makalah agama islam ima

17
MAKALAH AGAMA ISLAM HAKIKAT KEIMANAN DAN BUDAYA Dosen Pengasuh : Drs. Ahmad Riyadi, M. Hum Oleh : Nur Hikma 11.11.1001.5009.025 JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA 2011/2012

Upload: hikma-hikz-arisugawa

Post on 22-Jul-2015

183 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH AGAMA ISLAM HAKIKAT KEIMANAN DAN BUDAYA Dosen Pengasuh : Drs. Ahmad Riyadi, M. Hum

Oleh : Nur Hikma 11.11.1001.5009.025

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA 2011/2012

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat, karunia serta petunjuk-Nya jualah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan dukungan dari Dosen Pengasuh mata kuliah Agama Islam dan juga berkat mahasiswa yang bersangkutan. Semoga makalah HAKIKAT KEIMANAN DAN BUDAYA ini dapat bermanfaat sekaligus menambah khasanah ilmu pengetahuan kita tentang pentingnya pemahaman Keimanan dan budaya dalam kehidupan sehari-hari maupun kegunaan dari materi itu sendiri. Seperti kata pepatah Tiada Gading yang Tak Retak , maka saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan dan terdapat kekurangan serta memerlukan bahan yang lebih lengkap. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki makalah ini, sehingga hasilnya dapat menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Terima Kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb

Samarinda, April 2012,

Nur Hikma

DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR................................................................................. i DAFTAR ISI............................................................................................... i i BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG..................................................................... B. RUMUSAN MASALAH................................................................. 1 1

C. TUJUAN............................................................................................ 1 BAB II PEMBAHASAN A. HAKIKAT KEIMANAN....................................................................... 2 B. TAUHID.............................................................................................. 4 C. HAKIKAT BUDAYA........................................................................... 8

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN................................................................................... 10 B. SARAN.............................................................................................. 10 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 11

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam melakukan peribadatan semua umat beragama termasuk agama islam tidak akan pernah lepas dari keimanan. Dalam konteks bahasa indonesia iman diartikan menjadi yakin atau keyakinan terhadap sesuatu. Tapi apakah iman dalam bahasa aslinya yang kemudian diadopsi oleh agama Islam hanya bermakna sesimpel itu. Membicarakan keimanan begitu penting mengingat keberagamaan budaya dan tanpa adanya sebuah keimanan akan percuma. Pelaku dari iman itu sendiri apakah sudah sesuai dengan garis agama Islam ataukah pemahaman iman yang berbeda. Meski seakan keimanan begitu berat, namun islam sebagai agama rahmatan lil alamin memberikan great dalam pencapaian hal yang bernama iman dan untuk mendapat hakikat keimanan yang sempurna dengan budaya yang baik pula. Ini seperti apa yang menjadi asbab al-nuzul dari turunnya surat al-hujurat ayat 14.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah pengertian iman dan hakikat keimanan ? 2. Apakah tauhid itu ? 3. Apa hakikat budaya ?

C. TUJUAN Tujuan pembahasan pada makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian iman dan bagaimana hakikat keimanan itu. Mengetahui pengertian hakikat budaya islam dan pengertian tauhid.

BAB II PEMBAHASAN 1. HAKIKAT KEIMANAN Iman secara etimologi artinya mempercayai. Percaya berkaitan erat dan tidak bisa dipisahkan dari mengenal dan mengetahui(ma'rifat). Dalam arti kepercayaan terhadap sesuatu itu tumbuh dengan dilandasi dan didasari pengetahuan dan pengenalan terhadapnya. Jika seseorang

mempercayai sesuatu maka dia mengetahui dan mengenalnya. Dalam Khasyiyah Jami' al-Shahih lil imam al-Bukhari disebutkan bahwa kadar dan tingkat keimanan seseorang kepada Allah itu tergantung pada sejauh mana kadar pengetahuan dan pengenalan (marifatullah) orang tersebut kepada Allah. Jadi seseorang yang beriman kepada Allah, tentunya dia mengetahui dan mengenal Allah. Mengenal dan

mengetahui Allah berbeda dengan mengenal makhluk-Nya. Mengenal dan mengetahui Allah adalah dengan mengenal sifat-sifat-Nya, perintahNya dan larangan-Nya yang dapat diperoleh dengan cara men-tadabburi dan men-tafakuri ayat-ayat-Nya, baik ayat kauniyat/tersirat di alam raya maupun ayat qur'aniyat/tersurat dan tertulis dalam Qur'an dan diantara ayat-ayat-Nya adalah menciptakan langit dan bumi ; dan Dabbah yang Dia sebarkan pada keduanya. dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya (QS. Asy-Syura (42) ayat 29). Dan Allah telah menciptakan Dabbah dari almaa; diantara mereka ada yang berjalan diatas perutnya dan ada juga yang berjalan dengan dua kaki dan sebagiannya lagi berjalan atas empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki, karena sesungguhnya Allah berkuasa atas tiap-tiap sesuatu. (QS. An-Nur (24) ayat 45) Melalui surah asy-syura ayat 29 diatas kita memperoleh gambaran dari al-Quran bahwa Allah telah menyebarkan dabbah disemua langit dan bumi yang telah diciptakan-Nya. Pengertian dari istilah Dabbah ini sendiri bisa kita lihat pada surah an-Nur (24) ayat 45, yaitu makhluk hidup yang memiliki

cara berjalan berbeda-beda, ada yang merayap seperti hewan melata ada yang berjalan dengan dua kaki sebagaimana halnya

dengan manusia, dan ada pula yang berjalan dengan empat kaki seperti kuda, anjing, kucing dan seterusnya. Sehingga merujuk istilah Dabbah yang ada dilangit dengan makhluk berjenis Jin atau Malaikat saja, serta mengabaikan kemungkinan adanya makhluk jenis lain berarti bertentangan dengan maksud Kitab Suci itu sendiri. Keberadaan planet-planet yang berfungsi sebagai tempat hidup dan berkehidupan makhluk berjiwa seperti bumi misalnya secara eksplisit bisa juga kita peroleh didalam ayat al-Quran : Allah menciptakan tujuh langit dan seperti itu juga bumi; berlaku hukum-hukum Allah didalamnya, agar kamu ketahui bahwa Allah sangat berkuasa terhadap segala sesuatu; dan Allah sungguh meliputi segalanya dengan pengetahuanNya. (QS. Ath-Thalaq (65) ayat 12) Jika kata langit dan bumi disebut dengan bilangan tujuh yang berarti banyak (lebih dari satu), maka tentu yang dimaksud dalam ayat ini adalah kemajemukan gugusan galaksi yang terdiri dari jutaan bintang dan planet-planet yang ada sebagaimana yang kita ketahui dari ilmu astronomi modern. Oleh karenanya secara tidak langsung al-Quran menyatakan kepada kita bahwa Bumi yang kita diami ini bukanlah satu-satunya bumi yang ada di jagad raya. Meskipun demikian, tidaklah merupakan kemestian orang yang mengetahui sesuatu otomatis mempercayai dan mengimaninya. Adakalanya mengetahui sesuatu tetapi tidak mengimaninya seperti iblis yang mengetahui (ma'rifat) terhadap Allah, tetapi dia tidak mengimani dan tidak mau tunduk pada perintah Allah SWT. Sedangkan menurut terminologi, iman diformulasikan sebagai pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan yang dibuktikan dengan perbuatan dan karya nyata (amal). Iman memiliki tiga sifat yaitu: iman itu bersifat abstrak dengan pengertian manusia tidak dapat mengetahui dan mengukur kadar keimanan orang lain. Iman bersifat abstrak karena iman ada dalam hati dan isi hati tidak ada yang tahu kecuali Allah dan orang tersebut.

Namun meskipun demikian ada sebuah hadits yang memberi petunjuk kepada kita bahwa meskipun iman itu bersifat abstrak, tetapi iman dapat diidentifikasi dari amaliah dan ketaatan seseorang dalam menjalankan agamanya. Nabi bersabda: Artinya:"Apabila kamu melihat seorang laki-laki membiasakan dirinya pergi ke mesjid (untuk menunaikan ibadah), maka persaksikanlah bahwa orang tersebut beriman"(al-Hadits). Kedua, iman bersifat fluktuatif artinya naik turun, bertambah dan berkurang, bertambah karena melaksanakan keta'atan dan berkurang karena melakukan kemaksiatan. Kondisi iman bersifat fluktuatif ini karena iman bertempat dalam hati yang mana karakter dasar hati adalah berubah-ubah dan tidak tetap dalam satu kondisi, hati kadang senang, sedih, marah, rindu, cinta, benci sehingga dalam bahasa Arab hati dinamai qalbun yang artinya bolak-balik dan tidak tetap dalam satu kondisi. Abu Musa al-Asyari

menyebutkan:"sesungguhnya hati disebut qalbun tiada lain karena hati selalu bolak-balik dan berubah. Oleh karena itu iman mesti dijaga dan dipupuk. Iman itu ibarat tanaman yang mesti dipupuk dan pelihara dengan baik. Karena apabila iman tidak dipelihara dan dipupuk bisa saja iman itu mati ataupun kalau tidak mati, iman itu tidak akan tumbuh dengan baik dan tidak akan berbuah amal kebajikan seperti tanaman yang tidak terurus dan ditelantarkan yang mungkin mati atau mungkin hidup tetapi tidak berbuah dan tidak menghasilkan. Diantara hal-hal yang harus dilakukan untuk memelihara dan memupuk keimanan adalah mentadaburi ayat-ayat Alqur'an, men-tafakkuri ciptaan-ciptaan Allah, berdzikir, berdo'a kepada Allah agar diberi anugrah iman yang kuat dan senantiasa mengamalkan ajaran-ajaran agama dengan konsisten. Dalam sebuah Hadits Nabi bersabda:"Perbaharuilah imanmu". Lalu para sahabat bertanya kepada Rasul:"Bagaimana kami memperbaharui iman kami. Beliau menjawab:"Perbanyaklah menyebut La Ilaha Illallah". Ketiga, iman itu bertingkat-tingkat. Artinya tingkat dan kadar keimanan dalam hati orang beriman itu berbeda dan tidak sama, ada yang kuat,

ada yang sedang dan ada yang lemah imannya. Kadar dan kualitas keimanan Abu Bakar dan shahabat-shahabat Nabi tentunya berbeda dengan keimanan orang-orang sesudahnya. Alqur'an pun dalam meredaksikan orang-orang yang beriman adakalanya menggunakan kata Alladzina Amanu dan terkadang menggunakan kata al-Mu'minun. Ada perbedaan makna antara kedua kata tersebut. Kata Alladziina Aamanuu mengandung arti seluruh orang yang beriman baik yang kuat imannya, yang sedang imannya maupun yang lemah keimanannya. Sedangkan kata al-Mu'minun mengandung arti orang mu'min yang memiliki kualitas keimanan yang sempurna. Mudah-mudahan kita diberi kekuatan iman dan Islam oleh Allah sehingga termasuk orang yang memiliki kualitas keimanan yang baik, namun tentunya untuk meraih dan mewujudkan hal itu perlu ada upaya sungguh-sungguh (mujahadah) dan keinginan kuat (iradah) yang diwujudkan dengan semangat menggebu (himmat 'adzimah) untuk mendalami, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama Islam itu sendiri.

2. TAUHID

Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah. Tauhid menurut (salafi) dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma wa Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim. Ciri-ciri orang yang tauhid adalah hatinya tenang dalam menyikapi keadaan apapun, karena dia hanya bersandar dan berserah diri pada-NYA. Barangsiapa menginginkan kemuliaan yang hakiki atau sesungguhnya, maka bertakwalah ( melaksanakan semua perintah-NYA ), karena DIA hanya melihat kemuliaan seseorang dari ketakwaannya. Firman-NYA: ...Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa ( melaksanakan semua perintah-NYA ) di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. QS. Al Hujurat: 13.

kedudukan tauhid dalam Islam. Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Dalil Al-Qur'an tentang keutamaan & keagungan tauhid.

Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS An Nahl: 36) "Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (QS At Taubah: 31) "Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)" (QS Az Zumar: 2-3) "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" (QS Al Bayinah: 5)

Perkataan ulama tentang tauhid. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "Orang yang mau mentadabburi keadaan alam akan mendapati bahwa sumber kebaikan di muka bumi ini adalah bertauhid dan beribadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa serta taat kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Sebaliknya semua kejelekan di muka bumi ini; fitnah, musibah, paceklik, dikuasai musuh dan lain-lain penyebabnya adalah menyelisihi Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan berdakwah (mengajak) kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Orang yang mentadabburi hal ini dengan sebenar-benarnya akan mendapati kenyataan seperti ini baik dalam dirinya maupun di luar dirinya" (Majmu' Fatawa 15/25) Karena kenyataannya demikian dan pengaruhnya-pengaruhnya yang terpuji ini, maka syetan adalah makhluk yang paling cepat (dalam usahanya) untuk menghancurkan dan merusaknya. Senantiasa bekerja untuk melemahkan dan membahayakan tauhid itu. Syetan lakukan hal ini siang malam dengan berbagai cara yang diharapkan membuahkan hasil. Jika syetan tidak berhasil (menjerumuskan ke dalam) syirik akbar, syetan tidak akan putus asa untuk menjerumuskan ke dalam syirik dalam berbagai kehendak dan lafadz (yang diucapkan manusia). Jika masih juga tidak berhasil maka ia akan menjerumuskan ke dalam berbagai bid'ah dan khurafat. (Al Istighatsah, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal 293, lihat Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayaan, hal 4) Pembagian tauhid Rububiyah Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam

Semesta. Sebagaimana terdapat dalam Al Quran surat Az Zumar ayat 62 :"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu". Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (Ath-Thur: 35-36). Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi Rasulullah mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Allah, Katakanlah: Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki Arsy yang besar? Mereka akan menjawab: Kepunyaan Allah. Katakanlah: Maka apakah kamu tidak bertakwa? Katakanlah: Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui? Mereka akan menjawab: Kepunyaan Allah. Katakanlah: Maka dari jalan manakah kamu ditipu? (Al-Muminun: 86-89). Uluhiyah/Ibadah Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya. "Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Imran: 18). Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan

konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyahNya. Mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti salat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rosul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah mengenai perkataan mereka itu Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. (Shaad: 5). Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Allah semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Allah dan Rosul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah satusatunya Pencipta alam semesta. Asma wa Sifat Beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma'ul husna) yang sesuai dengan keagunganNya. Umat Islam mengenal 99 asma'ul husna yang merupakan nama sekaligus sifat Allah. 3. HAKIKAT BUDAYA Kebudayaan sering kali dipahami dengan pengertian yang tidak tepat. Beberapa ahli ilmu sosial telah berusaha merumuskan berbagai definisi tentang kebudayaan dalam rangka memberikan pengertian yang benar tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan tersebut. Akan tetapi ternyata definisi-definisi tersebut tetap saja kurang memuaskan. Terdapat dua aliran pemikiran yang berusaha memberikan kerangka bagi pemahaman tentang pengertian kebudayaan ini, yaitu aliran ideasional dan aliran behaviorisme/materialisme. Dari berbagai definisi

yang telah dibuat tersebut, Koentjaraningrat berusaha merangkum pengertian kebudayaan dalam tiga wujudnya, yaitu kebudayaan sebagai wujud cultural system, social system, dan artifact. Kebudayaan sendiri disusun atas beberapa komponen yaitu komponen yang bersifat kognitif, normatif, dan material. Dalam memandang kebudayaan, orang sering kali terjebak dalam sifat chauvinisme yaitu membanggakan

kebudayaannya sendiri dan menganggap rendah kebudayaan lain. Seharusnya dalam memahami kebudayaan kita berpegangan pada sifatsifat kebudayaan yang variatif, relatif, universal, dan counterculture. Salah satu kelebihan kita menjadi manusia adalah diberikannya kemampuan untuk merasakan hal-hal disekeliling kita dengan seluruh panca indera yang dimiliki.yang membedakan kita dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya adalah adanya cipta, rasa, dan karsa. Pada dasarnya :

Unsur manusia : o Jasad : badan kasar manusia yang Nampak pada luarnya o Hayat : mengandung unsur hidup yang di tandai dengan gerak o Ruh : bimbingan dari pimpinan tuhan o Nafs : kesadaran tentang diri sendiri

3 unsur kepribadian manusia : o ID adalah kepribadian yang tidak tampak o EGO adalah struktur kepribadian yang pertama o SUPER EGO adalah kesatuan standar moral

4 hakekat manusia : o Tubuh dan jiwa menjadi satu kessatuan yang utuh o Perbandingan manusia dengan yang lain Intelektual Estetis Etis Diri

Social religius o Makhluk hayati yang berbudaya o Makhluk yang terikat dengan lingkungan

Kebudayaan adalah hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. 3 wujud kebudayaan : o Ideal adalah gagasan dan pikiran manusia. o Kelakuan adalah aktivitas atau kegiatan manusia. o Fisik adalah berupa benda.

Perubahan kebudayaan : o Berasal dari masyarakat o Berasal dari kebudayaan o Berasal dari linkungan alam

Hubungan manusia dengan kebudayaan tercipta melalui 3 tahap : o Eksternalisasi adalah proses pengekspresian diri. o Obyektivasi adalah suatu kenyataan manusia yang berhadapan dengan manusia. o Internalisasi adalah suatu proses yang mempelajari kemasyarakatan agar lebih baik.

Variasi system nilai budaya : o Masalah hakekat hidup manusia o Masalah hakekat karya manusia o Masalah hakekat waktu manusia o Masalah hakekat alam sekitar manusia o Masalah hakekat hubungan manusia

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Hakikat keimanan pemenuhan aspek yang menyempurnakan iman seseorang, iman tidak hanya berupa pengakuan tetapi juga tindakan atas apa yang diyakini berasal dari Allah melalui perantara Rasulnya. Tauhid adalah ilmu yang paling mulia dan paling agung kedudukannya. Setiap muslim wajib mempelajari, mengetahui dan memahaminya, karena cakupan ilmu ini adalah tentang Allah, asma-asma, sifat-sifat, dan hak-hak-Nya yang harus dipenuhi oleh hamba-Nya. Hakikat budaya terdapat dua aliran pemikiran yaitu aliran ideasional dan aliran behaviorisme/materialisme.B. SARAN

Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakan keimanan dalam kehidupan keseharian kita agar kita dapat menyaring kebudayaan yang sedang berkembang saat ini baik dampaknya negatif maupun positif. Kita pun dapat membangun kebudayaan Islam dengan landasan konsep yang berasal dari Islam pula.

DAFTAR PUSTAKA http://komunitas-nuun.blogspot.com/2007/02/islam-dan-kebudayaan.html Wikipedia Indonesia, Ilmu Tauhid. Wikipedia Indonesia, Hakikat Budaya Tim Ahli Tauhid, Kitab al-Tauhid li al-Shaf al-Sani al-Ali, (Yogyakarta:UII Press, 2001) CD Maktabah Syamilah Oleh: Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Prinsip-prinsip dasar Keimanan. Oleh: Erlan Naofal, S. Ag, M. Ag. Hakikat Iman