makalah 1 (schizofrenia) - ms. conny

47
MODUL ORGAN MENTAL EMOSIONAL “SEORANG SISWI SMA YANG MENGALAMI GANGGUAN TIDUR DAN KEBINGUNGAN” KELOMPOK III 030.06.149 M. Ardiansyah Rakun 030.08.167 Muhammad Yusuf 030.08.177 Ni Putu Devia Suciyanti 030.08.178 Ni Putu Indra Dewi 030.08.189 Oryza Sativa 030.08.206 Ricksando Siregar 030.09.063 Christopher R P Siagian 030.09.064 Citra Indah Puspita Sari 030.09.065 Claudia Marisca 030.09.066 Cynthia Ayu Permatasari 030.09.067 Dani Fahma Qurani 030.09.107 Hario Nugeroho 030.09.110 Henza Ayu Primalita 030.09.111 Herjuno Darpito 030.09.112 Hikmah Soraya

Upload: syavina-haidar-alatas

Post on 30-Dec-2015

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

psikiatri schizophrenia

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

MODUL ORGAN MENTAL EMOSIONAL

“SEORANG SISWI SMA YANG MENGALAMI GANGGUAN

TIDUR DAN KEBINGUNGAN”

KELOMPOK III

030.06.149 M. Ardiansyah Rakun

030.08.167 Muhammad Yusuf

030.08.177 Ni Putu Devia Suciyanti

030.08.178 Ni Putu Indra Dewi

030.08.189 Oryza Sativa

030.08.206 Ricksando Siregar

030.09.063 Christopher R P Siagian

030.09.064 Citra Indah Puspita Sari

030.09.065 Claudia Marisca

030.09.066 Cynthia Ayu Permatasari

030.09.067 Dani Fahma Qurani

030.09.107 Hario Nugeroho

030.09.110 Henza Ayu Primalita

030.09.111 Herjuno Darpito

030.09.112 Hikmah Soraya

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA, 14 NOVEMBER 2011

Page 2: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

BAB I

Pendahuluan

Gangguan jiwa merupakan suatu masalah dalam kehidupan bermasyarakat dari sejak

dahulu. Bidang Psikiatri sendiri mulai dikenal di Indonesia sekitar abad ke 14-15 M, yakni tepat

pada masa kafilah Islam. Semakin berkembangnya bidang ini saat mulai ditemukannya obat

Klorfromazine di tahun 1950. Saat ini, berbagai jenis gangguan jiwa sudah dapat ditemukan,

salah satunya adalah Schizofrenia.

Skizofrenia ini berasal dari bahasa Yunani schizos artinya terbelah, terpecah, dan phren

artinya pikiran. Secara harfiah, skizofrenia berarti pikiran atau jiwa yang terpecah/terbelah. Yaitu

tidak adanya integrasi otak yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan afeksi. Dengan demikian

tidak ada kesesuaian antara pikiran dan emosi, antara persepsi dengan kenyataan yang

sebenarnya. Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA)

tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% Penderita

skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang

berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat

disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian

diri.

Makalah ini merupakan laporan dari hasil diskusi kelompok kami. Dalam makalah ini

akan dibahas mengenai status pasien, hasil pemeriksaan, gejala – gejala yang dialami pasien,

etiologi, patofisiologi penyakit serta terapi yang diberikan. Hasil akhir yang ingin dicapai adalah

penderita skizofrenia dapat kembali berfungsi dalam bidang pekerjaan, sosial dan keluarga.

Page 3: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

BAB II

Laporan Kasus

1. Bina Rapport

2. Identitas Pasien

Nama : Nn. Conny

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 17 tahun

Alamat : -

Pekerjaan : seorang pelajar kelas II SMA swasta di Jakarta.

Anak ke- : 2

3. Keluhan Utama :

Sulit tidur dan merasa bingung mengapa semuanya berubah

4. Riwayat Gangguan Sekarang :

Pasien merasa lingkungan disekitarnya berubah termasuk keluarga dan teman-

temannya.

Pasien lebih sering berdiam diri, menarik diri dari pergaulan.

Malas merawat diri sendiri dan tidak mau sekolah.

Sering bergumam sendiri “mengapa semuanya berubah?”, “apa dunia mau kiamat?” ,

“apa aku ini mau gila?”

Sering marah – marah tanpa alasan.

Pasien merasa semua orang disekitarnya mengetahui rahasia dirinya dan mendengar

orang-orang menyindirnya.

5. Riwayat Gangguan Sebelumnya :

Page 4: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

Sudah sejak 8 bulan yang lalu pasien tampak malas dan tidak mau sekolah.

Dibawa beristirahat keluar kota selama 6 bulan kondisi semakin memburuk.

Pernah mencoba bunuh diri dengan memotong urat nadi di pergelangan tangan.

6. Riwayat Pengobatan : -

7. Riwayat Kehidupan Pribadi :

Pasien merupakan anak ke-2 dari tiga bersaudara. Kakak laki – lakinya berumur 20

tahun seorang mahasiswa dan adiknya seorang perempuan berumur 15 tahun seorang

pelajar SMP.

Pasien dilahirkan cukup bulan, tidak ada masalah dengan kelahiran.

Perkembangan psikomotorik tidak ada kelainan.

Anak yang rajin dan suka merawat diri.

Hobby membaca buku novel, mengarang dan jalan – jalan di mall.

Kehidupan agama cukup baik

Senang bergaul banyak mempunyai teman dan belum mempunyai pacar.

8. Riwayat Pendidikan :

Pasien anak yang rajin dan termasuk paling pandai di sekolah. Prestasi akademiknya

bagus.

Pendidikan terakhir pasien adalah siswi kelas II SMA tetapi harus cuti setelah pasien

mengalami gangguan.

9. Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah pasien seorang karyawan swasta.

Ibu seorang ibu rumah tangga.

10. Riwayat Keluarga

Page 5: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

Bibi pasien (adik perempuan dari ibu) pernah mengalami stress berat hingga mau

bunuh diri dan sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa.

Paman pasien pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena marah – marah tanpa

alasan dan mempunyai pikiran aneh – aneh.

11. Riwayat Sosial Sekarang

Pasien lebih sering berdiam diri, menarik diri dari pergaulan.

Malas merawat diri sendiri dan tidak mau sekolah.

Sering marah – marah tanpa alasan.

STATUS MENTAL

1. Deskripsi Umum

Penampilan : Tampak sesuai dengan usianya. Rambut tidak disisir, cara

berpakaian seadanya, wajah tidak dirias, memakai sepatu.

Kesadaran biologis : Tidak terganggu meskipun nampak mengantuk.

Kesadaran psikologis : Tampak seperti orang kebingungan, bicaranya agak

kacau, dan sering tidak menyambung.

Perilaku : Tidak dapat duduk lama, terlihat seperti bicara sendiri,

tersenyum sendiri.

2. Afek

Terbatas, cenderung tumpul (masih ada ekspresi tapi dengan intensitas yang sangat

kecil)

Ekspresi agak labil (mudah dirangsang)

Pengendalian kurang

Echt (wajar, tidak dibuat-buat)

Page 6: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

Dangkal (Intensitasnya kurang)

Tidak dapat dirabasakan. (tidak ada keserasian antara perasaan, pikiran, dan

perbuatan)

Skala diferensiasi sempit. (hanya bisa memberikan satu atau dua jenis emosi)

3. Fungsi Intelektual

Daya konsentrasi terganggu.

Perhatian terganggu

Orientasi baik.

Daya ingat baik

Intelegensi di atas rata – rata

4. Gangguan Persepsi

Halusinasi auditorik third order (menurut pasien, pasien sering merasa ada orang yang

menyindirnya, mengomentarinya)

Ada derealisasi dan depersonalisasi (menurut pasien, baik dirinya maupun sekitarnya,

bahkan ibu dan teman-temannya berubah)

5. Proses Pikir

Isi pikir : Waham bizar (dunia mau kiamat), siar piker (menurut pasien,

semua orang mengetahui rahasianya).

Proses Pikir : Produktivitas kurang, miskin pikir, pengendoran asosiasi,

inkoherensi

6. Daya Nilai

Daya nilai social baik

Uji daya nilai social baik

Page 7: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

Daya nilai realita, ada hendaya berat dalam menilai realita.

7. Tilikan : tilikan derajat I

8. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

9. Pemeriksaan Fisik, Neurologi, dan Laboratorium

Pemeriksaan Fisik : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan Neurologi : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan Laboratorium : Tidak ada kelainan

10. Diagnosis dan Diagnosis Banding4

Diagnosis

Berdasarkan Evaluasi Multiaksial

Aksis I : (F20-F29) SCHIZOFRENIA

Aksis II : (Z03.2) TIDAK ADA DIAGNOSIS AKSIS II

Aksis III : -

Aksis IV : -

Aksis V : (20-11) Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat

berat dalam komunikasi dan mengurus diri

Diagnosis Banding

Depres-i dengan gejala psikosis

Gangguan Skizoafektif

Gangguan Delusional

11. Daftar Masalah

Secara garis besar masalah pasien dapat dilihat dari 3 faktor, yaitu :

Organobiologi : masalah genetik

Page 8: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

Psikologis : adanya halusinasi, waham, derealisasi, depersonalisasi

Sosiokultural : menarik diri dari pergaulan, tidak mau sekolah, tidak ada

aktifitas, tidak merawat dirinya.

Masalah Dasar Masalah

Genetik Bibi pasien (adik perempuan dari

ibu) pernah mengalami stress berat

hingga mau bunuh diri dan sempat

dirawat di Rumah Sakit Jiwa.

Paman pasien pernah dirawat di

Rumah Sakit Jiwa karena marah –

marah tanpa alasan dan mempunyai

pikiran aneh – aneh.

Depersonalisasi Pasien merasa dirinya berubah (“Apakah saya

sudah gila?”

Derealisasi Pasien merasakan hal diluar dirinya berubah

Merasa orang-orang di sekitarnya

berubah

Menurut pasien ibunya juga

berubah tidak seperti ibunya yang

dulu

Demikian juga teman-temannya

tidak sama lagi

Page 9: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

Lingkungannya juga nampak

berubah bagi pasien

Halusinasi auditorik 3rd order Halusinasi yang menggunakan kata ganti orang

ketiga “dia” dan biasanya pasien akan

mendengarkan halusinasi dalam percakapan

atau diskusi

Pasien mendengar orang

menyindirnya

Mengomentarinya

Waham bizar Bizar = aneh, tidak masuk akal

Waham = isi pikir yang patologis

Jadi, waham bizar adalah isi pikir yang

patologis (keyakinan patologis) yang tidak

masuk akal, misalnya pasien merasa dunia mau

kiamat

Siar pikir Pasien merasa bahwa semua orang mengetahui

rahasianya

Autism Pasien menarik dirinya

Ambivalensi Kebingungan terutama dalam mengambil

keputusan

Afek tidak serasi Tidak adanya keserasian dari koordinat

psikiatri sehingga pada pasien ini, pemeriksa

(dokter psikiatri) tidak merasakan empati

Page 10: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

Asosiasi longgar Menyebabkan bicara pasien kacau, tidak

nyambung

Percobaan bunuh diri Diakibatkan oleh karena adanya kebingungan,

putus asa, dan juga akibat adanya waham serta

halusinasi

12. Etiologi

Multifactorial

Terutama disebabkan oleh genetik (heredite) dimana terjadi suatu penurunan “bakat”

gangguan kejiwaan yang ditemukan pada genogram pasien.

13. Patofisiologi

Patofisiologi dari skizofrenia belum diketahui secara pasti, namun terdapat hipotesis-

hipotesis seperti stress-diathesis model, neurobiologi, genetika. Saat ini hipotesis yang

sering dgunakan adalah yang melibatkan sistem dopaminergik dan serotonergik.

Pada pasien ini ditemukan adanya

peningkatan dopaminergik. Dopamine

yang bermakna pada kasus ini adalah

dopamin tipe 2, terutama pada jalur

mesolimbik dan mesocortical.

Peningkatan dopamin pada jalur

mesolimbik akan menyebabkan

timbulnya gejala +

Page 11: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

Pada jalur mesokortikal sebenarnya dopamin yang dihasilkan sudah sedikit, jadi pada

jalur ini serotonin yang meningkat menimbulkan gejala –

14. Rencana Terapi

1. Hospitalisasi

Merupakan suatu indikasi primer, dengan tujuan :

Untuk tujuan diagnosa lebih lanjut

Stabilisasi dari medikasi

Keselamatan pasien karena sudah tercetusnya suatu gagasan bunuh diri/gagasan

membunuh, perilaku kacau, tidak mampu mengurus diri

Dapat pula mengurangi stress pada pasien

Menolong memperbaiki aktifitas sehari-hari

Mengurus diri sendiri

Mengembalikan kualitas hidup, bekerja, dan hubungan sosial

2. Pengobatan somatik

a. Antipsikotik

Antipsikotik terbagi menjadi 2, yaitu APG I dan APG II

o APG I : hanya memiliki sifat sebagai D2 antagonis saja (bersifat “hit”)

jadi obat ini mengikat sangat kuat pada reseptor D2 sehingga

menyebabkan resiko efek samping tinggi

o APG II : selain memiliki D2 antagonis juga memiliki 5HT2 (serotonun

antagonis) dan bersifat “hit and run” jadi jika fungsinya sudah terlaksana,

obat ini akan melepas ikatannya sehingga efek sampingpun berkurang.

Page 12: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

Saat ini penggunaan obat-obatan APG II lebih disarankan karena merupakan

“obat pintar” yang dapat menyesuaikan kerjanya dengan baik terhadap jalur

dopaminergik.

Obat yang dapat dipilih untuk pasien ini adalah :

Derivat Dibenzodiazepin (Clozapine) dengan sediaan 25 dan 100 mg

(disesuaikan)

Derivat Benzisoksazol (Risperidon) dengan sediaan 1,2,3 mg, sirup

atau injeksi 50 mg/ml

Derivat Tienobenzodiazepin (Olazapin struktur mirip dengan

clozapine) dengan sediaan tablet 5, 10 mg atau vial 10 mg

Quetiapin

Dll

b. ECT

o harus ada indikasi (schizofrenia terutama sub tipe katatonik, depresi berat,

maniakal)

o periksa adanya kontraindikasi

o harus inform consent

3. Terapi psikososial

o Terapi perilaku

o Terapi keluarga

o Terapi kelompok

o Latihan keterampilan

Page 13: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

o Psikoterapi individual

15. Prognosis3

Walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada, kebanyakan orang

mempunyai gejala sisa dengan keparahan yang bervariasi. Secara umum 25% individu

sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan. Ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesembuhan skizofrena seperti :

Prognosis baik Prognosis buruk

Usia tua Onset muda

Faktor penceetus jelas Tidak ada faktor pencetus

Onset akut Onset tidak jelas

riwayat sosial / pekerjaan pramorbid baik riwayat sosial / pekerjaan pramorbid buruk

Gejala gangguan mood (terutama gangguan

depresi)

Perilaku menarik diri

Menikah Tidak menikah, cerai, janda/duda

Riwayat keluarga gangguan mod Riwayat keularga skizofrenia

Gejala positif Gejala negatif

Sistem pendukung yang baik Sistem pendukung yang buruk

Riwayat trauma perinatal

Sering relaps

Tanda dan gejala neeurologis

Sehingga pada pasien ini kami simpulkan :

Ad vitam : dubia ad malam

Page 14: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

Ad fungctionam : dubia ad malam

Ad sanationam : dubia ad malam

Prognosis ini kami tegakkan karena kami berpikir semuanya tergantung kepada pasien

sendiri dan juga dukungan dari orang sekitar pasien. Selain itu kami juga

mempertimbangkan dari segi terapi yang diberikan pada pasien.

Jika pasien memiliki kemauan yang sangat tinggi untuk sembuh dan mendapat dorongan

yang sangat kuat dari keluarga dan orang terdekat pasien, maka kesembuhan akan lebih

baik.

Page 15: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

BAB III

Pembahasan

A. Definisi2

Di bawah ini merupakan berbagai definisi Skizofrenia:

1. Skizofrenia adalah kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan kehilangan kontak

pada kenyataan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran

yang abnormal dan menggangu kerja dan fungsi sosial (DSM-IV-TR, 2008)

2. Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area

fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima dan

menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi dan berperilaku

dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial (Durand dan Barlow, 2007)

3. Skizofrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada

dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik

paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respon emosional dan

menarik diri dari hubungan antarpribadi normal, sering kali diikuti dengan delusi

(keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsangan panca indera)

(Arif, 2006).

Dari beberapa definisi di atas, kami menyimpulkan bahwa Skizofrenia adalah gangguan

jiwa serius yang bersifat psikosis sehingga penderita kehilangan kontak dengan

kenyataan dan mempengaruhi berbagai fungsi individu, seperti afeksi dan kognitif.

B. Jenis-Jenis Schizofrenia

Terdapat berbagai macam skizofrenia, yaitu sebagai berikut:

1. Skizofrenia Simplex

Yaitu skizofrenia yang sering timbul pertama kali pada masa pubertas (pada beberapa

kasus). Gejala utamanya adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.

Gangguan proses berpikir biasanya ditemukan, waham dan halusinasinya jarang

sekali ada.

Page 16: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

2. Jenis Hebrefenik

Yaitu jenis skizofrenia yang permulannya perlahan-lahan dan sering timbul pada

masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses

berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi.

3. Jenis katatonik

Yaitu jenis skizofrenia yang timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun,

biasanya akut serta didahului oleh stres emosional. Skizofrenia jenis ini melibatkan

aspek psikomotorik. Skizofrenia jenis katatonik terbagi menjadi 2, yaitu:

a. Stupor Katatonik, merupakan gangguan di mana penderita tidak menunjukkan

perhatian sama sekali pada lingkungan. Gejala yang muncul di antaranya adalah

mutisme (kadang-kadang mata tertutup) dan muka tanpa mimik

b. Gaduh Gelisah Katatonik, merupakan skizofrenia jenis katatonik di mana

terdapat hiperaktivitas, tetapi tidak disertai dengan emosi dan rangsangan dari

luar.

4. Jenis Paranoid

Jenis skizofrenia ini agak berbeda dari jenis-jenis yang lain dalam jalannya jenis

penyakit. Jenis ini mulai sesudah umur 30 tahun, penderita mudah tersinggung,

cemas, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada orang lain. Hal ini

dilakukan penderita karena adanya waham kebesaran dan atau waham kejar ataupun

tema lainnya disertai juga dengan halusinasi yang berkaitan.

5. Skizofrenia Residual

Yaitu jenis skizofrenia dengan gejala mengalami gangguan proses berpikir, gangguan

afek dan emosi, ganguan emosi serta gangguan psikomotor. Namun, tidak ada gejala

waham dan halusinasi. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan

skizofrenia.

6. Jenis Skizo-Afektif

Yaitu jenis skizofrenia yang selain gejala-gejalanya yang menonjol secara bersamaan

juga gejala-gejala depresi atau gejala-gejala mania menyertai. Jenis ini cenderung

untuk menjadi sembuh tanpa efek tetapi mungkin juga seringkali timbul lagi.

C. Sebab-Sebab (BioPsikososialSpiritual)

Page 17: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

Ada beberapa teori yang mungkin bisa menjelaskan penyebab skizofrenia. Adapun

teori-teori tersebut seperti tersebut di bawah ini:

1. Teori Neurotransmitter

Di dalam otak manusia terdapat berbagai macam neurotransmitter, yaitu substansi

atau zat kimia yang bertugas menghantarkan impuls-impuls saraf. Ada beberapa

neurotransmitter yang diduga berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia. Dua di

antaranya yang paling jelas adalah neurotransmitter dopamine dan serotonin.

Berdasarkan penelitian, pada pasien-pasien dengan skizofrenia ditemukan

peningkatan kadar dopamine dan serotonin di otak secara relatif.

Menurut Mesholam Gately et.al dalam jurnal Neurocognition in First-Episode

Schizophrenia: A Meta Analytic Review (2009), gangguan neurokognisi adalah fitur

utama pada episode pertama penderita skizofrenia. Gangguan tersebut membuat

sistem kognisi tidak dapat bekerja seperti kondisi normal.

2. Teori Genetik

Diduga faktor genetik juga berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia.

Walaupun demikian, terbukti dari penelitian bahwa skizofrenia tidak diturunkan

secara hukum Mendeell (jika orang tua skizofrenia, belum tentu anaknya skizofrenia

juga). Dari penelitian didapatkan prevalensi sebagai berikut:

Populasi umum 1%

Saudara Kandung 8%-10%

Anak dengan salah satu orang tua skizofrenia 12%-15%

Kembar 2 telur (dizigot) 12%-15%

Anak dengan kedua orang tua skizofrenia 35%-40%

Kembar monozigot 47%-50%

3. Predisposisi Genetika

Meskipun genetika merupakan faktor resiko yang signifikan, belum ada penanda

genetika tunggal yang diidentifikasi. Kemungkinan melibatkan berbagai gen.

Penelitian telah berfokus pada kromosom 6, 13, 18, dan 22. Resiko terjangkit

skizofrenia bila gangguan ini ada dalam keluarga, yaitu satu orang tua yang terkena

12%-15%, kedua orang tua terkena penyakit ini resiko 35%-40%, saudara sekandung

Page 18: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

terjangkit resiko 8%-10%, kembar dizigotik yang terkena resiko 12%-15%, bila

kembar monozigotik yang terkena resiko 47%- 50%.

Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari

populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat

pertama seperti orang tua, kakak laki laki ataupun perempuan dengan skizofrenia.

Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti paman, bibi, kakek /

nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum. Kembar

identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar

dizigotik 12%. Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu

orang tua 12 % (Makalah pembahas).

4. Abnormalitas Perkembangan Syaraf

Penelitian menunjukkan bahwa malformasi janin minor yang terjadi pada awal

gestasi berperan dalam manifestasi akhir dari skizofrenia. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi perkembangan saraf dan diidentifikasi sebagai resiko yang terus

bertambah, meliputi individu yang ibunya terserang influenza pada trimester kedua,

individu yang mengalami trauma atau cedera pada waktu dilahirkan, dan

penganiayaan atau trauma di masa bayi atau masa anak-anak.

5. Abnormalitas Struktur dan aktivitas Otak

Pada beberapa subkelompok penderita skizofrenia, teknik pencitraan otak (CT,

MRI, dan PET) telah menujukkan adanya abnormalitas pada struktur otak yang

meliputi pembesaran ventrikel, penurunan aliran darah ventrikel, terutama di korteks

prefrontal penurunan aktivitas metaolik di bagian-bagian otak tertentu atrofi serebri.

Ahli neurologis juga menemukan pemicu dari munculnya gejala skizofrenia. Pada

para penderita skizofrenia diketahui bahwa sel-sel dalam otak yang berfungsi sebagai

penukar informasi mengenai lingkungan dan bentuk impresi mental jauh lebih tidak

aktif dibanding orang normal.

Temuan ini bisa menjabarkan dan membantu pengobatan munculnya halunisasi

dan gangguan pemikiran pasien skizofrenia, demikian menurut tim dari Harvard

Medical School. Pada saat yang sama para ilmuwan memonitor gelombang otak

partisipan dengan menggunakan alat electroencephalogram (EEG) yang bisa

memberi informasi aktivitas elektrik otak. Kedua kelompok memberi respon terhadap

Page 19: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

gambar-gambar tersebut selama satu detik saja. Namun mereka yang menderita

skizofrenia membuat lebih banyak kesalahan dan membutuhkan waktu lebih banya

200 milidetik dibanding yang sehat.

Ketika para ilmuwan mengamati pola gelombang otak, mereka menemukan

bahwa pasien skizofrenia memperlihatkan tidak adanya aktivitas pasti dalam

gelombang otakknya ketika menekan tombol-tombol jawaban. Sementara partisipan

yang sehat memiliki aktivitas gelombang gama yang bisa menjadi identifikasi bahwa

otak mereka memproses informasi visual sebagai petunjuk responnya. “Ada

perbedaan yang sangat dramatis. Para penderita skizofrenia tidak memperlihatkan

respons gama sama sekali”, komentar Dr. Robert McCarley, pemimpin studi. Jika

komunikasi yang paling efisien terjadi pada gelombang 40 hertz, maka penderita

skizofrenia menggunakan frekuensi yang jauh lebih rendah. Ini sama saja artinya

dengan mereka tidak mempunyai proses komunikasi yang efektif pada sel penukar

informasi dan bagian otaknya.

6. Ketidakseimbangan Neurokimia (neurotransmitter)

Skizofrenia memiliki basis biologis, seperti halnya penyakit kanker dan diabetes.

Penyakit ini muncul karena ketidakseimbangan yang terjadi pada dopamine, yakni

salah satu sel kimia dalam otak (neurotransmitter). Otak sendiri terbentuk dari sel

saraf yang disebut neuron dan kimia yang disebut neurotransmitter.

Penelitian terbaru bahkan menunjukkan serotonin, norepinefrin, glutamate, dan

GABA juga berperan dalam menimbulkan gejala-gejala skizofrenia. Majorie Wallace,

pimpinan eksekutif yayasan Skizofrenia SANE, London, berkomentar bahwa, di

dalam otak terdapat miliaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat

untuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel lainnya. Sambungan

sel tersebut melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitter yang menbawa pesan

dari ujung sambungan sel yang satu ke ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otak

penderita skizofrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi

tersebut. Biasanya mereka mengalami halusinasi.

Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu

menginterpretasikan dan merespons pesan atau rangsangan yang datang. Penderita

skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya

Page 20: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

tidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory

hallucinations, gejala yang biasanya timbul, yaitu penderita merasakan ada suara dari

dalam dirinya.

Kadang suara itu dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapi kadang

suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri.

Gejala lain adalah menyesatkan pikiran atau delusi, yakni kepercayaan yang kuat

dalam menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan.

Misalnya, pada penderita skizofrenia, lampu lalu lintas di jalan raya yang berwarna

merah kuning hijau, dianggap sebagai suatu isyarat dari luar angkasa.

7. Proses Psikososial dan Lingkungan

Proses psikososial dan lingkungan juga sangat berpengaruh untuk menyebabkan

skizofrenia. Setiap orang pada umumnya memiliki kecenderungan untuk skizofrenia

1%. Pada individu yang memiliki hubungan dekat dengan seseorang yang terjangkit

skizofrenia, kecenderungannya sekitar 10%. Jika seseorang hidup dalam lingkungan

yang mendukung asosial, kemungkinan seseorang untuk mengidap skizofrenia tinggi.

Namun bila sedeorang hidup dalam lingkungan yang terbuka, walaupun secara

genetik dia memiliki kecenderungan skizofrenia, hal itu bisa diminimalisisr bahkan

dihilangkan.

D. Perspektif Aliran-Aliran

Berbagai cara dilakukan untuk memahami dan mengatasi skizofrenia. Dalam

perspektif psikologis, khususnya perspektif psikodinamik dan perkembangan, diyakini

bahwa skizofrenia bukanlah gangguan yang terjadi secara langsung dan tiba-tiba

melainkan merupakan hasil suatu proses panjang. Proses berakar pada gangguan relasi

yang paling awal, yaitu antara bayi dan caregiver-nya (McGlashan; Arif, 2006).

Sementara itu teori keluarga menjelaskan bawah beberapa pasien skizofrenia

sebagaimana orang mengalami penyakit non-psikiatrik berasal dari keluarga dengan

disfungsi. Selain itu, hal yang juga relevan adalah perilaku keluarga yang patologis, yang

secara signifikan meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi oleh pasien

skizofrenia (makalah pembahas).

Gangguan dini dalam relasi ini kemudian mengakibatkan kerentanan dan

berujung pada kerusakan yang berat bagi individu yang bersangkutan. Interaksi bayi

Page 21: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

dengan pengasuh atau bahkan ibunya (yang menjadi primary object) harus menghasilkan

ruang psikologis yang memadai untuk pertumbuhan kepribadiannya. Demikian juga

dengan anggota keluarga lainnya yang mungkin akan menjadi external object relations

pertama bagi si bayi (bila bayi tumbuh di lingkungan keluarganya). Respon positif

terhadap keberadaan bayi tersebut akan meneguhkan dan membentuk kepribadian yang

sehat pada bayi tersebut. Kepribadian yang sehat ini kelak ditandai dengan coping yang

baik terhadap masalah yang dihadapi.

Dari perspektif behavioral dijelaskan bahwa patologi terjadi karena proses belajar

yang salah. Hal ini berkaitan dengan perspektif kognitif yang menjelaskan bahwa

patologi terjadi karena keyakinan dan proses kognitif yang salah, yang bisa jadi karena

proses belajar yang salah juga. Prinsip reward dan punishment pada proses belajar juga

akan terkait dengan pengaktualisasian potensi yang dibatasi jika individu terlalu banyak

mendapat punishment saat belajar, sehingga patologi muncul. Jika skizofrenia ditilik dari

perspektif humanistik, maka pasti ada pembatasan aktualisasi diri yang berlebihan pada

diri penderita gangguan psikotik ini.

Sementara jika ditilik dari perspektif spiritual Islami, penderita gangguan psikotik

adalah hasil dari ketidakseimbangan kesehatan mental, kesehatan sosial, kesehatan

spiritual, kesehatan finansial, dan kesehatan fisik. Menurut perspektif spiritual Islami,

manusia akan sehat secara holistik jika mampu menyeimbangkan seluruh aspek

kesehatan yang dimiliknya.

Dari penjabaran di atas, jelas bahwa diperlukan multiperspektif untuk

menjelaskan skizofrenia secara tepat.

E. Gejala5

Ada banyak gejala-gejala skizofrenia. Gejala-gejala ini dirumuskan oleh berbagai

sumber. Menurut Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorder IV-TR, gejala

khas skizofrenia berupa adanya:

1. Waham atau Delusi (keyakinan yang salah dan tidak bisa dikoreksi yang tidak sesuai

dengan kenyataan, maupun kepercayaan, agama, dan budaya pasien atau masyarakat

umum)

2. Halusinasi (persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar)

Page 22: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

3. Pembicaraan kacau

4. Perilaku kacau

5. Gejala negatif (misalnya berkurangnya kemampuan mengekspresikan emosi,

kehilangan minat, penarikan diri dari pergaulan sosial)

Selain itu untuk menegakkan diagnosa skizofrenia menurut DSM IV-TR (2008)

adalah munculnya disfungsi sosial, durasi gejala khas paling sedikit 6 bulan, tidak

termasuk gangguan perasaan (mood), tidak termasuk gangguan karena zat atau karena

kondisi medis, dan bila ada riwayat Autistic Disorder atau gangguan perkembangan

pervasive lainnya, diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan bila ditemui halusinasi dan

delusi yang menonjol selama paling tidak 1 bulan.

Menurut Bleuler, ada 2 kelompok gejala-gejala skizofrenia, yaitu:

1. Gejala Primer, yang meliputi:

a. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah dan isi pikiran). Pada skizofrenia inti,

gangguan memang terdapat pada proses pikiran.

b. Gangguan afek dan emosi. Gangguan ini pada skizofren berupa:

1) Parathimi, yaitu apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira,

pada penderita malah menimbulkan rasa sedih atau marah.

2) Paramimi, yaitu penderita merasa senang tetapi menangis

c. Gangguan kemauan, yaitu gangguan di mana banyak penderita skizofrenia

memiliki kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan dan

tidak dapat bertindak dalam sebuah situasi menekan. Gangguan kemauan yang

timbul antara lain:

1) Negativisme, yaitu sikap atau perbuatan yang negatif atau berlawanan

terhadap suatu permintaan.

2) Ambivalensi, yaitu sikap yang menghendaki seseuatu yang berlawanan pada

waktu yang bersamaan.

3) Otomatisme, yaitu penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain

atau oleh tenaga dari luar, sehingga dia melakukannya secara otomatis.

d. Gejala psikomotor, disebut juga dengan gejala-gejala katatonik. Sebetulnya gejala

katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan hanya ringan

saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atau agak kaku.

Page 23: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

2. Gejala Sekunder, yang meliputi:

a. Waham.

Pada penderita skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizar.

Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya merupakan

fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun.

b. Halusinasi.

Pada penderita skizfrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal

ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain.

Menurut Bleuler, seseorang didioagnosa menderita skizofrenia apabila terdapat

gangguan-gangguan primer dan disharmoni pada unsur-unsur kepribadian yang diperkuat

dengan adanya gejala-gejala sekunder.

Menurut Kut Schneider, terdapat 11 gejala skizofrenia yang terdiri dari 2 kelompok,

yaitu sebagai berikut:

1. Kelompok A, halusinasi pendengaran, yaitu:

a. Pikirannya dapat didengar sendiri

b. Suara-suara yang sedang bertengkar

c. Suara-suara yang mengomentari perilaku penderita

2. Kelompok B, gangguan batas ego, yang meliputi:

a. Tubuh dan gerakan penderita dipengaruhi oleh kekuatan dari luar

b. Pikirannya diambil keluar

c. Pikirannya dipengaruhi oleh orang lain

d. Pikirannya diketahui oleh orang lain

e. Perasaannya dibuat oleh orang lain

f. Kemauannya dipengaruhi orang lain

g. Dorongannya dikuasai orang lain

h. Persepsi yang dipengaruhi oleh waham

Menurut Kut Schneider, seseorang bisa didiagnosa penderita skizofrenia bila ada

gejala dari kelompok A dan Kelompok B, dengan syarat kesadaran penderita tidak

menurun.

Gejala lain yang diungkap adalah:

1. Gejala-Gejala Positif, yaitu penambahan fungsi dari batas normal, meliputi:

Page 24: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

a. Delusi.

Delusi adalah keyakinan yang oleh kebanyakan orang dianggap misinterpretasi

terhadap realitas. Delusi memiliki bermacam-macam bentuk, yaitu delusion of

grandeur (waham kebesaran) yaitu keyakinan irasional mengenai nilai dirinya,

delusion of persecution yaitu yakin dirinya atau orang lain yang dekat dengannya

diperlakukan dengan buruk oleh orang lain dengan cara tertentu, delusion of

erotomanic yaitu keyakinan irasional bahwa penderita dicintai oleh seseorang

yang lebih tinggi statusnya, delusion of jealous yaitu yakin pasangan seksualnya

tidak setia, dan delusion of somatic yaitu merasa menderita cacat fisik atau

kondisi medis tertentu.

b. Halusinasi

Gejala-gejala psikotik dari gangguan perseptual dimana berbagai hal dilihat

didengar, atau diindera meskipun hal-hal itu tidak real (benar-benar ada).

2. Gejala-Gejala Negatif, yaitu pengurangan fungsi dari batas normal, meliputi:

a. Avolisi

Yaitu apati atau ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan kegiatan-

kegiatan penting.

b. Alogia

Yaitu pengurangan dalam jumlah atau isi pembicaraan.

c. Anhedonia

Yaitu ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan yang terkaitu dengan

beberapa gangguan suasana perasaan dan gangguan skizofrenik.

d. Afek Datar

Yaitu tingkah laku yang tampak tanpa emosi.

3. Gejala Disorganisasi, yaitu ketidakharmonisan fungsi, meliputi:

a. Disorganisasi dalam pembicaraan (Disorganized Speech)

Gaya bicara yang sering terlihat pada penderita skizofrenia termasuk inkoherensi

dan ketiadaan pola logika yang wajar.

b. Afek yang tidak pas (inappropriate Affect) dan perilaku yang disorganisasi

Afek yang tidak pas merupakan ekspresi emosi yang tidak sesuai dengan aslinya.

Perilaku yang disorganisasi adalah perilaku yang tidak lazim.

Page 25: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

Untuk mendiagnosa seseorang skizofrenia, seseorang harus menunjukkan 2 atau lebih

gejala positif, negatif, atau disorganisasi dengan porsi yang besar selama paling sedikit 1

bulan.

Tanda awal skizofrenia seringkali terlihat saat kanak-kanak. Tanda-tanda tersebut

perlu untuk diketahui untuk membedakan gejala skizofrenia pada anak dengan proses

belajar anak yang masih dalam bentuk bermain. Anak seringkali berimajinasi tentang

peran-peran baru dalam permainannya, namun hal tersebut bukanlah sebuah gangguan.

Indikator premorbid (pra-sakit) pada anak pre-skizofrenia antara lain:

1. Ketidakmampuan anak mengekspresikan emosi (wajah dingin, jarang tersenyum, tak

acuh)

2. Penyimpangan komunikasi (anak sulit melakukan pembicaraan terarah)

3. Gangguan atensi (anak tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, serta

memindahkan atensi)

Adapun gejala awal yang terlihat pada tahap-tahap tertentu dalam perkembangan

adalah sebagai berikut:

1. Pada anak perempuan, tampak sangat pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial,

tidak bisa menikmati rasa senang, dan ekspresi wajah sangat terbatas

2. Pada anak laki-laki, sering menantang tanpa alasan jelas, menggangu, dan tidak

disiplin

3. Pada bayi, biasanya terdapat problem tidur makan, gangguan tidur kronis, tonus otot

lemah, apatis, dan ketakutan terhadap objek atau benda yang bergerak cepat

4. Pada balita, terdapat ketakutan yang berlebihan terhadap hal-hal baru seperti potong

rambut, takut gelap, takut terhadap label pakaian, takut terhadap benda-benda

bergerak

5. Pada anak usia 5-6 tahun, mengalami halusinasi suara seperti mendengar bunyi

letusan, bantingan pintu atau bisikan, juga halusinasi visual seperti melihat adanya

sesuatu yang bergerak meliuk-liuk, ular, bola-bola bergelindingan, lintasan cahaya

dengan latar belakang warna gelap. Anak terlihat bicara atau tersenyum sendiri,

menutup telinga, sering mengamuk tanpa sebab.

Page 26: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

F. Onset

Siapa saja bisa terkena skizofrenia, tanpa memandang jenis kelamin, status sosial

maupun tingkat pendidikan. Usia terbanyak berdasarkan statistik adalah 15-30 tahun,

dimana gejala skizofrenia mulai muncul pada umur 20 tahun untuk pria, sedangkan untuk

wanita gejala-gejala skizofrenia mulai muncul pada umur 20 tahun atau awal umur 30

tahun. Namun, pada saat ini juga mulai dikenal skizofrenia anak (sekitar usia 8 tahun,

bahkan ada kasus usia 6 tahun) dan late-onset skizofrenia (usia lebih dari 45 tahun).

Berbagai hal lain yang bisa meningkatkan seseorang untuk mengidap skizofrenia, yaitu

memiliki garis keturunan skizofrenia, terjangkit virus saat dalam kandungan, kekurangan

gizi saat dalam kandungan, stresor lingkungan yang tinggi, memakai obat-obatan

psikoaktif saat remaja, dan lain-lain.

Kami mendapatkan sumber kasus onset dini skizofrenia dari DSM-IV-TR (2008).

Sumber tersebut tidak menjelaskan secara rinci bagaimana kasus dan waktu terjadinya.

Sumber hanya menerangkan bahwa memang ada kesulitan untuk mendiagnosis anak

yang terkena skizofrenia, terutama pada fitur visual halusinasi. Penulis mencoba

memberikan contoh kasus ini dari film Pans Labirynth,dimana ada seorang anak yang

sering “bermain” dengan dunia peri namun juga memiliki keluarga di dunia nyata. Anak

tersebut benar-benar tidak dapat membedakan mana dunia nyata dan dunia delusi.

Sementara itu menurut Kaplan, Sadock, & Grebb; Davison & Neale ( Fausiah &

Widur; makalah pembahas) onset untuk laki laki 15 sampai 25 tahun sedangkan wanita

25-35 tahun. Prognosisnya adalah lebih buruk pada laki laki dibandingkan wanita.

Sedangkan onset skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau setelah usia 50 tahun sangat

jarang terjadi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pria lebih mungkin

memunculkan simton negatif dibandingkan wanita, dan wanita tampaknya memiliki

fungsi sosial yang lebih baik daripada pria.

Pada kesimpulannya individu pada umur berapapun rawan menderita skizofrenia

bila faktor biologis berinteraksi dengan faktor psikologis dan sosial.

G. Prevalensi

Prevalensi (kemungkinan terjadi) gangguan skizofrenia dapat dilihat pada daftar di

bawah ini:

Page 27: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

1. Populasi umum 1%

2. Saudara Kandung 8%-10%

3. Anak dengan salah satu orang tua skizofrenia 12%-15%

4. Kembar 2 telur (dizigot) 12%-15%

5. Anak dengan kedua orang tua skizofrenia 35%-40%

6. Kembar monozigot 47%-50%

H. Terapi1

1. Terapi Biologis/Medis

Psikofarmaka

o Pemilihan Obat

Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah

obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol

dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-

pasien dengan efek samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal.

Obat antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi

dua bagian yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik

generasi ke dua (APG ll). APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di

mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga

dengan cepat menurunkan gejala positif tetapi pemakaian lama dapat

memberikan efek samping berupa: gangguan ekstrapiramidal, tardive

dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi

seksual / peningkatan berat badan dan memperberat gejala negatif maupun

kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek samping antikolinergik seperti

mulut kering pandangan kabur gangguaniniksi, defekasi dan hipotensi. APG I

dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau

sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine,

Page 28: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom

psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan

halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah

Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada penderita dengan gejala

dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur.

APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau

antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada ke

empat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek samping

extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif. Obat yang tersedia

untuk golongan ini adalah clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon.

o Pengaturan Dosis

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :

Onset efek primer (efek klinis) : 2-4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam

Waktu paruh  : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)

Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar) sehingga

tidak mengganggu kualitas hidup penderita.

Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau

haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4ininggu. Berguna untuk

pasien yang tidak/sulitininum obat, dan untuk terapi pemeliharaan.

o Cara/Lama Pemberian

Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3

hari sampai mencapai dosis efektif (sindrom psikosis reda), dievaluasi setiap 2

Page 29: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

minggu bila pertu dinaikkan sampai dosis optimal kemudian dipertahankan 8-

12minggu. (stabilisasi). Diturunkan setiap 2ininggu (dosis maintenance) lalu

dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday

1-2/hari/minggu) setelah itu tapering off (dosis diturunkan 2-4 minggu) lalu

stop.

Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi

pemeliharaan paling sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat

kekambuhan 2,5 sampai 5 kali). Pada umumnya pemberian obat antipsikosis

sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala

psikosis reda sama sekali. Pada penghentian mendadak dapat timbul gejala

cholinergic rebound gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing dan

gemetar. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian anticholmnergic agent

seperti injeksi sulfas atropin 0,25 mg IM, tablet trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.

2. Terapi Keluarga

Selain terapi obat, psikoterapi keluarga adalah aspek penting dalam pengobatan.

Pada umumnya, tujuan psikoterapi adalah untuk membangun hubungan kolaborasi

antara pasien, keluarga, dan dokter atau psikolog. Melalui psikoterapi ini, maka

pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan lingkunganya. Keluarga dan

teman merupakan pihak yang juga sangat berperan membantu pasien dalam

bersosialisasi. Dalam kasus skizofrenia akut, pasien harus mendapat terapi khusus

dari rumah sakit. Kalau perlu, ia harus tinggal di rumah sakit tersebut untuk beberapa

lama sehingga dokter dapat melakukan kontrol dengan teratur dan memastikan

keamanan penderita.

Tapi sebenarnya, yang paling penting adalah dukungan dari keluarga penderita,

karena jika dukungan ini tidak diperoleh, bukan tidak mungkin para penderita

mengalami halusinasi kembali. Menurut Dadang, sejumlah penderita skizofrenia juga

sering kambuh meski telah menyelesaikan terapi selama enam bulan. Karena itu, agar

Page 30: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

halusinasi tidak muncul lagi, maka penderita harus terus menerus diajak

berkomunikasi dengan realitas. Namun, keluarga juga tidak boleh berlebih-lebihan

dalam memperlakukan penderita skizofrenia.

3. Terapi Psikososial

Salah satu efek buruk skizofrenia adalah dampak negatif pada kemampuan orang

untuk berinteraksi dengan orang lain. Meskipun tidak sedramatis halusinasi dan

delusi, masalah ini dapat menimbulkan konflik dalam hubungan sosial. Para klinisi

berusaha mengajarkan kembali berbagai keterampilan sosial seperti keterampilan

percakapan dasar, asertivitas, dan cara membangun hubungan pada penderita

skizofrenia. Klien juga diberikan terapi okupasi sebagai bagian untuk membantu

mereka melaksanakan tugas sederhana dalam kehidupan sehari-hari .

Page 31: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

BAB IV

Kesimpulan

Pada pasien ini ditemukan adanya gejala-gejala gangguan psikotik yang mengarah

kepada terbentuknya waham dan halusinasi sehingga pasien ini didiagnosa sebagai penderita

Schizofrenia. Dengan terapi yang baik dan juga kemauan pasien beserta dorongan keluarga yang

kuat maka pasien dapat setidaknya memasuki fase residual dimana waham pada pasien sudah

minimal atau tidak ada sama sekali, bahkan tidak sedikit penderita Schizofrenia yang dapat

sembuh.

Page 32: Makalah 1 (Schizofrenia) - Ms. Conny

Daftar Pustaka

1. Nantingkaseh Luana . Skizofrenia dan Gangguan Psikotik Lainnya. Accesed at

November, 11. 2011 available at : http://www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm

2. Durand, V. Mark dan David H. Barlow. 2007. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

3. Kaplan, Hl, Sadock BJ, Grebb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis psikiatri, ed 7, vol 1,

1997

4. Departeman Kesehaan RI Dikretorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan

dan Diagnosis Gangguan Jiwa III. 1993

5. American Psychiatric Association. 2008. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorder 4th Edition Text Revision. Washington DC: Arlington VA.