makalah a.islam

Upload: hellositty

Post on 08-Jan-2016

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

agama

TRANSCRIPT

UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL

DAFTAR ISIHalaman HALAMAN JUDULDAFTAR ISI..........................................................................................................1BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang..........................................................................31.2. Perumusan Masalah..................................................................41.3. Tujuan Penulisan.......................................................................4BAB IIPEMBAHASAN2.1. Etika2.1.1. Pengertian Etika..............................................................52.1.2. Macam-macam Etika......................................................62.1.3. Peranan atau Fungsi Etika...............................................82.1.4. Penerapan Etika...............................................................82.2. Moral2.2.1. Pengertian Moral...........................................................132.2.2. Perbedaan Antara Etika dan Moral...............................152.3. Akhlak2.3.1. Pengertian Akhlak........................................................162.3.2. Macam-macam Akhlak................................................19BAB IIIKESIMPULAN 3.1. Kesimpulan.............................................................................293.2. Saran.......................................................................................30DAFTAR PUSTAKA

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangSejarah agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. akhlak atau moral atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.Atas dasar uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas akhlak yang baik dan perbedaan etika, moral dan akhlak dengan mengangkat judul Etika, Moral dan Akhlak Dalam Islam.

1.2. Perumusan MasalahPerumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :1. Pengertian, pembagian dan peranan Etika ?2. Pengertian Moral ?3. Perbedaan antara Etika dan Moral ?4. Pengertian dan macam-macam Akhlak ?

1.3. Tujuan PenulisanTujuan utama dari penulisan ini adalah sebagai berikut:1. Untuk mengetahui pengertian, pembagian dan peranan Etika.2. Untuk mengetahui pengertian Moral.3. Untuk mengetahui perbedaan antara Etika dan Moral.4. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam dari Akhlak.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Etika2.1.1. Pengertian EtikaEtika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tentang kebaikan dan keburukan, yang menyangkut perikehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.Selain itu, etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu. Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat. Oleh karena itu, yang menjadi standar baik dan buruk adalah akal manusia.Dari segi etimologis, etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak(moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama, etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua yaitu objektivisme dan subjektivisme.1. ObjektivismeBerpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat objektif, terletak pada substansi tindakan itu sendiri. Paham ini melahirkan apa yang disebut paham rasionalisme dalam etika. Suatu tindakan disebut baik, kata faham ini, bukan karena kita senang melakukannya, atau karena sejalan dengan kehendak masyarakat, melainkan semata keputusan rasionalisme universal yang mendesak kita untuk berbuat begitu.2. SubyektivismeBerpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan dengan kehendak atau pertimbangan subjek tertentu. Subjek disini bisa saja berupa subjektifisme kolektif, yaitu masyarakat, atau bisa saja subjek Tuhan.

2.1.2. Macam-macam EtikaEtika terbagi menjadi dua macam, yaitu:1. Etika DeskriptifEtika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.

2. Etika NormatifEtika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari hari.Etika dalam keseharian sering dipandang sama dengan etiket, padahal sebenarnya etika dan etiket merupakan dua hal yang berbeda. Dimana etiket adalah suatu perbuatan yang harus dilakukan. Sementara etika sendiri menegaskan bahwa suatu perbuatan boleh atau tidak dilakukan. Etiket juga terbatas pada pergaulan. Di sisi yang lain etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang lain. Etiket itu sendiri bernilai relative atau tidak sama antara satu orang dengan orang lain. Sementara itu etika bernilai absolute atau tidak tergantung dengan apapun. Etiket memandang manusia dipandang dari segi lahiriah. Sementara itu etika manusia secara utuh.Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.2.1.3. Peranan atau Fungsi EtikaEtika memiliki peranan atau fungsi diantaranya, yaitu:1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia.2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa.3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi sekarang.4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitas kemahasiswaanya.5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika kita bisa dipandang sebagai orang baik di dalam masyarakat.

2.1.4. Penerapan EtikaPenerapan etika dalam kehidupan sehari-hari meliputi:1. Etika Bergaul dengan Orang Laina) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat atau jelek.b) Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlak mereka, lalu bergaulah dengan mereka, masing-masing menurut apa yang sepantasnya.c) Bersikap manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada mereka sesuai dengan kemampuan akal mereka.d) Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai mereka.e) Memaafkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari kesalahan-kesalahannya, dan tahanlah rasa benci terhadap mereka.

2. Etika Bertamua) Untuk orang yang mengundang, yaitu: Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan mengabaikan orang-orang fakir. Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini bertentangan dengan kewibawaan. Jangan kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu, tetapi tampakkanlah kegembiraan dengan kahadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah. Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena yang demikian itu berarti menghormatinya. Disunahkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini menunjukkan penerimaan tamu yang baik dan penuh perhatian.

b) Untuk orang yang bertamu, yaitu: Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir dengan undangan orang yang kaya, karena tidak memenuhi undangan orang faqir itu merupakan pukulan (cambuk) terhadap perasaannya. Jangan tidak hadir sekalipun karena sedang berpuasa, tetapi hadirlah pada waktunya. Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk tinggal lebih dari itu. Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurangan apa saja yang terjadi pada tuan rumah.

3. Etika di Jalana) Berjalan dengan sikap wajar dan tawadhu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain karena takabur.b) Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan.c) Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang karenanya seseorang bisa masuk surga.d) Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal.

4. Etika Makan dan Minuma) Berupaya untuk mencari makanan yang halal.b) Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor, dan begitu juga setelah makan untuk menghilangkan bekas makanan yang ada di tanganmu.c) Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan jangan sekali-kali mencelanya.d) Hendaknya jangan makan sambil bersandar atau dalam keadaan menyungkur.e) Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca Bismillah dan diakhiri dengan Alhamdulillah.f) Tidak berlebih-lebihan di dalam makan dan minum.

5. Etika Berbicaraa) Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan..b) Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekalipun kamu berada di pihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda.c) Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.d) Menghindari perkataan jorok(keji).

6. Etika Bertetanggaa) Menghormati tetangga dan berperilaku baik terhadap mereka.b) Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat mereka tertutup dari sinar matahari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui batasnya, apakah merusak atau mengubah miliknya, karena hal tersebut menyakiti perasaannya.c) Jangan kikir untuk memberikan nasihat dan saran kepada mereka, dan seharusnya kita ajak mereka berbuat yang maqruf dan mencegah yang munkar dengan bijaksana(hikmah) dan nasihat baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.d) Hendaknya kita selalu memberikan makanan kepada tetangga kita.

7. Etika Pergaulan Suami Istria) Merayu istri dan bercanda dengannya di saat santai berduaan.b) Meletakkan tangan di kepala istri dan mendoakannya.c) Disunahkan bagi kedua mempelai melakukan shalat dua rakaat bersama, karena hal tersebut dinukil dari kaum salaf.d) Haram bagi suami-istri menyebarkan tentang rahasia hubungan keduanya.e) Hendaknya masing-masing saling bergaul dengan baik, dan melaksanakan kewajiban masing-masing terhadap yang lain.

8. Etika Menjenguk Orang Sakita) Untuk orang yang berkunjung (menjenguk), yaitu: Hendaknya tidak lama di dalam berkunjung, dan mencari waktu yang tepat untuk berkunjung, dan hendaknya tidak menyusahkan orang yang sakit, bahkan berupaya untuk menghibur dan membahagiakannya. Mendoakan semoga cepat sembuh, dibelaskasihi Allah, selamat dan disehatkan. Mengingatkan orang yang sakit untuk bersabar atas takdir Allah SWT.

b) Untuk orang yang sakit, yaitu: Hendaknya segera bertobat dan bersungguh-sungguh beramal shalih. Berbaik sangka kepada Allah, dan selalu mengingat bahwa ia sesungguhnya adalah makhluk yang lemah di antara makhluk Allah lainnya, dan bahwa sesungguhnya Allah SWT tidak membutuhkan untuk menyiksanya dan tidak membutuhkan ketaatannya. Hendaknya cepat meminta kehalalan atas kezhaliman-kezhaliman yang dilakukan olehnya, dan segera membayar/menunaikan hak-hak dan kewajiban kepada pemiliknya, dan menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.

2.2. Moral2.2.1. Pengertian MoralMoral secara etimologis, berasal dari bahasa Latin mores, kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan, atau tata susila. Dalam hal ini yang dimaksud adat kebiasaan adalah tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide umum yang diterima masyarakat, mana yang baik dan wajar. Oleh karena itu, dapat juga dikatakan moral adalah perilaku yang sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum diterima meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.Konsep moral lebih cenderung dilihat dalam perspektif sosial normatif dan ideologis. Moralitas bangsa, artinya tingkah laku umat manusia yang berada dalam suatu wilayah tertentu disuatu negara.Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengatakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat.Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.

2.2.2. Perbedaan Antara Etika dan MoralEtika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.Kesadaran moral erat pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'ad.Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis.3. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.Berdasarkan pada uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau sistem hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sistem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman.Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar.

2.3. Akhlak2.3.1. Pengertian AkhlakSedangkan ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologis(peristilahan).Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar(bentuk infinitive)dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah(perangai), at-thobi'ah(kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat(kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah(peradaban yang baik), al-din(agama) dan khuluqun yang secara etimologis bermakna tabiat, budi pekerti, adat dan kebiasaan.Bisa dari kata khalaqa sangat erat kaitannya dengan kata khaliq yang menciptakan dan makhluk yang diciptakan. Dengan demikian, manusia sebagai makhluk harus mempunyai akhlak terhadap khaliq (Tuhan), terhadap sesama manusia dan terhadap alam semesta supaya tercipta kehidupan yang harmonis.Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistik, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya.Adapun definisi akhlak secara terminologis banyak diutarakan oleh para ahli, antara lain:1. Ibnu Miskawaih(421 H/1030 M) menjelaskan bahwa akhlak adalah keadaan gerak jiwa manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.2. Imam Al-Ghazali(1015-1111 M)yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul Islam(pembela Islam), mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa yang menumbuhkan perbuatan dengan mudah dilakukan tanpa perlu berpikir lebih lama. Jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan terpuji menurut ketentuan rasio dan agama maka dinamakan akhlak baik. Tetapi manakala melahirkan tindakan buruk maka dinamakan akhlak buruk.3. Ahmad Amin, mengatakan bahwa akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Maksudnya, jika kehendak ttersebut membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu disebut akhlak.Dengan demikian, akhlak dalam islam adalah yang menentukan batas antara yang baik dan buruk, antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Yang menentukan itu baik dan buruk bersumber pada Al-Quran dan As-Sunah, sedangkan model akhlak yang harus kita contoh dan teladani adalah akhlak Rasulullah Muhammad Saw. Suri teladan yang diberikan Rasulullah selama hidup beliau merupakan contoh akhlak yang tercantum dalam Al-Quran.

Ciri-ciri perbuatan akhlak, yaitu:1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.3. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas.

2.3.2. Macam-macam AkhlakSecara garis besar, akhlak dibagi menjadi dua, yaitu Akhlak terhadap khalik (Tuhan) dan Akhlak terhadap makhluk (diri sendiri, keluarga atau orang lain, masyarakat atau bernegara, alam lingkungan yaitu alam nyata dan alam gaib).1. Akhlak kepada Allah SWTa) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahnya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.c) Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu.d) Tauhid kepada Allah, yaitu mengesakan Allah tidak menyekutukanNya dengan sesuatu. Menyekutukan Allah dengan lainnya adalah syirik dan orangnya disebut musyrik. Dosa syirik kepada Allah adalah dosa besar, bahkan dosa yang tidak terampuni.e) Takwa kepada Allah, yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Oleh sebab itu, orang yang berakhlak kepada Allah adalah orang yang paling bertakwa kepadaNya, dan orang yang bertakwalah yang paling mulia disisiNya.f) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan. Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal (ikhtiar).g) Taqarrub kepada Allah, yaitu cara mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan melaksanakan ibadah yang wajib dan ibadah sunah lainnya. Bila seorang hamba taqarrub (dekat) kepada Allah, niscaya Allah akan mencintainya.h) Taubat kepada Allah, yaitu orang yang kembali dari sesuatu (yang jelek) menuju sesuatu (yang baik). Apabila seorang muslim melakukan kesalahan dengan melanggar larangan Allah atau lupa tidak melaksanakan perintahNya maka ia berdosa, segeralah taubat.i) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.

2. Akhlak kepada Diri SendiriPengaruh akhlak terhadap Allah pada diri sendiri, yaitu:a) Wara atau penuh pertimbangan dalam bertindak. Sikap wara adalah suatu sikap selalu merasa diawasi Allah dimanapun dia berada dan tidak bergerak hatinya untuk berbuat yang sia-sia, apalagi berbuat yang melanggar hak orang lain.b) Sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.c) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.d) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.e) Optimis dan Sportif, optimis berarti percaya dan yakin bahwa hidup dan kehidupan selalu dalam lindungan Allah dan senantiasa penuh harapan dalam menempuh perjalanan hidup. Sedangkan sportif berarti bijaksana dalam setiap tindakan, sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.f) Syajaah atau berani menegakkan kebenaran. Syajaah berarti berani dengan penuh perhitungan, untuk menegakkan ketentuan dan hukum Allah, walaupun ia megetahui bahwa kebenaran itu mungkin tidak diterima keluarga dan lingkungan masyarakatnya.g) Ikhlas dan Ridho, ikhlas berarti dalam melakukan perintah Allah bukan untuk mendapatkan pahala atau takut dosa, bukan untuk dipuji orang, tetapi ia melakukan segala sesuatu karena Allah. Ridho menerima segala takdir Allah yang telah dan akan berlaku untuk dirinya, walaupun ternyata takdir itu merupakan musibah bagi dirinya.h) Zuhud, yaitu tidak dapat diperdayakan oleh godaan duniawi dan hawa nafsu, hidup sederhana dan tidak berlebihan baik menurut dirinya, lingkungan sekitar terutama ketentuan Allah, serta tidak tergolong mubazir.

3. Akhlak kepada Keluarga atau Orang LainAkhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :a) Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut.b) Mentaati perintah.c) Meringankan beban.d) Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.Akhlak pada orang lain dimulai dari keluarga, yaitu menjaga keluarga agar tidak terjerumus pada api neraka atau berbuat maksiat kepada Allah. Contoh akhlak pada orang lain, misalnya akhlak mahasiswa kepada dosen dan sebaliknya, akhlak pegawai kepada sesama pegawai, akhlak pedagang kepada pembeli, dsb. Yang penting dipahami bahwa akhlak kepada orang lainmerupakan sebuah sikap yang harus berdasar pada Al-Quran dan Sunah Rasul.

4. Akhlak kepada Masyarakat dan BernegaraHubungan baik dengan masyarakat sangat diperlukan, karena tidak ada seorangpun yang dapat hidup tanpa bantuan orang lain yaitu masyarakat. Hidup bermasyarakat merupakan fitrah manusia.Pada dasarnya, tidak ada bedanya antara tata cara pergaulan bermasyarakat sesama muslim dengan non muslim. Kalaupun ada perbedaan hanya terbatas dalam beberapa hal yang bersifat ritual keagamaan. Sikap seseorang terhadap orang yang berlainan keyakinan agamanya, disebut dengan istilah kerukunan hidup antar umat beragama.Kerukunan antar umat beragama bukan berarti rukun sehingga menyamakan agama dan mencampur adukkan agama, tetapi saling menghormati dan tidak saling mencurigai pemeluk agama lain. Akhlak yang demikian inilah yang dapat menjamin keutuhan hidup bangsa.Demikian juga halnya dengan bernegara, tentunya tujuan hidup, falsafah dan ragam pemikiran pasti beragam, untuk itu Islam memberi petunjuk dengan akhlak yang baik yaitu syura atau musyawarah. Musyawarah atau syura adalah sesuatu yang sangat penting guna menciptakan peraturan di dalam masyarakat manapun. Musyawarah hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat ijtihadiyah.

5. Akhlak kepada Alam LingkunganAkhlak pada alam lingkungan dikelompokkan menjadi dua, yaitu:a) Akhlak terhadap Alam NyataManusia merupakan bagian dari segala hal yang ada dalam lingkungan hidup. Antara manusia dengan segala zat, unsur dan keadaan yang ada dalam lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik, sehinggga membentuk suatu ekosistem. Hubunggan timbal balik antara manusia dan berbagai hal dalam ekosistem berada dalam suatu keseimbangan.Pada tingkat awal dalam menghadapi alam tempat kehidupan, setiap muslim diminta memelihara kebersihan lingkungan dan segala sesuatu yang digunakannya. Nabi Muhammad SAW berpesan Kebersihan itu sebagian dari iman. Oleh karena itu, setiap muslim yang menyatakan dirinya beriman, harus menjaga dengan sebaik-baiknya kebersihan lingkungan dimanapun ia berada. Sikap penyayang pada binatang juga menjadi sunah Rasul yang harus dicontoh oleh setiap muslim.Dapat disimpulkan, sikap hidup seorang muslim untuk bersahabat dengan alam dan isinya, serta menghindarkan diri dari sikap merusak alam. Hakikat pokok pengembangan akhlak terhadap lingkungan hidup adalah terpeliharanya keseimbangan alam dan lingkungan hidup yang dapat dicapai jika akal dan nafsu terkendali, serta mengindahkan keseimbangan dan menghindarkan diri dari sikap merusak.

b) Akhlak terhadap Alam GaibLingkungan hidup yang bersifat non fisik tidak terjangkau ilmu pengetahuan dan informasi tentang hal itu hanya diperoleh melalui keterangan yang diberikan oleh pencipta alam semesta, termasuk informasi tentang lingkungan hidup di akhirat kelak.Lingkungan hidup di akhirat ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan seseorang sewaktu ia berada dalam lingkungan hidup di dunia. Agar mendapat lingkungan baik di akhirat, seseorang harus menjaga diri dari pengaruh negatif yang muncul dari makhluk gaib (syetan).Dalam mempengaruhi manusia berbuat negatif, yang dilakukan syetan adalah mempengaruhi bagian tubuh yang gaib, yaitu jiwa (nafs). Pengaruh syetan adalah menimbulkan munculnya dorongan dalam diri manusia untuk berbuat sesuatu yang merusak tatanan lingkungan atau merusak keseimbangan sistem kemasyarakatan, termasuk di dalamnya muncul sifat serakah dan tamak dalam diri.Di sisi lain, makhluk gaib yang bertugas membimbing dan mendorong manusia untuk kebaikan yang sesuai dengan ajaran Islam disebut malaikat.Perebutan dua jenis makhluk tersebut dalam mempengaruhi pribadi manusia, membawa dampak pada lingkungannya nanti di akhirat. Jika pengaruh syetan yang dominan, maka kehidupan manusia di akhirat akan masuk dalam kategori lingkungan hidup yang penuh kesengsaraan. Sebaliknya, jika pengaruh malaikat yang dominan, maka kehidupan manusia di akhirat akan masuk dalam kategori lingkungan hidup yang penuh kebahagiaan.

6. Akhlak kepada Sesama ManusiaAkhlak pada sesama manusia terbagi menjadi dua, yaitu:a) Akhlak Terpuji (Mahmudah)1) HusnuzanBerasal dari lafal husnun(baik)dan adhamu(prasangka). Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain: Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul-Nya adalah untuk kebaikan manusia. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk. Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.2) TawadukTawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.3) TasamuTasamu artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia.4) TaawunTaawun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia.

b) Akhlak tercela (Mazmumah)1) HasadHasad artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain beruntung..2) DendamDendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan.3) Gibah dan FitnahMembicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah.4) NamimahAdu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya.

BAB IIIKESIMPULAN dan SARAN

3.1. KesimpulanEtika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangai dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak, patut maupun tidak patut.Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan khaliq (Tuhan) atau dengan sesama makhluk.Ketiga hal tersebut(etika, moral dan akhlak)merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Anas bin Malik radhiallahu anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan:Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.(HR.Bukhari dan Muslim).Secara garis besar, akhlak dibagi menjadi dua, yaitu Akhlak terhadap khalik (Tuhan) dan Akhlak terhadap makhluk (diri sendiri, keluarga atau orang lain, masyarakat atau bernegara, alam lingkungan yaitu alam nyata dan alam gaib).

3.2. SaranSaran penulis bagi pembaca yaitu dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat atau negara, alam lingkungan, bahka di jalan. Walaupun akhlak yang kita perbuat atau jalankan tidak sesempurna Nabi Muhammad SAW, setidaknya kita termasuk ke dalam golongan kaumnya yang beriman.

DAFTAR PUSTAKAHusnan, Djaelan dkk. 2013. Islam Universal. Jakarta: Hartomo Media Pustaka.http://www.tugasku4u.com/2013/07/makalah-etika-moral-dan-akhlak.html