makalah aseptik.doc
TRANSCRIPT
\MAKALAH
ILMU KEPERAWATAN DASAR III
TENTANG
MENGAPLIKASIKAN TEKNIK ASEPTIK
DALAM PERAKTIK KEPERAWATAN
STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTO
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Mengaplikasikan Teknik Aseptik Dalam Praktik Keperawatan
Disusun Oleh:
1. Dwi Abdul Rohman
2. Moh. Ahsanul M.
3. Zainal Abidin
Disahkan di Mojokerto pada:
Hari :………………….
Tanggal :………………….
Mojokerto, 1 Maret 2012
Dosen Pembimbing
Nuris Khushayati, S.Kep. Ns
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu mengaplikasikan
teknik aseptik dalam peraktik keperawatan yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai
sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang mengaplikasikan teknik aseptik dalam peraktik
keperawatan. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki
detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon
untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Mojokerto, 1 Maret 2012
Penulis
3
DAFTAR ISI
Judul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Halaman Pengesahan ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i i
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i i i
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.2 Rumusan masalah ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.3 Tujuan dan manfaat .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
BAB 2 : TINJAUAN TEORI
2.1 Perspektif Keperawata Keluarga ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
A. Definisi Keluarga ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
B. Tipe Keluarga ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
C. Fungsi Keluarga ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
D. Dimensi Dasar Struktur Keluarga ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
E. Peran Perawat Keluarga ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
2.2 Perspektif Keperawatan Komunitas ................................................................. 18
A. Falsafah ...................................................................................................... 18
B. Pengertian ........................................................................................................ 19
C. Ilmu Keperawatan ................................................................................ 19
BAB 3 : PENUTUP 24
DAFTAR PUSTAKA 25
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antisepsis adalah cara dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan
bebas kuman patogen. Tindakan ini bertujuaan mencegah terjadinya infeksi dengan
membunuh kuman patogen. Obat-obat anti¬septik, misalnya lisol atau kreolin,
adalah zat kimia yang dapat membunuh kuman penyakit merupakan syarat mutlak
dalam tindak bedah.
Hal-hal yang melatar belakangi pembuatan makalah ini adalah :
1. Ingin lebih mengetahui tentang tentang teknik-teknik aseptik dalam keperawatan
2. Penulis ingin memperluas Model tentang teknik-teknik aseptik dalam
keperawatan
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa itu asepsis?
2. Apa itu antisepsis?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat penulis membuat makalah tentang tentang perspektif
keperawatan keluarga dan komunitas adalah :
1. Penulis dapat menjelaskan desinfeksi.
2. Penulis dapat menjelaskan dekontaminasi
3. Penulis dapat menjelaskan tentang penjelasan yang sebenarnya.
Demikian, tujuan dan manfaat yang dapat disebutkan oleh penulis.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Asepsis dan Antisepsis
Asepsis adalah prinsip bedah untuk mempertahankan keadaan bebas kuman.
Keadaan asepsis .
Antisepsis adalah cara dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan bebas
kuman patogen. Tindakan ini bertujuaan mencegah terjadinya infeksi dengan
membunuh kuman patogen. Obat-obat antiseptik, misalnya lisol atau kreolin, adalah zat
kimia yang dapat membunuh kuman penyakit merupakan syarat mutlak dalam tindak
bedah. Asepsis ada 2 macam:
1. Asepsis medis
Tehnik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme.
ex: mencuci tangan,mengganti linen tempat tidur, dan menggunakan cangkir untuk obat.
2. Asepsis bedah
Teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh
mikroorganisme dari suatu daerah.
Prinsip-Prinsip Tindakan Asepsis Yang Umum
Semua benda yang menyentuh kulit yang merekah atau dimasukkan ke dalam kulit
untuk menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh, atau yang dimasukkan ke dalam
rongga badan yang dianggap steril, haruslah steril.
Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril.
Peganglah objek-objek yang steril, setinggi atas pinggang dengan demikian objek-
objek itu selalu akan terlihat jelas dan ini mencegah terjadinya kontaminasi diluar
pengawasan.
Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek yang steril
6
Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau kertas yang sudah
steril.
Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung pembungkusnya
tidak mengarah pada si petugas.
Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan objek yang tidak
steril.
Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep dipegang sehingga
cairan desinfektan menyentuh bagian yang steril, maka forcep itu sudah tercemar.
2.2 Sumber Infeksi
1. Udara
Udara merupakan sumber kuman, karena debu yang halus di udara
mengandung sejumlah mikroba yang dapat menempel pada alat bedah, permukaan kulit,
maupun alat lain di ruang pembedahan. Untuk tetap dapat hidup, bakteri membutuhkan
kondisi lingkungan tertentu seperti suhu, kelembaban, ada atau tidak adanya oksigen,
bahan nutrisi tertentu, dan udara.
Umumnya bakteri tumbuh subur pada suhu yang sama dengan suhu tubuh
manusia. Bakteri akan berbiak cepat pada suhu antara 20° sampai 37° C. Suasana yang
lembab merupakan kondisi yang baik buat pertumbuhan dan reproduksi bakteri tetapi
bakteri tertentu dapat pula tumbuh pada nanah yang mengering, ludah, atau darah
setelah waktu lama.
Bakteri anaerob umumnya berasal dari usus dan dapat hidup tanpa oksigen,
tetapi bakteri aerob memerlukan oksigen, dan bakteri yang disebut fakultatif
aerob¬anaerob dapat hidup dalam keadaan tanpa atau ada oksigen.
2. Alat dan pembedah
Mikroba atau bakteri dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain melalui
perantara. Pembawa kuman ini dapat berupa hewan misalnya serangga, manusia, atau
benda yang terkontaminasi seperti alat atau instrumen bedah. Jadi dalam hal ini, alat
7
bedah, personil, dan dokter pembedah merupakan pembawa yang potensial untuk
memindahkan bakteri.
3. Kulit penderita
Ada dua macam mikroorganisme yang tinggal pada kulit manusia. Flora
komensal misalnya Staphylococcus epidermis yang pada keadaan normal terdapat di
kulit dan tidak patogen sampai kulit terluka. Flora transien yang dipindahkan ke kulit
penderita melalui sumber pencemaran, misalnya S.aureus yang bersifat patogen dan
dapat menyebabkan infeksi yang mengancam hidup bila masuk lewat luka operasi. Kulit
penderita merupakan salah satu sumber bakteri, terutama karena penderita dibawa
masuk ke tempat pembedahan dari luar kadang tanpa persiapan terlebih dahulu.
4. Visera
Usus, terutama usus besar, merupakan sumber bakteria yang dapat muncul ke luka
operasi melalui hubungan langsung yaitu melalui lubang anus atau melalui pembedahan
pada usus. Bakteria yang berada di usus dalam keadaan fisiologik umumnya adalah
bakteria komensal, tetapi dapat menjadi patogen melalui luka pembedahan.
5. Darah
Darah penderita infeksi atau sepsis mengandung virus atau bakteria patogen sehingga
penyakit mudah ditularkan bila alat bedah yang digunakan pada penderita demikian
digunakan untuk penderita lain tanpa disucihamakan terlebih dahulu.
2.4 Desinfeksi
Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh kebanyakan kebanyakan
organisme patogen pada benda atau instrumen dengan menggunakan campuran zat
kimia cair.
Hasil proses desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
• Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda.
• Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba.
• Pembersihan/dekontaminasi benda sbelumnya.
• Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan
• Struktur fisik benda
8
• Suhu dan PH dari proses desinfeksi
Terdapat 3 tingkat desinfeksi:
1. Desinfeksi tingkat tinggi yaitu membunuh semua organisme dengan
perkecualian spora bakteri.
2. Desinfeksi tingkat sedang yakni membunuh bakteri kebanyakan jamur kecuali
spora bakteri.
3. Desinfeksi tingkat rendah yaitu membunuh kebanyakan bakteri beberapa virus
dan beberapa jamur tetapi tidak dapat membunuh mikroorganisme yang resisten
seperti basil tuberkel dan spora bakteri.
Kriteria desinfeksi yang ideal:
Bekerja denga`n cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan
kelembaban
Tidak toksik pada hewan dan manusia
Tidak bersifat korosif
Tidak berwarna dan meninggalkan noda
Tidak berbau/ baunya disenangi
Bersifat biodegradable/ mudah diurai
Larutan stabil
Mudah digunakan dan ekonomis
Aktivitas berspektrum luas
Tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi adalah:
Mencegah terjadinya infeksi
Mencegah makanan menjadi rusak
Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan
biakan murni.
Beberapa cara melakukan disinfeksi atau menghilangkan kuman sebagai berikut :
1. Memanaskan atau memaksa air
9
Pasteurisasi pada air yang akan dikonsumsi dapat dilakukan dengan jalan memanaskan
air pada temperatur 55ºC – 60ºC selama sepuluh menit. Hal tersebut akan mematikan
sebagian besar patogen yang ada dalam air. Walaupun demikian cara ini tidak efektif,
sebab kita hampir tidak mungkin setiap saat dapat memantau air yang kita panaskan
apa sudah berada dalam temperatur pasteurisasi tersebut atau belum.
Cara lain yang lebih efektif dan telah sering kita lakukan adalah memasak atau
merebus air yang akan kita konsumsi hingga mendidih.
Cara ini sangat efektif untuk mematikan semua patogen yang ada dalam air
seperti virus, bakteri, spora, fungi dan protozoa. Lama waktu air mendidih yang
dibutuhkan adalah berkisar 5 menit, namun lebih lama lagi waktunya akan lebih baik,
direkomendasikan selama 20 menit.
Walaupun mudah dan sering kita gunakan, kendala utama dalam memasak air hingga
mendidih ini adalah bahan bakar, baik itu kayu bakar, briket batubara, minyak tanah,
gas elpiji ataupun bahan bakar lainnya.
2. Radiasi dan Pemanasan Dengan Menggunakan Sinar Matahari
Proses radiasi ultra violet dan pemanasan air dengan menggunakan sinar matahari
ini dapat dilakukan dengan bantuan wadah logam ataupun botol transparan. BOTOL
transparan yang digunakan umumnya adalah botol plastik. kaca dapat digunakan tetapi
memiliki kelemahan mudah pecah, lebih berat dan membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk pemanasan. Oleh karena itu gunakanllah botol kaca yang dapat ditembus
oleh sinar ultra violat.
Untuk mengantisipasi bahaya dari pemakaian plastik, sebaiknya gunakan botol
plastik dengan nomor logo daur ulang 1 atau PETE/PET (polyethylene terephthalate),
atau lebih baik lagi bila anda memiliki botol bernomor 5 atau PP (polypropylene).
Keterangan lebih lanjut mengenai jenis plastik tersebut dapat anda lihat nomer plastik.
10
Untuk mempercepat proses radiasi dan pemanasan botol transparan tersebut
dicat hitam pada salah satu sisinya (50% dari permukaann botol) atau diletakkan pada
permukaan media yang berwarna gelap yang dapat mengumpulkan dan menimbulkan
radiasi panas.
Pada kondisi demikian, setelah diletakkan selama beberapa jam (5-6 jam untuk
keadaan cerah) air di dalam botol tersebut akan dapat mencapai 55ºC (mencapai suhu
pasteurisasi) sehingga patogen yang ada dalam air dapat dieliminir.
Untuk hasil yang lebih baik lagi, sebelum dijemur lakukan proses aerasi
dengan mengocok botol terlebih dahulu setelah itu botol diletakkan pada permukaan
metal seperti atap seng.
3. Air Perasan Jeruk Nipis
Cara ini efektif untuk mengatasi virus kolera. Dengan menambahkan air jeruk
nipis hingga mencapai 1-5% dari air yang hendak dikonsumsi dapat menurunkan pH air
di bawah 4,5. Pada tahap ini virus kolera dapat dikurangi hingga hampir 100%. Selain
itu dari hasil penelitian, pertumbuhan virus kolera pada nasi dapat ditahan dengan
menggunakan air jeruk nipis pada saat dimasak.
Kelemahan dari cara ini adalah bila campuran air perasan jeruk nipis terlalu banyak
akan dapat merubah rasa air.
11
2.5 Dekontaminasi
Dekontaminasi aritnya adalah membuang semua material yang tampak
(debu,kotoran) pada benda,lingkungan,permukaan kulit dengan menggunakan
sabun, air dan gesekan. Yang dilakukan sebelum cleaning , Langka pertama dalam
menangani benda tercemar , merendam dalam larutan klorin 0,5% - 10 menit.
Tujuan prosedur dekontaminasi:
1. Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui peralatan pasien atau permukaan
lingkungan.
2. Untuk membuang kotoran yang tampak.
3. Untuk membuang kotoran yang tidak terlihat (Mikroorganisme).
4. Untuk menyiapkan semua permukaan untuk kontak langsung dengan alat
pensteril atau desinfektan.
5. Untuk melindungi personal dan pasien.
6. Melindungi petugas yang menangani instrumen.
7. Meminimalkan risiko penularan virus.
8. Menonaktifkan HBV , HCV , dan HIV.
Tips Dekontaminasi
Gunakan APD sebelum bekerja
Gunakan wadah plastik
Mencegah tumpul
Mencegah karat
Jangan merendam instrumen logam
Cuci instrumen segera setelah didekontaminasi dengan air dingin
Cuci Tangan
Mencuci tangan dilakukan dengan air mengalir dan dianjurkan teknik Fuerbringer
Handuk harus dilepaskan jatuh segera setelah menyentuh siku.
12
1. Teknik tanpa singgung
Dalam teknik asepsis digunakan teknik tanpa singgung yang bertujuan
mengusahakan agar benda steril yang akan dipakai sewaktu pembedahan tidak langsung
bersinggungan dengan kulit tangan pemakai. Terlebih dahulu dikenakan masker dan
tutup kepala. Teknik tanpa singgung ini harus diterapkan dalam tindakan mengeringkan
tangan dan lengan, memasang gaun bedah, mengambil dan memakai sarung tangan,
memasangkan gaun bedah untuk orang lain, memasang dan melepas sarung tangan,
membuka bungkusan kain dan instrumen, menyerahkan set instrumen, melakukan
desinfeksi kulit penderita.
Prinsip cuci tangan
A. Cara memegang sikat dan sabun,
B. Sikat tangan secara sistematik; satu per satu jari dicuci,
C. Sikat kuku
D. Tutup kran dengan siku; tangan dikeringkan dengan kain handuk steril, yang
dijatuhkan segera sete¬lah menyentuh siku
E. Tangan harus selalu lebih tinggi daripada siku.
Teknik tanpa singgung untuk mengeringkan tangan dan lengan
A. Mengambil handuk,
B. Keringkan tangan,
C. Keringkan pergelangan tangan,
D. Lengan bawah,
E. Siku,
F. Handuk langsung dijatuhkan, sebab dikontaminasi oleh siku.
13
4.6 Sterilisasi s
Defenisi Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu tindakan atau kegiatan untuk membinasakan atau
membunuh berbagai bentuk mikroorganisme secara lengkap berupa bakteri, virus jamur
maupun spora pada benda yang didekontaminasi. Penanganan sterilisasi dalam suatu
rumah sakit merupakan kegiatan yang perlu dilakukan baik pada ruangan seperti ruang
bedah, terhadap alat kesehatan, alat kedokteran, alat rumah tangga, sehingga dapat
mencegah terjadinya infeksi nosokomial di pasien yang menjalani perawatan dirumah
sakit. Infeksi nosokomial dapat ditularkan baik melalui alat rumah sakit maupun secara
langsung dari tenaga kesehatan atau kelurga pasien yang berkunjung kerumah sakit.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Uap bertekanan tinggi (Autoklaf)
Pemanasan kring (oven)
Kimiawi
Fisik radiasi
Tujuan Sterilisasi
Memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk
spora, yang mungkin telah ada pada peralatan kedokteran dan perawatan yang dipakai.
Hal-Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Memilih Metode Sterilisasi
Sifat bahan yang akan disterilkan
Metode yang paling mudah, murah namun cukup efektif.
Bila terdapat beberapa fasilitas untuk melakukan sterilisasi, haruslah dipilih cara
yang baik
14
Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara:
1. Sterilisasi dengan pemanasan kering
a. Pemijaran/flambir
Cara ini dipakai langsung, cara ini sederhana, cepat dan dapat menjamin
sterilisasinya,hanya penggunaannya terbatas pada beberapa alat saja, misalnya:
- Benda-benda dari logam (instrument)
- Benda-benda dari kaca.
- Benda-benda dari porselen.
Caranya:
Siapkan : - Bahan yang disterilkan
- Waskom besar yang bersih
- Brand spritus
- Korek api.
Kemudian brand spritus dituangkan secukupnya ke dalam waskom tersebut. Selanjutnya
dinyalakan dengan api.
Alat-alat instrumen dimasukkan ke dalam nyala api.
b. Dengan cara udara panas kering
Cara ini pada dasarnya adalah merupakan suatu proses oksidasi, cara ini memerlukan
suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sterilisasi pemanasan basah.
Adapun alat yang dapat dilakukan dengan cara ini:
- Benda-benda dari logam.
- Zat-zat seperti bubuk, talk,vaselin,dan kaca.
Caranya :
- Alat bahan harus dicuci, sikat dan desinfeksi terlebih dahulu
- Dikeringkan dengan lap dan diset menurut kegunaannya
- Berilah indikator pada setiap set
- Bila menggunakan pembungkus, dapat memakai kertas aluminium foil.
15
- Oven harus dipanaskan dahulu sampai temperatur yang diperlukan.
- Kemudian alat dimasukkan dan diperhatikan derajat pemanasannya.
2. Sterilisasi dengan pemanasan basah.
Ada beberapa cara :
a) Dimasak dalam air biasa.
Suhu tertinggi 100 ºC, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat dibinasakan tetapi
bentuk yang spora masih bertahan. Oleh karna itu agar efektif membunuh spora maka
dapat ditambahkan natrium nitrat 1% dan phenol 5%.
Caranya :
- Alat atau bahan instrumen dicuci bersih dari sisa-sisa darah, nanah atau kotoran lain.
- Kemudian dimasukkan langsung ke dalam air mendidih.
- Tambahkan nitrit 1% dan phenol 5%, agar bentuk sporanya mati
- Waktu pensterilan 30-60 menit (menurut pharmacope –Rusia).
- Seluruh permukaan harus terendam.
b) Dengan uap air.
Cara ini cukup efektif dna sangat sederhana. Dapat dipakai dengan dandang yang
bagiannya diberi lubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir bagian alat yang akan
disterilkan.waktu sterilisasi 30 menit.
Caranya :
- Alat-alat yang akan disterilkan: dicuci, dibersihkan, disikat serta didesinfeksi.
- Kemudian dibungkus dan dimasukkan dalam dandang
c) Sterilisasi dengan uap air bertekanan tinggi.
Jenis sterilisasi dengan cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan dalam
setiap rumah sakit.menggunakan alat yang disebut autoclave.
Caranya :
- Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan dicuci, disikat, dan didesinfeksi.
- Kemudian diset menurut penggunaannya dan diberi indikator.
- Kemudian dibungkus kain/kertas.
- Masukkan alat/bahan yang telah dibungkus ke dalam autoclave.
3.Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia
16
Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan kering. Cara
ini dipergunakan pada bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan atau cara lain tidak
bisa dilaksanakan karena keadaan.
Contoh zat kimia : Formaldehyda, hibitane, Cidex.
4. Sterilisasi dengan radiasi.
Radiasi ultraviolet
Karena disemua tempat itu terdapat kuman2x, maka dilakukan sterilisasi udara dan
biasanya dilakukan di tempat-tempat khusus.
Misalnya: di kamar operasi, kamar isolasi, dsb. udaranya harus steril.Hal ini dapat
dilakukan dengan sterilisasi udara (air sterilization) yang memakai radiasi ultraviolet.
5. Sterilisasi dengan filtrasi
Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan. Filtrasi udara
disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air).
Tujuannya :
Filtrasi cairan secara luas hanya digunakan dalam produksi obat-obatan atau pada
sistem irigasi dalam ruang operasi, maupun dalam perawatan medik lainnya yang
membutuhkan adanya cairan steril.
Jenis filternya yang penting ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis kuman. Pori-
pori filter ukurannya minimal 0,22 micron.
17
BAB III
PENUTUP
1. KRITIK DAN SARAN
Bagi para pembaca dan rekan-rekan yang lainnya, jika ingin menambah wawasan
dan ingin mengetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar
lebih membaca buku-buku ilmiah dan buku-buku lainnya yang berkaitan dengan judul
“Mengaplikasikan Teknik Aseptik Dalam Praktik Keperawatan”.
Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan
dan kesempurnaan Makalah kami.
Jadikanlah makalah ini sebagai sarana yang dapat mendorong para mahasiswa
berfikir aktif dan kreatif.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://andaners.wordpress.com/2009/04/27/konsep-keperawatan-keluarga/
www.askep.net/pdf/perspektif-keperawatan-keluarga.html
Mubarak, wahid iqbal,SKM.2005. Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jakarta:
CV. Sagung Seto
www.infokeperawatan.com/id/keperawatan-keluarga-perspektif.\tml
19