majalah ekky arief listana 0910730048
TRANSCRIPT
1
Suhu dan Waktu Mempengaruhi Kadar Karbohidrat dan Serat Kasar pada Cookies Tanah
Liat Dan Rumput Laut Merah (Kappaphycus alvarezii).
Ekky Arief Listana *, Sri Winarsih **, Titis Sari Kusuma ***
ABSTRAK
Tanah liat merupakan bahan dasar yang dipakai dalam pembuatan keramik, dimana
kegunaannya sangat menguntungkan bagi manusia karena bahannya mudah didapat. Ampo adalah makanan ringan yang terbuat dari tanah liat. Rumput laut merupakan bahan pangan yang rendah kalori dengan kandungan mineral diantaranya Mg, Ca, P, K, dan I. Rumput laut merah mengandung vitamin, protein, kandungan lemak yang rendah dan serat yang cukup tinggi yakni sebesar 69,3% dalam 100 gram rumput laut kering. Produk yang dapat dihasilkan dari tanah liat dan rumput laut merah adalah cookies dimana tepung terigu diganti dengan tepung tanah liat dan tepung rumput laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu pada pembuatan cookies berbasis tanah liat dan rumput laut merah (Kappaphycus alvarezii) terhadap kadar karbohidrat dan serat kasar produk. Penelitian ini menggunakan Rancangan Perlakuan dan Replikasi dengan 6 taraf perlakuan dan 2 kali pengulangan. Taraf perlakuan tersebut merupakan pengaturan suhu dan waktu pemanggangan : P1 (1100C,25’), P2 (1100C,30’), P3 (1200C,25’) P4 (1200C,30’), P5 (1300C,25’) P6 (1300C,30’). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan suhu dan waktu pemanggangan memberikan pengaruh yang signifikan (ANOVA,p<0,05) terhadap kadar karbohidrat antara pasangan perlakuan P1, P3, P4, P5 dengan P6. Perbedaan suhu dan waktu pemanggangan juga memberikan pengaruh yang signifikan (ANOVA,p<0,05) terhadap kadar serat kasar antara pasangan perlakuan P1, P2, P3 dengan P6. Kesimpulan penelitian adalah perbedaan suhu dan waktu pada pembuatan cookies memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kadar karbohidrat dan serat kasar. Kata Kunci: Suhu dan waktu pemanggangan, Tanah liat, Rumput laut merah (Kappaphycus
alvaezii), Cookies
ABSTRACT
Clay is basic material used to make ceramics, where its function is very beneficial for humans because the material is easy to find. Ampo is snack that is made from clay. Seaweed is low calorie food with mineral content such as Mg, Ca, P, K, and I. Red seaweed containing low vitamins, protein, and fat but high fiber, that is 69,3% in 100 grams of dried seaweed. Products that can be produced from clay and red seaweed were cookies that wheat flour was replaced with clay flour and seaweed flour. The purpose of this study was to determine the effect of temperature and time on making clay and red seaweed (Kappaphycus alvarezii) cookies to level of carbohydrate and crude fiber. This study used 6 treatments with 2 repetitions. The standard of treatment was about baking times and temperatures: P1 (110°C, 25'), P2 (110°C, 30'), P3 (120°C, 25'), P4 (120°C, 30'), P5 (130°C, 25'), P6 (130°C, 30'). The results of study showed that differences of baking temperature and time had a significant influence (ANOVA, p<0,05) on levels of carbohydrate between pairs of treatment P1, P3, P4, P5 to P6 . Differences of baking temperature and time also had a significant influence (ANOVA, p<0,05) on levels of crude fiber between pairs of treatment P1, P2, P3 to P6. Conclusion of study was differences of baking temperature and time on making cookies had a significant influence on levels of carbohydrate and crude fiber. Keywords: Temperature and time of baking, clay, red seaweed (Kappaphycus alvaezii), cookies *Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya **Dosen Mikrobiologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ***Dosen Pengajar Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
2
PENDAHULUAN
Menurut studi yang dilakukan di
Universitas Sumatera Utara, tanah liat
merupakan bahan dasar yang dipakai dalam
pembuatan keramik karena bahannya yang
mudah didapat . Selain untuk pembuatan
keramik ternyata tanah liat juga dikonsumsi
sebagai makanan atau lebih dikenal dengan
geofagi. Geofagi adalah kebiasaan
mengkonsumsi tanah, tanah liat, lumpur dan
batu. Pada beberapa daerah, hal ini menjadi
biasa. Di Indonesia sendiri, tanah liat sudah
dimanfaatkan sebagai kue yang disebut
dengan kue ampo di daerah Tuban, Jawa
Timur. Di Panama, mengkonsumsi tanah liat
digunakan sebagai pencegah rasa mual dan
muntah pada ibu hamil serta ada pula yang
menyebutkan sebagai pencegah asma,
detoksifikasi dan untuk meningkatkan sistem
imun1. Ini artinya bahwa selama ini tanah liat
dapat dimakan. Tanah liat juga bisa mengikat
hal yang berbahaya seperti mikroba, patogen
dan virus, sehingga tanah liat yang dimakan
itu bisa menjadi semacam pelindung,
semacam masker lumpur untuk usus2.
Selain tanah, alam semesta juga
memiliki laut yang luas. Sebagai negara
dengan luas wilayah laut lebih dari 70%,
salah satu kekayaan alam yang bisa
dimanfaatkan adalah sumber hayati, salah
satunya adalah rumput laut. Rumput laut
(seaweed) merupakan bagian terbesar
tanamam laut yang tergolong dalam divisi
Thallophyta. Salah satu jenis rumput laut
yang bermanfaat adalah Kappaphycus
alvarezii yang merupakan salah satu
carragenophytes yaitu rumput laut penghasil
karagenan. Rumput laut merupakan bahan
pangan yang rendah kalori dengan
kandungan mineral diantaranya Magnesium,
Kalsium, Pospor, Kalium, dan Iodium. Selain
itu, juga dilaporkan mengandung vitamin,
protein 0,7%, kandungan lemak yang rendah
yaitu 0,2%, dan serat dalam jumlah yang
cukup tinggi yakni sebesar 69.3% dalam 100
gram rumput laut kering untuk jenis rumput
laut merah3.
Cookies merupakan produk bakery
yang memiliki kadar air rendah jika
dipatahkan penampang potongannya
bertekstur berongga. Menurut Whitley (1971),
proses pemanggangan merupakan proses
yang paling kritis dalam produksi biskuit,
karena banyak faktor yang dapat
mempengaruhi, diantaranya tipe oven yang
digunakan, metode pemanasan dan tipe
bahan bakar yang digunakan. Kondisi
pemanggangan yang benar akan
menghasilkan biskuit dengan penampakan
dan tekstur yang diinginkan, juga dengan
kadar air4.
Suhu pemanggangan yang terlalu
tinggi menyebabkan crust terbentuk secara
cepat menyebabkan ukuran produk lebih
kecil. Warna crust menjadi lebih gelap
sedangkan bagian tengah menjadi tidak
terpanggang sempurna. Jika suhu
pemanggangan terlalu rendah, waktu
pemanggangan lebih lama untuk
mendapatkan warna yang diinginkan.
Pemanggangan yang lama mengakibatkan
crust yang terbentuk lebih tebal. Jika waktu
pemanggangan lebih lama, intensitas warna
akan meningkat. Pembentukan warna coklat
meningkat pada akhir pemanggangan.
Pemanasan yang cepat meningkatkan
3
transfer air sehingga reaksi pembentukan
warna terbentuk lebih awal. Dampaknya
adalah warna produk menjadi lebih gelap5.
Berdasarkan latar belakang tersebut
di atas, ingin diteliti suhu dan waktu
pemanggangan mempengaruhi kadar
karbohidrat dan serat kasar pada cookies
tanah liat dan rumput laut merah
(Kappaphycus alvarezii). Harapannya
cookies tersebut bisa menjadi alternatif
makanan diet untuk penderita obesitas.
Cookies tersebut dianjurkan untuk penderita
obesitas karena kebiasaan konsumsi jajanan
berlebih yang sembarangan dari penderita
bisa menambah berat badan.
Tujuan dari penelitian ini adalah
Untuk mengetahui suhu dan waktu
pemanggangan mempengaruhi kadar
karbohidrat dan serat kasar pada cookies
tanah liat dan rumput laut merah
(Kappaphycus alvarezii).
Secara akademis manfaat penelitian
ini dapat dijadikan sebagai dasar teori untuk
menambah khasanah ilmu pengetahuan
dalam bidang kesehatan tentang kegunaan
tanah liat (clay) dan rumput laut merah
(Kappaphycus alvarezii). Secara praktis
manfaat penelitian ini memberikan informasi
kepada masyarakat bahwa tanah liat (clay)
dan rumput laut merah (Kappaphycus
alvarezii) sebagai produk pangan (cookies)
alternatif pendamping diet untuk penderita
obesitas karena rendah kalori dan tinggi
serat. Secara masyarakat manfaat penelitian
ini Membantu menurunkan angka obesitas
yang terjadi di masyarakat dengan adanya
produk cookies yang rendah energi dan
tinggi serat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
experimental. Penelitian ini dilakukan dengan
6 taraf perlakuan. Setiap taraf perlakuan
dilakukan 2 kali replikasi. Setiap replikasi
pada perlakuan yang sama akan mengalami
2 kali pengujian (duplo). Sehingga secara
keseluruhan terdapat 24 perlakuan (sampel).
Taraf perlakuan dibedakan berdasarkan suhu
dan waktu yang digunakan. Suhu yang
digunakan aalah 1100C, 1200C dan 1300C
dengan waktu 25 menit dan 30 menit untuk
masing-masing suhu.
Cookies berbahan dasar tanah liat
dan rumput laut merah yang telah
ditepungkan sendiri melalui proses
pengeringan, pemanggangan, penghancuran
dan pengayakan. Komposisi antara tepung
tanah liat dan tepung rumput laut merah
adalah 60 : 40 dalam 100 gram. Kedua
tepung ini sebagai pengganti tepung terigu
paa pembuatan cookies. Bahan untuk
cookies yang lain tetap digunakan seperti
margarin, garam, gula sukralosa, susu skim.
Gula sukralosa dan susu skim digunakan
agar cookies yang dihasilkan rendah energi.
Penelitian pendahuluan yang dilakukan untuk
menentukan suhu yang dapat membentuk
cookies yang matang namun tidak gosong.
Komposisi 60 : 40 dipilih untuk mendapatkan
cookies yang tinggi serat.
Pengolahan data hasil analisis kadar
karbohidrat dan kadar serat kasar pada
cookies tanah liat dilakukan secara statistik
dengan menggunakan program SPSS 16
melalui uji statistik One Way ANOVA
(Analysis of Varians) untuk variable terikat
(dependent variable) yang berskala numerik.
4
Statistik One Way ANOVA pada
tingkat kepercayaan 95%. Pengolahan data
dilanjutkan dengan uji statistik Post Hoc
Tukey untuk mengetahui taraf penentuan
terbaik. Pada penelitian ini perbedaan suhu
dan waktu pemanggangan adalah variabel
bebas sedangkan kadar karbohidrat dan
kadar serat kasar merupakan variabel terikat.
HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian Pendahuluan
Tepung tanah liat didapatkan dari
pembersihan, pencucian, penyaringan,
pengeringan, penggilingan, dan penyaringan
sehingga didapat tepung tanah liat dengan
ukuran partikel 270 mesh. Tepung runput laut
didapatkan melalui proses pembersihan dan
pencucian dilakukan pada air mengalir untuk
menghilangkan benda asing. Setelah
dibersihkan, rumput laut dikeringkan dengan
panas matahari selama 7 hari. Tahap
berikutnya rumput laut tersebut di haluskan
dengan diskmill sampai halus. Setelah
dihaluskan, kemudian dilakukan penyaringan
dengan ukuran 80 mesh. Penentuan
komposisi cookies disajikan pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Komposisi Cookies Tanah Liat dan Rumput Laut
Bahan Baku Jumlah
Tepung tanah liat 60 g Tepung rumput laut 40 g Telur 60 g Mentega 25 g Sukralosa 10 g Susu skim 20 g Garam 2 g Perisa coklat 10 g Air 20 ml
Hasil Perlakuan
Hasil taraf perlakuan tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut.
P1 = Berwarna gelap dan tekstur mudah
dipatahkan
P2 = Berwarna gelap dan tekstur mudah
dipatahkan
P3 = Berwarna agak coklat gelap dan
tekstur lebih keras dibandingkan P1
dan P2
P4 = Berwarna agak coklat gelap dan
tekstur lebih keras dibandingkan P1
dan P2
P5 = Warna tidak jauh beda dari P4
namun tekstur lebih keras
P6 = sama dengan P5
Hasil Analisis Karbohidrat
Berdasarkan hasil uji statistik
mengenai normalitas data dengan
menggunakan uji Shapiro wilk test,
didapatkan hasil yang tidak signifikan
(p>0,05), sehingga dapat diperoleh
kesimpulan bahwa data berdistribusi secara
normal. Berdasarkan hasil uji statistik
mengenai homogenitas data pada rata-rata
kadar karbohidrat pada masing-masing
sampel cookies, didapatkan hasil yang tidak
signifikan (p>0,05), sehingga diperoleh
kesimpulan bahwa data mengenai rata-rata
kadar karbohidrat pada masing-masing
sampel cookies adalah homogen.
Hasil uji statistik One Way ANOVA pada
tingkat kepercayaan 95% (p<0.05)
menunjukkan bahwa perbedaan suhu dan
waktu pemanggangan memberikan
perbedaan yang signifikan (p=0.000)
terhadap kadar karbohidrat pada cookies
berbasis tanah liat dan rumput laut merah.
Selanjutnya, hasil uji statistik dengan
menggunakan Post Hoc Tukey menunjukkan
5
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
(p<0,05), yaitu antara pasangan perlakuan
P1, P3, P4, P5 dengan P6. Perlakuan P2
mempunyai perbedaan yang tidak signifikan
(p>0,05). Perbedaan antar perlakuan
disajikan dalam Gambar 5.1.
Gambar 5.1 : Hasil Analisis Karbohidrat
pada Berbagai Perlakuan Suhu dan Waktu
Keterangan : P1 = Pemanggangan dengan suhu 110
0C dengan
waktu 25 menit P2 = Pemanggangan dengan suhu 110
0C dengan
waktu 30 menit P3 = Pemanggangan dengan suhu 120
0C dengan
waktu 25 menit P4 = Pemanggangan dengan suhu 120
0C dengan
waktu 30 menit P5 = Pemanggangan dengan suhu 130
0C dengan
waktu 25 menit P6 = Pemanggangan dengan suhu 130
0C dengan
waktu 30 menit Nilai-nilai pada diagram batang yang diikuti oleh huruf
berbeda (a,b,c) menunjukan perbedaan yang
signifikan/nyata (p<0.05)
Hasil Analisis Serat Kasar
Berdasarkan hasil uji statistik
mengenai normalitas data dengan
menggunakan uji Shapiro wilk test,
didapatkan hasil yang tidak signifikan
(p>0.05), sehingga dapat diperoleh
kesimpulan bahwa data berdistribusi secara
normal. Berdasarkan hasil uji statistik
mengenai homogenitas data pada rata-rata
kadar serat kasar pada masing-masing
sampel cookies, didapatkan hasil yang tidak
signifikan (p>0.05), sehingga diperoleh
kesimpulan bahwa data mengenai rata-rata
kadar serat kasar pada masing-masing
sampel cookies adalah homogen.
Hasil uji statistik One Way ANOVA
pada tingkat kepercayaan 95% (p<0.05)
menunjukkan bahwa perlakuan suhu dan
waktu pemanggangan memberikan
perbedaan yang signifikan (p=0.002)
terhadap kadar serat kasar pada cookies
berbasis tanah liat dan rumput laut merah.
Selanjutnya, hasil uji statistik dengan
menggunakan Post Hoc Tukey menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
(p<0.05), yaitu antara pasangan perlakuan
P1, P2, P3 dengan P6. Pasangan perlakuan
yang lain (P4 dan P5) mempunyai perbedaan
yang tidak signifikan (p>0.05). Perbedaan
antar perlakuan disajikan dalam Gambar 5.2.
Gambar 5.2 : Hasil Analisis Serat Kasar
pada Berbagai Perlakuan Suhu dan Waktu
Keterangan : P1 = Pemanggangan dengan suhu 110
0C dengan
waktu 25 menit P2 = Pemanggangan dengan suhu 110
0C dengan
waktu 30 menit P3 = Pemanggangan dengan suhu 120
0C dengan
waktu 25 menit P4 = Pemanggangan dengan suhu 120
0C dengan
waktu 30 menit
c c c b a
a
b
a a a b a
b
a
b
6
P5 = Pemanggangan dengan suhu 1300C dengan
waktu 25 menit P6 = Pemanggangan dengan suhu 130
0C dengan
waktu 30 menit Nilai-nilai pada diagram batang yang diikuti oleh huruf
berbeda (a,b) menunjukan perbedaan yang
signifikan/nyata (p<0.05)
PEMBAHASAN
Pengaruh Pengaturan Suhu dan Waktu
Pemanggangan pada Cookies Tanah Liat
dan Rumput Laut Merah Terhadap Kadar
Karbohidrat
Berdasarkan hasil analisis
laboratorium diperoleh kadar karbohidrat
pada produk cookies berbasis tanah liat dan
rumput laut yang berkisar antara (32.03±0.17
- 35,84±0,33)% sampel cookies. Nilai tinggi
ditunjukkan pada sampel cookies P3 dan P5
yaitu sebesar (35,96±0,44) dan
(36,25±0,61)% sampel. Nilai terendah
ditunjukkan pada sampel cookies P1 yaitu
sebesar (32,03±0.17)% gram sampel.
Hasil pada perlakuan tersebut tidak
memenuhi persyaratan di dalam SNI yang
menyatakan bahwa kadar karbohidrat
minimal dalam suatu produk cookies adalah
sebesar 70% per 100 gram cookies. Pada
perlakuan P1 dengan perlakuan suhu
pemanggangan 1100C dengan waktu 25
menit memiliki kadar karbohidrat paling
rendah, sedangkan nilai tinggi diperoleh dari
perlakuan P3 dan P5 dengan perlakuan suhu
1200C dan 1300C dengan waktu 25 menit.
Meningkat dan menurunnya kadar
karbohidrat pada beberapa perlakuan diduga
pengaruh pemanggangan terhadap
karbohidrat, umumnya terkait dengan
terjadinya hidrolisis. Sebagai contoh,
pemanggangan akan menyebabkan
gelatinisasi pati yang akan meningkatkan
nilai cernanya. Sebaliknya, peranan
karbohidrat sederhana dan kompleks dalam
reaksi maillard dapat menurunkan
ketersediaan karbohidrat dalam produk-
produk hasil pemanggangan. Proses ekstrusi
HTST (high temperature, short time)
diketahui dapat mempengaruhi struktur fisik
granula pati mentah, membuatnya kurang
kristalin, lebih larut air dan mudah
terhidrolisis oleh enzim6.
Gelatinisasi adalah peristiwa
perkembangan granula pati sehingga granula
pati tersebut tidak dapat kembali pada
kondisi semula7. Pengembangan granula pati
pada mulanya bersifat dapat balik, tetapi jika
pemanasan mencapai suhu tertentu,
pengembangan granula pati menjadi bersifat
tidak dapat balik dan akan terjadi perubahan
struktur granula. Suhu pada saat granula pati
membengkak dengan cepat dan mengalami
perubahan yang bersifat tidak dapat balik
disebut suhu gelatinisasi pati. Suhu
gelatinisasi tergantung pada konsentrasi pati,
semakin besar maka suhu semakin lama
tercapai. Proses gelatinisasi ini membentuk
produk menjadi renyah dan akan
meningkatkan nilai cernanya.
Menurut Winarno (1990) reaksi
pencoklatan non enzimatik (Non enzimatik
browning) belum diketahui secara penuh.
Pada umumnya ada tiga macam reaksi
pencoklatan non enzimatik, yaitu
karamelisasi, reaksi maillard dan pencoklatan
akibat vitamin C8. Karamelisasi adalah
proses sukrosa yang apabila dipanaskan
pada suhu 1600C akan meleleh menjadi
larutan yang jernih dan kemudian perlahan-
7
lahan berubah warna menjadi larutan
berwarna coklat. Pada suhu 1700C
karamelisasi terbentuk berwarna coklat dan
mempunyai aroma yang khas9. Reaksi
maillard terjadi antara karbohidrat,
khususnya gula pereduksi dengan gugus
amino primer, hasil reaksi tersebut
menghasilkan warna coklat yang sering
dikehendaki atau pertanda penurunan mutu.
Vitamin C dapat mengakibatkan pencoklatan
karena dapat berfungsi sebagai prekursor
untuk pembentukan warna coklat non
enzimatik. Asam-asam askorbat benda
dalam keseimbangan dengan asam
dehidroaskorbat. Dalam suasana asam,
cincin laktan asam dehidro askorbat terurai
secara irreversible membentuk diketoglutarat
dan berlangsunglah reaksi maillard9.
Pada penelitian cookies berbasis
tanah liat dan rumput laut merah juga terjadi
proses gelatinisasi dan karamelisasi. Proses
gelatinisasi terjadi pada suhu 120-1300C
dengan waktu 25 menit, hal ini dibuktikan
dengan kadar karbohidrat pada perlakuan
tersebut memiliki kadar tertinggi sehingga
dapat meningkatkan nilai cerna dari cookies
tersebut. Proses karamelisasi terjadi pada
suhu 120-1300C dengan waktu 30 menit, hal
ini dibuktikan dengan kadar karbohidrat yang
menurun drastis dari perlakuan suhu yang
sama dengan waktu 30 menit.
Pengaruh Pengaturan Suhu dan Waktu
Pemanggangan pada Cookies Tanah Liat
dan Rumput Laut Merah Terhadap Kadar
Serat Kasar
Berdasarkan hasil analisis
laboratorium diperoleh kadar serat kasar
pada produk cookies berbasis tanah liat dan
rumput laut yang berkisar antara (4,26±0,65 -
6,48±0,33)% sampel cookies. Nilai tertinggi
ditunjukkan pada sampel cookies P6 yaitu
sebesar (6,48±0,33)% sampel. Nilai terendah
ditunjukkan pada sampel cookies P2 yaitu
sebesar (4,26±0,65)% gram sampel.
Hasil pada perlakuan tersebut tidak
memenuhi persyaratan di dalam SNI yang
menyatakan bahwa kadar serat kasar
minimal dalam suatu produk cookies adalah
sebesar 0,5% per 100 gram cookies. Pada
perlakuan P2 dengan perlakuan suhu
pemanggangan 1100C dengan waktu 30
menit memiliki kadar serat kasar paling
rendah, sedangkan nilai tertinggi diperoleh
dari perlakuan P6 dengan perlakuan suhu
1300C dengan waktu 30 menit.
Perbedaan kadar pada beberapa
sampel dan kadar yang semakin meninggi
pada sampel dengan suhu yang lebih panas
diduga karena proses hidrolisis. Sebuah
penelitian yang dilakukan Jamarun (2001)
tentang pengaruh suhu dan lama
perendaman terhadap kandungan serat
kasar melakukan 3 pengamatan suhu dan
lama perendaman mendapatkan hasil
semakin tinggi suhu semakin tinggi
persentase serat kasar10. Pada cookies
tanah liat dan rumput laut juga ditemukan hal
yang sama yakni semakin tinggi suhu dan
lama pemanggangan semakin tinggi pula
kadar serat kasar.
Perlakuan Terbaik
Taraf perlakuan terbaik pada
penelitian ini adalah pada sampel P2 karena
ada beberapa hal alasan yakni kadar
8
karbohidrat pada perlakuan tersebut
menunjukkan nilai yang terendah sesuai
dengan tujuan besar pembuatan cookies
yang rendah energi dan pada perlakuan
tersebut paling mendekati standar minimal
kadar serat kasar yang harus terkandung
dalam cookies sesuai SNI 01-2973-1992
walaupun memang tidak memenuhi syarat.
Kelemahan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat
beberapa kelemahan diantaranya adalah
tidak adanya kontrol suhu pada waktu
membuka dan menutup oven karena memiliki
dampak terhadap suhu oven. Suhu oven
akan menurun ketika dibuka kemudian
memerlukan waktu kembali untuk kembali
pada suhu yang diharapkan. Menggunakan
oven yang berbeda, berpengaruh terhadap
karakteristik oven itu sendiri sehingga
menghasilkan tingkat panas berbeda dari
loyang paling atas dengan loyang ditengah.
Terakhir adalah belum dilakukan uji
kandungan tepung tanah liat.
Jangka panjang produk dilanjutkan
untuk beberapa penelitian lanjutan sebelum
bisa diproduksi dengan massal. Penelitian
tersebut berupa analisis lemak, protein,
keamanan pangan, total energi dan
kandungan logam untuk mendukung produk
sebelum bisa diproduksi massal sebagai
produk alternatif jajanan rendah energi.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
suhu dan waktu pemanggangan
mempengaruhi kadar karbohidrat dan serat
kasar pada produk cookies berbasis tanah
liat dan rumput laut merah (Kappaphycus
alvarezii).
a) Nilai tertinggi kadar karbohidrat yaitu
pada sampel suhu 1300C dengan waktu
25 menit memiliki rata-rata sebesar
36,25±0,605.
b) Nilai tertinggi kadar serat kasar nilai
tertinggi yaitu pada sampel suhu 1300C
dengan waktu 30 menit memiliki rata-
rata sebesar 6,48±0,332.
c) Perlakuan terbaik adalah sampel P2
pada pemanggangan dengan suhu
1100C selama 30 menit.
Saran
a) Perlu perhatian khusus ketika membuka
dan menutup oven karena bisa
berpengaruh terhadap suhu, suhu bisa
turun ketika oven dibuka.
b) Menggunakan oven yang sama pada
pembuatan cookies, sebab berbeda
oven karakteristik oven dan tingkat
panas suhu berbeda.
c) Perlu kalibrasi suhu pada oven yang
digunakan untuk memanggang cookies.
d) Perlu melakukan uji kandungan tepung
tanah liat sebelum menggunakan tepung
tersebut sebagai bahan dasar.
e) Dilanjutkan untuk beberapa penelitian
lanjutan sebelum bisa diproduksi dengan
massal. Penelitian tersebut berupa
analisis lemak, protein, keamanan
pangan, total energi dan kandungan
logam untuk mendukung produk
sebelum bisa diproduksi massal sebagai
9
produk cookies rendah energi dan tinggi
serat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Crawford,L. 2011.Health and Social Impacts of Geophagy in Panama.McGill University. Canada
2. Young, S.L. 2011. Understanding Pica -
The Urge to Eat Clay, Starch, Ice, and Chalk.Cornell University. Amarika Serikat
3. Santoso J, Yumiko Y, Takeshi S. 2003.
Mineral, fatty acid and dietary fiber compositions in several Indonesian seaweeds.Jurnal Ilmu-ilmu Perairandan Perikanan Indonesia.11: 45-51.
4. Whitley. 1971. Baking’s Instruction.
(Online), (http://www.fryeburgfair.com/Fair_Book_2013_-_All.pdf. Diakses pada tanggal 23 Desember 2012 pukul 23.00)
5. Estiasih, T dan Nurcholis, M . 2011.
Modul Praktikum Analisis Zat Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya . Malang
6. Palupi NS, Zakaria FR dan Prangdimurti
E. 2007. Pengaruh Pengolahan terhadap Nilai Gizi Pangan. (Online), (http://xa.yimg.com/kq/groups/20875559/2110434976/. Diakses pada tanggal 5 Juli 2013 pukul 23.00)
7. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan
Gizi. Gramedia, Jakarta. 8. Winarno. 2002. Daya Terima dan
Kandungan Gizi Makanan Tambahan Berbahan Dasar Ubi Jalar Ungu. (Online), (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce/article/download/341/389, diakses pada tanggal 5 Juli 2013 pukul 22.10)
9. Winarno F.G. 1990. Teknologi
Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
10. Jamarun, N dan R. Herawati. 2001.
Pengaruh Suhu dan Lama Perendaman
terhadap Kandungan Bahan Kering, Protein Kasar, Serat Kasar, dan HCN Biji Karet (Hevea brasiliensis). (Online), (http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/bptpi/lengkap/IPTANA/fullteks/pakan/pakan2.pdf, diakses pada tanggal 09 Juli 2013 pukul 21.00)