mahasiswa di persimpangan

13
SOCIAL CONTROL; PETAKENDALI MAHASISWA DALAM Konsep demokrasi lahir dari tradisi pemikiran Yunani tentang hubungan negara dan hukum, yang dipraktikan antara abad ke-6 SM sampai abad ke-4 M. demokrasi yang dipraktikan pada masa itu berbentuk demokrasi langsung, yaitu hak rakyat untuk membuat keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara berdasarkan prosedur mayoritas. Sampai saat ini demokrasi masih dianggap sebagai sistem pemerintahan yang paling ideal dibanding dengan sistem monarki dan oligarki. Demokrasi menawarkan keterbukaan dan keterpercayaan dalam pondasi pemerintahan dan bersandar pada kedaulatan rakyat. Prinsip-prinsip demokrasi telah diterima secara luas dan menjadi dasar bagi model pemerintahan di dunia. Demokrasi telah menjadi tolak ukur yang fundamental bagi legitimasi politik pada era dewasa ini. Pembuatan hukum dan penegakkan hukum menjadi benar, jika dilakukan secara demokratis. Demokrasi adalah sintesis mutkahir bagi manusia modern. Demokrasi merupakan hasil proses panjang manusia untuk menjadikan dunia sebagai a better place to live in. sebuah proses yang diawali dengan catatan sejarah “mengesankan” melalui pergulatan pemikiran dan pertumpahan darah. Kemasyhuran demokrasi sebagai pil pahit yang menyehatkan banyak mengundang berbagai kalangan intelektual modern untuk memaknai demokrasi baik secara universal maupun partikular. Budayawan Emha Ainun Najib menyebut demokrasi sebagai la raiba fih tak ada keraguan di dalamnya, hal ini dilihat dari matra demokrasi yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi hak asasi

Upload: roesdy

Post on 10-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Mahasiswa Di Persimpangan

TRANSCRIPT

Page 1: Mahasiswa Di Persimpangan

SOCIAL CONTROL; PETAKENDALI MAHASISWA DALAM

Konsep demokrasi lahir dari tradisi pemikiran Yunani tentang hubungan negara dan

hukum, yang dipraktikan antara abad ke-6 SM sampai abad ke-4 M. demokrasi yang

dipraktikan pada masa itu berbentuk demokrasi langsung, yaitu hak rakyat untuk membuat

keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara berdasarkan prosedur

mayoritas.

Sampai saat ini demokrasi masih dianggap sebagai sistem pemerintahan yang paling

ideal dibanding dengan sistem monarki dan oligarki. Demokrasi menawarkan keterbukaan

dan keterpercayaan dalam pondasi pemerintahan dan bersandar pada kedaulatan rakyat.

Prinsip-prinsip demokrasi telah diterima secara luas dan menjadi dasar bagi model

pemerintahan di dunia. Demokrasi telah menjadi tolak ukur yang fundamental bagi legitimasi

politik pada era dewasa ini. Pembuatan hukum dan penegakkan hukum menjadi benar, jika

dilakukan secara demokratis.

Demokrasi adalah sintesis mutkahir bagi manusia modern. Demokrasi merupakan hasil

proses panjang manusia untuk menjadikan dunia sebagai a better place to live in. sebuah

proses yang diawali dengan catatan sejarah “mengesankan” melalui pergulatan pemikiran dan

pertumpahan darah.

Kemasyhuran demokrasi sebagai pil pahit yang menyehatkan banyak mengundang

berbagai kalangan intelektual modern untuk memaknai demokrasi baik secara universal

maupun partikular. Budayawan Emha Ainun Najib menyebut demokrasi sebagai la raiba fih

tak ada keraguan di dalamnya, hal ini dilihat dari matra demokrasi yang memberikan ruang

seluas-luasnya bagi hak asasi manusia serta nilai-nilai kebebasan sebagai warga negara baik

berbicara, berpendapat maupun bertanya. Bagi tokoh proklamasi Muhammad Hatta

demokrasi merupakan kedaulatan rakyat yang beradasarkan nilai-nilai kebersamaan dan

kekeluargaan.

Demokrasi diangkat sebagai tujuan perjuangan hak asasi manusia yang kemudian

menjadi euphoria bagi kalangan pemuda, telah tercatat dalam sejarah demokrasi Indonesia

melewati beberapa generasi, demokrasi itu sendiri telah melahirkan organisasi-organisasi

kepemudaan era 1920-an hingga organisasi kepemudaan era 1950 – 1990-an.

Page 2: Mahasiswa Di Persimpangan

Euphoria demokrasi bukan hanya tumbuh dan berkembang di Indonesia saja melainkan

di seluruh belahan dunia, demokrasi bahkan telah menjadi candu dan pijakan untuk

meruntuhkan pemerintahan tiran yang membendung hak asasi manusia dan antidemokrasi.

Demokrasi dan pemuda adalah dua hal yang begitu lekat, demokrasi sebagai sebuah

skenario banyak diperankan oleh kalangan muda. Tercatat banyak sistem pemerintahan di

berbagai negara yang ditumbangkan melaui skenario demokrasi yang disutradarai dan

dibintangi langsung oleh kalangan muda dan mahasiswa.

Di Indonesia Orde Lama dan Orde Baru adalah dua pemerintahan yang berhasil

ditumbangkan oleh kekuatan mahasiswa yang kemudian dikenal sebagai people power.

Namun sungguh ironi dikala demokrasi diakui sebagai satu-satunya sistem pemerintahan

yang ideal di situ pula kita jumpai berbagai penghianatan terhadap core values of

democration, tingginya angka korupsi dan corak kepemimpinan yang diktator serta

pemanunggalan kepemimpinan di dalam pemerintahan adalah antitesa demokrasi.

Hal ini mirip dengan corak demokrasi yang dipraktekkan pada masa Yunani antara

abad ke-6 SM. sampai abad ke-4 M. demokrasi yang dipraktekkan adalah berbentuk

demokrasi langsung yaitu hak rakyat untuk membuat keputusan politik. Akan tetapi uniknya

hanya kalangan tertentu atau warga resmi saja yang dapat menikmati dan menjalankan sistem

demokrasi, sementara masyarakat masih di marjinalkan sebagai kaum yang tidak bisa

menikmati demokrasi.

B. PEMUDA DAN DEMOKRASI

Mungkin sebagian dari kita masih ingat retorika Bung Karno yang minta di datangkan

pemuda untuk mengguncang dunia, hal ini mengindikasikan superioritas pemuda dalam

pandangan beliau. Dalam kesempatan yang sama Presiden Soekarno secara eksplisit dan

implisit membandingkan pengaruh yang timbul dari generasi tua dan generasi pemuda.

Pemuda memiliki potensi yang besar untuk sebuah pergerakan, maka tidak berlebihan jika

Bung Karno demikian.

Sebagai bagian dari masyarakat muslim di Indonesia tentu kita banyak mendengar

idiom kepemudaan syubbanu al-yaum rijalu al-ghod pemuda saat ini adalah pemimpin di

masa mendatang, himmatu ar-rijal tuhdimu al-jibal cita-cita pemuda dapat meruntuhkan

gunung.

Page 3: Mahasiswa Di Persimpangan

Ungkapan-ungkapan diatas seakan menerangkan bahwa pemuda adalah pemegang

kedudukan strategis baik dalam lingkup kecil maupun besar, pemuda adalah simbol kekuatan

dan semangat, bahkan musisi legendaris mengabadikan masa muda dalam sebuah lirik masa

muda adalah masa yang berapi-api.

Masa muda adalah masa dimana manusia mencari pematangan ideologi dan jati diri,

sebelum masuk pada fase perkembangan manusia dewasa. Atau dapat dipahami masa muda

adalah masa transisi antara masa remaja menuju manusia dewasa.

Matt Jarvis menjelaskan manusia dewasa sebagai manusia yang telah mengembangkan

fungsinya dengan sempurna (fully-functioning person). Ia pun mengutip pendapat Roger yang

mengidentifikasi lima ciri yang disebutnya sebagai prilaku orang dewasa, yaitu bersikap

terbuka terhadap pengalaman, cara hidup yang menghargai keberadaannya di dunia, percaya

pada diri sendiri, kebebasan mencari pengalaman, dan memiliki kreativitas.

Abraham Maslow tokoh psikologi humanistik memetakan kebutuhan manusia dalam

hirarki kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial,

kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan intelektual, kebutuhan estetis, dan aktualisasi diri.

Melihat teori yang ditawarkan pada hirarki ada beberapa poin yang berhubungan erat

dengan kondisi pemuda tepat nya mahasiswa, kebutuhan intelektual, estetis dan aktualisasi

diri ketiga tingkatan ini identik dengan mahasiswa, dimana mahasiswa sebagai pemuda kerap

dikenal sebagai poros intelektual dan aktor aktualisasi yang memiliki pengaruh bagi

lingkungan.

1. Mahasiswa dan demokrasi

Sejak 1920-an kharisma mahasiswa sudah dapat dirasakan hal ini terlihat sejak Sutomo

yang berafiliasi dengan beberapa rekan dekatnya dari sekolah dokter Jawa, Stovia, Sekolah

Guru, Sekolah Pertanian, dan Kehewanan dan Sekolah Pamong Praja. Sebut saja Suraji,

Mohamad Sulaeman, Suwarno, Gunawan Mangunkusumo, Angka, Muhammad Saleh,

Suwardi Suryaningrat, Samsu, dan Sudibyo yang kesemuanya sebagai pengurus pertama

Budi Oetomo.

Tentu kita masih ingat peristiwa 1998 sebagai puncak perjuangan mahasiswa setelah

sebelumnya 1974 dan 1978 selalu gagal meruntuhkan rezim orba, ini merupakan salah satu

tonggak sejarah people power yang dimotori oleh mahasiswa. Mahasiswa medesak Presiden

Soeharto untuk mengundurkan diri dari kursi kepresidenan, hal ini disebabkan buruknya citra

pemerintahan Orde Baru yang manipulatif dan koruptif sehingga mahasiswa yang dikenal

Page 4: Mahasiswa Di Persimpangan

sebagai penyambung lidah rakyat bahu membahu membentuk sebuah gerakan dan kekuatan

yang berakhir pada runtuhnya rezim tersebut.

Menurut Khatimi Bahri memahami gerakan mahasiswa kita perlu melihat platform

gerakannya. Sejak awal gerakan mahasiswa mengidentifikasikan dirinya sebagai gerakan

moral dengan tuntuntan seputar keadilan, kemerdekaan, pemerataan dan hak asasi manusia.

Ini menunjukkan bahwa gerakan mahasiswa sarat dengan visi kebangsaan, keagamaan dan

kemanusiaan.

Sejauh yang kita ketahui gerakan mahasiswa dari masa ke masa selalu memiliki visi

yang sama yakni visi kebangsaan hanya saja proses dan cara memperjuangkannya tidak

selalu sama. Namun pada dasarnya kekuatan mahasiswa masih menjadi kekuatan elit sebagai

penyambung lidah dan perpanjangan tangan rakyat.

Peristiwa 1998 adalah puncaknya yang sebelumnya selalu terbentur oleh depolitisasi

mahasiswa yang dilancarkan Orde Baru untuk membendung kekuatan basis mahasiswa yang

vokal terhadap kebijakan-kebijakan ataupun kinerja pemerintahan yang dirasa bersebrangan

dengan esensi kedaulatan rakyat.

Hal inilah yang kemudian merangsang kalangan mahasiswa dan pemuda merasa perlu

meluruskan jalur demokrasi dengan menggagas revolusi reformasi di tiga ranah politik,

ekonomi, dan hukum. Akan tetapi iklim demokrasi masa kini berbeda dengan era awal

perjuangan mahasiswa di 1920-an atau 1990-an, Denny J. A mengungkapkan mahasiswa

sebagai kekuatan elit yang pada awalnya dianggap ampuh telah dikebiri kini mahasiswa tidak

lagi dianggap sebagai elit strategis yang khusus. Ia menambahkan kita pun memahami bahwa

kekuatan politik mahasiswa ternyata adalah kekuatan semu. Mahasiswa sebagai kelompok

tidak lagi mempunyai arti dan posisi strategis di kalangan elit politik atau elit ekonomi.

Hal ini jelas berbeda dengan mahasiswa Indonesia di tahun dua puluhan. Kala itu

mahasiswa adalah generasi pertama kaum terpelajar yang jumlahnya sangat sedikit. Mereka

mempunyai posisi strategis dalam lingkaran elit politik pribumi. Dibandingkan kaum tua

yang datang dari pola tradisional, kaum terpelajar inilah yang mampu menerjemahkan

kegelisahan massa kedalam ideologi dan organisasi modern.

Sebagai mahasiswa perlulah kiranya kita melakukan kontemplasi panjang sejauh

manakah euphoria demokrasi mewarnai masa muda kita, masa dimana seharusnya

pergolakan ideologi demokrasi menjadikan kita sebagai man of idea sekaligus man of action

dalam menafsirkan kegelisahan massa dan mengantarkannya pada pengejawantahan hak asasi

manusia dan kedaulatan rakyat.

Page 5: Mahasiswa Di Persimpangan

2. Mahasiswa dan social control

Jika kita berniat menilik kembali esensi demokrasi maka kita akan menemukan

kesimpulan bahwa hakikat demokrasi adalah peran utama rakyat dalam proses sosial dan

politik. Yang kemudian bisa kita kenal dalam teori demokrasi klasik sebagai government of

people, government by people, dan government for people. Tiga faktor ini merupakan tolak

ukur sebuah pemerintahan yang demokratis.

Cendekiawan muslim Nurcholis Madjid berpendapat bahwa pandangan hidup

demokratis dapat bersandar pada bahan-bahan yang telah berkembang, baik secara teoritis

maupun pengalaman praktis di negara-negara yang demokrasinya sudah mapan. Setidaknya

ada enam norma atau unsur pokok yang dibutuhkan oleh tatanan masyarakat yang

demokratis. Keenam norma tersebut adalah, kesadaran akan pluralism, musyawarah, cara

haruslah sejalan dengan tujuan, norma kejujuran adalah pemufakatan, kebebasan nurani

persamaan hak dan kewajiban, dan trial and error.

Rumusan sandaran hidup demokratis selalu menjadi wacana publik, karena memang

nilai dasar demokrasi integral dengan nilai-nilai Hak Asasi Manusia. Sedikit saja bagian dari

keduanya tercederai maka aliansi pro demokrasi akan bekerja keras untuk memulihkan luka

keduanya.

Di antara sekian banyak poros pro demokrasi pemuda dan mahasiswalah yang banyak

berbicara dan beraksi dengan lantang mengenai hakikat demokrasi. Geliat mahasiswa seperti

tanpa ujung, animo pergerakannya terus membumbung meskipun kerap berhadapan dengan

pemerintah yang bersembunyi di balik sistem yang berupaya membendung aliran deras aksi

mahasiswa.

Akan tetapi demokrasi sebenarnya bukan hanya milik mahasiswa atau kaum muda

melainkan milik setiap individu, karena secara fitrah setiap manusia memiliki hak-hak yang

harus diterima. Oleh karena itu demokrasi merupakan tujuan bersama ketika ada sistem yang

mencoba memangkas bagian-bagian demokrasi, sebagai contoh ketika pemerintah terkesan

antidemokrasi atau berubah haluan atau lebih parah menghianati demokrasi maka secara

umum rakyat akan menuntut bagian-bagian tersebut yang menjadi haknya.

Salah satu faktor esensial demokrasi government by people memiliki pengertian bahwa

suatu pemerintahan menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat bukan atas nama dorongan

pribadi elite birokrasi. Selain itu poin ini mnegandung pengertian bahwa dalam menjalankan

kekuasaannya, pemerintah berada dalam pengawasan rakyat (social control). Pengawasan

dapat dilakukan secara langsung oleh rakyat maupun tidak langsung melalui wakilnya di

parlemen.

Page 6: Mahasiswa Di Persimpangan

Di sinilah peran mahasiswa sebagai bagian dari elemen bangsa, mahasiswa berupaya

menjalankan apa yang disebut social control, melakukan pengawasan terhadap jalannya

pemerintahan. Jika dirasa ada kebijakan yang tidak memihak kepada rakyat, terutama rakyat

kecil maka peran mahasiswa adalah sebagai garda depan untuk membela dan mengembalikan

hak-hak rakyat.

Dewasa ini kita ketahui bersama kenaikan harga BBM yang direncanakan oleh

pemerintah menuai protes keras dari berbagai kalangan terutama mahasiswa. Mahasiswa

yang nota bene sebagai agent of change menolak secara tegas hal tersebut, hal ini

berdasarkan pandangan stabilitas perekonomian di kalangan masyarakat bawah yang begitu

riskan. Fragmen ini merupakan bagian dari social control yang dimotori oleh mahasiswa,

wakil rakyat di parlemen yang seharusnya mampu meredam ambisi kenaikan BBM barulah

berfungsi ketika penetrasi mahasiswa membangun kekuatan dan menduduki gedung DPR.

Kebebasan berpendapat yang dijamin oleh demokrasi telah menjadi pandangan kolektif

mahasiswa, sehingga tidak ada alasan untuk tidak memperjuangkan bendera demokrasi dalam

agenda reformasi. Jika bendera demokrasi setengah tiang maka mahasiswa dalam basis

pemuda senantiasa siap untuk mengerek hingga ke puncak tiang, sampai terwujudnya tatanan

hidup yang demokratis.

C. DEMOKRASI MASA KINI, PELUANG DAN TANTANGAN

Globalisasi merupakan wacana yang sudah diketengahkan dalam isu nasional dan

memaksa Indonesia turut ambil bagian di dalamnya. Globalisasi sebagai linkage

memungkinkan suatu negara berhubungan dengan negara lain dalam berbagai aspek baik

ekonomi, politik budaya maupun hukum.

Bangsa-bangsa di seluruh dunia menyadari telah masuk kedalam era globalisasi,

interaksi antarnegara tersebut saling mempengaruhi secara positif maupun negatif. Mengingat

dampak-dampak globalisasi dapat bersifat positif maupun negatif, suatu negara dituntut untuk

bersikap kritis dan bijaksana dalam menyikapi globalisasi.

Limas Sutanto dalam Gunawan menjelaskan globalisasi sebagai penyatuan dunia oleh

kemudahan teknologi, informasi, dan komunikasi massa dengan segala dampaknya di bidang

ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

Page 7: Mahasiswa Di Persimpangan

Dalam perkembangan zaman yang tidak dapat dibendung segala sesuatunya memiliki

beragam potensi peluang dan tantangan. Hak Asasi Manusia yang dilindungi dalam

demokrasi kemungkinan terbesarnya akan memiliki peluang pengembangan diri yang lebih

luas sesuai dengan peluang interaksi dengan dunia internasional, namun di sisi lain ini

menjadi tantangan tersendiri.

Adanya interaksi atau kerja sama Indonesia dengan negara asing dapat membuat

mahasiswa bekerja jauh lebih keras. Indikasi adanya kebijakan pemerintah berdasar

intervensi asing tidak dapat dipungkiri, jika kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak pro

rakyat atau justru merugikan rakyat Indonesia tentu mahasiswa sebagai garda depan akan

bangun lebih pagi. Dewasa ini hal tersebut sudah terjadi, dimana intervensi asing sudah mulai

masuk pada ranah kebijakan sehingga ekses negatif terhadap hal tersebut perlu diwaspadai

bersama.

Globalisasi terus bergerak diimbangi penetrasi teknologi informasi dan komunikasi

yang semakin hari semakin menunjukkan kecanggihannya. Kecanggihan teknologi inilah

yang kemudian dirasa banyak membius mahasiswa sehingga aktualisasi dan militansi

mahasiswa semakin redup. Beragam fitur teknologi yang mampu menjangkau semua

kebutuhan individual menyebabkan asas kebersamaan menjadi surut bahkan pudar, dan

kepekaan sosial semakin tidak terasah. Daya kiritis dan otokritik terhadap berbagai wacana

nasional dianggap sesuatu yang tabu dan tidak banyak diketengahkan. Ini pulalah yang

kemudian mengapa kekuatan mahasiswa tidak lagi disegani atau diperhitungkan sebagai

people power yang membahayakan.

Linkage pemerintah dengan negara manapun itu adalah sebuah pilihan dan bagian dari

demokrasi, namun segala potensi baik positif maupun negatif harus senantiasa diwaspadai

dan di carikan beragam solusi alternatif agar sebisa mungkin rakyat tidak dirugikan dalam

setiap kebijakan yang ditetapkan.

Mahasiswa kembali harus menggulung lengan baju untuk menjalankan social control

karena bagaimanapun mahasiswa adalah elemen masyarakat bangsa yang menurut Jack

Newfield mahasiswa adalah “a prophetic minority”. Mahasiswa adalah kelompok minoritas

dalam masyarakat bangsa. Tetapi mereka memainkan peranan yang profetik, mereka melihat

jauh kedepan dan memikirkan apa yang belum atau tidak dipikirkan masyarakat umumnya.

Dalam visi mereka, nampak suatu kesalahan mendasar dalam masyarakat dan mereka

menginginkan perubahan. Tidak sekedar perubahan marginal, melainkan perubahan

fundamental. Mereka memikirkan suatu proses transformasi. Peranan mereka bagaikan nabi

Page 8: Mahasiswa Di Persimpangan

dan bukan pendeta atau kiai yang sibuk dengan rutinitas. Ini seperti mengingatkan sebuah

hadis nabi saw. yang mengatakan bahwa “cedekiawan adalah pewaris (cita-cita) para nabi”.

Era saat ini tentu mengandung berbagai peluang dan tantangan bagi kalangan

mahasiswa, dengan kesan era yang high tech basis mahasiswa diharapkan mampu

mengoptimalkannya sebagai media aktualisasi diri dan menjalankan social control yang lebih

mapan dan holistik sehingga tidak akan menimbulkan kesan bangsa yang high tech but low

touch. Dengan demikian fungsi dan tujuan social control berjalan pada orbitnya yang tepat

dan sesuai era.

Denny J. A, 2006. Gerakan Mahasiswa dan Politik Kaum Muda era 80-an. Yogyakarta. Lkis

Harjono. 2009 Transformasi Demokrasi. Jakarta Sekretariat Jenderal Kepaniteraan

Mahkamah Konstitusi

ICCE UIN Jakarta. 2008. Pendidikan Keewarganegara an (Civic Education), Kencana,

Jakarta.

Jarvis Matt, 2006. Teori-teori Psikologi, Nuansa, Bandung.

Najib Ainun Emha, 2010 Demokrasi la roiba fih. Jakarta. Kompas

Revitch Diane & Abigail, Demokrasi Klasik & Modern.

Suleman Zulkifli, 2010. Demokrasi Untuk Indonesia, Kompas, Jakarta.

Sumodiningrat, Gunawan dan Ary Ginanjar A. 2008, Mencintai Bangsa dan Negara, Jakarta

ARGA Publisihing.

Sunarto Kamanto, 2004. Pengantar Sosiologi¸ FE UI. Jakarta.

The Habibie Center,  2002. Demokrasi Tak Boleh Henti. Jakarta

Diane Revitch & Abigail, Demokrasi Klasik & Modern.

Gunawan Sumodiningrat dan Ary Ginanjar A, Mencintai Bangsa dan Negara, ARGA

Publisihing, Jakarta: 2008, hal, 44.

Gunawan Sumodiningrat & Ari Ginanjar A, Loc. cit, hal. 44

Komaruddin Hidayat dalam kata sambutan Pendidikan Keewarganegara an (Civic

Education),  ICCE UIN Jakarta, Kencana, Jakarta: 2008, hal. vii-viii

Kata Pengantar Dawam Raharjo dalam Denny J. A, Gerakan Mahasiswa dan Politik Kaum

Muda Era 80-an. LKiS, Yogyakarta: 2006, hal. xxxv – xxxvi.

Ibid, hal. xl

Ibid, hal. 3

ICCE UIN Jakarta, Pendidikan  Kewaragaan (civic edocation), Kencana, Jakarta: 2008, hal.

44

Harjono, Transformasi Demokrasi. Sekretariat Jenderal Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi,

Jakarta: 2009, hal. 19.

The Habibie Center, Demokrasi Tak Boleh Henti. Jakarta: 2002, hal. v.

Zulkifli Suleman, Demokrasi Untuk Indonesia, Kompas, Jakarta: 2010, hal. 183.

Matt Jarvis, Teori-teori Psikologi, Nuansa, Bandung: 2006, hal. 91-92.

Page 9: Mahasiswa Di Persimpangan

Ibid, hal. 94.

Dapat dilihat dalam Denny J. A. Gerakan Mahasiswa dan Politik Kaum Muda Era 80-

an, hal.xiii.

Khatimi Bahri dalam Mahasiswa Menggugat, Potret Mahasiswa Indonesia 1998, Pustaka

Hidayah, Bandung: 1999, hal. 55.

Denny J. A, Gerakan Mahasiswa dan Politik Kaum Muda Era 80-an. LKiS, Yogyakarta:

2006, hal 9

ICCE Uin Jakara, Op. cit, hal. 40

Gunawan Sumodiningrat & Ary Ginanjar Agustian, Op. cit. hal. 128

Dawam Raharjo dalam Denny JA, Op. cit. hal. xxxiv