makalah agama pemahaman pendidikan agama dan plural it as bangsa

Upload: coolsy

Post on 19-Jul-2015

1.593 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hiiiii! semoga berhasil!

TRANSCRIPT

PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA DAN PLURALITAS BANGSATUGAS PENDIDIKAN AGAMA Februari 2012

Penulis : Teminto Nim : 20100035 Kelas :E

1

DAFTAR ISIBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 1.2 LATAR BELAKANG AGAMA DAN PLURALISME BANGSA 1 PENGERTIAN MULTIKULTURALISME DAN PLURALISME 12 BAB 2 PENDAPAT PARA TOKOH DAN AHLI 2.1 15 2.2 21 BAB 3 KRITIK DAN KESIMPULAN 3.1 32 3.2 KESIMPULAN 33 LAMPIRAN 34 KRITIK HASIL PENGEMBANGAN LITERATUR PRINSIP MEMBANGUN MULTIKULTURALISME PLURALISME

2

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bantuan dan karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih pula kami ucapakan kepada dosen Agama penulis, Bpk Syamsudin, atas gambarannya tentang apa yang harus kami tuliskan dalam makalah ini. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada kerabat terdekat dan teman-teman yang telah banyak mendukung dan memberikan masukan. Makalah yang penuh dengan segala kekurangan ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi anda yang membacanya. Penulis juga mengharapkan kritikan apabila ada kesalahan dalam makalah ini. Makalah ini berjudul Pemahaman Pendidikan Agama dan Pluratias Bangsa. Beraneka ragam budaya dan agama di Indonesia yang selalu mengalami perkembangan. Agama di Indonesia ada 6 yaitu : Hindu, Kristen, Khatolik, Buddha, Islam, dan Konguhuchu. Betapa pentingnya rasa saling menghormati di antara ke-enam agama tersebut agar kehidupan damai dan harmonis. Makalah ini akan membahasnya lebih dalam lagi berdasarkan sumber-sumber yang penulis temui. Demikianlah yang ingin penulis sampaikan, saya ucapkan terima kasih dan mohon maaf jika ada kesalahan yang ada di makalah ini, kiranya makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan pihak-pihak yang telah disebutkan diatas. Jakarta, Februari 2012

3

Penulis

4

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Agama dan Pluralisme Bangsa merupakan negara yang masyarakatnya di latar

Indonesia

belakangi oleh budaya dan agama yang berbeda-beda, unik, dan beragam. Agama di Indonesia ada 6 yaitu : Islam, Kristen, Khatolik, Budha, Hindu, dan Konghucu. Agama yang ada di Indonesia ini, dimulai dari nenek moyang pada jaman kerajaan masih terbentuk dan juga pengaruh dari bangsa asing yang tinggal di Indonesia. Latar belakang agama dan pluralisme, dapat ditinjau dari 4 aspek, yaitu : 1. Filosofi Kemajukan Bangsa Indonesia yang terdiri atas 33 provinsi, dengan berbagai macam adat istiadat, agama, suku bangsa, ethnik, dan ras yang dipersatukan dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Perbedaan itu pun, juga dipersatukan dengan satu bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Ada pepatah mengatakan, Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh, maksud dari pepatah ini juga mencerminkan sebuah filosofi uang diwariskan Bangsa Indonesia pada anak cucu nya untuk salih bersatu hidup damai dan rukun, untuk memajukan negara ini dan tak menjadikan perbedaan sebagai beban untuk terus maju. Setiap agama memiliki kitab suci masing-masing. Inti dari kitab suci itu adalah mengajarkan bagaimana supaya kita hidup takut pada Tuhan dan saling mencintai satu sama lain, tanpa membeda-bedakan agama. Dalam Alkitab tertuliskan sabda yang intinya adalah kasihilah sesama mu seperti engkau mengasihi Allahmu, dalam tripitaka pun juga ada sabda yang menjelaskan cinta kasih dan kasih 5

sayang yang diwujudkan dengan kalimat, Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia. Ini adalah bukti konkrit dari filosofi filosofi agama tersebut. 2. Sosiologis Masyarakat Indonesia khususnya tinggal di kota adalah cenderung bersifat heterogen, penuh mereka dengan hidup perbedaan saling latar berdampingan walaupun

belakang, sehingga dalam proses sosialnya, mereka saling membutuhkan dan memiliki kesadaran untuk saling hormat mrnghormati perbedaan yang ada. Setiap agama selalu mengajarkan kebaikkan dan cinta kasih. Menciptakan kehidupan sosial yang saling memahami, toleransi, gotong royong, saling mengasihi, dan hormat menghormati akan berdampak pada kehidupan masyarakat yang berbeda-beda menjadi harmonis, rukun, dan damai. Kehidupan inilah yang didambakan bagi setiap masyarakat di Indonesia, contohnya saja, Mesjid Istiqlal dibangun oleh arsitek yang beragama kristen, dan letak Mesjid Istiqlal berdekatan dengan Gereja Katedral, ini mencerminkan kehidupan antara umat cristiani dan muslim saling berdampingan dan saling menghargai satu sama lain, sehingga terciptanya kerukunan dan kedamaian. 3. Yuridis Indonesia merupakan negara yang takwa pada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga diwajibkan bagi warga negaranya untuk memeluk dan menjalankan agama yang dianutnya. Hak kebebasan dalam memeluk dan beribadah dilindungi secara hukum oleh Indonesia melalui Pasal 29 UUD 1945. Pasal 29 UUD 1945 itu, berisi : Ayat 1: Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Ayat 2: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

6

Sehingga,

negara

dapat

menjamin

hak-hak

tiap

warga

negaranya dalam beragama. 4. Pendapat Mahasiswa/i Menurut pendapat mahasiswa, kita perlu memahami dan mempelajari macam-macam agama yang memiliki perbedaanperbedaan tetapi tetap memiliki 1 tujuan yaitu menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk mengenal tata cara ibadah, etika ketika bersosialisasi, dan menimbulkan sikap saling menghargai. Mahasiswa adalah benih-benih penerus Bangsa, yang akan memajukan Bangsa ini dan menjaga keutuhan Negara ini. Sadar dengan perbedaan yang ada, terima perbedaan yang ada tersebut dengan apa adanya dan carilah persamaan yang dapat mempersatukan, itulah yang dilakukan mahasiswa dalam mengahadapi multikulturalisme dan pluralisme di Indonesia yang begitu besar. Dapat diwujudkan dengan kegiatan/ aktivitas mahasiswa yang membantu korban-korban bencana alam dengan menolong siapa saja tanpa membeda-bedakan agama, ras, suku, dan antar golongan. Itulah yang melatar belakangi bahwa hal ini penting kita ketahui. Latar belakang agama ada hubungannya dengan sejarah yang membentuk agama itu tersiarkan di Indonesia dan ada saksi bisu yang membuktikan aktivitas dari peradaban tersebut. Jika ditelisik dari sejarahnya, manusia Indonesia pada masa kerajaan pertama kali disiarkan agama-agama tersebut dari pendatang bangsa asing yang mulanya datang ke Indonesia dengan tujuan untuk berdagang, namun tujuan tersebut mulai berkembang menjadi penyebaran agama dari perkawinan silang dan hubungan relasi dagang.

7

1.1.1 Agama Islam Islam merupakan agama mayoritas bangsa Indonesia yang berkitab suci Al-Quran dengan rasul Nabi Muhammad SAW. Umat Islam menjalankan ibadah setiap hari dengan menjalankan Sholat 5 waktu (Sholat Subuh, Solat Zuhur, Solat Azhar, Sholat Maghrib, dan Sholat Isya). Agama ini merupakan pertama kali masuk ke Indonesia melalui para nabi yang diutus dan kaum pedagang, hingga membentuk kerajaan-kerajaan seperti Kerajaan Mataram, Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Aceh, Kerajaan Demak, dan lain-lain. Bekas peninggalannya saat ini yang masih kokoh, salah satunya adalah Mesjid Demak yang dibangun oleh Wali Songo. Wali Songo beranggotakan Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Kali Jaga, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati). Umat Muslim memegang teguh lima rukun Islam. Isi dari kelima Rukun Islam itu adalah: 1. Mengucap dua kalimah syahadat dan meyakini bahwa tidak ada yang berhak ditaati dan disembah dengan benar kecuali Allah saja dan meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul Allah 2. Mendirikan sholat wajib lima kali sehari. 3. Berpuasa pada bulan Ramadan. 4. Membayar zakat. 5. Menunaikan ibadah haji bagi mereka yang mampu. Hari raya agama Islam di Indonesia meliputi : 1. NUZULUL QURAN yang diperingati pada setiap tanggal 17 Ramadhan, merupakan hari peringatan diturunkannya dan disampaikannya firman-firman Allah kepada Nabi Muhammad saw dengan perantaraan malaikat Zibril. 2. HARI RAYA IDUL FITRI disebut pula Hari raya lebaran yang diperingati pada tanggal 1 syawal. Hari raya lebaran adalah hari bersyukur dan hari kegembiraan setelah kaum muslim menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh pada bulan ramadhan, berpuasa adalah latihan agar manusia jadi

8

mulia hatinya dan tinggi budinya. Selesai berpuasa pada tanggal 1 syawal orang kembali menjadi fitrah, kembali suci dan bersih, saling bermaafan. Pada pagi hari tanggal 1 syawal kaum muslimin melakukan sholat ied secara berjamaah bersama di masjid atau tanah lapang. 3. HARI RAYA IDUL ADHA yang disebut pula Idul Qurban diperingati pada tanggal 10 zulhijjah (bulan 12 hijriyah) bahkan sering disebut lebaran haji 4. HARI PERINGATAN 1 MUAHARRAM ATAU 1 ASYURA adalah merupakan hari pergantian tahun atau tahun baru tarikh hijriyah. 5. HARI PERINGATAN MAULID NABI yang diperingati pada tanggal 12 Rabiul awal, yaitu merupakan hari peringatan kelahiran Nabi Muhammad sekaligus tanggal tersebut adalah hari peringatan peristiwa Hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah serta peringatan wafatnya Nabi Muhammad saw. 6. HARI PERINGATAN ISRA DAN MIRAJ diperingati setiap tanggal 27 Rajab (bulan ke 7), peristiwa Isra adalah peristiwa perjalanan Nabi Muhammad dan Masjidil Haram (Masjid suci) di Mekkah ke Masjidil Aqso di Yerussalem. Peristiwa Miraj adalah kenaikan Nabi Muhammad dari Masjidil Aqso menuju ke sidratul muntaha untuk menerima tugas. Kedua peristiwa ini berlangsung dalam satu malam, perjalanan arti dan hikmah dari peringatan Isra dan Miraj adalah : diterimanya perintah sholat lima waktu dalam sehari semalam, yaitu Isya, Subuh, zuhur/lohor, Ashar dan Maghrib, kesemuanya ini adalah tauhid karena kekuasaan Allah swt semata.

1.1.2 Agama Buddha Buddha merupakan agama yang disebar melalui India dibawah kaki Gunung Himalaya. Umat Budha beribadah di Vihara, menggunakan kitab Tripitaka (berbahasa Sansekerta/Pali), dan

9

bertujuan hidup untuk mencapai penerangan sempurna seperti Siddharta Gautama yang dianggap sebagai guru sekaligus pendiri agama Buddha. Tripitaka dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Vinaya Pitaka (isinya aturan-aturan sangha untuk biksu atau biksuni),Sutta Pitaka (isinya tentang wacana-wacana Buddha), dan Abhidhamma Pitaka (isinya tentang penjelasan sistematis atau ilmu pengetahuan dari Buddha). Agama Buddha datang setelah agama Hindu disiarkan di Indonesia. Kerajaan yang menganut agama Buddha adalah salah satunya adalah Kerajaan Sriwijaya pada masa Dinasti Syailendra. Peninggalannya berupa candi-candi yang terkenal adalah Candi Borobudur, Candi Muara Takus, dll. Sekarang, agama Buddha mengakui adanya 3 aliran, yaitu : aliran tradisi Theravada , Mahayana, dan Vajrayana. Agama Buddha selalu mengajarkan cinta kasih yang terwujud dalam semboyan Sabbe Satte Bhavantu Sukkitata yang artinya semoga semua makhluk hidup berbahagia. Hari raya agama Buddah terdiri atas : 1. Waisak Penganut Buddha merayakan Hari Waisak yang merupakan peringatan 3 peristiwa. Yaitu, hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Buddha), hari pencapaian Penerangan Sempurna Pertapa Gautama, dan hari Sang Buddha wafat atau mencapai Nibbana/Nirwana. 2. Kathina Hari raya Kathina merupakan upacara persembahan jubah kepada Sangha setelah menjalani Vassa. 3. Asadha

Kebaktian untuk memperingati Hari besar Asadha disebut Asadha Puja / Asalha Puja. Hari raya Asadha, diperingati 2 (dua) bulan setelah Hari Raya Waisak, guna memperingati peristiwa dimana Buddha membabarkan Dharma untuk pertama kalinya kepada 5 orang pertapa (Panca Vagiya) di Taman Rusa Isipatana, pada tahun 588 Sebelum Masehi. Kelima pertapa tersebut adalah Kondanna, Bhadiya, Vappa, Mahanama dan Asajji, dan sesudah 10

mendengarkan khotbah Dharma, mereka mencapai arahat. Lima orang pertapa, bekas teman berjuang Buddha dalam bertapa menyiksa diri di hutan Uruvela merupakan orang-orang yang paling berbahagia, karena mereka mempunyai kesempatan mendengarkan Dhamma untuk pertama Khotbah pertama yang disampaikan oleh Buddha pada hari suci Asadha ini dikenal dengan nama Dhamma Cakka Pavattana Sutta, yang berarti Khotbah Pemutaran Roda Dhamma. Dalam Khotbah tersebut, Buddha mengajarkan mengenai Empat Kebenaran Mulia( Cattari Ariya Saccani ) yang menjadi landasan pokok Buddha Dhamma. 5. Magha Puja Hari Besar Magha Puja memperingati disabdakannya Ovadha Patimokha, Inti Agama Buddha dan Etika Pokok para Bhikkhu. Sabda Sang Buddha di hadapan 1.250 Arahat yang kesemuanya arahat tersebut ditasbihkan sendiri oleh Sang Buddha (Ehi Bhikkhu), yang kehadirannya itu tanpa diundang dan tanpa ada perjanjian satu dengan yang lain terlebih dahulu, Sabda Sang Buddha bertempat di Vihara Veluvana, Rajagaha. 1.3 Agama Hindu Agama Hindu sebagian besar ada di anak benua India, secara global, umat Hindu beribadah di Pura dan kitab sucinya adalah Weda. Penduduk Pulau Bali mayoritas memeluk agama Hindu. Agama Hindu penuh dengan tata cara beribadah yang unik. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk. Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni: 1. Widhi Tattwa - percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

11

segala aspeknya 2. Atma Tattwa - percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk 3. Karmaphala Tattwa - percaya dengan adanya hukum sebabakibat dalam setiap perbuatan 4. Punarbhava Tattwa - percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi) 5. Moksa Tattwa percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia Hari raya umat Hindu dibagi menjadi 2 kalender besar, seperti yang di bawah ini: 1. Hari Raya agama Hindu berdasarkan Kalender Saka A. Hari Raya Nyepi B. Hari Raya Siwaratri 2. Hari Raya agama Hindu berdasarkan Kalender Bali A. Hari Raya Galungan B. Hari Raya Kuningan C. Hari Raya Saraswati D. Hari Raya Banyupinaruh E. Hari Raya Pagerwesi Agama Hindu, sudah ada dari jaman kerajaan setelah agama Islam disiarkan di Indonesia. Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Kediri, Majapahit, dan lain-lain. Mereka meninggalkan candi-candi yang masih dipakai umat hindu di daerah sekitar candi untuk beribadah, seperti Candi Prambanan, Candi Gunung Sari, Candi Cangkuang, dan lain-lain. Umat Hindu menggunakan dupa, bunga kamboja, dan sesajen untuk beribadah. 1.1.4 Kristen dan Khatolik Merupakan agama yang memiliki kemiripan dalam tempat ibadah, kitab suci, dan Allah yang dihormatinya. Namun, yang membedakannya adalah tata cara ibadah masing-masing. Umat Khatolik mengikuti misa yang memiliki tata cara tertentu

12

mengikuti roma lama, tetapi umat Kristen mengikuti ibadah yang bersifat fleksibel. Sejarah Agama Kristen pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke-7. Melalui gereja Assiria (Gereja Timur) yakni berdiri di dua tempat yakni, Pancur (Sekarang wilayah dari:Deli Serdang) dan Barus (Sekarang wilayah dari: Tapanuli Tengah) di Sumatra (645 SM). Sejarah kedatangan telah tercatat oleh ulama Syaikh Abu Salih al-Armini dalam bukunya dengan judul FIBA Tadhakur Akhbar min al-Kanais wa al-Adyar min Nawabin Mishri wa al-Iqtaaih (Daftar berita pada gereja-gereja dan monastries di provinsiprovinsi Mesir dan sekitarnya). Daftar gereja-gereja dan monastries dari naskah asli dalam bahasa Arab dengan 114 halaman ini berisi berita tentang 707 gereja-gereja dan 181 monastries Kristen yang tersebar di sekitar Mesir, Nubia, Abysina, Afrika Barat, Spanyol, Arab dan India . Dalam bukunya (Abu Salih), tanah Indonesia masih dimasukkan dalam wilayah India (al-Hindah) [3]. Protestanisme pertama kali diperkenalkan oleh Belanda pada abad keenam belas, sehingga terpegaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran. Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1534, di kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547. Di provinsi Papua dan Sulawesi Utara, Protestan merupakan agama mayoritas. Jumlah populasi orang Kristen juga ditemukan di sekitar danau Toba di Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, pedalaman Tana Toraja, dan Maluku. Walaupun Indonesia mayoritas beragama Muslim, para misionaris tetap bebas untuk menyebarkan agama Kristen di Indonesia. Dan banyak sekolah Kristen yang mengajarkan agama Kristen. Protestan di Indonesia terdiri dari berbagai denominasi, yaitu Huria Kristen Batak Protestan, Gereja Pentakosta, Gereja Tiberias Indonesia/Gereja

13

Bethel Indonesia, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh , Gereja Yesus Sejati, Mennonit, Gereja Metodis, Gereja Baptis, Gereja Tabernakel Indonesia, Gereja Kristen Protestan Simalungun, dan denominasi lainnya. Sedangkan Sejarah Gereja Katolik di Indonesia berawal dari kedatangan bangsa Portugis ke kepulauan Maluku. Orang pertama yang menjadi Katolik adalah orang Maluku, Kolano (kepala kampung) Mamuya (sekarang di Maluku Utara) yang dibaptis bersama seluruh warga kampungnya pada tahun 1534 setelah menerima pemberitaan Injil dari Gonzalo Veloso, seorang saudagar Portugis. Ketika itu para pelaut Portugis baru saja menemukan kepulauan rempah-rempah itu dan bersamaan dengan para pedagang dan serdadu-serdadu, para imam Katolik juga datang untuk menyebarkan Injil. Salah satu pendatang di Indonesia itu adalah Santo Fransiskus Xaverius, yang pada tahun 1546 sampai 1547 datang mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan Ternate. Ia juga membaptis beberapa ribu penduduk setempat. Sekarang Kardinal pertama di Indonesia adalah Yustinus Kardinal Darmojuwono diangkat pada tanggal 29 Juni 1967. Gereja Katolik Indonesia aktif dalam kehidupan Gereja Katolik dunia. Uskup Indonesia mengambil bagian dalam Konsili Vatikan II (19621965). Paus Paulus VI berkunjung ke Indonesia pada 1970. Kemudian tahun 1989 Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Indonesia. Kotakota yang dikunjunginya adalah Jakarta, Medan (Sumatra Utara), Yogyakarta (Jawa Tengah dan DIY), Maumere (Flores) dan Dili (Timor Timur). Hari raya umat katolik dan Kristen : Katolik dan Ortodoks 1. Natal / Kelahiran Yesus Adven 2. Epifani

14

3. Kamis Putih 4. Jumat Agung / Kematian Yesus 5. Paskah / Kebangkitan Yesus 6. Kenaikan Yesus 7. Pentakosta / Penurunan Roh Kudus 8. Teofani Kristen Protestan: 1. Natal 2. Jumat Agung 3. Paskah 4. Kenaikan Yesus 5. Pentakosta 1.1.5 Konghucu Keberadaan ada sejak umat beragama Khonghucu lalu, beserta bersamaan lembagadengan

lembaga keagamaannya di Nusantara atau Indonesia ini sudah berabad-abad yang kedatangan perantau atau pedagang-pedagang Tionghoa ke tanah air kita ini. Mengingat sejak zaman Sam Kok yang berlangsung sekitar abad ke-3 Masehi, Agama Khonghucu telah menjadi salah satu di antara Tiga Agama Besar di China waktu itu; lebih-lebih sejak zaman dinasti Han, atau tepatnya tahun 136 sebelum Masehi telah dijadikan Agama Negara . Kehadiran Agama Khonghucu di Indonesia telah berlangsung berabad-abad lamanya, Kelenteng Ban Hing Kiong di Manado didirikan pada tahun 1819 . Di Surabaya didirikan tempat ibadah Agama Khonghucu yang disebut mula-mula : Boen Tjhiang Soe, kemudian dipugar kembali dan disebut sebagai Boen Bio pada tahun 1906. Sampai dengan sekarang Boen Bio yang terletak di Jalan Kapasan 131, Surabaya masih terpelihara dengan baik dibawah asuhan Majelis Agama Khonghucu (MAKIN) Boen Bio Surabaya. Di Sala didirikan Khong Kauw Hwee sebagai Lembaga Agama Khonghucu pada tahun 1918. Pada tahun 1923 telah diadakan

15

Kongres pertama Khong Kauw Tjong Hwee (Lembaga Pusat Agama Khonghucu) di Yogyakarta dengan kesepakatan memilih kota Bandung sebagai Pusat. Pada tanggal 25 September 1924 di Bandung diadakan Kongres ke dua yang antara lain membahas tentang Tata Agama Khonghucu supaya seragam di seluruh kepulauan Nusantara

1.2

Pengertian Multikulturalisme dan Pluralisme

Setelah kita mengetahui latar belakang dari semua agama yang berlaku di Indonesia, kita akan memahami keaneka ragaman tata cara dan keunikan tiap agama, sehingga antar umat yang berbeda agama perlu rasa saling hormat menghormati agar dapat hidup dengan rukun dan damai. Misalnya saja, jika saat Azan Magrib, kita harus menghargai umat muslim untuk menjalankan ibadahnya dengan tidak menyalakan musik / suara yang menganggu. Sejak jaman nenek moyang, mereka mengajarkan kita mengenai kehidupan gotong royong untuk saling membantu sesama tanpa membeda-bedakan sehingga tercipta keharmonisan dalam bermasyarakat. Manusia adalah makhluk sosial yang hidup selalu berdampingan dengan manusia lainnya dan saling bergantungan antar sesama. Jadi, manusia saling membutuhkan antara satu dengan lainnya, sehingga lebih baik kita menjalin hubungan yang baik dan hindari konflik. Carilah persamaan yang dapat menyatukan, bukan perbedaan yang dapat memisahkan. Secara etimologis, multikulturalisme berasal dari kata multi yang berarti plural, kultur yang artinya budaya, dan isme yang artinnya aliran / kepercayaan. Multikulturalisme adalah adalah aliran / paham seseorang tentang ragam kehidupan yang berbeda-beda, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan

16

tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut. Sedangkan pluralisme terdiri dari dua kata plural (=beragam) dan isme (=paham) yang berarti beragam pemahaman, atau bermacam-macam paham. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu, maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikultural memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu. Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut. Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan masyarakat yang berlandaskan Bhineka Tunggal Ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.

17

BAB 2PENDAPAT PARA TOKOH DAN AHLI1.1Prinsip Membangun Multikulturalisme Pluralisme Secara umum, prinsip membangun multikulturalisme pluralisme didefinisikan sebagai landasan yang membangun kesadaran pada masyarakat untuk hidup berdampingan antara pihak yang satu dengan yang lainnya yang saling berbeda dan pemahaman yang berbeda. Perbedaan itu dapat meliputi : agama, suku, ras, dan antar golongan, yang jika tidak dipersatukan, akan memberi dampak perselisihan. Pluralisme menunjuk pada keragaman/ kemajemukan, yakni kondisi dalam suatu masyarakat yang secara faktual berbeda-beda. Sementara itu multikultralisme lebih mengacu pada sikap warga masyarakat terhadap perbedaan-perbedaan baik yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan maupun dalam masyarakat lain. Sikap itu dibentuk dengan melibatkan seperangkat nilai yang didasarkan pada minat untuk mempelajari dan memahami (understanding) dan pada penghormatan (respect) serta penghargaaan (valuation) kepada kebudayaan masyarakat lain. Walaupun tidak selalu diikuti dengan kesetujuan dan kesepakatan terhadap apa yang ada dalam kebudayaan lain, tetapi yang ditekankan dalam multikulturalisme adalah pemahaman, penghormatan, dan penghargaan. Berikut adalah pendapat para tokoh dan ahli mengenai prinsip membangun multikulturalisme pluralisme : 1. Dr. KH. Muhammad Ali Yafie Beliau adalah mantan Ketua Majelis Ulama Islam (MUI) dan ulama fiqh. Saat ini beliau masih aktif sebagai pengasuh pesantren Darul Dakwah Al Irsyad, Pare-Pare, Sulawesi Selatan, yang berdiri sejak 1947 , serta sebagai dewan penasihat untuk 18

Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Menurut KH. Ali Yafie, rakyat Indonesia telah memiliki sejarah yang panjang mengenai pluralisme. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang religius dapat dibuktikan dari sejarah, konstitusi dan realita kehidupan di sehariyang kita hari bangsa ini. sudah Konstitusi Republik dan Indonesia sekarang ini cukup mencerminkan peta keagamaan Indonesia sejarahnya berabad-abad semenjak berpuluh-puluh tahun kemerdekaan Indonesia, peta keagamaan semakin beragam warnanya. Indonesia dianggap sudah cukup berpengalaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selama ini sehingga Indonesia telah menampilkan suatu pola kehidupan beragama yang telah dituangkan pada konstitusi hukum Indonesia. Menurutnya, Iman dan takwa perlu untuk berfungsi dengan baik sehingga jikalau iman dan takwa berfungsi dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara tentunya tidak aka nada lagi pikiran bahwa apakah agama itu pembawa petaka atau pembawa rahmat. 2. Franz Magnis Suseno Menurut dosen Sekolah Tinggi Filsafa Driyarkara ini,Indonesia merupakan bangsa yang pluralistik secara budaya, etnik dan kesukuan, dan juga dalam dimensi agama. Jelaslah peran agama di Indonesia sangat menentukan masa depannya. Pastor kelahiran Jerman, 26 Mei 1936 ini dalam makalahnya pada Seminar Agama-Agama XV: Theologia religionum, mengatakan agama dengan sendirinya dihubungkan dengan yang suci, baik hati, berbelas kasih, bebas pamrih, berdamai. Tetapi, dalam kenyataan, kita mengamati bahwa dalam banyak tindak kekerasan, terorisme dan konflik bersenjata, agama-agama dalam salah satu bentuk terlibat.

19

Terutama kita mengobservasikan suatu kecenderungan ke arah primordialisme, baik etnik maupun agama, dan begitu pula fundamentalisme agama - suatu paham yang cukup kabur dan untuk sementara dibiarkan saja - kelihatan bertambah terus dalam berbagai bentuk. Dalam konteks tersebut, beliau tidak akan tersebut. menjadi Yang peramal ingin dan menjawab pernyataan beliau

kemukakan adalah beberapa gagasan untuk kita dapat memahami apa yang kita alami. Hal ini memberikan tantangan untuk agama-agama terutama di Indonesia untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi. Beliau mengajukan sebuah hipotesa. Bahwa kita, di Indonesia paradigma sedang tentang terlibat manusia, di dalam yaitu proses perubahan yang lain, perubahan (antara

sedang berlangsung

seluruh

dunia

karena didukung oleh komunikasi global), yaitu dari paradigma "orang kita-orang asing" ke paradigma "martabat manusia universal". B e l i a u i n g i n m e m p e r l i h a t k a n bahwa sudah manusia universal sebenarnya didasarkan dalam agama-agama besar, namun

semula tidak dapat menjadi operatif. Bawa perubahan proses perubahan yang besar menginisiasikan perubahan

modernisasi

berbarengan

dengan

paradigma itu; Bahwa paradigma manusia universal selama abad-abad terakhir di perjuangkan bukan oleh agama-agama, melainkan oleh pelbagai ideologi sekularistik;Bahwa pada akhir abad ke-20 ini ideologi-ideologi kelihatan sudah kehabisan nafasnya;Bahwa karena itu yang sekarang ditantang adalah agama-agama, dan sangat akan tergantung apakah agama-agama mau menerima dan memperjuangkan paradigma manusia universal.Kekosongan yang ditinggalkan

20

oleh ideologi-ideologi besar menempatkan agama-agama di pusat tanggung jawab. Agama-agama selalu berfungsi untuk menyediakan makna kepada manusia. Ideologi-ideologi dan keselamatan sekularistik tidak lebih dari substitusi

sekarang habis. Mau tak mau, agama-agama -yang sering belum siap berhadapan dengan situasi yang ditandai perubahan sosial dan kultural yang cepat disertai perubahan paradigma tentang manusia. dapat dikata dengan menempatkan agama pada situasi sepertini menempatkan agama-agama di hadapan historis. Dengan yang lalu agama-agama ditempatkan melayunya ke dalam ideologi-ideologi keselamatan sekularistik besar abad tantangan yang dapat disebut historis: Apakah mereka siap dan bersedia untuk menjadi pendukung utama etika kemanusiaan universal,warisan ideologi-ideologi besar yang sebenarnya warisan agama-agama sendiri? Ataukah mereka menjadi egosentrik dan sempit dan gagal menyambut panggilan historis itu? Dapat juga dirumuskan begini : Apakah agama-agama berani merealisasikan

universsalisme yang dititipkan Sang Pencipra ke dalam mereka? Peran agama-agama di masa mendatang, dalam dunia global modern, menurut saya, akan ditentukan dari sikap yang diambil agama-agama dalam situasi historis ini. Kalau agama-agama bereaksi tertutup, jadi kalau terjadi sebuah reprimordialisasi, agama-agama dapat menjadi ancaman bagi kesatuan dan persatuan serta bagi masa depan bangsa. Sebaliknya, apabila agama-agama itu berani memperjuangkan manusia, dan masyarakat manusiawi,

21

sesuai

dengan

bagaimana

Sang

Pencipta

menghendaki menjadi

hubungan

antarmanusia,

agama-agama

justru

pembela manusia-manusia, berhadapan dengan kekuatankekuatan politik dan ekonomis yang mendehumanisasikan masyarakat. Kiranya, medan konflik ideologis dalam dasawarsa-dasawarsa mendatang tidak lagi ditentukan oleh pertentangan oleh ideologi-ideologi besar, tidak juga antara agama dengan ideologi itu (karena alasan sama), tetapi juga tidak oleh pertentangan antara agama-agama sendiri (sekarang saja di mana masih banyak terdapat gesekan, salahpaham, saling curiga antara agama, kita menyaksikan suatu tekad yang membesarkan hati: sebenarnya agama-agama besar bersedia relativistik untuk saling menerima tanpa menjadi

3. Pdt. Victor I. Tanja, Mth, PhD Agama menjadi salah satu bagian dari kandungan ungkapan dari semboyan bangsa Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang menyatakan berbeda-beda tetapi satu (unity in diversity / kesatuan dalam perbedaan). Poin penting berikutnya dalah bahwa perbedaan agama telah berhasil diatasi oleh bangsa ini dan membuktikan bahwa Indonesia mampu berdiri secara independen dan berdaulat tanpa ada campur tangan pihak luar, namun bukan berarti Indonesia tidak memerlukan bangsa lain. Indonesia justru tetap perlu adanya hubungan kerjasama dengan bangsa lain dengan menyadari bahwa kita tidak dapat

22

hidup sendiri di dunia ini, Indonesia juga perlu teman untuk membantu mendorong maju kehidupan bangsa Indonesia menjadi lebih baik di masa depan. Indonesia adalah bangsa yang mandiri dan menyadari semakin kokoh semangat kemandirian tersebut maka sumbangan yang bermutu yang dapat diberikan dalam menjalin kerjasama dengan bangsa lain akan semakin lebih baik. Dapat dikatakan pula bahwa dalam hidup ini memerlukan keterhubungan dengan orang lain sehingga hidup pun mencapai semua makna terdalam yaitu dapat berguna bagi orang. Oleh karena itu, sikap

absolutisme atau pemutlakan adalah hal yang sia-sia untuk dilakukan dan hanya menjerumuskan manusia pada sikap egoisme dan fanatisme terhadap kelompok sendiri yang akan membawa hidup pada kejahatan dan kematian. Dari hal diatas, ajaran agama diri ada atau dan diberikan lain

bukan

untuk

pembenaran

kelompok

namun agar kita sebagai individu dapat mengelola hidup secara lebih baik untuk memuliakan Tuhan. Usaha mencapai bagi memuliakan keadilan, orang Tuhan adalah dan sekaligus kedamaian suku, memberikan yang terbaik daripada hidup kita demi kesejahteraan, walau mereka semua berbeda

agama, budaya, ataupun antar golongan. Poin lainnya adalah bahwa agama berperan penting sebagai motivator serta meletakkan landasan etik moral dan spiritual untuk mendorong pembangunan. Tanpa peranan agama, dikhawatirkan bahwa hal negatif akibat pembangunan akan semakin meningkat, seperti kesenjangan sosial yang semakin lebar dan tentunya hal ini dapat membawa

23

efek

yang

negatif

pula

yang

dapat

mengancam

kesatuan dan persatuan bangsa. A g a m a d i Indonesia dalam konteks berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara terdapat 5 agama yang diterima oleh Departemen Agama. Agama agama suku tidak tapi masuk masuk dalam dalam pengaturan pengaturan Departemen Agama

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dimana dianggap sebagai budaya spiritual bangsa, bukan agama. Indonesia adalah bangsa yang religious yang percaya pada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kepercayaan masingmasing. Oleh karena itu, 5 agama yang resmi di Indonesia dan kepercayaan - kepercayaan lainnya adalah cerminan dari kepelbagaian agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang satu. S e h i n g g a dengan adanya naungan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kedudukan agama agama di Indonesia adalah sama dan sederajat didepan hukum tanpa memandang mayoritas ataupun minoritas. Dan hal ini bukan berarti karena berdasarkan Pancasila semua agama itu adalah sama dan sederajat sehingga menyembah Tuhan yang sama. Yang dimaksudkan dalam Pancasila adalah agama yang berbeda beda tapi kita sama sama mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa sesuai menurut kepercayaan masing masing. Intinya dalam Pancasila tidak memberikan pengertian bahwa setiap agama menyembah Tuhan yang sama tetapi adanya pengakuan Tuhan yang Maha Esa menurut kepercayaan dan pengertian masing masing agama Sikap seperti pada ini menyatakan sesuai dengan semboyan sehingga

Indonesia atau Bhinneka Tunggal Ika dimana ketunggalan yang berakar persamaan Bukan sebaliknya, mengakui perbdeaan itulah membuat kebersamaan dapat

24

berlangsung dengan baik. Ajaran agama adalah ajaran yang bersifat nisbi dan universal, dalam pelaksanaanya atau penerapannyaharus bertindak sesuai berfikir dengan secara global tapi situasi disekitarsehingga

agama dapat memberikan sumbangan demi mencapai persatuandan kesatuan bangsa. Pada akhirnya, sikap hidup keagamaan yang baik

adalah mengakui perbedaan dalam hidup beragama yang merupakan jalan pemecahan dari segala kemelut perpecahan dan pertengkaran antara agama sehingga dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sehingga bangsa Indonesia dapat hidup bersama secara lebih baik 1.2 Hasil Pengembangan Literatur

Artikel 1 Sumber dari http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/10/pluralisme-danmultikultural/ Judul : Pluralisme Dan MultikulturalOleh : Anjrah Lelono Broto*) :

Dalam pidato pemakaman tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU) KH Abdurrahman Wahid yang akrab dengan panggilan Gus Dur di PonpesTebuireng Jombang Kamis kemarin (31/12/2009), Presiden SBY menyematkanpenghargaan kepada almarhum sebagai Bapak Pluralisme dan MultikulturalIndonesia. Berbeda dengan pernyataan-pernyataan presiden dalambeberapa bulan kemarin yang senantiasa menuai tanggapan miring,pernyataan dalam pidato pemakaman ini justru mendapat sambutan positifdari publik tanah air. Seluruh elemen bangsa Indonesia secara berjamaah seakan mengamini pernyataan ini dan mengakui sosok cucuPendiri NU Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari ini memang layakmenyandang penghargaan tersebut.Di mata penulis,

25

pluralisme adalah faham yang memberikan ruang nyamanbagi paradigma perbedaan sebagai salah satu entitas mendasar kemanusiaan seorang manusia. Sedangkan, Parsudi Suparlan (2001)mengatakan bahwa multikulturalisme adalah sebuah ideologi yangmengagungkan perbedaaan kultur, atau sebuah keyakinan yang mengakuipluralisme kultur sebagai corak kehidupan masyarakat.Multikulturalisme akan menjadi jembatan yang mengakomodasi perbedaanetnik dan budaya dalam masyarakat yang plural. Perbedaan itu dapatterakomodasi dalam berbagai dimensi kehidupan, seperti dunia kerja,pasar, hukum, ekonomi, sosial, dan politik. Dengan demikian, pemahamanbahwa penempatan perbedaan antar individu, kelompok, suku, maupun bangsa sebagai perspektif tunggal merupakan sebuah kesalahan besar.Realitanya, Indonesia dengan segala perbedaan yang melekat padageografinya, demografinya, religiusitasannya, serta kulturalnya tetapbertahan dalam persatuan dan kesatuan hingga mencapai usia 64 tahunsejak diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta. Mengapa paradigma in-eksistensi pluralisme dan multikultural begitumengakar dalam benak publik tanah air?Hal ini tidak bisa dilepaskan dari pola pendidikan yang berkembang dilembaga-lembaga sekolah dan lingkungan masyarakat Indonesia. Dalampengelolaan pendidikan secara holistik, pemerintah seakan telahmenciptakan kelas-kelas dan diikuti dengan penerapan sistem yang tidakmenghargai perbedaan (pluralisme). Salah satunya adalah kebijakan pelaksanaan UNAS (Ujian Nasional) yang terkesan memaksa. Secara esensial, penyeragaman mekanisme ujian nasional secara terang-terangan telah menunjukkan ketidakpengakuan terhadap pluralismekemampuan, minat, dan bakat siswa di satu sisi. Sedangkan di sisilain, pelaksaan UNAS juga jelas menunjukkan ketidakpengakuan tehadapkarakter, potensi, serta infrastruktur masing-masing-masing lembagapendidikan, mengingat luasnya wilayah geografis serta kemajemukankarakter demografis masyarakat Indonesia. Pendidikan MultikulturalPendidikan multikultural merupakan gerakan reformasi pendidikan diAmerika yang muncul dan berkembang berlatarbelakang perjuangan hak-hakkaum sipil Afro26

Amerika di tahun 60-an. Perubahan demografi masyarakat Amerika akibat peningkatan populasi imigran memberikan signifikansiekses pada lembaga-lembaga pendidikan (Kuper, 2000).Sedangkan, Banks (1993) menyatakan bahwa evolusi pendidikanmultikultural terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) upaya untukmenyatukan kajian-kajian etnik pada kurikulum; (2) hal ini diikutioleh pendidikan multietnik sebagai usaha untuk menciptakan persamaanhak pendidikan; (3) kelompok marginal, seperti perempuan, penyandangcacat, dan lain sebagainya mulai menuntut perubahan-perubahan mendasardalam lembaga pendidikan; dan (4) perkembangan peradaban budayamenuntut perhatian pada relasi antar-ras, antar-etnik, antar-kultur,dan antar-kelas. Secara historis, pendidikan multikultural sebagai sebuah konsep padaawalnya sangat bias karena memiliki keterkaitan dengan perjuangan HAMdari kelompok-kelompok marjinal di Amerika. Asal-usul pendidikanmultikultural acapkali bermuara pada gerakan sosial Afro-Amerika dankelompok kulit berwarna lain yang mengalami diskriminasi dilembaga-lembaga publik, salah satunya adalah lembaga pendidikan.Konsep pendidikan multikultural menjadi komitmen global sejalan dengan rekomendasi UNESCO, Oktober 1994 di Jenewa. Rekomendasi UNESCOtersebut memuat empat seruan, meliputi; (1) pendidikan seyogyanyamengembangkan kesadaran untuk memahami dan menerima sistem nilai dalamkebhinnekaan pribadi, jenis kelamin, ras, etnik, dan kultur; (2)pendidikan seyogyanya mendorong konvergensi gagasan yang memperkokohperdamaian, persaudaraan dan solidaritas dalam masyarakat; (3)pendidikan seyogyanya membangun menyelesaikan konfliksecara damai; dan kesadaran untuk

27

(4) pendidikan seyogyanya meningkatkan pengembangankualitas toleransi dan kemauan untuk berbagi secara mendalam. Dalam perkembangannya, konsep pendidikan multikultural pun menyebar kewilayah di luar Amerika, khususnya di negara yang memiliki kebhinekaanetnik, ras, agama dan kultural seperti Indonesia. Dewasa ini,pendidikan multikultural juga mencakup gagasan pluralisme-kultural;yang memberi ruang kajian bagi pemahaman dan penghargaan budaya dalamkeberagaman kelompok masyarakat.Paradigma bahwa pendidikan multikultural memberikan kebermanfaatanuntuk membangun kohesifitas, soliditas dan intimitas antar etnik, ras,agama, dan budaya telah memberikan dorongan bagi lembaga pendidikannasional untuk sudi menanamkan kesadaran kepada siswa untukmenghargai orang, budaya, dan agama, lain. Harapannya, pendidikan yangberwawasan multikultural akan membantu siswa memahami dan menghargaiorang lain yang berbeda suku, budaya dan kepribadian.Agar harapan ini menjadi sebuah kenyataan maka seyogyanya pendidikanmultikultural disosialisasikan dan didoktrinasikan melalui lembagapendidikan, serta ditetapkan sebagai bagian dari kurikulum pendidikandi berbagai jenjang. Salah satu tujuan dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk membangun konstruksi pengetahuan, sikap dan kemampuan siswa agardapat berperan aktif dalam masyarakat demokrasi-pluralistik.Konstruksi pengetahuan, sikap, dan kemampuan ini dibutuhkan siswaketika mereka berinteraksi dan berkomunikasi dalam masyarakat yangpluralis.Dalam implementasinya, paradigma pendidikan multikultural dituntut untuk berpegang pada prinsip-prinsip berikut ini: (1) pendidikanmultikultural harus menawarkan beragam kurikulum yangmerepresentasikan perspektif pluralistik; (2) pendidikan multikulturalharus berpijak pada pandangan bahwa tidak ada penafsiran tunggalterhadap kebenaran sejarah; (3) kurikulum dicapai sesuai denganpenekanan analisis 28

komparatif dengan kebhinekaan perspektif kultural;dan (4) pendidikan multikultural harus mendukung prinsip-prinsip pokokdalam memberantas pandangan klise tentang ras, kultur, dan agama. Elemen-elemen kunci dalam aplikasi pendidikan multikultural adalahtidak adanya kebijakan yang menghambat toleransi. Lembaga pendidikanjuga dituntut untuk mampu menumbuhkan kepekaan terhadap kebhinekaan,di antaranya pakaian, musik, hobby, bakat, minat, hingga kemampuanekonomi. Dimensi ImplementasiPendidikan multikultural dapat

diimplementasikan dalam beragamdimensi, tidak hanya melalui pendidikan formal namun juga dapatdimplementasikan dalam kehidupan masyarakat maupun keluarga. Dalampendidikan formal pendidikan multikultural ini dapat diintegrasikandalam sistem pendidikan melalui kurikulum mulai pendidikan usia dini (PAUD), pendidikan dasar, pendidikan menengah, bahkan perguruantinggi. Sebagai wacana baru, Pendidikan Multikultural ini tidak harusdirancang sebagai muatan substansi yang berdiri sendiri danteralienasi, namun dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang telahberlangsung. Tentu saja melalui materi ajar dan atau metodepembelajaran yang memungkinkan. Artikel 2 Sumber Judul : http://ww.letterater.com/showthread.php?t=154819 : FPI Melarang Umat Muslim Menonoton Cap Go Meh

SINGKAWANGDPW Front Pembela Islam Singkawang melarang umat muslim menonton dan mengikuti ritual Cap Go Meh. Hal tersebut salah satu poin imbauan bagi umat Islam menghadapi perayaan Festival Cap Go Meh 2011. Haram hukumnya menonton dan mengikuti ritual Cap Go Meh, ini sikap tegas kita, ungkap Ketua DPW Front Pembela Islam, H Ilyas Buchairi A.Ma didampingi Seketarisnya M Zen kepada Pontianak Post, Senin (31/1) kemarin. Bahkan FPI beserta ormas Islam lainya bakal 29

menggelar pawai tandingan dalam rangka memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW tahun 1432 H/2011 M bertepatan dengan perayaan Cap Go Meh tanggal 17 Februari 2011. Pawai peringatan ini sudah menjadi agenda rutin setiap tahunnya, berdasarkan permintaan masyarakat muslim dari berbagai unsure lembaga/ormas dan tokoh agama Islam dan tokoh masyarak muslim, sebagaimana himbauan dari MUI Kota Singkawang pada setiap tahunnya, ungkapnya.Pawai ini tidak ada tujuan lain, kata dia, yakni sebagai bentuk dawah langsung kepada masyarakat muslim. Agar umat Islam tidak terpengaruh untuk ikut serta menyaksikan Cap Go Meh bahkan terlibat langsung sebagai pelaku ritual, sebagaimana yang telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Imbauan ini telah disebar baik melalui khutbah Jumat, selebaran/pamlet maupun spanduk, bahwa haram hukumnya menonton dan mengikuti ritual Cap Go Meh, jelasnya. Bahkan dalam pawai tersebut, FPI tetap bepatokan pada aturan yang ada. Pihaknya berkomitmen menjaga situasi yang kondusif sepanjang dan selama toleransi saling menghormati hak dan kewajiban umat beragama serta saling menghargai tanpa adanya suatu batasan atau larangan bahkan tekanan/interpensi dari pihak manapun. Bahwa sesungguhnya kami tidak bermaksud untuk mengganggu acara perayaan Cap Go Meh, sebagaimana prinsip Umat Islam, Lakum dinukum waliadin, tegasnya.FPI Singkawang juga menghimbau panitia Cap Go Meh untuk tidak mengikutsertakan masyarakat Muslim dalam kepanitiaan dan pelaksanaan kegiatan ritual Cap Go Meh mendatang. Apabila kami temukan masih terdapat masalah tersebut, kami akan mengambil tindakan tegas dan tindakan hukum yang berlaku, karena dianggap sebagai pelecehan dan penistaan agama, pungkasnya. FPI mengharapakan semua pihak mempertimbangkan masalah ini karena menyangkut aqidah

30

Artkel 3 Sumber :http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285ensiklopedi/2192-pluralisme-bukan-sekadar-toleran Judul : Pluralisme, Bukan Sekedar Toleran Wacana pluralisme kini kembali memperoleh relevansinya dengan terjadinya berbagai peristiwa yang mengganggu hubungan antarpenganut agama-agama di Indonesia. Namun, pluralisme sering dipahami secara salah dengan menganggap menyamakan semua pandangan agama-agama yang berbeda. Itu salah besar. Pluralisme itu mengakui keberagamaan orang lain, tanpa harus setuju. Selain itu, yang terpenting, bukan sekadar menjadi toleran, melainkan menghormati ajaran agama orang lain. Dan sadar betul bahwa keberagamaan orang lain itu bagian yang sangat fundamental dan inheren dengan hak asasi manusia, kata M Syafi'i Anwar (52), seorang intelektual Muslim yang sejak lama bergelut dengan pluralisme. Syafi'i Anwar mengkhawatirkan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan pluralisme bisa ditafsirkan lain di masyarakat bawah. Hal ini pada gilirannya akan mengganggu hubungan antar penganut agama-agama. Konsep pluralisme yang tidak sekadar toleransi, tetapi lebih menuju kepada penghormatan (respect) kepada yang lain (the others), diakui Syafi'i misalnya dikemukakan Klaus-Jurgen Hedrich, salah seorang tokoh Partai CDU (Christian Democratic Union) Jerman Barat yang juga mantan Wakil Menteri Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan.Pendapat Klaus ini saya setujui sepenuhnya. Namun, Islam sendiri sebetulnya juga mengajarkan pluralisme, ujar pria kelahiran Kudus, Jawa Tengah, 27 Desember 1953, itu. Akan tetapi, kegiatan untuk memperjuangkan pluralisme tersebut bukannya

31

tanpa hambatan. Ketika memimpin jurnal Ulumul Quran darah saya pernah dihalalkan oleh sekelompok radikal yang meminta mencabut tulisan Cak Nur (Nurcholish Madjid), tuturnya kepada Kompas pekan ini. Warga Muhammadiyah ini sekarang menjadi Direktur Eksekutif International Centre for Islam and Pluralism (ICIP), lembaga yang mendorong dan mempromosikan pluralisme, toleransi, hak asasi manusia, dan demokrasi. Di tengah kesibukannya memimpin ICIP, sejak tahun 1999, Syafi'i An`war menyelesaikan studi S-3 di Universitas Melbourne, Australia, dan lulus tahun 2005. Ia menulis disertasi berjudul Negara dan Islam Politik di Indonesia: Sebuah Studi Politik Negara dan Perilaku Politik Pemimpin Muslim Modernis di Bawah Rezim Orde Baru Soeharto 1966-1998. Disertasi itu berfokus pada berbagai perilaku politik para pemimpin Muslim modernis dalam merespons kebijakan negara di bawah rezim Orde Baru. Ada dua kelompok Islam yang bisa bertolak belakang satu Anda? Munculnya kelompok liberal ini sebagai reaksi dari keberadaan kelompok Islam garis keras. Kelompok garis keras ini dicirikan dengan sikap yang menafsirkan segalanya dengan literal tekstual. Ciri yang paling menyedihkan adalah dipakainya cara kekerasan, baik secara simbolik maupun fisik. Sikap seperti ini tidak hanya bertentangan dengan hokum nasional, tetapi juga bertentangan dengan hak asasi manusia. Padahal, dalam agama Islam sendiri dilarang. Akar masalahnya apa? sama lainnya,yakni progresif-liberal, dan puritanisme-konservatif. Bagaimana pendapat

32

Pertama, muncul dari paradigma berpikir yang dibentuk oleh tafsir yang literal. Contohnya, dalam kelompok garis keras itu masih percaya orang Yahudi atau Nasrani itu tidak akan berhenti sebelum kamu masuk agamanya mereka. Nah, kalau tafsirnya literal tekstual, jelas akan membentuk sikap garis keras apalagi jika ini kemudian menjadi pola pikir (mindset). Faktor kedua yang juga mendorong munculnya kelompok ini adalah masyarakat yang tanpa hukum, krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan ketidakpastian politik sehingga kelompok garis keras melihat hukum yang tak berjalan ini perlu diganti dengan syariah sebagai alternatif. Ini dilihat mereka sebagai obat mujarab yang bisa dipakai untuk menyelesaikan semua masalah. Apakah juga karena faktor paradoks globalisasi? Ya, secara struktural adanya ketakadilan politik global,

terutama di Timur Tengah, khususnya krisis Israel dan Palestina, serta sikap standar ganda AS agama. Saya kira orang yang tahu sejarah agama-agama tidak akan pernah menjadi radikal. Itulah yang sedang dikerjakan oleh ICIP, seperti membuat program di televise tentang dialog antar-agama. Juga pendidikan jurnalistik pluralisme. Masa depan pluralisme dan multikulturalisme di

Indonesia seperti apa? Tidak selayaknya orang Islam mengklaim mayoritas karena sejak awalnya, masuknya Islam ke Indonesia melalui dakwah kultural, tak melakukan pendekatan yang mengutamakan syariah. Bahkan, unsur sufisme, tasawuf, sangat besar dalam mengembangkan Islam di Indonesia karena Islam harus

33

beradaptasi dengan kultur lokal. Harus beradaptasi dengan kepercayaan- kepercayaan dan kebijaksanaan lokal (local wisdom) lainnya. Karena itulah, kalau kemudian Islam menjadi mayoritas, tidak selayaknya mereka menilai rendah kepada minoritas. Nah, itu yang harus disadari. Karena itulah, di Indonesia yang menjadi negara dengan mayoritas Muslim tidak selayaknya menekan minoritas. Sayangnya, dakwah Wali Songo yang terbukti dalam sejarah berhasil menyebarkan Islam melalui kultural harusnya menjadi contoh. Bagaimana Sunan Kalijaga memasukkan unsur Islam dalam cerita pewayangan. Tentu itu harus bisa dijadikan pengalaman berharga dalam melakukan dakwah.

34

BAB 3 KRITIK DAN KESIMPULAN3.1 Kritik Dalam makalah mengenai Pemahaman Pendidikan Agama dan Pluralitas Bangsa ini sangatlah penting dikarenakan mendidik benih-benih bangsa yang sadar akan lingkungan sekitarnya yang berbeda-beda, namun mereka telah di persatukan oleh semboyan negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika seperti yang disampaikan oleh KH.Ali Yafie dan Pdt.Victor I Tanja. Menurut saya, multikulturalisme dan pluralisme antar agama terjadi di Indonesia pada saat momentum Almarhuma Bapak Gus Dur yang menjadikan hari imlek sebagai hari libur nasional, Jika dilihat dari segi jabatannya, Alm.Gus Dur adalah seorang kepala NU Islam dan menjabat sebagai Presiden RI, memberikan kesempatan untuk umat Konghuchu merayakan imlek sebagai hari tahun baru Cina. Hal ini terkandung nilai multikulturalisme, toleransi, dan pluralisme yang tergambarkan dari kebijakan tersebut. Tetapi, setelah beliau almarhum, terdapat kaum-kaum yang menolak merayakan Cap Go Meh (hari raya setelah 15 hari tahun baru Cina) yang sudah menjadi tradisi bagi orang Cina di Singkawang, Jakarta, Surabaya, Palembang,Medan, dan lain-lain oleh FPI (Front Pembela Islam). Apakah multikulturalisme tetap berbicara saat-saat ini? Tentu saja tidak setelah adanya tindakan tentangan oleh FPI melalui spanduk dan sebagainya. Kritik saya adalah organisasi tersebut perlu instropeksi diri atas tindakan yang mencoreng agama yang mewakilinya. Saya paham, bahwa tidak semua agama yang diwakili FPI itu seperti itu, namun hanya FPI lah yang bertindak anarkis dan menurut saya pembodohan masyarakat karena tak sesuai dengan semboyan negara. Cap Go Meh hanyalah sebagai acara tradisi yang merukunkan warga sekitar, mereka pun juga ikut 35

mengambil bagian dari acara tersebut.

Setelah melihat berbagai pendapat yang dituturkan oleh para tokoh melalui makalah, artikel, buku, blog dan media lainnya, banyak hal yang dapat diambil dan disimpulkan. Namun sebelum mencapai kesimpulan, ada beberapa hal yang perlu disinggung mengenai penerapan multikulturalisme dan pluralism di Indonesia. Pendapat dari berbagai tokoh, akademisi, atau pemikir lainnya banyak yang menyatakan kesetujuannya terhadap konsep dari multikulturalisme dan pluralism untuk diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia dan terutama yang berkaitan dengan tema makalah ini yaitu mengenai Pendidikan agama. Namun masalah yang ada disini adalah apakah

multikulturalisme dan pluralism agama ini telah berhasil dilakukan dan diterapkan di NKRI ini. Karena dari hal hal yang nyata terjadi adalah masih banyaknya penolakan terhadap konsep multikulturalisme dan pluralism ini seperti contohnya Fatwa MUI yang dikeluarkan mengenai konsep tersebut. Permasalahan mengenai pemahaman multikulturalisme dan pluralism masih menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mampu memahaminya. Umat beragama Indonesia masih banyak mengenal fanatisme terhadap agamanya atau sikap menyatakan kelompoknya yang paling benar masih merupakan masalah besar di Indonesia ini. Permasalahan lainnya adalah penafsiran terhadap konsep multikulturalisme dan pluralism yang masih dijelaskan secara sepihak sehingga

36

menimbulkan salah tafsir oleh beberapa kelompok agama tertentu. Penerapan konsep multikulturalisme secara nyata masih belum terjadi secara benar di Indonesia, masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dari segi informasi dan pengetahuan mengenai konsep dan penanaman konsep secara tepat kepada setiap pribadi sehingga bisa mendukung upaya transformasi multikulturalisme dan pluralism agama di Indonesia ini. Dan Indonesia tidak terjebak dalam konsep multikulturalisme yang dipahami salah oleh masyarakatnya. 3.2 Kesimpulan

Indonesia begitu plural dan kaya dengan budaya sehingga dapat menimbulkan berbagai perbedaan pendapat yang dapat menyebabkan berbagai hal negatif dan tidak jarang juga harmoni kebersamaan yang indah dan menyenangkan yang begitu rumit positif. karena Konsep multikulturalisme perbedaan dan pluralisme setiap merupakan hal yang sebenarnya sederhana tapi juga begitu menyangkut pendapat manusia. Menyadari hal tersebut, pasti terjadi banyak benturan ketika menjalankannya. Begitu banyak perbedaan yang ada di Indonesia yang mencakup SARA dan salah satu hal yang menjadi banyak argument sampai saat ini adalah konsep pendidikan multikulturalisme dan pluralism pada dan dimana keberadaan konsep agama

tersebut sejalan dengan agama yang ada di Indonesia. Indonesia bukanlah Negara dengan satu kepercayaan saja namun memiliki agama penduduk serta yang menganut Konsep berbeda-beda kepercayaan.

multikulturalisme dan pluralisme adalah hal yang melekat pula pada unsur keberadaan agama di Indonesia ini. Kesimpulan yang dapat diambil dari berbagai pendapat pakar / tokoh agama ataupun akademisi adalah bahwa Agama di Indonesia dinaungi oleh Pancasila dimana Sila Pertama adalah Ketuhana

37

Yang Maha Esa serta juga mendukung semboyan Bhinneka Tunggal mengakui sesuai Ika yang erat kaitannya kita sebagai agama dengan Negara konsep yang Multikulturalisme dan Pluralisme dimana bahwa Indonesia bahwa Negara beragama memercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan kepercayaan masing-masing dimana bukan berarti bahwa menyama-ratakan bahwa semua agama memiliki Tuhan yang sama. Hal ini berbeda dengan Sinkretisme dan dimaksudkan disini adalah bahwa kita perlu memahami pluralism agama dengan konsep adalah dengan saling multikulturalisme dan

menghormati dan memahami perbedaan yang ada. Jadi dapat dikatakan bahwa pengertian pluralisme agama adalah bahwa tiap pemeluk agama dituntut bukan saja untuk mengakui keberadaan dan hak agama lain, tapi juga terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan guna tercapainya pluralisme kerukunan agama dalam kebhinnekaan. Kedua, bukanlah

sinkretisme, yakni menciptakan suatu agama baru dengan memadukan unsur tertentu atau sebagian komponen ajaran dari beberapa agama untuk dijadikan bagian integral dari agama baru tersebut. Kesalahan tafsir pada makna konsep tersebut yang

menyatakan bahwa konsep tersebut hendak menyamaratakan semua dengan satu Tuhan masih disebabkan adanya fanatisme dan pikiran sempit atau ketidakpahaman dari seseorang. Oleh karena itu, tepat dikatakan bahwa pemahaman mengenai konsep lebih tepat diberikan kepada seseorang yang sudah cukup memiliki pendidikan dan kemampuan untuk paham secara lebih karena tanpa pengetahuan yang cukup pemaknaan suatu konsep

38

dapat menjadi keliru. Untuk paham mengenai agama tersebut, kita juga harus mengerti mengenai sejarah dari setiap agama sehingga kita juga mengerti apa maksud dari ajaran setiap agama lain sehingga pemberian tidak menimbulkan yang kesalahpahaman sebenarnya dan stereotype dianggap

tidak tepat bahkan salah.

39

LAMPIRAN

Spanduk FPI

Foto Frans Magnis Suseno

Foto KH.Ali Yafie

40