askep ablasio retina.doc

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah bagian penting dalam kehidupan manusia.Dan dalam dunia kesehatan sering sekali kita jumpai berbagai macam penyakit, salah satunya adalah penyakit persepsi sensori.Penyakit ini tak lain adalah penyakit yang menyerang organ persepsi sensori kita, misalnya indera khusus yang salah satunya adalah penglihatan (Visus).Gagguan pada indera penglihatan ini misalnya katarak, glaukoma, hiperemi, ablasio retina dan masih banyak lagi gangguan pada mata lainnya.Dalam bahasan makalah singkat ini, yang akan dibahas adalah kelainan pada indera penglihatan manusia, yaitu ablasio retina. Ablasi retina merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada berbagai usia. Ablasi retina yang terjadi pada kedua mata sebanyak 12 – 30%. Angka kejadian terjadinya ablasi retina ialah 8,9 per 100.000 penduduk di Amerika Serikat (AS).Sedangkan di Indonesia, data yang ada di poliklinik RSCM sub bagian vitreoretina, ablasi retina berada di urutan pertama dari sepuluh kelainan dan penyakit vitreoretina pada tahun 1998. Penyakit mata akibatnya lepasnya retina. Dalam banyak kasus terjadi pada usia lanjut tapi berpotensi terjadi pada semua tingkatan usia. Umumnya terjadi akibat 1

Upload: kurnias6

Post on 12-Aug-2015

263 views

Category:

Documents


49 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep ablasio retina.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah bagian penting dalam kehidupan manusia.Dan dalam

dunia kesehatan sering sekali kita jumpai berbagai macam penyakit, salah satunya

adalah penyakit persepsi sensori.Penyakit ini tak lain adalah penyakit yang menyerang

organ persepsi sensori kita, misalnya indera khusus yang salah satunya adalah

penglihatan (Visus).Gagguan pada indera penglihatan ini misalnya katarak, glaukoma,

hiperemi, ablasio retina dan masih banyak lagi gangguan pada mata lainnya.Dalam

bahasan makalah singkat ini, yang akan dibahas adalah kelainan pada indera

penglihatan manusia, yaitu ablasio retina.

Ablasi retina merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada

berbagai usia. Ablasi retina yang terjadi pada kedua mata sebanyak 12 – 30%. Angka

kejadian terjadinya ablasi retina ialah 8,9 per 100.000 penduduk di Amerika Serikat

(AS).Sedangkan di Indonesia, data yang ada di poliklinik RSCM sub bagian

vitreoretina, ablasi retina berada di urutan pertama dari sepuluh kelainan dan penyakit

vitreoretina pada tahun 1998.

Penyakit mata akibatnya lepasnya retina. Dalam banyak kasus terjadi pada

usia lanjut tapi berpotensi terjadi pada semua tingkatan usia. Umumnya terjadi akibat

benturan keras di kepala (trauma), miopia tinggi, penyakit sistemik, peradangan dan

afakia dan dapat menyebabkan kebutaan permanen apabila tidak ditangani dengan

serius.

Gejala yang ditimbulkan adalah pengelihatan yang seperti kilatan-kilatan

cahaya, tibulnya floaters yang merupakan bayangan hitam yang terlihat oleh mata

dalam berbagai bentuk dan ukuran. Dapat berbentuk garis-garis ataupun jaring laba-

laba. Biasanya floaters bergerak saat melirik ke kiri atau ke kanan dan semakin jelas

apabila melirik kearah dinding dan langit-langit.

1

Page 2: Askep ablasio retina.doc

Memerlukan tindakan operasi untuk melekatkan kembali retina pada

tempatnya. meskipun prosedur ini hanya berperan untuk mempertahankan agar

keadaan tidak semakin progresif atau lebih parah.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan ablasio retina

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi ablasio retina

2. Mengetahui penyebab dari ablasio retina

3. Mengetahui manifestasi klinis dari ablasio retina

4. Mengetahui pemeriksaan diagnostik ablasio retina

5. Mengetahui penatalaksanaan pada ablasio retina

6. Mengetahui komplikasi dari ablasio retina

7. Mengetahui prognosis ablasio retina

8. Mengetahui asuhan keperawatan dari ablasio retina

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ablasio retina?

2. Apa saja penyebab dari ablasio retina ?

3. Apa saja manifestasi klinis dari ablasio retina ?

2

Page 3: Askep ablasio retina.doc

4. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari ablasio retina ?

5. Apa saja penatalaksanaan pada ablasio retina ?

6. Apa saja komplikasi dari ablasio retina ?

7. Apa prognosis dari ablasio retina ?

8. Apa asuhan keperawatan pasien dengan gangguan mata ablasio ?

1.4 Manfaat

Manfaat disusunnya makalah ini adalah:

1. Klien dapat mengetahui program mengatasi penyakit ablasio retina.

2. Klien dapat mencegah hal-hal yang dapat menyebabkan ablasio retina.

3. Klien dapat mematuhi asuhan keperawatan untuk mengatasi penyakit ablasio

retina.

3

Page 4: Askep ablasio retina.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Retina

Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor

yang menerima rangsangan cahaya.

Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas

lapisan:

1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang

yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.

2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

3. Lapis nucleus luar, merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan batang.

Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler

koroid.

4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat

sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.

5. Lapis nucleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel

Muller Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.

6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular, merupakan tempat sinaps

sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.

7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

4

Page 5: Askep ablasio retina.doc

8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah

saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh

darah retina.

9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan

badan kaca.

Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan merah

pada hiperemia.

Makula adalah pusat dari retina dan merupakan bagian yang paling vital dari

retina. Makula merupakan bagian dari retina yang memungkinkan mata melihat detil-

detil halus pada pusat lapang pandang.

Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri

retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi

pada retina dalam.

Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.

2.2 Definisi

Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel

berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang

mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi,

5

Page 6: Askep ablasio retina.doc

maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan

berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris

retina dan lapisan epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991)

Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel

akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila

berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.

2.3 Klasifikasi

Dikenal 3 bentuk ablasi retina:

2.3.1 Ablasi Retina Regmatogenosa

Bentuk tersering dari ketiga jenis ablasio retina adalah ablasio

retina regmatogenosa. Pada ablasi retina regmatogenosa maka ablasi

terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke

belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan

retina oleh badan kaca air (fluid vitreous)yang masuk melalui robekan

atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan

retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.

Ablasio retina regmatogenosa spontan biasanya didahului atau

disertai oleh pelepasan korpus vitreum posterior.

2.3.2 Ablasi Retina Eksudatif / Serosa & Hemoragik

Ablasio retina serosa dan hemoragik dapat terjadi walaupun

tidak terdapat pemutusan retina atau traksi vitreo-retina.

Ablasi retina eksudatif adalah ablasi yang terjadi akibat

tertimbunnya eksudat di bawah retina dan mengangkat retina.

Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari

pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi). Hal ini disebabkan

penyakit koroid. Penyakit degenerative, inflamasi, dan infeksi yang

terbatas di makula. Termasuk neovaskularisasi subretina yang

disebabkan oleh bermacam-macam hal.

6

Page 7: Askep ablasio retina.doc

2.3.3 Ablasi Retina Tarikan atau Traksi

Ablasio retina akibat traksi adalah jenis tersering kedua. Pada

ablasi ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut

pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina dan penglihatan

turun tanpa rasa sakit.

Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat

disebabkan diabetes melitus proliferatif, trauma, dan perdarahan badan

kaca akibat bedah atau infeksi.

Gaya-gaya traksi yang secara aktif menarik retina sensorik

menjauhi epitel pigmen di bawahnya disebabkan oleh adanya membrane

vitreosa, epiretina, atau subretina yang terdiri dari fibroblas dan sel glia

atau sel epitel pigmen retina. Pada ablasio retina akibat traksi pada

diabetes, kontraksi korpus vitreum menarik jaringan fibrovaskular dan

retina di bawahnya kea rah anterior menuju dasar korpus vitreum. Pada

awalnya, pelepasan mungkin terbatas di sepanjang arkade-arkade

vaskular, tetapi dapat terjadi perkembangansehingga kelainan

mengakibatkan retina midperifer dan makula.

2.4 Etiologi

Mata yang berbakat untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan miopia

tinggi, pasca retinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer,

50% ablasi yang timbul pada afakia terjadi pada tahun pertama, dan trauma atau

penggunaan fisik yang kuat dan mendadak akan menyebakan robekan retina.

Komplikasi Diabetes Melitus dan Peradangan yang terjadi pada mata juga

dapat mengakibatkan ablasio retina.

2.5 Manifestasi Klinis

Ablasi retina akan memberikan gejala terdapatnya:

1. gangguan penglihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang

menutup.

7

Page 8: Askep ablasio retina.doc

2. Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya(fotopsia) / light

flashes atau keduanya

3. Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba

4. Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang

pandang ketika retina benar-benar terlepas dari epitel berpigmen

5. Penurunan tajam pandangan sentral aau hilangnya pandangan sentral

menunjjukkan bahwa adanya keterlibatan makula

2.5.1 Retina lepas dengan robekan (rhegmatogenous)

Tanda klinisnya:

a. Ditemukan peninggian retina umumnya mulai dari perifer dan dapat

mencapai posterior pole dengan cairan di bawah retina.

b. Retina (yang lepas) tampak bergelombang (rugae), kadang ditemukan

perdarahan vitreus. Di vitreus ditemukan sel pigmen retina, tanda utama

adalah robekan retina dengan cairan di bawahnya.

c. Umumnya disertai dengan penurunan tekanan intraokuler.

d. Terkadang ditemukan afferent pupillary defect (APD).

e. Pada yang kronis sering ditemukan pigmen epitel retina berbentuk garis

lurus (demarcation line) membatasi antara daerah retina yang lepas

dengan yang masih melekat, atau pada yang berat ditemukan fibrosis

vitreus berat (proliferative vitreo-retinopathy) hingga perlekatan retina

hebat (star fold, napkins ring, fixed folds, subretinal bands).

2.5.2 Retina lepas akibat cairan serous di bawah retina tanpa robekan

(exudative)

Tanda klinisnya:

a. Ditemukan retina lepas dengan bentuk permukaan relatif mulus disertai

cairan di bawah retina.

b. Tidak ditemukan robekan retina.

c. Cairan subretina biasanya bullous dengan bentuk retina lepas sesuai

dengan posture atau posisi tubuh, prinsipnya adalah cairan mencari

tempat yang paling rendah.

d. Pemeriksaan APD (afferent pupillary defect) mungkin ditemukan.

8

Page 9: Askep ablasio retina.doc

2.5.3 Retina lepas karena tarikan akibat fibrosis vitreus seperti pada

proliferative diabetic retinopathy (PDR), retinopathy of prematurity

(tractional detachment). Disebut juga tractional

Tanda klinisnya:

a. Ditemukan retina lepas, umumnya tidak terlalu tinggi kecuali pada

riwayat neonatus prematur.

b. Retina yang lepas berhubungan dengan traksi atau fibrosis yang terjadi

di dalam vitreus, dengan detachmnet yang paling tinggi di tempat

perlekatan traksi/fibrosis.

c. Terkadang disertai dengan robekan retina akibat tarikan traksi/fibrosis.

d. Tanda lainnya dapat ditemukan sesuai dengan penyakit penyerta atau

yang mendasari.

2.6 Pemerikasaan Diagnostik

2.6.1 Pemeriksaan oftalmologi

a. Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat

terlibatnya makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau

badan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat

menurun bila makula lutea ikut terangkat.

b. Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan pandang seperti

tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan

ablasio retina, pada lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti

halilintar kecil dan fotopsia.

Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan:

1. Pemeriksaan konfrontasi, yaitu pemeriksaan dengan melakukan

perbandingan lapang pandangan pasien dengan si pemeriksa

sendiri.

2. Pemeriksaan perimeter atau kampimetri.

9

Page 10: Askep ablasio retina.doc

Lapang pandangan normal adalah 90 derajat temporal, 50 derajat

atas, 50 derajat nasal dan 65 derajat ke bawah.

c. Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis

ablasio retina dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada

pemeriksaan ini ablasio retina dikenali dengan hilangnya refleks fundus

dan pengangkatan retina. Retina tampak keabu-abuan yang menutupi

gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada

ruang subretina, didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata

bergerak. Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena

terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait

pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau ruang retina dapat

ditemukan mengambang bebas.

2.6.2 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit

penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah.

b. Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga

digunakan untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain

yang menyertainya seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing

intraokuler. Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui

kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan

posterior skleritis.

c. Scleral indentation

d. Goldmann triple-mirror

e. Indirect slit lamp biomicroscopy

f. Tes refraksi

g. Respon refleks pupil

h. Gangguan pengenalan warna

10

Page 11: Askep ablasio retina.doc

i. Tekanan intraokuler,

Hasil Pemeriksaan:

1. Visus atau salah satu posisi lapang pandang memburuk.

2. Fundus refleks hilang

3. Retina terangkat, terlihat abu-abu, bergoyang-goyang.

4. Terkdang robekan retina berwarna merah dapat terlihat langsung pada

    pemeriksaan funduskopi.

2.7 Penatalaksanaan

2.7.1 Kolaborasi Intervensi Bedah

Prinsip Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah untuk melekatkan

kembali lapisan neurosensorik ke lapisan epitel pigmen retina. Penanganannya

dilakukan dengan pembedahan, pembedahan ablasio retina dapat dilakukan

dengan cara:

1. Retinopeksi pneumatik

Retinopati pneumatik merupakan cara yang paling banyak pada

ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada

superior retina. Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan

menyuntikkan gelembung gas ke dalam vitreus. Gelembung gas ini akan

menutupi robekan retina. Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung

gas, cairan subretinal akan menghilang 1-2 hari. Pasien harus

mempertahankan posisi kepala selama 7-10 hari untuk meyakinkan

gelembung terus menutupi robekan retina. Keuntungan dari tindakan ini

adalah pasien tidak perlu dirawat inap dan mencegah komplikasi yang

dapat ditimbulkan dengan menggunakan prosedur buckling. Kerugiannya

adalah kepala pasien harus dalam posisi tertentu dalam 7 – 10 hari, dan

mempunyai tingkat keberhasilan lebih rendah dibandingkan dengan

skleral buckle.

2. Scleral buckle ( pelibatan Sklera )

Operasi jenis ini sampai sekarang masih merupakan pilihan

untuk ablasi tipe regmatogenosa, terutama jika tidak ada komplikasi.

11

Page 12: Askep ablasio retina.doc

Buckle biasanya berupa silicon berbentuk spons atau padat tergantung

dari lokasi dan jumlah robekan retina.Silikon tersebut dipasangkan

melingkari bola mata dengan tujuan membentuk cekukan kedalam pada

dinding bola mata untuk menutupi rongga yang terjadi akibat robeknya

retina.Jika robekan telah tertutup, maka cairan dalam retina akan

menghilang secara spontan dalam jangka waktu 1 – 2 hari.Prosedur ini

lebih sering dilakukan dengan anestesi lokal dan pasca operasi pasien

tidak harus dalam posisi tertentu pasien dapat melakukan aktivitas seperti

biasa kecuali aktivitas yang dapat melukai kepala.

3. Vitrektomi

Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada

ablasio akibat diabetes, ablasio regmatogenosa yang disertai traksi

vitreus(perdarahan viterus) atau hemoragik vitreus.Pada dasarnya

vitrektomi merupakan tindakan pengeluaran cairan vitreus kemudian

digantikan dengan gas khusus yaitu SFG ( Sulfoheksafliurid). Secara

perlahan gas tersebut akan diserap dan digantikan kembali dengan cairan

yang diproduksi oleh mata itu sendiri. Cara pelaksanaan vitrektomi yaitu

dengan membuat insisi kecil pada bola mata kemudian memasukkan

instrument ke dalam rongga viteus,setelah instrument di masukkan

viterus di pindahkan dengan menggunakan vitreus culter kemudian

dilanjutkan dengan teknik sayatan tractional bands dan air fluid

exchange yakni memasukkan cairan silikon untuk menempelkan kembali

retina. Pada operasi vitrektomi kepala pasien harus berada dalam posisi

tertentu untuk menjaga agar retina tetap menempel.Terkadang vitrektomi

dapat dilakukan bersamaan dengan pemasangan sklera buckle.

Operasi-operasi tersebut diatas bisa dilakukan dengan

menggunakan bius lokal maupun general, tergantung pada kesehatan

penderita dan waktu yang diperkirakan diperlukan untuk merekatkan

kembali retina.Pada penderita dengan lepasnya retina sederhana

biasanya soudah dibolehkan berjalan sehari setelah operasi dan tidak

12

Page 13: Askep ablasio retina.doc

perlu rawat inap di rumah sakit.Tetapi setelah pulang pasien

memerlukan salep dan obat tetes untuk merawat mata pasca

pembedahan,dan terkadang diperlukan kacamata atau lensa kontak

bila setalah pembedahan retina ternyata penglihatan terganggu.

Bila retina robek tetapi belum lepas, maka lepasnya retina itu

dapat dicegah dengan tindakan laser atau menggunakan tindakan

kriopeksi.

1. Laser

Pembedahan laser digunakan untuk menutup lubang atau

robekan pada retina yang biasanya ditemukan sebelum terjadinya

ablasio.Sinar laser yang digunakan adalah yang mampu menciptakan

lingkungan yang terbakar pada retina, Laser akan menempatkan luka

bakar kecil di sekeliling pinggir robekan. Luka bakar ini akan

menimbulkan jaringan parut yang mengikat pinggiran robekan dan

mencegah cairan lewat dan berkumpul di bawah retina.

2. Kriopeksi

Kriopeksi merupakan teknik membekukan dinding bagian

belakang mata yang terletak di belakang robekan retina.Cara kerja

kriopeksi yaitu dapat merangsang pembentukan jaringan parut dan

merekatkan pinggir robekan retina dengan dinding belakang bola mata.

Teknik ini digunakan bersamaan dengan penyuntikan gelembung udara

dan kepala dipertahankan pada posisi tertentu untuk mencegah

penimbunan kembali cairan di belakang retina. Kriopeksi biasanya

dilakukan pada pasien berobat jalan dan hanya memerlukan pembiusan

local pada mata.

Penempelan kembali retina yang sukses, terdiri dari penempelan

robekan retina, dan pencegahan agar retina tidak tertarik lepas lagi.

2.7.2 Perawatan Preoperasi

13

Page 14: Askep ablasio retina.doc

Klien mungkin mengalami kecemasan atau ketakutan. Perawt perlu

memberikan informasi secara akurat dan tenangkan hati klien untuk mengurangi

kecemasan klien.

2.7.3 Perawatan Postoperasi

Tanda vital dan TIO. Pemantauan tanda vital perlu dilakukan tiap 15-30 menit

(atau sesuai kebijakan rumah sakit) sampai kondisi klien stabil. Monitor TIO

minimal 24 jam secara ketat.

Perawatan mata. Adanya drainase, harus segera dilaporkan pada

ofthalmologist. Balutan tidak boleh dilepas tanpa order khusus. Kedua mata

dibalut selama 5-6 hari dan setelah boleh dilepas balutan mata diganti minimal 1

kali sehari. Bantu aktivitas sehari – hari klien untuk mencegah hentakan atau

pergerakan kepala yang berlebihan. Berikan kompres dingin untuk mengurangi

bengkak dan memberikan kenyamanan.

Visus tidak dapat kembali dengan segera karena pembengkakan post op dan efek

dilatasi tetes mata. Visus meningkat bertahap dalam beberapa minggu samapi

bulan. Jelaskan pada klien agar membatasi membaca dan menulis untuk

mencegah pergerakan mata yang berlebihan.

Posisi dan aktivitas klien. Posisi dan tingkat yang diizinkan setelah pembedahan

diberikan oleh dokter. Kepala diposisikan sedemikian rupa sehingga daerah yang

diperbaiki menggantung, mencegah dorongan gravitasi merusak daerah operasi.

Jika gas (sulfaheksafluorid) digunakan untuk membantu penyatuan retina

kembali, maka klien diatur dalam posisi yang memungkinkan gas mengangkat

retina. Pembatasan aktivitas yang sama juga dilakukan pada klien yang

menggunakan minyak silikon. Memposisikanklien pada abdomen dengan kepala

menoleh ke arah mata yang dioperasi sering dianjurkan, sehingga klien

berbaring dengan mata yang tidak dioperasi berada dibawah. Posisi ini

dipertahankan beberapa hari sampai gas diabsorpsi. Hindari gerakan

menghentakkan kepala ( menyisir rambut, membungkuk, mengejan, bersin,

batuk, muntah ) dan batasi aktivitas yang berlebihan hingga tercapai

penyembuhan. Perawat perlu membantu aktivitas sehari-hari klien untuk

mencegah hentakan atau pergerakan kepala yang berlebihan.

14

Page 15: Askep ablasio retina.doc

Medikasi. Klien kadang memerlukan antiemetik atau obat batuk yang yang

dianjurkan serta laksatif (jika perlu).

Nyeri. Klien mungkin mengalami nyeri pascaoperasi. Analgesik seperti

meperidi atau asetaminofen dan kodein biasanya diresepkan. Tindakan non-

farmakologis seperti distraksi atau imajinasi terbimbing dapat dilakukan pada

kondisi ini. Peningkatan nyeri secara mendadak atau nyeri yang disertainausea

mungkin merupakan indikasi berkembangnya komplikasi dan harus dilaporkan

pada dokter mata.

2.8 Komplikasi

a. Komplikasi awal setelah pembedahan

Peningkatan TIO

Glaukoma

Infeksi

Ablasio koroid

Kegagalan pelekatan retina

Ablasio retina berulang

b. Komplikasi lanjut

Infeksi

Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata

Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)

Diplopia

Kesalahan refraksi

astigmatisme (tidak mampu memfokuskan cahaya.

15

Page 16: Askep ablasio retina.doc

2.9 Prognosis

Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio,

diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan.

Terapi yang cepat prognosis lebih baik. Prognosis lebih buruk bila mengenai

makula atau jika telah berlangsung lama. Jika makula melekat dan pembedahan

berhasil melekatkan kembali retina perifer, maka robekan l yang ebih luas pada vitreus

dapat dicegah .Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam

penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya.

Korpus vitreum yang terus menyusut dan munculnya pertumbuhan jaringan di

permukaan retina menyebabkan tidak semua retina yang terlepas dapat direkatkan

kembali. Bila retina tidak dapat direkatkan kembali, maka mata akan terus menurun

penglihatannya dan akhirnya menjadi buta.

2.10 Web of Caution

16

Perlu pembatasan aktivitas Cemas

Miopia Trauma Afakia (tidak adanya lensa)

Prosesus peradangan

Penyakit sistemikTumor okuler

Degenerasi

Ukuran anteroposterior mata membesar

Pergerakan vitreus ke

depan

Akumulasi cairan di subretina

Desakan pada retina/ Subretina

Glukosa dalam darah meningkat

Viskositas darah meningkat

Aliran darah menuju ke mata berkurang

Bola mata terutama retina tidak mendapat nutrisi

Perlu operasi

Post op

sel-sel retina lepas Bayangan titik-titik hitam

Gangguan penerimaan rangsangan visual

Konservasi rangsangan ke bentuk yang tidak dapat diintepretasikan otak

Hilangnya penglihatan

Perubahan sensori perseptual (visual)

Risiko cederaDefisit perawatan diri

Lepasnya retina (Ablasio Retina)

Defisit pengetahuan

Pre op

Nyeri Resiko infeksi

Page 17: Askep ablasio retina.doc

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

17

Page 18: Askep ablasio retina.doc

3.1.1 Anamnesis

Kaji faktor resiko penyakit afakia, meningkatnya umur, degenerasi

vitreoretina dan miopia. Klien yang mengeluhkan penurunan visus mendadak

harus dievaluasi segera. Kaji situasi ketika klien pertama kali mengeluhkan

penurunan visus. Kaji riwayat okuler dan kondisi medis sebelumnya, catat riwayat

operasi mata atau cedera mata. Kaji apakah gejala terjadi pada satu atau kedua

mata, lamanya waktu sejak timbulnya gejala, keparahan gejala dan hal-hal yang

mengurangi atau memperburuk gejala. Timbulnya ablasio retina biasanya

mendadak dan tidak nyeri karena tidak ada serabut nyeri yang terletak pada retina

(Ignatavicius D, 1991). Klien sering mengeluh melihat sinar kilat atau titik-titik

hitam di depan mata yang terkena. Selama fase awal atau ablasio retina parsial,

klien mengeluhkan sensasi adanya tabir menutupi bagian lapang pandang.

Hilangnya lapang pandang tergantung area lepasnya retina.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan data yang berkaitan dengan

manifestasi klinis dan diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan oftalmoskopik.

3.1.3 Pengkajian Psikososial

Klien dengan ancaman gangguan penglihatan dapat mengalami kecemasan.

Kecemasan yang berat akan merusak kemampuan klien untuk memproses

informasi baru. Catat postur, sikap dan pola bicara klien. Klien yang cemas akan

menunjukan kebingungan, perubahan topik yang sering dan menanyakan

informasi secara berulang. Klien cemas juga dapat mengalami salah interpretasi

informasi. Mereka mungkin hanya mendengar sebagian dari apa yang dibicarakan

dan menerima keterangan yang diberikan dngan lambat. Kaji juga kemampuan

aktivitas sehari-hari klien.

3.1.4 Analisis Data

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DS : Miopia Perubahan

18

Page 19: Askep ablasio retina.doc

1. Pasien mengeluh melihat tirai yang menutupi lapang pandang

2. Pasien sering mengeluh adanya titik-titik hitam (floater)

3. Pasien mengatakan jika dirinya memiliki riwayat kesehatan rabun dekat 4 dioptri

DO :1. Miopi (rabun jauh)2. Adanya robekan pada retina

(pemeriksaan fundudkopi)

Ukuran anteroposterior mata membesar

Mendesak Retina

Lapisan retina robek

Lapisan retina lepas dari lapisan berpigmen

Cahaya yang masuk tidak bisa ditangkap retina

Robekan retina dan sel – sel darah merah mengapung di sekitar vitreus

Hilangnya lapang

pandang

Floater

Gg. Penerimaan rangsangan visual

Konservasi rangsangan ke bentuk yang tidak dapat diintepretasikan

otak

Hilangnya penglihatan

Perubahan sensori preseptual

Sensori Preseptual

2. DS : 1. Pasien mengeluh tiba-tiba

melihat kilatan cahaya (Fotopsia)

2. Pasien mengatakan pernah memiliki riwayat kesehatan diabetic neuropati

3. Pasien mengeluh sering melihat titik-titik hitam (Floater)

DO :1. Diabetic retinopathy2. Didapatkan jaringan fibrous

pada vitreus.

Diabetic Retinopaty

Jaringan fibrosis pada vitreus menarik lapisan retina sampai

terlepas dari lapisan pigmennya

Fotopsia (timbul kilatan cahaya)

Lapisan retina robek dan kapiler darah terputus

Robekan retina dan sel darah merah mengapung pada ruang vitreus.

(floater).

Perubahan Sensori

Preseptual

19

Page 20: Askep ablasio retina.doc

3. Robekan retina dan sel-sel darah merah mengapung di daerah viterus (pemerikasaan funduskopi)

Gg. Penerimaan rangsangan visual

Konservasi rangsangan ke bentuk yang tidak dapat diintepretasikan

otak

Hilangnya penglihatan

Perubahan sensori preseptual

3. DS : 1. Pasien mengatakan memiliki

riwayat kesehatan Diabetes mellitus

2. Pasien mengeluh pandangannya sering kabur

3. Pasien mengeluk adanya kilatan cahaya dan titik-titik hitam pada pandangannya

DO :1. LDL > 2202. Ditemukan robekan retina dan

sel-sel darah mengapung pada ruang vitreus (pemeriksaan funduskopi)

Diabetes mellitus

Kadar glukosa dalam darah meningkat

Viskositas darah meningkat

Aliran darah menuju ke mata menjadi terhambat

Mata kekurangan nutrisi terutama pada retina

Retina lepas dari lapisan berpigmendan kapiler darah terputus

Robekan retina dan sel darah merah mengapung pada ruang vitreus.

(floater).

Gg. Penerimaan rangsangan visual

Konservasi rangsangan ke bentuk yang tidak dapat diintepretasikan

otak

Hilangnya penglihatan

Perubahan sensori preseptual

Perubahan Sensori

Preseptual

4. DS : Uveitis

20

Page 21: Askep ablasio retina.doc

1. Pasien mengatakan rasa perih dan gatal-gatal pada mata

2. Pasien mengatakan sering keluar air dari mata

3. Pasien mengeluh pandangannya kabur

DO :1. Pasien menderita uveitis

kronis2. Adanya robekan retina pada

ruang vitreus (pemeriksaan funduskopi)

Akumulasi cairan akibat proses peradangan

Cairan mendesak pada ruang subretina

Retina lepas dari lapisan berpigmen

Hilangnya lapang pandang

Gg. Penerimaan rangsangan visual

Konservasi rangsangan ke bentuk yang tidak dapat diintepretasikan

otak

Hilangnya penglihatan

Perubahan sensori preseptual

5. DS :1. Pasien mengeluh

pandangannya sering kabur2. Pasien sering mengeluh

melihat titik-titik hitam pada pandangannya (floater)

3. Pasien mengeluh melihat kilatan cahaya dalam pandangannya.

4. Pasien mengatakan khawatir dengan keadaanya

DO :1. Pemerikasaan funduskopi :

adanya robekan retina dan sel –sel darah mengapung di ruang vitreus

2. Penurunan visus3. Pasien terlihat cemas4. Pasien menanyakan informasi

secara berulang.

Lepasnya retina dari lapisan berpigmen

Penurunan visus

Hilangnya lapang pandang

Hilangnya penglihatan mendadak

ancaman terhadap konsep diri serta

ancaman terhadap perubahan peran

dan fungsi.

Menimbulkan kecemasan

Cemas / Ansietas

5. DS :1. Pasien mengeluh

pandangannya menjadi kabur2. Pasien mengatakan tidak dapat

beraktivitas secara optimalDO :

1. Penurunan visus

Lepasnya retina dari lapisan berpigmen

Hilangnya lapang pandang dan kedalaman persepsi berkurang

Resiko cedera

Resiko Cedera

21

Page 22: Askep ablasio retina.doc

2. Lepasnya retina dari sel berpigmen

6. DS :1. Pasien meraskan nyeri

pascaoperasiDO : -

Lepasnya retina dari lapisan berpigmen

Pembedahan (operasi)

Pascaoperasi

Timbul nyeri pada mata yang dioperasi

Nyeri

3.2 Diagnosa dan Interverensi Keperawatan

1. Perubahan sensori perseptual(visual) yang berhubungan dengan kerusakan

kemampuan memproses rangsangan visual.

Tujuan, Klien akan :

Mampu mempertahankan kemampuan untuk menerima rangsangan visual dan tidak

mengalami kehilangan penglihatan lebih lanjut.

Intervensi :

Anjurkan pasien untuk bedrest dengan satu atau kedua mata ditutup.

Rasional : untuk mempertahankan mata dalam keadaan istirahat untuk

mencegah robekan lebih lanjut.

Atur kepala agar rongga retina dalam posisi tidak menggantung.

Rasional : Gravitasi dapat membantu mencegah lapisan retina pertama lepas

dari lapisan kedua.

Kolaborasi untuk pembedahan.

2. Defisit perubahan diri yang berhubungan dengan pembatasan aktivitas.

Intervensi :

Beritahu klien bahwa aktvitasnya sementara di batasi.

Rasional : mencegah robekan lebih lanjut.

22

Page 23: Askep ablasio retina.doc

Bantu kebutuhan sehari hari klien.

Rasional: mengurangi resiko cedera lebih lanjut

Letakkan call bell pada tempat yang mudah di jangkau.

Rasional:Memudahkan pasien untuk meminta pertolongan

3. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan, hilangnya

pandangan mendadak dan kemungkinan kegagalan mendapatkan pandangan kembali,

ancaman terhadap konsep diri serta ancaman terhadap perubahan peran dan fungsi.

Tujuan klien akan :

Klien akan mengalami penurunan tingkat ansietas.

Intervensi :

Berikan kesempatan pada klien untuk mendiskusikan perasaannya.

Rasional : Mengurangi rasa cemas

Walaupun kemungkinan pemulihan penglihatan tidak dapat dipastikan, klien

dapat diyakinkan bahwa banyak robekan retina dapat diperbaiki dengan

operasi.

Rasional :Memberikan dukungan moral untuk mengurangi beban stress

4. Resiko cedera yang berhubungan dengan berkurangnya penglihatan dan perubahan

kedalaman persepsi.

Tujuan :

Klien tidak mengalami cedera selama dalam perawatan.

Intervensi :

Observasi ketajaman penglihatan klien.

Rasional: Mengetahui perkembangan keadaan mata.

Beritahu klien bahwa kedalaman persepsi akan berubah dan bantu klien

sesuai kebutuhan.

23

Page 24: Askep ablasio retina.doc

Jauhkan benda benda berbahaya dari jangkauan klien

Rasional : mencegah terjadinya cedera karena keterbatasan lapang pandang.

Bersihkan jalan yang dilewati klien dari benda-benda berbahaya jika klien

sudah diperbolehkan beraktivitas.

5. Kurang pengetahuan tentang perawatan diri dan aktivitas rutin pre dan pasca operasi

yang berhubungan dengan kurangnya informasi atau salah interpretasi informasi yang

didapat sebelumnya.

Tujuan, klien akan :

Menjelaskan penggunaan obat yang benar.

Rasional: Menghindari pasien defisit pengetahuan tentang penggunaan obat

yang benar

Menjelaskan tanda dan gejala robekan retina.

Rasional : Menghindari terjadinya trauma

Aktivitas yang perlu dibatasi

Rasional : Menghindari terjadinya cedera

Intevensi:

Usahakan aktivitas tetap dalam 2 minggu,jangan mengangkat yang berat atau

aktivitas yang terlalu aktif selama enam minggu atau sesuai yang diintrusikan

dokter.

Periksa shampoo rambut yang diintruksikan oleh dokter.

Rasional :Menghindari bahan bahan shampoo yang dapat mengiritasi mata

sehingga memperparah kondisi mata.

Batasi membaca selama 3 minggu atau sesuai advis.

Rasional: mencegah robekan semakin luas.

Beritahu klien cara menggunakan obat mata yang benar.

24

Page 25: Askep ablasio retina.doc

Beritahu klien untuk lapor ke dokter mata jika ada gejalan robekan retina

yang berlanjut atau kegagalan penyatuan retina pada klien pasca operasi

(ditandai dengan melihat cahaya sperti kilat,titik-titik hitam didepan

mata,penglihatan kabur/adanya “tabir”pada lapang pandang).

Rasional: Mencegah terjadinya komplikasi

Beritahu klien untuk melakukan tinjauan lanjutan sesuai program.

6. Hambatan mobilitas yang berhubungan dengan kehilangan pandangan dan berada

dlingkungan yang tidak dikenal.

Intevensi :

Observasi tanda dan gejala disorientasi .

Orientasikan klien pada lingkungan baru.

Rasional: mencegah klien agar tidak mengalami stress akibat lingkungan

yang baru

Letakkan barang yang dibutuhkan dalam jangkauan klien.

7. Nyeri yang berhubungan dengan manipulasi bedah pada jaringan.

Intevensi :

Observasi tempat nyeri klien.

Rasional: mengobati nyeri pada posisi yang tepat dan mencegah terjadinya

infeksi

Ajarkan dan dorong klien untuk melakukan distraksi atau imajinasi

terbimbing.

Beritahu klien untuk melaporkan adanya peningkatan nyeri secara mendadak

atau nyeri yang disertai nausea yang dapat merupakan indikasi

berkembangnya komplikasi.

Rasional: mencegah komplikasi berlanjut

25

Page 26: Askep ablasio retina.doc

Kolaborasi: Pemberian analgesic seperti meperidin atau asetaminofen.

Rasional: Mengurangi rasa nyeri

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

26

Page 27: Askep ablasio retina.doc

Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris

retina dan lapisan epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991)

Ablasio retina dapat terjadi pada seseorang dengan miopi tinggi,pasca

retinitis,afakia,komplikasi diabetes,dan trauma.Selain itu ablasio retina juga dapat

disebabkan karena adanya peradangan yang terjadi pada mata,serta adanya degenerasi

retina di bagian perifer.

Ablasio retina dapat diklasifikasikan menjadi 3 bentuk, antara lain:

1. Ablasi Retina Regmatogenosa

Ablasi retina regmatogenosa adalah ablasi yang terjadi akibat adanya

robekan pada retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel

pigmen epitel dengan retina.

2. Ablasi Retina Eksudatif / Serosa & Hemoragik

Ablasi retina eksudatif adalah ablasi yang terjadi akibat tertimbunnya

eksudat di bawah retina dan mengangkat retina.

3. Ablasi Retina Tarikan atau Traksi

Ablasi retina traksi adalah lepasnya jaringan retina yang terjadi akibat

tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasi

retina dan penglihatan turun tanpa rasa sakit.

4.2 Saran

Setelah membaca makalah kami ini, kami berharap kepada pembaca,

khususnya pada mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami lebih dalam mengenai

penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gangguan pada sistem persepsi sensori

khususnya pada ablasio retina. Karena angka kejadiannya yang cukup banyak di

masyarakat, untuk selanjutnya agar dapat membuat suatu asuhan keperawatan yang sesuai

bagi klien dengan ablasio retina.

Sedangkan secara umum, agar masyarakat mampu mendeteksi tanda-tanda

maupun gejala yang mungkin kurang jelas muncul pada ablasio retina. Bagi masyarakat

yang belum terkena sebaiknya melakukan pencegahan secara dini dengan menggunakan

kacamata pelindung untuk menghindari trauma pada mata, serta melakukan pemeriksaan

27

Page 28: Askep ablasio retina.doc

mata secara teratur (minimal 1 tahun sekali). Dan bagi masyarakat penderita yang telah

mengetahui tanda & gejalanya bisa segera tanggap dengan memeriksakannya.

DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah, Ns.Indriana N, S.Kep . 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta: EGC

Ilyas, Sidarta. 2002. Ilmu Penyakit Mata: Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

28

Page 29: Askep ablasio retina.doc

Tambajong, J., Brahm U., Pendit (ed). 2000. Oftalmologi Umum: Edisi ke-14. Jakarta:

Penerbit Widya Medika.

C. Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) .

Edisi 8. Volume 3. EGC. jakarta

Anurogo, Dirto. Tips Praktis Mengenali Ablasi Retina. http://www.kabarindonesia.com.

Diakses 11 April 2008.

Sina, Ibnu.Ablasio Retina.http://www.wordpress..com.Diakses 4 juni 2008

Inkai juara, Yosafat. Gangguan dan penyakit mata. http://www.think4blog.wordpress.com.

Diakses 29 januari 2009

29