makala psikologi pendidikan

20
MAKALA PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ BEHAVIORISME” (PAVLOV , THORNDIKE , SKINNER) DISUSUN OLEH : 1. YUSUF SUSANTO (115524078) 2. ANISA NOVI ALFIYANA (115524239) 3. FANDI SEPTIAWAN N. (115524221) 4. EKO SUSANTO (115524078) 5. DWI CAHYONO (115524090) JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Upload: anisa-novi-alfiyana

Post on 30-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.

TRANSCRIPT

Page 1: Makala Psikologi Pendidikan

MAKALA PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“ BEHAVIORISME”

(PAVLOV , THORNDIKE , SKINNER)

DISUSUN OLEH :

1. YUSUF SUSANTO (115524078)

2. ANISA NOVI ALFIYANA (115524239)

3. FANDI SEPTIAWAN N. (115524221)

4. EKO SUSANTO (115524078)

5. DWI CAHYONO (115524090)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Page 2: Makala Psikologi Pendidikan

2PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ BEHAVIORISME”

2013

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Banyak  teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai

sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak

sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang

awal mulanya dikembangkan  oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan

teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan

kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain

seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.

Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan

diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat

menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah

terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan

positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau

Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak

memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri

maupun melalui simulasi.

Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai

ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif

dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif menjadi

basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah laku mulai

ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan

teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang cocok

dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang betul-betul cocok

untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif.

Page 3: Makala Psikologi Pendidikan

3PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ BEHAVIORISME”

BAB II

TEORI – TEORI BELAJAR

A. BEHAVIORISME

Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu

hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata

lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu

dalam proses balajar. Tujuan utama psikologi membuat prediksi dan mengendalikan prilaku

dan sedikitpun tidak ada kaitannya dengan kesadaran. Kajian dalam teori ini adalah benda-

benda atau hal-hal yang dapat diamati secara langsung, yaitu rangsangan (stimulasi) dan

gerak balas (respo). Misalnya untuk mengubah situasi kelas yang biasanya pasif ketika diberi

pertanyaan, maka seorang pendidik atau guru harus mengubah atau memodifikasi

stimulusny : misalnya dengan memberikan hadiah bagi siswa yang bisa menjawab.

Pemberian hadiah diharapkan dapat menjadi stimulus yang dapat memunculkan respon yang

diharapkan: yaitu meningkatnya keaktifan siswa di kelas. Berikut ini marilah kita cermati

satu persatu beberapa tokoh besar dalam aliran behaviorisme ini.

1. TEORI PAVLOV

Teori pavlov merupaka salah satu bentuk belajar responden. Dalam belajar semacam

ini suatu stimulus yang telah dikenal. Dalam teori ini, Pavlov melakukan suatu eksperimen

dengn mempelajari proses pencernaan pada anjing. Selama penelitian mengamati perubahan

waktu dan tingkat kecepatan pengeluaran air liur dari binatang (anjing).

Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau

sinar untuk membentuk perilaku (respons). Dalam hal ini, eksperimen yang dilakukan oleh

pavlov menggunakan anjing sebagai subyek penelitian.

Page 4: Makala Psikologi Pendidikan

4PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ BEHAVIORISME”

Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:

1. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing

akan mengeluarkan air liur (UCR).

2. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air

liur.

3. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah

diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur

(UCR) akibat pemberian makanan.

4. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing

mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan

memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).

Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi

bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan

makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar

bunyi bel.

Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian

mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan

stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini

disebut dengan extinction  atau penghapusan.

Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan

penghapusan sebagai berikut:

1. Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui

kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan

Page 5: Makala Psikologi Pendidikan

5PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ BEHAVIORISME”

2. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan

dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang

di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.

3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau

dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur

4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan

CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan

makanan.

Menilik psikologi behavioristik menggunakan suatu pendekatan ekperimental,

refleksiologis objektif pavlov tetap merupakan model yang luar biasa dan tidak tertandingi.

Bila dicontohkan dalam kehidupan nyata teori pavlov ini bisa diterapkan. Sebagai

contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan, Jika anda mempunyai pasangan yang

“sangat suka (UCR)” dengan coklat (UCS). Disetiap anda bertemu (CS) dengan kekasih anda

maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda, secara otonom dia akan sangat suka

dengan coklat pemberian anda.

Penerapan teori pavlov dalam dunia pendidikan yaitu sebagai contoh seorang siswa

bernama maya pertama kali masuk sekolah guru menerimanya dengan senyuman dan pujian.

Belum dua minggu berlalu maya minta diantar lebih pagi sambil berkata pada ibunya bahwa

ia akan menjadi guru jika besar nanti. Dari fragmen di atas melukiskan adanya belajar

responden dimana senyum dan pujian guru dapat ditafsirkan sebagai stimulus. Tindakan guru

ini menimbulkan sesuatu dalam diri maya yaitu suatu perasaan yang menyenangkan yang

dapat ditafsirkan sebagai respon tak terkondisi guru dan sekolah yang sebelumnya itu netral

yaitu stimulus terkondisi, terasosiasi dengan stimulus tak terkondisi dan segera menimbulkan

perasaan menyenangkan yang sama.

Sumbangan palvov banyak dicoba pada beberapa anak dan fungsinya adalah sabagai

berikut :

a. Membentuk kebiasaan pada anak agar selalu membisakan kebersihan, kerapia,

kesehatan, kejujuran, dan sebagainya. Pembiasaan itu mudah dan lebih baik dilakukan

sejak masih dini, sebab pembiasaan pada anak dewasa lebih sukar, sebab setelah

dewasa kebisaan akan terbentuk dan akan sukar dihapusakn bahkan sering dianggap

kodrat.

Page 6: Makala Psikologi Pendidikan

6PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ BEHAVIORISME”

b. Untuk memutuskan kebiasaan- kebiasaan yang buruk dan mengurangi rasa takut pada

anak-anak misalnya anak kecil yang biasanya bangun pagi terlambat/ kesiangan dapat

dihapus dengan bangun pagi pada jam 05.30

c. Teori persyaratan dapat membentuk sikap-sikap yang baik terhadap aktivitas belajar

pada siswa.

d. Teori persyaratan dapat juga dipakai dalam psikoterapi, misalnya untuk

menghilangkan rasa takut, malu, penyesuaian yang salah, agresif, tamak dan lain

sebagainya.

2. TEORI THORNDIKE

Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah

(problem solving). Dalam penyelidikan tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan,

dalam hal ini thorndike melakukan eksperimen dengn sebuah puzzelebox. Sebagai percobaan

dengn seekor kucingsebagai subyek percobaannya, lapar sebagai motif, makanan sebagai

rangsangannya, dan keluar kurungan sebagai masalahnya.

Dengan cara sebagai berikut :

1. Kucing diletakkan didalam sangkar dan makanan diletakkan di luar sangkar

2. Kucing melakukkan beberapa percobaan untuk keluar dari sangkar

3. Berbagai reaksi akhirnya tali pengikat kucing tertarik sehingga pintu terbuka

4. Dan larilah kucing tersebut keluar untuk mendapatkan makanan

Percobaan ini terus dilakukan berulang-ulang dan ternyata semakin dicoba erulang

kali semakin pendek jarak waktu antara pemberian masalah dengn pemecahannya. Atas

dasar diatas thorndike mengemukakan beberapa hukum belajar. Thorndike membedakan ada

3 hukum pokok.adapun hukum tersebut antara lain sebagai berikut

a. Hukum Kesiapan ( Law of readiness )

Apabila seseorang itu bersedia untuk melakukan sesuatu tindakan, maka tindakan

itu dapat memberi kepuasan kepadanya dan apabila dia tidak bisa melakukannya

akan menimbulkan perasaan penyesalan dan apabila dipaksa melakukannya akan

menghasilkan pembelajaran yang tidak sempurna. Rumusan dari hukum ini

merujuk kepada kesediaan dan persiapan- persiapan yang perlu ada, sebelum

individu itu bertindak. Aspek kesiapan meliputi 3 yaitu kesiapan psikomotorik,

kesiapan afektif, dan kesiapan kognitif.

Page 7: Makala Psikologi Pendidikan

7PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ BEHAVIORISME”

b. Hukum Latihan ( Law of exercise )

Berkaitan dengan rangsangan dan gerak balas (S – R) akan bertambah kukuh

melalui latian yang diulang-ulang. Seseorang individu akan menguasai kemahiran

jika latihan diadakan hukum latihan ini sangat sesuai digunakan bagi latihan

hafalan. Hukum latihan menyatakan bahwa sesuatu tingkah laku akan diperkuat

melalui aplikasi dan akan dilemahkan tanpa pengukuhan. Contohnya jika pelajar

selalu mengulangi rumus matematikannya dia akan dapat menginggatnya dengn

lebih mudah.

c. Hukum Efek ( Law of effect )

Hukum efek menunjukkan kepada makin kuat atau makin lemahnya hubungan

sebagai akibat daripada hasil respons yang dilakukan. Apabila suatu hubungan

atau koneksi dibuat dan disertai atau diikuti oleh keadaan yang memuaskan, maka

kekuatan hubungan itu akan bertambah, sebaliknya apabila suatu koneksi dibuat

dan disertai atau diikuti oleh keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan

hubungan itu akan berkurang. Rumusnya jika tingkah laku diikuti dengn kepuasan

maka ia akan diulang tetapi jika ia diikuti dengn keburukan maka ia akan lenyap

contohnya jika kucing mendapat kejutan elektrik, apabila keluar dari sangkar dan

kesakitan maka ia tidak akan mempunyai motivasi untuk keluar dari sangkarnya

Implikasi teori Thorndike dalam pengjaran dan pembelajaran ialah :

Meningkatkan tahap kesediaan belajar. Pada masa yang sama, guru perlu

mamainkan peran dalam menggunakan motivasi yang sesuai

Mengukuhkan pertalian antara rangsangan dan gerak balas pelajar dengn

memperbanyak aktivitas latian, dan pengulanggn

Guru juga perlu memberikan ganjaran untuk respon atau gerakbalas yang betul

dari pelajar dan ganjaran tidak boleh dalam bentuk social dan material.

Menekankan pemberian peluang kepada pelajar untuk menikmati kejayaan

dalam pembelajaran mereka.

Page 8: Makala Psikologi Pendidikan

8PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ BEHAVIORISME”

3. TEORI SKKINER

Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning

operan). Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-

konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan

diulangi. Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E.

Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:

1. Belajar itu adalah tingkah laku.

2. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya

perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.

3. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di

tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan

menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara

seksama.

4. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi

yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.

Tabel Perbandingan Respons Elisit dan Tingkah-Laku Operan

Respons Elisit ( Refleks ) Respons Emisi atau OperanAda korelasi yang dapat diamati antara

stimulus dan respons; Respons yang

terpancing keluar terutama untuk menjaga

kesejahteraan organisme.

Ada respons bertindak mengenai

lingkungan yang menimbulkan

konsekuensi yang berpengaruh pada

organisasi, dan dengan demikian

mengubah tingkah-laku yang akan

datang; Tidak ada korelasi nya dengan

stimulus sebelumnya.

Di kondisikan dengan substitusi stimulus;

Kondisioning Tipe S

Di kondisikan melalui konsekuensi

respons yang memperbesar peluang

Page 9: Makala Psikologi Pendidikan

9PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ BEHAVIORISME”

merespons; Kondisioning Tipe R.

1. Tingkah-laku organisme secara individual merupakan sumber data yang cocok.

2. Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan itu sama untuk semua jenis

mahkluk hidup.

Berdasarkan asumsi dasar tersebut menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang

terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman

(punishment).

Penguatan dan Hukuman.

Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas

bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi

yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.

Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi

penguatan ini menjadi dua bagian:

-      Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi

respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-

bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku

(senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan

jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).

-       Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi

respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak

menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi

penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang

(menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).

Page 10: Makala Psikologi Pendidikan

10PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ BEHAVIORISME”

Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan

negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam

penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah

mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa

penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman

menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Berikut ini disajikan contoh dari konsep

penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274).

Penguatan positifPerilaku :

Murid mengajukan pertanyaan yang bagus

Konsekuensi :

Guru menguji murid

Prilaku kedepan :

Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan

Penguatan negativePerilaku :

Murid menyerahkan PR tepat waktu

Konsekuensi :

Guru berhenti menegur murid

Prilaku kedepan :

Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu

HukumanPerilaku :

Murid menyela guru

Konsekuensi :

Guru mengajar murid langsung

Prilaku kedepan :

Murid berhenti menyela guru

Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.

Kupasan yang dilakukan Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat

diterapkan pada dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam

kelas. Belajar, yang digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan

sebagai fungsi urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner menyebutkan praktek khas

menempatkan binatang percobaan dalam “kontigensi terminal”. Maksudnya, binatang itu

harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam mencari jalan lepas dari kurungan

atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur yang mengena ialah membentuk tingkah-

laku binatang itu melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara seksama.

Dikelas, Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh

menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan

Page 11: Makala Psikologi Pendidikan

11PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ BEHAVIORISME”

penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian

pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus

dihindari karena adanya hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin

timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut

diatas meliputi peran penguat berkondisi dan alami, penguat positif dan negative, dan penguat

umum.

Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:

-      Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar

diberi penguat.

- Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

- Materi pelajaran, digunakan sistem modul.

- Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

- Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu

diubah, untuk menghindari adanya hukuman.

- Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah

diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.

- Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan

selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus

penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat

melalui proses conditioning  itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan

perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Page 12: Makala Psikologi Pendidikan

12PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ BEHAVIORISME”

.

Page 13: Makala Psikologi Pendidikan

13PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ BEHAVIORISME”

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan materi teori Beheaviorisme diatas maka kami membuat

kesimpulan yang mana kesimpulan ini tersusun dan diambil garis besar dari segenap

penjelasan yang telah dijelaskan diatas.

Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang

individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental.

Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan

perasaan individu dalam proses balajar. Tujuan utama psikologi membuat prediksi

dan mengendalikan prilaku dan sedikitpun tidak ada kaitannya dengan kesadaran.

Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah

(problem solving). Dalam penyelidikan tentang proses belajar, pelajar harus diberi

persoalan, dalam hal ini thorndike melakukan eksperimen dengn sebuah puzzelebox.

teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning

operan). Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-

konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan

diulangi.

B. Saran

Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut

perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara

sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia

agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan

meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.

Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang

terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing

secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.

Page 14: Makala Psikologi Pendidikan

14PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ BEHAVIORISME”

DAFTAR PUSTAKA

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Margaret E. Bell Gredler, 1994. Belajar dan pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

John W. Satrock, 2007. Psikologi Pendidikan. edisi kedua. PT Kencana Media Group: Jakarta.

Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti: Jakarta

Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali

Moll, L. C. (Ed.). 1994. Vygotsky and Education: Instructional Implications and Application of Sociohistorycal Psychology. Cambridge: Univerity Press

Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud

Gagne, E.D., (1985). The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown and Company

Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and TeacTeori Belajar Behavioristik

Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon

John W. Satrock, 2007. Psikologi Pendidikan. edisi kedua. PT Kencana Media Group: Jakarta.

Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti: Jakarta

Arie Asnaldi, 2005. Teori -Teori belajar.

B.F. Skinner and radical behaviorism, Ali, Muh. 1978. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Davies, WCR. 1971. The Management of Learning. London: Mc Graw Hill Book Company.

Ghafur, Abdul. 1980. Disain Instruksional. Suatu Langkah Sistematis

Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Balajar dan Mengajar. Solo: TigaSerangkai.

Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan PendekatanSistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 15: Makala Psikologi Pendidikan

15PSIKOLOGI PENDIDIKAN “ BEHAVIORISME”

Mukminan. 1997. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP. Pereivel & Ellington. 1984. A Handbook of Educational Technology. London:

Suparman, Atwi. 1997. Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Antar Universitas.

Wuryani Djiwandono, Sri Esti. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

http://www.scribd.com/doc/21251076/TEORI-BEHAVIORISME