makalah 2015

22
Infertilitas Frischa Wibowo 102012512 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jln. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510 [email protected] Pendahuluan Obstetri dan ginekologi merupakan suatu cabang Ilmu Kedokteran yang mempelajari dan menangani masalah kesehatan wanita. Obstetri sendiri ialah bagian yang khusus mempelajari segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan demikian, yang menjadi objek ilmu ini adalah kehamilan, persalinan, nifas dan bayi yang baru dilahirkan. 1 Sedangkan ginekologi adalah bagian yang mempelajari penyakit-penyakit sistem reproduksi wanita. Dalam perjalanannya, masalah kesehatan wanita dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang dapat berasal dari dalam (wanita itu sendiri) maupun dari luar. Salah satu pokok permasalahan yang akan dibahas dalam masalah ini adalah mengenai infertilitas. Infertilitas didefinisikan sebagai hilangnya kemampuan untuk hamil dan melahirkan seorang anak. Secara klinis, suatu pasangan diduga mengalami infertilitas jika tidak terjadi kehamilan setelah koitus yang sering dan tidak menggunakan kontrasepsi 1

Upload: henderina-doko-rehi

Post on 12-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah 2015

TRANSCRIPT

InfertilitasFrischa Wibowo102012512Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJln. Arjuna Utara No.6 Jakarta [email protected]

PendahuluanObstetri dan ginekologi merupakan suatu cabang Ilmu Kedokteran yang mempelajari dan menangani masalah kesehatan wanita. Obstetri sendiri ialah bagian yang khusus mempelajari segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan demikian, yang menjadi objek ilmu ini adalah kehamilan, persalinan, nifas dan bayi yang baru dilahirkan.1 Sedangkan ginekologi adalah bagian yang mempelajari penyakit-penyakit sistem reproduksi wanita.Dalam perjalanannya, masalah kesehatan wanita dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang dapat berasal dari dalam (wanita itu sendiri) maupun dari luar. Salah satu pokok permasalahan yang akan dibahas dalam masalah ini adalah mengenai infertilitas. Infertilitas didefinisikan sebagai hilangnya kemampuan untuk hamil dan melahirkan seorang anak. Secara klinis, suatu pasangan diduga mengalami infertilitas jika tidak terjadi kehamilan setelah koitus yang sering dan tidak menggunakan kontrasepsi selama 12 bulan. Berbagai faktor berperan pada infertilitas. Penyakit yang mengenai wanita saja merupakan setengah dari pasangan infertil dan penyakit yang mengenai pria saja merupakan sepertiganya.2Dengan demikian, makalah ini disusun dengan tujuan, agar setiap mahasiswa yang membaca: 1. Mampu menjelaskan gejala, tanda klinis dan pemeriksaan yang dianjurkan untuk mendiagnosis infertilitas. 2. Mengetahui dan mampu menjelasakan diferensial diagnosis dari infertilitas; 3. Mengetahui dan mampu menjelaskan etiologi dan patofisiologi terjadinya infertilitas; 4. Mengetahui dan mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan dan pencegahan infertilitas.

SkenarioSepasang suami istri berobat ke dokter setelah menikah 8 tahun dan belum mempunyai anak. Sebelum menikah diketahui suami mengalami sakit gondongan (pembengkakan pada rahang dan pipi) sebelah kanan dan kemudian diikuti pembengkakan pada buah zakarnya.

Rumusan MasalahSepasang suami istri sudah menikah 8 tahun dan belum mempunyai anak. Suami pernah gondongan di sebelah kanan dan mengalami pembengkakan pada buah zakar.

Mind Map Anamnesis Pemeriksaan Fisik & Penunjang Diagnosis Etiologi dan Epidemiologi Patofisiologi Manifestasi klinis Terapi Komplikasi Pencegahan Prognosis

Rumusan Masalah

AnamnesisAnamnesis adalah kegiatan wawancara antara dokter dengan pasien untuk mencari keterangan tentang penyakitnya. Beberapa pertanyaan yang akan diajukan saat anamnesis adalah biodata pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan terdahulu, serta riwayat penyakit keluarga. Pertanyaan tersebut meliputi,1. Sejak kapan pasien menikah dan belum mempunyai anak.2. Riwayat haid, ovulasi dan nyeri hebat saat menstruasi pada wanita.Siklus haid merupakan variable yang sangat penting. Dapat dikatakan siklus haid normal jika berada dalam kisaran antara 21-35 hari. Sebagian besar perempuan dengan siklus haid yang normal akan menunjukkan siklus haid yang berovulasi. Untuk mendapatkan rerata siklus haid perlu diperoleh informasi haid dalam kurun 3-4 bulan terakhir. Perlu juga diperoleh informasi apakah terdapat keluhan nyeri haid setiap bulannya dan perlu dikaitkan dengan adanya penurunan aktivitas fisik saat haid akibat nyeri atau terdapat penggunaan obat penghilang nyeri saat haid terjadi.3. Riwayat koitus, frekuensi koitus, dan nyeri saat koitus (dyspareunia).Perlu juga dilakukan anamnesis terkait dengan frekuensi senggama yang dilakukan selama ini. Akibat sulitnya menentukan saat ovulasi secara tepat, maka dianjurkan bagi pasutri untuk melakukan senggama secara teratur dengan frekuensi 2-3 kali seminggu. Upaya untuk mendeteksi adanya ovulasi seperti pengukuran suhu basal badan dan penilaian kadar LH didalam urine sering kali sulit untuk dilakukan dan sulit untuk diyakini ketepatannya.4. Riwayat komplikasi pasca partum, abortus, kehamilan ektopik, kehamilan terakhir.5. Kontrasepsi yang pernah digunakan.6. Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya.7. Riwayat penyakit sistemik (tuberculosis, diabetes melitus, dan tiroid).8. Riwayat pengobatan radiasi, obat-obat sitostatika, alkoholisme, merokok.9. Riwayat bedah perut/ hipofisis/ ginekologi10. Riwayat PID, PHS dan leukorea.11. Riwayat keluar ASI.12. Pengetahuan kesuburan.3,4Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada pasutri dengan masalah infertilitas adalah pengukuran tekanan darah, nadi, suhu tubuh dan pernapasan. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan, penilaian berat badan dan pengukuran lingkar pinggang. Penentuan indeks massa tubuh perlu dilakukan dengan menggunakan formula berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m2). Perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25 kg/m2 termasuk dalam kelompok kriteria berat badan lebih. Hal ini memiliki kaitan erat dengan sindrom metabolic. IMT yang kurang dari 19 kg/m2 sering kali dikaitkan dengan penampilan pasien yang terlalu kurus dan perlu dipikirkan adanya penyakit kronis seperti infeksi tuberculosis (TBC), kanker atau masalah kesehatan jiwa seperti anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.Dapat pula dilakukan inspeksi terhadap adanya pertumbuhan rambut abnormal seperti kumis, jenggot, jambang, bulu dada yang lebat, bulu kaki yang lebat dan sebagainya (hirsutisme) atau pertumbuhan jerawat yang banyak dan tidak normal pada perempuan, seringkali terkait dengan kondisi hiperandrogenisme, baik klinis maupun biokimiawi.Pada pria, diperhatikan penampilan pasien, apakah tampak feminin atau sepertiorangyang telah dikebiri (orang kasim atau eunuchoidism)yaitu badannya tumbuh besar,pertumbuhanrambutpadaketiak,pubis,danbadansangatjarang,danorgangenitalia ukurannya kecil. Dicari kemungkinan adanya ginekomasti, anosmia (padasindroma Kallmann), galaktore, dan gangguan lapangan penglihatan yang terdapatpada tumor hipofisis.Pemeriksaan genitalia pria meliputi testis, epididimis, vas deferens, vesikulaseminalis, prostat, dan penis. Pada palpasi testis, diperhatikan konsistensi danukurannya. Panjang testis diukur dengan kaliper, sedangkan volume testis diukurdengan orkidometer atau USG. Panjang testis normal orang pada dewasa adalahlebih dari 4 cm dengan volume 20 ml. Testis yang mengecil merupakan tandaadanya kerusakan tubulus seminiferus. Dicari pulakemungkinan adanya varikokelyang dapat mempengaruhi kualitas maupun kuantitas sperma.4,5

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan dasar yang dianjurkan untuk mendeteksi atau menginformasi adanya ovulasi dalam sebuah siklus haid adalah penilaian kadar progesterone pada fase luteal madia, yaitu kurang lebih 7 hari sebelum perkiraan datangnya haid. Adanya ovulasi dapat ditentukan jika kadar progesterone fase luteal madia dijumpai lebih besar dari 9,4 mg/ml (30 mmol/l).Penilaian kadar progesterone pada fase luteal madia menjadi tidak memiliki nilai diagnostic yang baik jika siklus haid yang tidak normal seperti siklus haid yang jarang (lebih dari 35 hari), atau siklus haid yang terlalu sering (kurang dari 21 hari).Pemeriksaan kadar thyroid stimulating hormone (TSH) dan prolactin hanya dilakukan jika terdapat indikasi berupa siklus yang tidak berovulasi, terdapat keluhan galaktore atau terdapat kelainan fisik atau gejala klinik yang sesuai dengan kelainan pada kelenjar tiroid.Pemeriksaan luteinizing hormone (LH) dan follicles stimulating hormone (FSH) dilakukan pada fase proliferasi awal (hari 3-5) terutama jika dipertimbangkan terdapat peningkatan nisbah LH/FSH pada kasus sindrom ovarium poliklinik (SOPK). Jika dijumpai adanya tanya klinis hiperandrogensime, seperti hirsutisme atau akne yang banyak, maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar testosterone atau pemeriksaan free androgen index (FAI), yaitu dengan melakukan kajian terhadap kadar testosterone yang terikat dengan sex hormone binding (SHBG) dengan formula FAI = 100 x testosterone total / SHBG. Pada perempuan kadar FAI normal jika dijumpai lebih rendah dari 7.Pemeriksaan ujia pasca senggama atau postcoital test (PCT) merupakan metode pemeriksaan yang bertujuan untuk menilai interaksi antara sperma dan lendir serviks. Metode ini sudah tidak dianjurkan untuk digunakan karena memberikan hasil yang sulit untuk dipercaya.

UrinalisisUrinalisa dapat memberikan informasi mengenai adanya infeksi, kematuri, glukosauria,atau penyakit ginjal dan gambaran kelainan anatomi atau masalah medis.

Pemeriksaan Analisis SpermaPemeriksaan analisis sperma sangat penting dilakukan pada awal kunjungan pasien dengan masalah infertilitas, karena dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor lelaki turut memberikan kontribusi sebesar 40% terhadap kejadian infertilitas.Beberapa syarat yang harus diperhatikan agar menjamin hasil analisis sperma yang baik adalah sebagai berikut. Lakukan abstinensia (pantang senggama) selama 2-3hari. Keluarkan sperma dengan cara masturbasi dan hindari dengan cara senggama terputus. Hindari penggunaan pelumas pada saat masturbasi. Hindari penggunaan kondom untuk menampung sperma. Gunakan tabung dengan mulut yang lebar sebagai tempat penampungan sperma. Tabung sperma dilengkapi dengan nama jelas, tanggal dan waktu pengumpulan sperma, metode pengeluaran sperma yang dilakukan (masturbasi atau senggama terputus). Kirimkan sampel secepat mungkin ke laboratorium sperma. Hindari paparan temperature yang terlampau tinggi (>38C) atau terlalu rendah (