta pengembangan teknologi dalam upaya

minimasi serta pengolahan limbah.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: makalah B3

19

http://tech.groups.yahoo.com/group/majalah-salam/message/56

http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pencemaran-tanah-oleh-pupuk/

http://fani46.multiply.com/journal/item/5

http://gbioscience05.wordpress.com/2008/05/26/indonesia-di-lintasan-limbah-b3-

bahan-beracun-berbahaya/

http://aahabib.co.cc/info-kesehatan/bahaya-detejen-bagi-kesehatan/

http://www.petrokimia-gresik.com/history.asp

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3240030

Sulanjana, Agung dkk. 2005. Makalah Industri Pupuk dan Amonia. Bandung;

Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Goenawan. 1999. Kimia 2B. Jakarta: Gramedia Widiasrana Indonesia.

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.

Pandjaitan, M. 2002. Industri Petrokimia dan Dampak Lingkungannya.

Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada Press.Sarifudin, Rachmad. 1998. Pendugaan Kualitas Air Kali Mas

Surabaya Ditinjau dari Indeks Keanekaragaman Plankton. Skripsi Tidak

dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.