makala ablasio retina.docx

26
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................. ................................................. DAFTAR ISI.................................................... ....................................................... .... BAB I PENDAHULUAN............................................ ............................................... 1.1 Latar belakang masalah................................................ ...................................2 1.2 Rumusan masalah................................................ ............................................3 1.3 Tujuan penulisan…………………………………………………………….3 BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………. 1

Upload: widya-siolimbona

Post on 26-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: makala ablasio retina.docx

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................

1.1 Latar belakang masalah...................................................................................2

1.2 Rumusan masalah............................................................................................3

1.3 Tujuan penulisan…………………………………………………………….3

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….

2.1 Definisi ...........................................................................................................4

2.2 Etiology……………………………………………………………………...5

2.3 Manifestasi Klinis…………………………………………………………...6

2.4 Patofisiologi…………………………………………………………………6

2.5 Pemeriksaan penunjang……………………………………………………...7

2.6 Penatalaksanaan……………………………………………………………..8

2.7 Komplikasi………………………………………………………………....10

2.8 Asuhan Kperawatan………………………………………………………..11

BAB III PENUTUP.....................................................................................................

3.1 Kesimpulan....................................................................................................17

3.2Saran...................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………

1

Page 2: makala ablasio retina.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel

berpigmen  retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung

batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak

mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer,

Suzanne, 2002).

Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat.

Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun,

walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini lebih besar

kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) atau berkacamata minus

dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami lepas retina.

Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras. Selain itu, walaupun agak jarang,

kondisi ini dapat merupakan penyakit keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-

anak. Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya retina akan mengakibatkan cacat

penglihatan atau kebutaan.

2

Page 3: makala ablasio retina.docx

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian ablasio Retina?

2. Apa etiologi ablasio Retina?

3. Apa manifestasi ablasio Retina?

4. Bagaimana patofisiologi Retina?

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang ablasio Retina?

6. Bagaimana penatalaksanaan ablasio Retina?

7. Bagaimana askep ablasio Retina?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian ablasio Retina

2. Untuk mengetahui etiologi ablasio Retina

3. Untuk mengetahui manifestasi ablasio Retina

4. Untuk mengetahui patofisiologi Retina

5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang ablasio Retina

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan ablasio Retina

7. Untuk mengetahui askep ablasio Retina

3

Page 4: makala ablasio retina.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris retina dan

lapisan epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991) Ablasio Retina juga diartikan

sebagai terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada retina,

sehingga mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara koroid dan retina kekurangan cairan

(Barbara L. Christensen 1991).

Ablasio retina terjadi apabila retina terlepas dari tempat perlekatannya. Kejadian ini

serupa dengan wallpaper yang terkelupas dari dinding. Hal ini diawali oleh robeknya retina yang

diikuti menyusupnya cairan pada robekan tersebut. Cairan tersebut akan menyusup terus di

antara retina dan dinding bola mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini

dapat menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen.

Ablasio retina adalah terlepasnya retina dari perlekatan dengan lapisan dibawahnya,

sebagian atau seluruhnya, sehingga mengakibatkan terputusnya proses penglihatan. Keadaan ini

dapat menyebabkan cacat penglihatan atau kebutaan.

Ablasio retina adalah lepasnya retina dari tempatnya. Kejadian ini merupakan masalah

mata yang serius dan dapat terjadi pada berbagai usia. Kejadian ini lebih besar kemungkinannya

pada penderita yang memakai kacamata minus (miopia) tinggi. Juga dapat tejadi akibat pukulan

yang keras. Ablasio retina adalah terpisahnya/terlepasnya retina dari jaringan penyokong di

bawahnya.

4

Page 5: makala ablasio retina.docx

Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel

berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang

dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak

mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer,

Suzanne, 2002).

2.2 Etiologi

Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat.

Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun,

walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini lebih besar

kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) atau berkacamata minus

dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami lepas retina.

Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang keras. Selain itu, walaupun agak jarang,

kondisi ini dapat merupakan penyakit keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-

anak. Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya retina akan mengakibatkan cacat

penglihatan atau kebutaan. Penyebab lain ablasio retina seperti trauma mata, abalisio retina pada

mata yang lain, pernah mengalami operasi mata, ada daerah retina yang tipis/lemah yang dilihat

oleh dokter mata, robekan retina, komplikasi, diabetus melitus paradangan, pada usia lanjut

(perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina), malformasi kongenital, kelainan metabolisme,

penyakit vaskuler, dan inflanmasi intraokuler neoplasma.

5

Page 6: makala ablasio retina.docx

2.3 Manifestasi Klinis

Gejala pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik hitam mengapung dan

cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya

bintik bintik hitam (floaters) ataupun kilatan cahaya yang nyata. Dalam hal ini penderita

mungkin menyadari penglihatannya seolah - olah pinggir. Perkembangan lepasnya retina yang

lebih lanjut akan mengaburkan penglihatan sentral dan menimbulkan kemunduran penglihatan.

Penglihatan seperti ada lapisan hitam yang menutupi sebagian atau seluruh pandangan seperti

terhalang tirai/bergelombang.

2.4 Patofisiologi

Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya, yang terdiri dari

sel-sel dan serabut saraf. Retina melapisi dinding mata bagian dalam seperti kertas dinding

melapisi dinding rumah. Retina berfungsi seperti lapisan film pada kamera foto: cahaya yang

melalui lensa akan difokuskan ke retina. Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya inilah yang

menangkap “gambar” dan menyalurkannya ke otak melalui saraf optik. Sebab dan Gejala

Lepasnya Retina Sebagian besar lepasnya retina terjadi akibat adanya satu atau lebih robekan-

robekan kecil atau lubang-lubang di retina. Kadang-kadang proses penuaan yang normal pun

dapat menyebabkan retina menjadi tipis dan kurang sehat, tetapi yang lebih sering

mengakibatkan kerusakan dan robekan pada retina adalah menyusutnya korpus vitreum, bahan

jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Korpus vitreum erat melekat ke retina

pada beberapa lokasi di sekeliling dinding mata bagian belakang. Bila korpus vitreum menyusut,

ia dapat menarik sebagian retina bersamanya, sehingga menimbulkan robekan atau lubang pada

retina. Walaupun beberapa jenis penyusutan korpus vitreum merupakan hal yang normal terjadi

6

Page 7: makala ablasio retina.docx

pada peningkatan usia dan biasanya tidak menimbulkan kerusakan pada retina, korpus viterum

dapat pula, menyusut pada bola mata yang tumbuh menjadi besar sekali (kadang-kadang ini

merupakan akibat dari rabun jauh), oleh peradangan, atau karena trauma. Pada sebagian besar

kasus retina baru lepas setelah terjadi perubahan besar struktur korpus vitreum.

Bila sudah ada robekan-robekan retina, cairan encer seperti air dapat masuk dari korpus

vitreum ke lubang di retina dan dapat mengalir di antara retina dan dinding mata bagian

belakang. Cairan ini akan memisahkan retina dari dinding mata bagian belakang dan

mengakibatkan retina lepas. Bagian retina yang terlepas tidak akan berfungsi dengan baik dan di

daerah itu timbul penglihatan kabur atau daerah buta. Perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis

lepasnya retina yang disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, atau

sebagai komplikasi dari diabetes. Ini disebut ablasio retina sekunder. Dalam hal ini tidak

ditemukan robekan ataupun lubang-lubang di retina, dan retina hanya bisa kembali ke posisinya

yang normal dengan mengobati penyakit yang menyebabkan lepasnya retina.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Karena itu bila ada keluhan seperti di atas, pasien harus segera memeriksakan diri ke

dokter spesialis mata. Dokter akan memeriksa dengan teliti retina dan bagian dalam dengan alat

yang disebut oftalmoskop. Dengan cahaya yang terang dan pembesaran dari alat tersebut, dokter

dapat menentukan lokasi daerah retina robek atau daerah yang lemah yang perlu diperbaiki

dalam pengobatan. Alat-alat diagnostik khuhsus lainnya yang mungkin perlu digunakan adalah

lensa-lensa khusus, mikroskop, dan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Terapi bila retina robek

tetapi belum lepas, maka lepasnya retina itu dapat dicegah dengan tindakan segera.

7

Page 8: makala ablasio retina.docx

2.6 Penatalaksanaan

Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang ditemukan terjadi robekan retina maka harus

dilakukan pembedahan. Ada beberapa prosedur bedah yang dapat digunakan. Prosedur yang

dipilih tergantung pada beratnya lepas retina dan pertimbangan dokter. Fotokoagulasi Laser Bila

ditemukan robekan-robekan kecil di retina dengan sedikit atau tanpa lepasnya retina, maka

robekan ini dapat direkatkan lagi dengan sinar laser. Laser akan menempatkan luka bakar-luka

bakar kecil di sekeliling pinggir robekan. Luka bakar ini akan menimbulkan jaringan parut yang

mengikat pinggiran robekan dan mencegah cairan lewat dan berkumpul di bawah retina. Bedah

laser oftalmologi sekarang biasanya dilakukan sebagai tindakan pada pasien berobat jalan dan

tidak memerlukan sayatan bedah. Pembekuan (Kriopeksi) Membekukan dinding bagian belakang

mata yang terletak di belakang robekan retina, dapat merangsang pembentukan jaringan parut

dan merekatkan pinggir robekan retina dengan dinding belakang bola mata. Pembekuan biasanya

dilakukan dengan prosedur pasien berobat jalan tetapi memerlukan pembiusan setempat pada

mata.

Tindakan bedah bila cukup banyak cairan telah terkumpul di bawah retina dan

memisahkan retina dengan mata bagian belakang, maka diperlukan operasi yang lebih rumit

untuk mengobati lepas retina itu. Teknik operasinya bermacam-macam, tergantung pada luasnya

lapisan retina yang lepas dan kerusakan yang terjadi, tetapi semuanya dirancang untuk menekan

dinding mata ke lubang retina, menahan agar kedua jaringan itu tetap menempel sampai jaringan

parut melekatkan bagian robekan. Kadang-kadang cairan harus dikeluarkan dari bawah retina

untuk memungkinkan retina menempel kembali ke dinding belakang mata. Seringkali sebuah

pita silikon atau bantalan penekan diletakkan di luar mata untuk dengan lembut menekan dinding

belakang mata ke retina. Dalam operasi ini dilakukan pula tindakan untuk menciptakan jaringan

8

Page 9: makala ablasio retina.docx

parut yang akan merekatkan robekan retina, misalnya dengan pembekuan, dengan laser atau

dengan panas diatermi (aliran listrik dimasukkan dengan sebuah jarum).

Jenis pembedahan ablasio retina:

1. Pneumoretinopeksi: operasi singkat untuk melekatkan kembali retina yang lepas (ablasio

retina).

2. Scleral Buckling: Operasi untuk melekatkan kembali retina yang lepas.

3. Vitrektomi: Operasi ini memerlukan alat khusus, ahli bedah akan melakukan operasi didalam

rongga bola mata untuk membersihkan vitreus yang keruh, melekatkan kembali vitreus yang

mengalami ablasio, mengupas jaringan ikat dari permukaan retina, dan tindakan-tindakan

lain yang diperlukan

Untuk memperbaiki Ablatio Retina dilakukan prosedur operasi scleral bucking yaitu

pengikatan kembali retina yang lepas.

a. Pengelolaan penderita sebelum operasi

Mengatasi kecemasan

Membatasi aktivitas

Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi pergerakan bola mata

Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah akomodasi dan

kontriksi.

9

Page 10: makala ablasio retina.docx

b. Pengelolaan penderita setelah operasi

Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama.

Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.

Evaluasi penutup mata

Bantu semua kebutuhan ADL

Perawatan dan pengobatan sesuai program

2.7 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi vitreoretinal:

1. Infeksi

2. Perdarahan

3. Ablasio retina kembali, sebagai komplikasi operasi

4. Penglihatan yang menurun

5. Peningkatan tekanan bola mata

6. Glaukoma

7. Katarak akan timbulnya lebih awal pada lebih dari 50% pasien yang telah menjalani

operasi vitrektomi. Selanjutnya, pasien ini akan menjalani operasi katarak beberapa tahun

kemudian.

8. Komplikasi akibat pembiusan dapat saja terjadi. Pembiusan lokal kadang-kadang

menimbulkan perdarahan di sekeliling mata tapi jarang berakibat langsung pada mata.

Pembiusan umum berpotensi menghadapi resiko serius. Bila anda akan mendapatkan

pembiusan umum, anda akan ditangani oleh spesialis anestesiologi sebelum operasi.

10

Page 11: makala ablasio retina.docx

2.8 ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Data Subyektif

Pasien mengeluh tiba-tiba melihat kilatan cahaya terang dan bintik-bintik hitam yang

beterbangan di ruang pandang.

Pasien mengeluh melihat tirai yang menutupi lapang pandang.

Pasien menyatkan takut dan cemas karena kehilangan fungsi penglihatan secara tiba-tiba.

b. Data Obyektif

Dengan pemeriksaan ophtalmoskop indirek terlihat gambaran gelembung abu-abu atau

lipatan-lipatan pada retina yang bergetar dan bergerak

Aktifitas pasien terbatas

Mata pasien tertutup dengan gaas

Pasien mendapat obat tetes mata midryatil

Wajah pasien tampak tegang dan cemas

Pada pemeriksaan visus : OD 1/4 Os 2/60

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien Ablatio Retina

Pre Operatif

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan

2. Cemas

3. Kurang perawatan diri

11

Page 12: makala ablasio retina.docx

Post Operatif

1. Nyeri akut

2. Resiko infeksi

3. Kurang perawatan diri

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

PRE OP

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d lepasnya retina

Kriteria Hasil :

Kooperatif dalam tindakan

Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen

Intervensi :

Kaji dan catat ketajaman pengelihatan Rasional: Menetukan kemampuan visual

Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat/tidak. Rasional: Memberikan keakuratan

terhadap pengelihatan dan perawatan.

Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan pengelihatan. Rasional: Meningkatkan self

care dan mengurangi ketergantungan.

Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima klien. Rasional : Meningkatkan

rangsangan pada waktu kemampuan pengelihatan menurun.

12

Page 13: makala ablasio retina.docx

2. Cemas b.d kurang pengetahuan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan klien bertambah

KH :

a. Kien tidak gelisah

b. Klien tenang

c. Klien dapat mengatakan tentang proses penyakit,metode pencegahan

dan instruksi perawatan di rumah

Intervensi :

a. Kaji tingkat kecemasan

Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien

b. Berikan kesampatan Klien untuk mengungkapkan perasaannya

Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan

pengobatan

c. Beri Support pada klien

Rasional : Agar klien mempunyai semangat

d. Berikan dorongan spiritual

Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

e. Berikan penkes

Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya

f. Memberikan kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak diketahui tentang penyakitnya.

Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya

g. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menbuat pilihan

berdasarkan informasi.

13

Page 14: makala ablasio retina.docx

3. Kurang Perawatan diri b.d ketidak berdayaan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri pasien terpenuhi

KH :

a. Kien tidak kotor

b. Klien tenang

c. klien merasa nyaman

Intervensi :

a. Bantu klien melakukan hygieneRasional : memenuhi perawatan diri klien

b. Berikan program perawatan dir pada klienRasional : agar perawatan diri klien teratur

c. Kontrol hygiene klien dua kali sehariRasional : mengetahui perawatan diri klien

d. Berikan HE tentang personal hygieneRasional : agar klien faham pentingnya perawatan diri.

POST OP

1.      Nyeri akut b.d luka post op

Tujuan : setelah di lakukan tidakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan nyeri berkurang

atau hilang.

KH :

a. klien mengatakan nyeri berkurang/hilang

b. skala nyeri menurun

c. klien tampak rileks

Intervensi:

a. Kaji skala nyeri

Rasional : mengetahui seberapa nyeri yang di alami klien

b. Berikan posisi relaks pada pasien.

Rasional : agar klien merasa nyaman

14

Page 15: makala ablasio retina.docx

c. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional : menurunkan nyeri klien

d. Kolaborasi pemberian analgesic.

Raional : analgesic menghilangkan nyeri

2. Resiko infeksi b.d insisi post op

Tujuan : setelah di lakukan tidakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan infeksi

tidak terjadi.

KH :

a. tidak ada tanda-tanda infeksi

b. leukosit stabil

Intervensi:

a. Pantau tanda-tanda infeksi

Rasional : mengetahui tanda awal infeksi

b. Lakukan rawat luka secara steril

Rasional : mencegah terjadinya infeksi

c. Oleskan alkohol di sekitar luka post op

Rasional : mencegah terjadinya infeksi

d. Berikan antibiotik sesuai advis dokter

Rasional : antibiotik mencegah infeksi

3. Kurang Perawatan diri b.d ketidak berdayaan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri pasien terpenuhi

KH :

a. Klien tidak kotor

b. Klien tenang

c. klien merasa nyaman

15

Page 16: makala ablasio retina.docx

Intervensi :

a. Bantu klien melakukan hygiene

Rasional : memenuhi perawatan diri klien

b. Berikan program perawatan dir pada klien

Rasional : agar perawatan diri klien teratur

c.   Kontrol hygiene klien dua kali sehari

Rasional : mengetahui perawatan diri klien

d. Berikan HE tentang personal hygiene

Rasional : agar klien faham pentingnya perawatan diri.

16

Page 17: makala ablasio retina.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris retina dan

lapisan epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991) Ablatio Retina juga diartikan

sebagai terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada retina,

sehingga mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara koroid dan retina kekurangan cairan

(Barbara L. Christensen 1991).

Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun,

walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.

Gejala pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik hitam mengapung dan

cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya

bintik bintik hitam (floaters) ataupun kilatan cahaya yang nyata.

3.2 SARAN

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis

mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa

mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk

menyempurnakan makalah ini.

17

Page 18: makala ablasio retina.docx

DAFTAR PUSTAKA

Bare, B.G & Smeltzer, S.C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jarkarta: EGC.

Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Jakarta:

EGC.

Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta: Media Aesculapius.

18