makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan pasti mempunyai aktiva tidak berwujud yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Aktiva tak berujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Dimana Aktiva tidak berwujud merupakan bagian dari Aset Nonlancar lainnya yang di neraca diklasifikasikan dan disajikan sebagai Aset Lainnya. Dengan penjelasan yang sangat minim ini tentu saja berpotensi pada kurang akuratnya pencatatan terhadap transaksi Aktiva tidak berujud tersebut. Sebagai bagian dari neraca, aktiva tidak berwujud juga memerlukan standar akuntansi untuk memberi penjelasan yang terkait dengan pengakuan, pengukuran, serta pengungkapan dan penyajian dalam laporan keuangan. Selain itu juga terdapat kemungkinan adanya perlakuan khusus, contohnya yang terkait dengan amortisasi dan penghentian serta penghapusannya. Dalam pembahasan ini, sistem penjualan tidak dibahas mengingat keterbatasan ruang lingkup 1

Upload: ilham-akbar

Post on 05-Dec-2014

3.142 views

Category:

Education


25 download

DESCRIPTION

MAKALAH AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN Pengujian Subtantif Terhadap Aktiva Tidak Berwujud

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan pasti mempunyai aktiva tidak berwujud yang digunakan untuk

kegiatan operasional perusahaan. Aktiva tak berujud adalah hak, hak istimewa dan

keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur

panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak

berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Dimana Aktiva tidak

berwujud merupakan bagian dari Aset Nonlancar lainnya yang di neraca

diklasifikasikan dan disajikan sebagai Aset Lainnya.

Dengan penjelasan yang sangat minim ini tentu saja berpotensi pada kurang

akuratnya pencatatan terhadap transaksi Aktiva tidak berujud tersebut. Sebagai

bagian dari neraca, aktiva tidak berwujud juga memerlukan standar akuntansi

untuk memberi penjelasan yang terkait dengan pengakuan, pengukuran, serta

pengungkapan dan penyajian dalam laporan keuangan. Selain itu juga terdapat

kemungkinan adanya perlakuan khusus, contohnya yang terkait dengan amortisasi

dan penghentian serta penghapusannya.

Dalam pembahasan ini, sistem penjualan tidak dibahas mengingat

keterbatasan ruang lingkup pembahasan. Dengan demikian kami disini akan

membahas salah satu aspek mengenai aktiva tidak berwujud yaitu, Audit terhadap

siklus pengeluaran: Pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang di maksud dengan AktivaTidak Berwujud?

2. Apa saja yang termasuk prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia

dalam penyajian aktiva tidak berwujud?

3. Apa saja tujuan audit terhadap aktiva tidka berwujud?

1

Page 2: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud

4. Prosedur apa saja yang ada pada pengujian subtantif terhadap aktiva tidak

berwujud?

1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan mengenai aktiva tidak berwujud

2. Memaparkan PABU dalam penyajian aktiva tidak berwujud di neraca.

3. Memaparkan tujuan pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud.

4. Menjelaskan prosedur-prosedur dalam tahapan program pengujian

substantif terhadap aktiva tidak berwujud.

1.4 Manfaat Penulisan

Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan para

pembaca, khususnya para mahasiswa jurusan akuntansi, agar nantinya dapat lebih

memahami serta mendalami tentang materi yang akan dibahas pada kesempatan

kali ini.

2

Page 3: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Deskripsi

Aktiva tak berwujud didefinisikan sebagai aktiva modal yang tidak

mempunyai wujud fisik dan nilainya tergantung pada hak dan keuntungan dari

kepemilikan. Dimana banyak intagibles ini berupa semacam hak monopoli

kepada pemiliknya, seperti paten, copyright, franchise dll. Akuntansi untuk aktiva

tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan akuntansi aktiva jangka

panjang lainya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya, akuntansi untuk jumlah

setelah akuisisi dalam kondisi bisnis normal ( amortisasi ) , dan akuntansi untuk

jumlah jika nilainya turun secara substansial serta terus-menerus.

2.2 Jenis-jenis Aktiva Tidak Berwujud

1. Hak paten adalah suatu hak yang diberikan kepada pihak yang

menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru agar pihak yang

menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru tersebut dapat

memanfaatkan dan mengelolanya selama jangka waktu yang telah

ditetapkan dapat selama 17 tahun. Dua jenis utama paten adalah paten

produk, yang meliputi produk fisik actual, dan paten proses, yang

mengatur proses untuk membuat suatu peroduk. Paten memberikan kepada

pemegang hak eksklusif untuk menggunakan, membuat dan menjual suatu

produk/proses selama periode 20 tahun tanpa campur tangan/pelanggaran

dari pihak lain. Amortisasi paten dapat dihitung atas dasar waktu/dasar

unit yang diproduksi dan dapat dikredit langsung ke akun paten. Cara lain

adalah mengkredit akun Akumulasi Amortisasi Paten.

3

Page 4: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud

Contoh kasus:

a. Perusahaan membeli hak paten sebesar Rp100.000.000. Masa manfaat

adalah 17 tahun dan telah dikeluarkan 7 tahun yang lalu sebelum tanggal

pembelian. Masa manfaat yang tersisa adalah 10 tahun (17 tahun–7 tahun),

maka:

Amortisasi per tahun ¿ Rp100.000.000÷10 tahun

¿ Rp10.000.000

Ayat Jurnal yang perlu dibuat pada akhir tahun:

Beban Amortisasi Rp10.000.000Paten Rp10.000.000

b. Pada awal tahun buku sebuah perusahaan mengeluarkan uang sebesar

Rp3.400.000 untuk memperoleh hak paten. Pada saat memperoleh hak

paten, perusahaan tersebut menjurnal:

Paten Rp3.400.000Kas Rp3.400.000

Perhitungan amortisasi tiap tahun:

Rp3.400.000÷17=Rp200.000

Tiap akhir tahun jurnal penyesuaian yang dibuat:

Beban Amortisasi Rp200.000Paten Rp200.000

2. Hak cipta (copy right), yaitu hak yang diberikan pemerintah kepada

perusahaan atau seseorang atas karya-karya tulisan dan seni yang

dihasilkan. Hak cipta tidak dapat diperbarui. Masa manfaat hak cipta lebih

pendek dari umur hukumnya (umur hidup pencipta ditambah 50 tahun).

3. Merek Dagang  dan Nama Dagang adalah suatu kata, frase atau symbol

yang membedakan/mengidentifikasikan suatu perusahaan/produk tertentu.

Umur merek dagang, nama dagang/nama perusahaan dapat tak terbatas

namun biaya harus diamortisasikan selama periode yang mendapatkan

manfaat yang tidak melebihi 40 tahun.

4. Leasehold adalah suatu persetujuan kontraktual antara lessor (pemilik

property) dan lesse (penyewa property) yang memberikan hak kepada

4

Page 5: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud

lesse untuk menggunakan property tertentu yang dimiliki oleh lessor,

selama periode waktu tertentu sebagai imbalan atas pembayaran kas yang

telah ditetapkan dan pada umumnya secara periodic. Masalah khusus

muncul pada situasi berikut:

a. Pembayaran di muka Lease

b. Pengembangan Leasehold

c. Lease modal.

5. Waralaba dan Lisensi. Waralaba (Franchise) adalah penjanjian kontraktual

di mana pemilik waralaba member/ikan hak kepada pemegang waralaba

untuk menjual produk/jasa tertentu, untuk mnggunakan merek

dagang/nama dagang tertentu/melakukan fungsi–fungsi tertentu biasanya

di daerah geografis yang telah ditentukan. Lisensi adalah hak

pengeperasian diperoleh melalui perjanjian dengan unit/lembaga

pemerintah. Biaya waralaba/lisensi denagn umur yang terbatas harus

diamortisasikan selama periode tidak melebihi 40 tahun.

6. Goodwill timbul karena adanya penggabungan usaha satu perusahaan

dengan perusahaan lainnya dalam satu kesatuan usaha yang baru. Tugas

pertama auditor dalam audit terhadap goodwill adalah menumukan

bagaimana jumlah goodwill mula-mula ditetapkan didalam akun goodwill.

Contoh kasus:

a. Goodwill (di Amerika Serikat) dapat diamortisasi pada periode tidak

lebih dari 40 tahun. Misalnya, goodwill senilai Rp 4.800.000, dibeli

tanggal 5 Januari, bulan pertama tahun fiskal. Diputuskan untuk

diamortisasikan dalam jangka maksimal yang diizinkan.

Amortisasi tiap tahun = Rp 4.800.000 : 40

= Rp 120.000

Jurnal penyesuaian:

Beban Amortisasi Rp120.000

Goodwill Rp 120.000

5

Page 6: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud

2.3 Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Aktiva Tidak

Berwujud Di Neraca

Sebelum membahas pengyajian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud,

perlu diketahui terlebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia

dalam penyajian aktiva tidak berwujud di neraca berikut ini :

1. Aktiva tidak berwujud harus disajikan terpisah dalam neraca

2. Jikamungkin, aktiva tidak berwujud yang mempunyai umur ekonomis

yang terbatas harus disajikan terpisah dari aktiva tidak berwujud yang

mempunyai umur ekonomis tidak terbatas.

3. Dasar penilaian aktiva tidak berwujud harus disebutkan, dan metode

amortisasinya harus dijelaskan dalam laporan keuangan.

2.4 Tujuan Pengujian Subtantif Terhadap Aktiva Tidak Berwujud

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang

bersangkutan dengan aktiva tidak berwujud.

2. Membuktikan keberadaan aktiva tidak berwujud dan keterjadian transaksi

yang berkaitan dengan aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca.

3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tidak berwujud yang

dicantumkan di neraca.

4. Membuktikan kewajaran penilaian aktiva tidak berwujud yang

dicantumkan di neraca.

5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tidak

berwujud di neraca.

6

Page 7: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud

2.5 Program Pengujian Subtantif Terhadap Aktiva Tidak Berwujud

Program pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud berisi prosedur

audit yang dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraiakan di

atas.

2.5.1 Prosedur Audit Awal

Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan saldo aktiva tidak

berwujud dengan cara membuktikan apakah aktiva tidak berwujud yang

dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang diselenggarakan

dengan mekanisme akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh karna itu auditor

melakukan prosedur audit berikut ini:

1. Auditor mengusut saldo aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di

neraca ke dalam akun aktiva tidak berwujud yang diselenggarakan di

dalam buku besar.

2. Membuktikan ketelitian penghitungan saldo akun Aktiva Tidak Berwujud

di dalam buku besar.

3. Lakukan mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun

aktiva tidak berwujud dan akumulasi amortisasinya

4. Mengusut saldo awal akun Aktiva Tidak Berwujud dan Akumulasi

Amortisasi ke kertas kerja tahun yang lalu.

5. Membuktikan sumber pendebitan dan pengkreditan akun aktiva tidak

berwujud di dalam buku besar ke dalam register bukti kas keluar dan

jurnal umum.

7

Page 8: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud

2.5.2 Prosedur analitik

Ratio berikut ini seringkali digunakan oleh auditor dalam pengujian

analitik terhadap aktiva tidak berwujud:

Ratio formula

Tingkat perputaran aktiva tidak berwujud

hasil penjualanbersih÷

rerata saldo aktiva tidak berwujudRatio laba bersih dengan aktiva

tidak berwujudhasil penjualanbersih

÷rerata saldo aktiva tidak berwujud

Ratio aktiva tidak berwujud dengan total aktiva

aktiva tidak berwujud÷

Total aktiva

2.5.3 Pengujian terhadap transaksi rinci

Dalam pengujian transaksi rinci, auditor memeriksa bukti pendukung

pencatatan transaksi pemerolehan dan amortisasi aktiva tidak berwujud. Auditor

juga meminta informasi dari klien mengenai manfaat aktiva tidak berwujud di

masa yang akan datang dalam memverifikasi eksistensi aktiva tidak berwujud.

Dalam pengujian atas akun rinci, auditor melakukan: mempelajari notulen rapat

direksi, perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan dokumen lain yang

membuktikan eksistensi aktiva tidak berwujud, meminta informasi dari klien atau

sumber lain mengenai manfaat aktiva berwujud bagi klien di masa yang akan

datang, melakukan inspeksi dan pemeriksaan atas surat perjanjian, surat izin dari

pemerintah, dan dokumen yang menunjukkan hak pemilikan klien atas aktiva

tidak berwujud. Aktiva tidak berwujud disajikan di neraca pada nilainya yang

merupakan selisih cost dikurangi dengan amortisasi aktiva tidak berwujud. Untuk

memverifikasi penilaian aktiva tidak berwujud, auditor melakukan verifikasi atas

dokumen yang mendukung transaksi pemerolehan dan transaksi amortisasi aktiva

tidak berwujud.

8

Page 9: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud

Dasar yang seharusnya dipakai untuk menentukan kos aktiva tidak

berwujud:

Jenis Aktiva tidak Berwujud Dasar Penentuan Kos

Paten Harga beli paten, biaya pengadilan untuk

mempertahankan tuntutan paten di pengadilan

(biaya pengembangan paten yang dilakukan

oleh perusahaan umumnya dibebankan

sebagai biaya pada tahun terjadinya).

Hak cipta Pengeluaran untuk pendaftaran hak cipta,

biaya penasihat hokum (seperti halnya dengan

paten, biaya riset untuk mendapatkan hak

cipta umumnya dibebankan sebagai biaya

tahun terjadinya).

Nama dan Merk dagang Pengeluaran untuk penasihat hukum, biaya

pendaftaran, dan biaya lain yang langsung

bersangkutan dengan perolehannya.

Franchise Biaya franchise, termasuk di dalamnya biaya

penasihat hukum

2.5.4 Pengujian terhadap saldo akun rinci

1. Pelajari notulen rapat direksi, perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan

dokumen lain yang membuktikan eksistensi aktiva tidak berwujud.

2. Mintalah informasi dari klien atau sumber lain mengenai manfaat aktiva

tidak berwujud bagi klien di masa yang akan dating.

3. Lakukan inspeksi dan pemeriksaan terhadap surat perjanjian, surat izin

dari pemerintah, dan dokumen yang menunjukan hak dan pemilikan klien

atas aktiva tidak berwujud.

4. Penyajian dari aktiva tidak berwujud dineraca.

9

Page 10: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud

5. Periksa klasifikasi aktiva tidak berwujud berdasarkan manfaat

ekonomisnya.

6. Periksa penjelasan yang bersangkutan dengan aktiva tidak berwujud.

10

Page 11: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengujian substantif atas aktiva tidak berwujud ditujukan untuk: (1)

memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan

dengan aktiva tidak berwujud, (2) membuktikan keberadaan aktiva tidak berwujud

dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tidak berwujud yang

dicantumkan di neraca, (3) membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tidak

berwujud yang dicantumkan di neraca, (4) membuktikan kewajaran penilaian

aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca, (5) membuktikan kewajaran

penyajian dan pengungkapan aktiva tidak berwujud di neraca.

Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan saldo aktiva

tidak berwujud dengan cara membuktikan apakah aktiva tidak berwujud yang

dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang diselenggarakan

dengan mekanisme akuntansi yang dapat dipercaya. Untuk itu auditor mengusut

saldo aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca ke di dalam akun aktiva

tidak berwujud yang diselenggarakan di dalam buku besar, membuktikan

ketelitian penghitungan saldo akun Aktiva Tidak Berwujud di dalam buku besar,

mengusut saldo awal akun Aktiva Tidak Berwujud dan Akumulasi Amortisasi ke

kertas kerja tahun yang lalu, membuktikan sumber pendebitan dan pengkreditan

akun aktiva tidak berwujud di dalam buku besar ke dalam register bukti kas keluar

dan jurnal umum.

Dalam prosedur analitik, auditor menghitung berbagai ratio, yaitu tingkat

perputaran aktiva tidak berwujud, ratio laba bersih dengan aktiva tidak berwujud,

ratio aktiva tidak berwujud dengan total aktiva, kemudian dibandingkan dengan

harapan auditor, misalnya ratio tahun yang lalu, rerata ratio industri, atau ratio

yang dianggarkan. Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan

peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha,

fluktuasi acak atau salah saji.

11

Page 12: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian subtantif terhadap aktiva tidak berwujud

Dalam pengujian transaksi rinci, auditor memeriksa bukti pendukung

pencatatan transaksi pemerolehan dan amortisasi aktiva tidak berwujud. Auditor

juga meminta informasi dari klien mengenai manfaat aktiva tidak berwujud di

masa yang akan datang dalam memverifikasi eksistensi aktiva tidak berwujud.

Dalam pengujian atas akun rinci, auditor melakukan: mempelajari notulen

rapat direksi, perjanjian, surat izin dari pemerintah, dan dokumen lain yang

membuktikan eksistensi aktiva tidak berwujud, meminta informasi dari klien atau

sumber lain mengenai manfaat aktiva berwujud bagi klien di masa yang akan

datang, melakukan inspeksi dan pemeriksaan atas surat perjanjian, surat izin dari

pemerintah, dan dokumen yang menunjukkan hak pemilikan klien atas aktiva

tidak berwujud. Aktiva tidak berwujud disajikan di neraca pada nilainya yang

merupakan selisih cost dikurangi dengan amortisasi aktiva tidak berwujud. Untuk

memverifikasi penilaian aktiva tidak berwujud, auditor melakukan verifikasi atas

dokumen yang mendukung transaksi pemerolehan dan transaksi amortisasi aktiva

tidak berwujud.

3.2 Saran

1. Bagi pemakalah selanjutnya disarankan untuk;

a. Menggunakan referensi buku ataupun jurnal-jurnal yang lebih banyak

tentang pengujian substantif terhadap aktiva tidak berwujud.

12