makalah agama moksa 2

26
KATA PENGANTAR Om swastyastu, Puji dan syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa , Tuhan Maha Esa karena atas asung kertha waranugraha-Nya saya bisa menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul “ Moksa ”. Saya menyadari betul apa yang saya tulis dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun penulisannya. Kekurangan-kekurangan tersebut terutama disebabkan kelemahan dan keterbatasan pengetahuan beserta kemampuan saya, baik disadari maupun tidak. Hanya dengan saran dan kritik yang konstruktif, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diperkecil sehingga makalah ini akan memberikan manfaat yang maksimal. Akhirnya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi pembaca. Om, Santih, Santih, Santih, Om Tabanan, 6 Agustus 2014

Upload: echo-ne

Post on 25-Sep-2015

699 views

Category:

Documents


44 download

DESCRIPTION

kerohanian

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAROm swastyastu,Puji dan syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa , Tuhan Maha Esa karena atas asung kertha waranugraha-Nya saya bisa menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul Moksa .Saya menyadari betul apa yang saya tulis dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun penulisannya. Kekurangan-kekurangan tersebut terutama disebabkan kelemahan dan keterbatasan pengetahuan beserta kemampuan saya, baik disadari maupun tidak. Hanya dengan saran dan kritik yang konstruktif, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diperkecil sehingga makalah ini akan memberikan manfaat yang maksimal.Akhirnya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi pembaca.Om, Santih, Santih, Santih, Om

Tabanan, 6 Agustus 2014

Penulis,

DAFTAR ISIJUDULKATA PENGANTARDAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Masalah1.2. Rumusan Masalah1.3. Tujuan Penulisan1.4. Manfaat PenulisanBAB II LANDASAN TEORI2.1. Difinisi Moksa2.2. Pencapaian Moksa2.3. Tingkatan Moksa2.4. Perbedaan Orang yang telah Mencapai Jiwa Mukti dengan Kalangan Masyarakat BiasaBAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan3.2 SaranDAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPanca Srada adalah lima dasar keyakinan umat Hindu meyakini adanya Tuhan. Dengan adanya kelima dasar tersebut kita dapat menempuh jalan mencapai Moksa atau terbebas dari seluruh ikatan duniawi.. Panca Sradha meliputi:1. Brahman Widhi Tattwa, keyakinan terhadap Tuhan2. Atman Atma Tattwa, keyakinan terhadap Atman3. Karmaphala Karmaphala Tattwa, keyakinan pada Karma phala (hukum sebab-akibat).4. Samsara Keyakinan pada kelahiran kembali5. Moksha Keyakinan akan bersatunya Atman dengan Brahman.

1. Brahman adalah keyakinan akan adanya Tuhan , Maha Ada, Maha Kuasa, Maha Segala Galanya. Tuhan yang Maha Kuasa sebagai pencipta(Dewa Brahma), pemelihara(Dewa Wisnu), dan pelebur(Dewa Siwa) alam semesta dan segala isinya. Tuhan juga ada maha tau dan ada dimana-mana. Tuhan bersifat gaib dan tidak dapat dilihat. Walaupun Tuhan berada dimana-mana namun Tuhan itu tunggal, hanya satu.

2. Atman adalah percikan terkecil dari Paramatman atau Ida Sang Hyang Wdhi Wasa. Atman di dalam tubuh manusia disebut Jiwatman, yang menyebabkan manusia itu hidup. Atman adalah badan halus, sedangkan tubuh atau raga adalah badan kasar, jadi atman itu adalah penggerak atau pengendali tubuh manusia. Yang menyebabkan semua makhluk dapat hidup karna di dalamnya terdapat atman yang menghidupinya. Adapun beberapa sifat atman antara lain sebagai berikut :1.Achodya (tak terlukai oleh senjata). 2.Adahya (tak terbakar oleh api), 3.Akledya (tak terkeringkan oleh angin), 4.Acesyah (tak terbasahkan oleh air), 5.Nitya (abadi), 6.Sarvagatah (dimana-mana ada), 7.Sthanu (tak berpindah-pindah), 8.Acala (tak bergerak), 9.Sanatana (selalu sama), 10.Awyakta (tak terlahirkan), 11.Achintya (tak terpikirkan), 12.Awikara (tak berubah dan sempurna tidak laki-laki atau perempuan).

3. Karma Phala Juga sering disebut hukum sebab akibat yaitu segala sebab pasti mempunyai akibat dan begitu pula akibatnya. Ajaran karma Phala ini hukumnya bersifat pasti, setiap karma pasti ada hasilnya. Segala hasil yang kita terima pasti akan sesuai dengan karma yang kita buat. Jadi dalam hukum karma phala ini tidak ada kejadian yang terjadi secara kebetulan. Dengan demikian karma phala dapat digolongkan menjadi 3 macam sesuai dengan saat dan kesempatan dalam menerima hasilnya, yaitu Sancita Karma Phala, Prarabda Karma Phala, dan Kriyamana Karma Phala.

1.Sancita Karma Phala : Hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita yang sekarang.2.Prarabda Karma Phala: Hasil perbuatan kita pada kehidupan ini tanpa ada sisanya lagi;3.Kriyamana Karma Phala : Hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat, sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang.

4. Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang, yang disebut juga penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara. Di dalam Weda disebutkan bahwa Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau didunia yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka. Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh karena Jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian akan diikuti oleh kelahiran. Punarbhawa akan terus berlanjut hingga atmanya dapat terlepas dari seluruh ikatan duniawi.

5. Moksa Tujuan hidup umat Hindu ialah mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin (moksartham jagadhita). Kebahagiaan batin yang tertinggi ialah bersatunya Atman dengan Brahman yang disebut Moksa. Moksa atau mukti atau nirwana berarti kebebasan, kemerdekaan atau terlepas dari ikatan karma, kelahiran, kematian, dan belenggu maya/ penderitaan hidup keduniawian. Moksa adalah tujuan terakhir bagi umat Hindu. Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari- hari secara baik dan benar, misalnya dengan menjalankan sembahyang batin dengan menetapkan cipta (Dharana), memusatkan cipta (Dhyana) dan mengheningkan cipta (Semadhi), manusia berangsur- angsur akan dapat mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi ialah bebas dari segala ikatan keduniawian, untuk mencapai bersatunya Atman dengan Brahman.Bhagavad-Gita VII. 19:Artinya:

Bahunam janmanam antejnnanawan mam prapadyateWasudewah sarwam itisa mahatma sudurlabhah.Pada akhir dari banyak kelahiran orang yang bijaksana menuju kepada Aku, karena mengetahui bahwa Tuhan adalah semuanya yang ada.

Moksa adalah salah satu bagian dari Panca Srada ( lima keyakinan dasar Agama Hindu). Dalam keyakinan Agama Hindu, yang menjadi tujuan hidup manusia di dunia ini adalah Moksa. Dalam kitab suci Weda, dinyatakan Moksartham Jagadhita ya ca iti dharma yang artinya , bahwa tujuan agama (Dharma) itu adalah untuk mencapai Moksa (Moksartham) dan kesejahteraan umat manusia (Jagadhita). Kebahagiaan batin yang terdalam adalah bersatunya Atman dengan Brahman.Kemudian dalam hal ini umat Hindu khususnya para pelajar harus mengetahui dan mempelajari Panca Srada ini dalam kaitannya dengan tujuan Agama Hindu (Moksa)Salah satu cara mencapai moksa adalah Dengan menjalankan sembahyang batin dengan Dharana (menetapkan cipta), Dhyana (memutuskan cipta) dan Samadhi (mengheningkan cipta), manusia berangsur-angsur akan dapat mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu bebas dari segala ikatan keduniawian untuk bersatunya Atman dengan Bharman.Untuk mencapai Moksa orang harus selalu berbuat baik sesuai dengan ajaran Agamanya. Kitab suci telah mengajarkan bagaimana caranya orang melaksanakan pelepasan dirinya dari ikatan Maya dan akhirnya Atman dapat bersatu dengan Brahman, sehingga penderitaan dapat dilebur dan tidak lagi menjelma atau lahir kedunia ini sebagai hukuman, tetapi sebagai penolong sesama manusia, sebagai AWATARA.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut diatas kami selaku penulis dapat merumuskan pokok permasalahan yaitu :1. Apakah pengertian Moksa?2. Bagaimana pencapaian Moksa?3. Apa sajakan Tingkatan Moksa?4. Perbedaan Orang yang telah Mencapai Jiwa Mukti dengan Kalangan Masyarakat Biasa

1.3 TujuanTujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk mebahas dan menambah pengetahuan Agama Hindu yaitu tentang jalan untuk mencapai Moksa khususnya Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, dan Jnana Marga Yoga, agar Umat Agama Hindu memahami pengertian moksa maupun jalan untuk mencapai moksa. Sehingga manusia yang beragama bisa menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.

1.4 ManfaatAgar dapat memahami ajaran moksa dalam Agama Hindu.

BAB IILANDASAN TEORI2.1 Definisi MoksaMoksa adalah suatu sradha dalam Agama Hindu, yang merupakan tujuan hidup tertinggi agama hindu .Moksa berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Muc = membebaskan atau melepaskan. Dengan demikian Moksa berarti: Kelepasan dan Kebebasan. MOKSA merupakan terlepasnya Atman dari belenggu Maya ( bebas dari pengaruh Karma dan Punarbawa ). Moksa bersifat Nirguna tidak ada bahasa manusia yang dapat menjelaskan bagaimana sesungguhnya alam Moksa itu. Alam moksa hanya dapat dirasakan oleh orang yang dapat mencapainya.Yang dimaksud kebebasan dalam ajaran Moksa adalah terlepasnya Atma dariikatan Maya, sehingga dapat menyatu dengan Brahman. Bagi orang yang telah mencapai moksa atau ketentraman serta kebahagiaan yang kekal abadi berarti mereka telah mencapai alam Sat Cit Ananda, yaitukebahagiaan yang tertinggi.Menurut kitab-kitab Upanisad, moksa adalah keadaan atma yang bebas dari segala bentuk ikatan dan bebas dari samsara. Yang dimaksud dengan atma adalah roh, jiwa.Dalam kehidupan kita saat ini juga dapat untuk mencapai moksa yang disebut dengan Jiwan Mukti (Moksa semasih hidup), bukan berarti moksa hanya dapat dicapai dan dirasakan setelah meninggal dunia, dalam kehidupan sekarangpun kita dapat merasakan moksa yaitu kebebasan asal persyaratan-persyaratan moksa dilakukan, jadi kita mencapai moksa tidak menunggu waktu sampai meninggal.

2.2 Pencapaian MoksaUntuk mencapai moksa seseorang harus mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu sehingga proses mencapai moksa dapat berjalan sesuai dengan norma-norma ajaran agama Hindu. Dalam mencapai Moksa dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :1. DharmaDalam ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Catur Purusa artha dijelaskan bahwa tujuan dari kehidupan adalah bagaimana untuk menegakkan Dharma, setiap tindakan harus berdasarkan kebenaran tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran. Dalam Bagawad Gita disebutkan bahwa Dharma dan Kebenaran adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma, disana ada Kebajikan dan Kesucian, dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi disana ada kemenangan. Orang yang melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma maka selalu tempuhlah kehidupan yang suci dan terhormat.Dalam zaman edan saat ini semua orang mengabaikan kebenaran, orang sudah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, krisis moral sudah meraja lela dimana mana, kebenaran dan keadilan sudah langka, orang sudah tidak mengenal budaya malu, semua perbuatannya dianggap sudah benar dan normal. Sebenarnya Dharma tidak pernah berubah, Dharma telah ada pada zaman dahulu, zaman sekarang dan zaman yang akan datang, ada sepanjang zaman tetapi setiap zaman mempunyai karateristik lain-lain dalam melakukan latihan kerohanian (spiritual). Untuk Kerta Yuga latihan kerohanian yang baik adalah melakukan Meditasi, untuk Treta Yuga latihan kerohanian yang baik adalah dengan melakukan Yadnya atau kurban, untuk latihan kerohanian yang baik adalah dengan melakukan Yoga yaitu upacara pemujaan dan untuk Kali Yuga latihan kerohanian yang baik adalah dengan melakukan Nama Smarana yaitu mengulang ngulang atau menyebut nama Tuhan yang suci.2. Pendekatan kepada Hyang Widhi WasaUntuk mendekatkan diri kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa ada beberapa cara yang dilakukan Umat Hindu yaitu cara Darana (menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan cipta), dan Semadi (mengheningkan cipta). Dengan melakukan latihan rohani, terutama dengan penyelidikan bathin, akan dapat menyadari kesatuan dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam diri kita. Apabila sifat-sifat Tuhan sudah melekat dalam diri kita maka kita sudah dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala permohonan kita akan dikabulkan dan kita selalu dapat perlindungan dan keselamatan.3. KesucianUntuk memperoleh pengetahuan suci, dan menghayati Sang Hyang Widhi Wasa dalam keberagaman dinyatakan dalam doa Upanishad yang termasyur : Asatoma Satgamaya, Tamasoma Jyothir Gamaya, Mrityorma Amritan Gamaya yang artinya, Tuntunanlah kami dari yang palsu ke yang sejati, tuntunlah kami dari yang gelap ke yang terang, tuntunlah kami dari kematian ke kekekalan.Setiap kita melakukan kegiatan-kegiatan, kita biasakan untuk memohon tuntunan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa agar kita selamat dan selalu dilindungi. Pekerjaan apapun kita lakukan, apabila kita bekerja demi Tuhan dan dipersembahkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa, maka pekerjaan tersebut mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan menghubungkan pekerjaan tersebut dengan Sang Hyang Widhi Wasa, maka ia menjadi suci dan mempunyai kemampuan dan nilai yang tinggi.Tujuan dari kehidupan kita adalah agar atman terbebas dari triguna dan menyatu dengan Para atman. Didalam Weda disebut yaitu Moksartham Jaga Dhitaya Ca Iti Dharmah yang artinya adalah tujuan agama (Dharma) kita adalah untuk mencapai moksa (moksa artham) dan kesejahteraan umat manusia (jagadhita).Ciri-ciri orang yang telah mencapai jiwatman mukti adalah:1. Selalu mendapat ketenangan lahir maupun bathin.2. Tidak terpengaruh dengan suasana suka maupun duka.3. Tidak terikat dengan keduniawian.4. Tidak mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan orang lain (masyarakat banyak).Untuk mencapai moksa juga mempunyai tingkatan-tingkatan tergantung dari karma (perbuatannya) selama hidupnya apakah sudah sesuai dengan ajaran-ajaran agama Hindu.Tingkatan-tingkatan seseorang yang telah mencapai moksa dapat dikatagorikan sebagai berikut:1. Apabila seorang yang sudah mencapai kebebasan rohani dengan meninggalkan mayat disebut Moksa.2. Apabila seorang yang sudah mencapai kebebasan rohani dengan tidak meninggalkan mayat tetapi meninggalkan bekas-bekas misalnya abu, tulang disebut Adi Moksa.3. Apabila seorang yang telah mencapi kebebasan rohani yang tidak meninggalkan mayat serta tidak membekas disebut Parama Moksa.4. Catur MargaUntuk mencapai Moksa beberapa cara yang dapat ditempuh sesuai dengan bakat dan bidang yang digeluti saat ini yang disebut dengan Catur Marga ada juga yang menyebutkan dengan Catur Yoga yaitu empat jalan yang ditempuh untuk mencapai Moksa. Adapun keempat Catur Marga terdiri dari :1. Jnana Marga Yoga.Pada saat sekarang peranan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat menentukan dalam pembangunan nasional disamping ilmu pengetahuan lainnya. Setiap negara akan berusaha sekuat tenaga dengan menggunakan resource yang ada untuk berkompetisi dalam bidang IPTEK, siapa yang menguasai IPTEK maka merekalah yang menguasai dunia ini. Kata Jnana artinya adalah kebijaksanaan filsafat atau pengetahuan, Yoga berasal dari urat kata YUJ yang artinya menghubungkan diri.Jadi Janana Marga Yoga artinya jalan untuk mencapai persatuan atau pertemuan antara Atman dengan Paramatman (Tuhan) berdasarkan atas pengetahuan (kebijaksanaan filsafat) terutama mengenai kebenaran dan pembebasan diri dari ikatan duniawi (maya). Dalam kehidupan ini kita memilih profesi pekerjaan kita sesuai dengan bakat yang diberikan oleh Sang Hyang Widhi Wasa dan latar belakang pendidikan kita atau pekerjaan yang sangat menarik yang kita geluti saat ini, sebab bakat yang diberikan oleh Tuhan adalah anugrah yang sangat tinggi nilainya yang merupakan hasil Karma kita dahulu sebelum kita Reinkarnasi sebagai manusia. Apabila kita ingin mengabdikan diri di bidang ilmu pengetahuan, perlu diperhatikan adalah ilmu pengetahuan yang dapat membantu umat manusia dalam mengatasi kehidupan ini.Sebagai ilustrasi dapat disampaikan sebagai berikut. Pada zaman sekarang banyak manusia mengalami kesulitan dalam mengatasi penyakit, banyak penyakit yang belum diketemukan obatnya seperti AIDS, lever hati, tumor, kanker dan lain lainnya. Perkembangan ilmu kedokteran tidak dapat mengejar penyakit-penyakit yang timbul dalam masyarakat, peralatan rumah sakit masih menggunakan peralatan tradisional sehingga angka kematian di negara kita sampai sekarang masih cukup tinggi.Para dokter yang bergerak dibidang kesehatan harus terus menerus melakukan penelitian atau Research And Development (R&D) sehingga semua kesulitan masyarakat dapat diatasi dengan baik dan murah dengan diketemukan obat-obat yang mujarab. Seseorang yang mempunyai profesi dalam bidang kedokteran ini disebut dengan Jnana Marga Yoga dimana ilmu yang diabdikan demi kepentingan umat manusia.2. Karma Marga YogaCara atau jalan untuk mencapai moksa (bersatunya Atman dengan Brahman), dengan selalu berbuat baik, tetapi tidak mengharapkan balasan atau hasilnya untuk kepentingan diri sendiri (amerih sukaning awah) disebut Karma Marga Yoga. Dalam Karma Marga Yoga, kita sebagai umat Hindu setiap tindak tanduk kita melakukan karya harus demi kepentingan masyarakat banyak dan jangan ada suatu keinginan untuk menikmati hasilnya, sebab kalau kita selalu berpikir hasilnya akan timbul keterikatan-keterikatan, kalau keterikatan-keterikatan telah tumbuh dalam jiwa kita, maka ketenangan akan menjauh dari kenyataan, sehingga jiwa kita akan diracuni oleh Sad Ripu yaitu enam musuh utama manusia yang terdiri dari Kama, Lobha, Mada, Moha, Kroda, Matsarya (nafsu, loba, kemarahan, kemabukan, kebingungan, iri hati). Di dalam Bhagawad Gita disebutkan bahwa berulang kali Krisna berkata kepada Arjuna, lakukan tugasmu, lakukanlah pekerjaan yang benar tetapi jangan ingin menikmati hasil pekerjaan itu. Tujuan Krisna memberikan wejangan kepada Arjuna agar jangan melihat hasilnya adalah, kita sebagai pelaku benar-benar dalam bekerja semua perbuatan kita yaitu karma diubah menjadi Yoga sehingga kegiatan tersebut membawa kita menuju persatuan dengan Tuhan maka ini disebut dengan Karma Marga Yoga. Apabila seseorang sudah dapat melakukan pekerjaan tanpa melihat hasilnya maka ia akan menjadi orang yang benar-benar bijaksana (Stithaprajna), yang tidak terpengaruh dengan keadaan suka dan duka atau gembira dan sedih.Perbuatan adalah karma , setiap orang lahir dari karma, hidup dalam karma dan mati dalam karma, karma sumber dari baik dan buruk dosa atau kebajikan, laba atau rugi, kebahagiaan atau kesedihan, sebenarnya karmalah penyebab kelahiran, maka karma dalam kehidupan merupakan masalah yang sangat penting.Sebagai ilustrasi dapat diceritrakan sebagai berikut: Diumpamakan badan kita adalah sebuah jam dinding, dan nafas kita adalah pegasnya yang menyebabkan jarum jam dapat berputar, dan baterynya adalah tenaga manusia. Tanpa nafas dan tenaga, manusia tidak dapat berbuat apa-apa yaitu berkarma, maka perbuatan (karma) sangat tergantung dengan nafas (pegas) dan tenaga (batery). Dengan kekuatan batery (tenaga) maka jarum jam yang terdiri dari tiga jarum yaitu jarum yang paling panjang disebut jarum detik, jarum yang menengah disebut dengan jarum menit dan jarum yang paling pendek disebut jarum jam. Ketiga jarum akan berputar dengan kecepatan yang berbeda beda dan saling ketergantungan satu sama lainnya, tetapi masing-masing jarum akan berputar sesuai dengan fungsinya.Apabila jarum detik telah berputar 60 kali maka jarum menit akan mengikuti berputar hanya sekali, demikian saat jarum menit telah berputar 60 kali maka jarum jam akan berputar sekali demikian seterusnya dengan menggunakan kelipatan 60. Setiap gerakan jarum detik kita umpakan adalah karma (perbuatan), untuk gerakan jarum menit kita umpamakan adalah perasaan dan untuk gerakan jarum jam kita umpamakan adalah kebahagiaan. Untuk mencapai suatu kebahagiaan yang terus menerus kita harus selalu berbuat (berkarma) baik, setiap tindakan kita selalu tanamkan kebaikan yang menyebabkan perasaan kita mendapat rangsangan kebaikan tersebut sehingga kita merasa senang.Apabila perasaan kita telah mencapai kesenangan terus menerus akibat kita selalu berbuat (karma) baik terhadap seseorang, maka menyebabkan kita akan mencapai kebahagiaan, sebab karma (perbuatan), perasaan, dan kebahagian saling keterkaitan seperti ketiga jarum jam berputar saling ketergantungan satu sama lainnya.Makin banyak kita berkarma baik maka perasaan dan kebahagian akan selalu mengikuti seperti perputaran jarum jam, apabila jarum detik tidak bergerak jangan harap jarum menit bergerak apalagi jarum jam kebahagian akan dicapai dalam kehidupan ini apabila kita selalu berkarma baik.3. Bakti Marga Yoga.Jalan atau cara untuk mencapai moksa atau kebebasan, yaitu bersatunya Atman dengan Tuhan dengan melakukan sujud bakti kehadapan Hyang WidhiWasa. Bakti adalah cinta yang mendalam kepada Tuhan, bersifat tanpa pamerih sedikitpun dan tanpa keinginan duniawi apapun juga. Bagi umat Hindu untuk melakukan Bakti Marga Yoga dengan menyanyikan nama-nama Tuhan secara berulang-ulang, bergaul dengan orang-orang Suci yang mempunyai bakti, konsentrasi pikiran setiap saat kepada Tuhan, dan jalan Bakti ini adalah yang paling mudah dilakukan. Seperti setiap hari kita melakukan Trisandya dengan mengucapkan Gayatri Mantra tiga kali sehari.Untuk menanamkan rasa Bakti kehadapan Hyang Widhi Wasa , sebaiknya anak mulai kecil dididik mengucapkan Mantra Gayatri dengan memberi penjelasan makna dan arti masing-masing bait, sehingga meresap dalam pikiran mereka dan dapat menuntun ajaran-ajaran kebenaran (Dharma). Kalau belum hafal sebaiknya dibaca saja dan usahakan dengan suara yang lembut sehingga benar-benar meresap dalam hati sanubari kita dan bayangkan Brahman ada dalam pikiran dan renungkan secara terus menerus selama melagukan Gayatri Mantra Dengan selalu melantunkan Gayatri Mantra terus menerus , maka kita seolah-olah menyatu dengan Tuhan atau bersatunya Atman dengan Tuhan., sehingga kita mendapat ketenangan, kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan.Dalam melakukan Bakti Marga Yoga terutama upacara piodalan di Pura-pura diseluruh Indonesia, masyarakat Hindu sudah mempunyai cara upacara bakti (persembahyangan) secara baku, dimanapun kita melakukan persembahyangan sudah tersusun sama, dan Mantra Gayatri selalu dilantunkan sebelum persembahyangan dimulai.Pada saat Pendeta melakukan upacara piodalan juga dinyanyikan lagu-lagu warga sari sebagai pemujaan kehadapan Hyang Widhi Wasa yang mempunyai makna adalah agar sebelum persembahyangan dimulai kita sudah mulai rasakan menyatunya Atman dengan Brahman.

4. Raja Marga YogaJalan untuk mencapai moksa menurut agama Hindu dapat dilakukan melalui Tapa, Brata, Yoga, dan Semadi. Untuk mengendalikan diri dengan melakukan latihan-latihan untuk mengatasi Sad Ripu disebut dengan Tapa, Brata, sebab apabila Sad Ripu kita sudah dapat kendalikan maka jalan mencapai moksa lebih mudah. Disamping mengendalikan Sad Ripu, kita juga melakukan latihan-latihan untuk dapat menyatukan Atman dengan Tuhan yang disebut dengan Yoga dan Semadi, dengan melakukan konsentrasi yang setepat tepatnya dalam ketenangan dan suasana syandu sempurna sehingga kita dapat menyatu dengan Tuhan.Sebagai ilustrasi dapat diceritakan sebagai berikut: Didalam suatu pesraman di Hutan rimba ada seorang Rsi yang bernama Rsi Suka yang memberikan dharma wecana kepada murid-muridnya yaitu yoga, semadi diantara murid-muridnya ada seorang raja bernama raja Jenaka. Raja Jenaka disamping mempunyai kerajaan yang sangat besar dan kaya juga berkeinginan belajar spiritual (Yoga, semadi) kepada Rsi Suka yang sangat terkenal ilmu spiritualnya. Banyak ujian-ujian yang diberikan kepada para siswanya agar dapat mencapai moksa dalam kehidupan ini dengan meninggalkan keduniawian dengan melepaskan semua keterikatan-keterikatan sehingga Atman menyatu dengan Brahman. Pada suatu hari Rsi Suka agak terlambat memberikan dharma wecana sehubungan Raja Jenaka ada keperluan kerajaan yang sangat mendesak yang tidak boleh diwakili. Rsi Suka dengan sengaja menunggu Raja Jenaka, ingin menguji kesabaran para muridnya apakah dapat mengekang Sad Ripu sebagai dasar pelajaran Yoga.Dari pengamatan Rsi Suka banyak para muridnya gelisah dan gusar dan kadang-kadang timbul marah tidak sabar menunggu sampai ada yang protes bahwa pelajaran dimulai saja, mengapa kita di beda-bedakan orang biasa dengan raja Setelah raja datang dharma wecana baru dimulai dan Rsi Suka memberikan wejangan, kita harus dapat mengendalikan sad ripu sehingga kita dapat ketenangan bathin. Setelah dharma wecana selesai maka pelajaran dilanjutkan dengan yoga, semadi, dan pelajaran ini harus dilakukan dengan konsentrasi pikiran secara penuh.Dengan suasana hening sepi hanya suara jangkrik yang kedengaran, para muridnya sedang asyik melakukan yoga semadi, tiba-tiba Rsi dengan berteriak bahwa sedang ada kebakaran di kota kerajaan, murid-muridnya pada bubar berlari lari pergi ke kota kerajaan ingin menyelamatkan harta dan rumahnya yang kebakaran. Tetapi raja Jenaka tidak bergeming sedikitpun, dia telah masuk dalam keadaan Semadi, beliau berbahagia dalam Atman.Rsi mengamati wajah raja dengan perasaan sangat gembira. Setelah beberapa murid-murid yang lari kembali bahwa dikota tidak ada kebakaran dan Rsi pun memberikan penjelasan arti dari peristiwa tersebut. Penundaan mulainya dharma wecana adalah untuk menghormati raja, karena beliau telah menghapuskan keakuannnya kebanggaannya dan mempunyai kerendahan hati dan melatih mengendalikan Sad Ripu dan berhasil dengan baik dan ini perlu dicontoh oleh semua muridnya. Dan peristiwa kebakaran di kota kerajaan sebenarnya tidak pernah terjadi, peristiwa kebakaran adalah rekayasa Rsi dan ini merupakan ujian dari Rsi Suka. Kalau mau berhasil sebagai seorang spiritual (Yogi) harus berani melepaskan semua keduniawian yaitu keterikatan-keterikatan, tanpa ada kemauan untuk menghilangkan keterikatan-keterikatan ini tidak mungkin tercapai tujuannya yaitu sebagai seorang Yogi.Semua latihan-latihan ini membutuhkan ketekunan, tulus iklas, kesujudan iman dan tanpa pamerih. Pada akhir-akhir ini banyak generasi muda sudah melakukan latihan-latihan Yoga dan Semadi, dan buku-buku penuntun untuk yang baru memulai belajar Yoga dan Semadi sudah cukup banyak beredar di toko-toko buku, dan suasana ini sangat membantu bagi umat hindu untuk belajar masalah spiritual melalui Raja Marga Yoga.Diantara keempat Marga Yoga tersebut diatas semuanya adalah sama tidak ada yang lebih tinggi kedudukannya, umat Hindu dapat memilih dari keempat Marga Yoga tersebut tergantung dari bakat masing-masing dan jalan yang satu akan berhubungan dengan yang lain semuanya akan mencapai tujuan yang sama yaitu Moksa

2.3 Tingkatan MoksaDisebutkan ada beberapa tingkatan moksa yang diajarkan dalam ajaran agama Hindu. Ajaran ini didasarkan pada keadaan atma dalam hubungannya dengan Brahman. Adapun bagian-bagiannya dapat dijelaskan sebagai berikut ;1. Jiwamukti.Jiwamukti adalah tingkatan moksa ataua kebahagiaan/kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya, dimana atmanya tidak lagi terpengaruh oleh gejolak indrya dan maya. Istilah ini dapat pula disamakan maksudnya dengan samipya dan sarupya.2. Widehamukti.Widehamukti adalah tingkat kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya, dimana atmanya telah meninggalkan badan wadagnya (jasadnya), tetapi roh yang bersangkutan masih kena pengaruh maya yang tipis. Tingkat keberadaan atma pada dalam posisi ini adalah setara dengan Brahman, namun belum dapat menyatu dengan-Nya, sebagai akibat dari pengaruh maya yang masih ada. Widehamukti dapat disejajarkan dengan salokya.3. Purnamukti.Purnamukti adalah tingkat kebebasan yang paling sempurna. Pada tingkatan ini posisi atma seseorang keberadaannya telah menyatu dengan Brahman. Setiap orang akan dapat mencapai posisi ini, apabila yang bersangkutan sungguh-sungguh dengan kesadaran dan hati yang suci mau dan mampu melepaskan diri dari keterikatan maya ini. Istilah Purnamukti dapat disamakan dengan sayujya.Secara lebih rinci sesuai uraian di atas tentang keberadaan tingkatan-tingkatan moksa dapat dijabarkan lagi menjadi beberapa macam tingkatan. Moksa dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu: Samipya, Sarupya (Sadarmya), Salokya, dan Sayujya. Adapun penjelasan keempat bagian ini dapat dipaparkan sebagai berikut ;

1. SamipyaSamipya adalah kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia ini. Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi dan Maha Rsi.2. SrupyaSrupya merupakan moksa yang dilakukan di dunia ini karena kelahirannya. Kedudukan atma pencerminan dari kemahakuasaan Tuhan, seperti halnya Sri Rama, Budha Gautama, dan Sri Kresna. Walaupun Atma telah mencapai perwujudan tertentu namun ia tidak terikat oleh segala sesuatu yang ada di dunia ini.3. SlokyaSlokya adalah suatu kebebasan yang telah dicapai oleh atma dimana atma itu telah berada diposisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dalam keadaan seperti ini dapat dikatakan Atma telah mencapai tingkatan Dewa yang merupakan manifestasi dari Tuhan itu sendiri.4. SayujnaSayujna adalah suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi dimana atma telah dapat bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa (Brahman). Dalam keadaan seperti ini sebutan Brahma Atma Akyam yang artinya Atma dan Brahma sesungguhnya Tunggal.Kalau dilihat dari kebebasan yang dicapai oleh Atma, maka Moksa dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:a. Moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh seseorang tetapi masih meninggalkan bekas berupa mayat atau badan kasar.b. Adi Moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh sesorang dengan meninggalkan bekas-bekas berupa abu.c. Parama Moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh seseorang tanpa meninggalkan bekas.Adapun untuk menyatukan diri kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa ada delapan tahapan yang disebut dengan Astangga Yoga. Yang terdiri dari :1 Yama.Yama yaitu suatu bentuk larangan yang harus dilakukan oleh seorang dari segi jasmani, misalnya, dilarang membunuh (ahimsa), dilarang berbohong (satya), pantang mengingini sesuatu yang bukan miliknya (asteya), pantang melakukan hubungan seksual (brahmacari) dan tidak menerima pemberian dari orang lain (aparigraha).2 Nyama.Nyama yaitu pengendalian diri yang lebih bersifat rohani, misalnya Sauca (tetap suci lahir batin), Santosa (selalu puas dengan apa yang datang), Swadhyaya (mempelajari kitab-kitab keagamaan) dan Iswara pranidhana (selalu bhakti kepada Tuhan).3 AsanaAsana yaitu sikap duduk yang menyenangkan, teratur dan disiplin4 PranayamaPranayama, yaitu mengatur pernafasan sehingga menjadi sempurna melalui tiga jalan yaitu puraka (menarik nafas), kumbhaka (menahan nafas) dan recaka (mengeluarkan nafas).5 PratyaharaPratyahara, yaitu mengontrol dan mengendalikan indriya dari ikatan obyeknya, sehingga orang dapat melihat hal-hal suci.6 DharanaDharana, yaitu usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan sasaran yang diinginkan.7 DhyanaDhyna, yaitu pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada suatu obyek. Dhyana dapat dilakukan terhadap Ista Dewata.8 SamadhiSamaddhi, yaitu penyatuan atman (sang diri sejati dengan Brahman) Bila seseorang melakukan latihan yoga dengan teratur dan sungguh-sungguh ia akan dapat menerima getaran-getaran suci dan wahyu Tuhan.Dari penerangan di atas, diterangkan bahwa moksa dan cara untuk mencapai moksa itu adalah benar keberadaannya. Kita sebagai umat Hindu wajib mempercayainya karena itu merupakan tujuan hidup kita yang terakhir.

2.4 Perbedaan Orang yang telah Mencapai Jiwa Mukti dengan Kalangan Masyarakat BiasaOrang yang telah mencapai jiwa mukti dalam hidupnya tidak lagi terikat pada gelombang kehidupan di dunia ini. Bagi orang yang telah mencapai jiwa mukti bekerja adalah sebagai pemujaan Tuhan dan semua hasilnya diserahkan kepada tuhan. Mereka mempunyai pandangan yang sama terhadap keberhasilan dan kegagalan, terhadap suka dan duka, memiliki sifat cinta kasih terhadap semua yang ada di dunia ini. Dalam hubungan iuni renungkanlah sloka berikut:Manmana bhava madhakta madyayi man namaskuru mam eva shyasi yuktvai vam atmanam matparayanah.Artinya:Pusatkan pikiranmu padaku, berbakti padaku, disiplin pada dirimu sendiri dan aku sebagai tujuan, engkau akan dating padaku.Bagi seseorang yang telah mencapai jiwa mukti segala perbuatannya dipandang telah berubah menjadi yoga dan dilakukan sebagai persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini diucapkan oleh seseorang yang telah mencapai jiwa mukti. Ia telah mempersembahkan setiap perbuatannya kepada tuhan dan dengan demikian segala perbuatannya akan menjadi ibadah. Sedangkan bagi masyarakat kebanyakan yang belum mencapai kesadaran jiwa mukti, maka semua yang dikerjakannya merupakan sesuatu yang masih terikat dengan hasilnya. Mereka menganggap, semua pekerjaannya dilakukan oleh dirinya, maka itu dirinya masih dipenuhi sifat-sifat egoisme. Pekerjaan yang dilandasi oleh rasa egoisme dapat mendatangkan malapetaka dan penderitaan. Mereka belum mennydari sepenuhnya bahwa semua yang ada ini dipenuhi oleh ketuhanan.

BAB III

PENUTUP3.1 KesimpulanDari penjabaran diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Kita dapat memahami pengertian moksa yang sebenarnya menurut Agama Hindu.2. Pencapaian moksa dapat dilakukan dengan jalan mendekatkan diri dengan Tuhan.3. Tingkatan moksa banyak diinginkan oleh semua orang agar tidak terikat oleh duniawi.4. Kesimpulan dari pengertian moksa, kaitannya dengan catur marga dan tingkatannya adalah pergunakanlah dengan sebaik-baiknya kesempatan menjelma sebagai manusia, kesempatan yang sungguh sulit diperoleh, yang merupakan tangga untuk pergi ke sorga, segala sesuatu yang menyebabkan agar tidak jatuh lagi, itulah hendaknya dilakukan. Dalam hubungan ini hendaklah mereka yang telah mencapai jiwa mukti dapat menuntun mereka-mereka yang belum mencapainya. Sehingga hidupnya akan lebih berarti dan secara pelan tetapi pasti akan menuju pada kesempurnaan. Keempat jalan pencapaian moksa harus dilakukan dengan hati yang sungguh-sungguh, moksa sebagai tujuan hidup spiritual bukanlah merupakan suatu janji yang hampa melainkan merupakan suatu keyakinan yang berakhir dengan kenyataan.

3.2 Saran - saran1. Agar semua umat Hindu memahami pengertian Moksa.2. Semua umat Hindu selalu mendekatkan diri kepada Tuhan agar mudah pencapaian moksa.3. Tingkatan Moksa Perlu dipahami semua umat.4. Agar umat Hindu dapat membedakan orang yang telah mencapai jiwa mukti dan masyarakat biasa.

DAFTAR PUSTAKASuwija.2010. Sari Kuliah Agama Hindu.Denpasar: Upada Sastra.Supartha Sudha dkk. 2002. Agama Hindu. Jakarta: Ganeca Exact.Oka Punyatmadja Ida Bagus. 1970. Panca Sradha. Denpasar: Parisada Hindu Dharma.Ida Bagus Sudirga, dkk.2007.Widya Dharma Agama Hindu:Ganeca ExactDrs. I Gusti Made Ngurah, dkk. Pendidikan Agama Hindu Perguruan Tinggi:Paramita.Surabayahttp://poorwords.blogspot.com/2010/01/moksa-kaitannya-dengan-catur-marga-yoga.htmlhttp://udarajr.blogspot.com/2009/11/sradha-moksa.htmlhttp://www.babadbali.com/canangsari/pa-moksa.htmhttp://akuberagama.blogspot.com/2014/01/jalan-untuk-mencapai-moksa-makalah.htmlhttp://putu-dharmayasa.blogspot.com/2013/08/tingkatan-moksa_27.htmlhttp://tugasinternetkampus.blogspot.com/2011/07/panca-srada.html

****

Nama : Ni Luh Gde Ari AstutiNo : 08Kelas : XIIP4

SMK PARIWISATA MENGWITANITAHUN PELAJARAN 2014/2015