documentm

18
RENCANA IMPLEMENTASI PENELITIAN PROBLEMATIKA RENDAHNYA PENYERAPAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS KURIKULUM 2013 SISWA SMP DAN SMA Tugas Individu Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia yang dibina Prof. Dr. Suyono, M.Pd dan Prof. Dr. Imam Suyitno, M.Pd Oleh: Agus Purnomo A.P. 140211807666

Upload: jali-yulaeni

Post on 01-Oct-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RENCANA IMPLEMENTASI PENELITIAN PROBLEMATIKA RENDAHNYA PENYERAPAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS KURIKULUM 2013 SISWA SMP DAN SMA

Tugas IndividuDisusun untuk memenuhi tugas matakuliahProblematika Pembelajaran Bahasa Indonesiayang dibina Prof. Dr. Suyono, M.Pd dan Prof. Dr. Imam Suyitno, M.Pd

Oleh:

Agus Purnomo A.P.140211807666

UNIVERSITAS NEGERI MALANGPASCASARJANAS2 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIAFebruari 2015

1. PendahuluanDi Indonesia belum lama ini terjadi pergantian kurikulum dari kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang efektif, interaktif, dan siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang mampu membawa masyarakat, bangsa, dan negara ke arah yang lebih baik.Perubahan kurikulum diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yanng sering dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini.Kurikulum 2013 pada dasarnya menekankan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Hal tersebut tampak pada karakteristik yang ada pada kurikulum 2013. Sepintar dan seterampil apapun siswa kalau tidak memiliki sikap spiritual dan sosial yang bagus juga tidak baik sehingga kepintarannya bisa disalahgunakan untuk membohongi orang lain. Kurikulum 2013 bertujuan mulia dengan berusaha untuk menghindari hal tersebut. Karakteristik tersebut senada dengan tujuan Kurikulum 2013 berdasarkan permendikbud No. 58 tahun 2014, yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.Pada kurikulum 2013, pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Artinya, mata pelajaran bahasa Indonesia menggunakan teks sebagai sarana pembelajaran. Perbedaan paling mencolok inilah yang dirasakan guru dan siswa. Apabila tidak dipersiapkan dan diantisipasi dengan baik akan menimbulkan berbagai masalah pada implementasinya. Guru dan siswa dituntut cepat beradaptasi dengan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Jenis teks yang digunakan dalam pembelajaran beragam bergantung tingkat/ jenjang pendidikan, kelas 1, 2, atau 3, SMP/MTs atau SMA/MA/SMK. Setiap jenis teks memiliki struktur isi, jenis kebahasaan, tujuan sosial yang berbeda. Di sinilah peran guru dibutuhkan untuk memahami setiap karakteristik teks karena akan berpengaruh pada penyampaian pembelajaran di kelas. Bagaimana siswa bisa paham pelajaran apabila gurunya saja belum paham dengan materi yang diajarkan?Kurikulum baru tentu membutuhkan waktu untuk penyesuaian (adaptasi), begitu pula dengan kurikulum 2013. Penyesuaian kurikulum 2013 membutuhkan proses. Hal ini senada dengan pendapatnya Lie (Kompas, 5 Desember 2012) bahwa keberhasilan suatu kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum, termasuk pembelajaran, dan penilaian pembelajaran dan kurikulum. Normal apabila dalam proses terdapat berbagai permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan proses penyesuaian. Akan tetapi permasalahan-permasalahan yang terjadi haruslah dalam taraf yang wajar dan yang paling penting harus segera dicari jalan keluarnya.Semua pelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 mulai jenjang sekolah dasar (SD) sampai dengan sekolah menengah atas (SMA) berbasis teks (Mahsun, 2013). Dengan berbasis teks, siswa menggunakan bahasa tidak saja hanya dijadikan sebagai sarana komunikasi, tetapi sebagai sarana mengembangkan kemampuan berpikir. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis teks ini perlu dipahami oleh pemerhati pengajaran bahasa Indonesia, baik guru bahasa Indonesia, mahasiswa, dan pihak-pihak yang terkait.Istilah pembelajaran berbasis teks dapat dipahami dari masing-masing katanya. Menurut KBBI kata basis berarti dasar atau asas. Kata dasar apabila dirunut lagi diartikan alas atau fondasi; pokok atau pangkal suatu pendapat, aturan, atau ajaran.Kata asas diartikan dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran berbasis teks dapat dinyatakan pembelajaran yang menjadikan teks sebagai dasar, asas, pangkal, dan tumpuan.Pengertian teks pada kurikulum 2013 sedikit berbeda dengan yang sudah kita kenal selama ini. Dalam kurikulum 2013 teks tidak diartikan sebagai bentuk bahasa tulis. Menurut Mahsun (2013) teksitu adalah ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya ada situasi dan konteksnya. Teks dibentuk oleh konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada register atau ragam bahasa yang melatarbelakangi lahirnya teks tersebut. Maryanto (dalam Sufanti:38) juga menyatakan bahwa yang dimaksud teks dalam Kurikulum 2013 berbentuk tulisan, lisan, dan bahkan multimodal seperti gambar.Kim dan Gilman (dalam Sufanti: 38) juga membedakan teks dengan istilah visual textdan spoken text. Pengertian inilah yang tergambar dalam Kurikulum 2013.Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks menurut Mahsun (dalam Maryanto dkk, 2013:v) dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulankata atau kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentukbentukkebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasayang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Perlu disadari bahwa setiap teks memiliki struktur tersendiri yang berbedasatu sama lain. Sementara itu, struktur teks merupakan cerminan struktur berpikir. Dengan demikian, makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyakpula struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya. Dengan cara itu, siswa kemudian dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melaluikemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis secara memadai. Permasalahan-permasalahan yang muncul pada kurikulum 2013 dicari penyebabnya dahulu supaya dapat dicari solusi/jalan keluar yang tepat. Selanjutnya setelah diketahui permasalahan-permasalahan yang muncul, dipilih solusi yang paling tepat supaya pembelajaran berjalan dengan optimal.Putikadyanto (2014) melakukan penelitian mengenai persepsi guru dan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks pada kurikulum 2013. Penelitian tersebut sekaligus mengungkap permasalahan-permasalahan yang muncul pada pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Metode penelitian yang digunakan Putikadyanto adalah penelitian kuantitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan angket/kuesioner.Populasi pada penelitian Putikadyanto(2014) adalah guru dan siswa SMAN 3 Malang, SMK 7 PGRI Malang, dan SMPN 3 Malang. Pemilihan sekolah-sekolah tersebut sebagai populasi karena dirasa dapat mewakili dari sekolah-sekolah yang lain. SMAN 3 Malang dan SMP 3 Malang sebagai salah satu sekolah unggulan di Malang. Apabila terdapat kesulitan di sekolah tersebut dapat digeneralisir sekolah lain juga mengalami kesulitan yang sama. SMK7 PGRI Malang dipilih karena terdapat jurusan Administrasi Perkantoran. Hal tersebut karena penelitian tersebut juga akan melihat pola kebermanfaatan teks terhadap pengetahuan siswa di sekolahnya. Kelas yang diambil pada penelitian ini adalah VII.7, X MIA1, dan X APK (administrasi perkantoran). Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik proportionate random sampling. Dari teknik tersebut didapat sampel masing-masing sekolah sebanyak 10 siswa. Sedangkan sampel guru sebanyak 3 guru dari SMK 7 PGRI Malang dan masing-masing 1 guru dari SMAN 3 Malang dan SMPN 3 Malang.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket berdasarkan pertimbangan keefektifan pengumpulan data. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai hal-hal yang responden ketahui (Arikunto, 2002: 128). Angket atau kuesionr yang digunakan sebagai instrumen penelitian berupa 40 daftar pernyataan dengan pilihan jawaban checklist menggunakan skala Likert Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data kuantitatif dimulai dengan penyekoran tiap butir pernyataan. SS diberi skor 4, S skor 3, TS skor 2, dan STS 1 untuk kalimat positif dan sebaliknya untuk kalimat negatif. Skor tersebut dijumlahkan tiap sub-indikator, indikator, baru kemudian secara keseluruhan. Indikator perepsi penelitian ini adalah penyerapan, pemahaman, dan penilaian. Selanjutnya diklasifikasikan menjadi 2 klasifikasi, yaitu tinggi dan rendah.Penelitian Putikadyanto (2014) menggunakan 3 indikator dalam mengungkap persepsi guru dan siswa, yakni penyerapan, pemahaman, dan penilaian. Indikator penyerapan dibagi lagi menjadi 3 sub-indikator, yakni gambaran pembelajaran pembelajaran berbasis teks, tanggapan pembelajaran pembelajaran berbasis teks, dan kesan pembelajaran pembelajaran berbasis teks. Indikator pemahaman untuk siswa dibagi sub-indikator menyusun teks berkelompok dan menyusun teks individu, sedangkan untuk guru membangun konteks dan membangun pemodelan. Indikator penilaian dibagi menjadi sub-indikator implementasi teks terhadap sikap, implementasi teks terhadap pengetahuan, dan implementasi teks terhadap keterampilan.Hasil penelitian Putikadyanto (2014) tersebut mengungkap beberapa permasalahan/problema yang muncul pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks kurikulum 2013. Pertama, Pada sub-indikator gambaran tentang pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks, siswa SMPN 3 Malang dan SMAN 3 masuk kategori rendah, sedangkan siswa SMK 7 PGRI Malang masuk kategori tinggi. Hal ini mempunyai makna bahwa siswa SMP dan SMA mempunyai kesulitan pada gambaran pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks, terutama siswa di SMAN 3 Malang yang mendapat skor terendah. Hal tersebut normal karena materi teks yang masih baru sehingga membutuhkan proses untuk adaptasi. Berbeda dengan siswa SMP dan SMA, gambaran terhadap pebelajaran siswa SMK masuk kategori tinggi. Hal tersebut mengindikasikan siswa SMK mempunyai gambaran pembelajaran berbasis teks lebih baik.Kedua, pada gambaran pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks guru, guru di SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang masuk kategori tinggi, sedangkan guru di SMK 7 PGRI Malang masuk kategori rendah. Hasil tersebut mengindikasikan guru di SMP dan SMAtersebut mempunyai gambaran pembelajaran berbasis teks lebih baik daripada guru SMKN 7 PGRI.Ketiga, pada sub-indikator tanggapan terhadap pembelajaran berbasis teks, siswa SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang mempunyai tanggapan negatif dengan skor yang masuk kategori rendah. Artinya, tanggapan siswa SMP dan SMA tersebut terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks cenderung negatif. Berbeda dengan siswa di SMK 7 PGRI yang perolehan skornya masuk kategori tinggi. Tanggapan siswa SMK 7 PGRI terhadap pembelajaran berbasis teks cenderung positif.Keempat, kesan siswa SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks masuk kategori rendah. Artinya, kesan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia pada kedua sekolah tersebut cenderung negatif. Namun, kesan siswa di SMK 7 PGRI Malang terhadap pembelajaran berbasis teks cenderung positif. Terbukti dengan prolehan skor yang masuk kategori tinggi. Siswa SMK 7 PGRI mempunyai kesan pembelajaran berbasis teks yang lebih baik daripada SMPN 3 malang dan SMAN 3 Malang.Keempat, guru di SMK 7 PGRI Malang yang mempunyai kesan cenderung negatif terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Hal sebaliknya terjadi pada guru di SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang mempunyai kesan yang positif terhadap pembelajaran berbasis teks. Terbukti dengan perolehan skor yang masu kategori tinggi. Guru di SMK mempunyai kesan berbeda dengan siswanya yang mempunyai kesan yang baik terhadap pembelajaran berbasis teks.Kelima, siswa SMPN 3 Malang terdapatkesulitan pada kegiatan menyusun teks individu. Hal ini terlihat dari perolehan skor siswa SMPN 3 Malang yang masuk kategori rendah. Siswa SMAN 3 Malang dan SMK PGRI 7 Malang perolehan skornya sudah tinggi. Artinya siswa SMA dan SMK tidak menemui kendala berarti ada kegiatan menyusun teks secara individu. Berbeda dengan siswa SMP yang membutuhkan bimbingan lebih untuk kegiatan menyusun teks secara individu.Keenam, guru di SMK 7 PGRI Malang yang masih menemui kesulitan membangun konteks karena skor perolehannya masuk kategori rendah. Berbeda dengan guru di SMP 3 Malang dan SMAN 3 Malang yang tidak menemui kesulitan membangun konteks.Ketujuh, teks yang diajarkan kurang berkontribusi terhadap pengetahuan siswa menurut siswa SMPN 3 Malang dan SMAN 3 Malang. Hal ini terbukti dengan perolehan skor siswa kedua sekolah tersebut masuk kateori rendah. Namun menurut siswa SMK PGRI 7 Malang materi teks yang diajarkan berkontribusi terhadap pembelajaran pengetahuan mereka. Terbukti dengan perolehan skor mereka yang masuk kategori tinggi. Hal tersebut mengindikasikan materi teks yang diajarkan lebih berkontribusi terhadap pengetahuan pada siswa SMK daripada siswa SMP dan SMA.Kedelapan, menurut sudut pandang guru, teks yang diajarkan berkontribusi pada pengetahuan siswa, setidaknya menurut guru di SMPN 3 Malang dan SMK 7 PGRI. Perolehan skor mereka yang masuk kategori tinggi membuktikannya. Akan tetapi menurut guru SMAN 3 Malang, teks yang diajarkan kurang berkontribusi terhadap pengetahuan siswa. Perolehan skor guru SMAN 3 Malang masuk kategori rendah.Kesembilan, menurut siswa SMAN 3 Malang dan SMK 7 PGRI Malang, teks yang diajarkan berkontribusi terhadap keterampilan mereka. Terbukti denga perolehan skor yang msauk kategori tinggi. Berbeda menurut siswa SMPN 3 Malang, teks yang diajarkan kurang berkontribusi terhadap keterampilan mereka. Fenomena yang wajar karena siswa SMP masih belum bisa sepenuhnya mengaitkan teks teks terhadap keterampilan mereka. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang muncul dari penelitian tersebut, perlu memilih satu permasalahan supaya fokus untuk dicarikan solusi/jalan keluar. Permasalahan yang dipilih adalah penyerapan pembelajaran berbasis teks kurikulum 2013 siswa SMP dan SMA yang rendah, berbeda dengan siswa SMK yang tidak ada masalah pada proses penyerapan karena sudah masuk kategori tinggi. Muncul dugaan teks yang disajikan pada siswa SMP dan SMA kurang cocok dengan kebutuhan dan minat siswa, berbeda dengan teks untuk siswa SMK yang lebih sesuai. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu sekiranya penelitian lanjutan untuk menyelidiki penyebab permasalahan tersebut supaya tidak menyebabkan dugaan-dugaan yang salah dan yang terpenting dicarikan jalan keluarnya pada akhirnya.Apabila dugaan tersebut benar dan tidak segera dicarikan jalan keluar atau solusinya, permasalahan-permasalahan baru dikhawatirkan akan bermunculan. Pertama, perbedaan motivasi belajar bahasa Indonesia siswa SMP dan SMA dengan SMK bisa saja terjadi. Dikhawatirkan motivasi siswa SMP dan SMK lebih rendah dari siswa SMK karena sulit menyerap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Kedua, siswa SMP dan SMA perlu usaha lebih keras untuk memahami pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks daripada siswa SMK. Hal tersebut tidak masalah apabila siswa SMP dan SMA unggulan (punya motivasi tinggi) namun akan bermasalah pada siswa SMP dan SMA pinggiran yang motivasinya rendah. Ketiga, yang paling mengkhawatirkan adalah hasil belajar siswa SMP dan SMA pembelajaran bahasa Indonesia berbasis tek kurikulum 2013 lebih rendah daripada hasil belajar siswa SMK.Penelitian lanjutan dari penelitian Putikadyanto (2014) ini akan dilaksanakan dengan dua langkah besar. Pertama, mengurai penyebab permasalahan rendahnya penyerapan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Hal ini bisa dilakukan dengan metode pengumpulan penyebaran angket untuk mengurai penyebab permasalahan dari persepsi siswa dan juga bisa dengan metode wawancaram. Penguraian penyebab permasalahan akan memudahkan untuk mencarikan jalan keluarsolusi dari permasalahn tersebut. Kedua, mencarikan solusi dari permasalahan tersebut berdasarkan penyebab-penyebab yang telah diuraikan.

2. Kerangka TeoriKurikulum menurut definisi UU No. 20 tahun 2003 merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kgiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Definisi tersebut menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di Indonesi saat ini karena memuat dua cakupan yang tepat, yakni tujuan, isi, bahan pelajaran, serta rambu-rambu pengimplementasian atau cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.Kurikulum formal dan tertulis merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah (Priyatmi, 2014:1). Sekolah atau lembaga pendidikan harus mempunyai kurikulum supaya dapat disebut sekolah. Kurikulum tidak dapat dipisahkan dari pendidikan dan pembelajaran.Di Indonesia belum lama ini terjadi pergantian kurikulum dari kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang efektif, interaktif, dan siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang mampu membawa masyarakat, bangsa, dan negara ke arah yang lebih baik.Perubahan kurikulum diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yanng sering dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini.Kurikulum 2013 pada dasarnya menekankan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Hal tersebut tampak pada karakteristik yang ada pada kurikulum 2013. Sepintar dan seterampil apapun siswa kalau tidak memiliki sikap spiritual dan sosial yang bagus juga tidak baik sehingga kepintarannya bisa disalahgunakan untuk membohongi orang lain. Kurikulum 2013 bertujuan mulia dengan berusaha untuk menghindari hal tersebut. Karakteristik tersebut senada dengan tujuan Kurikulum 2013 berdasarkan permendikbud No. 58 tahun 2014, yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.Kurikulum baru tentu membutuhkan waktu untuk penyesuaian (adaptasi), begitu pula dengan kurikulum 2013. Penyesuaian kurikulum 2013 membutuhkan proses. Hal ini senada dengan pendapatnya Lie (Kompas, 5 Desember 2012) bahwa keberhasilan suatu kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum, termasuk pembelajaran, dan penilaian pembelajaran dan kurikulum. Normal apabila dalam proses terdapat berbagai permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan proses penyesuaian. Akan tetapi permasalahan-permasalahan yang terjadi haruslah dalam taraf yang wajar dan yang paling penting harus segera dicari jalan keluarnya.Pengertian teks pada kurikulum 2013 sedikit berbeda dengan yang sudah kita kenal selama ini. Dalam kurikulum 2013 teks tidak diartikan sebagai bentuk bahasa tulis. Menurut Mahsun (2013) teksitu adalah ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya ada situasi dan konteksnya. Teks dibentuk oleh konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada register atau ragam bahasa yang melatarbelakangi lahirnya teks tersebut. Maryanto (dalam Sufanti:38) juga menyatakan bahwa yang dimaksud teks dalam Kurikulum 2013 berbentuk tulisan, lisan, dan bahkan multimodal seperti gambar.Kim dan Gilman (dalam Sufanti: 38) juga membedakan teks dengan istilah visual textdan spoken text. Pengertian inilah yang tergambar dalam Kurikulum 2013.Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks menurut Mahsun (dalam Maryanto dkk, 2013:v) dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulankata atau kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentukbentukkebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasayang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia.Pembelajaran mempunyai kaitan dengan persepsi. Ada berbagai peristiwa psikologis yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung, salah satunya adalah persepsi. Slameto (2003: 102) berpendapat bahwa persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi inilah manusia terus-menerus berhubungan dengan lingkungannya melalui pancaindra.Berndhardt (2012) menyebutkan bahwa kata persepsi memiliki kaitan dengan observasi dan opini yang definisinya meliputi: a view; pandangan, penghakiman atau penilaian yang terbentuk di pikiran mengenai suatu permasalahan tertentu; a belief; sebuah keyakinan yang lebih banyak bersumber dari kesan yang diterima dibanding dari pengetahuan yang dimiliki; a generally held view; hasil pandangan secara sekilas; a formal expression of judgement or advice; ekspresi dari sebuah penghakiman atau nasihat; a judgment one holds as true; sebuah penghakiman yang dianggap sebagai kebenaran.Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan atau pendapat yang merupakan proses individu untuk menerima atau mengetahui suatu hal melalui pancaindrakemudian diorganisasi, diinterpretasi, dan dievaluasi, sehingga diperoleh makna (arti) tentang sebuah objek. Persepsi dapat muncul apabila memenuhi syarat-syarat terjadinya persepsi (Walgito, 2010: 101), yaitu: 2. ada objek yang dipersepsikan; 2. alat indra atau reseptor; 2. perhatian Untuk mengetahui persepsi seseorang sehingga dapat dikategorikan ke dalam emosi positif atau emosi negatif, dapat dilihat dari beberapa indikator. Bimo Walgito (melalui Wulandari, 2012: 12) menyampaikan tiga indikator persepsi yakni sebagai berikut.1. Penyerapan terhadap stimulus atau objek dari luar individu.Objek atau stimulus tersebut diserap oleh pancaindra kemudian dari hasil penyerapan tersebut akan didapat gambaran, tanggapan dan kesan di dalam otak.1. Pengertian atau pemahamanSetelah terjadi gambaran atau kesan di dalam otak, gambaran-gembaran dan kesan-kesan tersebut diorganisir, diklasifikasikan, dibandingkan, dan diinterpretasikan sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman. Pengertian yang terbentuk tergantung pada gambaran-gambaran lama yang sebelumnya telah dimiliki individu (disebut juga apersepsi).1. Penilaian atau evaluasi.Setelah terbentuk pengertian atau pemahaman, terjadilah penilaian dari individu. Individu membandingkan pengertian atau pemahaman baru tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama, karena itulah persepsi bersifat individual.Persepsi seseorang dapat diketahui setidaknya dari tiga indikator tersebut. Indikator-indikator tersebut dijadikan landasan bagi perumusan instrumen yang akan digunakan dalam pengambilan data penelitian ini. Dengan demikian akan diperoleh deskripsi persepsi guru dan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dan dapat dikategorikan ke dalam kategori positif dan negatif.6. Metode PemecahanMetode pemecahan masalah tersebut dibagi menjadi du tahap. Pertama, mengurai penyebab permasalahan rendahnya penyerapan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks. Hal ini bisa dilakukan dengan metode pengumpulan penyebaran angket untuk mengurai penyebab permasalahan dari persepsi siswa dan juga bisa dengan metode wawancara. Metode yang akan digunakan pada tahap ini adalah penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui persepsi siswa mengenai penyebab rendahnya penyerapan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks siswa SMP dan SMA. Penguraian penyebab permasalahan akan memudahkan untuk mencarikan jalan keluar solusi dari permasalahn tersebut. Kedua, mencarikan solusi dari permasalahan tersebut berdasarkan penyebab-penyebab yang telah diuraikan. Berbagai solusi tersebut ditawarkan pada sekolah yang dirasa mengalami permasalahan rendahnya tingkat penyerapan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks kurikulum 2013. Hal tersebut sekaligus sebagai ujicoba dari solusi yang ditawarkan apakah dapat menyelesaikan permasalahan atau tidak, atau bahkan malah menimbulkan permasalahan yang baru.

7. Rencana Implementasi Pemecahan ProblemaRencana implementasi pemecahan problema tidak terlepas dari rencana metode yang digunakan. Secara garis besar juga terdiri dari dua tahap. Tahap pertama penelitian persepsi siswa dimulai dengan kegiatan penyusunan indikator-indikator untuk kuesioner atau angket yang sekiranya dapat mengungkap akar permasalahan mengapa penyerapan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks kurikulum 2013 rendah. Selanjutnya adalah penyusunan angket apabila indikator yang diusulkan disetujui ahli. Langkah selanjutnya adalah menyebarkan angket kepada siswa SMA dan SMP yang terpilih menjadi sampel. Selanjutnya adalah langkah analisis data dari kuesioner yang sudah disebarkan. Langkah terakhir adalah pembahasan dari kuesioner tersebut, sekaligus menyimpulkan akar permasalahan rendahnya penyerapan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks kurikulum 2013.Tahap kedua yakni mencarikan solusi dari permasalahan rendahnya penyerapan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis tek kurikulum 2013 yang sudah disimpulkan akar permasalahannya. Langkah yang harus dilakukan pada tahap ini yakni mencarikan solusi-solusi dari permasalahan tersebut. Langkah selanjutnya adala menawarkan dan kalau perlu mengujicobakan solusi-solusi tersebut di lapangan. Supaya lebih jelas, berikut disajikan rencana jadwal kegiatan implementasi pemecahan problema.NoKegiatanWaktu

Tahap pertama: penelitian persepsi

1Penyusunan indikator-indikator angketApril 2015, Minggu pertama

2Konsultasi ahli indikator angketApril 2015, Minggu kedua

3Menyebarkan angket di lapangan (untuk siswa SMP dan SMA)April 2015, Minggu ketiga

4Analisis dataApril 2015, Minggu keempat

5Pembahasan dan penyimpulanMei 2015, Minggu pertama

Tahap kedua: pencarian solusi

1Mencarikan bebagai alternatif solusi problemaMei 2015, Minggu pertama

2Mengujicobakan solusi-solusi yang ditawarkan (kalau perlu)Mei 2015, Minggu kedua-ketiga

Penelitian ini diharapkan dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat waktu. Persiapan yang baik menjadi salah satu kunci keberhasilan penelitian ini. Perencanaan yang matang akan memudahkan pelaksanaan penelitian ini. Kemauan keras, faktor perizinan dan administrasi, serta dukungan pihak lain merupakan kunci lain keberhasilan dari penelitian ini nantinya. Selain itu juga perlu diwaspadai faktor-faktor yang dapat menghambat penelitian ini, diantaranya waktu yang sangat terbatas. Hal ini perlu diantisipasi karena waktu yang tersedia cukup singkat dan pendek. Faktor lainnya adalah perizinan dan administrasi yang cenderung memakan waktu lama (berbelit. Berdasarkan pengalaman yang lalu, waktu untuk meminta surat izin pengantar ke sekolah memakan waktu sampai 1 minggu. Hal ini tentu tidak efisien di antara waktu yang tersedia cukup sedikit. Faktor lain yang berpotensi menghambat adalah ketersediaan waktu ahli atau dosen pembimbing untuk konsultasi. Penelitian ini membutuhkan konsultasi dari ahli atau dosen pembimbing supaya menjadi penelitian yang valid dan reliabel sehingga ketepatan waktu penelitian juga aka bergantung pada pihak lain (ahli atau dosen pembimbing). Apabila semua faktor tersebut dapat di atasi dengan baik implementasi dari penelitian ini sangat berpotensi berhasil. Akan tetapi kalau ada yang tidak bisa di atasi dengan baik akan berpotensi menghambat keberhasilan dari penelitian ini.

Daftar RujukanBernhardt, Victoria L. 2012. Assessing Perceptions Using Education for the Future Questionnaires dalam http://eff.csuchico.edu diunduh pada 1 Desember 2014.Lie, Anita. 2012. Menyambut Kurikulum 2013. Kompas.http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/05/13070730/Menyambut.Kurikulum.2013. (online).Diakses pada 1 Desember 2014.Mahsun. 2013.Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Pendekatan Teks. Kompas Edu. 27 Februari 2013. http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/26/21303951/Pembelajaran.Bahasa.Indonesia.Menggunakan.Pendekatan.Teks. (online) Diakses pada tanggal 20 Desember 2014.Maryanto, dkk. 2013. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akedemik Kelas X. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.Putikadyanto, A.P.A. 2014. Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks pada Kurikulum 2013. Belum terbit.Priyatni, Endah Tri. 2014. Landasan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang: UM.Salinan Permendikbud No. 58 Tahun 2014 tentang Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah.Sufanti, Main. ____. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks: Belajar Dari Ohio Amerika Serikat. Jurnal. Surakarta: FKIP UMM.Slameto. 1998. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.