maanfaat citra worldview dalam pemanfaatan ruang

Upload: artdian-hudaya

Post on 16-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

maanfaat citra worldview dalam pemanfaatan ruang

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pembangunan di daerah perkotaan memerlukan perencanaan efektif dan efisien yang dapat memberikan manfaat yang optimal, berkesinambungan dan sesuai. Daerah perkotaan cenderung memiliki perkembangan dan perubahan yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah yang berada sekitarnya, dimana disini merupakan kawasan yang dijadikan sebagai daerah yang fungsional sebagai pusat dari segala aktivitas penduduk. Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk maka akan diikuti pula dengan pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang segala aktivitas tersebut, oleh sebab itu semakin bermunculan program-program pembangunan fisik yang kadang tidak sesuai dengan peraturan atau kebijakan rencana tata ruang yang telah dibuat sehingga seringkali permintaan kebutuhan akan ruang tersebut hanya bersifat sia-sia sehingga dapat menyebabkan perubahan pemanfaatan ruang. Dalam rangka meminimalisir terjadinya penyimpangan akibat perubahan pemanfaatan ruang maka perlu diadakannya pengendalian pemanfaatan ruang.

    Dalam suatu sistem pusat kota khusunya, segala aktivitas masyarakat akan

    membutuhkan suatu ruang untuk dapat melaksanakan kegiatannya sehingga dapat berlangsung dengan baik, oleh karena itu perkembangan akan kebutuhan ruang tersebut semakin cepat dan semakin banyak kebutuhannya akan ruang tersebut. Selama kebutuhan akan ruang tersebut dapat terpenuhi dan ketersediaan lahan masih mencukupi serta tidak menyimpang dari rencana tata ruang, maka perkembangan ruang kegiatan akan berjalan secara horizontal (extensif), akan tetapi apabila kebutuhan akan lahan atau ruang tidak terpenuhi maka perkembangan ruang tersebut akan berjalan secara intensif (vertikal).

  • 2

    Aspek - aspek baik secara internal maupun eksternal sangat menentukan perkembangan wujud tata ruang yang ada. Aspek internal seperti bentuk fisiografi daerah dan kependudukan melalui berbagai macam jenis kegiatan pemanfaatan ruang serta sumberdaya yang ada dan juga faktor eksternal seperti pengaruh dari luar wilayah yang bersangkutan. Sehingga dalam penataan pemanfaatan ruang yang berkesinambungan, kedua faktor tersebut harus sinergis, selaras dan seimbang.

    Pedoman dari perencanaan pembangunan suatu wilayah secara terinci dan sistematis sebenarnya sudah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dimana lebih detailnya lagi diatur dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dimana didefinisikan bahwa Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, ruang udara sebagai suatu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk hidup lainnya melakukan kegiatannya serta memelihara kelangsungan hidupnya. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan atau tidak.

    Pemanfaatan ruang merupakan rangkaian dari program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang di daerah perkotaan dalam jangka waktu tertentu dan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pemanfaatan ruang dilakukan secara bertahap, dalam artian program- program pembangunan yang telah direncanakan tidak dilakukan sekaligus. Hal ini juga memperhatikan sumber mobilisasi dana dan alokasi pembiayaan program. Kemungkinan terjadinya ketidaksesuaian antara pemanfaatan ruang yang ada di lapangan dengan materi rencana tata ruang akibat perkembangan kota sangat mungkin terjadi, oleh karena itu diperlukan adanya evaluasi dari pelaksanaan tata ruang kota dengan rencana pemanfaatan ruang. Evaluasi dilakukan untuk dapat mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi agar dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi pemerintahan daerah untuk dapat menjadikan daerah tersebut menjadi lebih terarah dan optimal dengan tidak mengorbankan aspek- aspek kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.

  • 3

    Sesuai dengan peraturan bupati Kulon Progo mengenai rencana detail tata ruang kota (RDTRK) bahwasanya untuk mengembangkan Kota Wates sesuai dengan karakteristiknya agar dalam kedudukannya sebagai Ibukota Kecamatan yang merupakan pusat kegiatan Pemerintahan, pusat pertumbuhan ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan kebijaksanaan Pembangunan Nasional dan Regional perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Wates.

    Berkaitan dengan perencanaan tata ruang, Kota Wates merupakan sebuah wilayah dengan batas pengembangan mendekati optimal, dalam hal ini adalah perubahan tata ruang kota wates. Berdasarkan laporan akhir Rencana Detail Tata Ruang Kota Wates aturan mengenai tata ruang Kota Wates sangat tergantung dari kebijakan apakah masih mempertahankan lahan pertanian atau dirubah menjadi kawasan budidaya. Oleh karena itu, pola pengembangan Kota Wates ditujukan untuk pengoptimalan dari kawasan yang mengalami konsolidasi. Berkaitan dengan kebijakan fungsi kota, fungsi Kota Wates dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder. Fungsi primer merupakan fungsi yang diarahkan pada peran Kota Wates dalam wilayah yang lebih luas/regional dalam jangka menengah atau panjang yakni dalam skala kabupaten seperti pusat pemerintahan, transportasi, kesehatan,dan pusat perdagangan dan jasa. Sedangkan fungsi sekunder kota merupakan fungsi yang berorientasi pada pemenuhan pelayanan kepada penduduk kota/lokal seperti permukiman di daerah perkotaan dan pusat pelayanan fasilitas perkotaan seperti rekreasi, olahraga,perdagangan dan fasilitas pelayanan lainnya.

    Rencana Detail Tata Ruang Kota Wates merupakan pedoman bagi pelaksanaan pemanfaatan ruang dan merupakan langkah untuk pengendalian pemanfaatan ruang. Analisis yang telah dilakukan dalam melakukan analisis pembagian wilayah kota, pertimbangan yang digunakan dalam pembagian wilayah Kota Wates adalah berdasarkan persebaran kawasan permukiman, persebaran fasilitas pelayanan kota, keterkaitan kegiatan oleh jaringan penghubung dalam dan antar lingkungan permukiman kota, kesamaan orientasi

  • 4

    pergerakan dan pelayanan kota, serta kesatuan fisik wilayah kota dan arahan pengembangan wilayah yang bersangkutan.

    Belum adanya pemetaan mengenai perubahan pemanfaatan ruang terbaru dan pentingnya evaluasi menjadi pemicu peneliti untuk melakukan penelitian ini. Perkembangan data penginderaan jauh akan memberikan informasi spasial yang lebih informatif dan dirasa memiliki beberapa kelebihan dibanding data yang lain, diantaranya dengan waktu yang lebih singkat dapat mencakup daerah penelitian yang relatif lebih luas dan informasi dari penyadapan data juga relatif lebih singkat (sutanto, 1986). Data yang diwujudkan dalam bentuk peta dapat lebih menjelaskan mengenai informasi atau data tentang pemanfaatan ruang sehingga pengguna atau pembaca peta dapat lebih mencerna dan lebih mudah untuk menangkap informasi yang disampaikan serta data yang disampaikan lebih bersifat komunikatif dengan adanya simbol peta.. Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa adanya sentuhan fisik. Sistem penginderaan jauh yang diperlukan untuk penyusunan tata ruang harus disesuaikan dengan resolusi spasial yang sepadan. Untuk keperluan perencanan tata ruang detail, maka dibutuhkan resolusi spasial yang tinggi agar mampu menyajikan data spasial secara rinci.

    Citra Satelit yang digunakan merupakan citra satelit yang memiliki resolusi tinggi agar dapat diperoleh data yang lebih rinci dan detail. Citra satelit Worldview merupakan satelit generasi selanjutnya yang ditempatkan pada ketinggian 496 km di atas permukaan bumi, memiliki kemampuan merekam data permukaan bumi per hari seluas 750,000 km berupa citra dengan resolusi 0.5 m pankromatik dengan waktu kedatangan kembali pada lokasi yang sama dalam 1.7 hari. Satelit WorldView-1 ini hanya menghasilkan citra pankromatik saja dari sensor yang memiliki kemampuan resolusi 0.50 m pada nadir dan 0.59 m pada kondisi 25 off-nadir, dengan jarak sapuan yang cukup lebar sepanjang 17.6 km. Kelebihan dari citra ini adalah karena merupakan resolusi tertinggi saat ini sehingga dapat menyadap informasi yang detail dengan cakupan area yang luas.

  • 5

    Resolusi spasial tinggi ditujukan untuk mendukung aplikasi kekotaan, seperti pengenalan pola permukiman, perkembangan dan perluasan daerah terbangun. Saluran-saluran spektral B, H, M, IMD, dan PAN cenderung dipilih, karena telah terbukti efektif dalam menyajikan variasi fenomena yang terkait dengan kota. Kondisi vegetasi tampak jelas pada komposisi warna semu (false color), yang tersusun atas saluran-saluran B, H, IMD ataupun H, M, IMD yang masing-masing ditandai dengan urutan warna biru, hijau, dan merah. Pada citra komposit warna ini, vegetasi dengan berbagai tingkat kerapatan tampak bergradasi kemerahan.

    Sistem Informasi Geografis merupakan sistem berbasis computer yang didesain untuk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, dan menampilkan informasi spasial (keruangan), yakni informasi yang mempunyai hubungan geometrik dalam arti bahwa informasi tersebut dapat dihitung, diukur, dan disajikan dalam sistem koordinat, dengan data berupa data digital yang terdiri dari data posisi (data spasial) dan data semantiknya (data atribut). SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis suatu obyek dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting, dan memerlukan analisis yang kritis. Pada dasarnya SIG dapat dirinci menjadi beberapa subsistem yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain yang mencakup input data, pemrosesan data, output dan hasil analisis. Unsur dalam SIG saling berkaitan dengan database manajemen. Salah satu tujuan dari SIG adalah membangun informasi untuk perencanaan dan manajemen.

    Penanganan dan analisis data berdasarkan lokasi geografis merupakan kunci utama SIG. Oleh karena itu data yang digunakan dan dianalisa dalam suatu SIG berbentuk data peta (spasial) yang terhubung langsung dengan data tabular yang mendefinisikan bentuk geometri data spasial. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan saat ini, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan dan analisis statistik dengan menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis geografis melalui gambar-gambar petanya. Kemampuan tersebut membuat SIG berbeda dengan sistem informasi

  • 6

    pada umumnya. Integarsi antara PJ dan SIG menurut Dulbahri, dkk (1994). Merupakan sarana yang baik untuk pengumpulan data, analisis serta sintesis.

    1.2. Perumusan Masalah

    Pertumbuhan dan perkembangan di kawasan perkotaan biasanya ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk maupun kegiatan-kegitan di berbagai sektor dan fasilitas pelayanan dan kondisi fisik kota. Perkembangan Kota Wates sebagai pusat dari segala aktivitas kegiatan penduduk diimbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana berupa pembangunan fisik kota. Pembangunan tersebut kadang terjadi di luar perkiraan sehingga dapat menimbulkan adanya suatu permasalahan baru yaitu perubahan pemanfaatan ruang yang kadang tidak sesuai dengan rencana yang telah dibuat sehingga menimbulkan adanya penyimpangan fungsi pemanfaatan ruang.

    Lemahnya pengendalian pemanfaatan ruang dan belum efektifnya penegakan hukum dalam mengatasi penyimpangan pemanfaatan ruang serta perubahan pemanfaatan ruang yang terjadi dapat disebabkan oleh dorongan ekonomi yang dapat menghasilkan keuntungan materi yang tinggi. Pentingnya evaluasi sebagai tindaklanjut dari permasalahan ini untuk dapat mengetahui adanya bentuk penyimpangan yang terjadi agar dapat tercipta suatu kesesuaian, keserasian dan keseimbangan antara pemanfaatan ruang yang ada di lapangan dengan rencana pemanfaatan ruang yang tercantum dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota sehingga menjadikan pembangunan selanjutnya lebih dapat terarah dan berfungsi dengan baik. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota merupakan suatu bentuk atau salah satu usaha untuk dapat mengendalikan perkembangan arah kota. Pemanfaatan ruang yang ada pada suatu daerah diusahakan optimal dan sesuai dengan kebijakan yang ada.

    Berdasarkan hasil analisis dalam laporan akhir Rencana Detail Tata Ruang Kota Wates, sampai akhir tahun rencana diperkirakan Kota Wates masih menampakkan suatu kota yang memiliki sifat pedesaan hal ini dikarenakan sektor pertanian masih memiliki porsi yang cukup berarti dalam sistem kegiatan kota,

  • 7

    selain untuk memberikan wadah yang sesuai bagi sebagian masyarakat yang bergantung pada sektor ini dan untuk menghindari terjadinya konflik-konflik kepentingan antara sektor pertanian dan sektor-sektor lainnya, maka sektor pertanian juga perlu diatur pengembangannya dalam perencanaan kota.

    Pembuatan peta atau pemetaan ditujukan untuk dapat menyajikan suatu informasi khususnya pada penelitian ini adalah mengenai pemanfaatan ruang sehingga pengguna peta dapat lebih mudah memahami dan mencernanya serta lebih komunikatif karena penyampaian informasi disampaikan dalam bentuk simbol. Belum adanya pemetaan mengenai bentuk pemanfaatan ruang terbaru dan mengingat pentingnya dilakukan evaluasi menjadi salah satu tolok ukur peneliti melakukan penelitian ini. Penginderaan jauh sangat berperan dalam penyadapan informasi spasialnya. Perkembangan teknologi penginderaan jauh seperti citra satelit Worldview memudahkan dalam mengkaji perencanaan tata ruang kota dan menyadap informasi pemanfaatan ruang. Data hasil interpretasi citra atau dari sumber lain kemudian akan diintegrasikan sehingga diperoleh informasi yang lebih detail untuk dapat digunakan sebagai evaluasi pemanfaatan ruang kaitannya dengan rencana detail tata ruang Kota Wates. Pemanfaatan SIG untuk pengelolaan manajemen data dari penginderaan jauh dan data dari berbagai sumber lain akan sangat mendukung penelitian ini. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

    1. Bagaimana mengolah data dari hasil interpretasi citra Worldview agar bisa digunakan untuk mengevaluasi perubahan pemanfaatan ruang serta mengetahui besar penyimpangan yang terjadi ?

    1.3. Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui seberapa besar manfaat citra satelit Worldview tahun 2009 dalam menyadap informasi mengenai pemanfaatan ruang

  • 8

    2. Memetakan perubahan pemanfaatan ruang berdasarkan interpretasi citra satelit Worldview tahun 2009 untuk evaluasi pemanfaatan ruang terhadap RDTRK Wates.

    3. Mengevaluasi pelaksanaan pemanfaatan ruang terhadap RDTRK Wates tahun 2008 2013 dengan memanfaatkan SIG

    1.4. Kegunaan Penelitian

    1. Memberikan informasi mengenai bentuk pemanfaatan ruang aktual tahun 2013 kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

    2. Memberikan informasi aplikasi penginderaan jauh kaitannya dengan analisis evaluasi pemanfaatan ruang terhadap RDTRK Wates.