makalah agama 2

Upload: tenzara-twiasyuni

Post on 09-Mar-2016

231 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Abstrak Perempuan dan kekuasaannya

TRANSCRIPT

MAKALAHPEND. AGAMA ISLAM(IG091301)

PEREMPUAN DAN KEKUASAAN

MENELUSURI HAK POLITIK DAN PERSOALAN GENDER DALAM ISLAM

DOSEN : Drs. ACHMAD PENYUSUN: IKHWAN FAUZI, Lc. PERINGKAS: NAMA: TENZARA TWIASYUNI NRP: 4112100018 KELAS: 40

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER (ITS)SURABAYATAHUN AJARAN 2012-2013ABSTRAKPerempuan sebelum Islam tidak memiliki peranan apapun. Dirampas haknya, diperjualbelikan seperti budak, dan diwariskan, tetapi tidak mewarisi. Bahkan sebagian bangsaa melakukan hal itu terus-menerus dan menganggap perempuan tidak punya roh, hilang dengan kematiannya, dan tidak tunduk pada syariat, berbeda dengan laki-laki.

Secara umum, kedudukan perempuan di masa Jahiliyah ada dalam 3 butir ini: Pertama, perempuan dinggap sebagai pelayan bagi laki-laki dan diwariskan, tetapi tidak mewarisi. Kedua, perempuan berada di bawah kekuasaan dan perwalian laki-laki, tidak punya kebebasan dan kehendak. Ketiga, perempuan dikubur hidup-hidup.

Dalam prinsip persamaan gender, perempuan memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki di hadapan Islam, yaitu: Hak-hak Kewarganegaraan Hak Menuntut Ilmu Hak BerpendapatMeski begitu, perempuan tetap harus bertanggung jawab apabila ada pelanggaran yang telah dilakukannya. Mereka tetap akan mendapat sanksi dan kewajiban, sama halnya seperti laki-laki.Kedudukan hak-hak politik bagi kaum wanita sama dengan laki-laki pada umumnya.Adapun hak-hak politik ini mencakup :1. Hak dalam mengungkapkan pendapat dalam pemilihan dan referendum dengan berbagai cara.2. Hak dalam pencalonan menjadi anggota lembaga perwakilan dam laembaga setempat.3. Hak dalam pencalonan menjadi presiden, dan hal-hal lain yang mengandung persekutuan dan penyampain pendapat yang berkaitan dengan politik.

Masalah hak perempuan dalam pencalonan memiliki dua dimensi lain, yaituPertama, perempuan menjadi anggota di parlemen.Kedua, ikut serta dalam pemilihan anggota parlemen.

Untuk mengetahui ketentuan dalam kedua masalah ini, yang pertama mengandung kewenangan dalam urusan-urusan umum, maka harus dijelaskan bahwa kewenangan itu ada dua, yaitu kewenangan umum dan kewenangan khusus.

Kewenangan umum adalah kekuasaan dalam urusan-urusan masyarakat, seperti kewenangan pembuatan undang-undang, keputusan proses engadilan, implementas hukum, dan kontrol terhadap para penegak hukum.

Kewenangan khusus adalah kekuasaan mengatur masalah tertentu, seperti wasiat kepada anak yang masih kecil, kewenangan terhadap harta, dan pengaturan wakaf.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.Saya panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Perempuan dan Kekuasaan (Menelusuri Hak politik dan Persoalan Gender dalam Islam) ini dengan lancar..Maksud dan tujuan saya dalam menjalankan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam.Saya menyadari bahwa makalah yang berjudul Perempuan dan Kekuasaan (Menelusuri Hak politik dan Persoalan Gender dalam Islam) ini masih jauh dari kata sempurna yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan saya. Meskipun demikian, saya telah berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan saya disertai adanya dorongan dan bimbingan dari bebagai pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Saya berharap makalah yang berjudul Perempuan dan Kekuasaan (Menelusuri Hak politik dan Persoalan Gender dalam Islam) ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 12 September 2012

DAFTAR ISI

ABSTRAK.............................................................................................................................2KATA PENGANTAR..........................................................................................................4

BAB. I. PRINSIP PERSAMAAN GENDERA. HAK DAN KEWAJIBAN .................................................................................111. Hak dan Kewajiban..........................................................................................72. Hak Menuntut Ilmu..........................................................................................73. Hak Berpendapat............................................................................................10B. SANKSI DAN KEWAJIBAN............................................................................12

BAB. II. KEDUDUKAN HAK POLITIK PEREMPUANA. TENTANG HAK-AK POLITIK......................................................................14B. KEWENANGAN UMUM.................................................................................151. Pendapat yang Tidak Memperbolehkan Perempuan Berpolitik.....................152. Pendapat yang Memperbolehkan Perempuan Berpolitik...............................19C. MENGGUNAKAN HAK-HAK POLITIK......................................................211. Alquran...........................................................................................................212. Sunah..............................................................................................................22D. HAK POLITIK DAN IRITASI KEKUASAAN.............................................

BAB III. EMANSIPASI ANTARA PERJUANGAN POLITIK DAN EKSISTENSIAL

A. HAK-HAK POLITIK PEREMPUAN DALAM HUKUM MODERN1. Pendapat Pertama2. Pendapat KeduaB. KASUS MESIR MODERN C. TOKOH DAN GERAKAN1. Rifaah Thahthawi2. Qasim Amin3. Malik Hafni Nashif4. Huda Syarawi dan Munirah Tsabit Musa

BAB-BAB RINGKASAN

BAB I. PRINSIP PERSAMAAN GENDER

Islam datang membawa prinsip persamaan di antara seluruh manusia. Tidak ada perbedaan antara satu individu dengan individu lain. Sebab, Allah SWT menciptakan manusia dalam satu asal.

13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujuraat [49]: 13)

1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya [263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain [264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. AnNisaa [4]; 1)

Tidak ada perbedaaan gender antara laki-laki dan perempuan, sebab sebagian mereka berasal dari sebagian yang lain, laki-laki dari perempuan, dan perempuan dari laki-laki. Tidak ada perbedaan di antara mereka dalam hal esensi alami.

A. HAK DAN KEWAJIBANDalam persamaan hak dan kewajiban antara perempuan dan laki-laki terdapat beberapa contoh sebagai berikut:

1. Hak-hak KewarganegaraanPerempuan secara sempurna sama dengan laki-laki dalam memperoleh hak-hak sipil.permpuan memilki hak penuh untuk memikul tanggung jawab, memilki dan bertindak karena persamaannya dengan kaki-laki. Perempuan mempunyai hak dalam memilih suami yang disukai. Syariat melarang perkawinan perempuan tanpa keridaannya.Sebagian orang memandang bahwa Islam membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam masalah penting, yaitu waris.

11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan [272]; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua [273], maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfa'atnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An Nisaa [4]:11)

176. Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah) [387]. Katakanlah : "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu) : jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. An Nisaa [4]:176).Pembedaan itu dilakukan berdasarkan perbedaan dalam memikul tanggung jawab ekonomi dalam kehidupan yang dibebankan kepada mereka. Dalam waris, laki-laki memperoleh bagian dua kali dari bagian perempuan, hal itu kembali pada tanggung jawab yang dipikulnya dalam kehidupan.

Maka perbedaan tanggung jawab gender meyebabkan perbedaan dalam hak waris tanpa bertujuan melebihkan seseorang dari orang lain.

2. Hak menuntut IlmuIslam mempersamakan antaera lik-laki dan perempuan dalam hak belajar. Masing-masing memiliki hak untuk memperoleh apa saja yang mereka inginkan, berupa berbagai jenis pengetahuan, sastra, dan budaya.

Prinsip pengajaran perempuan telah diterapkan pada zaman Rasullah saw. Dan dilanjutkan pada masa kekhalifahan Khulafaur Rasyidin. Maka Aisyah mendalami ilmu pengetahuan dan menjadi perempuan paling berilmu pada masanya. Juga termasuk orang-orang yang mencintai ilmu adalah Fatimah az Zahra, Sakinah binti Imam al-Husain, Asma binti abu Bakar, dan perempuan lainnya yang meraih ilmu sama seperti laki-laki.

Al-Quran mendorong seluruh manusia untuk mencari ilmu tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan.

18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu [188] (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ali Imran [3]: 18)

11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al. Mujaadilah [58]:11)

9. (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az. Zumar [39]: 9)

3. Hak BerpendapatMenurut syariat, perempuan mempunyai hak untuk mengemukaan pendapat dalam masalah-masalah dan urusan-urusan umum. Bahkan masalah ini sampai pada suatu batas terpenting dalam syariat Islam. Hal itu diungkapkan dalam Al Quran pada:

1. Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat [1462].

2. Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

3. Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.4. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.(QS. Al Mujaadilah [58]: 1-4)

Ayat-ayat ini, khususnya turun berkenaan dengan kasus yang terjadi antara Aws bin Al-Shamit dan istrinya Khawlah binti Tsalab. Sebab turunnya ayat ini ialah berhubungan dengan persoalan seorang wanita bernama Khaulah binti Tsa'labah yang telah dizhihar oleh suaminya Aus ibn Shamit, yaitu dengan mengatakan kepada isterinya: "Kamu bagiku seperti punggung ibuku" dengan maksud dia tidak boleh lagi menggauli isterinya, sebagaimana ia tidak boleh menggauli ibunya. Menurut adat Jahiliyah kalimat zhihar seperti itu sudah sama dengan menthalak isteri. Maka Khaulah mengadukan hal itu kepada Rasulullah SAW Rasulullah menjawab, bahwa dalam hal ini belum ada keputusan dari Allah. Dan pada riwayat yang lain Rasulullah mengatakan: "Engkau telah diharamkan bersetubuh dengan dia". Lalu Khaulah berkata: "Suamiku belum menyebutkan kata-kata thalak" Kemudian Khaulah berulang kali mendesak Rasulullah supaya menetapkan suatu keputusan dalam hal ini, sehingga kemudian turunlah ayat ini dan ayat-ayat berikutnya.Surah ini mengungkapkan pemikiran perempuan dan merupakan lembaran Illahi yang kekalyang selama beberapa masa memancarkan penghargaan pada pendapat perempuan.

B. SANKSI DAN KEWAJIBAN Tugas-tugas (taklif) itu sama dalam Islam, baik berkaitan dengan laki-laki maupun perempuan. Kedua-duanya dibebani tugas-tugas ibadah dan hukum-hukum agama tanpa ada perbedaan. Salat, puasa, zakat, dan haji -ketika mampu- merupakan kewajiban agama, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Selain itu, perempuan --seperti laki-laki-- dibebani kewajiban menegakkan amar maruf nahi munkar dan pengajaran akhlak. Allah SWT berfirman :

71. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At Taubah [9]: 71)

Akan tetapi, Islam juga telah memperhatikan sifat biologis perempuan dalam menunaikan kewajiban-kewajibannya. Misalnya, gugurnya kewajiban salat pada waktu-waktu tertentu. Demikian pula puasa dengan syariat mengadanya pada waktu yang lain. Islam memperhatikan sifat perempuan dalam menunaikan kewajiban haji dengan tidak membolehkannya mengenakan pakaian ihram. Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pahala maupun menanggung dosa.

2. Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (QS. An Nuur [24]:2)

32. Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. An Nisaa' [4]: 32)

124. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. (QS. An Nisaa' [4]: 124)

97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik [839] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An Nahl [16]: 97)

BAB II. KEDUDUKAN HAK-HAK POLITIK PEREMPUAN

Yang dimaksud dengan hak-hak politik adalah hak-hak yang ditetapkan dan diakui undang-undang atau konstitusi berdasarkan keanggotaan sebagai warga negara. Pada umunya, konstitusi mengaitkan antara pemenuhan hak-hak ini dan syarat kewarganegaraan. Artinya hak-hak ini tidak berlaku kecuali bagi warga negara setempat, bukan warga asing.

Hak- hak politik ini menyiratkan partisipasi individu dalam pembentukan pendapat umum, baik dalam pemilihan wakil-wakil mereka di majelis-majelis dan berbagai lembaga perwakilan atau pencalonan diri mereka untuk menjadi anggota majelis atau lembaga perwakilan tersebut.Hak-hak politik ini mencakup :1. Hak dalam mengungkapkan pendapat dalam pemilihan dan referendum dengan berbagai cara.2. Hak dalam pencalonan menjadi anggota lembaga perwakilan dam laembaga setempat.3. Hak dalam pencalonan menjadi presiden, dan hal-hal lain yang mengandung persekutuan dan penyampain pendapat yang berkaitan dengan politik.

A.TENTANG HAK-HAK POLITIK

Pendapat ini mengatakan bahwa Islam tidak menetapkan persamaan antara perempuan dan laki-laki, khususnya dalam memperoleh hak-hak politik. Pendapat inipun dikuatkan dengan fatwa dari al-Azhar pada Juni 1952 atau Ramadhan 137 H. Kutipan ringkasnya sebagai berikut.

Masalah hak perempuan dalam pencalonan memiliki dua dimensi lain, yaituPertama, perempuan menjadi anggota di parlemen.Kedua, ikut serta dalam pemilihan anggota parlemen.

Untuk mengetahui ketentuan dalam kedua masalah ini, yang pertama mengandung kewenangan dalam urusan-urusan umum, maka harus dijelaskan bahwa kewenangan itu ada dua, yaitu kewenangan umum dan kewenangan khusus.Kewenangan umum adalah kekuasaan dalam urusan-urusan masyarakat, seperti kewenangan pembuatan undang-undang, keputusan proses engadilan, implementas hukum, dan kontrol terhadap para penegak hukum.

Kewenangan khusus adalah kekuasaan mengatur masalah tertentu, seperti wasiat kepada anak yang masih kecil, kewenangan terhadap harta, dan pengaturan wakaf.

Syariat memberikan kesempatan kepada perempuan dalam kewenangan kedua di atas. Syariat menguasakan semua itu kepadanya dengan membimbingnya agar memelihara kehormatan dan kedudukannya.

B. KEWENANGAN UMUM

Di antara hal terpenting bagi anggota parlemen adalaah kewenangan membuat undang-undang dan pengawasan pelaksanaannyasyariat Islam hanya membebankannya kepada laki-laki jika memenuhi syarat-syarat tertentu.Kisah Safiqah Bani Saidah dalam pemilihan khalifah pertam sepeninggal Rasulullah saw. telah menimbulkan perbedaan pendapat yang sangat tajam. Kemudian permasalahannya diserahkan kepada Abu Bakar. Setelah itu Abu Bakar dibaiat secara umum di dalam masjid. Tidak ada partisipasi perempuan dengan laki-laki dalam bertukar pendapat di Safiqah itu, dan perempuan tidak diundang untuk itu. Sebagaimana juga perempuan tidak diundang dan tidak diikutsertakan dalam baiat umum tersebut.

1. Pendapat yang Tidak Memperbolehkan Perempuan Berpolitika. AlquranAllah SWT. berfirman :

228. Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru' [142]. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya [143]. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Baqarah [2]: 228)

Maksud ayat ini adalah bahwa laki-laki memilki tingkatan yang lebih tinggi daripada perempuan dalam tanggung jawab rumah tangga, ketaatan pada perintah, pemberian nafkah, dan pemenuhan berbagai kepentingan.

Oleh karena itu, laki-laki memilki kelebihan daripada perempuan dalam mengatur kepentingan-kepentingan umum dan menikmati hak-hak politik.

33. dan hendaklah kamu tetap di rumahmu [1216] dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu [1217] dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait [1218] dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. AL Ahzab [33]: 33)

Perempuan diharuskan selalu tinggal di rumahnya dan tidak boleh keluar kecuali karena suatu kepentingan yang mendesak. Inilah yang kemudian berpengarauh terhadap kehidupan politik pada umumnya.

b. Sunah Hadis Nabi Muhammad saw.:Tidak akan berjaya suatu kaum yang menyerahkan urusan kepada perempuanDari hadis ini dapat disimpulkan menurut pendapat inibahwa perempuan tidak boleh menduduki jabatan umum apapun. Sebab, dalam hal itu tidak ada kemenangan dan kesuksesan. Maka dalam kemenangannya pun ada kerugian. Kerugian itu harus dihindari. Mereka merujukkan larangan ini pada emosi perempuan dan sifat-sifat kodratnya yang menjadikannya tidak mampu mengambil keputusan yang benar. Selain itu, perempuan tidak memilki kemauan yang teguh dalam masalah-masalh penting.

Perempuan punya kekurangan dalam akal dan agamaMakna harfiah hadis itu sendiri sebagaimana pandangan para penganut pendapat iniadalah perempuan mempunyai kekurangan dalam akal dan agamanya. Selama keadaanya seperti itu, ia tidak diperkenankan menduduki jabatan umum.

Jika para pemimpin kamu adalah orang-orang jahat, kaum kaya di antara kamu adalah orang-orang bakhil, dan diserahkan urusanmu kepada kaum perempuan, maka isi bumi lebih baik ketimbang permukaannyamaksud hadis ini adalah tidak diperkenankannya menyerahkan urusan kepada kaum perempuan.

c. Ijma Ijma adalah kesepakatan para mujtahid dari kalangan kaum Muslimpada suatu zaman untuk menetapkan hukum syariat. Pendapat ini pun didasarkan pada ijma untuk menguatkan pendapat mereka dan mereka mengatakn bahwa hal itu sudah dipraktekkanpada beberapa masa. Atau setidaknya pada masa Rasulullah saw. dan para khulafaur Rasyidi yang berlaku tanpa kesertaan perempuan dalam kehidupan politik negara. Kendati ada sejumlah besar kaum perempuan yang terlibat di bidang budaya dan intelektual pada masa awal Islam, seperti istri-istri Nabi Muhammad saw., tetapi mereak tidak berpartisipasi dalam masalah-masalah kenegaraan. Mereka pun tidak diminta untuk berpartisipasi dalam masalah itu.

d. QiyasQiyas adalah mengikutkan suatu perkara yang tidak tercantum ketentuannya dalam Alquran, Sunah, atau ijma pada perkara lain yang diatur ketentuannya pada sumber-sumber di atas karena ada kesamaan illat hukum.

Dalam bersandar pada qiyas, para pencetus pendapat ini melihat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, memungkinkan dilakukan qiyas dalam hal itu. Di antara contoh-contohnya adalah :a. Tidak aadanya perkenan untuk menjadi pemimpin bagi masyarakat umum dalam salat lima waktu, salat Jumat, dan salat Idb. Perempuan tidak mempunyai hak menentukan talak yang ditetapkan syariat melekat pada laki-lai , bukan pada perempuan.c. Perempuan tidak boleh berpergian sendiri tanpa diseratai muhrimnya atau teman yang dipercaya.d. Perempuan tidak diwajibkan salat Jumat dalam jamaah. Sebab,dalam hadist disebutkan

Pendapat ini berakhir pada anggapan bahwa syariat Islam tidakMemperbolehkan perempuan memperoleh hak-hak politik secara umum. Sebagaimana perempuan tidak boleh menduduki tugas apapun yang beralaitan dengan kekuasaan kehakiman. Sebab disitu terdapat tuntutan pendapat dan keteguhan keyakinan yang tidak dapat dilakukan kaum perempuan.

2. Pendapat yang Memperbolehkan Perempuan Berpolitika. AlquranPendapat ini berargumen dengan firman Allah SWT. :

34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri [289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) [290]. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya [291], maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya [292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. An Nisaa [4]: 34)

Sebab turunnya ayat ini adalah Ibnu Abu Hatim mengetengahkan dari Hasan, katanya, "Seorang wanita datang kepada Nabi saw. mengadukan suaminya karena telah memukulnya, maka sabda Rasulullah saw., 'Berlaku hukum kisas,' maka Allah pun menurunkan, 'Kaum lelaki menjadi pemimpin atas kaum wanita...' sampai akhir ayat." (Q.S. An-Nisa 34.) Demikianlah wanita itu kembali tanpa kisas. Ibnu Jarir mengetengahkan pula dari beberapa jalur dari Hasan, yang pada sebagiannya terdapat bahwa seorang laki-laki Ansar memukul istrinya, hingga istrinya itu pun datang menuntut kisas. Nabi saw. pun menitahkan hukum kisas di antara mereka, maka turunlah ayat, "Dan janganlah kamu mendahului Alquran sebelum diputuskan mewahyukannya bagimu." (Q.S. Thaha 114) dan turunlah ayat, "Kaum lelaki menjadi pemimpin kaum wanita..." Dan dikeluarkan pula yang serupa dengan ini dari Ibnu Juraij dan Saddiy. Ibnu Murdawaih mengetengahkan juga dari Ali, katanya, "Seorang laki-laki Ansar datang kepada Nabi saw. dengan membawa istrinya, maka kata istrinya, 'Wahai Rasulullah! Dia ini memukul saya hingga berbekas pada wajah saya.' Jawab Rasulullah, 'Tidak boleh ia berbuat demikian', maka Allah swt. pun menurunkan ayat, 'Kaum lelaki menjadi pemimpin kaum wanita...sampai akhir ayat.' (Q.S. An-Nisa 34) Maka hadis-hadis ini menjadi saksi, yang masing-masingnya menguatkan yang lainnya."

Ayat tersebut turun karen sebab khusus, yaitu berkenaan dengan kasus tertentu, masalah keluarga, dan tidak ada kaitan dengan keterlibatan perempuan dalam hak-hak politik.

Allah SWT berfirman :

32. Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk [1214] dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya [1215] dan ucapkanlah perkataan yang baik,

[1214] Yang dimaksud dengan "tunduk" di sini ialah berbicara dengan sikap yang menimbulkan keberanian orang bertindak yang tidak baik terhadap mereka.

[1215] Yang dimaksud dengan "dalam hati mereka ada penyakit" ialah: orang yang mempunyai niat berbuat serong dengan wanita, seperti melakukan zina.

surah / surat : Al-Ahzab Ayat : 33

33. dan hendaklah kamu tetap di rumahmu [1216] dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu [1217] dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait [1218] dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

[1216] Maksudnya: Isteri-isteri Rasul agar tetap di rumah dan ke luar rumah bila ada keperluan yang dibenarkan oleh syara'. Perintah ini juga meliputi segenap mu'minat.

[1217] Yang dimaksud "Jahiliyah yang dahulu" ialah Jahiliah kekafiran yang terdapat sebelum Nabi Muhammad SAW Dan yang dimaksud "Jahiliyah sekarang" ialah Jahiliyah kemaksiatan, yang terjadi sesudah datangnya Islam.

[1218] "Ahlul bait" di sini, yaitu keluarga rumah tangga Rasulullah SAW

(QS. Al Ahzab [33]: 32-33)

Makna ayat ini (menurut mereka) adalah Alquran mengharuskan perempuan tetap ytinggal di dalam rumah, dan maka tidak boleh mereka keluar rumah untuk urusan umum dan berpartisipasi dalam kehidupan politik.

Namun ayat ini termasuk ayat-ayat yang khusus berkenaan dengan istri-istri nabi Muhammad saw. oleh karena itu, hukum tersebut berlaku terbatas pada mereka saja. Itu dilakukan agar mereka dapat dibedakan dengan perempuan-perempuan lain. Mereka harus tinggal di rumah dalam sebagian besar waktunya.

Terlebih lagi, ayat tersebut tidak berarti bahwa mereka harus tinggal di dalam rumah secara mutlak. Semata-mata yang dimaksud adalah tinggal di dalam rumah selama tidak ada keperluan yang memaksa untuk keluar rumah. Dalilnya dalah yang disebutkan dalam Tafsir Ibn Katsir, bahwa maksud firman Allah SWT., Dan hendaklah kamu tetap tinggal di dalam rumahmu, adalah kamu harus membiasakan diri tinggal di dalam rumah. Kamu tidak boleh keluar rumah tanpa keperluan yang dibenarkan syariat, seperti salat di masjid dengan memenuhi segala persyaratannya. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, janganlah kalian cegah hamba-hamba perempuan Allah untuk mendatangi masjid-Nya dan hendaklah mereak keluar rumah tanpa memakai wewangian.

b. HadisKelompok ini pun bersandar pada hadis Nabi Muhammad saw, Tidak akan berjaya suatu kaum kalau menyerahkan urusan kepada perempuan

Hadis ini termasuk hadis-hadis yang berkenaan dengan Putri Kisra, penguasa Persia yang menjabat kepala negara.

c. IjmaMereka memandang bahwa secara praktis berlaku pada berabagai zaman, atau setidaknya pada zaman Rasulullah saw. dan khulafaur Rasyidin tidak adanya partisipasi kaum perempuan dalam kehidupan politik dalam negara.

Namun pada kenyataannya itu tidak benar. Jelas-jelas Rasulullah saw. dan para khulafaur Rasyidin mengajak kaumperempuan bermusyawarah tentang berbagai hal. Sebagai contoh, perhatikanlah peristiwa-peristiwa berikut ini:a. Dalam perdamaian Hudaibiyah, Rasulullah bermusyawarah dengan istrinya Ummu Salamah mengenai para sahabat yang tidak melaksanakan perintah nabi untuk mencukur rambut dan menyembelih hewan kurban untuk bertahalul dari umrah mereka.b. Sebelum berangkat perang, Rasulullah saw. mengumpulkan para sahabat untuk bermusyawarah dan bertukar pendapat. Istri-istri para sahabat pun menghadiri pertemuan-pertemuan seperti ini dan ikut memberikan pendapat.c. Umar bin al-Khattab mengangkat salah seorang perempuan untuk menduduki jabatan pengawas keuangan, yaitu Al-Syifa binti Abdullah.d. Khalifah Ustman bin Affan bermusyawarah dengan istrinya, Nailah, dalam berbagai masalah. Dan Nailah pun selalu memberikan pendapatnya.

C. MENGGUNAKAN HAK-HAK POLITIK Pendapat ini berdasarkan pada argumen-argumen sebagai berikut.

1. Alquransurah / surat : At-Taubah Ayat : 72

72. Allah menjanjikan kepada orang-orang mu'min, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.

Allah swt berfirman :surah / surat : Al-Israa' Ayat : 70

70. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan [862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan.

Ayat ini menunjukan bahwa perempuan seperti laki-laki. Masing-masing mereka boleh berpartisipasi dalam politik dan mengatur urusan masyarakat. Perempuan sepeti laki-laki, mempunyai hak berpartisipasi dalam mengatur kepentingan umum.

32. Berkata dia (Balqis): "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)".33. Mereka menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu: maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan".

(QS. An Naml [27]: 32-33)

Disitu dijelaskan bahwa perempuan mampu mengemukakan pendapatyang benar, berpartisipasi dalam kegiatan politik, dan menanggung tanggung jawabnya.

2. Sunah

Perempuan punya hak untuk menjadi imam masjid seperti laki-laki. Rasulullah saw bersabda : Janganlah kalian cegah hamba perempuan Allah untuk datang ke masjid-masjidnya.

Dalam hadis lain beliau bersabda, jika perempuan (istri meminta izin kepada siapa saja dari kalian, maka janganlah kalian melarangnya)Sebagian pengikut pendapat ini memandang bahwa kendati Islam tidak melarang perempuan menggunakan hak-hak politik, namun kadang-kadang situasi yang ada merintanginya menggunakan hak-hak tersebut. Sebab, kewajiban utama perempuan adalah menjadi ibu dan pengatur rumah tangga. Maka kepemimpiana keluarga dibebankan kepada perempuan agar dilaksanakan sepenuhnya. Dan sebagian agi ada yang menyimpulkan dengan penuh keyakina bahwa kegiatan perempuan di luar rumah bertentangan dengan kodrat dan tugas utamanya, yaitu menjadi ibu.

D. HAK POLITIK DAN IRITASI KEKUASAANPencetus pendapat ini berkata, karena tidak ada hukum syariat yang melarang perempuan menggunakan hak-hak politik, maka keliru berupaya memecahkan masalh ini dengan menganggapnya sebagai masalah agam atau fikih.Pencetus pendapat ini menjelaskan bahwa kalau kita memnadang persoalan itu dari sisi ini, semata-mata kita memasukannya ke dalam lingkup psikologi :a. Kodrat dan tugas utama perempuan adalah menjadi ibu;b. Perepmpua bekerja di luar rumah berdamoak buruk bagi kejiwaan dan kepribadiannya;c. Emosi memainkan peranan penting dalam mengarahkan aktivitas rasional dan kecenderungan jiwanya;d. Tidak ada alasan untuk mengingkari adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal bakat-bakat ketrampilane. Beberapa pakr di negara-negara Barat mengkritik perempua bekerja di luar rumah.

Pencetus pendapat ini menyimpulkan bahwa segala yang disebutkan para psikolog dan dicermati para pakar tentang masalah ini adalah benar, tidak diragukan lagi. Akan tetapi, apakah hal itu pantas dijadikan alasan untuk mengeluarkan undang-undang yang melarang perempuan bekerja di luar rumah dan menggunakan hak-hak politiknya?

Perempuan dalam Islam berhak menggunakan hak-hak politiknya sama seperti laki-laki. Karena Islam memandang sama di antara keduanya. Perempuan berhak ikut serta dalam kehidupan politik secara mutlak dan memikul tugas-tugas politik dengan syarat berpegeng teguh pada semua hukum syariat Islam.

BAB III. EMANSIPASI ANTARA PERJUANGAN POLITIK DAN EKSISTENSIAL

A. HAK-HAK POLITIK PEREMPUAN DALAM HUKUM MODERNAda yang berpendapat bahwa perempuan tidak mempunyai hak untuk menggunakan hak-hak politik. Sebaliknya ada yang menegaskan hak perempuan untuk menggunakan hak-hak politik. Selain itu, ada pendapat ketiga bahwa hak-hak politik perempuan bukan persoalan agam atau fikih, melainkan masalah sosial poltik.

1. Pendapat PertamaPendapat ini mengatakan bahwa perempuan dilarang menggunakan hak-hak poltiknya. Pendapat ini didasarkan pada argumentasi berikut.a. Perempuan berbeda dengan laki-laki dalam aspek fisik, intelektual, dan moral.b. Perbedaan alami dalam menunaikan tugas-tugas antara laki-laki dan perempuan menuntut pengkhususan perempuan pada pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dan memelihara anak.c. Jika perempuan terlibat langsungdalam kegiatan politik, hal itu akan membahayakan kehidupan keluarganya.d. Pada umumnya perempuan cenderung pada politik konservatif dan tradisional.e. Perempuan tidak dituntut untuk mengikuti tugas wajib militer.f. Kadang-kadang keikutsertaan perempuan dalam kegiatan politik dan persamaannya dengan laki-laki akan menyebabkannya laki-laki tidak menghormatinya.

2. Pendapat KeduaSebagian ahli fikih dan ahli perbandingan hukum berpendapat bahwa penting adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam menggunakan hak-hak politik. Karena, kepentingan umum dan praktek demokrasi yang benar menghendaki hal itu.

Perempuan tidak boleh dihalangi dari hak alaminya dalam pemilihan, karena logika demokrasi menuntut hal itu. Perempuan mempunyai kepentingan-kepentingan yang harus dibela, dan di pundaknya terpikul beban tanggung jawab dan misi yang harus ditunaikan untuk masyarakat. Sesungguhnya keikutsertaan perempuan dalam hak-hak poltik adalah masalah keadilan dan logika pada tingkatan pertama, karena prinsip dempkraasi memberikan kepada setiap orang kesempatan untuk berpolitik untuk menjaga dan membela kepribadiannya.

Sebagian ahli fikih mengatakan bahwa hak pilih bagi perempuan harus diakui, tetapi pelaksanaannya tidak harus sama di seluruh negara. Pernyataan ini merupakan langkah pertama untuk perempuan dalam menggunakan hak pilih. Perlu disebutkan bahwa kebanyakan negara maju mengakui hak pilih bagi perempuan setara dengan laki-laki. Sebagai contoh, negara-negara bagian Amerika Serikat, seperti Wyoming, Idaho (1869), Utah (1896), Colorado (1893), Washington (1910), California (1911), dan alaska (1912).

B. KASUS MESIR MODERN Telah banyak ratu yang menduduki singgasan kekuasaan di Mesir. Di antara maereka yag paling terkenal adalah Hatsybisut yang berkuasa di Mesir selama dua puluh dua tahun. Selama kekuasaannya, ia telah berhasil meraih kemajuan dan kesejahteraan bagi Mesir.

Demikian pula Sabak Nafsu Ra yang berkuasa sepeninggal saudaranya , Raja Imnahat IV. Sejarah juga mencatat nama Ratu Nifrititi yang berjuang bersama suaminya, Khnatun, seorang pemikir monoteis. Ratu Cleopatra pun memegang tampuk kekuasaan di Mesir. Pada masa kekuasaannya, harapan-harapan bangsa untuk menciptakan negeri yang aman dan damai telah terwujud. Cleopatra termasuk penguasa paling populer di Mesir.

Akibat pendudukan Batlemeusyang menyerang Mesir tahun 332 SM. Mesir secara umum mengalami masa-masa kemunduran dan keterbelakangan yang dipaksakan kaum penjajah atas negeri ini. Sudah barang tentu keadaan semacam itu berpengaruh terhadap kedudukan perempuan. Meski demikian, perempuan Mesir tidak ketinggalan untuk menjalankan perannya melawan penjajah dan ikut serta dengan laki-laki dalam perjuangan membebaskan tanah air.

C. TOKOH DAN GERAKAN1. Rifaah ThahthawiRifaah Thahthawi adalah pemikir terdepan yang kembali dari Eropa yang dikirim ke Prancis. Ketika kembali, mulailah ia mengembangkan gerakan pemikiran di Mesir. Buku pertamnya yang sangat populer berjudul Takhlish al-Ibriz fi Talkhish Bariz. Iamenyimpulkan bahwa Mesir membutuhkan hubungan dengan Barat agar dapat menguasai ilmu-ilmu yang telah menjadikan negara-negara Eropa maju pesat. Yaitu ilmu-ilmu fisika, matematika dan metefisika, serta prinsip dan cabang-cabangnya.

Rifaah telah merintis gerakan perbaikan di Mesir dalam berbagai aspek kehidupan, agam pendidikan, dan sosial. Termasuk diantaranya kedudukan perempuan dan pemberian hak-hak yang ditetapkan syariat Islam yan telah dirampas darinya sepanjang masa-masa kegelapan, serata memperbaiki keadaan perempuan di seluruh sektor kehidupan.

Rifaah adalah benar-benar pemikir Mesir pertama di Mesir pertam di zaman modern ini. Ia memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya kepada kaum perempuan.

Rifaah termasuk orang-orang pertama yang menyerukan emansipasi perempuan di Mesir modern. Mesi demikian, ia tidak sependapat dengan emansipasi perempuan di Barat. Emansipasi perempuan harus berada dalam batas-batas ajaran agama islam yang lurus.

2. Qasim AminNama Qasim Amin sering disebut-sebut pada setiap pembicaraan mengenai emansipasi perempuan. Tulisan-tulisannya yang pertama berupa artikel-artikel yang dimuat di majalah al-Muayyad. Artikelnya yang paling populer Kedudukan Perempuan dalam Struktur Sosial Mengikuti Kondisi Tradisi Bangsa. Masalah-masalah penting yang menimbulkan perdebatan dalam karya Qasim Amin adalah :a. Hijab bagi perempuan. Qasim Amin menganjurkan pemakaian hijab menurut syariat atau hijab syari. Syariat Islam membolhkan perempuan menampakkan beberapa anggota tubuhnya, seperti muka, kedua telapak tangan, dan kedua telapak kaki berdasarkan firman Allah SWT. :surah / surat : An-Nuur Ayat : 31

31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

b. Ajakan tentang pentingnya membatasi hak cerai bagi suami, karena hak tersebut tidak mutlak.c. Kritiknya terhadap praktek poligami dan seruannya pada pembatasan nikah sesuai penjelasan Alquran dan Sunah.Ajakan Qasim Amin merupakan landasan yang mendasari kebangkitan perempuan untuk masa berikutnya. Perempuan keluar rumah untuk belajar, ikut serta dalam berkarya, dan terlibat secara penuh dalam kehidupan sosial.

3. Malik Hafni NashifDalam seluruh pandangannya, Malik Hafni berpijak pada syariat Islam yang sucidan bersikap adil terhadap perempuan. Di tahun 1911, ia tampil pertama kalinya mewakili kaum perempuan. Pada seminar itu, Malik Hafni mengajukan sebuah program perbaikan yang berkaitan dengan kepentinagn-kepentinagn perempuan. Secara ringkas, butir-butir program itu adalah :1. Pengajaran agama Islam kepada anak-anak perempuan secara benar.2. Perhatian terhadapa pendidikan anak perempuan denga menetapkan program wajib belajar bagi mereka.3. Mengadakan program pendidikan spesialisasi bagi mereka yang telah lulus dari sekolah lanjutan pertam dalam bidang kedokteran dan kependidikan.4. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk melanjutkan pendididkan ke perguruan tinggi.5. Berpegang teguh pada hijab Islami (yang mengecualikan muka dan kedua telapak tangan).6. Perceraian dan poligami harus seizin hakim (qadhi).

4. Huda Syarawi dan Munirah Tsabit MusaSalah satu tokoh pejuang nasional melawan penjajah di Mesir adalah Huda Syarawi. Ia memotivasi perempuan-perempuan Mesir untuk ikut serta dalam gerakan-gerakan nasional dengan segala kemampuan di berbagai bidang. Ia sempat memimpin suatu Organisasi Persatuan Perempuan Mesir dan menerbitkan sebuah buku kecil yang berisi beberapa tuntutan perempua dalam berbagai aspek.

Buku kecil itu terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama memuat tuntutan di bidang politik dan undang-undang, bagian kedua memuat tuntutan di bidang sosial, dan bagian ketiga tenteng keperempuanan.

Huda Syarawi hidup sezaman dengan Munirah Tsabit yang telah memusatkan perhatianyya pada persamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam bidang politik. Sehingga perempuan dapat menggunakan hak-hak poltik yang ditetapkan untuk laki-laki, dan hendaknya perempuan diberi hak untuk memilih dan dipilih menjadi wakil rakyat.

Dalam memperjuangkan keyakinannya, dia seringkali mengalami penolakan oleh kalangan atas. Akan tetapi, Munirah Tsabit, seorang revolusioner tidak pernah menyerah sampai masa tuanya. Akhirnya, setelah haknya diakui pada tahun 1956, bermunculan tokoh-tokoh perempuan lain. Hingga, pada tahun 1964, 8 perempuan terpilih menjadi anggota DPR.

KESIMPULAN DAN PENUTUP

KESIMPULANDi antara hak-hak perempuan adalah partisipasi di atas landasan persamaan-- dalam membangun, mengelola dan mengembangkan potensi masyarakat yang terpendam. Itulah yang mengharuskan partisipasi perempuan dalam kegiatan-kegiatan politik. Maka Islam tidak melarang perempuan menggunakan hak-hak ini. Sebaliknya, Islam menegaskan perempuan boleh menggunakan hak-hak ini dengan meneladanai laki-laki. Di sisi lain, kebanyakan hukum modern pun menegaskan bahwa perempuan boleh menggunakan hak-hak politiknya.

PENUTUP Peran sosial perempuan berkembang melalui pembangunan peradaban dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu, kaidah dan aturan yang diusulkan gerakan-gerakan sosial politik resmi berkaitan dengan kaum perempuan sangat sulit diterapkan. Bahkan dalam banyak hal, tidak mungkin mengubah kondisi sosial yang telah terbentuk dan mengakar melalui fase-fase sejarah masa lalu. Namun hal itu hanya merupakan fase sementara yang tidak akan mengaburkan pemahaman masyarakat terhadap kandungan hukum.Persoalan hak perempuan dalam menggunakan hak-hak politik merupakan masalah keadilan. Sebab, prinsip demokrasi menuntut pemberian kepada setiap individu bagian dan kekuasaan politik yang dapat menjamin dan melindungi kepribadiannya.BUKU-BUKU RUJUKAN1. Umaymah Manha, Dr., al-Marah wa al Wazhifah al- Ammah, disertasi di Fak. Hukum Univ. Kairo, 1983 hlm. 172. Will Durrant, Qishash al-Hadharah, hlm. 182-187 dan Qamus al-Atsar al-Masihiyyah, juz 5, hlm. 1.3003. Umar Mamduh Mushthafa, Prof. Dr., al-Qanun al-Rumani, 1954, hlm. 2054. Maruf Mamduh Mushtafa, Dr., Wadhal-Marah fi al-Islam, hlm. 125. Ibn al-Qayyim, Zad al-maad fi Huda Khayr al-Ibad, juz 4, hlm. 36. Al-Islam Aqidah wa Syariah, hlm. 2397. Ali abd al-Wahid Wafi, Prof. Dr., al-Marah fi al-Islam, hlm. 258. Al-Islam Aqidah wa al-Syariah, hlm. 2279. Muhammad Abu Zahrah, Al-Uqubah fi al Fiqh al-Islami, hlm. 370 dan seterusnya 10. Abd al-Hayy Hijazi, Dr., Nazhirah al-Haqq, hlm. 160, tahun 197011. Abu al-Ala al-Mawdudi, tadwin al-Dustur al-Islami, hlm.8812. Sunan Abi Dawud, juz 1, hlm. 24513. Fatwa al-Azhar al-Syarif, hlm. 614. Syekh Zakiyuddin Syaban, Ushul al-Fiqh al-Islami, hlm. 115-11815. Ibn Hazm , al-Mahalli, juz 10, hlm. 631

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data PribadiNama: Tenzara TwiasyuniTempat, Tanggal Lahir: Surabaya, 24 Juni 1994Jenis Kelamin : PerempuanAgama: IslamKewarganegaraan: IndonesiaStatus: Belum kawinTinggi / Berat Badan: 151 / 41Alamat: Ds. Banjarsari RT. 10 RW. 02 Kec. TrucukKab. Bojonegoro Domisili: Keputih Gg. 3 D no. 1A SurabayaTelephon/HP: -/0896779399092E-mail: [email protected]

II. Latar belakang PendidikanFormal1998-2000: TK Bina Insani Surabaya2000-2006: SDN Siwalan Kerto I / 418 Surabaya2006-2009: SMP Negeri 5 Bojonegoro2009-2012: SMA Negeri 4 Bojonegoro

Non Formal-

III. Kemampuan Kemampuan Komputer (MS Word, MS Excel, MS PowerPoint)

IV.Pengalaman Bekerja:Belum ada

Daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 12 september 2012

Tenzara Twiasyuni

3