m46314 n6
DESCRIPTION
Tumijah adalah salah satu gambaran dari banyaknya Abg putri di indonesia yang masih mencari jati dirinya, apalagi di masa keemasannya yaitu putih abu-abu dimana sekarang banyak sekali tingkah laku yang menyimpang yang sering sekali disebut dengan istilah Abg gaul abis, cabe-cabean, kimcil matre dan gampangan. Tumijah tinggal bersama kedua orang tuanya diperkampungan Nawala. Dengan latar belakang ekonomi keluarga yang serba pas-pasan Tumijah selalu mendapatkan semua barang-barang mewah dengan caranya sendiri. Tumijah berubah total semenjak dia duduk dibangku Sekolah Menengah Atas 463 kota Magelang dan bertemu dengan kedua sahabatnya yang bernama Ayu dan Benu. Mereka bertiga memiliki sifat yang sama. Yaitu selalu malas untuk beribadah dan tidak suka dengan namanya aturan. Tumijah tidak pernah mau mendengar nasehat yang telah diberikan oleh kedua orang tuannya. Hingga akhirnya Tumijah semakin terjerumus dalam pergaulan yang salah. Tumijah dipindahkan secara paksa oleh kedua orang tuanya ke sekolah SMA yang ada asramanya, kedua orang tua Tumijah sangat berharap Tumijah menjadi anak yang baik dan rajin beribadah. Tapi kenyataannyapun meleset jauh dari harapan yang diinginkan oleh kedua orang tua Tumijah. Tumijah melarikan diri dari asrama sekolah dan tidak mau kembali lagi kerumahnya. Kedua orang tua Tumijahpun panik lalu mencari-cari Tumijah. Sampai-sampai menyebar foto Tumijah di seluruh tempat fasilitas umum yang ada di kota Magelang. Tidak membutuhkan waktu lama, Tumijah ternyata ditemukan oleh petugas sat pol pp saat sedang mengadakan razia pengemis dan gelandangan di perbatasan kota Magelang dan Temanggung. Tepatnya di depan Toko besi. Beruntung salah satu petugas sat pol PP melihat foto Tumijah yang disebar oleh kedua orang tua Tumijah. lalu Tumijah dibawa langsung menuju kerumahnya di perkampungan Nawala. Butuh waktu bagi Tumijah untuk berbicara apalagi menceritakan semua kejadian yang menimpanya saat kejadian di atas tandon air waktu itu kepada kedua orang tuanya. berhubung janin yang ada di dalam perut Tumijah semakin membesar, mau tidak mau, siap tidak siap. Akhirnya Tumijah menceritakan semua yang dia alami kepada kedua orang tuanya. Ayahnya Tumijah yang mendengar kabar tidak menyenangkan itu langsung mendadak kambuh sakit jantungnya, nafasnya terasa sesak lalu jatuh dipermukaan lantai dan saat itu juga Ayahnya Tumijah menghembuskan nafas terakhirnya.TRANSCRIPT
1
2
MAGELANG
SEJUTA CINTA
“Kisah penyesalan Tumijah di bangku SMA”
Penulis:
ANGGA PEBRIA WENDA MAHESTA
3
Sinopsis
Tumijah adalah salah satu gambaran dari banyaknya Abg putri di indonesia yang masih
mencari jati dirinya, apalagi di masa keemasannya yaitu putih abu-abu dimana sekarang
banyak sekali tingkah laku yang menyimpang yang sering sekali disebut dengan istilah Abg
gaul abis, cabe-cabean, kimcil matre dan gampangan. Tumijah tinggal bersama kedua orang
tuanya diperkampungan Nawala.
Dengan latar belakang ekonomi keluarga yang serba pas-pasan Tumijah selalu mendapatkan
semua barang-barang mewah dengan caranya sendiri. Tumijah berubah total semenjak dia
duduk dibangku Sekolah Menengah Atas 463 kota Magelang dan bertemu dengan kedua
sahabatnya yang bernama Ayu dan Benu. Mereka bertiga memiliki sifat yang sama. Yaitu
selalu malas untuk beribadah dan tidak suka dengan namanya aturan.
Tumijah tidak pernah mau mendengar nasehat yang telah diberikan oleh kedua orang
tuannya. Hingga akhirnya Tumijah semakin terjerumus dalam pergaulan yang salah. Tumijah
dipindahkan secara paksa oleh kedua orang tuanya ke sekolah SMA yang ada asramanya,
kedua orang tua Tumijah sangat berharap Tumijah menjadi anak yang baik dan rajin
beribadah. Tapi kenyataannyapun meleset jauh dari harapan yang diinginkan oleh kedua
orang tua Tumijah. Tumijah melarikan diri dari asrama sekolah dan tidak mau kembali lagi
kerumahnya.
Kedua orang tua Tumijahpun panik lalu mencari-cari Tumijah. Sampai-sampai menyebar
foto Tumijah di seluruh tempat fasilitas umum yang ada di kota Magelang. Tidak
membutuhkan waktu lama, Tumijah ternyata ditemukan oleh petugas sat pol pp saat sedang
mengadakan razia pengemis dan gelandangan di perbatasan kota Magelang dan Temanggung.
Tepatnya di depan Toko besi.
Beruntung salah satu petugas sat pol PP melihat foto Tumijah yang disebar oleh kedua orang
tua Tumijah. lalu Tumijah dibawa langsung menuju kerumahnya di perkampungan Nawala.
Butuh waktu bagi Tumijah untuk berbicara apalagi menceritakan semua kejadian yang
menimpanya saat kejadian di atas tandon air waktu itu kepada kedua orang tuanya.
berhubung janin yang ada di dalam perut Tumijah semakin membesar, mau tidak mau, siap
tidak siap. Akhirnya Tumijah menceritakan semua yang dia alami kepada kedua orang
tuanya.
Ayahnya Tumijah yang mendengar kabar tidak menyenangkan itu langsung mendadak
kambuh sakit jantungnya, nafasnya terasa sesak lalu jatuh dipermukaan lantai dan saat itu
juga Ayahnya Tumijah menghembuskan nafas terakhirnya.
4
Daftar isi
Prolog
Orakaruan
Putih Abu-abu
Langit Biru
Pilihan
Kaca yang retak
Dalam derai Hujan
Epilog
5
Prolog
Hujan deras berserta angin ribut menyapu seluruh jalanan kota Magelang, semua aktifitas
kota seperti lumpuh dengan sendirinya. Sekarang di pinggir jalan pahlawan hanya terlihat
pemandangan orang-orang yang sibuk meneduhkan dirinya dibawah langi-langit atap toko
yang terbuat dari besi ringan anti gempa dari serbuan tetesan hujan deras dan tiupan angin
ribut. Sementara itu di sebuah rumah sakit umum kota Magelang terdengar jelas suara
tangisan seorang bayi mungil berjenis kelamin perempuan.
“Suster bagaimana dengan anak saya?”
“Tenang bapak, anak bapak lahir dengan selamat. Silahkan Bapak menunggu diluar.”
Sekarang terlihat jelas dari raut wajah seorang Ayah yang menunjukkan rasa bahagianya
setelah mendengar kabar kelahiran anak putri pertamanya itu lahir ke bumi dengan selamat.
“Terimakasih TUHAN engkau sudah melancarkan proses kelahiran anak pertama kami”.
Sang istripun sekarang masih tergolek lemah tak berdaya memakai seragam putih-putih
diatas tempat tidur rumah sakit umum kota Magelang.
Setelah dua jam menunggu akhirnya seorang Ayah di perbolehkan menemui istrinya.
“Bu, anak kita sudah lahir dengan selamat”
“Mana Yah. Ibu ingin segera menggedong anak kita” tidak lama kemudian seorang suster
datang membawa bayi mungil lucu dan cantik dengan berat badan tiga kilo gram.
Sang istri tersenyum bahagia menggedong anak pertamanya, betapa bahagianya keluarga
kecil ini dengan kelahiran seorang anak putri yang memiliki paras wajah cantik sekali.
Keesokkan harinya sang Ayah berserta istri pun di perbolehkan pulang kerumahnya oleh
pihak rumah sakit umum. Mereka di sambut meriah oleh para tetangganya yang sudah
menunggu dari pagi kedatangan mereka.
Seorang anak putri yang cantik itu kini beranjak dewasa, hiperaktif dan memiliki rasa
keingintahuan yang sangat besar di tengah keluarga yang serba berkecukupan ini. Ibu dan
Ayahnya pun semakin hari semakin bertambah menyayanginya dan sangat memanjakan anak
putri semata wayangnya itu.
6
Orakaruan
Malam ini penuh bintang melingkupi seluruh sudut kota Magelang. Keindahan bintang di
langit mampu menghiasi dengan sangat sempurna, kian kelap-kelip sinar bintang seperti
memberikan sinyal harapan dan impian untuk para Abg jomblo yang sedang mencari cinta.
Sementara itu, kamar yang sangat sederhana, jauh dari kata modern ini, terlihat seorang Abg
putri yang sedang asik berdandan di depan kaca lemari pakaiannya yang sudah berumur dua
kali lipat dari usianya sekarang. Abg putri ini memiliki paras wajah cantik bersih natural
tanpa polesan make up sedikitpun, rambutnya pendek model blow seperti seorang polwan,
berwarna hitam pekat sebatas bahu dengan posisi poni lurus yang menjadi ciri khasnya
mampu menyempurnakan penampilannya malam ini.
Dia sekarang terlihat berbeda sekali dari malam sebelumnya, bahkan penampilannya malam
ini, bisa di katakan mengalahkan seorang miss indonesia. Bibir tipisnya dilapisi oleh lipstik
yang menempel pekat berwarna merah merona mengkilap jika terkena cahaya lampu dan
tidak lupa juga dia menyemprotkan setengah isi parfum bermerek kenzo daun hampir
keseluruh badannya. Padahal baru satu hari yang lalu dia membeli parfum kenzo daun kini
isinya tinggal setengah botol.
“Sudah wangi sekalikan aku malam ini” katanya sambil tersenyum manis ke arah kaca lemari
pakaiannya dan berputar-putar seperti seorang model majalah teka-teki silang.
Abg putri ini tiba-tiba melihat kebagian dadanya, ternyata dia sangat tidak percaya diri oleh
bentuk dadanya yang sangat besar. Padahal dia masih sangat muda sekali, baru saja duduk di
bangku sekolah menengah atas di kota Magelang. Tapi sudah memiliki bentuk dada seperti
orang dewasa pada umumnya.
Abg putri ini pun tidak kehabisan cara, kemudian dia mengganti bajunya dengan baju kemeja
kotak-kotak berwarna ungu milik bapaknya, yang berukuran L. Dan sekarang dia semakin
lebih percaya diri. Kini dia langsung berdiri mengenakan celana pendek hotpants berwarna
hitam favoritenya yang sengaja melihatkan dengkul bersih berserta kaki putih mulusnya,
malam ini dia hanya memakai sandal jepit swallow berwarna pink sebagai alas kakinya.
Walaupun sebenarnya penampilan Abg putri malam ini memang sangat nyeleneh, terlihat
sungguh aneh dari Abg putri pada umumnya, bagaimanapun juga dia sudah ditakdirkan
terlahir dengan raut wajah sangat cantik, sexy dan bohay sungguh menggoda, jadi tidak
masalah memakai pakaian apa saja, karena dia juga memiliki bentuk tubuh yang sangat ideal,
tidak kurus dan tidak gemuk dengan tinggi badan 167cm.
Maklum malam ini dia ingin pergi ke pasar malam, biasanya pasar malam di alun-alun kota
Magelang sangat meriah sekali, apalagi ada hiburan panggung music dangdutnya. Ditambah
kehadiran para Abg cowok di kota Magelang yang selalu tumpah ruah memenuhi area pasar
malam. Empat puluh persen malam ini dia bertekad akan mendapatkan seorang pacar ganteng
seperti Tom crush. Dia juga memiliki misi lainnya, dia ingin merubah jalan pemikiran para
Abg cowok ataupun remaja cowok yang selama ini kebanyakan hanya melihat cewek dari
fisik dan penampilannya saja.
7
“Astaga naga, serigala berbulu domba, menginjak tai kuda, sudah jam setengah sembilan,
mampus deh. Kenapa si Ayu dan Benu belum pada nongol-nongol juga ya.” gerutunya dalam
hati.
Sepuluh menit berlalu tiba-tiba terdengar jelas dikedua telinganya suara klakson motor yang
bunyinya sangat khusus dan sangat spesial sekali. Bisa jadi suara klakson motor yang satu ini
cuma satu-satunya yang ada di kota Magelang.
“TWEETT, tweeett, tweeeet, truuuuuweeettt.”
“Akhirnya mereka datang juga” katanya dengan raut wajah bahagia.
Dengan penuh semangat 65, Abg putri ini meninggalkan kamarnya dan bergegas menuruni
anak tangga yang terbuat dari kayu jati made in indonesia. Baru saja menyelesaikan
melangkahi anak tangga yang terakhir dengan kaki kananya.
“Tumijah, mau kemana kamu nduk?” tanya ibunya yang sejak tadi mengamati Tumijah
menuruni anak tangga. Tumijah langsung menoleh ke arah ibunya dan menghampiri ibunya.
“Hehehe ada ibuku yang paling cantik, baik hati dan tidak sombong sama anaknya. Biasa bu,
mau pergi sebentar.”
“Iya ibu tahu, kamu itu mau pergi kemana toh, wangi sekali dan sungguh aneh penampilanmu
malam ini??” ibunya Tumijah langsung melipat kedua tangannya kedepan sambil menatap
tajam ke arah kedua mata Tumijah. Ibunya Tumijah sudah sangat sering di bohongi oleh
Tumijah, kali ini Ibunya Tumijah tidak akan tertipu lagi oleh anak putri semata wayangnya
itu.
“Aku mau menghadiri acara ulang tahun temen sekelasku bu” jawab Tumijah yang sedang
berbohong tingkat dewa Amun. (Amun adalah Raja para dewa yang tak terkalahkan dari
mesir kuno).
“Kamu berbohong lagi ya Nduk?” (Nduk itu panggilan untuk anak cewek dalam bahasa
jawa, tapi khusus di cerita ini Nduk itu panggilan sayang ibu Soeparni kepada Tumijah.)
“Aku tidak bohong Bu, untuk apa aku bohong sama ibu” kedua mata Tumijah tampak
melotot lebar membalas tatapan mata ibunya.
“Terus kenapa baju kemeja kotak-kotak milik Ayahmu kamu pakai Nduk??. Kamu itu selalu
aneh-aneh saja dalam berpenampilan. Asal kamu tahu ya, Ibumu ini dulu, saat seusiamu itu,
ibu tidak pernah berpenampilan yang aneh-aneh seperti kamu. Berpenampilan itu harus biasa
aja, jangan neko-neko mengerti kamu Nduk. Berpenampilan kok seperti cowok saja.
Sekarang cepat kamu ganti pakaianmu sana, mau ditaruh mana muka Ibu dan Ayahmu ini
jika para tetangga melihatmu berpakaian seperti itu!!”
“Tapi Bu, aku ingin berpenampilan beda malam ini, Bu isi dalam undangan pesta temenku itu
sangat diwajibkan memakai baju yang berbeda dari sebelumnya. Please. Lagian aku juga
bosan berpenampilan feminim terus bu. Ini pesta yang istimewa loh bu sweet six teen year”
bela Tumijah dengan raut wajah melasnya. “Boleh ya Bu, soalnya kedua temenku sudah
menunggu dari tadi di depan rumah tuh, kalo enggak percaya lihat aja sendiri di depan
rumah, Bu nanti mereka malah kelamaan menungguku mengganti baju dan pesta ulang tahun
temenku keburu selesai bagaimana.” sambungnya lagi tanpa beban sedikitpun.
8
Ibunya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan terus bersusah payah untuk berpikiran
positif kepada Tumijah. Selama tiga menit Tumijah menunggu jawaban dari Ibunya, akhirnya
Ibunya pun memberi keputusan. “Baiklah, ingat kali ini ibu izinkan. Besok-besok jangan
kamu ulangi lagi ya berpenampilan seperti itu dan perlu kamu ingat juga. Jangan pulang
malam-malam. Kamu mengerti??. Nanti Ayahmu bisa marah besar melihatmu berpenampilan
seperti itu. Untung saja Bapakmu lagi pergi membeli gorengan. Datang ke pesta ulang tahun
kok berpenampilan seperti itu Nduk-nduk”
“Iya Bu, siiiap. Terimakasih ya Bu. Ah ibu ini tidak mengerti pesta ulang tahun anak muda
zaman sekarang sih, memang aneh-aneh pakaiannya Bu. Tinggal dulu ya Bu” Tumijah
langsung mencium pipi kiri dan pipi kanan ibunya.
“Hati-hati Nduk, jangan malam-malam.” Ibunya Tumijah menghela nafas lebih dalam lagi.
“Semoga Tumijah tidak berbohong lagi kepadaku” batin ibunya.
Abg putri ini kemudian pergi menemui kedua temannya Ayu dan Benu yang terlihat setia
menunggu di depan pintu rumahnya. Raut wajah Ayu dan Benu langsung terkejut ketika
melihat Tumijah.
“Gila-gila, gila. Sejak kapan kamu berpenampilan seperti itu, sudah ganteng banget seperti
cowok” tanya Ayu penuh heran.
“Wealah, buseeet deh, kamu itu walaupun berpenampilan yang aneh-aneh tapi tetap saja
kamu terlihat tambah cantik dan menggoda apalagi bagian itu-tu” kata Benu sambil melirik
dadanya Tumijah lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Please ya, kalian jangan banyak komentar malam ini, semoga saja aku mendapatkan seorang
pacar yang mukanya mirip Tom crush, kira-kira ada gak ya?”
“Kamu itu jangan banyak bermimpi Jah, mana mungkin di kota Magelang ini ada cowok
yang mukanya mirip Tom crush, yang ada mirip Tomi kurniawan itupun cuma KW empat.
Kamu mau??” Ayu berseru sangat heboh.
“Sudah-sudah, sama aku saja Jah, aku kan mirip Jacky chain pokoknya Tom Crush lewat
deh” Benu berkata dengan penuh percaya diri dan tersenyum manis di akhir kalimatnya.
“Enak saja!!” jawab Tumijah sambil menjitak kepala Benu. “Yu, lah motormu kemana??
terus aku naik apa?” sambungnya lagi.
“Oh iya motorku lagi dipakai oleh Mamaku Jah, jadi terpaksa deh cenglu malam ini?”
“Apa itu cenglu? bukannya cengga ya, bonceng tiga maksudku.” jawab Tumijah penuh
heboh.
“Sudah-sudah kalian berdua malah berdebat, ayo naik Jah, keburu bubar loh pasar malamnya.
Kamu mau, kita sampai sana cuma tersisa pemandangan para petugas memakai seragam
oranye yang sedang menjalankan tugasnya.” Benu langsung sibuk menyalakan motor RX-
Kingnya.
“Iya-iya cerewet banget sih kamu itu Nu. Lah kalian tidak bawa helm??”
“Hello. Capek deh. Jah-jah, hari gini kamu tanya helm, kamu itu seperti orang dari planet
Uptonus yang baru saja pindah di kota Magelang ini, sudah cepat buruan naik. Kamu itu
lama-lama nyebelin juga huh” raut wajah Ayu mulai terlihat sangat kesal.
9
“Santai guys, pokoknya kita happy-happy malam ini. Aku jamin deh.”
Tanpa membuang waktu lagi, Benu langsung menggeber sepeda motor RX-Kingnya yang
sejatinya dikatakan motor raja jalanan. Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya mereka
bertiga sampai juga di TKPPM (Tempat Kesenangan Pemuda-pemudi Magelang) lebih
tepatnya di alun-alun kota Magelang setiap malam minggu. Setelah sampai saat Benu sedang
memarkirkan sepeda motornya, Ayu dan Tumijah bukannya nungguin Benu, malah langsung
meninggalkan Benu sendirian di tempat parkir, mereka berdua dengan cepat menerobos
keramaian anak manusia yang tumpah ruah memadati seantero alun-alun kota Magelang.
“Wealah, dasar orang desa, tidak bisa melihat tempat hiburan. Main tinggal-tinggal
seenaknya saja, awas ya kalian berdua.” kata Benu dalam hati.
Suasana di alun-alun kota Magelang memang sangat meriah, apalagi yang menjadi ciri khas
pasar malam ini adalah dua buah lampu sorot berukuran sedang, berbentuk bulat yang sudah
di setting bergerak otomatis secara horizontal dan vertikal tertancap di permukaan tanah tepat
di tengah alun-alun kota Magelang, langsung menyinari langit-langit kota Magelang dengan
warna putih terang, ya seperti sedang memanggil sang Batman.
Ayu masih setia menemani Tumijah berkeliling mencari Abg cowok yang raut wajahnya
mirip Tom crush di pasar malam alun-alun kota Magelang ini. Satu persatu Tumijah melihat
lebih detail lagi setiap wajah Abg cowok yang ada disekitarnya ataupun yang berpapasan
dengannya. “Sumpah parah banget, jelek, biasa aja, muka tua, standar nasional indonesia,
imut, ndeso banget, ganteng tapi sudah ada ceweknya” gerutu Tumijah dalam hati.
“Piye jah, bagaimana sudah ketemu belum?? makannya kamu itu kalo dibilangin sama aku
gak usah ngeyel gitu toh, mana ada cowok Magelang yang mukanya mirip sama Tom crush,
mimpi kali ye. Sana pergi ke laut aje.”
“Rasah cerewet. Sabar Yu, kita kan belum keliling sampai ke ujung sana, mana tahu aja calon
pacarku berada disana sedang menantiku dengan membawa setangkai mawar merah, tenang
saja walaupun tidak ada yang mukanya mirip Tom crush, yang penting mukanya tidak
kelihatan desa banget deh” jawab Tumijah sambil terus berjalan sambil melototin kedua
matanya lebar-lebar tanpa berkedip.
“Hey Jah, kamu itu tidak boleh ngomong sembarangan, jangan salah loh, justru muka desa itu
penghasilannya kota, jangan salah kamu Jah”
“Hahahha, ada-ada saja kamu itu Yu. Iya-iya aku tahu, eh ternyata seleramu dalam memilih
cowok itu mukanya seperti yang desa-desa gitu ya? kok aku baru tahu hahaha”
“Ya enggak juga keles, tahu ah gelap. Mas bu lo, masalah buat lo.”
Banyak banget para Abg cowok yang terhipnotis melihat Tumijah, beberapa dari mereka ada
yang langsung terpana tidak mengedipkan matanya, ada yang menggeleng-gelengkan
kepalanya sambil bersiul-siul dan ada juga yang terang-terangan melihat ke arah dadanya
Tumijah. Meskipun sudah ditutupi oleh kemeja kotak-kotak milik bapaknya yang berukuran
L itu, tapi tetap saja ukuran yang besar menggantung kembar seperti empunya orang dewasa
itu tidak bisa disembunyikannya.
Dua Abg putri itu pun terus berkeliling mondar-mandir tidak jelas seperti setrikaan pakaian di
area pasar malam, sungguh suasana di alun-alun kota Magelang tampak sangat meriah sekali,
10
di tambah satu panggung besar khusus musik dangdut melengkapi kemeriahan pasar malam
ini.
Saat salah satu penyanyi dangdut wanita berbadan super duper gemuk sekali memakai
pakaian dangdut ngepres penuh blink-blink, gemulai, lihai dan lincah bergoyang sambil
menyanyikan sebuah lagu berjudul ayo joget, dentuman kendang dan bunyi suling pun
langsung menghentak kencang keseluruh jiwa-jiwa muda yang berada disekeliling pasar
malam. Sangat keras sekali. Hingga Ayu dan Tumijah pun tidak bisa menghindar untuk tidak
ikut serta di depan panggung music dangdut, larut dalam kegembiraan.
Tidak lama kemudian muncullah seorang Abg cowok dengan raut wajah tidak jelek-jelek
banget lumayan ganteng, tinggi berambut cepak dan langsung menghampiri Tumijah.
Sepertinya Abg cowok berambut cepak ini salah satu siswa dari Akademi militer kota
Magelang yang sedang menghabiskan hari libur di malam minggu sebelum besok sore balik
lagi ke asramanya.
“Hai mbak, boleh kenalan gak?? mbaknya mau gak joget bareng saya?” tanya Abg cowok
dengan raut wajah penuh pengharapan sekali supaya bisa berjoget bersama Tumijah.
Dengan cepat Tumijah melihat sang pemilik suara dengan raut wajah penasaran, walaupun
sedikit tidak jelas karena minimnya lampu penerangan disekitarnya, alhasil Tumijah
memastikannya sekali lagi, kalo sang pemilik suara Abg cowok tersebut memang ganteng
rupawan. Setelah yakin delapan puluh persen. Tumijah langsung salah tingkah, senyum-
senyum tidak jelas pertanda mau. Tumijah secara spontan menganggukkan kepalanya dua
kali, lampu hijau pun sudah diberikan oleh Tumijah. Abg cowok itu pun langsung
menggandeng tangan kanan Tumijah. Tidak lama kemudian keduanya terlihat sangat asik
sekali berjoget ria sambil berteriak mengikuti lirik lagu, pokoke joget, pokok e joget dan
kedua jempol tangan mereka berdua, kini juga ikut bergoyang mengarah ke atas langit-langit
kota Magelang.
Sesekali Tumijah berjoget sambil memandang raut wajah abg cowok berambut cepak
tersebut dengan senyum manis penuh unsur menggoda, menyadari Tumijah menyalakan
sinyal-sinyal ketertarikan dengannya, Abg cowok berambut cepak tersebut tidak menyia-
nyiakan peluang emas ini, dia langsung memeluk Tumijah dengan sangat erat dari arah
belakang. Sepertinya Tumijah dan Abg cowok tersebut sekarang mulai terbawa oleh suasana
dentuman irama music dangdut. Ayu yang berada tepat di samping Tumijah hanya bisa gigit
jari melihat mereka berdua berjoget sangat mesra seperti sepasang kekasih.
Dari kejauhan akhirnya Benu menemukan Ayu. Dan Tumijah yang sedang terlihat asik
berjoget mesra bersama cowok berambut cepak. Benu sadar tidak ingin mengganggu suasana
mesra temannya yang maha okay itu bersama Abg cowok berambut cepak tersebut. Alhasil
Benu hanya tersenyum saja melihat Tumijah.
“Hey Yu, bagus ya, main tinggal-tinggal aku sendirian ditempat parkir, andaikata kalo kalian
berdua hilang dan aku tidak bisa menemukan kalian bagaimana??, apa kalian mau pulang
jalan kaki kerumah masing-masing dan sampai rumah, kedua betis kalian berdua sudah
seperti pentungan pos ronda??” Benu melihatkan raut wajah sedikit kesal kepada Ayu.
“Apa Nu?. Kowe ki ngomong opo??. Aku tidak mendengarmu dengan jelas. Biasa toh
Tumijah, dia sudah tidak sabar lagi mencari gebetan baru yang mukanya mirip Tom crush.”
jawab Ayu sambil berteriak ketelinga kanan Benu.
11
“Tom crush-tom crush, parah bangetttt Yu, ini lebih mirip Tom and Jerry. Hahhaa” Benu
langsung ikut berjoget ria. “Siapa namanya cowok itu Yu?? kelihatannya cowok itu dari
akademi militer ya??” sambungnya lagi.
“Ora ngerti aku mas bro, aku tidak tahu, belum sempat berkenalan tadi. Terserah dia mau dari
mana kek, Akademi dangdut indonesia, atau dari Akademi penari indonesia yang penting
cowok itu lumayan ganteng dan sepertinya cocok sekali sama Tumijah” jawab Ayu sambil
berjoget model asoelole icik kiding ehem-ehem.
Lagu demi lagu telah terlewati, kali ini yang bergantian bernyanyi di atas panggung adalah
seorang cewek berkulit putih yang sangat super slim memakai rok mini yang terlihat sangat
sexy sekali apalagi dengan goyang halilintarnya berputar-putar kesana-kemari di dekat tiang
panggung sebelah kanan sambil membawakan sebuah lagu terdahsyat di zamannya waktu itu
lagu tersebut berjudul WAKUNCAR (Waktu Kunjung Pacar atau sering dipelesetkan oleh
anak muda zaman sekarang dengan istilah Waktu Kurung Pacar), yang sudah di remix
dangdut disco modern tahun dua ribuan dan langsung berkumandang bebas kepenjuru langit-
langit kota Magelang. Kali ini seluruh lampu sorot yang menempel menarik diatas tiang-tiang
panggung langsung menyala kelap-kelip berwarna warni berputar lebih cepat dari
sebelumnya.
Seluruh anak kecil, remaja tanggung dan Bapak-bapak pun jadi ikut serta merapat ke area
panggung musik dangdut. Tidak lama kemudian suasana sudah mulai tidak kondusif lagi,
joget pun yang tadinya sangat santai seperti di pantai, sekarang menjadi sangat bringas, botol-
botol aqua berukuran sedang sisa dari minuman tradisional ciu berterbangan bebas diikuti
oleh batu-batu gaib yang tidak tahu siapa yang melemparnya dan tidak hanya sampai disitu
saja, semuanya jadi saling senggol-senggolan hingga berakhir jotos-jotosan seperti cacing
gila yang sedang kepanasan.
Dengan cepat Polisi langsung turun mengamankan dan membubarkan secara paksa acara di
atas panggung dan dibawah panggung music dangdut tersebut, sampai-sampai para penyanyi
biduan wanita yang total berjumlah lima orang di angkut secara paksa oleh rombongan Polisi
wanita. Akhirnya Ayu, Benu, Tumijah dan Abg cowok berambut cepak tersebut menyingkir
dari area panggung music dangdut lalu merapat ke salah satu angkringan di alun-alun kota
Magelang.
“Mbak tidak apa-apa kan?” tanya Abg cowok berambut cepak sambil mengusap debu yang
menempel di raut wajah Tumijah memakai sehelai tisu yang dia ambil dari saku bajunya.
Maklum gara-gara rusuh nonton music dangdut semua debu yang berasal dari tanah alun-alun
pada naik ke atas semuanya, mau tidak mau wajah cantik Tumijah terkena sentuhan
kekasaran debu tanah alun-alun kota Magelang. Padahal tadi lagi asik-asiknya berjoget ria di
depan panggung. Kini terlihat jelas dari raut wajah Abg cowok tersebut, kalo dia sangat
menyesal sekali atas terjadinya keributan di area panggung music dangdut tersebut.
“Ora opo-opo mas, maksudku tidak apa-apa santai aja” kata Tumijah sambil tersenyum di
akhir kalimatnya. “Namamu siapa Mas?” sambungnya lagi.
“Lejimin Sutopo Giantra, panggil saja aku Lejimin” sambil mengulurkan tangan kanannya ke
arah Tumijah.
12
“Farisca Leumardani Tumijah, panggil saja TUMIJAH Mas” kata Tumijah penuh bohong
tingkat dewa Amun, padahal nama lengkapnya bukan itu. Nama lengkapnya Tumijah adalah
Tumijah Soekparni Mawarti. Tumijah langsung membalas uluran tangan Mas Lejimin.
“Jah kok aku tidak kamu kenalin sih sama Masnya??” Ayu mengedipkan mata kanannya ke
arah Tumijah dan langsung menyerobot tangan kanan Lejimn tanpa lampu hijau dari
Tumijah.
“Ayu Anawela Adinda Putri Sejahtera Sembada, panggil saja Ayu.” kata Ayu sambil
berbohong juga tingkat Magelang, padahal nama lengkap Ayu adalah Ayu Rahayu Sumantri
Raharjo.
“Lejimin”
“Kamu ini main nyerebot aja, seperti kereta api tanpa penumpang yang melaju cepat di atas
rel.” Tumijah berkata dengan raut wajah pura-pura sedikit kesal.
“Kamu tinggal dimana?” tanya lejimin.
“Perumahan Gladio” kata Tumijah penuh bohong, padahal Tumijah tinggal di daerah Nawala
dekat pinggir kali Tidar, sebuah perkampungan paling sederhana yang serba berkecukupan
dan sangat padat penduduknya. Hampir seluruh penduduknya bekerja sebagai buruh
bangunan, penjual ikan, penjual sayur, tukang becak dan hanya Pak RT dan Pak RW yang
bekerja sebagai PNS. Aktifitas Tumijah jika dia lagi baik moodnya untuk berbicara, pasti
setiap sore bergosip ria bersama tetangganya yang lagi asik mencuci pakaian kotor dipinggir
kali dekat rumahnya. “Kalo kamu mas?” sambungnya lagi.
“Kalo aku di perumahan Armada Estate, aku kebetulan lagi libur biasanya aku di mess
Akademi militer, jadi cuma sehari saja kalo dirumahku.”
“Weeee, benar kan cah militer iki, ngeri dab. Berarti sugih tenan (kaya banget) kamu mas
bisa tinggal disana?? maksudku kamu orang berada ya kok bisa tinggal di Armada estate.
Perkenalkan namaku Benu. Benu Suryo Diningratan” Benu berkata juga penuh bohong
tingkat dewa Amun. Sambil asik mengunyah tempe goreng di mulutnya. Padahal nama
lengkap Benu adalah Benu Chan Kabo Waljini.
“Huuust, kamu itu asal aja berbicaranya Nu” Ayu mencubit pelan pinggang Benu.
“Kapan-kapan aku boleh kan mengajak kamu jalan dek.” kata Lejimin kepada Tumijah
langsung to the point. Dia sudah mulai memanggil adek kepada Tumijah. Biasanya sih ada
maunya tidak sekedar jalan-jalan biasa tapi jalan-jalan luar biasa.
“Nomor hpmu berapa mas?” kata Tumijah yang tidak mau kalah to the point sama Lejimin
dan langsung merogoh handphonenya.
“Kok malah terbalik, umumnya kan cowok dulu yang nanyain nomor hp kepada cewek, ini
malah cewek dulu yang langsung menanyakan nomor hp kepada cowok” Ayu menggaruk-
garuk rambutnya terlihat sangat bingung sekali.
“Sudah-sudah, tidak usah kaget begitu Yu. Tumijahkan orangnya memang seperti itu. Aneh”
sahut Benu kali ini dia langsung menyambar cepat sate usus dengan tangan kanannya.
“Kalian itu ngomong apaan sih?? nanti malah Mas Lejimin ini tidak mau ngasih nomor hpnya
loh sama aku.” jawab Tumijah sambil terus setia tersenyum di akhir kalimatnya. Padahal
13
Tumijah tidak menanggapi serius keinginan Lejimin untuk jalan-jalan bersamanya entah
mengapa Tumijah tiba-tiba ilfeel ketika melihat Mas Lejimin mulai penuh maksud tertentu.
“0857473xxxx” kata Lejimin, dan Tumijah hanya berpura-pura mengetik nomor Lejimin di
layar hpnya.
Sementara itu suasana yang jauh berbeda terdapat di ruang tamu rumah Tumijah, Ayah dan
Ibunya sedang terlihat asik berbincang-bincang diruang tamu sambil menikmati tempe
goreng, tahu goreng, bakwan goreng, segelas kopi panas dan segelas teh hangat.
“Tumijah malam ini kemana ya Bu??. Kok dari tadi Ayah tidak melihatnya” kata Ayahnya
Tumijah sambil asik mengunyah bakwan goreng dan sebiji cabe rawit hijau.
“Katanya tadi Yah, dia menghadiri acara ulang tahun teman satu kelasnya.” Ibunya Tumijah
langsung menenggak teh hangat dari gelas kaca berukuran sedang bermotif bunga melati
berwarna merah.
“O begitu, tidak ke alun-alun kan Bu?, soalnya Ayah tadi barusan lewat sana, kelihatan ramai
sekali dan banyak polisinya Bu” Ayah Tumijah kini terlihat asik mengunyah bakwan goreng
dimulutnya.
“Tidak kesana kok Yah. Tenang saja” jawab ibunya Tumijah sambil tersenyum manis di
akhir kalimatnya.
“Bu, hari ini Tumijah tidak berbuat hal yang aneh-aneh lagi kan. Ayah takut putri kita satu-
satunya itu, membuat masalah lagi??”
“Hanya sedikit aneh saja Yah, tapi tidak menjadi masalah kok, sudah ibu nasehatin tadi.
Ayah tenang saja, ibu jamin tidak akan terjadi apa-apa dengan anak kita satu-satunya itu. Dia
juga sudah bertumbuh dewasa dan terlihat sangat cantik”
“Maksud Ibu apa, kok sedikit aneh?” kata Ayahnya Tumijah sambil menenggak setengah
segelas kopi hangat di akhir kalimatnya.
“Sepertinya dia sudah mulai mencari pacar Yah, tapi penampilannya itu, sangat aneh menurut
Ibu. Ibu takut tidak ada cowok yang suka sama anak kita, jika terus berpenampilan aneh
seperti cowok. Malah bisa jadi kebalikkannya Yah, banyak cewek yang suka sama dia.”
“Husst ibu ini aneh-aneh saja, mana mungkin seperti itu. Ayah setuju kalo anak kita sudah
beranjak dewasa. Seharusnya tidak apa-apa Bu, kalo anak kita mencari perhatian kepada
lawan jenisnya, apalagi memiliki seorang pacar. Ibu kan pintar berdandan, ajarin dong, anak
kita supaya terlihat cantik sekali seperti gadis desa pada umumnya, iya seperti ibunya dulu.
Saat pertama kali bertemu sama Ayah, masih ingatkan Bu?”
“Ayah ini bisa aja, sekarang ibu masih cantik kan?? apa sekarang ibu tidak terlihat cantik
lagi, gitu maksud Ayah?”
“Ya jelas dong, Ibu kan masih terlihat cantik sampai kapanpun dan dimanapun ibu berada,
ibu itu wanita tercantik dalam kehidupan Ayah. Pokoknya tidak ada yang lain di hati Ayah”
“Terimakasih ya Yah”
“Iya. Tapi tolong diingatkan lagi ya Bu kepada anak kita satu-satunya itu, berpakaian yang
sewajarnya saja jangan terlihat menggoda, apalagi sekarang budaya barat sudah banyak
14
meracuni generasi penerus bangsa, sudah masuk terlalu jauh ke dalam budaya kita bu. Ayah
tidak mau anak kita menjadi korban dan terbawa arus yang tidak benar, seperti pergaulan
bebas, memakai narkoba, mabok-mabokkan dan sex bebas. TUHAN pasti marah sekali sama
kita Bu jika anak kita berbuat dosa seperti itu. Ayah tidak bisa membayangkan jika TUHAN
sampai marah sama kita Bu.”
“Iya Yah, ibu sangat mengerti, mana mungkin ibu lupa sama amanat ayah yang satu itu??
sudah sering ibu jelaskan kepada anak kita Yah. Tenang saja.”
“Terimakasih ya Bu, Ibu ini memang istri Ayah yang paling pintar merawat anak dan
Ayahnya” Ayah Tumijah langsung memberikan kecupan manis di kening Ibu Tumijah dan
memeluk penuh rasa cinta dan kasih sayang.
“Ayah ini bisa saja berkata seperti itu, mulai deh ngegombalisme seperti dulu lagi. Ingat
umur loh Yah. Sudah sana istirahat dulu. Pasti Ayah lelah sekali kan, seharian tadi mencari
target setoran. Nanti biar ibu saja yang nungguin Tumijah pulang ya Yah.”
“Iya Bu, Ayah kecapean banget mencari penumpang hari ini, jangan lupa besok pagi kegereja
ya Bu, kalo bisa ajakin Tumijah untuk datang beribadah pagi jangan beribadah sore terus.
Ayah ingin melihat Tumijah beribadah pagi bersama kita dan banyak juga warga jemaat
gereja yang bertanya sama Ayah termasuk Pak pendeta, menanyakan Tumijah, kok Tumijah
tidak pernah kelihatan beribadah pagi??”
Ibunya Tumjah tampak tersenyum lepas di hadapan Ayahnya Tumijah, sebenarnya jauh dari
lubuk hatinya yang paling dalam, ibunya merasa sangat bersalah sekali tidak memberi tahu
hal apa yang sebenarnya terjadi di dalam diri Tumijah, anak putri semata wayangnya itu.
Kalo sempat Ayah Tumijah tahu, pasti akan marah besar kepada Tumijah dan
menghukumnya tanpa ampun.
Ayah Tumijah adalah seorang bapak yang sangat bertanggung jawab kepada keluarganya,
termasuk bersusah payah membanting tulang menjadi supir angkot untuk menghidupi
keluarganya dan membiayai sekolah Tumijah, walaupun penghasilannya tidak menentu setiap
harinya, itu semua serba berkecukupan. Ayah Tumijah memiliki sifat yang berdisplin tinggi,
jujur tidak suka berbuat yang aneh-aneh, rendah hati dan selalu menerapkan nilai-nilai
kehidupan budaya asli indonesia, khususnya budaya jawa kepada putri satu-satunya itu.
“Sabar ya Yah, Ibu tahu sebenarnya Ayah juga mengharapkan Tumijah lebih rajin lagi
beribadah pagi dan doa pagi bersama kita” ibunya Tumijah berkata dalam hati.
Ibunya Tumijah menyadari secara penuh, selain faktor perekonomian keluarga, faktor
pergaulan dan faktor pendidikan di sekolahan juga berpengaruh besar dalam tingkah laku
Tumijah sehari-hari. Ibunya Tumijah sudah sangat amat sering memberi nasehat kepada
Tumijah dan selalu saja masuk telinga kiri dan keluar ke telinga kanannya. Tumijah itu
sangat berbeda dari Abg putri pada umumnya.
Sangat sulit sekali untuk di atur dan selalu saja egois kepada ibunya. Dulu saat Tumijah
masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, dia sangat rajin beribadah, doa pagi, dan
mau membantu ibunya membersihkan rumah. Penampilannya juga biasa-biasa saja tidak ada
yang berubah. Semenjak dia mulai masuk sekolah menengah atas, Tumijah langsung berubah
total, seperti bukan Tumijah yang ibunya kenal. Sekarang cara berpakaian selalu yang aneh-
aneh, kadang tomboi, kadang sexy, kadang juga Feminim.
15
Tumijah juga selalu mempunyai banyak alasan yang membuatnya semakin menjadi-jadi,
contohnya saja, jika Tumijah menolak untuk tidak ikut doa pagi, dia selalu beralasan
mengantuk saat melakukan doa pagi, dan jika dia menolak untuk tidak beribadah pagi, dia
selalu beralasan sore hari pasti beribadah atau lebih parahnya lagi, Tumijah berkata. “Aku
sudah beribadah sendirian di dalam kamar.” Setiap malam Ibunya selalu berdoa dan tidak
bosan-bosannya meneteskan air mata untuk Tumijah.
Memang benar kalo Ibunya lebih sering bertemu Tumijah dari pada Ayahnya jika sudah
berada di dalam rumah. Karena Ayahnya Tumijah setiap hari senin sampai hari sabtu selalu
pulang sore hari, dan kalo sepi penumpang. Ayahnya Tumijah terpaksa pulang di atas jam
sepuluh malam. Jadi Ibunya Tumijah sangat merasakan dampak perubahan besar dari dalam
diri Tumijah anak semata wayangnya itu dari pada yang dirasakan Ayahnya Tumijah. Ya
selama ini Ibunya Tumijah tidak pernah mengeluh tentang Tumijah kepada Ayahnya
Tumijah.
Ayu dan Benu kedua temannya Tumijah itu, bertemu Tumijah saat awal pertama kali
menginjakkan kaki masuk sekolah menengah atas di SMA 463 kota Magelang. Mereka
bertiga sangat cocok satu sama lainnya, apalagi tentang banyak hal yang membuat mereka
merasa nyaman dan kompak selalu. Jadi mereka bertiga sampai sekarang selalu bersama.
Bisa dikatakan mereka bertiga ini, menjadi sahabat setia kemanapun dan kapapun mereka
berada selalu bertiga, kecuali kalo ada acara mendadak dan sakit.
Mereka bertiga juga memiliki sebuah gank. Nama gank mereka di sekolah adalah Orakaruan
dengan jumlah anggota pengikut sebanyak tiga puluh orang siswa. Tumijah menjabat sebagai
kepala gank Orakaruan, Ayu menjabat sebagai wakil kepala gank Orakaruan dan Benu
sebagai kordinator keamanan anggota Orakaruan. Walaupun Ayu memeluk agama Islam dan
Benu memeluk agama Thionghua. Sifat mereka bertiga pun tidak jauh berbeda, yaitu sangat-
sangat malas untuk beribadah, hobinya nongkrong, hura-hura, kesana-kesini, ketawa-ketiwi
tidak jelas sesuka hati mereka bertiga. Mereka bertiga juga memegang teguh prinsip mereka
yang sama intinya. “Masih muda hura-hura, sudah tua kaya dan bertobat, lalu mati masuk
surga”.
Orang tua Benu memiliki sebuah toko sembako tepatnya di daerah pecinan. Toko sembako
milik orang tua Benu hanya menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga, kedua orang
tua Benu sehari-hari cuma duduk berjualan di dalam tokonya ditemani dengan enam orang
pegawainya yang sering sibuk hilir mudik mengambil barang yang kurang. Benu bersama
kedua orang tuanya tinggal di daerah utara alun-alun kota Magelang tepatnya di
perkampungan domoyo yang sangat sempit, kumuh, kotor dan banyak pencopetnya, Benu
adalah anak terakhir dalam anggota keluarganya, kakak-kakaknya berjumlah dua orang laki-
laki sudah pada menikah semuanya, dan sekarang semuanya tinggal di kota Semarang.
Jadi cuma Benu sendiri yang sangat berkuasa di dalam rumahnya, karena kedua orang
tuannya amat sangat sibuk berjualan di dalam toko. Benu juga sangat jarang sekali
berkomunikasi bersama kedua orang tuanya, kalo tidak ada hal yang sangat penting seperti,
panggilan dari kepala sekolahnya karena telat membayar uang SPP, meminta uang jajan dan
uang bensin, mana mungkin Benu mau berbicara panjang lebar kepada kedua orang tuanya.
Lain halnya dengan kedua orang tua Ayu, keduanya sama-sama bekerja sebagai agent
asuransi di salah satu perusahaan ternama milik kanada yang membuka cabang di indonesia
khususnya di kota magelang. Kedua orang tua Ayu bekerja tanpa mengenal waktu, setiap jam
setiap hari jika bertemu sama siapa saja selalu memprospeknya dengan produk-produk
asuransi andalannya, seperti investasi, rawat inap dan perlindungan jiwa dengan jumlah
16
premi yang terjangkau, sangat murah sekali. Ayu hanya bertemu kedua orang tuanya di pagi
hari, itu pun di saat sarapan pagi sebelum semuanya beraktifitas. Dan Ayu sama seperti
Tumijah, anak satu-satunya dalam keluarganya. Ayu dan kedua orang tuanya tinggal di
perumahan majeing sebelah selatan dari alun-alun kota Magelang perumahan elite tersebut
memiliki tanah berukuran sedang yang diisi dua puluh warga saja. Kalo menurut status
perekonomian dalam keluarga masing-masing mereka bertiga, keluarga Benu dan Ayu cukup
beruntung karena kedua orang tua mereka sama-sama bekerja semuanya. Dari pada
perekonomian keluarganya Tumijah, hanya Ayahnya saja yang bekerja sebagai sopir angkot,
ibunya Tumijah cuma bekerja dirumah saja sebagai ibu rumah tangga yang baik hati.
Sementara itu Ayu, Benu, Tumijah dan Lejimin. Sedang sangat asik menyantap nasi kucing,
sate keong, sate usus ayam, gorengan tahu, tempe goreng, tahu isi dan minuman es teh di
angkringan. Dan Pembicaraan mereka sekarang mulai seru kesana-kemari.
“Kamu anak keberapa sih Mas?? tanya Tumijah kepada Lejimin sambil menikmati nasi
kucing.
“Aku anak ketiga dari lima bersaudara, kalo kamu dek?? oiya kamu masih sekolah ya?”
“Kalo aku dari dua bersaudara, hah apa?? aku sudah enggak sekolah kok Mas, maksudku aku
sekarang kuliah semester dua, kenapa Mas?? kelihatan seperti anak SMA ya.” jawab Tumijah
dengan penuh percaya diri untuk berbohong tingkat dewa Amun, padahal Tumijah anak
semata wayang di dalam keluarganya, dia juga baru duduk di bangku sekolah menengah atas
di kelas sepuluh G SMA 463 kota Magelang. Ayu dan Benu hanya ketawa-ketiwi kecil
mendengar Tumijah berkata bohong seperti itu kepada Mas Lejimin. Sekarang Ayu dan Benu
terlihat asik menikmati dua sate keong, empat nasi kucing dan dua gelas yang berisi es teh.
Alhasil tidak lama kemudian setelah perut mereka bertiga Tumijah, Benu dan Ayu, merasa
kenyang sekali gara-gara selesai melahap puas seluruh nasi kucing, sate keong, sate usus, dan
gorengan di meja angkringan bertenda oranye ini. Mereka langsung buru-buru mau pulang.
“Wealah, wedus tenan. Wedus gembel, wedus balap dan segala ras wedus pokoknya. Waduh
aku lupa bawa uang e mbak bro” Benu berkata penuh bohong sambil melirik Tumijah lalu
memukul-mukul pelan jidatnya memakai telapak tangan kanannya, supaya tambah
meyakinkan Lejimin. Padahal Benu, Ayu dan Tumijah selalu membawa dompet di dalam
saku celananya masing-masing.
“Kamu itu gimana sih, katanya tadi bawa uang, kalo sudah seperti ini siapa yang akan
membayar kita makan.” Tumijah berseru sambil tersenyum ke arah Ayu tanpa sepengetahuan
Mas Lejimin.
“Iya nih, koe ki ora modal tenan. Kamu itu cuma modal motor Rx-king butut saja huh.” kata
Ayu, yang ikut-ikutan heboh menceramahi Benu, padahal semuanya sudah di setting sama
mereka bertiga Tumijah, Ayu dan Benu. Lejimin yang melihat situasi seperti ini langsung
bingung dan dengan cepat segera merogoh dompetnya.
“Tenang semuanya, nanti biar aku yang bayar semuannya, pokoknya tenang saja” kata
Lejimin dengan tegas tanpa ekspresi.
“Aduh kamu baik sekali mas, Jah ternyata mas Lejimin ini sangat baik hati loh, sudah
ganteng dan tidak pelit, padahal baru saja bertemu sama kamu loh Jah” kata Ayu dan Benu
bersamaan.
17
“Terimakasih ya mas Lejimin” Tumijah mengedipkan matanya sebelah kanan. Siapa yang
tidak tergoda dengan kedipan mata Tumijah yang sangat menggoda seperti itu. Apalagi
Tumijah juga melihatkan senyum terbaiknya.
“Iya tidak apa-apa, santai aja” pandangan mata lejimin yang tadi ke arah wajah Tumijah
sekarang berubah ke arah isi dompetnya. Padahal isi dompet Lejimin tinggal dua puluh dua
ribu lima ratus rupiah saja.
“Maaf ya mas Lejimin, kita bertiga pulang duluan” kata Benu yang dengan cepat mengambil
motornya di parkiran, dan sekarang sudah sibuk mendorong motor Rx-kingnya ke samping
angkringan.
Benu kemudian menyalakan motor Rx-kingnya, Ayu dan Tumijah yang sudah terlihat duduk
manis di belakang Benu, lalu bersamaan melambaikan tangan kanannya kepada Lejimin.
“Dada mas Lejimin, sampai berjumpa kembali, terimakasih ya Mas” kata Ayu dan Tumijah
sambil tersenyum manis di akhir kalimatnya.
Dalam hitungan detik mereka bertiga langsung menghilang hanya meninggalkan sisa asap
yang keluar dari kenalpot motor Benu. Lejimin pun sekarang terlihat panik, sangat bingung
sekali dan berusaha berpikir keras untuk membayar makanan dan minuman yang total
semuanya menjadi enam puluh delapan ribu rupiah. Lejimin akhirnya meninggalkan KTPnya
di angkringan tersebut. “Sial banget malam ini, giliran ketemu kimcil cantik, montok dan
menggoda, tapi sayang makannya sangat rakus sekali di tambah kedua temannya juga sama
saja, ya tidak apa-apa yang penting aku sudah mendapatkan nomor hpnya, hahahaha, yes,
yess, yess”. Lejimin langsung merogoh hpnya, saat Lejimin mencari nomor hp Tumijah.
“SIIIAL, aku kan yang memberi nomor hpku sama dia, bukan dia yang memberikan nomor
hpnya kepadaku.”
Saat diatas motor, mereka bertiga ketawa-ketiwi dan tidak habis-habisnya membicarakan mas
Lejimin.
“Gila ya kita Jah. Ternyata cowok macho seperti mas Lejimin tadi, kita kerjain.” kata Ayu.
“Padahal dia dari akademi militer loh. Aku kira dia orangnya galak ternyata hatinya mellow
seperti hello kityy dan gampang di tipu seperti anak kecil. Untung saja kamu tidak benar-
benar menyukainya Jah” Benu berkata sambil konsentrasi mengendarai motor RX-Kingnya.
“Hahahha kalian itu, seperti tidak tahu aku saja. Yang pentingkan malam ini kita semua
senang-senang bareng, have fun bareng dan makan gratis bareng di angkringan alun-alun
kota Magelang sejuta cinta kan, eh salah, sejuta bunga.” jawab Tumijah penuh heboh.
“Iya-iya, sejuta bunga, tapi kamu itu lebih cocok jadi bunga bangkainya aja Jah. Hahahaha
bercanda loh. Terus gagal dong kamu mencari cowok yang mirip Tom crush.” kata Ayu
penuh bercanda.
“Siiialan kamu Yu. Besok kan masih ada waktu kayak gak ada hari lainnya saja, lagian kalian
juga masih jomblo akut tingkat kota Magelang sejuta cinta. Curang dong namanya kalo aku
nyuri start duluan yang mendapatkan seorang pacar hehehehe.”
“Kalo aku sih tidak terlalau mikirin pacaran dulu Jah, yang penting have fun bareng aja aku
sudah sangat gembira sekali, lagian juga untuk apa pacaran di masa sekolah, tidak ada
enaknya, yang ada habis-habisin pulsa doang sama ngepelin rumah orang” Benu berkata
penuh antusias.
18
“Ngapelin Benu, bukan ngepelin. Yapps tumben nih kamu berbicara pakai otak kecilmu itu
Nu. Biasanya kamu kan kalo berbicara asal ceplas ceplos saja tanpa dipikir terlebih dahulu”
sambung Ayu.
“Hahahahhaha” Ayu, Benu dan Tumijah tertawa lepas di sepanjang jalan menuju ke
rumahnya Tumijah.
Tidak lama kemudian Tumijah sampai di depan rumahnya, untung saja motor Benu sudah di
matikan, jika masih dalam keadaan menyala, bisa pada bangun seluruh warga nawala tempat
Tumijah tinggal termasuk kedua orang tuanya Tumijah.
“Jah kita berdua langsung cabut ya, sampai berjumpa besok mbak bro” kata Benu.
“Okay friend, pastinya”
Ayu dan Benu langsung pergi meninggalkan Tumijah dengan mendorong motor sampai ke
ujung gang lalu menyalakan motornya kembali.
Untung saja perkampungan Nawala tempat Tumijah tinggal, sudah jarang sekali di adakan
jaga malam di pos ronda, jadi Tumijah bisa leluasa sesuka hati keluar masuk gang di malam
hari tanpa ada seorang pun yang menegurnya. Maklum suasana di perkampungan Nawala
kalo sudah di atas jam sembilan malam terlihat sangat sepi sekali seperti di kuburan, padahal
kan, warganya sangat padat. Walaupun kalo ada yang jaga malam, paling-paling para pemuda
tanggung pengangguran berat yang sibuk berjudi main empat satu sambil minum ciu di pos
ronda yang terletak enam rumah dari rumahnya Tumijah ke arah utara.
Tumijah langsung menelusuri kondisi rumahnya yang sudah terlihat sangat sepi sekali. Hanya
terdengar suara jangkrik dan kodok saja.
“Damn!!, ini rumah sepi amat ya, kayak dikuburan, ih mengerikan, tidak ada tanda-tanda
kehidupan lagi, untung saja aku sudah membawa kunci duplikat pintu rumah. Sebenarnya sih
bisa lewat jendela kamarku dengan memanjat pohon jambu di samping rumah, tapi aku kan
bawa kunci duplikat, buat apa aku repot-repot memanjat pohon jambu. Huufttts pasti aman
deh lewat pintu depan. Lagian Ayah dan Ibuku juga sudah pada tertidur pulas jam segini.”
kata Tumijah dalam hati.
Tumijah diam-diam membuka pintu depan dengan kunci duplikatnya, dia tidak menyadari
kalo ibunya tertidur diruang tamu gara-gara menunggunya pulang, dengan raut wajah tanpa
beban sedikitpun, dia perlahan masuk sangat bebas, bergerak cepat dan langsung melesat naik
ke atas menuju kamarnya.
“Huffs aman, aman” Tumijah langsung mengunci rapat kamarnya.
Beru beberapa langkah menuju tempat tidur. Tiba-tiba hpnya Tumijah langsung berbunyi.
“Buset, untung saja aku sudah di kamar, siapa sih yang sms malam-malam gini. Kurang
kerjaan saja.” kata Tumijah dalam hati.
Dari: AYU wakil orakaruan
“Jah jangan lupa, agenda kita besok pagi jam sepuluhan ya, biasa cuci mata di mall artos,
okay Jah. Besok pagi Aku dan Benu akan menjemputmu.”
Tumijah:
19
“Hampir saja aku ketahuan sama orang rumah, gara-gara sms mu Yu, Iya-iya. Di atur saja
besok.”
Jam yang tergantung menarik di belakang pintu kamar Tumijah sudah menunjukkan pukul
dua belas malam lewat tiga puluh menit. Tumijah bukannya langsung tidur sekarang terlihat
asik merokok di dekat mulut jendela kamarnya, sambil asik memandang keluar menikmati
langit-langit malam penuh bintang, semilir angin malam dan bunyi alami aliran deras sungai
tidar di samping belakang rumahnya, padahal besok pagi kan dia sudah harus beribadah ke
gereja. Abg putri yang satu ini sungguh keterlaluan. Sebenarnya juga tidak baik bagi seorang
wanita mengkonsumsi rokok, tidak ada manfaatnya dan jika diteruskan akan banyak resiko
penyakit yang akan di menghampirinya seperti kanker rahim, jantung, hingga kanker paru-
paru.
***
Matahari sudah berdiri tegap di atas langit biru tua dan langsung tersenyum manis kepada
setiap anak manusia yang bangun lebih siang. Sinarnya pun segera menerobos masuk ke
celah-celah lubang angin kamar Tumijah. Jam yang tergantung unik di belakang pintu kamar
Tumijah sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi lewat lima belas menit. Abg putri yang satu
ini masih terlihat tertidur pulas sampai-sampai dibantalnya membentuk sebuah gambar peta
pulau kalimantan dengan air liurnya. Kemudian dalam hitungan detik, pintu kamar Tumijah
langsung di gedor-gedor oleh ibunya.
“TUMIJAH!!. Bangun nduk, sudah jam berapa ini, cepat buka pintu kamarmu.” teriak ibunya
Tumijah dari balik pintu kamar dengan raut wajah sangat kesal sekali.
“Arrrrgggkkkhh, hhooaam, nyam-nyam-nyam pagi-pagi sudah menggangguku. Tidak tahu
apa orang sedang asik tidur. Dasar orang tua.” kata Tumijah dalam hati. “Iya, Bu, tunggu
sebentar.” sahut Tumijah dan langsung mengolet indah di tempat tidurnya.
“Kamu ini sudah tidak kegereja, bangun siang dan sungguh pemalas. Mau jadi apa kamu
besok!! cepat buka pintunya sekarang.”
Tidak lama kemudian Tumijah membukakan pintu kamarnya.
“Kenapa lagi bu, Ibu ini pagi-pagi sudah marah-marah, nanti cepat tua loh. aku ke gerejanya
kan nanti sore.” kata Tumijah tanpa rasa bersalah sedikitpun di hadapan ibunya, sambil
mengucek-ngucek kedua matanya yang masih di penuhi oleh kerak belek yang mengerikan.
“Ibu sudah bosan melihat tingkah lakumu seperti ini terus, hari ini kamu harus bersihin
rumah dan cuci semua pakaian kotormu, ibu tidak akan mencuci pakaianmu lagi mulai hari
ini. Kamu mengerti!!. Semalam kamu pulang jam berapa?? ibu sudah bilang kan sama kamu
jangan pulang malam-malam.” Ibunya Tumijah berkata dengan raut wajah berwarna merah
membara penuh kesal sampai-sampai pandangan matanya mulai meruncing tidak berkedip
sedikitpun kepada Tumijah.
“Pulang jam sepuluhan Bu tadi malam, aku kan sudah bilang dan minta izin sama ibu, kalo
aku mau menghadiri pesta ulang tahun temen sekelasku” jawab Tumijah sambil menggaruk-
garuk rambutnya.
20
“Ingat ya jangan pernah berbohong lagi sama ibu!!. Ayo ngaku sama ibu, kamu pulang jam
berapa tadi malam?” tanya ibunya lagi semakin bertambah emosi lalu melipat kedua
tangannya ke depan.
“Tumijah tidak pernah bohong sama ibu, jam sepuluh malam Tumijah sampai rumah kok Bu”
“Jam sepuluh malam dari hongkong?? sebelum ibu ketiduran diruang tamu, Ibu melihat jam
di dinding kamar ibu sudah menunjukkan jam sebelas malam lewat lima belas menit. Dan ibu
langsung naik menuju kamarmu, pintu kamarmu saja dalam keadaan terbuka lebar, kamu
tidak ada di dalam kamar. Kamu masih bisa berbohong lagi sama ibu, Iya!!. Hari ini kamu
tidak mendapat uang jajan dan tidak boleh keluar kamar kecuali mencuci pakaianmu di kali
dan pergi kegereja. Kamu mengerti!!. Sini Hp mu?. Hpmu juga ibu sita. Besok ibu kasih
lagi.”
“Hpku jangan disita dong Bu, ini kan hari Minggu Bu, Tumijah mau jalan-jalan ke mall
artos.” kata Tumijah dengan raut wajah penuh rasa kecewa.
“Kamu ini berani membantah ibu lagi!!. Pokoknya kamu tidak boleh keluar rumah titik!!
Selain pergi kegereja dan mencuci pakaianmu, kamu hari minggu malah ingin pergi ke mall
artos bukannya ingin ke pergi gereja. Zaman ini sudah semakin edan, nduk-nduk tobat nduk,
kamu itu sudah beranjak dewasa mau jadi apa kamu besok itu nduk. Jika sikapmu seperti ini
terus.” kata ibunya dengan suara sangat parau sambil meneteskan air mata dan langsung
meninggalkan Tumijah.
Dengan penuh rasa kecewa Tumijah langsung membanting pintu kamarnya sangat keras
sekali. Sampai-sampai jam yang tergantung di balik pintu kamarnya terjatuh di atas lantai.
Lalu dia kembali merobohkan badannya di atas tempat tidur sambil memandang langit-langit
kamarnya yang terbuat dari bambu. “Ibuku itu memang sangat menyebalkan sekali. Cuma
gara-gara keluar rumah sampai malam saja. Aku mendapat hukuman membersihkan rumah
dan mulai hari ini mencuci pakaian kotorku sendiri. Aduh aku tidak bisa membayangkan jari
jemariku yang lentik putih bersih ini menjadi keriting jika melakukan itu semua. Di tambah
lagi hpku juga ikut disita hari ini. Huh sial, dasar ibuku itu sangat tidak mengerti anaknya.”
Gerutu Tumijah dalam hati.
Menurut Tumijah hukuman kali ini sungguh amat sangat mengecewakan. Apalagi Tumijah
tidak dapat pergi cuci mata bersama Ayu dan Benu di dalam mall artos. Tumijah masih setia
termenung memandang langit-langit kamarnya dengan penuh rasa galau tingkat kota
Magelang. Tidak terasa waktu pun berlalu dengan cepat, kini sudah menunjukkan pukul
sepuluh lewat tiga pulu menit. Suara klakson motor Benu yang khas, terdengar jelas di kedua
telinga Tumijah.
“Tweeeet. Tweeett. Tweeeett.. Twreeeeeeet.” suara klakson motor RX-King yang sudah di
modifikasi.
“Damn!. Siiiiiaall!!. Aduh. Minta ampun deh kalo caranya seperti ini. Aku tidak bisa keluar
rumah. Ibuku memang tega banget sama anaknya sendiri” Gerutu Tumijah dalam hati.
Sambil melihat keluar jendela kamarnya memandang Ayu dan Benu yang sudah sampai di
depan rumahnya.
“Woi Jah, jadi pergi ke mall artos gak?? jangan lama-lama ya dandannya.” Ayu berteriak di
depan pintu rumah Tumijah tanpa melihat ke atas kamar Tumijah. Ayu dan Benu tidak tahu
kalo Tumijah hari ini sedang di hukum oleh ibunya.
21
“Huh. Lama banget sih Tumijah keluar.” kata Benu sambil menggeber-geber motornya dua
kali.
Tumijah hanya bisa memandang kedua temannya dari dalam jendela kamar, ingin sekali
berteriak tapi mulut Tumijah seperti terkunci rapat dengan sendirinya tanpa diminta.
Tidak lama kemudian ibunya Tumijah keluar dari rumah.
“Tumijah hari ini lagi ibu hukum, dan tidak boleh kemana-mana, kalian kalo bertamu
kerumah orang tolong sopan sedikit ya. Motor kalian masih dalam keadaan menyala dan
berteriak-teiak di depan rumah orang, apa di sekolah kalian tidak pernah di ajarkan sopan
santun?” Ibunya Tumijah berkata dengan raut wajah penuh emosi.
“Yu, kabur Yu, ada mak lampir lagi marah-marah nanti kita di makan loh, ih sungguh
mengerikan” Benu langsung gaspol meninggalkan rumah Tumijah.
“Woi Nu, tunggu, main tinggal-tinggal aja.” Ayu berusaha menghidupkan motor maticnya.
“Hufffts pakai acara macet segala” sambungnya lagi sambil berlari mendorong motornya ke
ujung gang.
Motor matic Ayu akhirnya bisa nyala juga setelah beberapa kali di engkol pakai kaki di ujung
gang dekat rumah Tumijah. Tumijah hanya bisa gigit jari melihat teman-temannya pergi
meninggalkannya dari dalam jendela kamar. “Gagal total acaraku hari ini ke mall artos.”
gerutu Tumijah dalam hati sambil menghela nafas lebih dalam lagi.
“Tumijah cepat turun!!. Segera ambil sapu dan bersihkan rumah ini, jangan lupa cuci pakaian
kotormu, awas kalo tidak bersih. Ibu akan mengecek pakaianmu setengah jam lagi!!” suara
ibunya Tumijah terdengar sangat jelas sekali di kedua telinga Tumijah. Padahal ibunya
berada di dalam dapur sedang bersiap-siap untuk memasak.
“Iya Bu, iya Tumijah turun sebentar lagi, bawel banget jadi orang tua!!.” Tumijah berteriak
membalas suara ibunya.
Akhirnya Tumijah terpaksa menyapu seluruh sudut ruangan di dalam rumahnya dengan raut
wajah sangat cemberut, sesekali dia mengejek ibunya dari belakang yang lagi asik memasak.
Sesudah urusan di dalam rumah selesai dikerjakan, Tumijah mengambil dua ember besar
yang berisi pakaian kotor miliknya. Lalu melangkahkan kakinya menuju kali disamping
rumahnya. Sambil mencuci pakaian Tumijah membayangkan kedua sahabatnya Ayu dan
Benu yang sedang bersenang-senang di dalam mall artos. Menurutnya Ayu dan Benu sangat
beruntung sekali memiliki orang tua yang tidak cerewet dan pemarah seperti ibunya.
“Aduh ternyata ribet sekali mencuci pakaian ini, tidak semudah yang aku bayangkan. Jari-
jariku sudah sangat keriting di tambah lagi harus berendam dengan air deterjen, yang lama
kelamaan membuat tanganku menjadi gatal-gatal. Seandainya saja aku dilahirkan menjadi
seorang putri presiden. Pasti tinggal tunjuk sana-sini dan keinginanku semuanya langsung
terwujud, nasib-nasib jadi putri satu-satunya Pak Bejo dan Bu Soeparni. Enaknya habis
selesai mencuci pakaian aku melakukan apa ya, mau datang kegereja nanti sore, malasnya
minta ampun, bahkan aku sudah lupa jalan menuju ke gerejaku. Apalagi ini kan hari minggu
masak aku di kamar seharian?. Apa kata dunia.”
Tumijah berpikir keras mencari kegilaan apa yang sangat mengasikkan di dalam kamarnya,
sambil terus menjemur semua pakaiannya satu persatu di sebuah tali rafia berwarna biru yang
tergantung memajang rapi di belakang rumahnya. Alhasil Tumijah mendapatkan ide gila
22
yang menurutnya sangat mengasikkan, dia langsung masuk ke dalam kamarnya mengacak-
acak semua isi laci lemari pakiannya demi mencari sebuah ketapel yang dulu sempat dia buat
saat masih duduk di bangku sekolah pertama.
“Yess. Yes. Yess. Akhirnya aku menemukanmu, aku bahagia sekali bisa beraksi dengan
ketapel ini” Tumijah berseru dalam hati sambil tersenyum lebar.
Tumijah dengan cepat membuka lebar kedua jendela kamar yang mengarah kedepan
rumahnya. Dia langsung turun ke bawah menuju kali, sibuk mencari batu kerikil sebagai
amunisinya lalu kembali lagi kedalam kamarnya dengan membawa dua ember penuh batu
kerikil. Ibunya Tumijahpun tidak mengetahui hal apa yang sedang dilakukan oleh putri satu-
satunya itu.
Alhasil tak terhindarkan lagi dari pejalan kaki, tukang ojek, tukang becak dan tukang sayur
menjadi sasaran empuk ketapel milik Tumijah. Jika ada orang yang tiba-tiba melihatnya di
dalam kamar. Tumijah langsung menunduk bersembunyi di balik jendela kamarnya, ketika
situasi sudah aman kembali menurut Tumijah. Tumijah langsung beraksi lagi. Dasar tingkah
laku Abg putri yang satu ini memang tidak pantas untuk di contoh.
“Hahahha, tidak sia-sia waktu pelajaran SMP dulu membuat permainan tradisional, dan
terciptalah ketapel ini. Ternyata aku baru menyadari fungsi ketapel ini yang sebenarnya buat
apa” Tumijah masih setia berdiri di dekat jendela kamarnya sambil terus mengusili setiap
orang yang lewat di depan rumahnya.
Jalan pikiran Abg putri ini memang sangat-sangat sempit dan sama sekali tidak terpuji untuk
di contoh. Tanpa dia sadari, dia sedang terbawa suasana alam bawah sadarnya. Hal yang
dilakukan Tumijah dapat merugikan orang lain. Tumijah bukannya berhenti malah semakin
menjadi-jadi asik mengusili setiap orang yang lewat di depan rumahnya.
“Aduh” kata seorang bapak pejalan kaki.
“Bajingan, sopo ki sing dolanan watu” umpat mas tukang sayur sambil terus mendorong
gerobaknya.
“Wuuasssu. Diancuk” Mas tukang bakso berseru kencang sambil melintas di depan rumah
Tumijah.
Sementara itu Ayu dan Benu ketawa-ketiwi di dalam mall artos sambil menikmati cappucino
es.
“Yu, kira-kira Tumijah di rumah lagi ngapain ya?? aku khwatir sama dia dan merasa ada
yang kurang juga. Sepi gak ada dia.” Benu dan Tumijah langsung duduk di depan counter
buku sambil asik mengobrol membicarakan tentang Tumijah.
“Bener banget Nu, Tumijah pakai acara di hukum segala, biasanya kan heboh banget kalo ada
dia di dalam mall ini, pasti para cowok-cowok keranjang juga tidak bosan-bosannya
memandang dia yang maha montok dan maha sempurna itu, terus biasanya kalo ada dia, kita
pasti makan dan minum geratiskan”
“Iya. Semoga saja dia betah dirumah, kalo aku Yu, seharian tidak keluar rumah pasti bisa
depresi berat, seberat dua puluh ton truk isi pasir yang tiba-tiba menghantam kepalaku.”
“Kalo untuk saat ini, aku juga sama seperti kamu Nu, bisa depresi berat dikurung di dalam
rumah seharian, tapi gak seberat truk pasir yang menghantam kepalamu itu, terlalu lebay
23
dot.com menurutku, dan aku pernah mengalami hal yang sama juga seperti yang di alami
Tumijah waktu masih duduk di bangku sekolah menengah pertamaku, tapi aku enjoy aja tuh
di dalam rumah karena seharian sibuk bermain bersama boneka-boneka barby yang sangat
lucu sekali di dalam kamarku.”
“Kalo kamu sih enak Yu, lah kalo Tumijah bagaimana??” kata Benu sambil menengguk habis
minumannya.
“Iya sih, tapi kan dia selalu memiliki semua barang keinginannya apapun itu walaupun
ekonomi keluarganya serba berkecukupan”
“Sudahlah. Untung saja sekarang kedua orang tua kita tidak pernah memberi hukuman berat
sama kita ya Yu”
“Eh jangan salah kamu Nu. Orang tuaku itu sering marah-marah juga sama aku dan tidak
segan-segan memberiku hukuman”
“Bukannya kita sama ya, cuma pagi saja bertemu dengan kedua orang tua kita”
“Iya sih Nu, kemarin aku baru tahu kalo mereka selalu memperhatikan tingkah lakuku di
dalam rumah melalui CCTV yang terpasang tersembunyi di setiap sudut ruangan di rumahku,
empat hari yang lalu aku sedang ngerokok di ruang tengah dan tidak menyadari kalo ada
CCTV.”
“Terus terus, kamu di hukum ya, suruh ngapain Yu.”
“Di suruh membersihkan kamar mandi dan mencabut semua rumput-rumput liar di belakang
rumah menggunakan kedua tanganku yang lembut ini, sungguh sangat menyebalkan, kamu
tahu sendirikan luas halaman dibelakang rumahku itu dan rumputnya tinggi-tinggi, emang
kamu tidak pernah dimarahin sama kedua orang tuamu Nu?”
“Wealah, kalo aku untungnya sih tidak pernah hehhe, jangan sampai lah dimarahin. Kedua
orang tuaku itu super duper sabar dan sangat sibuk berjualan di pecinan, mereka kalo sudah
sampai di rumah itu ya jam sembilan malam pasti membawa makanan yang enak-enak, terus
paginya juga baru bertemu aku di meja makan sambil menyantap sarapan pagi, terus tidak
lama kemudian kedua orang tuaku ngasih uang jajan deh. Enak kan.” jawab Benu dengan
santai sambil menggoda setiap cewek sexy anak kuliahan yang lewat di depannya “Hai Rere,
hai Maya, hai Tini masih ingat kan sama aku” sambungnya lagi.
“Huufftts, dasar pria mata keranjang basket” Ayu langsung menjitak kepala Benu.
Putih Abu-abu
Matahari sudah bergerak bebas dari tempat persembunyiannya. Abg putri yang satu ini
sudah sangat bersemangat untuk pergi ke sekolah, soalnya dia tidak sabar lagi ingin bertemu
dengan kedua sahabatnya Ayu dan Benu. Dan seperti biasa di hari senin. Dia ingin meminta
jatah uang dari setiap anggota gank Orakaruan sebagai pajak arisan dan keamanan, karena
setiap anggota gank Orakaruan di wajibkan memberi uang kepada Tumijah minimal sepuluh
ribu rupiah khusus di hari senin kecuali Ayu dan Benu. Semua hasil uang yang menurut
Tumijah sebagai pajak arisan dan keamanan biasanya digunakan untuk makan-makan
bersama Ayu dan Benu.
24
Tumijah pagi ini pergi ke sekolah di antar oleh Ayahnya, biasanya kalo Ayahnya tidak
sempat mengantar Tumijah, dia selalu di jemput sama Ayu dan Benu. Tepat pukul tujuh pagi
Tumijah sudah sampai di depan pintu gerbang sekolahnya.
“Belajar yang rajin ya Jah” Ayahnya tiba-tiba langsung mengamati rok yang di pakai anak
putri semata wayangnya itu.
“Iya Ayahku siiiap”
“Tumijah kenapa kamu memakai rok pendek seperti itu??”
“Memang sudah kekecilan Yah, mau beli rok baru lagi nanggung, lagian emang Ayah punya
uang untuk membelikanku rok baru?” Ayahnya Tumijah hanya bisa terdiam dan langsung
pergi meninggalkan Tumijah. “Maaf in Ayah ya Nak, Ayah memang tidak punya uang
banyak, tapi Ayah sudah berusaha mengumpulkan uang, sedikit demi sedikit sudah cukup
untuk semua kebutuhan kita sekeluarga.” kata Ayahnya Tumijah dalam hati sambil
berkonsentrasi mengendarai mobil angkotnya.
Abg putri yang satu ini langsung berdiri tegap seperti sebuah patung selamat datang di depan
pintu gerbang sekolahnya, sambil setia memasang senyum manisnya. Biasanya setiap
anggota gank Orakaruan yang berjumlah tiga puluh enam orang selalu datang jam tujuh lewat
lima belas menit.
“Hey Bu kepala, sudah bersiap menerima uang arisan nie, asiiik makan enak dong hari ini.”
Benu berkata dan ikut berdiri disamping kiri Tumijah.
“Jangan banyak cerewet, kemana si Ayu, kok belum datang?”
“Bentar lagi pasti datang kok”
Tidak lama kemudian satu persatu anggota gank Orakaruan menyetor uang arisan kepada
Tumijah. Raut wajah mereka ada yang cemberut, ada yang biasa saja dan ada juga yang
menangis karena tidak ada uang jajan dihari senin.
“Hey-hey main nyelonong saja, mana uang arisannya?? apa ini?” Benu berkata kepada Riki
sambil menghitung uang yang tidak cukup dari sepuluh ribu, hanya enam ribu rupiah saja.
“Tidak ada lagi Nu, Jah. Sumpah.” jawab Riki sambil menundukkan kepalanya tidak berani
menatap wajah Tumijah dan Benu.
“Ceritanya nyari gara-gara lagi, iya!. Baru hari senin sudah kere hore, katanya anak pejabat
atau jangan-jangan kamu lupa hari ya?? ganteng-ganteng kere wuuu, awas ya kalo kamu
kelihatan jajan di kantin sekolah. Kamu mau di kunci di kamar mandi lagi!!. Iya.” Tumijah
berkata dengan raut wajah geram sekali.
“Sumpah Jah. Aku enggak ada uang lagi” Riki masih setia menndukkan kepalanya.
“Sudah sana pergi, besok senin depan kamu bayar uang arisan tiga kali lipat dari hari ini.”
kata Ayu sambil berjalan ke arah Tumijah dan Benu.
“Wealah. Kamu tuh apaan sih Yu” Benu mulai bingung, soalnya tidak biasanya Ayu
melepaskan Riki begitu saja. Biasanya kan, Ayu selalu berpidato dulu kepada Riki dengan
bahasa-bahasa kasarnya.
25
“Pasti jarang membaca buku marketing sih. Kamu itu sekarang perlu banyak belajar ilmu
marketting sama aku Nu. Tenang saja besok kita minta sama Riki tiga kali lipat dari yang dia
berikan hari ini. Kalo semakin kecil yang diberikan maka, bunganya kita naik in sesuka hati.”
Ayu tersenyum ala profesor genius di akhir kalimatnya. Padahal Benu dan Tumijah tidak
mengerti maksud Ayu berkata seperti itu.
“Iya-iya” jawab Benu dan Tumijah datar tanpa ekspresi wajah.
Setelah semua anggota pengikut Orakaruan menyetor uang arisan dihari senin kepada
Tumijah. Tepat jam setengah delapan pagi Ayu, Benu dan Tumijah baru mulai masuk
kedalam kelas. Suasana di dalam kelas langsung hening begitu saja, padahal sebelum mereka
bertiga masuk ke dalam kelas, suasana di kelas sepuluh G sangat ramai seperti pasar ikan.
Gank Orakaruan pertama kali terbentuk saat Ayu dan Benu menjadi teman akrabnya
Tumijah. Tumijahlah yang mempunyai ide membentuk sebuah gank Orakaruan untuk
pertama kalinya di sekolah, dan sekarang sangat ditakuti oleh semua siswa-siswi SMA 463
kota Magelang. Kenapa diberi nama Orakaruan?? karena mereka bertiga bertingkah laku
berbeda dari kebanyakan siswa-siswi pada umumnya, sesuka hati dan tidak pernah mentaati
peraturan sekolahnya, contohnya saja Benu selalu mengikat kepalanya memakai slayer biru
saat pergi ke sekolah, Benu memiliki postur tubuh tinggi kekar seperti bodyguard apalagi
wajahnya mirip sekali dengan jacky chain, baju seragamnya selalu keluar tidak pernah
dimasukkan, bisa dibilang juga Benu ini bodyguardnya Tumijah dan Ayu.
Begitu pula dengan Ayu yang memiliki tubuh super slim, alias langsing kurus menawan, dia
selalu memakai sepatu warna-warni jika datang kesekolah, memakai behel gigi dan memiliki
pemikiran yang sangat cerdas dari pada Tumijah dan Benu. Ayu selalu mengerjakan semua
tugas Benu dan Tumijah. Kepintaran Ayu yang membuat mereka bertiga selalu mendapatkan
nilai baik jika ulangan diadakan ataupun quis-quis yang diberikan oleh bapak dan ibu guru di
dalam kelas.
Lain halnya dengan Tumijah berpenampilan sangat sexy dan sungguh menggoda jika datang
kesekolah. Di balik penampilannya itu Tumijah memiliki otak yang sangat usil dari pada Ayu
dan Benu. Dia juga selalu saja disukai oleh semua guru-guru pelajaran, apalagi kalo gurunya
seorang pria bisa kelepek-kelepek tuh sama Tumijah.
Struktur di dalam kelas juga sangat rapi sampai-sampai berbagai perkembangan informasi
sekolah selalu saja ada yang menyampaikannya oleh seorang Abg cowok cupu berkacamata
mines tiga yang bernama Raka. Raka itu salah satu siswa paling rajin di dalam kelas. Dan
setiap Tumijah, Benu, Ayu masuk kedalam kelas. Raka selalu menyampaikan informasi
terupdate seputar sekolah kepada Tumijah.
“Jah, ada kabar gembira hari ini” kata Raka sangat gugup dalam menyampaikan informasi
kepada Tumijah. Raka orangnya memang seperti itu. kalo sudah berbicara didepan Tumijah
pasti gugup banget. Tidak tahu gugup karena takut atau gugup berbicara sama cewek cantik
seperti Tumijah.
“Kabar apa!!” geretak Benu sambil duduk diatas meja.
“Ka, kok kamu keringetan gitu, santai aja ngomongnya sama kita, apalagi sama Tumijah.
Tidak usah pakai gerogi gitu” Ayu langsung menaruh tas dan duduk manis di bangkunya.
“Cepat katakan, ada kabar apa Ka?.” Tumijah sekarang sibuk duduk sambil berdandan di
depan kaca kecil yang dia ambil diam-diam tadi pagi di dalam kamar ibunya.
26
“Guru-guru pada rapat Jah, kelihatannya sampai siang” suara Raka tersendat-sendat.
“Sumpah lo.” Benu berseru dengan meniru logat jakarta.
“Yesss, dengarkan baik-baik ya, kalian semua yang ada di dalam kelas 10 G, sekarang kalian
bersiap-siap memasukkan semua buku-buku kalian di dalam tas. Pagi ini kita akan jalan-jalan
ke mall artos.” Tumijah dengan cepat langsung berdiri di atas mejanya, lalu menunjuk semua
raut wajah teman-temannya yang berada di dalam kelas, semua temannya termasuk Ayu dan
Benu langsung terdiam memperhatikan Tumijah. “Jika sampai kalian tidak datang ke mall
artos pagi ini, aku akan memberikan hukuman kepada kalian semua, sekarang sudah pukul
delapan lewat lima menit. Aku mau kalian semua sampai mall artos jam setengah sembilan
tepat, dan aku tidak mau tahu caranya seperti apa, supaya kalian semua sampai di sana.
Pokoknya aku tunggu di foodcourt mall artos.” sambungnya lagi.
“Sungguh ide yang sangat bagus” kata Benu sambil bertepuk tangan dan diikuti oleh tepuk
tangan Ayu.
Dasar Tumijah, Abg putri yang satu ini, selalu saja membuat masalah. Jelas-jelas teman
sekelasnya anak baik-baik semua kecuali Benu dan Ayu. Akhirnya Tumijah, Benu dan Ayu
membolos lewat pagar belakang yang memiliki ketinggian sedada orang dewasa. Ternyata
motor Benu dan Ayu sudah di parkirkan di halaman rumah warga tepat dibelakang sekolah.
“Sejak kapan motor kalian kok berada di halaman rumah Pak Tono?” tanya Tumijah dengan
raut wajah penuh kagum bercampur rasa bingung sambil menggaruk-garuk rambutnya.
“Ini semua ide Ayu, Jah. Ayu kan lebih pintar dari pada kamu Jah. Hahaha” jawab Benu
sambil tertawa lepas.
“Kamu itu Nu, jangan memujiku terlalu berlebihan, nanti aku bisa terbang tinggi ke atas
langit dan tidak pulang-pulang lagi bagaimana?, ini semua berkat fillingku di angka tujuh
puluh tiga persen, dan hasilnya memang benarkan kalo hari ini kita akan membolos.” Ayu
tersenyum lebar di akhir kalimatnya.
“Ya sudah kalo begitu, seperti biasa aku boncengan sama kamu ya Yu.” kata Tumijah.
“Ayo buruan cepat berangkat, kok malah melamun Yu. Keburu satpam sekolah melihat kita
bolos loh” sambung Benu.
“Iya-iya cerewet banget kamu itu Nu.” jawab Ayu dan langsung menyalakan motor maticnya.
Sementara itu Ayahnya Tumijah bersemangat untuk menarik penumpang sebanyak-
banyaknya, tidak membutuhkan waktu lama bagi Ayahnya Tumijah mencari penumpang,
baru satu kali berputar mengelilingi kota Magelang. Isi dalam angkot milik Ayahnya Tumijah
full oleh penumpang. “Terimakasih TUHAN” kata Ayahnya Tumijah sambil melihat isi
dalam angkotnya dari kaca kecil yang menggantung rapi di atas kepalanya.
Kali ini yang duduk disebelah kiri kemudinya adalah seorang Bapak-bapak yang memakai
baju dinas berwarna hijau muda. Ayahnnya Tumijah memang selalu berbasa-basi untuk
berbicara bersama penumpangnya apalagi yang duduk disebelah kiri kemudinya, tidak peduli
suasana hati lagi gembira ataupun sedih Ayahnya Tumijah harus bersikap profesional
terhadap penumpangnya, dia tidak mau mengecewakan setiap penumpang yang sudah
menggunakan jasa angkotnya. Ini juga sebagai cara yang efisien supaya pelayanan di dalam
angkot sangat memuaskan.
27
“Mau kemana Pak?” Ayahnya Tumijah bertanya sambil asik menyetir angkotnya.
“Ke dinas pendidikan kota Magelang ya Pak. nanti lewat sana kan.” jawab seorang Bapak
pegawai dari dinas pendidikan kota magelang.
“Iya Pak, pastinya. Oiya Pak sekarang bagaimana perkembangan sekolah yang ada di kota
Magelang Pak, lebih bagus dari tahun sebelumnya kan Pak” tanya Ayahnya Jumijah dengan
sangat heboh penuh rasa penasaran sambil basa-basi.
“Ya kalo untuk tingkat SMP sudah cukup bagus dari tahun sebelumnya, kalo untuk tingkat
SMA lebih menurun Pak, saya juga tidak tahu kenapa sekarang anak-anak tingkat SMA
nilainya jelek-jelek semua saat ujian nasional”
“Kalo begitu anak saya juga harus ekstra lebih keras belajarnya ya Pak?” kata Ayahnya
Tumijah dengan sangat lugu.
“Emang putranya sekolah dimana??”
“SMA 463 kota Magelang, putri Pak, bukan putra.” jawab Ayahnya Jumijah sambil
tersenyum di akhir kalimatnya.
“Astaga, itu salah satu SMA terburuk di kota Magelang Pak?? anaknya nakal-nakal semua,
kenapa putri Bapak masuk sekolah disana??”
“Hah, Apa!!.” Ayahnya Tumijah langsung menelan ludahnya sendiri dan mengerem
mendadak angkotnya, alhasil semua penumpang terkejut ketika laju angkot yang dikendarai
Ayahnya Tumijah mendadak berhenti di tengah jalan, padahal di depan tidak ada lampu
merah ataupun mobil pribadi yang sedang berhenti mendadak. “Serius Pak, SMA 463 kota
Magelang anaknya nakal-nakal semua??” sambungnya lagi dan langsung menginjak pedal
gas angkotnya.
Kelihatannya Tumijah nanti malam akan mendapatkan wejangan dari Ayahnya, Ayahnya
Tumijah selama mencari penumpang berusaha berpikir positif tentang putri satu-satunya itu,
dia tidak mau memikirkan hal-hal yang negatif apalagi menduga-duga tentang namanya
kenakalan remaja di kalangan anak muda zaman sekarang. Ayahnya juga sempat tidak
percaya mendengar kabar dari petugas dinas pendidikan kota Magelang, kalo SMA 463 kota
Magelang siswa-siswinya nakal-nakal semua dan kebanyakan nilai ujian nasionalnya juga
sangat jelek semua. “TUHAN, aku serahkan anak putriku satu-satunya itu kepadamu,
hindarilah dia dari segala hal-hal yang negatif” kata Ayahnya Tumijah dalam hati.
Sementara itu Tumijah, Ayu dan Benu sampai juga di parkiran sepeda motor mall artos.
Dengan penuh percaya diri mereka bertiga melewati pintu samping mall artos dan langsung
menuju foodcourt yang terletak di lantai atas.
“Tunggu sebentar ya Yu, aku mau ke toilet sebentar, berdandan biar kelihatan tambah sexy
dan lebih menggoda” kata Tumijah dengan penuh percaya diri langsung masuk kedalam
toilet.
“Aku juga ikut Jah, kan aku juga mau dandan biar PD gila seperti kamu Jah. Oiya Benu
tunggu sebentar ya. Aduh kasian banget sih kamu jadi cowok” Ayu sambil melangkah sambil
menbelai dagunya Benu dan langsung mengikuti Tumijah ke dalam toilet.
“Huh dasar cewek-cewek ababil rempong” kata Benu dalam hati dan segera duduk di depan
counter hp.
28
Berhubung tempat foodcourt berada dilantai paling atas, akhirnya mereka bertiga
melangkahkan kaki dari lantai dasar sampai ke lantai atas, semua mata pun langsung tertuju
kepada Tumijah yang terlihat sangat sexy dan lebih bohay. Sampai-sampai pengunjung mall
khususnya para lelaki hidung belang dan mata keranjang memandang Tumijah tanpa
berkedip sedikitpun, tidak sedikit pula pengunjung mall Abg cowok bersiul-siul seolah-olah
memuji kesexyannya Tumijah, apalagi bagian tubuh Tumijah yang terlihat menonjol sekali,
lebih besar dan sagat menggoda. Di tambah rok mini sekolah yang dipakai Tumijah terlihat
padat dan jika dilihat dari arah belakang semakin menyempurnakan penampilannya, cara
berjalan Tumijah juga semakin menjadi-jadi, semakin dilihat semakin tambah menggoda
seperti seorang model majalah internasionl berlogo kelinci putih yang sedang berjalan di atas
catwalk.
Ayu dan Benu, seperti menjadi asisten pribadinya Tumijah. Ayu dengan sengaja mengipasi
Tumijah berjalan dengan buku pelajaran Lks yang dia ambil di dalam tas slempangnya dan
Benu berjalan tegap membelakangi Tumijah.
Setelah sampai di tempat foodcourt Benu langsung membeli tiga gelas es cappucino dan
mengambil sebuah buku menu makanan dari salah satu counter makanan yang ada di
foodcourt tersebut.
“Mau duduk dimana Jah?” mata Ayu sibuk mencari tempat duduk yang pas untuk bersantai
dan ketawa-ketiwi.
“Bagaimana kalo di area smocking room aja ya Yu” jawab Tumijah dengan raut wajah penuh
menggoda langsung tertuju kepada seorang remaja cowok tampan yang dari tadi sudah
memperhatikan Tumijah dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya, remaja cowok tampan
itu duduk santai di dekat jendela kaca memakai jumper berwarna coklat dan topi hitam
diruang semocking room sambil sesekali menghembuskan asap rokoknya ke langit-langit, dia
masih setia tersenyum manis kepada Tumijah.
Tidak lama kemudian Benu datang menghampiri Ayu dan Tumijah.
“Ini sudah aku beliin capuccino es, hey aku tidak membawa rokok loh, kenapa kalian berdua
duduk disini” Benu tersenyum di akhir kalimatnya.
“Awas kalo kamu bohong ya Nu, nanti aku tidak akan membayar makananmu tahu gak”
jawab Tumijah.
“Wealah, enggak-enggak Jah, aku cuma bercanda kok” Benu langsung merogoh sebungkus
rokok mallboro menthol dari balik saku celananya.
“Kok marllboro menthol sih??. Sampoerna mild menthol dong.”
“Apa yang ada aja Jah, disini kan enggak ada orang yang ngejual rokok, kecuali di lantai
paling bawah tadi” jawab Ayu sekarang juga ikut memandang cowok tampan yang memakai
jumper coklat tersebut.
“Asiiikkk, kita makan gratisss, biasanya kan kita makan di kantin sekolah gratis, kali ini
sangat mewahlah makannya di mall artos, hari senin gitu loh. Eh salah, Tumijah gitu loh
hehe.” kata Benu penuh heboh.
“Emang tadi dapat uang arisan berapa Jah dari anggota kita” Ayu bertanya sambil
menyalakan sebatang rokok dan menghembuskan kepulan asap putih di langit-langit.
29
“Sudah tidak usah cerewet, yang penting kita makan gratis, sekarang sudah jam berapa??.
Loh kenapa teman-teman sekelas belum pada datang juga ya?? atau jangan-jangan mereka
ketangkap Pak satpam” matanya Tumijah langsung menelusuri setiap sudut ruangan
semocking room mencari teman-teman sekelasnya.
“Wealah Jah-jah mana mungkin temen sekelas kita pada mau ikut membolos?” potong Benu
sambil menepuk-nempuk pelan punggung Tumijah dan menghembuskan kepulan asap rokok
ke belakang rambut Tumijah. “Mereka semuanya kan cupu-cupu sekali, anak mama papa gitu
loh” sambungnya lagi.
“Ssssttt, ada cowok ganteng tuh Jah. Sepertinya dari tadi memperhatikanmu deh” Ayu
mengamati lebih detail remaja cowok tampan yang memakai jumper coklat tersebut duduk
sendirian diujung dekat jendela sebelah kanan.
“Biarkan saja Yu, aku juga sudah tahu kok dari tadi dia memang memperhatikanku. Biasa aja
gak usah dilihat seperti itu.” Tumijah tersenyum malu-malu suka di akhir kalimatnya sambil
mengedipkan matanya sebelah kiri kepada remaja cowok tersebut.
“Wealah Jah-Jah, kamu itu selalu bikin semua cowok tertarik sama kamu, ujung-ujungnya
cuma di manfaatin aja. Dasar play girl cap ikan salmon. Pantasan semua mata pria tidak
berkedip-kedip saat memandangmu berjalan dari tadi. Makannya kalo punya dua buah barang
kembar yang menggantung itu jangan besar-besar. Pasti cowok yang diujung sana pertama
kali melihat dadamu itu, bukan wajahmu Jah.” Benu berkata sembarangan sambil tertawa
lepas diakhir kalimatnya.
“Apa kamu bilang tadi!! Pllaaakk!!” Tumijah langsung menampar pipi kiri Benu. Untung
saja semua orang disekitar meja mereka tidak mempedulikan kejadian tadi.
“Hahahahhaha, sudah-sudah, kamu itu Nu, selalu membuat emosi Tumijah saja” kata Ayu
sambil melambaikan tangan ke arah remaja cowok yang memakai jumper coklat dan topi
hitam tersebut.
Sementara itu Ibunya Tumijah di depan rumahnya sedang sibuk menerima komplain dari para
tetangganya, karena atap rumah mereka semuanya bolong-bolong. Cuma rumah Tumijah saja
yang tidak bolong. Mereka para warga baru menyadari kalo atap rumah mereka bolong saat
pukul delapan pagi ketika sang matahari berdiri tegap di atas langit.
“Ibu ini tidak bisa mendidik anaknya ya?? lihat atap rumah kami bolong-bolong semua, dan
batu krikil ada dimana-mana, ini pasti ulah Tumijah. Coba lihat cuma rumah ibu saja yang
tidak bolong!!. Percuma memiliki anak putri yang sangat cantik tapi tingkah lakunya kurang
ajar sekali. Sungguh sangat memalukan”
“Maaf bapak-bapak dan ibu-ibu saya sama sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi, kalo
benar ini semua ulah anak saya, saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak-bapak
dan Ibu-ibu RT 3 Nawala” Ibunya Tumijah berkata dengan suara parau dan langsung
meneteskan air mata.
“Bagaimana bapak-bapak dan ibu-ibu. Semua sudah selesai kan persoalannya, ibu Tumijah
sudah meminta maaf kepada kita semua, kalo pun disuruh untuk mengganti semua kerugian
seluruh atap rumah milik bapak-bapak dan ibu-ibu, pasti tidak sanggup ibu Tumijah
sekeluarga menggantinya. Sebagai penggantinya nanti saya sendiri yang akan
menyumbangkan genteng-genteng gratis berkualitas anti pecah kepada bapak-bapak dan ibu-
ibu semua.” kata Pak RT berusaha menenangkan warganya dan memberikan solusi.
30
Akhirnya dua puluh tujuh warga membubarkan diri masing-masing dari rumah Tumijah,
ternyata selain orang yang lewat di depan rumahnya Tumijah, atap warga juga menjadi
sasaran empuk keusilan Tumijah memakai ketapelnya di hari Minggu. Dasar Abg putri yang
satu ini selalu saja membuat masalah, ibunya Tumijah sangat sedih sekali melihat tingkah
laku putri semata wayangnya itu.
“Terimakasih banyak Bapak RT, sekali lagi saya sekeluarga mengucapkan banyak-banyak
terimakasih, maafkan jika itu benar ulah anak saya ya Pak.”
“Iya Bu, tidak usah khawatir. Lain kali mohon di perhatikan lagi tingkah laku anak ibu di
dalam rumah, kasian kalo para warga disini jadi menderita gara-gara ulah anak ibu, untung
saja ada saya yang berhasil menenangkan para warga, jika tidak ada saya, mungkin para
warga sudah berbuat anarki kepada rumah ibu” ternyata Bapak RT ini diam-diam menyukai
ibunya Tumijah, dan selalu mencari muka di depan ibunya Tumijah. Dasar tua-tua keladi.
“Iya Pak. Saya tahu untung ada bapak RT, ya sudah saya tinggal masuk kedalam dulu Pak,
masih ada pekerjaan rumah yang harus saya selesaikan”
“Nanti dulu lah, jangan buru-buru, kita ngobrol-ngobrol dulu berdua, mumpung bapak bejo
tidak ada dirumah kan. Saya disini juga ingin ngobrol-ngobrol sama ibu soeparni yang cantik
dan baik hati” kata pak RT dengan logat khas bataknya.
“Apa bapak mau saya laporankan kepada istri bapak?? atau ke pihak yang berwajib. Tolong
lepaskan tangan kanan saya. Bapak ini kan ketua RT, dan tidak pantas merayu istri orang,
apalagi melakukan percobaan selingkuh. Kita itu hidup di negara hukum Pak, semua ada
pasal undang-undangnya” Ibunya Tumijah sudah dari dulu menyadari tingkah laku Pak RT
yang berusaha menggodanya dan mencari-cari kesempatan dalam kesempitan.
“Jangan-jangan. Ya sudah kalo begitu, saya pergi sekarang. Ibu ini sudah saya bantu sekarang
malah mengancam saya” Pak RT langsung pergi meninggalkan rumah Tumijah.
“Dasar edan, duwe Pak RT koyo ngono nyebai tenan (dasar gila, punya seorang pak RT
seperti itu sangat menyebalkan)” kata ibunya Tumijah dalam hati.
Sementara itu Tumijah, Benu dan Ayu masih asik nongkrong di foodcourt mall artos.
“Jah sepertinya cowok itu mau kenalan sama kamu deh” Ayu berusaha meyakinkan Tumijah
dengan raut wajah serius memandang remaja cowok tersebut.
“Sudah dibilang berapa kali si Yu. Jangan memandangnya terlalu serius seperti itu, nanti
malah dia tidak jadi kesini loh, pura-pura tidak tahu saja. Aku yakin dia pasti datang ke meja
kita dan duduk di sebelahku.” kata Tumijah sambil meminum setengah capuccino es secara
perlahan-lahan lalu mengedipkan dua kali matanya sebelah kiri kepada remaja cowok tampan
tersebut seakan memberi sinyal hijau untuk mendekatinya dan Tumijah langsung tersenyum
ke arah Ayu.
“Iya deh aku percaya sama kamu Jah. Terus kita pesan makannya kapan Jah.”
“Tunggu sebentar lagi ya Yu, nunggu cowok itu kesini” lima menit kemudian remaja cowok
tampan tersebut langsung menghampiri Tumijah, Benu dan Ayu.
“Wealah dia datang beneran kesini tuh Jah.” kata Benu pelan dengan raut wajah pura-pura
tidak tahu.
31
“Maaf, dari tadi aku penasaran ingin berbicara sama kamu dek, apa lagi saat pertama kali
melihat adek di ruangan ini, bolehkah aku gabung sama kamu dek di meja ini” kata remaja
cowok tampan tersebut yang wajahnya hampir mirip dengan Andylow dan memiliki postur
tubuh atletis sambil mengulurkan tangan kanannya kepada Tumijah.
“Hah, apa, tidak salah dengar nih, boleh-boleh, boleh banget Mas. Silahkan gabung.” jawab
Tumijah pura-pura heboh dengan raut wajah bahagia.
“Tomy sajapri sumitro, kalo di singkat menjadi Tomy S.S. panggil saja Tomy biar terlihat
seumuran sama kamu dek” Tomy langsung tersenyum lebar di akhir kalimatnya. “Akhirnya
aku bisa mengenalnya, semoga saja dia langsung kelepek-kelepek sama aku hehhehe” kata
Tomy dalam hati.
“Aku Prissila dwi putri arum sari, panggil saja Priss.” jawab Tumijah penuh bohong dan
membalas uluran tangan Tomy.
“Mari mas duduk sini, dibawa saja tasnya kesini” Ayu langsung ketawa-ketiwi sama Benu.
“Wealah Yu, bener kan ada korban baru lagi untuk Tumijah bulan nih. Ngomong-ngomong
sudah berapa korban ya bulan ini hahahha.”
“Pastinya Nu, seperti tidak mengenal Tumijah aja”
“Hahahhaha”
“Hey Jah, sepertinya sehabis makan aku dan Ayu nanti pulang duluan ya hehehe. Biasa
melarikan diri, takut mengganggumu” Benu tersenyum di akhir kalimatnya. Benu dan Ayu
sudah mengerti betul jalan pikiran Tumijah jika ada seorang cowok yang mendekati Tumijah.
“Iya-iya, siiip” kata Tumijah sambil setia memandang Tomy yang sedang mengambil tasnya.
“Sambung nanti malam ya Jah, seperti biasa kita nongkrong sampai jam setengah sepuluh
malam. Okay-okay. Oiya aku sampai lupa memberitahumu, ada cafe baru loh yang asik buat
nongkrong nanti malam, pokoknya berbeda deh dari cafe kemarin. Nanti aku sms kamu ya
Jah. Jangan lupa nanti malam kita harus kesana. Benu kamu bisa kan nongkrong nanti
malam.”
“Gampanglah Yu, nanti malam aku kabarin lagi” jawab Benu yang sudah terlihat sangat lapar
sambil memandang buku menu makanan yang tergeletak di atas meja.
Tumijah masih setia tersenyum tidak jelas ke arah Tomy yang kali ini sudah berjalan kembali
ke mejanya. Setelah Tomy duduk di samping Tumijah. “Oiya Priss, kamu tadi mau makan
apa?” kata Ayu yang ikut-ikut bohong dengan memanggil nama samaran Tumijah.
“Iya nih Priss, soalnya aku juga sudah lapar banget, sumpah deh” kata Benu juga bohong
memanggil nama samaran Tumijah dan langsung tersenyum ke arah Tomy.
“Iya-iya gampang, terserah kalian mau makan apa. Pokonya aku yang bayarin.” jawab
Tumijah langsung mengedipkan mata sebelah kiri satu kali kepada Ayu dan Benu.
“Tidak usah, aku saja yang mentraktir kalian, anggap saja aku ulang tahun hari ini” Tomy
langsung berdiri merogoh dompetnya dan memanggil seorang waiters foodcourt.
32
Benu, Ayu dan Tumijah saling memandang satu sama lain dan tidak mau menyia-nyiakan
kesempatan ini. “Yees. Akhirnya uang arisan dan keamanan hari senin tidak berkurang
sedikitpun syukurlah kalo begitu” kata Tumijah dalam hati.
“Beneran nih mas, eh maksudku Tomy??” Tumijah pura-pura salah tingkah.
“Iya Priss aku saja yang membayar makanannya, iya tidak apa-apa santai aja, buruan di pesan
sekalian minumnya juga ya, lihat tuh minuman kalian bertiga sudah pada mau habis kan.”
Tomy semakin mencari perhatian kepada Tumijah, mungkin ini juga salah satu cara Tomy
mendekati seorang cewek.
Alhasil Tumijah, Tomy, Ayu dan Benu makan, minum bersama satu meja, setelah lima belas
menit selesai makan dan minum, Benu dan Ayu langsung pamit pulang.
“Mas Tomy terimakasih ya, atas teraktirannya, aku dan Ayu mau pulang duluan, nitip Priss
ya mas” kata Benu.
“Enak saja, main titip-titip segala, emangnya aku ini barang penggadaian” kata Tumijah pura-
pura cemberut seakan tidak mau di tinggal pulang sendirian. Padahal moment seperti ini yang
di tunggu-tunggu Tumijah.
“Iya tidak apa-apa, nanti Priss biar aku antar pulang, tenang saja, di jamin sampai rumah
dalam keadaan selamat, kalian berdua jangan khawatir” Tomy langsung tersenyum indah
kepada Tumijah.
“Wealah mas Tomy bisa saja, Okay Mas” seru Benu.
“Tinggal duluan ya Priss” Ayu dan Benu langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
Sepertinya Benu dan Ayu bukannya pulang kerumah tapi malah kembali nongkrong di
angkringan dekat sekolahannya.
“Yu, emang kita mau pulang kemana?? tidak mungkinkan, pulang kerumah masing-masing”
kata Benu sambil melangkahkan kaki ke eskalator mall diikuti Ayu dari arah belakangnya.
“Benu-benu, kamu ini ada-ada saja, ini kan masih jam berapa Nu, kamu mau di marahin sama
orang tuamu pulang jam segini. Ini kan belum waktunya pulang sekolah” jawab Ayu sambil
memperlihatkan jam di layar Hpnya kepada Benu. “Bagaimana kalo kita nongkrong di
angkringan Pak Tarim aja Nu, angkringannya kan sudah buka dari pagi hari” sambungnya
lagi.
“Kalo aku sih tidak masalah pulang jam segini, kedua orang tuaku juga masih di toko,
hehhee, demi kamu Yu, aku temenin deh. Wealah, aku baru ingat Yu. Emang kamu masih
pegang uang?? berapa??. Tidak mungkinkan kita di angkringan cuma gigit jari memandang
gorengan dan nasi kucing. Uangku tinggal empat ribu loh. Oiya tadi kan, kita belum jadi di
traktir sama Tumijah?? biasanya juga kita kecipratan jatah arisan dan keamanan hari senin
dari Tumijah”
“Iya juga ya, gampang deh besok kita minta sama Tumijah Nu, santai bro kata yang paling
ampuh saat ini di angkringan Pak Tarim itu adalah BON DULU YA PAK.”
“Hahahhahaa” Benu dan Ayu tertawa lepas.
33
Ternyata benar kan apa yang dikatakan oleh Benu, kalo Tumijah hanya memanfaatkan semua
cowok yang mendekatinya, tidak peduli itu Abg cowok ataupun Remaja cowok anak
kuliahan, contohnya saja salah satu korbannya saat ini adalah remaja cowok tampan yang
bernama Tomy. Anak mahasiswa semester enam dari universitas negri kota Magelang. Tomy
ini adalah anak salah satu pejabat yang berpengaruh di kota Magelang, bisa dibilang anak
orang kaya nomor dua di kota magelang. Tumijah benar-benar terkejut tidak mengira kalo
Tomy itu anak orang kaya nomor dua di kota Magelang. Tomy juga dikenal sebagai cowok
play boy di kampusnya. Dan hobinya pergi ke tempat dugem yang berada di kota yogyakarta,
mabok-mabokan minuman keras berserta mengkonsumsi narkoba berjenis pil ekstasi.
“Mimpi apa ya aku semalam, ternyata Tomy anak orang kaya. Bakal shoping mendadak deh
hari ini” kata Tumijah dalam hati sambil terus menghayal membawa banyak barang di kedua
tangannya sepulang dari mall artos ini.
“Priss kenapa kamu melamun seperti itu, ada yang salah ya dengan diriku” tanya Tomy
sambil melambaikan tangan kanannya ke depan wajah Tumijah. “Hallo, Priss??”
sambungnya lagi.
“Hehehehe maaf, maaf. Sepertinya aku lagi terhipnotis oleh kegantenganmu deh Tom.”
jawab Tumijah sambil tersenyum manja lalu memegang lembut lengan tangan kiri Tomy.
“Tom, aku bosan duduk disini, bagaimana kalo kita jalan-jalan keliling mall artos yuuk.”
sambungnya lagi.
“Okay, tidak masalah Priss, apa sih yang enggak buat kamu” kata Tomy langsung to the point
berharap banget kepada Tumijah supaya menjadi pacarnya, siapa sih yang tidak mau menjadi
pacarnya Tumijah, masih muda banget, anak SMA gitu loh, sudah sexy, cantik, bohay
menggoda, tinggi, putih, berisi tidak kurus dan tidak gemuk. Bagi Tomy mungkin uang
menjadi nomor dua, yang penting dia bisa mendapatkan seorang kimcil apalagi seperti
Tumijah. Mendengar Tomy berkata seperti itu, ada peluang besar untuk Tumijah
mewujudkan keinginannya pulang dari mall artos dengan membawa banyak barang gratis,
semakin bahagia sekali dia hari ini, lihat saja raut wajahnya tidak bosan-bosannya tersenyum
manis kepada Tomy. Dasar Tumijah.
Sekarang Tumijah masih setia menggandeng lengan tangannya Tomy dengan sangat erat,
sampai-sampai sedikit bersentuhan dengan dadanya Tumijah sebelah kiri. Abg putri ini tidak
pernah bosan memanfaat in para Abg cowok dan remaja cowok yang berusaha mendekatinya.
Dia juga tidak takut di cap cabe-cabean, kimcil dan cewek gampangan oleh teman-teman
sebayanya. Sekarang Tomy menjadi korban Tumijah yang ke empat belas dalam bulan ini.
Dalam hitungan menit semua keinginannya yang serba instan, membeli beberapa barang di
dalam mall artos secara gratis alias di belikan sama orang lain, terkabulkan juga dengan
adanya Tomy disampingnya. Dari baju, celana hot pants, sepatu sandal dan jam tangan. Gila-
gila gila, Abg putri yang satu ini memang hebat menggunakan sisi negatif kecantikan dan
bentuk lekuk tubuhnya yang sudah diberikan oleh Tuhan kepadanya. Segala keinginannya di
dalam mall artos dapat terpenuhi dengan sekejap, tanpa mengeluarkan uang pribadinya
sedikitpun alias GRATIS tis tis tis.
“Mimpi apa ya aku semalam bisa bertemu Tomy di tempat foodcourt mall artos ini, aku harus
bisa memanfaatkannya sebaik mungkin. Rugi banget kalo aku tidak bisa memanfaatkannya.
Walaupun dia anak kuliahan, tapi pikirannya sudah bisa aku tebak. Wajahnya sih lumayan
ganteng seperti bintang laga korea dan memiliki badan atletis, tapi sayang dia tidak pintar.
34
Sangat mudah di manfaatkan” kata Tumijah dalam hati saat sesudah keluar dari counter jam
tangan.
Tomy pun hanya tersenyum manis kepada Tumijah, dia sebenarnya menyadari kalo dia sudah
di manfaatkan oleh Tumijah. Padahal dia sudah mengeluarkan uang banyak untuk membeli
semua barang yang diinginkan oleh Tumijah, sejumlah empat ratus tiga puluh ribu rupiah dari
dalam dompetnya. “Gak apa-apa deh aku rugi hari ini, yang penting besok bisa happy-happy
sama dia” curhat Tomy dalam hati sambil setia tersenyum manis kepada Tumijah.
“Tomy kamu itu jadi cowok kok baik banget sih, sudah membelikanku baju, celana, sepatu
sandal dan sebuah jam tangan lucu berwarna pink, padahalkan, kita baru saja kenal” Tumijah
berkata dengan manja tanpa beban sedikitpun yang sekarang terlihat masih setia
menggandeng erat tangan kanan Tomy.
“Tidak apa-apa, santai saja, yang penting kamu suka dan anggap saja sebagai tanda
perkenalan kita” Tomy tersenyum lebar di akhir kalimatnya. Tomy berharap dia bisa
mendapatkan lebih dari diri Tumijah termasuk jalan pikirannya yang mulai mesum. “Emang
aku cowok goblok ya, yang bisa di tipu begitu saja sama anak SMA, tidak masalah hari ini
rugi besok-besok aku yang akan untung banyak” curhat Tomy lagi dalam hati.
“Terimakasih ya, oiya Tom, kamu tidak risih jalan sama anak SMA seperti aku?? dan tidak
ada yang marah nih kalo aku jalan sama kamu” Tumijah semakin bersikap manja kepada
Tomy.
“Tenang saja tidak ada yang marah kok sama kamu, aku kan masih jojoba, jomblo-jomblo
bahagia. Kenapa harus risih, justru aku lebih senang bisa jalan sama anak SMA secantik
kamu. Bukannya kebalikkannya ya?? nanti cowok kamu yang marah loh” jawab Tomy
dengan raut wajah penuh pengharapan untuk bisa memiliki Tumijah, sambil terus mengaruk-
garuk rambutnya menandakan Tomy sedang salah tingkah. “Tenang saja aku pasti bisa
mendapatkan cintamu, bahkan lebih dari cintamu, model-model kimcil cewek SMA seperti
kamu ini, palingan dua minggu PDKT sudah bisa di tembak” kata Tomy dalam hati.
“Baguslah kalo begitu, astaga aku harus pulang sekarang. Lihatlah sudah jam berapa ini Tom.
Tadi pagi itu, ceritanya sekolahanku sedang kosong semua, guru-guru pada rapat, jadi main-
main ke mall artos gitu deh sama kedua temenku, berhubung mereka sudah pulang duluan
kalo tidak keberatan kamu mau kan mengantarku pulang kerumah, atau kalo kamu ada
keperluan lain, aku bisa naik taxi aja. Maafkan aku ya, sudah merepotkanmu lagi.”
“Kan sudah aku bilang tadi, saat kita berada di foodcourt, kamu pulangnya pasti aku antar.
Jadi tenang saja Priss. Aku sama sekali tidak merasa direpotkan sama kamu, santai aja.”
Mereka berdua asik berjalan sambil setia bergandengan tangan. Hingga orang lain disekitar
mereka mengira kalo mereka berdua sepasang kekasih beneran, habisnya nempel kayak
perangko. Padahal ini hanya settingan Tumijah saja seperti yang sering dilakukan artis-artis
ibu kota jika ingin terkenal lagi.
Jam besar yang menggantung di salah satu dinding counter pakaian di mall artos sudah
menunjukkan pukul setengah tiga sore, akhirnya Tumijah di antar oleh Tomy memakai mobil
sedan merah miliknya, selama di perjalanan Tumijah selalu di gombalin oleh Tomy. Tomy
langsung mengeluarkan semua kemampuannya apalagi jurus-jurus seribu rayuan maut ala
buaya darat kelas kakap. Tumijah sebenarnya sudah tahu persis jalan pikiran Tomy, jadi sama
sekali tidak ngefek. Tapi dia sengaja pura-pura bersikap lugu saja di depan Tomy.
35
“Tomy, terimakasih ya sudah mengantarku pulang” kata Tumijah yang turun di jalan
perumahan gladio. “Ooo Ternyata dia tinggal disini ya?? baguslah kalo begitu. Aku kira dia
tinggal di desa, kebanyakan model-model kimcil cewek SMA ababil seperti dia, pada tinggal
di desa” kata Tomy dalam hati.
“Kamu beneran tidak mau aku antar sampai di depan rumahmu Priss?”
“Tidak usah repot-repot Tom. Rumahku yang berwarna hijau muda, dua rumah dari sini kok”
jawab Tumijah sambil menunjuk sembarang salah satu rumah berwarna hijau muda. Padahal
ada tiga rumah yang berwarna hijau muda. “Oiya Tom, ini nomor hpku, pasti kamu mau
minta nomor hpku kan.” sambungnya lagi. “Tuh kan aku tambah yakin kalo dia ini cewek
kimcil SMA ababil yang gampangan, jadi semakin mudah aku mendekatinya apalagi
menjadikannya pacar semalam hahaaha” kata Tomy dalam hati.
Ternyata di dalam mobil Tomy tadi, Tumijah sudah mempersiapkan nomor hpnya, dia
menuliskan nomor hpnya di atas selembar kertas yang dia ambil dari dalam tas ranselnya.
“Okay Priss, kok kamu tahu kalo aku ingin meminta nomor hpmu” kata Tomy di dalam
mobil sambil setia tersenyum manis kepada Tumijah, sepintas pandangan matanya Tomy
langsung mengarah ke dadanya Tumijah.
“Tomy sekali lagi terimakasih ya” Tumijah tersenyum di akhir kalimatnya. “Hari gini tidak
ada yang gratis loh Priis, tunggu aksiku selanjutnya” kata Tomy dalam hati.
Tidak lama kemudian, setelah Tomy meninggalkan Tumijah dipinggir jalan perumahan
gladio. Tumijah segera memasukkan semua barang yang dibelikan oleh Tomy kedalam tas
ranselnya. Tidak lupa juga membuang kotak sepatu sandal dan lebel harga yang menempel di
semua barang ke tong sampah di sekitar jalan, soalnya dia tidak mau ketahuan oleh ibunya
dirumah.
Padahalkan setiap hari Tumijah hanya di kasih uang dua puluh ribu rupiah oleh ibunya. Bisa
perang dunia ke sembilan deh kalo ibunya sampai tahu semua barang-barang mahal yang
dibawa oleh Tumijah. Nilai rupiahnya saja lebih besar dari uang jajan Tumijah.
“Wooi. Pak tukang becak, sini kamari” Tumijah berseru sambil melambaikan tangan
kanannya ke arah Pak tukang becak yang sedang mengayuh becaknya disekitar perumahan
Gladio.
“Mau kemana mbak?”
“Perkampungan Nawala Rt tiga”
Selama dalam perjalanan kerumahnya, Abg putri ini selalu terseyum-senyum tidak jelas,
seperti sebuah kebahagian yang sangat luar biasa yang dia rasakan saat ini. Sampai-sampai
Pak tukang becak mengajak berbicara tidak ditanggapi lagi olehnya. Tidak lama kemudian
Tumijah sampai di depan rumah.
“Berapa Pak?”
“Lima ribu saja mbak”
“Saya kira mbak tadi habis diputusin sama pacarnya, soalnya saya berbicara tidak di tanggapi
selama di perjalanan”
36
“Ah bapak ini bisa saja, oh iya kah, tapi saya sama sekali tidak mendengar bapak berbicara
loh. Sudah Ini ambil saja kembaliannya untuk bapak semua.” Tumijah langsung memberikan
uang sepuluh ribu rupiah kepada Pak tukang becak.
Ibunya Tumijah ternyata sudah lama menunggunya diruang tamu dengan raut wajah sangat
emosi, gara-gara keusilan Tumijah di hari minggu, ibunya menjadi sasaran amarah dua puluh
tujuh orang warga Nawala RT tiga.
“Eh ada ibu ku yang paling cantik, sangat baik hati dan tidak sombong sama anaknya”
Tumijah berkata tanpa rasa bersalah sedikitpun malah sibuk bercandain ibunya.
“Kamu itu ngomong apa. Cepat sekarang kamu duduk disini” Ibunya Tumijah menunjuk
salah satu kursi dengan jari telunjuk sebelah kanan tangannya.
“Ada apa lagi si Bu, Tumijah capek sekali hari ini. Aku kan baru saja pulang dari les”
Tumijah mulai beralasan standar nasional indonesia yang dikatakan pelajar SMA saat dalam
keadaan terjepit kalo pulang kelamaan dari sekolah, dia sudah tahu kalo ibunya pasti akan
marah-marah sama dia, soalnya raut wajah ibunya sudah berbeda ditambah sikap ibunya
kepadanya yang seakan menegaskan harus mendengarkannya berbicara.
“Dari mana kamu?? sudah jangan bohong lagi sama ibu!” raut wajah ibunya Tumijah sangat
emosi dan langsung menjewer telinga kanan Tumijah.
“Dari les Bu, aduh bu, sakit bu, jangan main jewer dong!! sumpah demi Tuhan, Tumijah
tidak bohong sama ibu” jawab Tumijah dengan raut wajah sangat memelas dan
menyingkirkan tangan kanan ibunya dari telinga kanannya.
“Kamu itu sudah jarang beribadah, sekarang membawa-bawa nama Tuhan untuk bersumpah
di depan ibu, ibumu ini sudah cukup sabar dengan semua tingkah lakumu. Bapak kepala
sekolahmu tadi siang datang kerumah, katanya kamu membolos dan mengajak semua teman-
temanmu di dalam kelas juga. Iya Tumijah!!. Untung saja teman-teman sekelasmu tidak jadi
membolos karena sudah ketahuan duluan sama Pak satpam. Kamu mau jadi apa besok, jika
kamu seperti ini terus, kamu tidak akan menyelesaikan sekolahmu, kamu mau tidak naik
kelas gara-gara sering membolos. Asal kamu tahu juga, pagi tadi dua puluh tujuh warga
mendatangi ibu dan marah-marah sama ibu gara-gara atap rumah mereka bolong-bolong!!.
Apa yang kamu lakukan di hari minggu??. Kamu juga masih bisa bohong sama ibu. Iya!.
Jawab Tumijah.”
Tidak sanggup lagi ibunya Tumijah menahan air matanya, sekarang air matanya menetes
deras membasahi pipi dan lantai ruang tamu. Tumijah hanya bisa menundukkan kepalanya
dan meminta maaf sambil memeluk ibunya.
“Maaf in Tumijah ya Bu, iya Tumijah memang salah, Tumijah janji sama ibu tidak akan
mengulanginya lagi”
“Mulai sekarang kamu harus pulang cepat, tepat waktu dan tidak boleh kemana-mana
mengerti kamu.”
“Iya Bu, siiap. Iya Tumijah mengerti maksud Ibu.” Tumijah langsung pergi ke atas menuju
kamarnya. “Aduh pulang-pulang sudah di marahin sama ibuku yang sangat cerewet, dapat
bonus di jewer lagi, huh, sial banget sampai-sampai telingaku sebelah kanan berwarna merah,
sekarang masih terasa panas. Ibuku itu sungguh sangat menyebalkan dan sangat keterlaluan,
enak ya jadi orang tua itu bebas marahin anaknya, coba kalo anaknya yang marahin orang
37
tuanya, pasti tambah dimarahin lagi habis-habisan, kamu itu jadi anak tidak boleh ngelawan
orang tua. Mau jadi apa kamu besok??” Tumijah meluapkan kekesalannya di depan kaca
lemari pakaiannya sambil menirukan logat ibunya berbicara.
“Tumijah, jangan lupa belajar yang rajin ya nduk, ibu tidak mau mendengar alasanmu lagi.”
kata Ibunya dengan suara sangat keras dari ruang tengah.
“Okay Boooos” seru Tumijah.
Senja yang turun berganti dengan malam tanpa di temani bintang dan rembulan, hembusan
angin yang berputar di langit-langit bergerak sangat cepat hingga membawa sang maha
dingin untuk menyelimuti setiap sudut kota Magelang. Abg putri yang baru saja membasuh
bersih badannya dengan air dingin, kini sudah terlihat sangat gembira sekali memandang
semua barang-barang yang sudah di belikan oleh Tomy.
Barang-barang tersebut langsung di masukkannya ke dalam laci rak lemari pakaian, berbagai
barang pemberian Abg cowok dan remaja cowok yang mendekatinya selalu di masukkan
kedalam laci rak pakaiannya dan hanya sesekali dia pakai. Sudah tidak terhitung lagi apa saja
barang yang terkumpul di dalam laci rak lemari pakaiannya itu.
“Assiiiik koleksi pemberian dari para cowok-cowok sudah terkumpul rapi di dalam laci rak
lemari pakaianku ini, hahahaha ini adalah laci yang ke dua puluh sembilan, masih ada tiga
puluh satu laci lagi yang masih kosong” Tumijah berkata dalam hati sambil memperhatikan
semua barang-barang di dalam laci pakaiannya. Gila banyak banget ya jumlah laci yang ada
di dalam lemari pakaiannya, sudah seperti penjual toko emas saja yang sering kita jumpai di
pasar-pasar tradisional. Kalo sempat ibu atau ayahnya tahu pasti akan di introgasi habis-
habisan. Abg putri yang satu ini memang luar biasa. Harap maklum lemari pakaian zaman
dulu memang banyak sekali laci-lacinya, apalagi berukuran besar. Kalo tidak percaya tanya
saja sama mbah google .
Sementara itu di dalam ruang keluarga yang berukuran tiga kali empat Ibu dan Ayahnya
Tumijah sedang berdiskusi keras tentang mendidik perkembangan anak putri satu-satunya itu
supaya tidak salah dalam bergaul, zaman sekarang lagi heboh-hebohnya yang namanya
pergaulan bebas.
“Bu Ayah tadi pagi mendapat kabar dari seorang Bapak yang bekerja di kantor dinas
pendidikan kota Magelang, kalo SMA 463 kota Magelang itu anaknya nakal-nakal dan jelek-
jelek semua hasil ujian nasionalnya Bu” Ayahnya Tumijah menengguk segelas kopi hitam
hangat yang ada di hadapannya.
“Iya Yah, ibu sebenarnya juga sudah tahu, contohnya saja anak putri kita satu-satunya itu
Yah. Tadi pagi dua puluh tujuh warga ke rumah kita pada marah-marah semua sama ibu Yah.
Gara-gara ulah Tumijah”
“Hah??. Ada apa Bu, kenapa bisa terjadi seperti itu Bu” Ayahnya Tumijah langsung terbatuk-
batuk di akhir kalimatnya.
“Ayah itu kenapa, tidak terjadi apa-apa kok Yah, tenang saja. Tumijah itu saat hari minggu
kemarin tidak sengaja membakar sampah di belakang rumah memakai minyak tanah, terus
asapnya sampai kemana-mana Yah” Ibunya Tumijah terpaksa berbohong kepada Ayahnya
Tumijah.
38
Ibunya Tumijah tidak ingin menambah beban lagi kepada Ayahnya Tumijah, Apalagi
Ayahnya Tumijah memiliki catatan penyakit jantung, beruntung sekarang sakit jantungnya
itu tidak pernah terasa nyeri-nyeri lagi. Soalnya Ayahnya Tumijah sudah berhenti merokok
selama dua tahun yang lalu. Ayahnya Tumijah dulu seorang perokok berat, sampai-sampai
paru-parunya sudah pada bolong semua oleh nikotin yang masuk dari hisapan asap rokok,
waktu itu usianya masih yang sangat muda sekali, saat dia duduk di bangku sekolah dasar.
Ayahnya Tumijah cuma bisa menyelesaikan sekolah menengah pertamanya saja, karena tidak
ada lagi biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Keluarga besar Ayahnya Tumijah rata-rata dari
keluarga yang kurang mampu, dari kecil Ayahnya Tumijah selalu di ajarkan hidup mandiri,
jadi tidak salah pilih ibunya Tumijah menjadikan ayahnya Tumijah sebagai suaminya.
Apalagi Ayahnya Tumijah memilik mental pantang menyerah, pemberani, bertanggung
jawab kepada keluarga, sangat mencintai keluarga dan rajin pergi beribadah ke gereja.
Ayahnya Tumijah asli orang Magelang. Tapi semua keluarga besar ayahnya Tumijah sudah
merantau ke pulau sumatra. Yang tersisa di Magelang hanya Ayahnya Tumijah, bapak ibunya
ayahnya Tumijah sudah delapan tahun silam meninggal dunia di kota Magelang.
Ibunya Tumijah bertemu Ayahnya Tumijah di saat usia mereka sama-sama menginjak angka
21 tahun, waktu itu di dalam sebuah aula utama panti asuhan tempat ibunya Tumijah tinggal
dan dibesarkan, panti asuhan tersebut sedang mengadakan acara kesenian karawitan dalam
menyambut acara malam tujuh belasaan di kampung Trisoeji di kota Magelang, dan Ayahnya
Tumijah sengaja datang bersama teman-temannya untuk menonton acara kesenian karawitan
yang di adakan oleh panti asuhan tersebut.
Acara karawitan memang terbuka untuk umum dan sangat meriah, siapa saja boleh datang
unutk melihatnya. Saat itu ibunya Tumijah menjadi pemain gamelang, sejak pandangan
pertama melihat ibunya Tumijah, Ayahnya Tumijah langsung to the point mengajak ibunya
Tumijah menikah di usia muda.
Keberuntungan pun ada di pihak Ayahnya Tumijah. Ibunya Tumijah langsung memberikan
sinyal hijau kepada Ayahnya Tumijah. Padahal Ayahnya Tumijah saat itu hanya bekerja
sebagai tukang buruh bangunan, karena ibunya Tumijah juga menyukai Ayahnya Tumijah
yang sama-sama satu keyakinan yaitu beragama kristen, tidak membutuhkan waktu lama
untuk berpacaran, seminggu kemudian Ayahnya Tumijah menikahi ibunya Tumijah digereja
GKJ.
Semenjak menikahi ibunya Tumijah, mereka mendapat sebuah rumah tingkat sederhana dari
Ibu angkatnya ibunya Tumijah, rumah itu berada di perkampungan Nawala. Walaupun
sekarang Ayahnya Tumijah sudah bekerja sebagai supir angkot, tapi perekonomian mereka
sekeluarga serba berkecukupan, tidak lebih dan tidak kurang. Ibu angkatnya ibunya Tumijah
sudah satu setengah tahun yang lalu meninggal dunia karena kanker servik.
Ibunya Tumijah sejak kecil memang sudah tinggal di panti asuhan, kedua orang tuanya tidak
tahu entah dimana, walaupun dalam keadaan seperti itu ibunya Tumijah selalu bersyukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahwa hidup itu cuma sebentar dan penuh pilihan, TUHAN
juga tidak akan berdiam diri saja melihat kita yang lelah tak berdaya menjalani hidup ini,
TUHAN selalu memberikan yang terbaik untuk kita yang mau bersyukur dan tidak
melupakan TUHAN.
Ayahnya Tumijah dan ibunya Tumijah sangat rajin dalam mengikuti kegiatan di gereja dan
bermasyarakat. Bisa dibilang kalo untuk soal beribadah tidak main-main dan sangat
39
mengutamakan TUHAN dalam kehidupan sehari-harinya. Jadi tidak salah kalo mereka selalu
khawatir kepada anak putri satu-satunya itu. Yang selalu saja sering membuat masalah.
Sementara itu di dalam kamar yang berukuran tiga kali empat dan sangat sederhana cuma ada
satu tempat tidur, satu lemari berukuran sedang, satu rak sepatu, satu meja belajar, satu kursi
kayu dan satu jam dinding unik yang menempel menarik di belakang pintu. Tumijah terlihat
asik berbicara bersama Tomy melalui Hpnya. Dia segera mengunci rapat pintu kamarnya dan
langsung membuka keempat jendela kamarnya, dua jendela langsung menghadap ke arah
depan rumahnya dan dua jendela lagi menghadap kebelakang rumahnya. Pemandangan
belakang rumah Tumijah dimalam hari tidak terlihat apa-apa, tapi kalo pagi hari hanya
kelihatan pohon bambu dan aliran sungai kali tidar.
Tumijah langsung mengambil sebungkus rokok sampoerna mild menthol yang kemarin dia
taruh dibalik kasur tempat tidurnya dan langsung menyalakan sebatang rokok tersebut,
menghisap pelan-pelan menikmati semua nikotin yang masuk memenuhi ruang paru-parunya
kemudian membuang kepulan asap putih ke langit-langit kamar.
“Tom, kamu malam ini mau keluar gak?” Tumijah bertanya penuh semangat sambil setia
membuang kepulan asap putih yang keluar dari mulutnya.
“Ada, kenapa?? rencananya aku dan teman-teman kampusku pada mau pergi ke Pub yang
baru akan dibuka malam ini, tempatnya di lantai atas dekat foodcourt mall artos” jawab
Tomy. “Pucuk di cinta engkau pun tiba, ternyata dia juga suka dugem” kata Tomy dalam hati.
“Apa itu Pub??” otak kecil Tumijah langsung mencari tahu tentang Pub. Kata Pub memang
sangat asing bagi Tumijah. “Astaga dia tidak tahu Pub?? berarti dia benar-benar lugu” batin
Tomy.
“Hahahaha, kamu baru tahu Pub, jangan-jangan kamu belum pernah ke tempat dugem?”
“Maksudmu apa Tom, aku semakin bingung?” Tumijah langsung menghisap rokok lebih
dalam lagi dan kali ini menghembuskan asap putih keluar jendela kamar belakang.
“Kalo kamu penasaran, nanti jam sepuluhan aku jemput kamu ya Priss bagaimana?”
“Nanti aku kabarin lagi ya, soalnya aku ada janjian sama kedua temanku”
Tidak lama kemudian tiba-tiba pintu kamar Tumijah di gedor-gedor oleh Ayahnya, Tumijah
langsung terkejut lalu mematikan Hp dan membuang rokoknya keluar jendela, Tumijah
kalang kabut membersihkan bau asap rokok yang menempel di setiap sudut kamarnya
menggunakan buku matematika yang dia ambil.
“Tumijah, buka pintunya Nak.” Ayahnya Tumijah sudah tidak sabar menunggu Tumijah
membukakan pintu kamar.
“Iya Yah, bentar-bentar, sebentar lagi Yah. Aku lagi nanggung nih nulis PRnya.” Tumijah
masih sibuk mengipas-ngipas sisa asap rokok yang masih mengepul di dalam kamarnya dan
tidak lupa menyemprot parfum kenzo daun di setiap sudut kamar, lalu setelah dirasakannya
sudah bau wangi sekali bukan bau asap rokok, Tumijah menutup kembali jendela kamarnya.
“Tumijah, cepat buka pintu kamarmu Nak!!” Ayahnya Tumijah sudah sangat geram
menunggu di balik pintu kamar.
“Iya Yah, ada apa toh” Tumijah langsung membuka setengah pintu kamarnya.
40
“Kamu ini lama sekali membuka pintu kamarmu. Ayah jadi curiga, jangan-jangan kamu tidak
belajar malam ini, pasti mainan Hp iya kan?? tadi Ayah mendengar jelas kamu sedang
berbicara lewat Hpmu” Ayahnya segera masuk kedalam kamar menuju ke meja belajarnya
Tumijah, lalu duduk di kursi kayu mengamati buku-buku pelajaran di atas meja belajar
Tumijah.
“Tumijah belajar kok Yah, itu buktinya ada beberapa buku dan satu bolpen di atas meja
belajarku, ini juga aku lagi memegang buku matematika. Siapa juga yang mainan Hp. Ayah
ini sukanya menebak-nebak sih” Tumijah masih memegang buku matematika di tangan
kanannya dan menggenggam erat sebungkus rokok di tangan kirinya.
“Ya sudah kalo kamu benar-benar lagi belajar, Ayah senang melihat kamu rajin belajar,
soalnya tadi pagi saat Ayah sedang menarik angkot, Ayah bertemu seorang penumpang
angkot yang bekerja di kantor dinas pendidikan kota Magelang. Katanya sekolahanmu itu
sangat jelek dalam mengerjakan soal ujian nasional dan siswa-siswinya nakal-nakal semua.
Apakah benar seperti itu Nak?” Ayahnya Tumijah memandang kedua bola mata Tumijah lalu
segera berubah menelusuri setiap sudur kamar.
“Enggak, siapa yang berani bilang seperti itu Yah, mana orangnya biar Tumijah marah-
marahin, enak saja bilang sekolah favoriteku seperti itu. Aku kan jadi tersinggung Yah”
Tumijah berusaha membela sekolahannya, padahal memang benar yang dikatakan oleh
seorang bapak dari dinas pendidikan itu dan dengan cepat tangan kiri Tumijah yang
menggenggam sebungkus rokok sampoerna mild tadi bersembunyi di balik saku celananya
sebelah kiri.
“Ini koreknya siapa Nak?. Kamu ngerokok ya!!” Ayahnya Tumijah terkejut melihat sebuah
korek gas berwarna biru tergeletak begitu saja di dekat besi pegangan jendela kamar.
“Mampus deh ketahuan” batin Tumijah.
“Ayah ini menuduhku yang enggak-enggak, itu korek gas ya untuk menyalakan lilin jika
terjadi mati lampu dirumah ini Yah” Tumijah mulai berbohong dan langsung mengeluarkan
keringat dingin disekitar wajahnya.
“Awas ya kalo kamu bohong sama Ayah, Nak??”
“Ya ampun Yah, aku itu tidak pernah bohong sama Ayah, sumpah demi TUHAN. Apa
untungnya coba, kalo aku berbohong sama Ayah??, ya sudah Yah, aku mau melanjutkan
mengerjakan PR matematikaku lagi, nanti kalo Ayah tetap disini, aku jadi tidak bisa
konsentrasi mengerjakannya.” Tumijah mengusir Ayahnya secara halus.
“Ya sudah kalo begitu, banyak-banyak belajar membuka buku pelajaran, berdoa sebelum
tidur dan membaca alkitab setiap hari, ingat jangan pernah membolos lagi atau pun mencoba-
coba untuk merokok, kamu sudah tahu kan akibatnya merokok bagi kesehatanmu itu Nak.
contohnya saja Ayahmu ini yang sekarang terkena penyakit jantung. Masa mudamu itu
jangan kebanyakan hura-hura, cobalah untuk kritis dengan dirimu sendiri. Apalagi zaman
sekarang sudah semakin mengkhawatirkan. Diusiamu itu memang benar masa yang paling
indah tapi ingat bisa berubah menjadi masa yang paling buruk jika tidak pintar-pintar
menjaga diri. Kamu mengerti Nak.”
“Iya-iya, aku mengerti Yah. Siiiap grak” Tumijah memberi hormat kepada Ayahnya.
“Ayahku ini memang seorang Ayah yang super kolot. Hari gini memberi wejangan untukku
41
yang terlalu berlebihan. Aku kan sudah dewasa untuk apa lagi menceramahiku” kata Tumijah
dalam hati.
“Nak. Kamu sudah makan malam belum?? itu ada sambal teri dan ikan wader kesukaanmu,
jangan sampai lupa di makan ya Nak”
“IYA AYAH, nanti kalo lapar pasti aku makan” jawab Tumijah langsung menutup rapat
pintu kamarnya.
Abg putri yang satu ini selalu saja mempunyai banyak alasan, untung saja Ayahnya Tumijah
tidak marah-marah kepada Tumijah. Ayahnya Tumijah langsung pergi meninggalkan kamar
Tumijah, walupun kamarnya Tumijah sudah di semprot oleh parfum kenzo daun, sebenarnya
sejak berdiri di depan pintu kamarnya Tumijah, Ayahnya Tumijah sudah mencium bau rokok
yang sangat super menyengat dihidungnya. Berhubung Ayahnya Tumijah juga tidak
mendapati bungkus rokok di dalam kamar Tumijah, alhasil Ayahnya hanya bisa menasehati
Tumijah saja.
“Tetot, tetot, tetot, tetot” nada dering sms berbunyi pelan di Hpnya Tumijah.
Dari Ayu Orakaruan:
“Lima belas menit lagi aku dan Benu menjemputmu Jah, seperti biasa di depan gang dekat
rumahmu aja ya biar aman gitu loh.”
Tumijah:
“Iya-iya, siiiip, aku juga sudah bersiap-siap mau meluncur kesana.”
Abg putri ini bukannya belajar malah pergi keluyuran mau nongkrong di cafe bersama kedua
temannya, dia sekarang sudah terlihat sangat bersiap-siap untuk pergi meninggalkan
kamarnya dengan penampilan sangat sederhana tapi sungguh menggoda “You can sexy”.
Hanya memakai kaos oblong berwarna pink baru yang sudah di modifikasi hingga terlihat
belahan dada Tumijah, celana hot pants berwarna biru baru yang melihatkan kemulusan paha
Tumijah, sepatu sandal baru dan tidak lupa menyemprotkan parfum kenzoo daun kali ini
cukup kebagian lehernya saja.
“Ehmm kok aku jadi penasaran sekali ya, sama cafe baru yang dibilang Ayu waktu di
foodcout tadi pagi, pasti banyak para Abg cowok dan anak kuliahannya yang nongkrong di
cafe tersebut” Tumijah berputar-putar di depan kaca pakaiannya memastikan penampilannya
malam ini memang sudah sangat sempurna di mata kaum adam. “Malam ini kalo di sebuah
cafe penampilanku harus cewek banget, kalo di alun-alun baru deh penampilan seperti
cowok” batin Tumijah.
Jam di balik pintu kamar Tumijah sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
Tumijah segera mengunci kamarnya lalu membuka jendela kamar dengan sangat hati-hati.
Tumijah tidak mau membuat suara yang mengakibatkan ketahuan oleh Ayah dan ibunya,
perlahan tapi pasti Tumijah menginjakkan kakinya di dahan-dahan pohon jambu, menuruni
hati-hati pohon jambu yang terletak di samping kamarnya, pohon jambu itu menjulang tinggi
melebihi tinggi bangunan rumahnya. Setelah sampai di bawah, Tumijah segera melepas
sepatu sandalnya lalu membawanya dengan kedua tangannya dan berlari cepat ke ujung gang
rumahnya.
42
“Untung saja tidak ketahuan” Tumijah berseru dalam hati sambil mengatur nafasnya yang
sekarang tersendat-sendat gara-gara berlari tadi.
Tidak lama kemudian, Ayu dan Benu sampai juga di ujung gang rumah Tumijah.
“Sudah lama Jah, mangkal disini?” tanya Ayu sambil bercanda.
“Sembarangan, emang aku cewek apaan, ya lumayanlah enam menit menunggu kalian
berdua. Untung saja aku tidak bosan menunggu dan tidak memutuskan balik lagi kerumahku,
loh jangan bilang kita boncengan tiga lagi??” jawab Tumijah sambi memperhatikan motor
Benu, dan langsung berjalan mengelilingi motor Benu sebanyak dua kali, ternyata Tumijah
berusaha memamerkan celana hot pants, baju kaos dan sepatu sandal barunya kepada Benu
dan Ayu yang sudah duduk di atas motor.
“Buseeet jangan banyak komentar Jah, ngapain kamu seperti itu, mengelilingi motor seperti
seorang model yang berjalan di atas catwalk saja. Aku tahu mentang-mentang ada barang
baru sombong nie. Seperti biasa motorku itu lagi di pakai Mamaku Jah, jadi cenglu lagi deh”
jawab Ayu dengan raut wajah kagum kepada Tumijah.
“Wealah Jah-Jah, memang gaya benar kamu itu Jah, baju baru, celana hotpants baru, sepatu
sandal baru, pasti di bayarin sama cowok yang ketemu tadi pagi di mall artos kan” Benu
langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan bersiul-siul.
“Terus buat aku mana Jah??” tanya Ayu dengan raut wajah cemberut.
“Apa sih yang enggak buat kamu itu Yu, ini aku kasih jam tangan saja ya” jawab Tumijah
sambil merogoh saku celana hots pantsnya.
“Wealah, ini namanya tidak adil, kok cuma Ayu saja yang dikasih, untuk aku mana Jah??”
Benu memelas.
“Enak saja ini kan khusus untuk para wanita!!. Emang kamu wanita??” jawab Tumijah penuh
heboh dan tersenyum di akhir kalimatnya.
“Huh dasar cewek rempong matre dan cabe-cabean, kimcil berdada besar” Benu protes kesal
dan langsung menyalakan motor Rx-Kingnya.
“Apa kamu bilang Nu!!” Tumijah langsung menjitak kencang kepala Benu dengan tangan
kanannya.
“Wealah. Cewek matre tidak boleh marah loh hahaha”
“Sudah-sudah, kalian berdua ini malah bertengkar, ayo Jah, buruan naik.”
“Yee siapa juga yang lagi bertengkar. Eh Nu, nanti jangan lupa mampir ke alfamart atau
indomaret dulu ya, biasa rokokku abis dan mulai saat ini aku tidak mau meminta rokok
marllboromu lagi. Sumpah deh.”
“Halah gayamu itu Jah, kalo gak ada rokok dan kepepet pasti kamu juga minta rokok
marllboroku. Sekalian kita berdua di beliinkan ya Jah.”
“Kamu aja Nu, aku gampang deh, nanti kalo ke pengin tinggal minta rokok punya Tumijah”
“Iya-iya Nu, apa sih yang enggak buat sahabtku yang paling ganteng ini”
43
“Wealah, tadi sudah menjitak sekarang berubah mengagumiku, meyanjungku dan merayuku
dasar cewek ababil”
“APA KAMU BILANG!! tangan kiri Tumijah langsung menjewer telinga kiri Benu.
Akhirnya mereka bertiga mampir ke toko indomaret membeli rokok dan meluncur ke tempat
tujuan mereka, yaitu sebuah cafe baru bernama Rstart di dekat daerah utaranya pecinan, gara-
gara Benu menggeber motor Rx-Kingnya sangat cepat, melampaui kecepatan pembalap lokal
indonesia, alhasil hawa dingin malam ini yang menyelimuti hampir seluruh sudut kota
Magelang, tidak terasa lagi oleh mereka bertiga, padahal mereka bertiga tidak memakai jaket
dan helm.
“Ini tempatnya Yu??” mata Tumijah langsung menelusuri setiap sudut bangunan cafe Rstart.
Menurut Tumijah cafe baru yang dimaksud oleh Ayu ini biasa saja tidak ada yang spesial,
justru terlalu megah dengan dekorasi lampu-lampu taman, dan pengunjung cafe kebanyakan
bapak-bapak yang sudah berkeluarga tidak ada anak mudanya kecuali para waiters dan
pemain music yang lagi live perfom membawakan tembang lagu tahun sembilan puluhan.
“Wealah say, pasti mahal banget minuman dan makanannya disini, lihat saja tempatnya
begitu mewah say, eke gak bawa uang banyak” Benu berkata dengan mengubah suaranya
mirip perempuan.
“Ngomong apaan sih kamu itu Nu. Malah seperti bencong aja. Tenang-tenang, sepertinya
kalo cafe baru itu, lagi gencar-gencarnya promo, pasti murah kok santai aja Nu, nanti kalo
seandainya kurang, kan ada boss kita yang paling cantik dan tidak sombong sekota
Magelang” Ayu tersenyum ke arah Tumijah.
“Siiialan kamu Yu. Kamu enggak salah memilih cafe barunyakan, YU??” Tumijah hanya
tersenyum tipis di akhir kalimatnya. Tempat favorite Tumijah itu ya di cafe Topgrezer, yang
suasanya terlihat remang-remang gitu, tapi banyak anak kuliahannya dan para Abg tua.
“Ya enggaklah Jah, memang ini cafe yang aku maksud tadi pagi itu, gimana bagus kan
cafenya. Ayu gitu loh??” Tumijah hanya menganggukkan kepalanya tanpa berkomentar
banyak kepada Ayu. “Ya sudahlah berhubung sudah ada disini apa boleh buat” batin
Tumijah.
Mereka bertiga akhirnya langsung masuk ke dalam cafe tersebut, penampilan Benu malam ini
juga berbeda dari malam sebelumnya, dengan kaos oblong ketat berwarna hitam melapisi
tubuhnya yang sangat kekar di tambah celana jins cut bray dengan robekan kecil-kecil
dibagian lututnya turut melengkapi penampilannya yang sangat macho sekali malam ini. Kalo
penampilan Ayu malam ini hanya menggunakan rok mini kotak-kotak berwarna merah, kaos
oblong berwarna kuning dan sepatu converse berwarna hitam bertali pink.
Sementara itu sebelum benar-benar terlelap untuk beristrirahat. Bapak dan ibunya Tumijah
berbicara di atas tempat tidurnya.
“Bu, Ayah kok jadi semakin khawatir sama Tumijah ya”
“Lah emang kenapa lagi Yah, sudahlah Yah, sekarang Ayah istirahat saja, tidak usah di
pikirkan yang negatif-negatif gitu tentang Tumijah, tidak baik memikirkan hal yang negatif
kepada anaknya sendiri. Tadikan Ayah sudah melihat sendiri ke dalam kamarnya Tumijah
kan. Dia lagi belajar kan Yah” Ibunya Tumijah terus bersusah payah meyakinkan Ayahnya.
44
“Iya Bu, Ayah selalu berpikiran yang positif terus kepada anak kita satu-satunya itu, tapi tadi
waktu Ayah mengecek Tumijah di dalam kamarnya, Ayah mencium bau rokok dan
menemukan korek api gas di dekat jendela kamarnya. Alasan Tumijah tadi, saat bilang sama
Ayah untuk menyalakan lilin jika terjadi mati lampu di rumah ini. Perasaan Ayah, kalo terjadi
mati lampu dirumah ini dia pasti turun kebawah sama kita, dia kan tidak pernah berani di
dalam kamar sendirian Bu” Ayahnya Tumijah langsung bersandar di tempat tidurnya.
“Ibu berani menjamin Yah, kalo Tumijah tidak akan melakukan hal yang negatif Yah, apalagi
mencoba untuk merokok. Percayalah sama ibu ya Yah”
“Ibu itu selalu saja membela anak kita satu-satunya itu, iya kalo benar, kalo salah bagaimana?
Apakah ibu masih membelanya? kita itu tidak boleh memanjakan Tumijah lagi Bu.”
“Huust Ayah itu tidak baik bilang seperti itu, sudah berapa kali ibu bilang sama Ayah, tidak
boleh berpikiran yang negatif sama anaknya sendiri. Ya sudah kita tidur saja yuk Yah, ibu
sudah ngantuk banget”
“Emang cuma ibu saja yang mengantuk, berdoa dulu Bu dan jangan lupa membaca alkitab
sebelum tidur”
“Iya-iya, ibu sudah tahu Yah, Ayah juga tuh, jangan lupa berdoa dan membaca alkitab
sebelum tidur”
Ayah dan ibunya Tumijah mengambil alkitabnya masing-masing yang tersimpan rapi di salah
satu rak meja kamarnya. Sebelum tidur Ayah dan Ibunya Tumijah, langsung mengambil
sikap sempurna untuk berdoa, karena setiap malam memang tidak pernah lupa untuk berdoa
dan membaca alkitab. Ayah dan ibunya Tumijah juga tidak pernah bosan mendoakan
Tumijah putri satu-satunya itu, supaya Tumijah menjadi anak yang baik, berbakti kepada
orang tuanya, rajin beribadah dan rajin berdoa.
“TUHAN YESUS bapak kami yang di surga, terimakasih TUHAN karena hari ini engkau
tidak pernah bosan menyertai dan memberkatiku dalam menjalani aktifitas sehari-hari.
Bersedia melindungiku dan keluarga kecilku ini dari mara bahaya. TUHAN aku serahkan
semua kehendakmu dan bimbinglah anakku satu-satunya yang bernama Tumijah, supaya dia
menjadi anak yang baik dan takut akan TUHAN. TUHAN aku mau tidur, aku serahkan juga
badan ini untuk beristrirahat yang cukup, supaya besok pagi bisa kembali beraktifitas dengan
semanagat. Dalam nama YESUS Amiiien.” doa Ayahnya Tumijah sebelum tidur.
“TUHAN Ampunilah segala kesalahan kami jika kami salah dalam membimbing anak kami
yang bernama TUMIJAH, aku yakin dia adalah anak yang baik mau menuruti apa kata kami,
bukalah pintu hatinya ya TUHAN semoga dia rajin datang beribadah kegereja dan berdoa
setiap hari, jagalah dia dari segala bentuk godaaan iblis dan lancarkanlah kegiatan dia
disekolah. Tuhan aku juga berdoa untuk suamiku yang sudah bersusah payah mencari uang
untuk keperluan sehari-hari dalam keluarga ini, jagalah dia dari bentuk marabahaya yang ada
diluar sana selama dia sedang beraktifitas dalam pekerjaannya. TUHAN aku serahkan juga
segalanya dalam semua kuasamu, pribadi lepas pribadi dan bangunkanlah aku di pagi hari ya
TUHAN. Dalam nama TUHAN YESUS Amiiienn.” doa Ibunya Tumijah sbelum tidur.
Sementara itu Tumijah, Benu dan Ayu duduk di bawah meja paling ujung yang ada payung-
payungnya, tidak membutuhkan waktu lama untuk menunggu, seorang waiters cowok
langsung menghampiri mereka. Suasana di dalam cafe ini memang sangat ramai apalagi ada
live perfom dari sebuah band yang beranggotakan lima orang remaja cowok, tapi pengunjung
45
golongan muda bisa di hitung dengan jari tangan saja. Rata-rata pengunjung yang datang ke
cafe Rstart ini bersama keluarganya semua.
“Silahkan mbak-mbak dan mas, mau pesan apa biar saya tulis?” pelayan cowok itu langsung
menyodorkan buku menu makanan dan menu minuman ke meja mereka bertiga.
“Cafe apa ini mas?? kok cuma sedikit muda-mudinya??” tanya Tumijah sangat kesal.
“Khusus malam ini acaranya koes plus an mbak” jawab Mas waiters tersebut dengan raut
wajah bahagia ke arah Tumijah. Tumijah hanya bisa menghela nafas lebih panjang lagi
Ayah betapa ku agungkan, betapa ku harapkan
Ayah betapa kau berpesan, betapa kau doakan
Ayah betapa pengalaman dahulu dan sekarang
Ayah rambutmu tlah memutih cermin suka dan sedih
Terdengar jelas nyanyian seorang vokalis remaja cowok di atas panggung dengan mengcover
lagu berjudul Ayah dari group band koes plus.
“Wealah, salah masuk cafe ini Jah, kamu itu gimana sih Yu?” kata Benu sambil menapuk
jidatnya sendiri di akhir kalimatnya.
“Hehehhe maaf-maaf, aku kan juga baru pertama kalinya datang kesini, jangan salahin aku
dong, salahin aja yang punya cafe ini. Sudah nikmatin saja, walaupun susananya enggak
banget tapi kita bisa leluasa ngobrol sampai jam setengah sepuluh malam loh” Ayu membela
diri.
“Ya ya ya. Ya sudah kalo begitu yu, kamu saja yang pesan, aku ikut kamu aja menu makanan
dan minumannya. Dari pada aku pulang beneran malam ini” Tumijah sekarang mulai
tersenyum manis ke arah waiters cowok yang sudah berdiri gagah dari tadi di depannya.
“Aku juga sama Yu” kata Benu sambil menyalakan rokok marllboronya.
“Kalian itu hobinya ikut-ikutan aku terus, tidak kreatif tahu gak” Ayu langsung melihat
semua daftar menu makanan dan minuman yang dia pegang, matanya menelusuri sangat
detail seluruh menu dari atas sampai ujung bawah sekali dan di bolak-balik mencari harga
makanan dan minuman yang paling murah. “Buseet mahal-mahal” batin Ayu. Berhubung
harga makanan di cafe ini yang paling murah cuma nasi goreng dan es teh seharga dua belas
ribu per porsi jadi tidak ada pilihan lagi. “Bagaimana kalo nasi goreng saja ya teman-teman??
okay-okay.” sambungnya lagi. Ayu langsung tersenyum lebar kepada kedua temannya yang
sekarang terlihat KB (Kecewa Banget) padahal Tumijah dan Benu belum mejawab.
“Terserah” kata Tumijah dan Benu bersamaan sambil memandang Ayu. Mereka berdua
sudah sangat kecewa sama Ayu, datang ke cafe Rstart yang sungguh mewah tapi cuma
makan nasi goreng dan minum es teh saja.
“Mas khusus es tehku gulanya jangan banyak-banyak ya, nanti kemanisan. Aku kan sudah
manis iya gak Mas” Tumijah langsung mengedipkan mata kananya dan membusungkan
dadanya. Mata pelayan itu yang tadinya hanya melihat raut wajah Tumijah, kini langsung
berubah melototin bagian yang menonjol dari badan Tumijah.
46
“Aku ganti jus melon aja, ada kan Mas?? hari gini minum es teh terus, apa kata dunia.” kata
Benu. Mas waiters itu masih setia melamun memandang dada Tumijah. “Woi mas!! ditanya
kok malah diam saja” sambungnya lagi.
“Maaf maaf, maaf Mas, apa tadi mbak?” Mas waiters ini terlihat salah tingkah.
“Wah Mas ini sebenarnya niat bekerja apa enggak sih kok gak serius melayani tamunya. Mau
aku laporkan ke Managernya??” Ayu mengambil paksa bolpen dan kertas dari genggaman
tangan kanan Mas waiters cafe.
Setelah memesan menu makanan dan minuman, Ayu dan Benu sekarang jadi semakin
penasaran dengan Tumijah, tentang apa saja yang sudah Tumijah bicarakan dengan cowok
ganteng yang bertemu tadi pagi di foodcourt mall artos, mereka berdua masih menyimpan
satu pertanyaan yang sama di dalam kepala mereka masing-masing kepada Tumijah,
bagaimana caranya, kok bisa sampai-sampai dibelikan barang-barang bermerek luar negri
seperti kaos label Carol, celana Hotpants label Leav, sepatu sandal lebel Madin dan Jam
tangan label Skull.
“Jah, oiya tadi pagi itu bagaimana ceritanya kok kamu bisa dibelikan barang-barang mahal
sama cowok ganteng yang ketemu tadi pagi di mall artos sih, gimana cara merayunya?? aku
kan juga mau seperti itu.” tanya Ayu.
“Tahu seperti itu, tadi pagi aku dan Ayu tidak akan buru-buru meninggalkan kamu Jah,
setahuku jika ada cowok yang deketin kamu paling-paling hanya bayarin makan dan bayarin
isiin pulsa terus di antar pulang” Benu mulai heboh.
“Hahahaha pokoknya gitu deh, siapa dulu dong Tumijah gitu loh, tahu gak kalian berdua,
ternyata dia anak kuliahan loh, kalo tidak salah dia masih semester tiga atau enam ya aku
lupa, yang pasti dia kuliah di Universitas Negri Magelang dan dia juga anak orang kaya
nomor dua di kota Magelang ini, betapa beruntungnya aku ini kan, tadi saja sebelum kita
berangkat kesini, aku di telepon sama dia, banyak deh ngobrol-ngobrol sama dia, seperti
kebanyakan para cowok-cowok yang sudah-sudah, dia terlalu berharap gitu sama aku.”
Tumijah kali ini tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya kepada kedua teman-temannya.
Terlihat jelas dari raut wajahnya kini mulai berubah berwarna pink.
“Siapa namanya cowok itu Jah, aku sampai lupa??” tanya Ayu.
“Tomy. Yu.” jawab Tumijah dengan penuh semangat.
“Kelihatannya kamu suka ya sama dia, jangan bilang kamu juga jatuh cinta sama cowok tajir
mampus itu? lihat saja mukamu langsung berubah pink gitu Jah??” Benu langsung
menghembuskan kepulan asap putih di langit-langit.
“Mana mungkin aku jatuh cinta sama dia, kalo suka sih iya karena dia lumayan ganteng, tapi
kalo untuk jatuh cinta kelihatannya nanti dulu deh, hobiku kan paling suka mainin cowok”
jawab Tumijah membela diri.
Tidak lama kemudian pesanan mereka bertiga pun berdatangan di atas meja.
“Ayo makan dulu, nanti keburu dingin nasi gorengnya” Ayu langsung mencuri start.
Setelah menghabiskan nasi goreng mereka melanjutkan obrolannya.
47
“Oh iya Nu, Yu, emang Pub itu apaan sih, soalnya tadi Tomy mengajakku ke Pub gitu deh??”
tanya Tumijah dengan sangat polos.
“Kalo aku tidak salah, itu sejenis diskotik gitu Jah, emang di kota Magelang ada ya?” jawab
Ayu. “Kok aku baru tahu” sambungnya lagi.
“Wealah, ya enggak adalah Yu, Jah, asal kalian tahu di kota Magelang ini kan baru saja
berkembang, contohnya saja mall besar seperti di artos, juga belum lama kan di bangun tapi
sesudah jadi, semua masyarakat langsung heboh dan beramai-ramai datangan kesana, apalagi
kalo besok ada Pub. Aku sama sekali tidak bisa membayangkannya. Kecuali kalo di kota-
kota besar seperti di kota Yogyakarta. Jangankan Pub tempat-tempat mesum berkedok salon
juga banyak disana?? bagi aku kalo di kota Magelang yang paling heboh itu ya pasar malam
yang ada dangdutannya seperti di alun-alun kemarin” Benu ceplas-ceplos berkata tanpa
beban sambil tertawa lepas di akhir kalimatnya.
“Tapi ini beneran Nu, Yu?? malam ini aku di ajak Tomy untuk pergi ke Pub, katanya malam
ini baru di buka, tempatnya juga di dalam mall artos, lantai atas dekat tempat foodcourt tadi
pagi itu, sumpah aku tidak bohong” Tumijah berusaha untuk meyakinkan kedua temannya.
“Kalo benar ada, berarti bagus deh, sudah berkembang sangat pesat dong kota Magelang ini
dan kita bisa kesana setiap malam minggu, tidak pergi ke alun-alun lagi. Ngomong-ngomong
kenapa kita tidak ke Pub saja malam ini, ide bagus kan??” kata Ayu dengan polosnya.
“Wealah, besok itu kita masuk pagi loh??. Ingat sekolah woi. Lagian kita juga tidak punya
uang??. Emang siapa yang mau bayarin kita masuk kedalam Pub??. Terus kita di dalam
ngapain?? cuma gigit jari lihatin orang suterees geleng-geleng kepala sampai mabok dan
muntah. Setahuku masuk ke tempat begituan biayanya sangat mahal sekali.” Benu langsung
menyalakan sebatang rokok mallboro menthol dan menghembuskan kepulan asap putih ke
wajah Tumijah.
“Gampang deh. Bisa saja sih, kalo aku mau” jawab Tumijah tanpa beban sedikitpun yang
terpancar di raut wajahnya sambil membuyarkan kepulan asap rokok yang keluar dari mulut
Benu dengan tangan kanannya.
“Maksudmu Jah??” Ayu menggaruk-garuk rambut panjangnya.
“Kan ada si Tomy hehehehe” Tumijah langsung menyalakan sebatang rokok sampoerna mild
menthol yang dia ambil lagi dari balik saku celana hot pantsnya.
Tiga Abg ini sangat-sangat tidak baik tingkah lakunya setiap malam keluar rumah, bukannya
belajar dirumah, eh malah nongkrong di cafe ketawa-ketiwi sampai jam setengah sepuluh
malam, kalo kedua orang tua mereka sempat tahu, bisa marah sekali, apalagi usia mereka kan
masih sangat muda. Mau jadi apa mereka besok. Kalo seperti ini semua modelnya generasi
muda di indonesia bisa kacau sekali, bukannya tambah maju malah tambah mundur ratusan
kilo meter.
Jam di cafe tersebut sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Alhasil Benu, Ayu
dan Tumijah langsung bergegas pulang.
“Sampai berjumpa besok pagi ya teman-teman” Tumijah sudah berdiri di ujung gang dekat
rumahnya.
“Okay Jah. Siiip” kata Benu dan Ayu yang langsung meninggalkan Tumijah.
48
Abg putri ini bukannya langsung pulang malah menelpon Tomy untuk menjemputnya.
“Tom, kamu dimana??”
“Aku sudah di dalam Pub Priss, kenapa tadi teleponku kamu matiin, aku kan belum selesai
berbicara” suara dentuman musik dj terdengar jelas di telinga Tumijah “Iam sexy and I know
it”. Tumijah semakin penasaran oleh sebuah tempat yang bernama Pub tersebut.
“Maaf ya, tadi Hpku mendadak low batrenya, ini aku juga barusan pulang dari pergi sama
kedua temenku, oo ya sudahlah kalo begitu, maaf mengganggumu” Tumijah memancing
Tomy untuk segera menjemputnya.
“Aku jemput kamu ya Priss, disini seru banget loh” Tomy semakin bersemangat merayu
Tumijah. “Akhirnya aku di jemput juga sama Tomy, yes, yes yes” batin Tumijah.
“Okay aku tunggu di jalan sudirman aja ya, depan bank Magelang, tahu kan. Soalnya tadi
kedua temenku kejauhan mengantarku pulang ke perumahan gladio. Tapi beneran aku boleh
ikut gabung sama temen-temenmu, tapi aku penampilannya biasa aja loh??. Nanti kamu
malah minder lagi bertemu sama aku, kamu yakin aku boleh ikut?? nanti aku sampai sana
malah di cuek in kayak patung Semar?” Tumijah sengaja merendahkan dirinya. Padahal
dalam hatinya senang sekali bisa datang ketempat begituan, ini adalah pengalaman pertama
kalinya Tumijah datang ke sebuah Pub.
“Boleh kok tidak ada yang marah, disini juga tempatnya bebas, mau berpenampilan apa saja
juga boleh. Kenapa aku harus minder bertemu sama kamu. Biasa aja kali, justru kalo kamu
ada disini aku sangat senang sekali, jadi tidak kesepian, habisnya temen-temenku pada curang
membawa pasangannya semua. Cuma aku yang sendirian tanpa pasangan.” Alhasil tidak
lama kemudian Tomy menjemput Tumijah di jalan sudirman depan bank Magelang
menggunakan mobil sedan merahnya. Tumijah berlari cepat menuju jalan sudirman depan
bank Magelang, untung tidak terlalu jauh jarak jalan sudirman dengan gang rumah Tumijah.
Langit Biru
Matahari kembali menampakkan badannya yang berwarna kuning pekat terang dan sangat
besar sekali, menunjukkan sebagai salah satu ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa. Burung-
burung emprit pun mulai bernyanyi dengan sangat merdu di balik dahan-dahan pohon jambu
hingga suaranya menembus aktifitas pagi di kota Magelang. Seluruh jalanan pun yang
tadinya terlihat sangat sepi, kini menjadi sangat ramai sekali. Apalagi suasana di dalam kelas
sepuluh G SMA 463 kota Magelang sudah seperti pasar ikan yang sibuk melakukan transaksi
jual beli ikan. Maklum sang guru tidak kunjung datang ke kelas sepuluh G. Aktifitas di dalam
kelas terlihat ada yang lagi ngobrolin tentang sinetron, ada yang lagi mondar-mandir keluar
masuk kelas dan ada juga yang lagi ngebahas soal sepak bola tadi malam. Tapi ada seorang
Abg putri yang tidak ramai seperti teman-temannya, malah dia sedang terlihat duduk manis
sambil asik melamun kearah buku tulisnya. Entah sebab apa yang membuatnya menjadi
seperti itu pagi ini. Biasanya Abg putri yang satu ini biang keroknya kehebohan di dalam
kelas sepuluh G.
“Kamu itu kenapa toh Jah, dari pertama datang ke sekolah sampai sekarang duduk di dalam
kelas selalu tersenyum terus memandang buku tulismu, emang ada pa toh dengan buku
49
tulismu??, aneh tidak seperti biasanya, awas loh nanti bisa kesurupan mbah Surip.” Ayu
langsung menyenggol bahu kanan Tumijah.
“Wealah, sepertinya Tumijah ini lagi di mabok cinta Yu” Benu berusaha mengganggu
pandangan Tumijah dengan tangan kanannya, tetapi Tumijah tidak menanggapinya masih
setia melamun dan asik tersenyum ke arah buku tulisnya.
“Yu lihat hari ini seorang target sedang duduk manis di arah jam dua” Benu menunjuk jari
telunjuknya kearah sebelah kanan tepatnya kepada seorang siswa yang bernama Billy.
“Jah kamu mau ikut ngusilin Billy gak??” tanya Ayu.
“Enggak. Hari ini aku malas sekali untuk ngusilin orang di dalam kelas ini, kalian berdua saja
sana” jawab Tumijah masih setia melamun ke arah buku tulisnya dan kini buku tulisnya
sudah di coret-coret bergambar dua orang cewek cowok yang sedang bergandengan tangan
dan di atas kepalanya ada awan berbentuk love, love, love, banyak sekali.
Dengan cepat Ayu dan Benu sudah berhasil duduk dibelakang bangku Billy. Billy tidak
menyadari kalo hari ini dia yang menjadi target sasaran empuk keusilan Benu dan Ayu di
dalam kelas.
“Woi sedang ngelamun apa Bro?” Benu langsung menjitak kepala Billy dari arah belakang.
Billy pun langsung terkejut dan mengusap-ngusap kepalanya yang terasa sangat panas sekali
gara-gara di jitak Benu dengan sangat keras.
“Aduh. Astaga naga, onde monde tuesday everyday, ambo kirain Hantu!!, ada apa Nu, Yu.”
jawab Billy dengan logat campur aduk padang, indonesia, dan inggris, terlihat jelas di raut
wajahnya juga kalo dia sedang kesakitan.
“Bil, aku boleh minta tolong gak sama kamu??” Ayu membelai lembut dagunya Billy.
“Boleh minta tolong apa itu, Yu?” jawab Billy dan langsung tersenyum manis di akhir
kalimatnya.
Belum sempat mengusuli Billy, bell tanda memulai pelajaranpun bedering sangat keras
hingga keseluruh sudut SMA 463 kota Magelang. Ini tandanya sudah lima belas menit
memulai pelajaran. Dengan cepat seluruh siswa-siswi sepuluh G duduk manis kembali ke
bangkunya masing-masing, termasuk Benu dan Ayu juga. Mereka sudah mengerti betul kalo
bunyi bell itu pasti ada seorang guru yang masuk kedalam kelasnya karena pergantian jam.
Di dalam kelas sepuluh G, hanya bangku Tumijah, Ayu dan Benu yang sangat mencolok
terlihat berbeda. Mereka bertiga ternyata duduk sebangku paling belakang sendiri sebelah
kanan.
“Selamat pagi semua” kata bapak guru yang memiliki bentuk badan pendek dan gemuk
sambil melangkahkan kakinya masuk menuju tempat duduknya dengan membawa lima
tumpuk buku matematika. Suasana di dalam kelas menjadi sangat hening, apalagi bapak guru
sudah memegang kumisnya dengan tangan kanannya dan perlahan memuntirkannya ke arah
depan. Itu pertanda bapak guru Joni sudah siap untuk menyuruh setiap siswa-siswinya
kedepan kelas secara bergantian. Kebiasaan bapak guru yang satu ini memang sungguh unik,
selalu mengecek penampilan siswa-siswinya sebelum memulai pelajarannya. Bisa dibilang
bapak guru Joni orang yang sangat memperhatikan kerapian siswanya di dalam kelas.
50
Setelah semuanya sudah pada maju bergantian kedepan kelas termasuk Ayu, Tumijah dan
Benu. Pak Joni memanggil ulang sekali lagi mereka bertiga. “Ayu, Tumijah dan Benu kalian
maju lagi di depan kelas” bapak guru Joni merasa aneh dengan penampilan mereka bertiga.
“Kalian ini selalu membuat sensasi, lihat penampilan kalian bertiga berbeda dari teman-
teman kalian yang ada di dalam kelas ini” Pak Joni masih setia memperhatikan penampilan
Ayu, Tumijah dan Benu.
“Dasar guru tidak tahu fashion” Benu berkata dengan setengah suara.
“Apa kamu bilang Benu?? kamu masih bisa membela diri. Penampilanmu saja sudah seperti
pereman pasar!! itu yang namanya fashion. Asal kamu tahu ya, bapak ini dulu pernah
menjadi seorang juri lomba busana dan fashion sekota Magelang. Jadi bapak lebih mengerti
fashion dari pada kamu, kamu mengerti.” bapak guru Joni marah-marah langsung dihadapan
wajah Benu. Benu hanya bisa berdiam diri saja tidak berani menatap kedua bola mata bapak
guru Joni yang kini terlihat melotot tajam.
“Terus salah aku dan Tumijah apa Pak?” Ayu berputar-putar seperti seorang model tingkat
kecamatan yang sedang berlomba di panggung pentas tujuh belasan.
“Ayu kamu masih tidak menyadari kesalahanmu itu?? lihat saja sepatumu berwarna-warni
dan rok mu itu seperti kekurangan bahan!!” jawab Pak guru Joni dengan suara lantangnya.
Pandangan bapak guru Joni langsung berubah ke arah Tumijah.
“Kalo kesalahanku apa sih bapak Joni sayang?? kok Tumijah disuruh kedepan lagi.
Tumijahkan capek bolak-balik kedepan” Tumijah tersenyum manis dan mengedipkan
matanya sebelah kiri di akhir kalimatnya kepada bapak guru Joni. Bapak guru Joni pun
langsung berubah seratus lima puluh derajat dari raut wajahnya yang tadi terlihat sangat
marah sekarang jadi terlihat lebih santai seperti di pantai, ya seperti tidak terjadi apa-apa.
“Tumijah, lain kali kamu itu tidak usah pakai rok sexy seperti itu lagi ya, terlalu sangat
menggoda, bapak takut nanti temen-temen kamu yang lain, berbuat yang semena-mena sama
kamu” bapak guru Joni berkata dengan suara penuh lembut lalu tersenyum di akhir
kalimatnya dan mengusap-ngusap rambut pendek Tumijah.
“Bapak itu sungguh tidak adil, kalo sama Tumijah suaranya lembut sekali, tiba giliran kita
berdua dimarah-marahin tanpa senyum sedikitpun” Benu berusaha membela diri dengan
penuh rasa kesal sekali.
“Wuuuuuuu” sorakan siswa-siswi di dalam kelas sepuluh G.
Sementara itu ibunya Tumijah terlihat sedang asik menyapu di halaman rumahnya, dan tidak
lama kemudian tetangganya dua orang ibu-ibu langsung menghampiri ibunya Tumijah.
“Jeng, maaf ya sebelumnya, semalam suami saya itu melihat Tumijah pulang dini hari sekitar
jam tigaan gitu loh Jeng, pakai mobil taxi hitam di depan gang. Emang dia dari mana Jeng?
Kok dini hari baru pulang kerumah”
“Tidak kemana-mana Bu Ari, mungkin suami ibu salah lihat kali, anak saya itu semalam
dirumah loh tidak kemana-mana” Raut wajah ibunya Tumijah mulai bingung. Padahal
semalam itu Tumijah memang pergi ke Pub di jemput oleh Tomy dan pulang naik taxi karena
Tomy sudah mabok berat sampai muntah-muntah.
51
“Iya loh bu, Tumijah itu juga sering keluar malam, saya juga melihat sendiri Tumijah sering
bonceng tiga sama temannya memakai sepeda motor Rx-King” kata Bu Zainal.
“Tidak mungkin Bu, anak saya itu tidak pernah keluar malam. Saya sendiri juga selalu
mengawasinya di dalam rumah.”
Ibunya Tumijah mendapat kabar seperti itu, seperti sedang di sambar petir di siang bolong
dan kejatuhan batu sebesar rumah dari luar angkasa. Ibunya Tumijah langsung masuk
kedalam rumahnya meninggalkan ibu-ibu tadi tanpa sepatah katapun yang keluar dari
mulutnya, lalu dia mengambil segelas air putih dan duduk di ruang tamu. Menenangkan diri,
sambil terus berpikiran positif kepada anak putri satu-satunya itu.
“Tumijah, Tumijah, kamu itu selalu membuat ibumu khawatir nduk” batin ibunya Tumijah.
Sementara itu di dalam kelas sepuluh G, bapak guru Joni sedang serius sekali menerangkan
berbagai macam rumus matematika di depan papan tulis. Tumijah sama sekali tidak bisa
konsentrasi mengikuti pelajaran karena rasa kantuk dan rasa lelah menyerangnya dengan
sangat luar biasa dirasakannya. Alhasil Tumijah pun tertidur pulas dengan posisi kepala
menunduk di atas meja. Ayu dan Benu tidak tahu kalo Tumijah semalam pergi bersama
Tomy ke Pub sampai jam tiga dini hari.
“Wealah, Yu. Lihat Tumijah malah sempat-sempatnya tidur, mentang-mentang Pak guru Joni
tidak pernah marah sama Tumijah, dia seenaknya saja tidur di dalam kelas, coba kalo kita
yang tidur di dalam kelas pasti sudah melayang tuh sepidol dan penghapus dari papan tulis ke
kepala kita masing-masing” Benu sangat serius sekali memperhatikan bapak guru joni
mengajar. Cuma bapak guru Joni saja yang paling ditakuti oleh Benu.
“Tumijah gitu loh, Nu, Nu, Nu. Coba deh perhatiin Tumijah lebih detail lagi, tidurnya pakai
acara ngiler gitu, ih dasar jadi cewek kok jorok banget, aku aja yang cewek banget tidak
separah itu kalo tidur, aku jadi heran kenapa para cowok-cowok kok bisa suka sih sama
Tumijah” Ayu menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Tumijah tertidur pulas sambil terus
mengeluarkan ilernya yang menetes kepermukaan lantai kelas.
“Jah-Jah bangun Jah, ada cowok ganteng nyariin kamu tuh katanya ingin ngasih kado dua
pasang bikini pantai bermerek Ladys” Benu berbisik pelan ketelinga Tumijah sebelah kanan.
“Dasar cerewet, mengganggu orang tidur saja. Bangunin aku kalo sudah bunyi bell istirahat
ya” jawab Tumijah tanpa gerakan sedikitpun, masih setia dalam posisi kepala menunduk di
atas meja, Padahal ilernya Tumijah sudah menetes sampai kemana-mana di permukaan lantai
kelas.
Dua jam kemudian pelajaran bapak guru Joni sudah selesai, bell tanda istirahat pun langsung
berbunyi nyaring ke seluruh sudut SMA 463 kota Magelang. Suasana di kelas sudah kembali
ramai seperti pasar ikan kembali. Tumijah langsung di bangunkan oleh Benu dan Ayu.
Sepuluh menit kemudian Tumijah baru berdiri dengan raut wajah berantakan seperti orang
yang belum mandi pokoknya kacau sekali Tumijah hari ini.
“Jam berapa sekarang Yu” Tumijah mengucek-ngucek kedua matanya lalu merogoh kaca
kecil di dalam tasnya segera merapikan rambutnya dan mengelap semua bekas iler yang
menempel di sekitar mulutnya memakai baju seragamnya.
“Jam sepuluh lewat lima belas menit Jah, ayo kita ke kantin Bu Ami sekarang”
52
“Iya nih, aku juga sudah lapar sekali, tadi itu pelajaran Pak Joni sangat-sangat membosankan
sekali” Benu langsung berjalan ke pintu kelas.
“Woi Nu. Tunggu in bentar” seru Tumijah langsung memasukkan kaca kecilnya ke dalam
tas.
“Iya nih Benu main tinggal-tinggalin aja.
Akhirnya mereka bertiga pergi ke kantin dan duduk manis di warungnya Bu Ami sambil
ketawa-ketiwi kesana kemari. Kebiasaan jelek mereka bertiga jika sudah berada di
warungnya Bu Ami, selalu tidak jujur dalam membayar makanan dan minuman yang telah
mereka ambil. Contohnya saja makan bakwan kawi enam buah yang dibilang cuma makan
dua saja. Jadi jangan pernah mencontoh para ketiga Abg ini ya. Ingat walaupun harganya
tidak seberapa kita harus bersikap jujur dalam membayarnya.
Langit terlihat sangat mendung menyelimuti seluruh sudut kota Magelang, mobil angkot yang
dikemudikan oleh Ayahnya Tumijah, tiba-tiba mogok di pinggir jalan tepatnya dekat rumah
sakit RSJ kota Magelang, hingga seluruh penumpang yang berada di dalam angkotnya
marah-marah dan langsung keluar menaikki angkot lainnya. Ayahnya Tumijah terpaksa
memanggil teman-temannya sesama supir angkot supaya mobil angkot milik Ayahnya
Tumijah bisa di tarik dan dibawa masuk ke dalam bengkel mobil terdekat.
“TUHAN kenapa mobil angkotku mogok, mau makan apa hari ini Tuhan, kalo aku tidak bisa
menarik penumpang hari ini. Uang yang terkumpul baru enam puluh ribu, ini tidak cukup
TUHAN, aku juga harus menyetor lima puluh ribu kepada pengelola pangkalan dan
membayar bengkel” kata Ayahnya Tumijah dalam hati sambil memandang mesin mobil
angkotnya di bongkar oleh seorang montir mobil berseragam biru.
Setelah empat jam menunggu, akhirnya mobil angkot milik Ayahnya Tumijah sudah selesai
di perbaiki. Ayahnya Tumijah terkejut ketika mendengar biaya yang harus dia keluarkan
untuk membayar bengkel tersebut sebanyak dua juta tiga ratus ribu rupiah.
“Maaf mas, sepertinya saya tinggal dulu mobil angkot saya disini. Saya juga tidak
mempunyai uang sebanyak itu, mungkin dua minggu lagi saya baru kesini” Pemilik bengkel
itu hanya memandang raut wajah Ayahnya Tumijah dengan penuh curiga.
Sepuluh menit kemudian.
“Baiklah Pak, tidak apa-apa, tapi jangan lewat dari dua minggu ya, kalo lebih dari dua
minggu mobil bapak terpaksa saya jual dari pada memenuhi bengkel saya saja, saya juga
tidak mau seperti kejadian-kejadian sebelumnya yang sama persis awal mulanya seperti
bapak juga dan ujung-ujungnya tidak balik lagi. Malah menyuruh orang lain membawa paksa
mobilnya”
“Terimakasih banyak Mas, saya pasti akan menepati janji saya, percayalah.” Ayahnya
Tumijah berusaha meyakinkan sang pemilik bengkel.
Ayahnya Tumijah langsung pulang kerumahnya menggunakan jasa ojek dengan raut wajah
tidak seperti biasanya, rasa sedih, lelah dan kecewa meyelimuti hatinya. Ibunya Tumijah
yang baru saja menyelesaikan mencuci pakaian di kali dekat rumahnya, sangat terkejut
melihat Ayahnya Tumijah sudah berada di dalam rumah duduk lesehan di lantai ruang
keluarga sambil meneteskan deras air matanya dan memandang langit-langit rumah.
53
“Ayah sudah pulang, kenapa Ayah menangis? ada apa Yah? ada apa?” Ibunya Tumijah
langsung meletakan ember pakaian diatas meja kayu sebelah televisi dan memeluk Ayahnya
Tumijah sangat erat.
“Tidak apa-apa Bu, Ayah hanya kecapean saja” suara Ayah Tumijah sangat parau.
“Terus mobil angkot Ayah kemana, kok tidak ada?” Ibunya Tumijah semakin penasaran.
“Maaf ya Bu, Ayah sebenarnya tidak mau cerita sama ibu, Ayah takut ibu marah besar sama
Ayah. Maafkan Ayah ya Bu” kata Ayahnya Tumijah sambil menangis dipelukkan Ibunya
Tumijah.
“Kenapa toh Yah, cerita saja, jangan membuat ibu kepikiran seperti ini, apapun yang terjadi
sama Ayah, ibu selalu ada buat Ayah dan selalu setia mendukung Ayah” ibunya Tumijah
berusaha meyakinkan Ayahnya Tumijah. Pikiran Ibunya Tumijah mulai kemana-mana.
“Jangan-jangan mobil angkot suamiku di curi orang” batin Ibunya Tumijah.
“Mobil angkot Ayah, mengalami kerusakan mesin Bu tadi pagi, Ayah tidak sanggup
membayar uang sebanyak dua juta tiga ratus ribu untuk perbaikkan mesin. Dan sekarang
mobil angkot milik Ayah terpaksa Ayah tinggalkan di bengkel mobil dekat RSJ.” Ayahnya
Tumijah langsung mengusap air matanya dengan kedua tangannya.
“Oo begitu ceritanya. Ya sudah Yah, tidak apa-apa nanti kita cari solusinya sama-sama ya
Yah, tidak usah sedih gitu. Sabar ya Yah. Ayah kan sudah melakukan yang terbaik buat ibu
dan Tumijah, meskipun keluarga kita ini serba berkecukupan tapi ibu yakin TUHAN
mempunyai rencana lain untuk kita sekeluarga yang lebih indah dan Tuhan tidak akan pernah
tinggal diam begitu saja melihat anaknya yang lagi kesusahaan” Ibunya Tumijah tersenyum
di akhir kalimatnya sambil mencium pipi kiri Ayahnya Tumijah.
Sementara itu jam dinding berbentuk rumah kayu yang terdapat di dalam ruangan bapak
kepala sekolah SMA 463 kota Magelang. Sudah menunjukkan pukul satu siang lewat tiga
puluh menit, tangan kanan bapak kepala sekolah langsung menekan tombol bundar kecil
berwarna merah muda yang menempel erat di sebelah atas kursinya. Dengan sekejap bell
berdering sangat kuat menyebar ke seluruh ruang kelas, ini pertanda proses belajar mengajar
sudah selesai dan seluruh siswa-siswi mulai berhamburan pulang kerumahnya masing-
masing.
Tapi itu tidak berlaku kepada tiga Abg ini. Tumijah, Ayu dan Benu, mereka bertiga bukannya
pulang kerumah masing-masing, eh malah langsung nongkrong di KFC mall artos.
Biasanyakan kalo setiap hari kamis banyak anak kuliahan yang sedang makan disana,
Tumijah terlihat sangat senang sekali hari ini bisa leluasa TPK dan TP (Tebar Pesona
Kecantikan dan Tebar Pinggul atau bisa juga di artikan dengan Tebar Paras Cantik dan
Terlihat Penggoda) kepada para remaja cowok khususnya anak kuliahan yang sedang makan
disana. “Asiik semoga hari ini ada korban lagi dan semakin banyak deh koleksi barang-
barangku di rak pakaian” kata Tumijah dalam hati.
“Hey Jah, kita mau duduk dimana nih?? di dalam atau diluar” mata Ayu langsung menelusuri
kursi besi stenlis yang masih kosong.
“Pertanyaan yang bodoh, ya di luarlah. Emang kalo di dalam boleh merokok ya??” jawab
Tumijah sambil memasang senyum yang sangat menggoda kepada para remaja cowok yang
sedang asik makan dan ngobrol bersama teman-temannya.
54
“Jah hari ini aku tidak mau keluar uang loh. Okay” Benu memindahkan uang jajannya yang
semula di saku baju sebelah kiri, sekarang langsung dimasukkan ke dalam dompet yang
berada di dalam tas Mointain hitam miliknya.
“Sudah jangan cerewet, kamu kan memang seperti itu, suka yang gratisan hahahaha sama
seperti aku. Jadi tenang saja Nu. Pasti kita akan makan dan minum gratis kok. Percayalah.”
jawab Tumijah cukup tenang sambil berjalan ke arah meja bundar diikuti oleh Benu dan Ayu.
Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya mereka bertiga menemukan tiga tempat duduk
kosong tepat di depan rombongan lima remaja cowok anak kuliahan yang semuanya
memakai baju almamater biru tua.
Suasana di KFC mall artos memang sangat ramai sekali dengan sebagian besar di penuhi oleh
anak kuliahan yang duduk di dalam ruangan maupun diluar ruangan KFC, ada yang lagi asik
ngobrol bersama pacarnya, ada yang lagi santai, dan ada juga yang sengaja datang di hari
kamis melepas penat untuk mencari fenomena cabe-cabean, cewek gampangan dan kimcil
anak sekolahan seperti Tumijah.
Mereka bertiga sengaja tidak memesan langsung minuman dan makanan, masih setia
menunggu calon korban Tumijah yang mau menghampiri ke meja mereka. Walaupun ada
beberapa Abg putri dari sekolahan lain yang duduk di kursi besi stenlis area luar KFC juga,
tapi tetap saja tidak bisa mengalahkan kecantikan dan kemolekkan tubuh Tumijah. Tumijah
pun sekarang langsung berdiri dari tempat duduknya dan langsung menuju ke dalam toilet
KFC.
“Wealah kok kamu malah pergi Jah.” kata Benu dengan polosnya. Ayu langsung mencubit
pinggang kiri Benu karena geram oleh kepolosan Benu.
“Kamu itu Nu, seperti tidak tahu Tumijah saja, dia itu pergi ke toilet bukan hanya untuk
berdandan atau buang air kecil saja, tapi mencari perhatian para cowok-cowok anak kuliahan
lihat saja cara jalan Tumijah sudah seperti super model kelas internasional yang berjalan di
atas catwalk”
“Oogitu ya Yu, iya-iya, tapi gak usah pakai acara cubit-cubitan kali. Tapi kamu yakin kita
bisa makan dan minum gratis disini? kok aku meragukan ya hehehe, lah kamu kenapa tidak
seperti Tumijah Yu??” Benu memancing emosi Ayu.
“Apa kamu bilang!! kamu menghinaku atau melecehkanku Nu?? mana ada yang mau sama
aku, secara fisik aku tidak terlihat sexy dan menggoda di bandingkan dengan Tumijah. Kamu
kan juga sudah tahu dari awal kita bertemu kalo aku ini tidak ada apa-apanya jika di
bandingkan sama Tumijah, aku kan kurus kerempeng, datar, memakai behel gigi dan terlihat
seperti robot jika tersenyum. Lah kamu juga! kenapa tidak mencari Tante-tante girang saja
atau Janda saja biar kita setiap hari bisa makan dan minum gratis, badanmu kan juga tidak
kalah kekar sama Ade rai” Ayu membela diri sambil menjewer telinga kanan Benu dengan
sangat kuat.
“Wealah Yu, Yu. Yu. Ampun-ampun. Hahahhaha, aku kan cuma bercanda, emang aku
cowok apaan??” Benu tersenyum di akhir kalimatnya dan melihatkan kedua otot tangannya
kepada Ayu.
Akhirnya Tumijah datang diikuti oleh dua orang remaja cowok anak kuliahan, satu bergigi
boneng berkumis tipis dan satu lagi berambut botak dengan jenggot pendek yang sangat
55
lebat. Pokoknya kedua mahasiswa yang mengikuti Tumijah itu sama-sama memiliki ke
gantengan di bawah SNI (standar nasional indonesia).
“Hai Yu, Nu. Ini perkenalkan Mas Ardi dan Mas Anton” Tumijah bertingkah laku seperti
sudah sangat mengenal akrab mereka berdua, para remaja cowok anak kuliahan tersebut.
Padahal kan baru lima menit yang lalu bertemu dan berkenalan dengan Tumijah, saat
Tumijah baru selesai keluar dari toilet KFC.
“Ayu”
“Benu” Benu dan Ayu saling memandang satu sama lain. “Gila Tumijah cepet banget
mencari korbannya” batin Benu dan Ayu bersamaan.
“Mari mas silahkan duduk” Tumijah mengambilkan dua kursi besi stenlis dari meja sebelah
kanan yang masih kosong.
“Wealah, oiya pada mau pesan apa nih mas, nanti biar Ayu yang pesanin ke dalam” Benu
tersenyum bahagia dan sekarang mencubit pelan pinggang Ayu sebelah kanan.
“Pakai duit kamu dulu ya bro, uangku kayaknya enggak cukup nih apalagi untuk mentraktir
mereka bertiga, ingat yang penting kita dapat nomor hp cewek bohay anak SMA ini bro,
lebih tepatnya kimcil bohay gitu loh, kapan lagi kita punya chanel anak SMA seperti dia. Ini
kesempatan emas buat kita bro jangan disia-sia in. Nanti kita menyesal dan sabun mandi
menjadi pelampiasan kita, kamu mau seperti itu. Aku tahu kok kalo kamu pasti bosan juga
kan bro, main sama ayam kampus terus hehehe” kata Ardi remaja cowok yang memiliki
rambut botak berjenggot pendek yang sangat lebat sambil berbisik pelan penuh hati-hati ke
telinga kiri Anton. Anton pun langsung tersenyum lebar. Menandakan dia setuju apa yang
telah di katakan oleh temannya itu.
“Tidak usah repot-repot biar Aku saja” jawab Anton remaja cowok yang memiliki bentuk
gigi boneng berkumis tipis dan langsung berdiri dari tempat duduknya.
Alhasil Ayu dan mas Anton pergi ke dalam memesan makanan dan minuman. Terkuras juga
uang Anton dua ratus empat puluh ribu rupiah dari dalam dompetnya. Ardi dan Anton tidak
menyadari kalo sebenarnya mereka sudah di manfaatkan oleh Tumijah. Dasar Abg putri yang
satu itu selalu saja mempunyai cara untuk mempergunakan penuh negatif kecantikan dan
bentuk tubuhnya yang sangat menggoda demi yang namanya makan dan minum gratis
bersama kedua teman-temannya, sekaligus juga memenuhi barang-barang koleksi di dalam
rak laci pakaiannya yang masih terlihat kosong. Lagi-lagi selalu saja ada sasaran empuk
untuk Tumijah beraksi.
Setelah selesai makan dan sedikit ketawa-ketiwi bersama dua remaja cowok anak kuliahan
tersebut. Benu dan Ayu langsung berpamitan untuk pulang meninggalkan Tumjah sendirian
bersama dua remaja cowok anak kuliahan tersebut dan Seperti biasa malam harinya pasti
mereka bertiga akan bertemu lagi untuk bergosip ria sampai jam setengah sepuluh malam.
“Maaf mas-mas, aku dan Benu pulang duluan ya, ada keperluan mendadak” kata Benu penuh
bohong. Padahal tidak ada keperluan apa-apa karena sudah kenyang makan dan minum
gratis.
“Ya sudah tidak apa-apa, nanti aku pulangnya gampang deh, kan ada mas Anton dan mas
Ardi” jawab Tumijah langsung dengan penuh semangat sambil mengedipkan matanya
56
sebelah kanan dua kali ke arah Ayu dan Benu. Sepertinya hanya mereka berdua yang paham
tentang kode kedipan mata Tumijah.
“Iya hati-hati di jalan ya” kata kedua remaja cowok anak kuliahan tersebut bersamaan yang
sudah teracuni oleh pikiran mesum mereka masing-masing kepada Tumijah.
Tidak lama kemudian, Tumijah, Anton dan Ardi langsung berjalan-jalan masuk ke dalam
mall artos sambil ketawa-ketiwi, padahal baru saja mengenal Tumijah tapi sudah kelihatan
akrab sekali. Wah Tumijah memang pintar membuat suasana menjadi meriah. Dua remaja
cowok anak kuliahan tersebut memang terlihat culun, cupu-cupu tapi dalam otaknya sungguh
mesum sekali, apakah model yang seperti ini yang di sukai Tumijah atau memang dua remaja
itu yang sudah terhipnotis oleh pikiran mesum mereka sendiri gara-gara melihat kecantikan
dan bentuk lekuk tubuh Tumijah yang sungguh bohay penuh menggoda hawa nafsu kaum
Adam.
“Enaknya kita kemana ya?” tanya Tumijah sambil setia memegang kedua tangan remaja
cowok anak kuliahan tersebut, maksudnya tangan kirinya Tumijah menggenggam erat
telapak tangan kanannya Anton dan tangan kanannya Tumijah menggenggam erat telapak
tangan kirinya Ardi.
“Eng,.kemana ya, bagaimana kalo ke kostku aja yuuk” ajak Ardi langsung to the point.
“Belum apa-apa sudah ke kost?? emang aku cewek apaan?? gimana sih kalian berdua itu”
jawab Tumijah sedikit kesal.
“Aku setuju sama Ardi, bagaimana kalo ke kostnya saja. Soalnya aku juga bingung tidak tahu
lagi mau kemana nih” kata Anton dengan lugunya.
“Dasar otak mesum. Bagaimana kalo kita ke lantai atas” Tumijah sangat menyadari benar
jalan pikiran kedua remaja anak kuliahan tersebut penuh mesum.
Alhasil Tumijah berhasil mengajak kedua remaja cowok anak kuliahan tersebut bermain
timezone di lantai atas, satu jam berlalu sesudah puas bermain timezone, Tumijah berusaha
berpikir keras mencari akal supaya ada sesuatu barang yang di belikan oleh kedua remaja
cowok yang dari tadi isi otaknya tidak jauh-jauh dari namanya Mesum. “Wah ada boneka
teddy bear tuh, yang itu kelihatannya lucu sekali ya” Tumijah menunjuk salah satu counter
berwarna pink khusus menjual berbagai macam boneka dan pilihan Tumijah tertuju kepada
boneka teddy bear.
“Yang mana” kata Ardi.
“Yang itu loh Mas, boneka beruang berwarna coklat” jawab Tumijah.
Kedua remaja cowok anak kuliahan tersebut sudah tidak membawa uang lebih, uang di
dompet keduanya sudah pada habis untuk mentraktir makan minum, Tumijah, Benu, Ayu dan
di tambah lagi main timezone bersama Tumijah di lantai atas.
“Nah gimana lucu kan Bonekanya” Tumijah sudah memeluk erat boneka teddy bear
berukuran sedang.
“Lucu banget” kata Anton sambil tersenyum ke arah Ardi.
“Iya-iya, lucu sekali” Ardi menendang pelan kaki kananya Anton.
57
“Bintang suka banget sama boneka ini, beliin ya mas” lagi-lagi Tumijah selalu memakai
nama samaran, hari ini nama samarannya adalah Bintang Colastika Maryana Sumiarti.
“Tapi aku sudah tidak membawa uang lagi Tang” jawab Anton berterus terang.
“Aku juga tidak punya uang, maaf ya Bintang, oiya aku boleh minta nomor handphonemu
gak?” Ardi berharap besar mendapatkan nomor hp Tumijah. Tapi disisi lain Tumijah
memiliki beribu alasan supaya bisa mendapatkan barang yang dia inginkan.
“Mas-mas ini, bagaimana sih, malah mau minta nomor Hpku, aku minta beliin boneka ini
saja tidak di penuhi” jawab Tumijah dengan memasang raut wajah cemberut.
“Iya nanti gampang deh, besok pasti kita beliin” jawab Ardi merayu Tumijah.
“Tang, ayo dong minta nomor hpmu?” Anton juga ikut merayu Tumijah.
“Ya sudah kalo tidak mau aku balik sendiri saja, terimakasih ya sudah menemaniku, cukup
disini saja perkenalan kita” Tumijah langsung meninggalkan dua remaja cowok anak
kuliahan tersebut. “Emang minta nomor hpku itu geratisan ya, kalo cuma makan dan main
timezone aja jangan berharap bisa mendapatkan nomor hpku dengan mudah, huh dasar
cowok kuliahan otak mesum” batin Tumijah sambil terus berjalan menuju pintu depan.
Saat Tumijah sudah berdiri di depan pintu keluar mall artos. Tiba-tiba salah satu dari remaja
cowok tadi menghampiri Tumijah lagi.
“Ini bonekanya Tang, maaf ya tadi. Kita memang tidak pegang uang lagi Tang, eh gak
tahunya ketemu temenku, jadi aku pinjam uang temenku dulu untuk membeli boneka ini.
Jangan marah ya, bolehkan aku minta nomor Hpmu?” kata remaja cowok anak kuliahan
berambut botak berkumis tipis tadi.
“Nah gitu dong Mas” Tumijah langsung bahagia sekali mendapatkan boneka Teddy bear
berukuran sedang “Kamu bawa mobil gak?” sambungnya lagi.
“Enggak emang kenapa? harus ya ngantarin kamu pakai mobil”
“Yaelah, ya sudah antarin aku pulang kerumah mau gak?” Tumijah tersenyum manis di akhir
kalimatnya.
“Mau-mau. Okay tunggu sebentar ya, aku ambil motorku dulu diparkiran.”
Tidak lama kemudian, remaja cowok anak kuliahan tersebut datang memakai motor suzuki
thunder biru dan langsung mengantar Tumijah pulang, seperti biasa Tumijah turun di daerah
perumahan gladio, maklum perumahan gladio itu adalah perumahan Elit yang terkenal di
kota Magelang. Jadi enggak salah kalo Tumijah selalu beralasan tinggal disana. Supaya
tambah meyakinkan kalo dia anak orang kaya raya.
“Terimakasih ya mas, oiya ini nomor hpku kamu catat ya, 08573xxx8867”
“Okay Bintang, besok kalo ada waktu kosong aku boleh mengajakmu jalan-jalan kan, atau
main ke kostku gitu”
“Boleh banget mas, kabar-kabarin aja besok ya mas.” Tumijah berhasil seratus persen hari ini
untuk berbohong. Nomor yang dikasih Tumijah juga bukan nomor aslinya.
58
Sementara itu di dalam rumah, Ayah dan Ibunya Tumijah duduk di ruang keluarga penuh
keringat, mereka berdua sedang berpikir keras supaya mendapatkan uang dua juta tiga ratus
ribu rupiah untuk membayar jasa bengkel mobil.
“Bu, apa Ayah pinjam uang kepada Pak RT saja ya?” Ayahnya Tumijah menemukan sebuah
solusi.
“Apa mau Pak RT meminjamkan uang kepada kita Yah. Pak RT itu?? mendingan tidak usah
ya Yah. Pinjam sama yang lain saja, bagaimana kalo kerumahnya Pak RW saja” Ibunya
Tumijah sudah tahu persis tingkah laku bapak RTnya, yang diam-diam sudah lama
menyukainya dan selalu saja mencari kesempatan dalam kesempitan.
“Ibu ini bagaimana, kan ayah belum mencoba meminjamnya. Bagaimana kita tahu hasilnya
boleh atau enggak” Ayahnya Tumijah berusaha meyakinkan sang istri.
“Ya sudah, ayo sekarang saja Yah, biar ibu temenin ke rumah Pak RT” Ibunya Tumijah pun
luluh hatinya dan langsung bersiap-siap untuk pergi kerumah bapak Rt. “Semoga saja Pak RT
tidak memanfaatkan moment hutang piutang ini” batin Ibunya Tumijah.
Sementara itu, Tumijah baru saja sampai di depan rumahnya. Pas saat kedua orang tuanya
keluar dari pintu rumah.
“Mau kemana Yah, Bu?” tanya Tumijah sangat bingung melihat kedua orang tuanya terburu-
buru pergi meninggalkan rumah.
“Ada acara mendadak, kamu jangan lupa makan terus angkatin semua pakaian yang sudah
ibu jemur di belakang rumah ya Nduk.”
“Jangan lupa setelah itu langsung belajar” sambung Ayahnya Tumijah.
“Iya-iya, bawel banget sih jadi orang tua” kata Tumijah dalam hati sambil melangkahkan
kakinya menuju kamar tercinta.
Setelah sampai di dalam kamar, Tumijah langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur
sambil mengambil boneka teddy bear dari dalam tas ranselnya dan memeluk sangat erat.
Tumijah benar-benar terlihat sangat senang sekali hari ini, terpancar jelas dari raut wajahnya
yang sekarang berwarna merah jambu sedikit pink. “Asiiik setiap hari ada barang baru yang
menghiasi dalam kotak laci rak pakaianku, coba kalo aku minta sama Ayah dan Ibuku mana
mungkin aku dikasih uang lebih, apalagi untuk membeli barang-barang bermerek termasuk
boneka Tedy bear ini.” batin Tumijah.
Sementara itu Ayah dan ibunya Tumijah sudah berada di dalam ruang tamu rumahnya Pak
RT. Untung saja Pak RT masih dirumah, biasanya setiap sore Pak RT melihat aduan ayam di
pasar tradisional tukangan.
“Langsung saja, ada keperluan apa kalian datang kesini, pasti soal Tumijah lagi kan.”
“Maksud kedatangan saya bersama istri kerumah bapak ini, kami ingin meminjam uang
bapak, tidak banyak Pak, cuma dua juta saja itupun kalo ada, kalo tidak ada juga tidak apa-
apa Pak” Ibunya Tumijah hanya bisa diam saja memandang raut wajah Pak RT dan istrinya.
“Kalo urusan pinjam meminjam uang jangan kesini, di bank atau di penggadaian saja, emang
kalian mampu mengembalikan uang sebanyak itu, bisa-bisa satu tahun lebih baru kalian
lunasi” jawab istrinya Pak RT dengan nada tidak enak.
59
“Tidak apa-apa Ma, sebagai ketua RT aku wajib menolong warganya” Pak RT langsung
tersenyum ke arah ibunya Tumijah.
“Papa bagaimana sih, mereka ini kan tidak mungkin melunasinya dengan waktu cepat apalagi
uang dua juta itu tidak sedikit Pa”
“Kami berjanji akan mengembalikan uangnya secepat mungkin” Ibunya Tumijah memotong
pembicaraan Istrinya Pak Rt dengan mata berkaca-kaca memandang kedua bola mata Pak
RT. Ibu dan Ayahnya Tumijah sudah tidak tahu lagi harus meminjam uang kepada siapa,
apalagi dengan jumlah jutaan, karena kalo semakin lama mobil angkot milik Ayahnya
Tumijah di dalam bengkel maka besar kemungkinan mobil angkotnya akan segera dijual.
Akhirnya Pak RT pun mau meminjamkan uang dua juta rupiah kepada Ayah dan Ibunya
Tumijah dengan syarat harus menyicil setiap hari. Sebenarnya Ayahnya Tumijah keberatan
tapi tidak ada pilihan lagi. Sesampai di rumah. Ayah dan ibunya Tumijah berdiskusi lagi di
dalam kamarnya.
“Yah, terus kekurangannya bagaimana, kenapa Ayah tidak meminta pinjam semuanya sih?
minjam uang kok tanggung-tanggung”
“Ibu ini tidak boleh berkata seperti itu. Ayah kan tidak enak sama Pak RT, untung kita di
kasih pinjam uang dua juta rupiah. Sisanya juga cuma dua ratus tiga puluh ribu nanti Ayah
sendiri yang akan pinjam uang ke teman Ayah sesama supir angkot, soalnya kalo pinjam
uang sampai jutaan jumlahnya ke teman Ayah, pasti tidak ada yang punya. Sebenarnya Ayah
paling tidak suka meminjam uang ataupun memiliki hutang, ibu tahu kan selama berumah
tangga, Ayah tidak memiliki hutang dan baru hari ini Ayah berhutang, mau tidak mau, tidur
Ayah untuk beberapa bulan ke depan jadi tidak nyenyak Bu”
“Ya sudah Yah, ibu juga sama seperti Ayah, tenang saja Yah, sebagai meringankan hutang
kita, bagaimana kalo ibu bekerja saja, ibu akan bekerja menjadi tukang cuci piring atau
pakaian saja ya Yah??”
“APA??. Ibu yakin??. Ayah tidak salah mendengarkan, tapi Ayah tidak akan memberi ibu
izin untuk bekerja seperti itu”
“Kenapa toh Yah, ibu kan ingin membantu Ayah melunasi hutang-hutang kita”
“Tapi. Biarkan Ayah sendiri yang menyelesaikan hutang-hutang ini Bu.” Jawab Ayahnya
Tumijah dengan suara sangat parau.
Ayahnya Tumijah berusaha meyakinkan ibunya Tumijah, Ayahnya Tumijah tidak ingin
melihat ibunya Tumijah kelelahan dalam bekerja. Menurut Ayahnya Tumijah, dia masih
sanggup melunasi hutang-hutangnya sendiri tanpa bantuan dari ibunya Tumijah.
Langit sudah berubah menjadi gelap, di dalam ruangan yang tidak terlalu besar hanya
terdapat satu buah meja bundar berukuran sedang yang terbuat dari ban mobil bekas dan tiga
kursi kayu yang masing-masing di duduki oleh seorang suami, Istri dan seorang anak putri
satu-satunya. Mereka bertiga akan segera menyantap makan malam yang sangat sederhana
hanya dengan sambal teri, ikan pindang dan daun pucuk ubi. Kali ini memang penuh rasa
kekeluargaan. Seandainya saja kalo tidak dipaksa oleh Ayah dan ibunya mana mungkin
Tumijah mau makan malam bersama. Semenjak dia duduk di bangku sekolah menengah atas,
Tumijah tidak pernah lagi makan malam bersama kedua orang tuanya, biasanya kalo Tumijah
60
makan malam di rumahnya, dia hanya mengambil nasi dan lauk yang telah disediakan oleh
ibunya di meja makan dan secepat kilat pergi makan di dalam kamarnya.
“Nduk makan yang banyak ya” Ibunya langsung mengambilkan nasi berserta sambal teri dan
ikan pindang.
“Akhirnya kita makan malam bersama lagi ya Bu” Ayahnya Tumijah tersenyum bahagia
kepada Tumijah dan ibunya.
“Ayah dan Ibu ini, mengganggu acaraku saja. Aku tuh sudah janjian mau makan malam
bersama teman-temanku, tetap saja memaksaku untuk makan dirumah, apalagi sama menu
makanan yang itu-itu saja, paling mewah hanya nasi goreng dan sup senerek. Bosan banget
tahu gak!!”
“TUMIJAH!!!. kamu itu harus bersyukur bisa makan dirumah sama Ayah dan Ibumu. Masih
banyak anak seusiamu itu, yang ada diluar sana tidak memiliki orang tua, tempat tinggal dan
jauh dari kata beruntung” Ayahnya Tumijah menggeleng-gelengkan kepalanya. Ayahnya
Tumijah benar-benar tidak menyangka kalo anak semata wayangnya akan berbicara seperti
itu.
“Nduk, Ayahmu ini sudah bersusah payah mencari uang untuk kita makan dan keperlunmu
bersekolah, jadi anak itu jangan sombong dan tidak usah gengsi apalagi makan malam
bersama orang tuanya di dalam rumah. Kamu itu nduk, seperti tidak pernah di ajarin di
sekolahanmu tata cara berbakti kepada orang tua. Kamu ini jangan meniru teman-temanmu
yang tidak benar, ibu yakin ini semua gara-gara kamu salah bergaul mencari teman,
makannya kamu bisa berbicara seperti itu seenakmu saja. Dengar ya Nduk. Walaupun kita ini
hidup serba berkecukupan, TUHAN itu sudah mempunyai rencana yang lebih indah untuk
kita sekeluarga.” Ibunya Tumijah memberi nasehat dan sekaligus wejangan makan malam
kepada anak putri semata wayangnya.
“Iya-iya aku mengerti” Tumijah langsung mengambil start makan malam duluan tanpa
berdoa terlebih dahulu.
“Tumijah!! kamu tidak berdoa???” tanya Ayahnya dengan raut wajah sangat geram kepada
Tumijah. Tumijah menghentikan makannya dan langsung cepat-cepat berdoa. “TUHAN
YESUS Tumijah mau makan, amiiien.” doa Tumijah mau makan. Dia langsung melanjutkan
makan malamnya yang sempat tertunda.
Sungguh tingkah laku Tumijah ini sangat-sangat tidak terpuji di depan orang tuanya dan di
hadapan Tuhan, berdoanya cuma sebentar sekali, hanya beberapa detik saja tidak sampai satu
menit. Setelah selesai makan malam bersama kedua orang tuanya, Tumijah meninggalkan
ruang makan dan masuk ke dalam kamarnya tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulut
Tumijah.
“Tidak habis pikir, sekali dipaksa makan malam bersama kedua orang tuaku, eh malah
dimarah-marahin habis-habisan, dasar orang tua. Tahu seperti ini aku tidak jadi ikut makan
malam bersama mereka” gerutunya dalam hati sambil mengunci rapat pintu kamarnya dan
langsung menyalakan sebatang rokok sampoerna mild menthol. Lima menit kemudian
tangan kanan Tumijah menyambar Hpnya yang sudah tergeletak di atas meja belajar.
“Haloo, hallo, hallo-hallo bandung. Siapa nih”
“Woi Yu, lama bener mengangkat teleponku, jadi pergi gak malam ini?”
61
“Hehehe maaf kanjeng putri ayu Tumijah similikiti yang maha okay dan maha sexy
menggoda setiap mata para cowok-cowok mata keranjang. Biasa Jah, aku baru selesai boker.
Aku kira siapa tadi. Jadi dong, tapi Benu belum sms aku tuh”
“Ya sudah nanti biar aku yang menelpon Benu”
“Yuups”
Sementara itu Ayah dan ibunya Tumijah duduk santai di ruang keluarga sambil menonton
televisi model lama yang layarnya hanya memunculkan dua warna khusus hitam dan putih.
“Yah ini kopinya”
“Terimakasih ya Bu”
“Sinetronnya sudah di mulai belum Yah?”
“Ibu ini tidak baik menonton sinetron terus, nanti ibu terkena darah tinggi bagaimana?”
“Maksud Ayah, apa hubungannya sama darah tinggi?? Ibu kan cuma nonton sinetron di
televisi”
“Sinetron itu banyak adegan konfliknya yang menegangkan, nanti lama-lama ibu terpancing
lalu ikut emosi dan ujung-ujungnya terkena darah tinggi, bagaimana? Ibu mau.”
“Ayah ini ada-ada saja, ibu kan juga bosan nonton berita terus apalagi isinya hanya tentang
korupsi uang rakyat”
“Hahaha, ya sudah kalo gitu ibu nonton upin-ipin saja”
Baru lima belas menit menonton televisi, Ayahnya Tumijah ternyata masih memikirkan
perkataan Tumijah saat di meja makan.
“Bu, kenapa ya Tumijah kok bisa berbicara seperti itu saat di meja makan”
“Maksud Ayah??. Sudahlah Yah. Mungkin Tumijah memang bosan sama menu masakan
yang ibu masak, besok-besok ibu akan memasak yang berbeda dari sebelumnya. Tidak usah
dipikirkan Yah. Ayah tenang saja, ibu tidak akan bosan menasehatinya juga”
“Iya Ayah tahu, Bu mulai saat ini, kita harus lebih ketat mengikuti perkembangan anak kita
ya Bu”
“Iya Yah, ibu mengerti”
Sementara itu Tumijah langsung menelpon Benu.
“Nu, dimana? jadi keluar gak??”
“Wealah, Iya bentar lagi Jah, tiga puluh menit lagi ya aku meluncur kerumahmu sama Ayu.
Aku lagi nunguin Bapak Ibuku pulang”
“Okay Nu”
Malam ini sang rembulan menampakkan dirinya dari kemelut awan hitam pekat, cahayanya
mampu menerangi setiap sudut kota Magelang dengan sangat indah. Di tambah lagi lolongan
suara anjing-anjing kampung melengkapi malam jumat dengan penuh mencekam. Tapi
62
suasana malam ini tidak menciutkan nyali Abg putri yang satu ini. Dia terlihat sudah sangat
bersiap-siap untuk pergi bersama kedua temannya.
“Mampus, tumben banget Ayah dan ibuku belum pada tidur, biasanya jam sembilan sudah
berada di dalam kamarnya” Tumijah memantau sekali lagi situasi dalam rumahnya sebelum
dia pergi keluar melalui pintu depan. “Sial, masak aku harus keluar lewat jendela kamarku
lagi sih” Tumijah mulai berpikir keras. Supaya dia bisa keluar dari dalam rumahnya, padahal
Ayah dan ibunya belum pada tidur, masih setia di ruang keluarga menonton televisi.
Sementara itu Benu dan Ayu sudah sampai di ujung gang dekat rumah Tumijah.
“Lama banget sih teman kita yang maha bohay itu Yu” Benu menyalakan sebatang rokok
yang dia ambil dari balik saku celana jins sebelah kiri.
“Tenang saja mas bro, kayak gak tahu cewek saja kalo mau pergi, ya sibuk berdandanlah
sama seperti aku. Tapi menurutku Tumijah itu kalo lama pasti gara-gara sibuk jadi atlet turun
pohon jambu. Atau bisa jadi gara-gara sibuk mencari kunci duplikat pintu rumahnya.
Tumijah gitu loh”
“Wealah. Tapi ini sudah jam berapa Yu. Pokoknya lima belas menit lagi kalo dia masih lama,
kita tinggalin aja ya” Benu mulai dihantui rasa bosan tingkat dewa Amun.
“Terus kalo kita tinggalin dia, yang bayarin makan dan minum siapa??? Pikir dong pakai otak
Nu, jangan pakai dengkul?” bela Ayu.
“Kita kan punya uang??. So what gitu loh”
“Pasti kamu lupa. Agenda kita malam ini kan mau ngebir mas Bro??. Tuh kan lupa lagi??
Emang kamu punya uang?”
“Wealah wedus tenan, wedus gembel, wedus balap, segala jenis ras wedus. Kok aku bisa lupa
ya, kalo malam ini kita mau ngebir YU”
“Kamu itu Nu, apa sih yang tidak lupa. Mungkin kalo batang hidungmu bisa di lepas, kamu
pasti tidak pernah memakai batang hidungmu lagi, gara-gara lupa atau hilang di makan segala
jenis ras wedusmu itu”
“Hahahahha, dasar burung pemakan bangkai”
“Apa kamu bilang Nu!!”
“Enggak-enggak, aku bilang kamu cantik, oiya nanti aku mau mampir dulu ke kedai biasa,
masak cuma ngebir aja. Payah sekali, yang ada mabok enggak kembung iya nih perut” Benu
melihatkan perut kotak-kotaknya”
“Gampanglah itu, asal jangan jackpot aja kamu itu Nu.”
“Wealah nantangin dia, bukannya kamu ya Yu yang sering jackpot ckckkc”
Tidak lama kemudian Tumijah terlihat berlari pontang-panting seperti habis di kejar banteng
hitam buas dari spanyol. Kedua temannya hanya bisa terdiam melihat Tumijah. “Buruan-
buruan, buruan pergi dari sini!!” Tumijah berkata tersendat-sendat seperti kaset rusak.
Ternyata Tumijah melihat penampakan dunia lain menurutnya, padahal yang Tumijah lihat
63
tadi setelah berhasil keluar dari rumah adalah guling milik tetangganya yang sengaja di jemur
berdiri di depan rumah karena lupa di masukkan tadi sore.
***
Matahari sudah jauh melintang dari ufuk timur, burung-burung liar yang terbang bebas kini
mulai menciptakan suara bising di balik dahan-dahan batang bambu di sebrang aliran kali
dekat rumah Tumijah. Tumijah masih terlihat tertidur pulas dengan penuh muntahan di atas
kasurnya. Hari sabtu ini adalah hari terberat bagi Tumijah, dia masih berada dalam pengaruh
unsur kadar alkohol sepuluh persen dari lima botol bir dan delapan puluh lima persen unsur
alkohol dari minuman tradisional tanpa merek yang dia konsumsi bersama kedua temannya
disebuah kedai. Sekarang jarum jam sudah menunjukkan setengah satu siang. Walaupun
sekarang kedua mata Tumijah sudah bisa terbuka lebar, tapi tetap saja Tumijah masih
bersusah payah melawan ketidaksadarannya tersebut.
Ibunya Tumijah sudah berdiri di dalam kamar Tumijah memandang anak putri semata
wayangnya itu dengan penuh kesedihan hingga berlinang air mata yang terus saja membasahi
permukaan lantai kamar Tumijah. “Ibu itu kurang apa toh nduk, kok kamu semakin susah di
atur. Ibu ini sangat sakit hati sekali melihat keadaanmu seperti ini. Tobat Nduk” kata ibunya
Tumijah dalam hati sambil setia melihat Tumijah tergolek lemas tak berdaya di tempat tidur.
Sementara itu Ayahnya Tumijah terlihat geram sekali oleh tingkah laku Tumijah yang pulang
dini hari jam empat pagi dalam keadaan mabok berat sampai-sampai di antar oleh empat
orang pemuda tanggung dari kampung sebelah. Konsentrasi Ayahnya dalam mencari
penumpang hari ini mulai terbuyar bercabang-cabang “TUHAN ampunilah aku dan istriku,
karena tidak bisa mendidik anak kami satu-satunya. Berikanlah petunjukmu ya TUHAN”
keluh Ayahnya Tumijah dalam hati.
Langit tadi berwarna putih terang benderang dan kini sudah mulai pucat kelam berwarna abu-
abu bercampur biru tua. Jam di balik pintu kamar Tumijah pun sudah menunjukkan setengah
empat sore lewat enam belas menit.
“HOOAM” Tumijah berhasil berdiri dan sekarang segera melangkahkan kakinya untuk
melewati pintu kamarnya, dengan penuh hati-hati pelan tapi pasti sambil terus berkonsentrasi
menjaga keseimbangan tubuhnya, Tumijah menuju kamar mandi.
Suasana di dalam rumahnya Tumijah terlihat sangat sepi sekali. Ibunya Tumijah sengaja
menunggu Tumijah sadar seratus persen di dalam ruang tamu. Sementara itu Ayahnya
Tumijah sekarang sedang dalam perjalanan pulang kerumahnya, Ayahnya Tumijah
memutuskan pulang cepat karena tidak konsentrasi lagi dalam mengemudikan mobil
angkotnya dan selalu memikirkan Tumijah.
“BU mana Tumijah. Dia sudah sadar belum? anak itu selalu saja membuat masalah” Ayahnya
Tumijah sudah tidak sabar lagi ingin bertemu dengan Tumijah. Ibunya Tumijah langsung
berdiri dari tempat duduk gara-gara terkejut melihat sang suami tiba-tiba pulang cepat dan
kini sudah berdiri di hadapannya.
“Sudah Yah, kelihatannya dia sedang di dalam kamar mandi. Yah, ibu mohon jangan terlalu
keras memarahi Tumijah ya Yah” Ibunya Tumijah berusaha meredam emosi sang suami,
terlihat jelas dari raut wajah sang suami yang sekarang sudah mulai terbakar api amarah.
64
“Uweek, uweeekk. Wuuhhhek, uuuuweeek” suara Tumijah muntah di dalam kamar mandi.
“Ibu ini selalu memanjakan anak kita satu-satunya itu kan!!. Lihat sekarang tingkah lakunya
sudah seperti anak yang kurang di perhatikan oleh orang tuanya saja”
“Maafkan ibu ya Yah. Ini semua memang salah ibu Yah, sekali lagi maafkan ibu ya Yah,
karena tidak bisa mendidik Tumijah” air mata ibunya Tumijah semakin deras menetes
kepipinya. Sang suami sekarang sudah terbawa ke puncak emosi yang sangat luar biasa
kepada putri semata wayangnya itu.
“TUMIJAH!!! cepat kesini!” Ayahnya Tumijah berseru sangat kencang dari ruang tamu.
Tumijah langsung sadar saking ketakutan mendengar suara Ayahnya, dia segera keluar dari
kamar mandi lalu bersembunyi di dalam lemari kusam yang terdapat di area dapur. “Siial
banget aku hari ini” gerutu Tumijah di dalam lemari kusam.
“Tumijah dimana kamu!!” Ayahnya Tumijah langsung mencari-cari Tumijah di sekitar kamar
mandi tapi tak kunjung menemukan Tumijah.
“Yah sudah Yah, Ibu mohon jangan marah-marah lagi, mungkin Tumijah lagi beristirahat di
dalam kamarnya” Ibunya Tumijah berkata dengan suara sangat parau sekali sambil terus
menarik-narik lengan tangan kanan sang suami.
“Kalo kamu masih ingin tinggal dirumah ini!! kamu jangan bersembunyi. TUMIJAH!!!”
ancam Ayahnya. Ibunya Tumijah langsung menyeret paksa tangan kanan ayahnya Tumijah
untuk meninggalkan dapur dan masuk ke kamarnya.
“Anjrriiiit. Bajingan. Asu. Bisa di usir beneran dari rumah ini kalo aku tidak segera keluar
menemui kedua orang tuaku” batin Tumijah. dua puluh menit kemudian akhirnya dia
memberanikan diri keluar dari dalam lemari kusam tersebut, Tumijah langsung benar-benar
sadar dua ratus persen seperti orang normal, padahal unsur alkohol di dalam tubuhnya masih
tinggi, dia perlahan tapi pasti melangkahkan kakinya menemui Ibu dan Ayahnya yang kini
sudah berada di dalam kamar. Tumijah dengan rasa ketakutan yang menghantuinya
memberanikan diri masuk kedalam kamar Ayah dan ibunya.
“Maafin Tumijah ya Yah, Bu. Tumijah memang salah. Tumijah janji tidak akan
mengulanginya lagi.” Tumijah berkata sambil menundukkan kepalanya, dia sama sekali tidak
berani menatap raut wajah Ibu dan Ayahnya. Air mata Tumijah langsung menetes ke pipinya.
Ayahnya Tumijah yang tadinya sedang duduk di atas tempat tidur bersebelahan dengan
ibunya Tumijah, kini langsung menghampiri Tumijah yang sudah berdiri di dalam kamar.
“Plaaaak!!” satu tamparan sangat keras dari tangan kanan Ayahnya melayang cepat ke pipi
Tumijah sebelah kiri.
“Ampun Yah, amppun, sakit Yah. Ampun.” Tumijah menangis kesakitan sambil memegang
pipi kirinya.
“AYAH SUUUDAH!!” teriak ibunya Tumijah langsung memeluk erat badan Tumijah.
Tumijah hanya bisa menangis di dalam pelukan ibunya. “Nduk jangan kamu ulangi lagi ya,
Ayah dan ibu benar-benar sangat menyayangimu, tidak ada gunanya mabok-mabokkan
seperti itu” kedua mata Ibunya Tumijah sudah sangat berkaca-kaca sambil terus mengelus
rambut Tumijah. Ibunya Tumijah berusaha tegar melihat keadaan anak putri semata
wayangnya itu.
65
Ayahnya Tumijah benar-benar tidak habis pikir melihat tingkah laku anak putri semata
wayangnya itu, ditambah lagi sekarang anak putrinya itu sedang menangis kesakitan
dipelukan istrinya. Sampai-sampai Ayahnya Tumijah tidak sanggup lagi mengeluarkan kata-
kata dari mulutnya. Ibunya Tumijah mengusap air mata Tumijah dan membawa Tumijah
masuk ke dalam kamar Tumijah.
“Nduk ingat ya, jangan kamu ulangi lagi perbuatanmu yang tidak terpuji seperti ini ya, ibu
sudah sering memberi nasehat yang terbaik untuk kamu, tapi selalu saja masuk ke telinga
kanan keluar telinga kiri. Sekarang kamu baru tahu akibatnya kan, jika Ayahmu lagi marah
besar sama kamu”
“Iya Bu. Tumijah salah, Tumijah janji tidak akan mengulanginya lagi” Tumijah menjawab
dengan suara penuh parau.
Ibunya Tumijah langsung pergi meninggallkan kamarnya Tumijah. Tumijah dengan cepat
mengunci rapat pintu kamarnya dan mengambil sebungkus rokok berserta korek gas dari
balik tempat tidurnya lalu meletakkannya di atas meja belajar. Kedua tangannya Tumijah
membuka lebar semua jendela yang ada di dalam kamarnya lalu menggeser bangku kayu ke
mulut jendela dan duduk menyalakan sebatang rokok.
Tumijah juga tidak menyangka bakal mendapatkan satu tamparan keras oleh Ayahnya. “Auu
sumpah sakit banget pipi kiriku, baru pertama kalinya aku di tampar sama Ayah sendiri.
Siiiial, andaikata dia bukan orang tuaku, sudah aku balas tamparannya, enak saja main
tampar-tampar” gerutu Tumijah dalam hati.
Lima belas menit kemudian, dua pesan singkat masuk ke handphone Tumijah yang tergeletak
di atas tempat tidurnya. “Tolelot, tolelot, tolelot, tolelot” bunyi nada sms di hp Tumijah.
“Siapa lagi yang sms!! ganggu orang lagi ngerokok aja” kata Tumijah dalam hati langsung
mengambil hpnya.
Dari Benu:
Wealah Jah, sory banget ya kemarin malam. Aku juga wes modar e. Besok pagi di sekolah
aku ceritain kronologisnya.
Dari Ayu orakaruan:
Mbak bro, lagi apa?? gimana orang rumahmu Jah, enggak marah-marah kan. Oiya kemarin
malam itu aku dan Benu juga sudah tepar. Untung saja ada tetangga kampungmu empat
orang yang kebetulan mampir di kedai dan mau mengantarmu pulang.
Tumijah hanya menghela nafas panjang tidak membalas sms Benu dan Ayu.
***
Matahari pagi mulai muncul dan tersenyum indah khusus membangunkan Tumijah dengan
sinarnya yang sangat terang benderang langsung menerobos masuk ke dalam celah-celah
lubang angin kamar Tumijah. Tumijahpun segera bangun dan menyambar handuk yang
tergantung di balik pintu kamarnya.
66
“Mampuss sudah jam tujuh lewat lima menit” Tumijah buru-buru masuk ke dalam kamar
mandi. Belum sempat masuk ibunya Tumijah yang lagi menyapu di dalam dapur
menghampiri Tumijah.
“Nduk hari ini kamu tidak boleh pergi kesekolah”
“Emang kenapa toh Bu, aku gak boleh ke sekolah hari ini?”
“Ayahmu berpesan sama ibu, melarangmu masuk sekolah hari ini kamu mengerti, sekarang
dia lagi pergi ke sekolahanmu mencari tahu siapa teman-temanmu yang ikut mabok sama
kamu kemarin malam” Tumijah mendengar ibunya berkata seperti itu langsung terkejut.
Seperti tersengat listrik lima ratus volt di kepalanya.
“Hah. APA!! ngapain Ayah pakai acara datang kesekolahanku segala sih bu. Bikin malu aku
saja. Semalam kan aku sudah berjanji sama Ibu dan Ayah. Kalo aku tidak akan
mengulanginya lagi” protes Tumijah.
“Sekarang ibu tanya sama kamu, kemarin kamu mabok-mabokan sama siapa saja?” Tumijah
hanya diam seribu kata, seakan-akan ada lem yang melekat kuat di mulutnya. “JAWAB
TUMIJAH!!” tanya ibunya lagi.
“Eee. Tidak sama siapa-siapa bu, aku sendiri kok. Sumpah.”
“Nduk, ingat. Ibu ini orang tuamu, ibu tahu kalo kamu lagi berbohong sama ibu. Tidak
mungkin kan kamu sendirian mabok-mabokan sampai di gotong sama empat orang. Pasti
sama teman-teman sekolahanmu!” Tumijah hanya menundukkan kepalanya.
“Mampus. Kedua orang tua Benu dan Ayu pasti dipanggil oleh kepala sekolah jika sampai
Ayahku tahu kalo mereka yang ikut mabok sama aku. Sial” gerutu Tumijah dalam hati.
Sementara itu Ayahnya Tumijah sudah duduk di dalam ruanganan wali kelas sepuluh G.
“Ada yang bisa saya bantu pak? silahkan duduk” kata bu guru Rita wali kelasnya Tumijah,
Benu dan Ayu.
“Begini bu, anak saya yang bernama Tumijah, kemarin malam mabok-mabokkan bersama
teman-temannya sampai rumah subuh hari dalam keadaan mabok berat, saya ingin mencari
tahu siapa saja teman-temannya malam itu sekalian melaporkannya kepada ibu juga. Saya
sangat kecewa dengan anak saya satu-satunya itu bu. Dan hal ini tidak bisa dibiarkan terus-
menerus. Harus ada hukumannya supaya mereka jera.”
“Oh begitu ya Pak, sabar ya Pak nanti saya cari tahu dulu siapa saja yang ikut-ikutan mabok
bersama putri bapak. Jika benar ada teman-teman satu sekolahnya atau teman satu kelasnya
yang ikut mbaok-mabokkan. Biar saya panggil kedua orang tuanya untuk datang kesekolah
menemui saya. Terus sekarang Tumijah dimana Pak?? saya juga ingin berbicara sama
Tumijah”
“Terimakasih ya bu, hari ini anak saya yang bernama Tumijah sengaja saya kurung dirumah
bu. Supaya dia bisa belajar dari kesalahannya. Saya juga percuma menanyakan siapa saja
teman-temannya yang ikut mabok sama anak saya itu, pasti anak saya juga tidak akan
memberitahunya kepada saya bu, saya minta tolong sekali sama ibu. Supaya teman-temannya
satu sekolah yang ikut-ikutan mabok sama anak saya segera di hukum seberat-beratnya biar
mereka jera dan tidak akan mengulanginya lagi ya bu. Saya yakin sekali kalo anak saya
kemarin mabok-mabokkan sama teman-teman satu sekolahannya”
67
“Iya pak, sudah kewajiban kami sebagai wali kelasnya. Saya turut prihatin atas kejadian ini.
dan saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada bapak jika benar ada temannya satu
sekolahan ikut terlibat”
Sementara itu Tumijah dengan terpaksa membantu semua kegiatan ibunya di dalam rumah,
mau tidak mau harus wajib di lakukan, dari memasak, mencuci pakaian milik Ayah dan
ibunya, sampai membersihkan semua isi rumah. Tentu saja hpnya Tumijah ikut di sita oleh
ibunya. Kali ini selama satu bulan Tumijah tidak boleh membawa hp dan pergi kesekolah.
Bayangin saja selama satu bulan tidak boleh sekolah dan tidak ketemu kedua temannya pasti
sangat menyiksa Tumijah. Apalagi tidak memegang hp. Satu hari saja Tumijah tidak
memegang hp dia sudah seperti orang kebakaran jenggot, apalagi satu bulan.
“TUHAN, ini semua tidak adil untukku. Kenapa hpku juga ikut disita. Terus sampai kapan
aku tidak diizinkan masuk ke sekolah sama Ayah. Aku kan jadi tidak bisa happy-happy
bareng kedua temenku. TUHAN aku tak sanggup jika seperti ini akhirnya.” gerutu Tumijah
sambil meneteskan air mata saat membantu ibunya mengupas bawang putih di dalam dapur.
***
Satu bulan empat hari berikutnya tepat di malam minggu, Tumijah semakin menjadi-jadi
terbebas dari segala hukuman yang sudah di berikan oleh kedua orang tuanya, pokoknya
senang sekali melebihi orang yang keluar dari dalam penjara. Tumijah, Benu, Ayu, dan
seorang Abg tanggung kenalan baru Tumijah via facebook yang kini menjadi pacarnya
Tumijah.
Mereka berempat berencana akan menghabiskan malam minggu di atas tandon air yang
bentuknya mirip seperti menara pizza yang berada di italy. Tandon air tersebut berada di
pinggir alun-alun kota Magelang. Tapi tandon air itu tidak terbuka untuk umum, karena usia
yang sangat tua dan juga menjadi salah satu peninggalan sejarah yang di bangun pada zaman
penjajahan Belanda di indonesia, maka tandon air tersebut sangat di jaga dan di rawat oleh
pemerintahan kota Magelang. Mereka berempat masuk secara diam-diam dengan merusak
gembok pintu rantai pintu belakang dan langsung menuju ke balkon tandon air.
Dari atas balkon tandon air ini, pemandangan kota magelang memang terlihat sangat indah
penuh gemerlap lampu-lampu rumah penduduk apalagi udaranya pun sangat sejuk sekali
tidak panas dan tidak dingin. Jadi wajar saja kalo mereka berempat memilih lokasi tandon air
sebagai tempat mabok-mbok an yang paling aman. Pikiran mereka bertiga, Tumijah, Benu
dan Ayu seandainya mabok berat bisa nginep di tadon air dan pagi-pagi baru pulang kerumah
masing-masing.
“Hey kalian berdua, dari tadi pegangan tangan terus, bantuin dong bawaain birnya, berat tahu
gak?” Ayu sangat kewalahan membawa satu krat bir dan sedikit cemburu sama tumijah yang
bermesra-mesraan bersama Mas Heri pacar barunya Tumijah. Sepertinya Tumijah termakan
bujuk rayu Mas Heri. Dan sekarang sedang di mabok cinta. Bagaimana enggak, Mas Heri ini
selalu memberikan Tumijah barang-barang mewah, seperti jam, kalung dan anting-anting dari
emas dan berlian. Padahal baru beberapa hari jadian via facebook.
“Kamu sama Benu kan bisa bawaainnya” bela Tumijah sambil asik melangkahkan kakinya
menuju ke atas balkon tandon air sambil memegang erat lengan tangan Mas Heri. Tinggal
68
beberapa langkah lagi Mas Heri sampai, tapi Mas Heri memberhentikan langkah kakinya dan
melihat Ayu yang sedang kesusahan.
“Sini Yu, biar aku bantu, berat ya bawa birnya?” Mas Heri berpura-pura peduli. Padahal Mas
Heri tidak setulus hati berkata seperti itu. Mas heri bersikap seperti itu supaya di katakan
sangat baik hati dan tidak sombong.
“Wealah, iya nih kalian berdua malah enak-enak an berduan, tahu deh dua sejoli yang baru
ketemu sekarang. Ayo cepat bantu aku dan Ayu, kalo sempat ada yang tahu kita masuk ke
atas balkon tandon air ini dengan membawa minuman keras mampus deh, walaupun cuma
dua kerat Bir” Benu berusaha membawa satu krat Bir dengan tangan kirinya.
Sementara itu Ibu dan Ayahnya Tumijah sedang berkunjung kerumahnya Pak RT untuk
menyicil utang tepat jam delapan malam lewat lima belas menit.
“Maaf ya Pak agak telat menyicil utangnya” Ayahnya Tumijah langsung mengulurkan
amplop putih yang berisi uang lima puluh ribu kepada bapak RT. Setiap bulan Ayahnya
Tumijah cuma bisa menyicil utangnya sebanyak lima puluh ribu. “Bapak ini bagaimana, ini
sudah tanggal berapa. Semakin hari semakin molor, nanti lama-lama hutang kalian tidak
dilunasi” jawab istrinya Pak RT. Belum sempat Pak RT menerima amplop putih yang di
berikan Ayahnya Tumijah, langsung di ambil alih oleh istrinya Pak RT.
“Maaf ya Bu, kemarin kami ada keperluan mendadak jadi tidak bisa menyicil uang tepat
tanggal lima belas” Ibunya Tumijah tersenyum di akhir kalimatnya
“Ma, sudah-sudah tidak apa-apa, Mama tolong buatkan mereka minum dulu sana, mari
silahkan duduk” sambung Pak RT.
“Papa ini bagaimana, mereka ini sudah telat menyicil uatngnya, malah sekarang
menyuguhkan minum untuk mereka, tidak pantas kita menyuguhkan minum untuk mereka
Pa” Pak Rt langsung mengedipkan mata kanannya kepada ibunya Tumijah. Lagi-lagi Pak RT
mencari kesempatan dalam kesempitan.
“Tidak usah repot-repot Bu, Pak. Kami langsung pulang saja” Ayahnya Tumijah langsung
menarik lengan tangan kanan ibunya Tumijah.
Saat sampai di dalam rumah, Ayahnya Tumijah mulai curiga oleh tingkah laku Pak RT
kepada istrinya.
“Bu, tadi itu kenapa Pak RT mngedipkan matanya sebelah kanan kepada ibu?”
“Memang seperti itu tingkah laku bapak RT kita Yah. Dia itu diam-diam menyukai ibu, tapi
tenang saja Yah. Ibu tidak akan selingkuh sama Pak RT. Sudah lama Pak RT bersikap yang
tidak menyenangkan sama ibu, ibu takut saja kalo bilang sama Ayah nanti malah ibu yang
serba salah, kemarin itu ibu sudah bingung harus bilang seperti apa sama Ayah, kalo kita
pinjam uang jangan sama Pak RT” Ibunya Tumijah mulai terbuka soal bapak RTnya.
“Ya sudah Bu, tidak apa-apa, Ayah percaya sama ibu kok, kalo ibu tidak akan macam-macam
sama Pak RT, apalagi untuk selingkuh. Ya sudah Ayah tinggal mengelap mobil angkot dulu
ya Bu. Tadi sore Ayah belum sempat mencuci mobil”
Sementara itu Ayu, Benu, Tumijah dan Mas Heri masih di pertengahan anak tangga kayu
tandon air.
69
“Iya Mas Her, nih gantiin bawainnya, pegel banget tahu gak” Ayu sudah mulai mandi
keringat menaiki tangga kayu yang melingkar.
“Iya-iya, kalian berdua ini cerewet banget, tidak tahu orang lagi mesra-mesran saja, sungguh
terlalu” Tumijah langsung menggantikan Ayu membawa satu krat Bir, dan Mas Heri
langsung menggantikan Benu membawa satu krat Bir.
Tidak lama kemudian mereka berempat sampai juga di balkon tandon air.
“Asiiikk, tidak sia-sia memilih tempat ini kan, siapa dulu dong Ayu gitu loh” Ayu berkata
dengan penuh percaya diri.
“Iya-iya, untung saja suasana disini terselamatkan oleh pemandangan yang begitu indah,
aman sedikit remang-remang, kalo tidak aku dan Mas Heri mana mungkin mau ke tempat
seperti ini apalagi di moment paling spesial di hidupku, iya kan sayang” jawab Tumijah
sambil bersikap manja kepada Mas Heri. Padahal niat Mas Heri sudah menuju ke arah otak
mesum.
“Iya dek, ini aku bukakan sebotol Bir untuk kamu” Mas Heri mengulurkan sebotol Bir
kepada Tumijah yang sudah dia bukakan menggunakan giginya yang terlihat ompong tiga.
“Wealah ini kan ide kita bersama hehehe, yang penting kita kalo mabok berat bisa nginep
disini dan pagi-pagi bisa pulang dalam keadaan sadar seratus persen, tidak seperti teman kita
tempo hari terus hpnya juga jadi korban penyitaan selama satu bulan dan dia menjadi anak
mama hahahaha” Benu menyindir Tumijah. “Yu ini aku bukakan untuk kamu ya?” sambung
Benu lagi sambil membukakan sebotol bir untuk ayu menggunakan jari jempolnya sebelah
kanan.
“Kamu itu bisa aja Nu. Untung saja orangnya tidak ada disini hehehe. Eh jangan so sweet
gitu ya Nu, aku kan juga bisa membuka botol Birnya sendiri, pakai acara membuka botol
dengan jempolmu segala. Emang dengan cara seperti itu aku bakal terkagum-kagum sama
kamu hahaha” Jawab Ayu dan tertawa lepas di akhir kalimatnya.
Mereka berempat sibuk bercanda ketawa-ketiwi menghabiskan malam minggu bersama,
apalagi di temani oleh dua krat Bir yang di belikan oleh Mas Heri pria tampan bergigi
ompong pengangguran kelas berat yang mengaku anak orang kaya kepada Tumijah dan dia
sangat terkenal menjadi bandar narkoba berupa obat-obatan, lebih parahnya lagi menjadi
target oprasi oleh pihak yang berwajib di kota Magelang. Tumijah, Benu dan Ayu juga sudah
termakan oleh kebohongan Mas Heri.
Sudah delapan bungkus rokok berbagai merek yang mereka habiskan. Alhasil jam sudah
menunjukkan pukul sebelas malam lewat lima belas menit.
“Wealah sudah kembung nih perutku Jah” Benu mengelus-ngelus perutnya yang sudah mulai
membuncit.
“Yang nyuruh kamu minum banyak-banyak itu siapa? Bir dua krat itu kan tidak untuk di
habiskan malam ini dodol” Tumijah tersenyum di akhir kalimatnya. Padahal Tumijah juga
sudah mulai membuncit perutnya oleh Bir.
“Hahaha sudah tidak apa-apa dek, nanti mas beliin lagi, santai aja Nu, kalo kamu sanggup
habisin aja” tangan kanan Mas Heri langsung merangkul Tumijah dan mencium pipinya
Tumijah.
70
“Ah sayangku emang baik deh, oiya yang, besok aku minta di beliin iphone terbaru ya.
Soalnya hpku ini sudah ketinggalan zaman loh”
“Jangankan iphone, kalo perlu besok itu kita beli mobil jaz yang terbaru”
“Hah serius sayang??”
“Iya emang aku pernah bohong ya sama kamu”
“Kalo begitu mentahnya aja ya yang. Nanti kalo berupa fisik apalagi mobil. Bisa-bisa kedua
orang tuaku mengusirku dari rumah” Tumijah benar-benar sedang di mabok cinta dan
termakan mentah-mentah rayuan maut Mas Heri.
“Untung kita kalo mabok berat bisa nginep disini, coba kalo di kedai tempat kita sering
mabok kemarin, bisa-bisa nginep di depan toko orang. Habisnya takut balik kerumah dalam
keadaan mabok lagi hahaha trauma gitu loh” Ayu berkata penuh heboh.
“Ini ada barang baru dek” Mas Heri langsung merogoh empat pil berwarna biru berlogo
kupu-kupu, sepertinya rencana jahatnya sudah disiapkan dengan rapi oleh Mas Heri.
“Apa itu sayang, kok aku baru lihat?” Tumijah langsung mengambilnya lalu di amatinya
lebih detail lagi.
“Sudah coba aja dek” Heri meyakinkan Tumijah.
“Sini-sini biar aku coba duluan” Ayu yang mendengar obrolan Tumijah dan Mas Heri.
langsung menyambar pil berwarna biru tersebut dari tangan Tumijah. Dalam hitungan detik
pil itu langsung bereaksi sangat cepat ke dalam tubuh Ayu. Kepala Ayu langsung bergoyang-
goyang sendiri tanpa di mintanya. Tumijah langsung tertawa lepas melihat Ayu goyang-
goyang tidak jelas tanpa ada dentuman music sedikitpun, padahal yang terdengar dari balkon
tandon air hanya suara kendaraan mobil dan motor yang berlalu lalang. Dengan cepat Heri
merogoh hpnya dari saku celana jins sebelah kiri lalu menekan tanda play yang ada di layar
hpnya. Sebuah lagu beraliran house remix dari aplikasi mp3 berkumandang bebas di telinga
Ayu, Benu dan Tumijah.
“Wealah sini mas, aku minta satu, aku kan juga mau kayak Ayu itu” kata Benu dengan
polosnya, Mas Heri dengan senang hati langsung memberikan pil berwarna biru tersebut.
Benu pun langsung melayang bergoyang-goyang menyusul Ayu ke langit ke tujuh.
“Asiik coy, gila Jah, Yooii banget, gak mau berhenti nih, semakin di goyang semakin enak”
Ayu dan Benu spontan berkata bersamaan sambil asik bergoyang, sebenarnya yang di telan
mereka berdua itu adalah pil Narkoba berjenis happy faith.
“Sini sayang aku juga mau nyobain”
“Okay, ini dek, nelannya bareng aku ya” Tumijah langsung menelan pil tersebut, tapi Mas
Heri tidak langsung menelan pil berwarna biru tersebut malah di buangnya ke arah belakang.
Jadi yang masih sadar seratus persen adalah Mas Heri. Kini mereka bertiga Ayu, Benu dan
Tumijah sudah berada ke langit ke tujuh.
Sungguh-sungguh terjadi, tiga Abg dan satu bandar narkoba berpesta ria di balkon tandon air
yang terletak dipinggir alun-alun kota Magelang tanpa memikirkan efek buruk yang bisa saja
menimpa mereka bertiga. Bisa saja mereka bertiga kehilangan akal sehat terjun bebas atau
melakukan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan. Alhasil dua krat Bir tersebut pun
71
ternyata langsung habis dalam waktu dua puluh menit, oleh mereka bertiga. Padahal dua krat
itu isinya dua puluh empat botol Bir.
Dan kesempatan seperti ini tidak akan di sia-siakan oleh Mas Heri.
Pilihan
Terik Matahari di kota Magelang siang ini memang terasa sangat menyengat dibandingan
oleh beberapa hari sebelumnya, yang cuaca masih terasa sejuk, dingin dan mendung. Tapi
sekarang sudah berubah total. Entah ada apa gerangan hari ini yang membuat cuaca menjadi
galau tingkat dewa Amun. Dari kejauhan hanya terlihat dua orang tua sedang duduk santai di
halaman depan rumahnya sambil mengipas-ngipas kepalanya menggunakan koran bekas.
“Bu, sebaiknya Tumijah kita pindahkan ke sekolah yang ada Asramanya saja ya Bu. Ayah
benar-benar tidak habis pikir, dan sudah bingung harus menghukum Tumijah seperti apa.
Baru saja bulan lalu di hukum sekarang tambah menjadi-jadi, untung saja anak kita masih
bisa diselamatkan dan segera di bawa kerumah sakit umum oleh dua orang remaja tanggung
yang baik hati menemukan Tumijah terkapar akibat mabok berat di pinggir jalan”
“Maksud Ayah, Tumijah mau di pindahkan ke SMA Saint Petrus yang terletak di perbatasan
kota magelang dan muntilan itu ya”
“Iya Bu, Ayah sebenarnya sangat khwatir sekali melihat keadaan Tumijah seperti ini, dan
tidak tahu lagi harus bagaimana mendidik Tumijah yang sekarang sangat keras kepala jika
diberi nasehat apalagi diberi hukuman, dia memang sering menjawab iya, iya tapi
kenyataannya selalu saja masuk ke telinga kanan dan keluar ke telinga kiri”
“Tapi Yah, bagaimana tentang semua biaya jika Tumijah sekolah disana Yah. Ibu juga tidak
tega kalo Tumijah sekolah disana, nanti ibu kepikiran terus bagaimana Yah, terus kalo dia
tidak betah disana dan kita sudah bersusah payah membayar biaya bukannya akan menjadi
beban lagi ya Yah untuk kita juga?? Yah ingat. Hutang kita sudah cukup banyak Yah.
Apalagi hutang uang yang dulu itu kita pinjam sama Pak RT belum juga lunas Yah.”
“Sebenarnya Ayah juga sudah memikirkan hal ini dari jauh-jauh hari Bu. Ayah yakin setiap
pilihan itu pasti mempunyai resiko, ibu tenang saja, yang penting Tumijah bisa menjadi anak
baik-baik Bu, seperti apa yang kita harapkan dan segala sesuatu yang kita khawatirkan tidak
akan terjadi. Ibu juga harus berdoa setiap waktu untuk Tumijah ya Bu, jangan pernah berhenti
berdoa kepada TUHAN, supaya Tumijah terbuka hatinya. Dan menjadi anak baik-baik
seperti dulu lagi” Ayahnya Tumijah bermaksud menjual mobil angkotnya dan ginjalnya
untuk semua kebutuhan sekolah Tumijah, dan jika berlebih akan melunasi semua hutang-
hutang yang di pinjamnya dari Pak RT dan para tetangganya.
“Iya Yah, berarti lebih cepat lebih baik ya Yah, sekarang tingkah laku Tumijah yang ibu
rasakan saat ini sudah jauh berubah, sungguh keteraluan. Dia mulai kurang ajar sama ibu
Yah, lima hari yang lalu dia berani meludahi ibu dan menyiram ibu pakai air kali saat ibu
menyuruhnya menyiram halaman depan rumah. Sebenarnya tidak hanya itu saja Yah, masih
banyak tingkah laku yang berubah total dalam diri Tumijah yang tidak menyenangkan di hati
ibu. Tapi ibu takut bilang sama Ayah. Ibu takut penyakit jantung Ayah menjadi kumat lagi
Yah, alhasil ibu mengurungkan niat ibu untuk bilang sama Ayah”
72
“Ya sudah tidak apa-apa Bu, kita harus bisa mencegahnya supaya Tumijah tidak kebablasan
lebih jauh lagi ya Bu.”
Hari itu juga Ayah dan Ibunya Tumijah mendatangi SMA Saint Petrus. Setelah sampai di
parkiran halaman sekolah SMA Saint Petrus, Ayah dan Ibunya Tumijah menemui seorang
satpam sekolah dan langsung di pertemukan oleh seorang bruder. Bruder adalah seorang
kepala sekolah di SMA Saint Petrus.
“Ada keperluan apa, bapak dan ibu datang kesini”
“Kami ingin menyekolahkan anak putri kami bruder” jawab Ayahnya Tumijah langsung
menceritakan semua hal tentang Tumijah.
Dua hari berikutnya Tumijah pun dipindahkan secara paksa ke sekolah SMA Saint Petrus
sekolah yang ada asramanya, Tumijah pun tidak menyangka atas kepindahannya yang serba
mendadak. “Bajingan. Kedua orang tuaku memindahkanku tanpa memberitahuku
sebelumnya. Ini tidak adil TUHAN!!!” gerutu Tumijah dalam hati saat pagi-pagi buta jam
enam di bawa paksa ke sekolah yang baru sama Ayah dan Ibunya menggunakan taxi
berwarna hitam.
***
Daun kering dari pohon mangga yang terletak di depan kelas G SMA 463 kota Magelang.
Mulai banyak jatuh tertiup angin, suasana kelas yang dulu ramai seperti pasar ikan kini
seperti sebuah mini market yang sesekali di kunjungi oleh pembeli. Sepi lebih tenang dan
sangat tertib siswa-siswinya berada di dalam kelas walaupun tanpa ada guru yang datang.
Bangku memanjang yang dulu diisi oleh tiga orang siswa siswi kini sepi sekali tanpa sosok
pemiliknya. Entah sekarang ketiga pemiliknya pergi kemana. Selama dua bulan ini berada di
dalam asrama SMA Saint Petrus. Tumijah mulai tidak betah. Padahal SMA Saint Petrus
adalah SMA kristen terbaik se Asia tenggara, lulusan SMA Saint Petrus bisa di pastikan
menjadi orang-orang pintar berhati baik, lebih dekat mengenal TUHAN dan sangat
menyayangi keluarganya. Tapi kelihatannya semua itu tidak berlaku lagi bagi diri Tumijah.
SMA Saint Petrus memang bukan tempat yang nyaman untuk Abg putri seperti Tumijah yang
sekarang memiliki sifat pemberontak, sangat tidak mau diatur, pemarah dan pendendam yang
luar biasa.
Pokoknya di dalam asrama sekolahannya yang baru ini, semakin hari, semakin prustasi
Tumijah melalui hari-harinya. Terlihat jelas dari raut wajahnya apalagi saat berada di dalam
sebuah aula besar dimana semua teman-teman barunya sedang asik melakukan pembelajaran
isi alkitab dalam suasana hening. Lima menit kemudian Tumijah langsung keluar
meninggalkan Aula. “Gila aku lama-lama disini, Ayah dan ibuku memang tidak punya hati,
hanya orang tua gila yang menyuruh anaknya sekolah disini” gerutu Tumijah.
“Ada apa kamu Tumijah?? bukannya jam ini kamu masih belajar di dalam aula ya?. Kenapa
kamu duduk di luar sendirian.” seorang Romo sudah berdiri tepat di belakang tempat duduk
Tumijah. Ternyata Romo tersebut memperhatikan Tumijah dari kejauhan selama dua puluh
menit. Dan Tumijah sama sekali tidak menyadarinya.
Mengetahui kalo seorang Romo menghampirinya dan mengajak berbicara, bukannya
menjawab, Tumijah malah semakin asik melamun melihat ke taman kecil yang terdapat di
luar aula. Sama sekali tidak menganggap Romo itu ada. “Tumijah!!” sambungnya lagi.
73
Sepertinya Romo tersebut sudah terlalu bersabar dengan sikapnya Tumijah dan sekarang
memegang erat bahu kiri Tumijah.
“Aku bosan Mo. mengikuti semua kegiatan disini.” Jawab Tumijah dengan lantang.
“Apa yang kamu bilang Tumijah, apakah Romo tidak salah mendengarmu berbicara?” Romo
tersebut langsung duduk disamping Tumijah mencoba menasehati Tumijah. “Dengar ya
Tumijah, kamu tahu kenapa Ayah dan Ibumu menyekolahkanmu disini?” sambungnya lagi.
“Pokoknya aku bosan berada disini, tidak ada alat komunikasi, tidak bisa bertemu sama
kedua teman-temanku dan pacarku. Apalagi pergi jalan-jalan ke mall artos, menikmati hidup
bebas di luar sana. Ini seperti sebuah penyiksaan Mo.”
“Iya Romo tahu, apa yang kamu rasakan saat ini, tapi cobalah sekarang kamu lihat teman-
temanmu yang berada disini, mereka selalu bahagia dan bersemangat untuk melakukan
semua kegiatan yang ada dan mengikuti semua peraturan yang berlaku di sekolah ini, apakah
kamu tahu kalo TUHAN itu sangat menyayangimu Tumijah??”
“Iya aku tahu, tapi aku sama sekali tidak nyaman berada di sekolah ini apalagi di dalam
asrama. Jika di paksakan aku bisa gila ROMO!!”
“Kamu tahu berapa biaya yang di keluarkan oleh kedua orang tuamu untuk masuk kesekolah
ini?”
“Emang aku pikirin, mau di atas sepuluh juta kek, atau satu miliar pun biaya yang
dikeluarkan untukku sekolah disini, ini juga bukan keinginanku Romo!!” protes Tumijah
dengan nada emosi.
“TUMIJAH kamu tidak boleh ngomong seperti itu!! disini kami juga tidak sembarangan
menerima anak didik baru apalagi sifatnya seperti kamu itu, semuanya harus melalui seleksi
yang ketat. Kamu beruntung bisa langsung masuk kesini tanpa seleksi sedikitpun, gara-gara
kedua orang tuamu menangis-nangis datang kesini supaya kamu bisa masuk bersekolah
disini. Kamu mengerti Tumijah??”
“Iya Romo aku mengerti” Tumijah langsung meninggalkan Romo menuju kamarnya bukan
ke aula.
Di dalam kamar yang berukuran tiga kali tiga tanpa ada alat komunikasi dan barang-barang
koleksi mewah milik Tumijah. Tumijah duduk di sudut kamar sambil terus meneteskan air
matanya hingga hampir membasahi setengah lantai kamar. Raut wajahnya Tumijah sudah
seperti orang yang terkena depresi berat. Tumijah di dalam asrama memang sangat jarang
sekali berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya. Hingga dia sering di perbincangkan
oleh semua penghuni asrama termasuk bruder sekolah. Tumijah benar-benar menutup dirinya
dari dunianya di dalam asrama dan hampir setiap hari melamun dengan dunianya yang lain.
***
Tiga hari kemudian otak nekat Tumijah semakin mendorongnya untuk melakukan pelarian
diri dari asrama sekolah SMA Saint Petrus. Tumijah melihat situasi yang dirasakannya sangat
aman. Tumijah langsung melarikan diri dari asrama sekolah. Saat semua siswi yang berada di
dalam asrama sudah pada tertidur lelap di atas tempat tidurnya masing-masing. Tumijah
diam-diam ke arah dinding belakang asrama, sepertinya Tumijah sudah menyiapkan segala
74
hal untuk melancarkan pelariannya malam ini, dari pakaiannya yang di kumpulkan semua
lalu diikat bersambung menjadi panjang seperti sebuah tali sebagai alat untuk melewati
dinding tinggi sepuluh meter di belakang asrama. Kemudian Tumijah mengikat pakaiannya
yang menjadi tali itu ke sebuah besi jemuran pakaian yang berukuran sangat tebal tertanam
kuat di belakang asrama, lalu dia melemparkan pakaiannya keluar yang sudah menjadi seperti
tali tadi. Sementara itu penjaga asrama SMA saint Petrus berjumlah tiga orang pria tua yang
sibuk berjaga di pintu depan tidak mengetahui kalo Tumijah sedang berusaha melarikan diri
dari asrama sekolah.
Setelah Tumijah berhasil melewati dinding belakang asrama, Tumijah terus berlari sekuat
tenaga menjauh meninggalkan asrama SMA Saint Petrus. Berhubung Tumijah tidak
membawa seperserpun uang dan badan Tumijah sekarang sudah mulai kelelahan Tumijah
memutuskan untuk menginap di depan toko counter pulsa di daerah Muntilan. “Seandainya
aku tidak di pindahkan ke sekolah SMA Saint Petrus, mana mungkin aku mengalami hal
seperti ini. Aku sudah membulatkan tekadku untuk tidak pulang kerumah, cepat atau lambat
pasti kedua orang tuaku akan mengetahui pelarianku dari asrama. Sudahlah biarkan saja
kedua orang tuaku sibuk mencari-cariku, emang enak kehilangan putri satu-satunya” gerutu
Tumijah dalam hati.
Matahari sudah menampakkan dirinya dengan gagah dari balik gunung tidar kota Magelang.
Rumah tingkat sederhana yang terletak diperkampungan Nawala dengan nomor empat belas
yang menempel erat di atas sudut kanan pintu di hebohkan oleh kabar pelarian Tumijah dari
sepucuk surat.
“Ayah, Yah bangun Yah. Ini ada surat dari Bruder SMA Saint Petrus”
“Ada apa Bu”
“Tumijah kabur Yah dari asrama, anak itu selalu saja membuat masalah. Kita harus
bagaimana Yah”
“Ibu tenang ya, jangan panik. Pagi ini biar Ayah yang pergi kesana mencari kebenaran kabar
ini. Bisa saja ini surat yang membuat adalah teman-temannya dari sekolah 463 kota
Magelang yang tidak suka jika Tumijah di pindahkan ke SMA Saint Petrus”
Alhasil Ayahnya Tumijah langsung meluncur menggunakan taxi ke SMA Saint Petrus.
Kaca yang retak
Hari demi hari di lalui oleh Tumijah, dia merasa sangat cemas oleh perutnya yang semakin
hari semakin kelihatan membesar oleh janin yang ada di dalam kandungannya. Tumijah
sekarang hanya sebatang karang dan tidak tahu lagi harus kemana, saat dia sampai di kota
Magelang dan segera menemui kedua temannya Benu dan Ayu. Ternyata kedua temannya
sudah pindah sekolah tidak ada di kota Magelang lagi. Saat dia berusaha mencari Mas Heri,
dia pun juga tidak menemukannya. Tumijah kini benar-benar seperti seorang gembel yang
terbuang dari tempat kelahirannya sendiri yaitu kota Magelang.
Tumijah ingin sekali berteriak dengan sekuat tenaganya dan mengatakan hal yang sebenarnya
yang terjadi oleh dirinya kepada kedua orang tuanya. Tapi apa daya ketika rasa takut
menghantui hati kecil Tumijah yang paling dalam, niat itu pun di kurungnya dalam-dalam
75
dan tidak tahu sampai kapan dia akan membukanya ataupun pulang kerumah menemui kedua
orang tuanya.
“Sekarang aku sangat takut apabila Ayah dan ibuku tahu pasti akan marah besar, aku juga
lebih takut akan dosa-dosaku kepada TUHAN yang semakin bertambah banyak. Jika sampai
keputusan terakhirku adalah menggugurkan janin yang tersimpan rapat di balik perutku ini.
Aku hanya bisa pasrah menerima itu semua” kata Tumijah penuh putus asa dalam hati sambil
terus meneteskan air mata dan mengelus-ngelus perut buncitnya.
Tidak henti-hentinya Tumijah meneteskan air mata, hingga sampai di sebuah pondok tepi
sawah, dia sudah tidak tahu lagi harus kemana melakukan apa. Dia selalu membayangkan
kesalahan fatal yang sudah dia perbuat dalam keadaan benar-benar tidak sadar di atas tandon
air kota Magelang waktu itu. Sekarang raut wajah Tumijah pun sangat pucat di tambah warna
hitam gelap yang timbul di bawah kelopak matanya karena berhari-hari tidak bisa
memejamkan kedua matanya untuk beristrirahat. Kalo dia lapar, dia hanya bisa mencari
makan dari tempat sampah yang dia laluinya. Selama perjalanan yang tidak tahu entah
kemana ujung arahnya dia selalu terbayang-bayang ucapan yang keluar dari mulut Mas Heri
waktu itu. Saat dia sedang mabok berat mengkunsumsi bir dan sebuah pil happy faith.
“Ayo dong dek, tidak apa-apa kok, enggak sakit kok, katanya kamu sayang banget sama mas
Heri”
“Tapi Mas, jangan mas, tolong jangan lakukan itu. jangan Mas. Aaaah.” akhirnya dalam
keadaan masih sadar seratus persen Mas Heri melancarkan aksi bejadnya kepada Tumijah,
melihat situasi Benu dan Ayu yang sudah pada mabok berat dan tepar tak berdaya di lantai
balkon tandon air.
Tubuh Tumijah waktu itu masih dalam keadaan mabok berat di atas tandon air tapi masih
sedikit setengah sadar dan hingga akhirnya dia benar-benar tak berdaya, keesokkan harinya
Tumijah sadar sudah ada dirumah sakit di antar oleh Benu dan Ayu. Sehari setelah sadar
kedua orang tua Tumijah membawa paksa Tumijah ke SMA Saint Petrus. Kedua orang tua
Tumijah tidak tahu kalo Tumijah sudah di perkosa sama pacar baru Tumijah yaitu laki-laki
kenalannya Tumijah via facebook yang bernama Heri itu.
“KAMU sudah berapa kali Ayah bilang jangan mabok-mabok an, untung kamu masih bisa
tertolong oleh TUHAN.”
“Yah sudah Yah, Tumijah masih belum sadar. Jadi percuma Ayah marahin Tumijah”
Tumijah masih tergeletak diatas tempat tidur rumah sakit umum dengan infus yang mengalir
masuk ke dalam tangan kanannya. Matanya hanya melihat samar-samar raut wajah Ayah dan
Ibunya.
Dalam derai Hujan
Hujan mengguyur deras seluruh kota Magelang dan sekitarnya. Tidak ada tempat lagi yang
paling nyaman selain tidur di dalam rumah walaupun ukuran kamarnya tidak besar. Tapi
sejatinya sangat memanjakan badan untuk beristirahat di atas kasur yang empuk. Tumijah
langsung terkejut oleh beberapa petugas memakai seragam coklat memaksanya untuk naik
kedalam truk hijau. Tumijah alhasil terjaring razia pengemis dan jalanan oleh petugas sat pol
PP kota Magelang saat dia sedang tertidur pulas di depan toko besi tepatnya di perbatasan
76
kota magelang dan temanggung. Tumijah langsung di angkut paksa ke dalam mobil patroli
dan di bawa kerumahnya di perkampungan Nawala. Untung saja, salah satu petugas sat pol
PP ada yang mengetahui kabar orang hilang dari selembaran foto Tumijah yang di tempel
oleh kedua orang tua Tumijah di tempat fasilitas umum kota Magelang.
Malam harinya setelah Tumijah membersihkan semua debu yang melekat di dirinya dengan
air hangat dan langsung masuk kedalam kamarnya. Ibu dan Ayahnya Tumijah saking
terharunya Tumijah di temukan dan sekarang dapat berkumpul bersama di dalam rumah,
alhasil membuat syukuran kecil-kecilan dan kebaktian keluarga dirumahnya. Namun Tumjah
masih belum bisa bertemu langsung dengan banyak orang gara-gara beban psikologis yang di
terimanya. Setelah selesai kebaktian, Ayah dan ibunya menemui Tumijah di kamarnya.
Namun pintu kamar Tumijah terkunci sangat sangat rapat dari dalam.
“Nduk-nduk, ayo turun sebentar, ibu yakin kamu pasti belum makan, ini ada sambal teri
kesukaanmu” ibunya Tumijah menggedor-gedor pintu kamar Tumijah. Tumijah hanya duduk
termenung di atas tempat tidurnya sambil menutup kedua telinganya.
“Tumijah buka pintunya Nak, Ayah dan ibumu kangen sekali sama kamu. Ayah dan ibu janji
tidak akan memarahimu lagi” Ayahnya Tumijahpun ikut membujuk Tumijah supaya keluar
dari dalam kamarnya.
“Nduk cepat keluar kamar toh, ayo makan.” tidak lama kemudian pintu kamar Tumijah di
buka paksa oleh Ayahnya.
“Brrooookkkk”
Ayah dan Ibunya Tumijah langsung memeluk Tumijah yang sudah kelihatan sangat-sangat
depresi berat oleh beban yang di tanggungnya. Butuh waktu untuk Tumijah menceritakan
janin yang ada di dalam perutnya itu kepada kedua orang tuanya.
Satu minggu berlalu tepatnya usia janin yang di kandung Tumijah sudah berumur dua bulan
tiga hari, akhirnya Tumijah menceritakan semuanya kepada orang tuanya.
Benar-benar seperti kejatuhan batu besar dari luar angkasa. Ayahnya Tumijah sangat terpukul
sekali setelah mendengar kabar yang sangat mengecewakan itu keluar dari mulut putri semata
wayangnya. Belum sempat Ayahnya Tumijah memberi berkata kepada Tumijah, tiba-tiba
nafas Ayahnya Tumijah langsung tersendat-sendat dan langsung terjatuh tergeletak di atas
lantai. Ternyata saat itu juga Ayahnya Tumijah menghembuskan nafas terakhirnya. Ibunya
Tumijah dan Tumijah tidak tahu kalo sang Ayah sudah pergi untuk selama-lamanya.
Ibunya Tumijah sangat panik dan langsung meminta bantuan kepada para tetangganya untuk
segera membawa Ayahnya Tumijah ke rumah sakit terdekat. Ibunya Tumijah dan Tumijah
benar-benar tidak percaya kalo Ayahnya sudah pergi meninggalkan mereka berdua untuk
selamanya. Tangisan ibu Tumijah dan Tumijah pun tidak terhindarkan lagi di dalam rumah.
Hari itu juga para jemaat dari gereja tempat ibadahnya ayah dan ibunya Tumijah berserta
pendeta berdatangan kerumah Tumijah. Seluruh warga Nawala pun langsung terkejut
mendengar kabar tersebut, padahal tadi pagi para warga melihat Ayahnya Tumijah masih
dalam keadaan sehat-sehat saja.
“Orang hidup itu seperti berdiri di atas papan catur, sejatinya di hadapkan oleh dua warna
putih dan hitam yang memiliki peran penting dalam kehidupan ini. Kita harus bisa memilih
untuk yang terbaik buat hidup kita, tentunya tidak pernah melupakan TUHAN sedikitpun di
77
dalam kehidupan kita. Orang tua itu adalah titipan dari TUHAN, untuk menjaga kita,
melindungi kita dan sangat menyayangi kita. Jadi jangan pernah membuat kedua orang tua
kita kecewa ataupun menangis karena kita.”
Epilog
Tanggal tiga puluh april dua ribu empat belas, musim gugur telah datang menyelimuti
seluruh kota Magelang apalagi sebagian dedaunan bunga kamboja berjatuhan disekitar
pemakamam umum tersebut. Tepat di sebelah dua makam berlambang salib terlihat seorang
remaja putri menggandeng anak kecil berparas cantik yang di berinama Alesia bejo soeparni.
“Ibu kenapa kita pergi kesini sih?? aku kan ingin jalan-jalan ke mall” tanya Alesia dengan
sangat polos kepada ibunya.
“Tidak apa-apa Nak. Iya nanti kita jalan-jalan ke mall. Ibu mengajak kamu kesini supaya
kamu tahu makam Kakek dan Nenekmu”
“Ibu, ibu, ibu kok menangis. Kata ibu guru Alesia di sekolah, kita itu tidak boleh menangis di
sembarang tempat. Apalagi di tempat seperti ini, kan Alesia takut.”
Tumijah mengusap air matanya dan langsung menaburkan bunga yang dia bawa dengan
kantong plastik berwarna hitam di seluruh permukaan tanah makam Ayah dan Ibunya.
Tumijah sekarang benar-benar menyesal kenapa dia dulu tidak pernah mendengar nasehat
dari kedua orang tuanya saat itu.
Kini Tumijah tinggal bersama putri semata wayangnya tanpa seorang sosok suami. Tumijah
harus menjalankan sisa kehidupannya yang terus mengalir seperti air di rumah kecil
berdinding kayu tepat di belakang SMA 463 kota Magelang tempat sekolah SMAnya dulu.
Untuk membiayai sekolah anaknya dan mencukupi kebutuhannya, Tumijah banting tulang
berjualan nasi uduk di area kantin sekolah SMA 463 kota Magelang. Tumijah tidak memiliki
tempat tinggal lagi di perkampungan Nawala, dia terpaksa menjual rumahnya untuk biaya
melahirkan putri satu-satunya waktu itu. Semenjak kepergian Ibunya yang menyusul
Ayahnya sebulan berikutnya gara-gara tidak tahan menanggung malu oleh sindiran keras para
tetangga. Ibunya Tumijah nekat mengakhiri hidupnya dengan menenggak habis sebotol racun
pembasmi serangga di dalam kamar.
Tumijah langsung pergi meninggalkan tempat pemakaman Ayah dan Ibunya. Sekali lagi dia
benar-benar sangat menyesal kenapa dulu tidak mendengar semua nasehat yang di berikan
oleh Ayah dan Ibunya. Tumijah menyadari kepergian kedua orang tuanya juga di sebabkan
olehnya sendiri.
Baru dua meter berjalan bersama anaknya, tiba-tiba ada mobil masda biru berhenti tepat di
depan Tumijah. Tidak lama kemudian keluar dari sana sepasang suami istri yang sudah tidak
asing lagi bagi Tumijah.
“Ayu, Benu.” Tumijah langsung berseru melihat kedua sahabatnya keluar dari dalam mobil
masda biru tersebut.
“Tumijah” Benu dan Ayu langsung memeluk Tumijah, Alesia hanya diam penuh bingung
melihat ibunya di peluk oleh dua orang asing menurutnya. (Tamat).