madania: jurnal ilmu pendidikan
TRANSCRIPT
1
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
MADANIA: Jurnal Ilmu Pendidikan
PEMAHAMAN DAN KESIAPAN WARGA MAN 4 CIREBON DALAM
IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
NURROHMAT Mahasiswa Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Email: [email protected]
ABSTRAK
Dalam mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), pemahaman yang baik tentang Gerakan Literasi dan kesiapan yang baik untuk menerapkan Gerakan Literasi sudah semestinya dimiliki oleh semua warga sekolah/madrasah. Hal ini dikarenakan gerakan Literasi Sekolah merupakan gerakan partisipatif yang melibatkan semua komponen warga sekolah/madrasah, seperti kepala madrasah, guru, pustakawan, peserta didik, dan komite madrasah. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mendeskripsikan langkah-langkah kepala MAN 4 Cirebon dalam membangun pemahaman Gerakan Literasi Sekolah terhadap warga sekolah; 2) mendeskripsikan pemahaman warga MAN 4 Cirebon mengenai konsep Gerakan Literasi Sekolah, 3) mendeskripsikan kesiapan warga MAN 4 Cirebon dalam implementasi Gerakan Literasi Sekolah, dan 4) mendeskripsikan ketercapaian tahapan implementasi Gerakan Literasi Sekolah di MAN 4 Cirebon. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan teknik analisis data menggunakan redukasi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepala MAN 4 Cirebon memiliki cara dalam membangun pemahaman Gerakan Literasi Sekolah terhadap warga MAN 4 Cirebon melalui unsur-unsur strategi komunikasi dan melalui langkah-langkah sebagai berikut: mengadakan pelatihan internal tentang Gerakan Literasi Sekolah; membentuk Tim Literasi Sekolah/Madrasah; menyusun rencana aksi Gerakan Literasi Sekolah; sosialisasi rencana aksi Gerakan Literasi Sekolah; dan adanya tindak lanjut. Adapun gambaran pemahaman yang dimiliki warga MAN 4 Cirebon terkait konsep Gerakan Literasi menunjukkan bahwa konsep Gerakan Literasi yang dipahami oleh kepala madrasah, guru, dan pustakawan tidak hanya terbatas pada komponen baca-tulis saja. Sedangkan konsep Gerakan Literasi yang dipahami oleh peserta didik dan komite madrasah masih terbatas pada komponen baca-tulis. Namun, pemahaman warga MAN 4 Cirebon mengenai peran mereka dalam mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah sudah sangat baik. Kesiapan yang dimiliki oleh warga MAN 4 Cirebon terdiri dari kesiapan materiil seperti perpustakaan madrasah, pojok baca, mading, dan kesiapan anggaran. Sedangkan
Article Received: 05 April 2020, Review process: 10 April 2020, Accepted: 20 April 2020, Article published: 30 April 2020
2
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
kesiapan non materiil yang dimiliki adalah kesiapan pengetahuan tentang Gerakan Literasi dan kesiapan manajerial melalui tim literasi sekolah/madrasah. Tahapan implementasi Gerakan Literasi pada MAN 4 Cirebon baru tahap pembiasaaan dengan bentuk kegiatan berupa pembiasaan membaca selama 15 menit dan kunjungan wajib ke perpustakaan, serta mengikuti lomba-lomba literasi. Indikator pencapaian tahapan literasi pada tahap pembiasaan di lingkungan warga MAN 4 Cirebon memenuhi sembilan indikator dari sepuluh indikator pencapaian.
Kata Kunci: Pemahaman GLS, Kesiapan GLS, Implementasi GLS.
PENDAHULUAN
Di era globalisasi informasi, kemampuan tinggi dalam literasi dan
komunikasi baik tulisan maupun lisan menjadi sangat dibutuhkan oleh peserta didik
karena kedua kemampuan tersebut dapat membuka ruang berpikir, merangsang
imajinasi serta menciptakan kreativitas, menuntun untuk bersikap kritis dan objektif
dengan multi perspektif, membuat pikiran lebih reflektif, dan tidak reaktif. Oleh
karena itu, di era saat ini hampir semua negara di dunia berupaya mengajak
warganya untuk membudayakan literasi (keberaksaraan) agar menjadi masyarakat
yang literat (berperadaban).1
Peserta didik saat ini dihadapkan tantangan abad ke-21 yang ditandai
dengan berkembangnya informasi digital secara cepat dan bersifat global. Untuk
menghadapi tantangan abad ke-21, mereka harus dibekali kompetensi tertentu
dalam menghadapi permasalahan dan tantangan hidup di Abad ke-21. Menurut
Morocco dkk. (dalam Abidin)2 bahwa dalam abad ke-21, kompetensi terpenting yang
harus dimiliki oleh manusia adalah kemampuan yang bersifat literasi yang ditandai
dengan empat hal penting, yakni kemampuan pemahaman yang tinggi, berpikir kritis,
kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi. Dalam narasi yang lain, kemampuan
literasi berkaitan erat dengan kemampuan membaca dan kemampuan memahami
informasi secara analitis, kritis, dan reflektif.3
Dengan demikian, dapat disarikan bahwa kemampuan inti yang dibutuhkan
oleh seorang peserta didik untuk mengisi abad ke-21 adalah kemampuan
pemahaman analitis, kritis, dan reflektif serta mampu berkolaborasi dan
1Ali Romdhoni, Al Qur’an dan Literasi, (Jakarta: Linus, 2013), hal.89.
2Yunus Abidin, dkk., Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis. (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), hal. 276.
3 Wahidah Al Mutmainnah, dkk., Prosiding Seminar Nasional III Jurusan Biologi Tahun 2017, Analisis
Penerapan GLS di SMP N 1 Batu., hal. 180-192.
3
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
berkomunikasi yang baik. Dimana kemampuan-kemampuan tersebut dapat
ditumbuhkembangkan melalui kegiatan literasi.
Masalah yang menjadi perhatian utama pemerintah saat ini adalah
rendahnya kemampuan literasi peserta didik di Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan
dari beberapa hasil penelitian lembaga internasional dan nasional. Berdasarkan hasil
survei Progress International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2011,
kemampuan literasi siswa SD di Indonesia menempati urutan ke-45 dari 48 negara
yang diteliti. Sedangkan menurut hasil survey Program for International Student
Assesment (PISA) pada tahun 2009, 2012, dan 2015 menunjukkan bahwa
kemampuan literasi siswa SMP di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan
negara lain yang ikut diteliti. Sejalan dengan hal itu, hasil temuan UNESCO pada
tahun 2012 menunjukkan bahwa hanya satu dari 1.000 orang masyarakat Indonesia
yang rajin membaca.4
Skor INAP ( Indonesia National Assesment Program) yang mengukur
kemampuan membaca, matematika, dan sains bagi anak sekolah dasar juga
menunjukkan hasil yang memprihatinkan. Secara Nasional kemampuan membaca
yang masuk kategori kurang 46,83%, kemampuan matematika 77,13%, kemampuan
sains 73,61%.5 Bahkan berdasarkan survey yang diadakan oleh Central
Connecticut State University (2016) tentang perilaku literat, Indonesia menempati
urutan 60 diantara 61 negara yang berpartisipasi.6 Data terbaru berdasarkan skor
PISA 2018 yang mengukur kemampuan sains, matematika, dan literasi, Indonesia
berada pada urutan 71 dari 77 negara dengan skor 371 sementara skor rata-rata
negara-negera yang di survey adalah 487. 7
Serangkaian data empiris mengenai rendahnya kemampuan literasi siswa
di Indonesia setidaknya memberikan petunjuk bahwa ada yang belum tepat dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, khususnya di sekolah. Untuk itu,
kemudian pemerintah menetapkan diberlakukannya kurikulum 2013 yang
didalamnya menekankan penumbuhan budi pekerti. Dalam upaya
menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik, pemerintah menggagas
4 Wiedarti Pangesti, dkk., Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah (Jakarta:Kemendikbud RI, 2016), hal. 2. 5 https://puspendik.kemendikbud.go.id/inap-sd diakses pada tanggal 27 Oktober 2018.
6 Sofie Dewayani, Menghidupkan Literasi di Ruang Kelas, (Yogyakarta: Kanisius, 2017), hal. 10.
7 https://edukasi.kompas.com diakses pada tanggal 7 Desember 2019.
4
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
pembudayaan ekosistem literasi di sekolah dari tingkat pendidikan dasar hingga
menengah atas dalam bentuk Gerakan Literasi Sekolah.
Gerakan Literasi Sekolah adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua
warga sekolah (pendidik, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat
sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. Adapun tujuan umum dari Gerakan
Literasi Sekolah adalah menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui
pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar
sepanjang hayat.8
Gerakan Literasi yang secara konseptual kelihatannya mudah diterapkan,
ternyata dalam tataran implementasi tidak semua sekolah/madrasah mudah dalam
melaksanakannya. Hal ini dikarenakan setiap sekolah/madrasah tidak memiliki
kemampuan yang sama dalam mengakomodasi penciptaan lingkungan
madrasah/sekolah yang literat.9 Selain itu, berdasarkan penelitian Tryanasari,
Aprilia, dan Cahya terdapat beberapa kendala dalam implementasi Gerakan Literasi
Sekolah diantaranya adalah; (1) perencanaan kegiatan literasi sulit dilakukan karena
lemahnya pemahaman guru terhadap Gerakan Literasi Sekolah, (2) kegiatan literasi
yang tidak terkoordinir dengan baik, (4) sarana yang tersedia belum memadai, dan
(4) sekolah tidak membentuk tim khusus pengembang literasi sehingga kegiatan
literasi tidak dievaluasi.10 Begitu pula dalam temuan penelitian Endaryanta
disebutkan bahwa faktor rendahnya pemahaman warga sekolah terhadap konsep
Gerakan Literasi Sekolah merupakan salah satu kendala dalam implementasi
Gerakan Literasi Sekolah dalam level mikro.11 Jadi, dari beberapa temuan penelitian
terdahulu, faktor pemahaman merupakan sesuatu yang kerap menjadi kendala
dalam pelaksanaan program Gerakan Literasi.
Tahapan Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan dengan
mempertimbangkan faktor kesiapan sekolah/madrasah di seluruh Indonesia.
Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan
bacaan, sarana dan prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan
8 Sutrianto, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, (Jakarta: Kemendikbud RI,
2016),hal. 2.
9 Supiandi, Jurnal STUDIA : “Menumbuhkan Budaya Literasi Dengan Menggunakan “Program Kata” di SMA
Muhammadiyah Tobolali Kabupaten Bangka Selatan, Vol.1 No.1, Mei 2016, hal. 95.
10 Dewi Tryanasari, Septi Aprilia, & Winda Ayu Cahya, Jurnal Premiere Educandum : “Pembelajaran Literasi di SDN Rojosari 1 Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan”, Volume VII No. 2, Desember 2017, hal. 172-179.
11 Eruin Endaryanta, , Jurnal Kebijakan Pendidikan : “Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah di SD
Kristen Kalam Mulia Kudus dan SD Muhammadiyah Suronatan”, Edisi 7 Vol. VI , Tahun 2017, hal. 732-744.
5
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
sistem pendukung lainnya(partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan kebijakan
yang relevan).12 Seperti diketahui tahapan pelaksanaan Gerakan Literasi bermula
dari tahap pembiasaan, kemudian berlanjut pada tahap pengembangan, dan terakhir
tahap pembelajaran.13 Dalam hal ini berarti faktor kesiapan sekolah, warga sekolah,
dan sistem pendukung turut menentukan bentuk tahapan Gerakan Literasi Sekolah,
sekaligus turut menentukan keberlangsungan implementasi Gerakan Literasi di
suatu sekolah. Berdasarkan paparan diatas peneliti ingin mengkaji pemahaman dan
kesiapan warga MAN 4 Cirebon dalam implementasi Gerakan Literasi Sekolah.
KONSEP LITERASI
Kata Literasi merupakan adopsi dari bahasa asing, dalam bahasa Inggris,
literacy yang berarti kemampuan baca-tulis. Dalam bahasa Yunani, littera artinya
teks atau tulisan beserta sistem yang menyertainya. Dalam bahasa Latin, literatus
yang artinya seseorang yang bisa membaca, menulis, dan bercakap-cakap dalam
bahasa latin.14
Orang yang memiliki kemampuan membaca dan menulis atau
pengetahuan tertentu sering disebut sebagai literat. Literat sering dimaknai sebagai
berpendidikan baik, intelektual, terdidik, terpelajar, berbudaya, kaya informasi,
canggih.15
Menurut Kirsch & Jungeblut (dalam Putri & Lifia) mendefinisikan literasi
sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan informasi untuk
mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat.16
Sedangkan menurut Spencer ( dalam Ali Ramdhoni) mendefinisikan bahwa literasi
adalah the ability to read and write, kemampuan untuk membaca dan menulis.17
Menurut Zaenuri, literasi diartikan sebagai sebuah gerakan membaca dan menulis.18
Dalam konteks saat ini, menurut Gee dan Heath (dalam Sofie Dewayani) 19
literasi tidak hanya diartikan sebagai mampu membaca dan menulis, lebih dari itu
literasi diartikan sebagai praktik sosial yang melibatkan kegiatan berbicara,
12 Syaifurrohman, Membangun Budaya Membaca Pada Anak Melalui Program Gerakan Literasi Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol.4 No.1, Juni 2017, hal. 151-161.
13 Wiedarti Pangesti, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, hal. 27.
14 Farid Ahmadi & Hamidulloh Ibda, Media Literasi di Sekolah, (Semarang: Pilar Nusa, 2018), hal. 12.
15 Pangesti Wiedarti, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, hal. 7. 16 Putri Oviolanda I. & Lifia Yola F., The 1st Education and Language International Conference Proceedings
Center for International Language Development of Unissula, 2017: “Pentingnya Penguasaan Literasi Bagi Generasi Muda
Dalam Menghadapi MEA”, hal. 641.
17 Ali Ramdhoni, Al Qur’an dan Literasi, hal. 1. 18 Ahmad Zainuri, Literasi, Diskusi, & Intelektualitas, (Malang: FDK Mantek UIN Maulana Malik Ibrahim,
2017), hal. 3.
19 Sofie Dewayani, Menghidupkan Literasi di Ruang Kelas, (Yogyakarta: Kanisius, 2017), hal. 12.
6
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
membaca, menulis, menyimak dalam proses memproduksi ide dan mengkontruksi
makna yang terjadi dalam konteks budaya yang spesifik. Dalam konteks Gerakan
Literasi, literasi tidak saja dimaknai sebagai kecakapan dan pengetahuan baca tulis,
melainkan juga kemampuan numerasi, sains, digital, finansial, budaya dan
kewarganegaraan yang bermuara dalam perilaku yang diterima dalam kehidupan
sehari-hari.20
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa literasi
adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu yang
berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis, dan berbicara dalam bidang
baca tulis, numerasi, sains, finansial, budaya dan kewarganegaraan untuk kemudian
dimaknai dan diproduksi kembali untuk kemanfaatan dirinya dan masyarakat.
LITERASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Sejalan dengan istilah literasi, dalam Al-Qur‟an terdapat kata iqra‟ yang
terdiri dari huruf alif mahmūzah, qāf, rā‟,dan hamzah, merupakan kata perintah dari
kata qara‟a-yaqra‟u berasal dari huruf qāf, rā‟, dan hamzah. Ketiga huruf ini secara
leksikal membentuk kata yang mengandung arti membaca, mengumpulkan,
menjamu tamu, hamba yang zuhud, melahirkan atau hamil untuk unta, dan haid
untuk manusia. 21
Doktrin keislaman untuk berliterasi sejatinya terdapat dalam al- Qur‟an
surat al- Alaq 1-5:
نسان من علق )1اقرأ باسم ربك الذي خلق ) (3( اقرأ وربك الكرم )2( خلق ال
نسان مالم علم )5 الذي علم بالقلم )4( علم ال
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan
(1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah (3) yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam (4) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5)”. (QS. Al-
„Alaq [ 96 ] : 1-5)22
Kata lain dalam Al-Qur‟an yang memiliki kemiripan dengan kata iqra‟
adalah talā-yatlū-tilāwah-utlu. Kata ini terdiri dari huruf tā‟, lam, dan wawu. Secara
20 Pangesti Wiedarti, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, hal. 9.
21 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus al-‘Aṣri, (Krapyak: Multi karya Grafika, cetakan ke-8, 2010), hlm. 1441
22 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: El Misykaah, cetakan ke-2,
2016), hal. 597.
7
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
leksikal kata ini memiliki arti kelanjutan, mengikuti perkembangan sesuatu, sisa, anak
binatang, bengkok, dan pengikut.23
Dalam Al-Qur‟an surat al-Ankabut ayat 45 :
لة لة إن الص ك من الكتاب وأقم الص إل علم اتل ما أوح أكبر والل تنهى عن الفحشاء والمنكر ولذكر الل
ما تصنعون
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”24
Disamping memiliki kemiripan antara kata iqra‟ dan utlu yang bermakna
perintah untuk „membaca‟ namun keduanya memiliki penekanan yang berbeda. Kata
iqra‟ adalah perintah untuk melakukan pembacaan terhadap suatu informasi yang
baru dengan menelaahnya secara ketat dan berulang-berulang membaca informasi
tersebut, kemudian bersikap realistis dalam menerimanya dengan melakukan
validitas data. Sedangkan kata utlu adalah perintah untuk membaca lebih lanjut
dengan terus menerus mengikuti perkembangan informasi tersebut,
menginderakannya, dan memperluas wawasan lain yang berkaitan dengan informasi
tersebut. Ini sebabnya perintah tilawah seringnya diberikan kepada mereka yang
sudah memahami ajaran Allah.25
KONSEP GERAKAN LITERASI SEKOLAH
Gerakan Literasi Sekolah adalah usaha atau kegiatan yang bersifat
partisipatif dengan melibatkan warga sekolah untuk mewujudkan sekolah sebagai
organisasi pembelajaran yang literat sepanjang hayat. Kegiatan yang diusahakan
dapat berupa perpaduan pengembangan kemampuan reseptif (membaca atau
menyimak) dan kemampuan produktif (berbicara dan menulis). Ada dua tujuan dari
Gerakan Literasi Sekolah, diantaranya adalah : (1) menjadikan sekolah sebagai
organisasi pembelajaran berbudaya literasi; (2) membentuk warga sekolah yang
literat dalam hal: (a) baca tulis; (b) numerasi; (c) sains; (d) digital; (e) finansial; (f)
23 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus al-‘Aṣri,hal.569. 24 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 401.
25 Siti Rohmatul Ummah, Jurnal PANCAWAHANA: “Relevansi Perintah Iqra’ Pada Wahyu Pertama Bagi Masyarakat
Modern”, Vol. 12, No.1, April 2017.
8
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
budaya dan kewarganegaraan. Adapun sasaran dari Gerakan Literasi Sekolah
adalah ekosistem sekolah dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah.26
Gerakan literasi sekolah dalam kurikulum K13 edisi revisi 2017 sudah
menjadi kewajiban yang harus dilakukan dalam pembelajaran baik dari tingkat
sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah atas.27 Dalam panduan
pelaksanaannya, kegiatan literasi di sekolah/madrasah terbagi menjadi tiga tahap,
yaitu: (1) tahap pembiasaan; (2) tahap pengembangan; (3) tahap pembelajaran.
Adapun ruang lingkup Gerakan Literasi Sekolah di SMA/MA meliputi : (1)
lingkungan fisik sekolah, dalam bentuk ketersediaan fasilitas, sarana prasarana
literasi; (2) lingkungan sosial dan afektif, dalam bentuk dukungan dan partisipasi aktif
warga sekolah/madrasah dalam melaksanakan kegiatan literasi di
sekolah/madrasah; (3) lingkungan akademik, dalam bentuk program literasi yang
nyata dan bisa dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah.28
Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah harus mengacu pada prinsip-prinsip
sebagai berikut: (1) sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik; (2)
dilaksanakan menggunakan berbagai ragam teks; (3) dilaksanakan secara
terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum; (4) dilakukan secara berkelanjutan;
(5) melibatkan kecakapan berkomunikasi lisan, dan (6) mempertimbangkan
keberagaman.29
Sedangkan menurut Gufran Ali Ibrahim dkk., prinsip-prinsip Gerakan
Literasi diantaranya adalah:30 (1) berkesinambungan, artinya literasi harus
dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, tidak bergantung pada
pergantian pemerintahan. Literasi harus menjadi program prioritas pemerintah yang
selalu dikampanyekan kepada seluruh lapisan masyarakat, pemimpin, tokoh
masyarakat, tokoh agama, cendekia, remaja, orang tua, dan warga masyarakat
sehingga budaya literasi terbentuk di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat;
(2) terintegrasi, artinya implementasi literasi harus terintegrasi dengan program yang
dilaksanakan oleh Kemendikbud dan kementerian dan/atau lembaga lain, termasuk
26 Wiedarti Pangesti, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, hal.3-10.
27 Abdul Aziz, Jurnal Autentik : “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia
di Sekolah Dasar”, Vol. 2, No. 1, Januari 2018, hal. 60. 28 Sutrianto, dkk., Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, (Jakarta: Dirjendikdasmen
Kemendikbud, 2016), hal.3.
29Batubara, Hamdan Husein, Dessy Noor Ariani, Jurnal JPSD : “Implementasi Program Gerakan
Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Gugus Sungai Miai Banjarmasin”, Vol. 4 No. 1, Maret 2018. 30 Gufron Ali Ibrahim, dkk., Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional, (Jakarta: Kemendikbud, 2017), hal. 7.
9
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
nonpemerintah. Dengan demikian, literasi menjadi bagian yang saling menguatkan
dengan program lain; (3) melibatkan semua pemangku kepentingan, artinya sebagai
suatu gerakan, literasi harus memberikan kesempatan dan peluang untuk
keterlibatan semua pemangku kepentingan, baik secara individual maupun
kelembagaan. Literasi harus menjadi milik bersama, menyenangkan, dan mudah
dilaksanakan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, sesuai
dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing.
Sebelum Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diimplementasikan, sudah
semestinya semua warga madrasah memiliki pemahaman yang baik tentang
Gerakan Literasi Sekolah dikarenakan Gerakan Literasi Sekolah merupakan gerakan
partisipatif yang melibatkan semua komponen warga sekolah bahkan masyarakat di
luar sekolah. Warga sekolah/madrasah yang dimaksud disini adalah semua guru,
karyawan sekolah, peserta didik, komite sekolah.31 Untuk itu dalam penyusunan
rencana aksi program Gerakan Literasi Sekolah, institusi sekolah harus
memperhatikan dua kondisi penting, yaitu:
(1) Memastikan bahwa semua warga madrasah memahami dengan baik tujuan,
sasaran, dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perencanaan program, dalam
hal ini adalah buku panduan Gerakan Literasi Sekolah.
(2) Warga madrasah memiliki pemahaman yang relatif sama tentang tata kelola
pelaksanaan program, batas-batas kewenangan (peran), hambatan-hambatan
pelaksanaan, keterbatasan personel, dan keterbatasan lainnya. 32
MEMBANGUN PEMAHAMAN TENTANG GERAKAN LITERASI
Menurut Anderson dan Karthwool, pemahaman merupakan tahapan proses
kognitif yang ditempuh sebelum mengimplementasikan suatu materi atau konsep
dan pengetahuan konseptual menjadi dasar untuk memahami.33 Berdasarkan Kamus
Umum Bahasa Indonesia, pemahaman merupakan hal, cara, hasil kerja, memahami,
dibutuhkan suatu hal terkait mengenai perkara yang bersangkutan.34 Sedangkan
menurut KBBI, pemahaman merupakan proses, perbuatan, cara memahami, atau
31 Kemendikbud RI, Buku Saku Gerakan Literasi, (Jakarta: Dirjendikdasmen, 2016), hal.3.
32 Martin, Perencanaan Pendidikan: Perspektif Proses dan Teknik dalam Penyusunan Rencana Pendidikan,
(Jakarta: Rajawali Press, 2015), hal. 185.
33 Lorin W. Anderson & David R. Karthwool, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, Penerjemah Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 43 -106.
34 J.S Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1994), hlm. 977
10
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
memahamkan.35 Dari beberapa pengertian di atas yang dimaksud dengan
pemahaman adalah kemampuan untuk menafsirkan atau hal memahami mengenai
konsep terntentu sebelum mengimplementasikan konsep tersebut dalam suatu aksi
nyata.
Keberhasilan membangun pemahaman warga madrasah terkait Gerakan
Literasi banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi pimpinan madrasah
terhadap seluruh warga madrasah. Dilain pihak jika tidak ada strategi komunikasi
yang baik, efek dari komunikasi bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh
yang buruk
Strategi komunikasi menurut Smith adalah kegiatan yang sifatnya
informasional maupun persuasif untuk membangun pemahaman dan dukungan
terhadap suatu ide, gagasan atau kasus, produk, jasa, yang terencana yang
dilakukan oleh suatu organisasi baik yang berorientasi laba maupun nirlaba, memiliki
tujuan, rencana, dan berbagai alternatif berdasarkan kajian, dan memiliki evaluasi.36
Terdapat unsur-unsur strategi komunikasi diantaranya adalah:komunikator,
komunikan, pesan, media, dan efek/pengaruh.
KESIAPAN DALAM IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
Selain pemahaman, unsur kesiapan (readiness) juga diperlukan dalam
implementasi Gerakan Literasi Sekolah. Kesiapan sangat penting sebelum memulai
pekerjaan karena dengan memiliki kesiapan yang matang, apapun dapat teratasi dan
dapat dilaksanakan dengan lancar dengan hasil maksimal.37 Menurut KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia), kesiapan adalah keadaan siap, sudah siap atau sudah
disediakan (tinggal memakai saja), sudah bersedia (untuk)38. Menurut Slameto,
kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang menunjukkan siap untuk
memberi respon terhadap suatu situasi. Slameto menjelaskan bahwa kondisi
tersebut terdiri atas tiga aspek, yaitu; pertama, kondisi fisik, mental dan emosional.
Kedua, kebutuhan-kebutuhan, motif, dan tujuan. Ketiga, Pengetahuan yang telah
dipelajari. 39 Ketiga aspek tersebut akan mendorong individu atau sekelompok
individu untuk bertindak sesuatu. Terdapat dua kategori kesiapan dalam
35 http://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/Pemahaman. Diakses tanggal 30 Oktober 2018
36 Ronald D. Smith, Strategic Planning For Public Relations, Second Edition, (London : Lawrence Erlbaum Associates
Publisher, 2005), hal. 3.
37Rudy Fatchurrochman, Jurnal INVOTEC: “ Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kesiapan Belajar, Pelaksanaan Prakerin dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Produktif”, Vol. VII, No.2, Tahun 2011, hal. 175-188.
38 http://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/Kesiapan. Diakses tanggal 30 Oktober 2018
39 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hal. 113.
11
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
implementasi Gerakan Literasi Sekolah, diantaranya kesiapan materiil dan non
materiil. Adapaun kesiapan materiil diantaranya adalah: perangkat kurikulum, sarana
dan prasarana, lingkungan fisik, akademik, maupun sosial. Sedangkan kesiapan non
materiil, diantaranya adalah: kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru, dan
kemauan peserta didik.
IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2015 menyatakan bahwa sekolah perlu
menyediakan waktu secara berkala untuk pembiasaan membaca sebagai bagian
dari penumbuhan budi pekerti. Menurut Pilgreen (dalam Kemendikbud)40 agar
program membaca bebas dapat berjalan baik maka sekolah harus memastikan
warga sekolah memiliki pemahaman yang sama tentang prinsip-prinsip kegiatan
membaca bebas, bagaimana cara pelaksanaan dan pengelolaan programnya. Untuk
itu, kepala sekolah selaku top manager di sekolah tersebut perlu mengadakan
suatu pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan yang akan menjadi Tim Literasi
Sekolah/Madrasah.
1. Membentuk Tim Literasi di Sekolah/Madrasah.
Tim Literasi Sekolah adalah tim kerja yang bertugas pokok
menumbuhkembangkan Gerakan Literasi Sekolah di setiap sekolah. Adapun tujuan
dibentuknya Tim Literasi Sekolah adalah untuk membantu para guru; membuat dan
menyepakati petunjuk praktis pelaksanaan program Gerakan Literasi di tingkat
sekolah/madrasah; menjalankan peran mereka sebagai fasilitator yang membantu
peserta didik agar terhubung secara emosi dan pikiran dengan buku. 41
Agar Tim Literasi Sekolah dapat bekerja lebih fokus dan terjaga maka
kepala sekolah harus mengeluarkan Surat Tugas (ST) atau Surat Keputusan (SK)
yang menguatkan tugas pokok dan fungsi Tim Literasi Sekolah. Dalam konteks
sekolah/madrasah Tim Literasi Sekolah adalah tulang punggung yang perlu terus
diperkuat dan dikembangkan. Berikut adalah salah satu alternatif langkah-langkah
pembentukan Tim Literasi di sekolah/madrasah: 42
a) Kepala sekolah/madrasah mencermati para guru yang diyakini dapat
menumbuhkembangkan literasi di sekolah, yakni guru bahasa dan guru mata
pelajaran lain yang peduli terhadap literasi.
40 Kisyani Laksono, Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah,( Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 2016), hal. 1.
41 Kisyani Laksono, Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah,hal. 2-3.
42 Kisyani Laksono, Manual Pendukung Gerakan Literasi Sekolah, hal. 2.
12
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
b) Kepala sekolah melalui rapat menetapkan formatur Tim Literasi Sekolah.
c) Kepala sekolah membuat surat tugas atau surat keputusan secara resmi
mengenai Tim Literasi Sekolah.
d) Para personel Tim Literasi diberi tugas untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau
workshop tentang literasi.
Selain ditugaskan untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dan
pemahaman tentang Gerakan Literasi Sekolah melalui workshop dan pelatihan-
pelatihan tentang literasi, Tim Literasi Sekolah bertugas dalam merencanakan,
melaksanakan, melaporkan, dan melakukan asesmen serta mengevaluasi
pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di unit madrasah/sekolahnya masing-masing.
Tugas perencanaan misalnya dilakukan dengan menjadwalkan lima belas menit
membaca setiap hari dan merencanakan berbagai langkah untuk menyukseskan
peningkatan minat baca peserta didik, seperti membuat survei sederhana tentang
minat baca untuk menjaring tema-tema yang diminati peserta didik, membuat daftar
buku yang direkomendasikan berdasarkan hasil survei, merancang pengembangan
perpustakaan dan sudut baca, merancang pengembangan jejaring internal dan
eksternal.
Adapun tugas pelaksanaan Tim Literasi Sekolah, contohnya adalah
mengawal pembiasaan membaca lima belas menit setiap hari, memastikan
kelangsungan program-program Gerakan Literasi Sekolah, bekerja sama dengan
guru dan peserta didik membangun sudut baca kelas, membangun jejaring internal
dan eksternal dalam menggalang pelaksanaan Gerakan Literasi serta pencitraan
Gerakan Literasi melalui berbagai acara, dan mengupayakan ekosistem sekolah
yang literat. 43
43 Kisyani Laksono, Manual Pendukung Gerakan Literasi Sekolah, hal.4.
13
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
Deskripsi struktur organisasi Tim Literasi Sekolah dapat dilihat pada bagan
2.2 berikut ini.
Bagan 2.2 Struktur Organisasi Tim Literasi Sekolah
Sumber bagan: Kemendikbud RI, Manual Pendukung Gerakan Literasi
Sekolah, 2016.
Dalam gambar tersebut Tim Literasi Sekolah dibawah koordinasi langsung
kepala sekolah, dimana Tim Literasi Sekolah terdiri atas satu orang ketua dan
minimal dua orang anggota yang terdiri dari pustakawan sekolah dan satu orang
guru yang peduli terhadap literasi. Posisi Tim Literasi Sekolah setara dengan Tim
Adiwiyata sekolah.
2. Tahapan Implementasi Gerakan Literasi
Berdasarkan buku Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, tahap-tahap
implementasi Gerakan Literasi di sekolah/madrasah terdiri dari tiga tahap, yaitu:
(a) tahap pembiasaan; (b) tahap pengembangan; dan (c) tahap pembelajaran.44
a) Tahap pembiasaan
Pada tahap ini, peserta didik membiasakan membaca dalam hati. Secara
umum kegiatan pembiasaan ini bertujuan untuk: meningkatkan rasa cinta baca di
luar jam pelajaran; meningkatkan kemampuan memahami bacaan; meningkatkan
rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik; menumbuhkembangkan berbagai
sumber bahan literasi.45 Bahan bacaan yang dibaca oleh peserta didik adalah bahan
bacaan non pelajaran dan tidak ada tagihan laporan bahan bacaan yang sudah
44 Pangesti Wiedarti,dkk., Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, hal. 28.
45 Sutrianto, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, hal.8.
14
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
dibaca oleh peserta didik. Kegiatan membaca pada tahap ini dapat diikuti oleh
diskusi informal tentang buku yang dibaca.
b) Tahap pengembangan
Pada tahap ini merupakan upaya tindak lanjut dari tahap pembiasaan
kegiatan membaca 15 menit setiap hari. Dalam tahap pengembangan upaya tindak
lanjut dilakukan secara berkala (1 - 2 minggu sekali). Buku bacaan yang dibaca
adalah buku non teks pelajaran yang dapat diikuti oleh tugas-tugas presentasi
singkat, menulis sederhana. Pendidik dapat memberikan masukan dan komentar
sebagai bentuk apresisasi. Pada tahap ini sebaiknya Tim Literasi Sekolah sudah
benar-benar terbentuk untuk melaksanakan tindak lanjut kegiatan Gerakan Literasi
Sekolah. Adapun contoh alternatif kegiatan yang dilakukan pada tahap
pengembangan diantaranya adalah : menulis komentar singkat terhadap buku yang
dibaca di jurnal membaca harian, bedah buku, reading award, mengembangkan ilkim
literasi sekolah/madrasah. 46
c) Tahap pembelajaran
Menurut Anderson & Karthwool (dalam Sutrianto)47 kegiatan literasi pada
tahap pembelajaran bertujuan untuk: mengembangkan kemampuan memahami
teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi sehingga terbentuk pembelajar
sepanjang hayat; mengembangkan kemampuan berpikir kritis; mengolah dan
mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan, visual, digital)
melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan dan buku pelajaran.
Pada tahap pembelajaran, kegiatan literasi dilakukan sebagai pendukung
pelaksanaan kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku
nonteks pelajaran.48 Beberapa hal yang menjadi prinsip dalam tahap ini, diantaranya
adalah buku yang dibaca tentang pengetahuan umum, kegemaran, atau teks
multimodal, yang dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu; ada tagihan yang
bersifat akademik (terkait dengan mata pelajaran).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti ingin
mengetahui lebih mendalam mengenai pemahaman dan kesiapan warga MAN 4
Cirebon dalam mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah. Penelitian ini
46 Sutrianto, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, hal.16-19.
47 Sutrianto, dkk., Panduan Gerakan Literasi di Sekolah Menengah Atas, hal. 21.
48 Sutrianto, dkk., Panduan Gerakan Literasi di Sekolah Menengah Atas, hal. 22.
15
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
disebut penelitian kualitatif karena peniliti menggunakan data kualitatif sehingga
analisisnya juga menggunakan analisis kualitatif (deskriptif) atau penggambaran
temuan lapangan yang naturalistik atau apa adanya sesuai kondisi lapangan.49
Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yang saling melengkapi, yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder. Adapun sumber data primer dalam penelitian
ini yaitu kepala sekolah MAN 4 Cirebon, guru yang diberi tugas sebagai Tim Literasi
di MAN 4 Cirebon, Peserta didik, dan Pustakawan MAN 4 Cirebon. Adapun sumber
data sekunder dalam penelitian ini yaitu ketua komite sekolah di MAN 4 Cirebon.
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini
adalah: (1) Metode wawancara, wawancara dilakukan terhadap Kepala madrasah,
wakil kepala sekolah, guru, pustakawan madrasah, peserta didik, komite sekolah
MAN 4 Cirebon dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum
mengenai Gerakan Literasi Sekolah yang mereka pahami dan kesiapan mereka
dalam implementasi Gerakan Literasi Sekolah. (b) Metode Observasi; Observasi
dilakukan dengan mengamati kondisi umum tempat penelitian, kesiapan Gerakan
Literasi ( perangkat kurikulum, sarana dan prasarana madrasah, lingkungan fisik
madrasah seperti poster yang memotivasi berliterasi dsb.), sejauh mana
ketercapaian implementasi Gerakan Literasi Sekolah di MAN 4 Cirebon sesuai
indikator tahapan ketercapaian implementasi Gerakan Literasi Sekolah menurut
Kemendikbud. (c) Metode Dokumentasi : mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, rapat, dan agenda yang berhubungan dengan
masalah penelitian. Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk mengumpulkan
beberapa dokumen terkait penelitian antara lain data catatan program Gerakan
Literasi Sekolah di MAN 4 Cirebon, jadwal kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah, foto atau rekaman kegiatan literasi sekolah.
Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah
dikumpulkan dari berbagai sumber, yaitu dari observasi, wawancara, dan
dokumentasi, yang sudah tertulis dalam catatan lapangan, hasil wawancara, hasil
observasi dan lain sebagainya.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data mengacu pada
Miles dan Huberman yang menyatakan bahwa “Langkah yang ditempuh dalam
49Asep Kurniawan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2018), hal.29.
16
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
analisis data adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
mengambil kesimpulan dan verifikasi”.50
Proses dalam analisis data ini dapat penulis gambarkan sebagai berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Langkah-Langkah Kepala MAN 4 Cirebon dalam Membangun Pemahaman
Gerakan Literasi Sekolah terhadap Warga MAN 4 Cirebon
Langkah-langkah Kepala MAN 4 Cirebon dalam membangun pemahaman
Gerakan Literasi Sekolah di kalangan warga MAN 4 Cirebon sangat berkaitan
dengan strategi komunikasi yang dilakukan oleh kepala madrasah yang
bersangkutan. Tujuan dari strategi dalam berkomunikasi adalah agar pesan yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan melalui media tertentu dapat
diterima dan dipahami sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.
a. Strategi Komunikasi Kepala MAN 4 Cirebon
1) Komunikator
Berdasarkan hasil temuan penelitian, tampak bahwa selain kepala
MAN 4 Cirebon yang menyampaikan informasi tentang Gerakan Literasi
Sekolah kepada warga MAN 4 Cirebon adalah narasumber pelatihan di
sekolah, wakil kepala madrasah, Tim Literasi Sekolah/Madrasah, seluruh wali
kelas XI, dan pustakawan.
2) Pesan
Pesan yang disampaikan berupa informasi dan propaganda mengenai
Gerakan Literasi Sekolah sesuai buku desain induk gerakan literasi dan buku
50 Miles dan Huberman, Qualitative Data Analysis (Analisis Data Kualitatif), Alih Bahasa Tjetjep Rohendi
Rohidi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1984), hal. 20.
PENGUMPULAN
DATA PENYAJIAN
DATA
REDUKSI
DATA
VERIFIKASI DAN
KESIMPULAN
17
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
panduan gerakan literasi untuk peserta didik SMA/MA yang diterbitkan oleh
kemendikbud. Pesan yang disampaikan masih bersifat informatif dan
persuasif (ajakan).
3) Komunikan
Ada beberapa lapisan komunikan, yang pertama adalah dewan guru
dan pustakawan, kemudian yang kedua adalah peserta didik kelas XI MAN 4
Cirebon dan ketiga adalah komite sekolah/orang tua peserta didik.
4) Media
Secara umum, media yang digunakan untuk menyampaikan informasi
dan persuasi Gerakan Literasi Sekolah di MAN 4 Cirebon berbentuk saluran
kelompok, dan saluran massa dimana komunikator mensosialisasikannya di
ruang-ruang kelas, melalui media sosial WA grup, dan secara umum di
lapangan upacara.
5) Efek atau pengaruh
Secara umum, ada pengaruh positif karena peserta didik mau
melaksanakan kegiatan literasi dan secara umum dewan guru dan
pustakawan memahami konsep umum gerakan literasi.
b. Langkah-langkah Kepala MAN 4 Cirebon dalam Membangun Pemahaman GLS
1) Mengadakan pelatihan internal tentang Gerakan Literasi Sekolah
Pelatihan internal yang diselenggarakan oleh pihak sekolah rutin
diadakan setiap tahun ajaran baru dimulai. Guru-guru di MAN 4 Cirebon
sering menyebutnya sebagai In House Training (IHT) yang diselenggarakan
oleh pihak sekolah dengan mengundang beberapa narasumber dan
pengawas madrasah.
2) Membentuk Tim Literasi
Langkah kepala MAN 4 Cirebon setelah melaksanakan pelatihan untuk
guru dan tenaga kependidikan adalah membentuk Tim Literasi Sekolah. Tim
Literasi Sekolah sangat berguna dalam hal mengawal pembiasaan membaca
lima belas menit setiap hari, memastikan kelangsungan program-program
Gerakan Literasi Sekolah, bekerja sama dengan guru dan peserta didik
membangun sudut baca kelas, membangun jejaring internal dan eksternal
dalam menggalang pelaksanaan Gerakan Literasi serta pencitraan Gerakan
Literasi melalui berbagai acara, dan mengupayakan ekosistem sekolah yang
literat.
18
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
3) Membuat Rencana Aksi
Langkah berikutnya adalah menyusun rencana aksi gerakan literasi.
Rencana aksi program literasi merupakan salah satu kegiatan dalam tata
kelola Gerakan Literasi yang bertujuan untuk membuat tujuan kegiatan, target
dan sasaran kegiatan, serta berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang
telah direncanakan.
4) Sosialisasi rencana aksi/program literasi
Langkah yang berikutnya yang dilakukan oleh kepala MAN 4 cirebon
adalah menggerakkan sumber daya yang sudah dimiliki untuk
mensosialisasikan program literasi ke warga MAN 4 Cirebon. Sosialisasi
program literasi diperlukan agar seluruh warga MAN 4 Cirebon memahami
apa, siapa, bagaimana, kapan, dan dimana kegiatan literasi itu dilaksanakan.
Dalam proses sosialisasi dibutuhkan komunikator, pesan, media, komunikan,
dan mengevaluasi efek yang ditimbulkannya, apakah positif atau negatif.
5) Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan langkah yang dilakukan oleh pihak pimpinan
MAN 4 Cirebon setelah tahapan sosialiasasi diselesaikan. Hal ini untuk
memastikan dan menguji suatu rencana aksi yang sudah disepakati, sehingga
dapat diketahui faktor-faktor penghambat dan pendukung suatu program
literasi yang dilaksanakan.
2. Pemahaman Warga MAN 4 Cirebon tentang Gerakan Literasi Sekolah
a. Pemahaman Kepala madarasah, guru dan pustakawan tentang konsep
Gerakan Literasi Sekolah
Berdasarkan analisis data pada temuan penelitian menunjukkan
bahwa secara umum pemahaman warga MAN 4 Cirebon kategori kepala
madrasah, guru, dan pustakawan memiliki pemahaman konsep yang baik
tentang Gerakan Literasi Sekolah karena secara umum mereka memahami
bahwa Gerakan Literasi tidak terbatas pada komponen baca tulis saja.
Mereka memahami tujuan umum Gerakan Literasi Sekolah, dan mereka juga
memahami bahwa masih terdapat komponen-komponen lain dari Gerakan
Literasi Sekolah.
b. Pemahaman Peserta didik dan Komite Madrasah
Berdasarkan analisis data pada temuan penelitian menunjukkan bahwa
peserta didik bersama komite sekolah masih memahami Gerakan Literasi
19
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
Sekolah terbatas pada komponen baca tulis. Namun demikian, mereka
memahami bahwa Gerakan Literasi memiliki tujuan penting dalam
menumbuhkembangkan karakter peserta didik agar gemar membaca.
3. Kesiapan Warga MAN 4 Cirebon dalam Implementasi Gerakan Literasi
Sekolah
Sebagaimana temuan penelitian tentang analisis data kesiapan warga MAN
4 Cirebon dalam implementasi Gerakan Literasi Sekolah dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Kesiapan Materiil
Kesiapan materiil yang dimiliki oleh warga MAN 4 Cirebon diantaranya
adalah :
1) Sarana perpustakaan yang representatif
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, sarana perpustakaan di
MAN 4 Cirebon berada di lantai atas dengan jumlah koleksi judul buku lebih
dari seribu judul buku. Buku-buku tersebut dikelompokkan dalam beberapa
kategori sesuai dengan pengkodean standar perpustakaan, didalam ruang
perpustakaan juga terdapat unit komputer yang berfungsi untuk mendata
kunjungan peserta didik ke perpustakaan.
2) Pojok baca di tiap kelas XI
Berdasarkan hasil observasi, MAN 4 Cirebon sudah memiliki pojok
baca di ruang kelas khususnya kelas XI. Pojok baca tersebut masih tampak
seadanya, dengan koleksi buku yang masih sedikit. Namun, demikian untuk
langkah awal dalam memulai Gerakan Literasi Sekolah sudah cukup bagus.
Pojok baca berfungsi sebagai perpustakaan mini di kelas, dengan tujuan agar
peserta didik dekat dengan lingkungan yang kaya teks.
3) Majalah dinding
Majalah dinding dimiliki oleh warga MAN 4 Cirebon sebagai sarana
unjuk karya peserta didik, berupa karya jurnalistik, sastra, senirupa, dan
sebagainya. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa warga MAN 4 Cirebon sudah
memiliki kesiapan materiil yang cukup baik untuk melaksanakan Gerakan
Literasi Sekolah.
20
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
4) Kesiapan anggaran
Setiap tahun komite sekolah di MAN 4 Cirebon menggalang dana untuk
mendukung pelaksanaan program pendidikan. Penggalangan dana komite
dilakukan oleh pengurus komite kepada orang tua peserta didik baru, karena
MAN 4 Cirebon tidak memungut SPP bulanan.
b. Kesiapan non Materiil
Kesiapan non materiil yang dimiliki oleh MAN 4 Cirebon diantaranya
adalah:
1). Kesiapan pengetahuan
Pelatihan yang sudah diselenggarakan mengenai Gerakan Literasi
Sekolah menjadikan modal berharga untuk melaksanakan Gerakan Literasi
Sekolah di MAN 4 Cirebon. Seperti yang diungkapkan oleh Jejen Musfah
bahwa pelatihan atau seminar dan workshop memberikan beragam
pengetahuan untuk guru, sehingga guru dan tenaga kependidikan di MAN 4
Cirebon memiliki kesiapan yang baik untuk memulai pelaksanaan Gerakan
Literasi Sekolah.
2) Kesiapan Manajerial
MAN 4 Cirebon tampak memiliki kesiapan manajerial yang baik, hal ini
sebagaimana dilihat dari hasil analisis data berdasarkan wawancara,
observasi, dan dokumentasi melalui verifikasi. Hal ini dibuktikan dengan
dibentuknya Tim khusus yang menangani Gerakan Literasi Sekolah yang
terdiri dari dua orang yakni koordinator literasi dan kepala pustakawan.
4. Ketercapaian Tahapan Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di MAN 4
Cirebon
a. Tahap Implementasi
Berdasarkan analisis data dari temuan penelitian menunjukkan bahwa
tahapan implementasi Gerakan Literasi di MAN 4 cirebon masih berupa tahan
pembiasaan.
b. Bentuk Implementasi Gerakan Literasi Sekolah
Dari hasil analisis data temuan penelitian menunjukkan bahwa bentuk
implementasi Gerakan Literasi Sekolah yang dilaksanakan pada tahap
pembiasaan di MAN 4 Cirebon adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan membaca 15 menit setiap hari
21
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
Kegiatan membaca 15 menit tiap hari yang dilaksanakan di MAN 4
Cirebon pelaksanaannya beragam, kegiatan wajib baca tidak harus buku non
teks pelajaran terkadang kegiatan membaca yang dilaksanakan adalah
membaca kitab suci Al-Qur‟an.
2) Kunjungan wajib perpustakaan
Masing-masing peserta didik diwajibkan untuk mengunjungi
perpustakaan paling sedikit seminggu sekali, hal ini agar peserta didik
dibiasakan untuk dekat dengan lingkungan yang kaya teks.
3) Mengikuti lomba-lomba Literasi
Kegiatan ini bersifat kondisional, tidak bersifat rutin karena
pelaksanaan kegiatan ini menunggu undangan dari pihak luar MAN 4 Cirebon.
Namun demikian, MAN 4 Cirebon pernah mengukir prestasi melalui lomba
pengembangan web site pelajar tingkat kabupaten Cirebon yang
diselenggarakan oleh Diskominfo Kabupaten Cirebon pada tahun 2019.
c. Ketercapaian Indikator Tahapan Implementasi Gerakan Literasi Sekolah
Berdasarkan analisis data pada hasil temuan penelitian didapatkan
bahwa MAN 4 Cirebon memenuhi sembilan indikator dari sepuluh indikator
ketercapaian tahapan implementasi Gerakan Literasi Sekolah. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa ketercapaian indikator tahapan
implementasi Gerakan Literasi Sekolah di MAN 4 Cirebon mencapai 90%.
SIMPULAN
1. Kepala MAN 4 Cirebon dalam membangun pemahaman konsep Gerakan
Literasi Sekolah terhadap warga MAN 4 Cirebon menggunakan strategi
komunikasi dalam membagun pemahaman konsep Gerakan Literasi Sekolah
terhadap warga MAN 4 Cirebon. Adapun strategi komunikasi tersebut memuat
unsur-unsur sebagai berikut: (a) Menjadikan pengawas madrasah, kepala
madrasah, Tim Literasi Sekolah, wali kelas, guru-guru sebagai komunikator
dalam penyampaian informasi tentang Gerakan Literasi Sekolah; (b) Terdapat
tiga kategori komunikan diantara warga MAN 4 Cirebon yakni; peserta didik,
guru dan tenaga kependidikan, serta komite sekolah/orang tua siswa; (c)
Pesan yang disampaikan tentang Gerakan literasi Sekolah bersifat informatif
dan persuasif; (d) Media yang digunakan dalam penyampaian pesan
beragam, tatap muka di kelas (saluran kelompok), tatap muka saat upacara
bendera (saluran massa), dan saluran kelompok daring seperti WA grup
22
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
kelas; (e) Efek/pengaruh strategi komunikasi menimbulkan warga MAN 4
Cirebon secara umum memahami dan mau mengikuti pelaksanaan Gerakan
Literasi dengan baik. Selain itu, Kepala MAN 4 Cirebon juga mengambil
langkah-langkah dalam membangun pemahaman konsep Gerakan Literasi
Sekolah terhadap warga MAN 4 Cirebon sebagai berikut: (a) Mengadakan In
House Training yang memuat tentang Gerakan Literasi Sekolah untuk seluruh
guru dan pustakawan; (b) Membentuk Tim Literasi Sekolah; (c) Menyusun
rencana aksi kegiatan literasi; (d) Mensosialisasikan program ke seluruh
warga MAN 4 Cirebon dengan memberdayakan komunikator dari Tim Literasi,
wakil kepala madrasah, wali kelas, guru-guru pengajar, dan pustakawan; (e)
Membuat tindak lanjut.
2. Pemahaman warga MAN 4 Cirebon tentang konsep Gerakan Literasi Sekolah
menunjukkan bahwa terdapat gradasi dalam memahami konsep Gerakan
Literasi Sekolah diantara warga MAN 4 Cirebon. Untuk kepala madrasah,
guru, dan pustakawan memahami konsep Gerakan Literasi Sekolah tidak
terbatas pada komponen baca tulis, mereka memahami masih banyak
komponen-komponen literasi lainnya selain baca tulis, yakni sains, digital,
numerasi, finansial, budaya dan kewarganegaraan. Untuk ketua komite dan
peserta didik memahami Gerakan Literasi Sekolah masih terbatas pada
gerakan baca-tulis. Namun demikian, mereka secara umum memahami
bahwa Gerakan Literasi Sekolah bertujuan untuk menumbuhkembangkan
karakter warga madrasah agar menjadi pembelajar sepanjang hayat. Selain
itu, pemahaman warga MAN 4 Cirebon terkait peran mereka dalam
implementasi Gerakan Litersai Sekolah secara umum memahami dengan baik
peran mereka sebagai warga MAN 4 Cirebon dalam implementasi Gerakan
Literasi Sekolah.
3. Kesiapan warga MAN 4 Cirebon dalam mengimplementasikan Gerakan
Literasi Sekolah terdiri dari kesiapan materiil dan kesiapan non materiil.
Kesiapan materiil yang dimiliki oleh warga MAN 4 Cirebon diantaranya adalah:
(a) Perpustakaan; (b) pojok baca di kelas; (c) majalah dinding; (d) sokongan
anggaran dari komite madrasah untuk pemeliharaan perpustakaan. Adapun
kesiapan non materiil yang dimiliki oleh warga MAN 4 Cirebon, diantaranya
adalah : (a) kesiapan pengetahuan, dan ; (b) kesiapan manajerial, yakni
melalui pembentukan Tim Literasi Sekolah.
23
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
4. Ketercapaian tahapan implementasi Gerakan Literasi Sekolah di MAN 4
Cirebon menunjukkann bahwa: (a) Tahapan Gerakan Literasi yang
dilaksanakan .di MAN 4 Cirebon adalah tahapan pembiasaan; (b) Bentuk
implementasi Gerakan Literasi yang dilaksanakan adalah kegiatan membaca
15 menit setiap hari sebelum KBM di mulai, bahan bacaan yang dibaca bisa
tidak hanya buku teks non pelajaran melainkan juga kitab Al- Qur‟an,
kunjungan wajib perpustakaan, dan mengikuti lomba-lomba literasi; (c)
Indikator ketercapaian tahapan implementasi Gerakan Literasi pada tahap
pembiasaan di MAN 4 Cirebon memenuhi sembilan indikator dari sepuluh
indikator yang ada.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yunus. 2017. Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan
Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis. Jakarta: Bumi Aksara. Ahmadi, Farid & Ibda, Hamidulloh. 2018. Media Literasi di Sekolah. Semarang: Pilar
Nusa. Al Mutmainnah, Wahidah. 2017. Prosiding Seminar Nasional III Jurusan Biologi
Tahun 2017: “ Analisis Penerapan GLS di SMP N 1 Batu”. Ali, Atabik dan Muhdlor, A. Zuhdi. 2010. Kamus al-„Aṣri. Krapyak: Multi karya Grafika,
cetakan ke-8. Aziz, Abdul. 2018. Jurnal Autentik : “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar”, Vol. 2, No.1 Anderson, L. & Karthwool, D. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen, Penerjemah Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badudu , J. S. dan Zain, S. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Batubara, dkk. 2018. Jurnal JPSD : “Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Gugus Sungai Miai Banjarmasin”, Vol. 4 No. 1.
Dewayani, Sofie. 2017. Menghidupkan Literasi di Ruang Kelas. Yogyakarta: Kanisius.
Endaryanta, Eruin. 2017. Jurnal Kebijakan Pendidikan : “Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah di SD Kristen Kalam Mulia Kudus dan SD Muhammadiyah Suronatan”, Edisi 7 Vol. VI.
Fatchurrochman, R. 2011. Jurnal INVOTEC: “ Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kesiapan Belajar, Pelaksanaan Prakerin dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Produktif”, Vol. VII, No.2.
https://edukasi.kompas.com diakses pada tanggal 7 Desember 2019. http://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/Pemahaman. Diakses tanggal 30 Oktober 2018 https://puspendik.kemendikbud.go.id/inap-sd diakses pada tanggal 27 Oktober 2018. Ibrahim, G.A. dkk. 2017. Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta:
Kemendikbud RI. Kementerian Agama Republik Indonesia. 2016. Al-Qur‟an dan Terjemahnya.
Jakarta: El Misykaah
24
Jurnal “MADANIA”, Volume 3 Nomor 1, April 2020 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/madania/index
Kemendikbud RI. 2016. Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kurniawan, Asep. 2018. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Laksono, Kisyani 2018. Seri Manual GLS Guru Sebagai Teladan Literasi. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Kemendikbud RI.
Martin. 2015. Perencanaan Pendidikan: Perspektif Proses dan Teknik dalam Penyusunan Rencana Pendidikan,. Jakarta: Rajawali Press.
Miles & Huberman, 1984. Qualitative Data Analysis (Analisis Data Kualitatif), Alih Bahasa Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Oviolanda I., Putri & Yola, F. Lifia. 2017. The 1st Education and Language International Conference Proceedings Center for International Language Development of Unissula, 2017: “Pentingnya Penguasaan Literasi Bagi Generasi Muda Dalam Menghadapi MEA”.
Pangesti, Wiedarti. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta:Kemendikbud RI.
Romdhoni, Ali. 2013. Al Qur‟an dan Literasi. Jakarta: Linus.
Slameto. 2015. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Smith, D. Ronald. 2005. Strategic Planning For Public Relations, Second Edition. London : Lawrence Erlbaum Associates Publisher.
Supiandi. 2016. Jurnal STUDIA : “Menumbuhkan Budaya Literasi Dengan Menggunakan “Program Kata” di SMA Muhammadiyah Tobolali Kabupaten Bangka Selatan, Vol.1 No.1.
Sutrianto. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Kemendikbud RI.
Syaifurrohman. 2017. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar: “ Membangun Budaya Membaca Pada Anak Melalui Program Gerakan Literasi Sekolah”, Vol.4 No.1.
Tryanasari, Dewi, dkk. 2017. Jurnal Premiere Educandum : “Pembelajaran Literasi di SDN Rojosari 1 Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan”, Volume VII No. 2.
Ummah, Siti Rohmatul. 2017. Jurnal PANCAWAHANA: “Relevansi Perintah Iqra‟ Pada Wahyu Pertama Bagi Masyarakat Modern”, Vol. 12, No.1.
Zainuri, Ahmad. 2017. Literasi, Diskusi, & Intelektualitas, (Malang: FDK Mantek UIN Maulana Malik Ibrahim, 2017), hal. 3.