m46314 n6

77
1

Upload: angga-pebria-wenda-mahesta

Post on 18-Dec-2014

365 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

Tumijah adalah salah satu gambaran dari banyaknya Abg putri di indonesia yang masih mencari jati dirinya, apalagi di masa keemasannya yaitu putih abu-abu dimana sekarang banyak sekali tingkah laku yang menyimpang yang sering sekali disebut dengan istilah Abg gaul abis, cabe-cabean, kimcil matre dan gampangan. Tumijah tinggal bersama kedua orang tuanya diperkampungan Nawala. Dengan latar belakang ekonomi keluarga yang serba pas-pasan Tumijah selalu mendapatkan semua barang-barang mewah dengan caranya sendiri. Tumijah berubah total semenjak dia duduk dibangku Sekolah Menengah Atas 463 kota Magelang dan bertemu dengan kedua sahabatnya yang bernama Ayu dan Benu. Mereka bertiga memiliki sifat yang sama. Yaitu selalu malas untuk beribadah dan tidak suka dengan namanya aturan. Tumijah tidak pernah mau mendengar nasehat yang telah diberikan oleh kedua orang tuannya. Hingga akhirnya Tumijah semakin terjerumus dalam pergaulan yang salah. Tumijah dipindahkan secara paksa oleh kedua orang tuanya ke sekolah SMA yang ada asramanya, kedua orang tua Tumijah sangat berharap Tumijah menjadi anak yang baik dan rajin beribadah. Tapi kenyataannyapun meleset jauh dari harapan yang diinginkan oleh kedua orang tua Tumijah. Tumijah melarikan diri dari asrama sekolah dan tidak mau kembali lagi kerumahnya. Kedua orang tua Tumijahpun panik lalu mencari-cari Tumijah. Sampai-sampai menyebar foto Tumijah di seluruh tempat fasilitas umum yang ada di kota Magelang. Tidak membutuhkan waktu lama, Tumijah ternyata ditemukan oleh petugas sat pol pp saat sedang mengadakan razia pengemis dan gelandangan di perbatasan kota Magelang dan Temanggung. Tepatnya di depan Toko besi. Beruntung salah satu petugas sat pol PP melihat foto Tumijah yang disebar oleh kedua orang tua Tumijah. lalu Tumijah dibawa langsung menuju kerumahnya di perkampungan Nawala. Butuh waktu bagi Tumijah untuk berbicara apalagi menceritakan semua kejadian yang menimpanya saat kejadian di atas tandon air waktu itu kepada kedua orang tuanya. berhubung janin yang ada di dalam perut Tumijah semakin membesar, mau tidak mau, siap tidak siap. Akhirnya Tumijah menceritakan semua yang dia alami kepada kedua orang tuanya. Ayahnya Tumijah yang mendengar kabar tidak menyenangkan itu langsung mendadak kambuh sakit jantungnya, nafasnya terasa sesak lalu jatuh dipermukaan lantai dan saat itu juga Ayahnya Tumijah menghembuskan nafas terakhirnya.

TRANSCRIPT

Page 1: M46314 n6

1

Page 2: M46314 n6

2

MAGELANG

SEJUTA CINTA

“Kisah penyesalan Tumijah di bangku SMA”

Penulis:

ANGGA PEBRIA WENDA MAHESTA

Page 3: M46314 n6

3

Sinopsis

Tumijah adalah salah satu gambaran dari banyaknya Abg putri di indonesia yang masih

mencari jati dirinya, apalagi di masa keemasannya yaitu putih abu-abu dimana sekarang

banyak sekali tingkah laku yang menyimpang yang sering sekali disebut dengan istilah Abg

gaul abis, cabe-cabean, kimcil matre dan gampangan. Tumijah tinggal bersama kedua orang

tuanya diperkampungan Nawala.

Dengan latar belakang ekonomi keluarga yang serba pas-pasan Tumijah selalu mendapatkan

semua barang-barang mewah dengan caranya sendiri. Tumijah berubah total semenjak dia

duduk dibangku Sekolah Menengah Atas 463 kota Magelang dan bertemu dengan kedua

sahabatnya yang bernama Ayu dan Benu. Mereka bertiga memiliki sifat yang sama. Yaitu

selalu malas untuk beribadah dan tidak suka dengan namanya aturan.

Tumijah tidak pernah mau mendengar nasehat yang telah diberikan oleh kedua orang

tuannya. Hingga akhirnya Tumijah semakin terjerumus dalam pergaulan yang salah. Tumijah

dipindahkan secara paksa oleh kedua orang tuanya ke sekolah SMA yang ada asramanya,

kedua orang tua Tumijah sangat berharap Tumijah menjadi anak yang baik dan rajin

beribadah. Tapi kenyataannyapun meleset jauh dari harapan yang diinginkan oleh kedua

orang tua Tumijah. Tumijah melarikan diri dari asrama sekolah dan tidak mau kembali lagi

kerumahnya.

Kedua orang tua Tumijahpun panik lalu mencari-cari Tumijah. Sampai-sampai menyebar

foto Tumijah di seluruh tempat fasilitas umum yang ada di kota Magelang. Tidak

membutuhkan waktu lama, Tumijah ternyata ditemukan oleh petugas sat pol pp saat sedang

mengadakan razia pengemis dan gelandangan di perbatasan kota Magelang dan Temanggung.

Tepatnya di depan Toko besi.

Beruntung salah satu petugas sat pol PP melihat foto Tumijah yang disebar oleh kedua orang

tua Tumijah. lalu Tumijah dibawa langsung menuju kerumahnya di perkampungan Nawala.

Butuh waktu bagi Tumijah untuk berbicara apalagi menceritakan semua kejadian yang

menimpanya saat kejadian di atas tandon air waktu itu kepada kedua orang tuanya.

berhubung janin yang ada di dalam perut Tumijah semakin membesar, mau tidak mau, siap

tidak siap. Akhirnya Tumijah menceritakan semua yang dia alami kepada kedua orang

tuanya.

Ayahnya Tumijah yang mendengar kabar tidak menyenangkan itu langsung mendadak

kambuh sakit jantungnya, nafasnya terasa sesak lalu jatuh dipermukaan lantai dan saat itu

juga Ayahnya Tumijah menghembuskan nafas terakhirnya.

Page 4: M46314 n6

4

Daftar isi

Prolog

Orakaruan

Putih Abu-abu

Langit Biru

Pilihan

Kaca yang retak

Dalam derai Hujan

Epilog

Page 5: M46314 n6

5

Prolog

Hujan deras berserta angin ribut menyapu seluruh jalanan kota Magelang, semua aktifitas

kota seperti lumpuh dengan sendirinya. Sekarang di pinggir jalan pahlawan hanya terlihat

pemandangan orang-orang yang sibuk meneduhkan dirinya dibawah langi-langit atap toko

yang terbuat dari besi ringan anti gempa dari serbuan tetesan hujan deras dan tiupan angin

ribut. Sementara itu di sebuah rumah sakit umum kota Magelang terdengar jelas suara

tangisan seorang bayi mungil berjenis kelamin perempuan.

“Suster bagaimana dengan anak saya?”

“Tenang bapak, anak bapak lahir dengan selamat. Silahkan Bapak menunggu diluar.”

Sekarang terlihat jelas dari raut wajah seorang Ayah yang menunjukkan rasa bahagianya

setelah mendengar kabar kelahiran anak putri pertamanya itu lahir ke bumi dengan selamat.

“Terimakasih TUHAN engkau sudah melancarkan proses kelahiran anak pertama kami”.

Sang istripun sekarang masih tergolek lemah tak berdaya memakai seragam putih-putih

diatas tempat tidur rumah sakit umum kota Magelang.

Setelah dua jam menunggu akhirnya seorang Ayah di perbolehkan menemui istrinya.

“Bu, anak kita sudah lahir dengan selamat”

“Mana Yah. Ibu ingin segera menggedong anak kita” tidak lama kemudian seorang suster

datang membawa bayi mungil lucu dan cantik dengan berat badan tiga kilo gram.

Sang istri tersenyum bahagia menggedong anak pertamanya, betapa bahagianya keluarga

kecil ini dengan kelahiran seorang anak putri yang memiliki paras wajah cantik sekali.

Keesokkan harinya sang Ayah berserta istri pun di perbolehkan pulang kerumahnya oleh

pihak rumah sakit umum. Mereka di sambut meriah oleh para tetangganya yang sudah

menunggu dari pagi kedatangan mereka.

Seorang anak putri yang cantik itu kini beranjak dewasa, hiperaktif dan memiliki rasa

keingintahuan yang sangat besar di tengah keluarga yang serba berkecukupan ini. Ibu dan

Ayahnya pun semakin hari semakin bertambah menyayanginya dan sangat memanjakan anak

putri semata wayangnya itu.

Page 6: M46314 n6

6

Orakaruan

Malam ini penuh bintang melingkupi seluruh sudut kota Magelang. Keindahan bintang di

langit mampu menghiasi dengan sangat sempurna, kian kelap-kelip sinar bintang seperti

memberikan sinyal harapan dan impian untuk para Abg jomblo yang sedang mencari cinta.

Sementara itu, kamar yang sangat sederhana, jauh dari kata modern ini, terlihat seorang Abg

putri yang sedang asik berdandan di depan kaca lemari pakaiannya yang sudah berumur dua

kali lipat dari usianya sekarang. Abg putri ini memiliki paras wajah cantik bersih natural

tanpa polesan make up sedikitpun, rambutnya pendek model blow seperti seorang polwan,

berwarna hitam pekat sebatas bahu dengan posisi poni lurus yang menjadi ciri khasnya

mampu menyempurnakan penampilannya malam ini.

Dia sekarang terlihat berbeda sekali dari malam sebelumnya, bahkan penampilannya malam

ini, bisa di katakan mengalahkan seorang miss indonesia. Bibir tipisnya dilapisi oleh lipstik

yang menempel pekat berwarna merah merona mengkilap jika terkena cahaya lampu dan

tidak lupa juga dia menyemprotkan setengah isi parfum bermerek kenzo daun hampir

keseluruh badannya. Padahal baru satu hari yang lalu dia membeli parfum kenzo daun kini

isinya tinggal setengah botol.

“Sudah wangi sekalikan aku malam ini” katanya sambil tersenyum manis ke arah kaca lemari

pakaiannya dan berputar-putar seperti seorang model majalah teka-teki silang.

Abg putri ini tiba-tiba melihat kebagian dadanya, ternyata dia sangat tidak percaya diri oleh

bentuk dadanya yang sangat besar. Padahal dia masih sangat muda sekali, baru saja duduk di

bangku sekolah menengah atas di kota Magelang. Tapi sudah memiliki bentuk dada seperti

orang dewasa pada umumnya.

Abg putri ini pun tidak kehabisan cara, kemudian dia mengganti bajunya dengan baju kemeja

kotak-kotak berwarna ungu milik bapaknya, yang berukuran L. Dan sekarang dia semakin

lebih percaya diri. Kini dia langsung berdiri mengenakan celana pendek hotpants berwarna

hitam favoritenya yang sengaja melihatkan dengkul bersih berserta kaki putih mulusnya,

malam ini dia hanya memakai sandal jepit swallow berwarna pink sebagai alas kakinya.

Walaupun sebenarnya penampilan Abg putri malam ini memang sangat nyeleneh, terlihat

sungguh aneh dari Abg putri pada umumnya, bagaimanapun juga dia sudah ditakdirkan

terlahir dengan raut wajah sangat cantik, sexy dan bohay sungguh menggoda, jadi tidak

masalah memakai pakaian apa saja, karena dia juga memiliki bentuk tubuh yang sangat ideal,

tidak kurus dan tidak gemuk dengan tinggi badan 167cm.

Maklum malam ini dia ingin pergi ke pasar malam, biasanya pasar malam di alun-alun kota

Magelang sangat meriah sekali, apalagi ada hiburan panggung music dangdutnya. Ditambah

kehadiran para Abg cowok di kota Magelang yang selalu tumpah ruah memenuhi area pasar

malam. Empat puluh persen malam ini dia bertekad akan mendapatkan seorang pacar ganteng

seperti Tom crush. Dia juga memiliki misi lainnya, dia ingin merubah jalan pemikiran para

Abg cowok ataupun remaja cowok yang selama ini kebanyakan hanya melihat cewek dari

fisik dan penampilannya saja.

Page 7: M46314 n6

7

“Astaga naga, serigala berbulu domba, menginjak tai kuda, sudah jam setengah sembilan,

mampus deh. Kenapa si Ayu dan Benu belum pada nongol-nongol juga ya.” gerutunya dalam

hati.

Sepuluh menit berlalu tiba-tiba terdengar jelas dikedua telinganya suara klakson motor yang

bunyinya sangat khusus dan sangat spesial sekali. Bisa jadi suara klakson motor yang satu ini

cuma satu-satunya yang ada di kota Magelang.

“TWEETT, tweeett, tweeeet, truuuuuweeettt.”

“Akhirnya mereka datang juga” katanya dengan raut wajah bahagia.

Dengan penuh semangat 65, Abg putri ini meninggalkan kamarnya dan bergegas menuruni

anak tangga yang terbuat dari kayu jati made in indonesia. Baru saja menyelesaikan

melangkahi anak tangga yang terakhir dengan kaki kananya.

“Tumijah, mau kemana kamu nduk?” tanya ibunya yang sejak tadi mengamati Tumijah

menuruni anak tangga. Tumijah langsung menoleh ke arah ibunya dan menghampiri ibunya.

“Hehehe ada ibuku yang paling cantik, baik hati dan tidak sombong sama anaknya. Biasa bu,

mau pergi sebentar.”

“Iya ibu tahu, kamu itu mau pergi kemana toh, wangi sekali dan sungguh aneh penampilanmu

malam ini??” ibunya Tumijah langsung melipat kedua tangannya kedepan sambil menatap

tajam ke arah kedua mata Tumijah. Ibunya Tumijah sudah sangat sering di bohongi oleh

Tumijah, kali ini Ibunya Tumijah tidak akan tertipu lagi oleh anak putri semata wayangnya

itu.

“Aku mau menghadiri acara ulang tahun temen sekelasku bu” jawab Tumijah yang sedang

berbohong tingkat dewa Amun. (Amun adalah Raja para dewa yang tak terkalahkan dari

mesir kuno).

“Kamu berbohong lagi ya Nduk?” (Nduk itu panggilan untuk anak cewek dalam bahasa

jawa, tapi khusus di cerita ini Nduk itu panggilan sayang ibu Soeparni kepada Tumijah.)

“Aku tidak bohong Bu, untuk apa aku bohong sama ibu” kedua mata Tumijah tampak

melotot lebar membalas tatapan mata ibunya.

“Terus kenapa baju kemeja kotak-kotak milik Ayahmu kamu pakai Nduk??. Kamu itu selalu

aneh-aneh saja dalam berpenampilan. Asal kamu tahu ya, Ibumu ini dulu, saat seusiamu itu,

ibu tidak pernah berpenampilan yang aneh-aneh seperti kamu. Berpenampilan itu harus biasa

aja, jangan neko-neko mengerti kamu Nduk. Berpenampilan kok seperti cowok saja.

Sekarang cepat kamu ganti pakaianmu sana, mau ditaruh mana muka Ibu dan Ayahmu ini

jika para tetangga melihatmu berpakaian seperti itu!!”

“Tapi Bu, aku ingin berpenampilan beda malam ini, Bu isi dalam undangan pesta temenku itu

sangat diwajibkan memakai baju yang berbeda dari sebelumnya. Please. Lagian aku juga

bosan berpenampilan feminim terus bu. Ini pesta yang istimewa loh bu sweet six teen year”

bela Tumijah dengan raut wajah melasnya. “Boleh ya Bu, soalnya kedua temenku sudah

menunggu dari tadi di depan rumah tuh, kalo enggak percaya lihat aja sendiri di depan

rumah, Bu nanti mereka malah kelamaan menungguku mengganti baju dan pesta ulang tahun

temenku keburu selesai bagaimana.” sambungnya lagi tanpa beban sedikitpun.

Page 8: M46314 n6

8

Ibunya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan terus bersusah payah untuk berpikiran

positif kepada Tumijah. Selama tiga menit Tumijah menunggu jawaban dari Ibunya, akhirnya

Ibunya pun memberi keputusan. “Baiklah, ingat kali ini ibu izinkan. Besok-besok jangan

kamu ulangi lagi ya berpenampilan seperti itu dan perlu kamu ingat juga. Jangan pulang

malam-malam. Kamu mengerti??. Nanti Ayahmu bisa marah besar melihatmu berpenampilan

seperti itu. Untung saja Bapakmu lagi pergi membeli gorengan. Datang ke pesta ulang tahun

kok berpenampilan seperti itu Nduk-nduk”

“Iya Bu, siiiap. Terimakasih ya Bu. Ah ibu ini tidak mengerti pesta ulang tahun anak muda

zaman sekarang sih, memang aneh-aneh pakaiannya Bu. Tinggal dulu ya Bu” Tumijah

langsung mencium pipi kiri dan pipi kanan ibunya.

“Hati-hati Nduk, jangan malam-malam.” Ibunya Tumijah menghela nafas lebih dalam lagi.

“Semoga Tumijah tidak berbohong lagi kepadaku” batin ibunya.

Abg putri ini kemudian pergi menemui kedua temannya Ayu dan Benu yang terlihat setia

menunggu di depan pintu rumahnya. Raut wajah Ayu dan Benu langsung terkejut ketika

melihat Tumijah.

“Gila-gila, gila. Sejak kapan kamu berpenampilan seperti itu, sudah ganteng banget seperti

cowok” tanya Ayu penuh heran.

“Wealah, buseeet deh, kamu itu walaupun berpenampilan yang aneh-aneh tapi tetap saja

kamu terlihat tambah cantik dan menggoda apalagi bagian itu-tu” kata Benu sambil melirik

dadanya Tumijah lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Please ya, kalian jangan banyak komentar malam ini, semoga saja aku mendapatkan seorang

pacar yang mukanya mirip Tom crush, kira-kira ada gak ya?”

“Kamu itu jangan banyak bermimpi Jah, mana mungkin di kota Magelang ini ada cowok

yang mukanya mirip Tom crush, yang ada mirip Tomi kurniawan itupun cuma KW empat.

Kamu mau??” Ayu berseru sangat heboh.

“Sudah-sudah, sama aku saja Jah, aku kan mirip Jacky chain pokoknya Tom Crush lewat

deh” Benu berkata dengan penuh percaya diri dan tersenyum manis di akhir kalimatnya.

“Enak saja!!” jawab Tumijah sambil menjitak kepala Benu. “Yu, lah motormu kemana??

terus aku naik apa?” sambungnya lagi.

“Oh iya motorku lagi dipakai oleh Mamaku Jah, jadi terpaksa deh cenglu malam ini?”

“Apa itu cenglu? bukannya cengga ya, bonceng tiga maksudku.” jawab Tumijah penuh

heboh.

“Sudah-sudah kalian berdua malah berdebat, ayo naik Jah, keburu bubar loh pasar malamnya.

Kamu mau, kita sampai sana cuma tersisa pemandangan para petugas memakai seragam

oranye yang sedang menjalankan tugasnya.” Benu langsung sibuk menyalakan motor RX-

Kingnya.

“Iya-iya cerewet banget sih kamu itu Nu. Lah kalian tidak bawa helm??”

“Hello. Capek deh. Jah-jah, hari gini kamu tanya helm, kamu itu seperti orang dari planet

Uptonus yang baru saja pindah di kota Magelang ini, sudah cepat buruan naik. Kamu itu

lama-lama nyebelin juga huh” raut wajah Ayu mulai terlihat sangat kesal.

Page 9: M46314 n6

9

“Santai guys, pokoknya kita happy-happy malam ini. Aku jamin deh.”

Tanpa membuang waktu lagi, Benu langsung menggeber sepeda motor RX-Kingnya yang

sejatinya dikatakan motor raja jalanan. Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya mereka

bertiga sampai juga di TKPPM (Tempat Kesenangan Pemuda-pemudi Magelang) lebih

tepatnya di alun-alun kota Magelang setiap malam minggu. Setelah sampai saat Benu sedang

memarkirkan sepeda motornya, Ayu dan Tumijah bukannya nungguin Benu, malah langsung

meninggalkan Benu sendirian di tempat parkir, mereka berdua dengan cepat menerobos

keramaian anak manusia yang tumpah ruah memadati seantero alun-alun kota Magelang.

“Wealah, dasar orang desa, tidak bisa melihat tempat hiburan. Main tinggal-tinggal

seenaknya saja, awas ya kalian berdua.” kata Benu dalam hati.

Suasana di alun-alun kota Magelang memang sangat meriah, apalagi yang menjadi ciri khas

pasar malam ini adalah dua buah lampu sorot berukuran sedang, berbentuk bulat yang sudah

di setting bergerak otomatis secara horizontal dan vertikal tertancap di permukaan tanah tepat

di tengah alun-alun kota Magelang, langsung menyinari langit-langit kota Magelang dengan

warna putih terang, ya seperti sedang memanggil sang Batman.

Ayu masih setia menemani Tumijah berkeliling mencari Abg cowok yang raut wajahnya

mirip Tom crush di pasar malam alun-alun kota Magelang ini. Satu persatu Tumijah melihat

lebih detail lagi setiap wajah Abg cowok yang ada disekitarnya ataupun yang berpapasan

dengannya. “Sumpah parah banget, jelek, biasa aja, muka tua, standar nasional indonesia,

imut, ndeso banget, ganteng tapi sudah ada ceweknya” gerutu Tumijah dalam hati.

“Piye jah, bagaimana sudah ketemu belum?? makannya kamu itu kalo dibilangin sama aku

gak usah ngeyel gitu toh, mana ada cowok Magelang yang mukanya mirip sama Tom crush,

mimpi kali ye. Sana pergi ke laut aje.”

“Rasah cerewet. Sabar Yu, kita kan belum keliling sampai ke ujung sana, mana tahu aja calon

pacarku berada disana sedang menantiku dengan membawa setangkai mawar merah, tenang

saja walaupun tidak ada yang mukanya mirip Tom crush, yang penting mukanya tidak

kelihatan desa banget deh” jawab Tumijah sambil terus berjalan sambil melototin kedua

matanya lebar-lebar tanpa berkedip.

“Hey Jah, kamu itu tidak boleh ngomong sembarangan, jangan salah loh, justru muka desa itu

penghasilannya kota, jangan salah kamu Jah”

“Hahahha, ada-ada saja kamu itu Yu. Iya-iya aku tahu, eh ternyata seleramu dalam memilih

cowok itu mukanya seperti yang desa-desa gitu ya? kok aku baru tahu hahaha”

“Ya enggak juga keles, tahu ah gelap. Mas bu lo, masalah buat lo.”

Banyak banget para Abg cowok yang terhipnotis melihat Tumijah, beberapa dari mereka ada

yang langsung terpana tidak mengedipkan matanya, ada yang menggeleng-gelengkan

kepalanya sambil bersiul-siul dan ada juga yang terang-terangan melihat ke arah dadanya

Tumijah. Meskipun sudah ditutupi oleh kemeja kotak-kotak milik bapaknya yang berukuran

L itu, tapi tetap saja ukuran yang besar menggantung kembar seperti empunya orang dewasa

itu tidak bisa disembunyikannya.

Dua Abg putri itu pun terus berkeliling mondar-mandir tidak jelas seperti setrikaan pakaian di

area pasar malam, sungguh suasana di alun-alun kota Magelang tampak sangat meriah sekali,

Page 10: M46314 n6

10

di tambah satu panggung besar khusus musik dangdut melengkapi kemeriahan pasar malam

ini.

Saat salah satu penyanyi dangdut wanita berbadan super duper gemuk sekali memakai

pakaian dangdut ngepres penuh blink-blink, gemulai, lihai dan lincah bergoyang sambil

menyanyikan sebuah lagu berjudul ayo joget, dentuman kendang dan bunyi suling pun

langsung menghentak kencang keseluruh jiwa-jiwa muda yang berada disekeliling pasar

malam. Sangat keras sekali. Hingga Ayu dan Tumijah pun tidak bisa menghindar untuk tidak

ikut serta di depan panggung music dangdut, larut dalam kegembiraan.

Tidak lama kemudian muncullah seorang Abg cowok dengan raut wajah tidak jelek-jelek

banget lumayan ganteng, tinggi berambut cepak dan langsung menghampiri Tumijah.

Sepertinya Abg cowok berambut cepak ini salah satu siswa dari Akademi militer kota

Magelang yang sedang menghabiskan hari libur di malam minggu sebelum besok sore balik

lagi ke asramanya.

“Hai mbak, boleh kenalan gak?? mbaknya mau gak joget bareng saya?” tanya Abg cowok

dengan raut wajah penuh pengharapan sekali supaya bisa berjoget bersama Tumijah.

Dengan cepat Tumijah melihat sang pemilik suara dengan raut wajah penasaran, walaupun

sedikit tidak jelas karena minimnya lampu penerangan disekitarnya, alhasil Tumijah

memastikannya sekali lagi, kalo sang pemilik suara Abg cowok tersebut memang ganteng

rupawan. Setelah yakin delapan puluh persen. Tumijah langsung salah tingkah, senyum-

senyum tidak jelas pertanda mau. Tumijah secara spontan menganggukkan kepalanya dua

kali, lampu hijau pun sudah diberikan oleh Tumijah. Abg cowok itu pun langsung

menggandeng tangan kanan Tumijah. Tidak lama kemudian keduanya terlihat sangat asik

sekali berjoget ria sambil berteriak mengikuti lirik lagu, pokoke joget, pokok e joget dan

kedua jempol tangan mereka berdua, kini juga ikut bergoyang mengarah ke atas langit-langit

kota Magelang.

Sesekali Tumijah berjoget sambil memandang raut wajah abg cowok berambut cepak

tersebut dengan senyum manis penuh unsur menggoda, menyadari Tumijah menyalakan

sinyal-sinyal ketertarikan dengannya, Abg cowok berambut cepak tersebut tidak menyia-

nyiakan peluang emas ini, dia langsung memeluk Tumijah dengan sangat erat dari arah

belakang. Sepertinya Tumijah dan Abg cowok tersebut sekarang mulai terbawa oleh suasana

dentuman irama music dangdut. Ayu yang berada tepat di samping Tumijah hanya bisa gigit

jari melihat mereka berdua berjoget sangat mesra seperti sepasang kekasih.

Dari kejauhan akhirnya Benu menemukan Ayu. Dan Tumijah yang sedang terlihat asik

berjoget mesra bersama cowok berambut cepak. Benu sadar tidak ingin mengganggu suasana

mesra temannya yang maha okay itu bersama Abg cowok berambut cepak tersebut. Alhasil

Benu hanya tersenyum saja melihat Tumijah.

“Hey Yu, bagus ya, main tinggal-tinggal aku sendirian ditempat parkir, andaikata kalo kalian

berdua hilang dan aku tidak bisa menemukan kalian bagaimana??, apa kalian mau pulang

jalan kaki kerumah masing-masing dan sampai rumah, kedua betis kalian berdua sudah

seperti pentungan pos ronda??” Benu melihatkan raut wajah sedikit kesal kepada Ayu.

“Apa Nu?. Kowe ki ngomong opo??. Aku tidak mendengarmu dengan jelas. Biasa toh

Tumijah, dia sudah tidak sabar lagi mencari gebetan baru yang mukanya mirip Tom crush.”

jawab Ayu sambil berteriak ketelinga kanan Benu.

Page 11: M46314 n6

11

“Tom crush-tom crush, parah bangetttt Yu, ini lebih mirip Tom and Jerry. Hahhaa” Benu

langsung ikut berjoget ria. “Siapa namanya cowok itu Yu?? kelihatannya cowok itu dari

akademi militer ya??” sambungnya lagi.

“Ora ngerti aku mas bro, aku tidak tahu, belum sempat berkenalan tadi. Terserah dia mau dari

mana kek, Akademi dangdut indonesia, atau dari Akademi penari indonesia yang penting

cowok itu lumayan ganteng dan sepertinya cocok sekali sama Tumijah” jawab Ayu sambil

berjoget model asoelole icik kiding ehem-ehem.

Lagu demi lagu telah terlewati, kali ini yang bergantian bernyanyi di atas panggung adalah

seorang cewek berkulit putih yang sangat super slim memakai rok mini yang terlihat sangat

sexy sekali apalagi dengan goyang halilintarnya berputar-putar kesana-kemari di dekat tiang

panggung sebelah kanan sambil membawakan sebuah lagu terdahsyat di zamannya waktu itu

lagu tersebut berjudul WAKUNCAR (Waktu Kunjung Pacar atau sering dipelesetkan oleh

anak muda zaman sekarang dengan istilah Waktu Kurung Pacar), yang sudah di remix

dangdut disco modern tahun dua ribuan dan langsung berkumandang bebas kepenjuru langit-

langit kota Magelang. Kali ini seluruh lampu sorot yang menempel menarik diatas tiang-tiang

panggung langsung menyala kelap-kelip berwarna warni berputar lebih cepat dari

sebelumnya.

Seluruh anak kecil, remaja tanggung dan Bapak-bapak pun jadi ikut serta merapat ke area

panggung musik dangdut. Tidak lama kemudian suasana sudah mulai tidak kondusif lagi,

joget pun yang tadinya sangat santai seperti di pantai, sekarang menjadi sangat bringas, botol-

botol aqua berukuran sedang sisa dari minuman tradisional ciu berterbangan bebas diikuti

oleh batu-batu gaib yang tidak tahu siapa yang melemparnya dan tidak hanya sampai disitu

saja, semuanya jadi saling senggol-senggolan hingga berakhir jotos-jotosan seperti cacing

gila yang sedang kepanasan.

Dengan cepat Polisi langsung turun mengamankan dan membubarkan secara paksa acara di

atas panggung dan dibawah panggung music dangdut tersebut, sampai-sampai para penyanyi

biduan wanita yang total berjumlah lima orang di angkut secara paksa oleh rombongan Polisi

wanita. Akhirnya Ayu, Benu, Tumijah dan Abg cowok berambut cepak tersebut menyingkir

dari area panggung music dangdut lalu merapat ke salah satu angkringan di alun-alun kota

Magelang.

“Mbak tidak apa-apa kan?” tanya Abg cowok berambut cepak sambil mengusap debu yang

menempel di raut wajah Tumijah memakai sehelai tisu yang dia ambil dari saku bajunya.

Maklum gara-gara rusuh nonton music dangdut semua debu yang berasal dari tanah alun-alun

pada naik ke atas semuanya, mau tidak mau wajah cantik Tumijah terkena sentuhan

kekasaran debu tanah alun-alun kota Magelang. Padahal tadi lagi asik-asiknya berjoget ria di

depan panggung. Kini terlihat jelas dari raut wajah Abg cowok tersebut, kalo dia sangat

menyesal sekali atas terjadinya keributan di area panggung music dangdut tersebut.

“Ora opo-opo mas, maksudku tidak apa-apa santai aja” kata Tumijah sambil tersenyum di

akhir kalimatnya. “Namamu siapa Mas?” sambungnya lagi.

“Lejimin Sutopo Giantra, panggil saja aku Lejimin” sambil mengulurkan tangan kanannya ke

arah Tumijah.

Page 12: M46314 n6

12

“Farisca Leumardani Tumijah, panggil saja TUMIJAH Mas” kata Tumijah penuh bohong

tingkat dewa Amun, padahal nama lengkapnya bukan itu. Nama lengkapnya Tumijah adalah

Tumijah Soekparni Mawarti. Tumijah langsung membalas uluran tangan Mas Lejimin.

“Jah kok aku tidak kamu kenalin sih sama Masnya??” Ayu mengedipkan mata kanannya ke

arah Tumijah dan langsung menyerobot tangan kanan Lejimn tanpa lampu hijau dari

Tumijah.

“Ayu Anawela Adinda Putri Sejahtera Sembada, panggil saja Ayu.” kata Ayu sambil

berbohong juga tingkat Magelang, padahal nama lengkap Ayu adalah Ayu Rahayu Sumantri

Raharjo.

“Lejimin”

“Kamu ini main nyerebot aja, seperti kereta api tanpa penumpang yang melaju cepat di atas

rel.” Tumijah berkata dengan raut wajah pura-pura sedikit kesal.

“Kamu tinggal dimana?” tanya lejimin.

“Perumahan Gladio” kata Tumijah penuh bohong, padahal Tumijah tinggal di daerah Nawala

dekat pinggir kali Tidar, sebuah perkampungan paling sederhana yang serba berkecukupan

dan sangat padat penduduknya. Hampir seluruh penduduknya bekerja sebagai buruh

bangunan, penjual ikan, penjual sayur, tukang becak dan hanya Pak RT dan Pak RW yang

bekerja sebagai PNS. Aktifitas Tumijah jika dia lagi baik moodnya untuk berbicara, pasti

setiap sore bergosip ria bersama tetangganya yang lagi asik mencuci pakaian kotor dipinggir

kali dekat rumahnya. “Kalo kamu mas?” sambungnya lagi.

“Kalo aku di perumahan Armada Estate, aku kebetulan lagi libur biasanya aku di mess

Akademi militer, jadi cuma sehari saja kalo dirumahku.”

“Weeee, benar kan cah militer iki, ngeri dab. Berarti sugih tenan (kaya banget) kamu mas

bisa tinggal disana?? maksudku kamu orang berada ya kok bisa tinggal di Armada estate.

Perkenalkan namaku Benu. Benu Suryo Diningratan” Benu berkata juga penuh bohong

tingkat dewa Amun. Sambil asik mengunyah tempe goreng di mulutnya. Padahal nama

lengkap Benu adalah Benu Chan Kabo Waljini.

“Huuust, kamu itu asal aja berbicaranya Nu” Ayu mencubit pelan pinggang Benu.

“Kapan-kapan aku boleh kan mengajak kamu jalan dek.” kata Lejimin kepada Tumijah

langsung to the point. Dia sudah mulai memanggil adek kepada Tumijah. Biasanya sih ada

maunya tidak sekedar jalan-jalan biasa tapi jalan-jalan luar biasa.

“Nomor hpmu berapa mas?” kata Tumijah yang tidak mau kalah to the point sama Lejimin

dan langsung merogoh handphonenya.

“Kok malah terbalik, umumnya kan cowok dulu yang nanyain nomor hp kepada cewek, ini

malah cewek dulu yang langsung menanyakan nomor hp kepada cowok” Ayu menggaruk-

garuk rambutnya terlihat sangat bingung sekali.

“Sudah-sudah, tidak usah kaget begitu Yu. Tumijahkan orangnya memang seperti itu. Aneh”

sahut Benu kali ini dia langsung menyambar cepat sate usus dengan tangan kanannya.

“Kalian itu ngomong apaan sih?? nanti malah Mas Lejimin ini tidak mau ngasih nomor hpnya

loh sama aku.” jawab Tumijah sambil terus setia tersenyum di akhir kalimatnya. Padahal

Page 13: M46314 n6

13

Tumijah tidak menanggapi serius keinginan Lejimin untuk jalan-jalan bersamanya entah

mengapa Tumijah tiba-tiba ilfeel ketika melihat Mas Lejimin mulai penuh maksud tertentu.

“0857473xxxx” kata Lejimin, dan Tumijah hanya berpura-pura mengetik nomor Lejimin di

layar hpnya.

Sementara itu suasana yang jauh berbeda terdapat di ruang tamu rumah Tumijah, Ayah dan

Ibunya sedang terlihat asik berbincang-bincang diruang tamu sambil menikmati tempe

goreng, tahu goreng, bakwan goreng, segelas kopi panas dan segelas teh hangat.

“Tumijah malam ini kemana ya Bu??. Kok dari tadi Ayah tidak melihatnya” kata Ayahnya

Tumijah sambil asik mengunyah bakwan goreng dan sebiji cabe rawit hijau.

“Katanya tadi Yah, dia menghadiri acara ulang tahun teman satu kelasnya.” Ibunya Tumijah

langsung menenggak teh hangat dari gelas kaca berukuran sedang bermotif bunga melati

berwarna merah.

“O begitu, tidak ke alun-alun kan Bu?, soalnya Ayah tadi barusan lewat sana, kelihatan ramai

sekali dan banyak polisinya Bu” Ayah Tumijah kini terlihat asik mengunyah bakwan goreng

dimulutnya.

“Tidak kesana kok Yah. Tenang saja” jawab ibunya Tumijah sambil tersenyum manis di

akhir kalimatnya.

“Bu, hari ini Tumijah tidak berbuat hal yang aneh-aneh lagi kan. Ayah takut putri kita satu-

satunya itu, membuat masalah lagi??”

“Hanya sedikit aneh saja Yah, tapi tidak menjadi masalah kok, sudah ibu nasehatin tadi.

Ayah tenang saja, ibu jamin tidak akan terjadi apa-apa dengan anak kita satu-satunya itu. Dia

juga sudah bertumbuh dewasa dan terlihat sangat cantik”

“Maksud Ibu apa, kok sedikit aneh?” kata Ayahnya Tumijah sambil menenggak setengah

segelas kopi hangat di akhir kalimatnya.

“Sepertinya dia sudah mulai mencari pacar Yah, tapi penampilannya itu, sangat aneh menurut

Ibu. Ibu takut tidak ada cowok yang suka sama anak kita, jika terus berpenampilan aneh

seperti cowok. Malah bisa jadi kebalikkannya Yah, banyak cewek yang suka sama dia.”

“Husst ibu ini aneh-aneh saja, mana mungkin seperti itu. Ayah setuju kalo anak kita sudah

beranjak dewasa. Seharusnya tidak apa-apa Bu, kalo anak kita mencari perhatian kepada

lawan jenisnya, apalagi memiliki seorang pacar. Ibu kan pintar berdandan, ajarin dong, anak

kita supaya terlihat cantik sekali seperti gadis desa pada umumnya, iya seperti ibunya dulu.

Saat pertama kali bertemu sama Ayah, masih ingatkan Bu?”

“Ayah ini bisa aja, sekarang ibu masih cantik kan?? apa sekarang ibu tidak terlihat cantik

lagi, gitu maksud Ayah?”

“Ya jelas dong, Ibu kan masih terlihat cantik sampai kapanpun dan dimanapun ibu berada,

ibu itu wanita tercantik dalam kehidupan Ayah. Pokoknya tidak ada yang lain di hati Ayah”

“Terimakasih ya Yah”

“Iya. Tapi tolong diingatkan lagi ya Bu kepada anak kita satu-satunya itu, berpakaian yang

sewajarnya saja jangan terlihat menggoda, apalagi sekarang budaya barat sudah banyak

Page 14: M46314 n6

14

meracuni generasi penerus bangsa, sudah masuk terlalu jauh ke dalam budaya kita bu. Ayah

tidak mau anak kita menjadi korban dan terbawa arus yang tidak benar, seperti pergaulan

bebas, memakai narkoba, mabok-mabokkan dan sex bebas. TUHAN pasti marah sekali sama

kita Bu jika anak kita berbuat dosa seperti itu. Ayah tidak bisa membayangkan jika TUHAN

sampai marah sama kita Bu.”

“Iya Yah, ibu sangat mengerti, mana mungkin ibu lupa sama amanat ayah yang satu itu??

sudah sering ibu jelaskan kepada anak kita Yah. Tenang saja.”

“Terimakasih ya Bu, Ibu ini memang istri Ayah yang paling pintar merawat anak dan

Ayahnya” Ayah Tumijah langsung memberikan kecupan manis di kening Ibu Tumijah dan

memeluk penuh rasa cinta dan kasih sayang.

“Ayah ini bisa saja berkata seperti itu, mulai deh ngegombalisme seperti dulu lagi. Ingat

umur loh Yah. Sudah sana istirahat dulu. Pasti Ayah lelah sekali kan, seharian tadi mencari

target setoran. Nanti biar ibu saja yang nungguin Tumijah pulang ya Yah.”

“Iya Bu, Ayah kecapean banget mencari penumpang hari ini, jangan lupa besok pagi kegereja

ya Bu, kalo bisa ajakin Tumijah untuk datang beribadah pagi jangan beribadah sore terus.

Ayah ingin melihat Tumijah beribadah pagi bersama kita dan banyak juga warga jemaat

gereja yang bertanya sama Ayah termasuk Pak pendeta, menanyakan Tumijah, kok Tumijah

tidak pernah kelihatan beribadah pagi??”

Ibunya Tumjah tampak tersenyum lepas di hadapan Ayahnya Tumijah, sebenarnya jauh dari

lubuk hatinya yang paling dalam, ibunya merasa sangat bersalah sekali tidak memberi tahu

hal apa yang sebenarnya terjadi di dalam diri Tumijah, anak putri semata wayangnya itu.

Kalo sempat Ayah Tumijah tahu, pasti akan marah besar kepada Tumijah dan

menghukumnya tanpa ampun.

Ayah Tumijah adalah seorang bapak yang sangat bertanggung jawab kepada keluarganya,

termasuk bersusah payah membanting tulang menjadi supir angkot untuk menghidupi

keluarganya dan membiayai sekolah Tumijah, walaupun penghasilannya tidak menentu setiap

harinya, itu semua serba berkecukupan. Ayah Tumijah memiliki sifat yang berdisplin tinggi,

jujur tidak suka berbuat yang aneh-aneh, rendah hati dan selalu menerapkan nilai-nilai

kehidupan budaya asli indonesia, khususnya budaya jawa kepada putri satu-satunya itu.

“Sabar ya Yah, Ibu tahu sebenarnya Ayah juga mengharapkan Tumijah lebih rajin lagi

beribadah pagi dan doa pagi bersama kita” ibunya Tumijah berkata dalam hati.

Ibunya Tumijah menyadari secara penuh, selain faktor perekonomian keluarga, faktor

pergaulan dan faktor pendidikan di sekolahan juga berpengaruh besar dalam tingkah laku

Tumijah sehari-hari. Ibunya Tumijah sudah sangat amat sering memberi nasehat kepada

Tumijah dan selalu saja masuk telinga kiri dan keluar ke telinga kanannya. Tumijah itu

sangat berbeda dari Abg putri pada umumnya.

Sangat sulit sekali untuk di atur dan selalu saja egois kepada ibunya. Dulu saat Tumijah

masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, dia sangat rajin beribadah, doa pagi, dan

mau membantu ibunya membersihkan rumah. Penampilannya juga biasa-biasa saja tidak ada

yang berubah. Semenjak dia mulai masuk sekolah menengah atas, Tumijah langsung berubah

total, seperti bukan Tumijah yang ibunya kenal. Sekarang cara berpakaian selalu yang aneh-

aneh, kadang tomboi, kadang sexy, kadang juga Feminim.

Page 15: M46314 n6

15

Tumijah juga selalu mempunyai banyak alasan yang membuatnya semakin menjadi-jadi,

contohnya saja, jika Tumijah menolak untuk tidak ikut doa pagi, dia selalu beralasan

mengantuk saat melakukan doa pagi, dan jika dia menolak untuk tidak beribadah pagi, dia

selalu beralasan sore hari pasti beribadah atau lebih parahnya lagi, Tumijah berkata. “Aku

sudah beribadah sendirian di dalam kamar.” Setiap malam Ibunya selalu berdoa dan tidak

bosan-bosannya meneteskan air mata untuk Tumijah.

Memang benar kalo Ibunya lebih sering bertemu Tumijah dari pada Ayahnya jika sudah

berada di dalam rumah. Karena Ayahnya Tumijah setiap hari senin sampai hari sabtu selalu

pulang sore hari, dan kalo sepi penumpang. Ayahnya Tumijah terpaksa pulang di atas jam

sepuluh malam. Jadi Ibunya Tumijah sangat merasakan dampak perubahan besar dari dalam

diri Tumijah anak semata wayangnya itu dari pada yang dirasakan Ayahnya Tumijah. Ya

selama ini Ibunya Tumijah tidak pernah mengeluh tentang Tumijah kepada Ayahnya

Tumijah.

Ayu dan Benu kedua temannya Tumijah itu, bertemu Tumijah saat awal pertama kali

menginjakkan kaki masuk sekolah menengah atas di SMA 463 kota Magelang. Mereka

bertiga sangat cocok satu sama lainnya, apalagi tentang banyak hal yang membuat mereka

merasa nyaman dan kompak selalu. Jadi mereka bertiga sampai sekarang selalu bersama.

Bisa dikatakan mereka bertiga ini, menjadi sahabat setia kemanapun dan kapapun mereka

berada selalu bertiga, kecuali kalo ada acara mendadak dan sakit.

Mereka bertiga juga memiliki sebuah gank. Nama gank mereka di sekolah adalah Orakaruan

dengan jumlah anggota pengikut sebanyak tiga puluh orang siswa. Tumijah menjabat sebagai

kepala gank Orakaruan, Ayu menjabat sebagai wakil kepala gank Orakaruan dan Benu

sebagai kordinator keamanan anggota Orakaruan. Walaupun Ayu memeluk agama Islam dan

Benu memeluk agama Thionghua. Sifat mereka bertiga pun tidak jauh berbeda, yaitu sangat-

sangat malas untuk beribadah, hobinya nongkrong, hura-hura, kesana-kesini, ketawa-ketiwi

tidak jelas sesuka hati mereka bertiga. Mereka bertiga juga memegang teguh prinsip mereka

yang sama intinya. “Masih muda hura-hura, sudah tua kaya dan bertobat, lalu mati masuk

surga”.

Orang tua Benu memiliki sebuah toko sembako tepatnya di daerah pecinan. Toko sembako

milik orang tua Benu hanya menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga, kedua orang

tua Benu sehari-hari cuma duduk berjualan di dalam tokonya ditemani dengan enam orang

pegawainya yang sering sibuk hilir mudik mengambil barang yang kurang. Benu bersama

kedua orang tuanya tinggal di daerah utara alun-alun kota Magelang tepatnya di

perkampungan domoyo yang sangat sempit, kumuh, kotor dan banyak pencopetnya, Benu

adalah anak terakhir dalam anggota keluarganya, kakak-kakaknya berjumlah dua orang laki-

laki sudah pada menikah semuanya, dan sekarang semuanya tinggal di kota Semarang.

Jadi cuma Benu sendiri yang sangat berkuasa di dalam rumahnya, karena kedua orang

tuannya amat sangat sibuk berjualan di dalam toko. Benu juga sangat jarang sekali

berkomunikasi bersama kedua orang tuanya, kalo tidak ada hal yang sangat penting seperti,

panggilan dari kepala sekolahnya karena telat membayar uang SPP, meminta uang jajan dan

uang bensin, mana mungkin Benu mau berbicara panjang lebar kepada kedua orang tuanya.

Lain halnya dengan kedua orang tua Ayu, keduanya sama-sama bekerja sebagai agent

asuransi di salah satu perusahaan ternama milik kanada yang membuka cabang di indonesia

khususnya di kota magelang. Kedua orang tua Ayu bekerja tanpa mengenal waktu, setiap jam

setiap hari jika bertemu sama siapa saja selalu memprospeknya dengan produk-produk

asuransi andalannya, seperti investasi, rawat inap dan perlindungan jiwa dengan jumlah

Page 16: M46314 n6

16

premi yang terjangkau, sangat murah sekali. Ayu hanya bertemu kedua orang tuanya di pagi

hari, itu pun di saat sarapan pagi sebelum semuanya beraktifitas. Dan Ayu sama seperti

Tumijah, anak satu-satunya dalam keluarganya. Ayu dan kedua orang tuanya tinggal di

perumahan majeing sebelah selatan dari alun-alun kota Magelang perumahan elite tersebut

memiliki tanah berukuran sedang yang diisi dua puluh warga saja. Kalo menurut status

perekonomian dalam keluarga masing-masing mereka bertiga, keluarga Benu dan Ayu cukup

beruntung karena kedua orang tua mereka sama-sama bekerja semuanya. Dari pada

perekonomian keluarganya Tumijah, hanya Ayahnya saja yang bekerja sebagai sopir angkot,

ibunya Tumijah cuma bekerja dirumah saja sebagai ibu rumah tangga yang baik hati.

Sementara itu Ayu, Benu, Tumijah dan Lejimin. Sedang sangat asik menyantap nasi kucing,

sate keong, sate usus ayam, gorengan tahu, tempe goreng, tahu isi dan minuman es teh di

angkringan. Dan Pembicaraan mereka sekarang mulai seru kesana-kemari.

“Kamu anak keberapa sih Mas?? tanya Tumijah kepada Lejimin sambil menikmati nasi

kucing.

“Aku anak ketiga dari lima bersaudara, kalo kamu dek?? oiya kamu masih sekolah ya?”

“Kalo aku dari dua bersaudara, hah apa?? aku sudah enggak sekolah kok Mas, maksudku aku

sekarang kuliah semester dua, kenapa Mas?? kelihatan seperti anak SMA ya.” jawab Tumijah

dengan penuh percaya diri untuk berbohong tingkat dewa Amun, padahal Tumijah anak

semata wayang di dalam keluarganya, dia juga baru duduk di bangku sekolah menengah atas

di kelas sepuluh G SMA 463 kota Magelang. Ayu dan Benu hanya ketawa-ketiwi kecil

mendengar Tumijah berkata bohong seperti itu kepada Mas Lejimin. Sekarang Ayu dan Benu

terlihat asik menikmati dua sate keong, empat nasi kucing dan dua gelas yang berisi es teh.

Alhasil tidak lama kemudian setelah perut mereka bertiga Tumijah, Benu dan Ayu, merasa

kenyang sekali gara-gara selesai melahap puas seluruh nasi kucing, sate keong, sate usus, dan

gorengan di meja angkringan bertenda oranye ini. Mereka langsung buru-buru mau pulang.

“Wealah, wedus tenan. Wedus gembel, wedus balap dan segala ras wedus pokoknya. Waduh

aku lupa bawa uang e mbak bro” Benu berkata penuh bohong sambil melirik Tumijah lalu

memukul-mukul pelan jidatnya memakai telapak tangan kanannya, supaya tambah

meyakinkan Lejimin. Padahal Benu, Ayu dan Tumijah selalu membawa dompet di dalam

saku celananya masing-masing.

“Kamu itu gimana sih, katanya tadi bawa uang, kalo sudah seperti ini siapa yang akan

membayar kita makan.” Tumijah berseru sambil tersenyum ke arah Ayu tanpa sepengetahuan

Mas Lejimin.

“Iya nih, koe ki ora modal tenan. Kamu itu cuma modal motor Rx-king butut saja huh.” kata

Ayu, yang ikut-ikutan heboh menceramahi Benu, padahal semuanya sudah di setting sama

mereka bertiga Tumijah, Ayu dan Benu. Lejimin yang melihat situasi seperti ini langsung

bingung dan dengan cepat segera merogoh dompetnya.

“Tenang semuanya, nanti biar aku yang bayar semuannya, pokoknya tenang saja” kata

Lejimin dengan tegas tanpa ekspresi.

“Aduh kamu baik sekali mas, Jah ternyata mas Lejimin ini sangat baik hati loh, sudah

ganteng dan tidak pelit, padahal baru saja bertemu sama kamu loh Jah” kata Ayu dan Benu

bersamaan.

Page 17: M46314 n6

17

“Terimakasih ya mas Lejimin” Tumijah mengedipkan matanya sebelah kanan. Siapa yang

tidak tergoda dengan kedipan mata Tumijah yang sangat menggoda seperti itu. Apalagi

Tumijah juga melihatkan senyum terbaiknya.

“Iya tidak apa-apa, santai aja” pandangan mata lejimin yang tadi ke arah wajah Tumijah

sekarang berubah ke arah isi dompetnya. Padahal isi dompet Lejimin tinggal dua puluh dua

ribu lima ratus rupiah saja.

“Maaf ya mas Lejimin, kita bertiga pulang duluan” kata Benu yang dengan cepat mengambil

motornya di parkiran, dan sekarang sudah sibuk mendorong motor Rx-kingnya ke samping

angkringan.

Benu kemudian menyalakan motor Rx-kingnya, Ayu dan Tumijah yang sudah terlihat duduk

manis di belakang Benu, lalu bersamaan melambaikan tangan kanannya kepada Lejimin.

“Dada mas Lejimin, sampai berjumpa kembali, terimakasih ya Mas” kata Ayu dan Tumijah

sambil tersenyum manis di akhir kalimatnya.

Dalam hitungan detik mereka bertiga langsung menghilang hanya meninggalkan sisa asap

yang keluar dari kenalpot motor Benu. Lejimin pun sekarang terlihat panik, sangat bingung

sekali dan berusaha berpikir keras untuk membayar makanan dan minuman yang total

semuanya menjadi enam puluh delapan ribu rupiah. Lejimin akhirnya meninggalkan KTPnya

di angkringan tersebut. “Sial banget malam ini, giliran ketemu kimcil cantik, montok dan

menggoda, tapi sayang makannya sangat rakus sekali di tambah kedua temannya juga sama

saja, ya tidak apa-apa yang penting aku sudah mendapatkan nomor hpnya, hahahaha, yes,

yess, yess”. Lejimin langsung merogoh hpnya, saat Lejimin mencari nomor hp Tumijah.

“SIIIAL, aku kan yang memberi nomor hpku sama dia, bukan dia yang memberikan nomor

hpnya kepadaku.”

Saat diatas motor, mereka bertiga ketawa-ketiwi dan tidak habis-habisnya membicarakan mas

Lejimin.

“Gila ya kita Jah. Ternyata cowok macho seperti mas Lejimin tadi, kita kerjain.” kata Ayu.

“Padahal dia dari akademi militer loh. Aku kira dia orangnya galak ternyata hatinya mellow

seperti hello kityy dan gampang di tipu seperti anak kecil. Untung saja kamu tidak benar-

benar menyukainya Jah” Benu berkata sambil konsentrasi mengendarai motor RX-Kingnya.

“Hahahha kalian itu, seperti tidak tahu aku saja. Yang pentingkan malam ini kita semua

senang-senang bareng, have fun bareng dan makan gratis bareng di angkringan alun-alun

kota Magelang sejuta cinta kan, eh salah, sejuta bunga.” jawab Tumijah penuh heboh.

“Iya-iya, sejuta bunga, tapi kamu itu lebih cocok jadi bunga bangkainya aja Jah. Hahahaha

bercanda loh. Terus gagal dong kamu mencari cowok yang mirip Tom crush.” kata Ayu

penuh bercanda.

“Siiialan kamu Yu. Besok kan masih ada waktu kayak gak ada hari lainnya saja, lagian kalian

juga masih jomblo akut tingkat kota Magelang sejuta cinta. Curang dong namanya kalo aku

nyuri start duluan yang mendapatkan seorang pacar hehehehe.”

“Kalo aku sih tidak terlalau mikirin pacaran dulu Jah, yang penting have fun bareng aja aku

sudah sangat gembira sekali, lagian juga untuk apa pacaran di masa sekolah, tidak ada

enaknya, yang ada habis-habisin pulsa doang sama ngepelin rumah orang” Benu berkata

penuh antusias.

Page 18: M46314 n6

18

“Ngapelin Benu, bukan ngepelin. Yapps tumben nih kamu berbicara pakai otak kecilmu itu

Nu. Biasanya kamu kan kalo berbicara asal ceplas ceplos saja tanpa dipikir terlebih dahulu”

sambung Ayu.

“Hahahahhaha” Ayu, Benu dan Tumijah tertawa lepas di sepanjang jalan menuju ke

rumahnya Tumijah.

Tidak lama kemudian Tumijah sampai di depan rumahnya, untung saja motor Benu sudah di

matikan, jika masih dalam keadaan menyala, bisa pada bangun seluruh warga nawala tempat

Tumijah tinggal termasuk kedua orang tuanya Tumijah.

“Jah kita berdua langsung cabut ya, sampai berjumpa besok mbak bro” kata Benu.

“Okay friend, pastinya”

Ayu dan Benu langsung pergi meninggalkan Tumijah dengan mendorong motor sampai ke

ujung gang lalu menyalakan motornya kembali.

Untung saja perkampungan Nawala tempat Tumijah tinggal, sudah jarang sekali di adakan

jaga malam di pos ronda, jadi Tumijah bisa leluasa sesuka hati keluar masuk gang di malam

hari tanpa ada seorang pun yang menegurnya. Maklum suasana di perkampungan Nawala

kalo sudah di atas jam sembilan malam terlihat sangat sepi sekali seperti di kuburan, padahal

kan, warganya sangat padat. Walaupun kalo ada yang jaga malam, paling-paling para pemuda

tanggung pengangguran berat yang sibuk berjudi main empat satu sambil minum ciu di pos

ronda yang terletak enam rumah dari rumahnya Tumijah ke arah utara.

Tumijah langsung menelusuri kondisi rumahnya yang sudah terlihat sangat sepi sekali. Hanya

terdengar suara jangkrik dan kodok saja.

“Damn!!, ini rumah sepi amat ya, kayak dikuburan, ih mengerikan, tidak ada tanda-tanda

kehidupan lagi, untung saja aku sudah membawa kunci duplikat pintu rumah. Sebenarnya sih

bisa lewat jendela kamarku dengan memanjat pohon jambu di samping rumah, tapi aku kan

bawa kunci duplikat, buat apa aku repot-repot memanjat pohon jambu. Huufttts pasti aman

deh lewat pintu depan. Lagian Ayah dan Ibuku juga sudah pada tertidur pulas jam segini.”

kata Tumijah dalam hati.

Tumijah diam-diam membuka pintu depan dengan kunci duplikatnya, dia tidak menyadari

kalo ibunya tertidur diruang tamu gara-gara menunggunya pulang, dengan raut wajah tanpa

beban sedikitpun, dia perlahan masuk sangat bebas, bergerak cepat dan langsung melesat naik

ke atas menuju kamarnya.

“Huffs aman, aman” Tumijah langsung mengunci rapat kamarnya.

Beru beberapa langkah menuju tempat tidur. Tiba-tiba hpnya Tumijah langsung berbunyi.

“Buset, untung saja aku sudah di kamar, siapa sih yang sms malam-malam gini. Kurang

kerjaan saja.” kata Tumijah dalam hati.

Dari: AYU wakil orakaruan

“Jah jangan lupa, agenda kita besok pagi jam sepuluhan ya, biasa cuci mata di mall artos,

okay Jah. Besok pagi Aku dan Benu akan menjemputmu.”

Tumijah:

Page 19: M46314 n6

19

“Hampir saja aku ketahuan sama orang rumah, gara-gara sms mu Yu, Iya-iya. Di atur saja

besok.”

Jam yang tergantung menarik di belakang pintu kamar Tumijah sudah menunjukkan pukul

dua belas malam lewat tiga puluh menit. Tumijah bukannya langsung tidur sekarang terlihat

asik merokok di dekat mulut jendela kamarnya, sambil asik memandang keluar menikmati

langit-langit malam penuh bintang, semilir angin malam dan bunyi alami aliran deras sungai

tidar di samping belakang rumahnya, padahal besok pagi kan dia sudah harus beribadah ke

gereja. Abg putri yang satu ini sungguh keterlaluan. Sebenarnya juga tidak baik bagi seorang

wanita mengkonsumsi rokok, tidak ada manfaatnya dan jika diteruskan akan banyak resiko

penyakit yang akan di menghampirinya seperti kanker rahim, jantung, hingga kanker paru-

paru.

***

Matahari sudah berdiri tegap di atas langit biru tua dan langsung tersenyum manis kepada

setiap anak manusia yang bangun lebih siang. Sinarnya pun segera menerobos masuk ke

celah-celah lubang angin kamar Tumijah. Jam yang tergantung unik di belakang pintu kamar

Tumijah sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi lewat lima belas menit. Abg putri yang satu

ini masih terlihat tertidur pulas sampai-sampai dibantalnya membentuk sebuah gambar peta

pulau kalimantan dengan air liurnya. Kemudian dalam hitungan detik, pintu kamar Tumijah

langsung di gedor-gedor oleh ibunya.

“TUMIJAH!!. Bangun nduk, sudah jam berapa ini, cepat buka pintu kamarmu.” teriak ibunya

Tumijah dari balik pintu kamar dengan raut wajah sangat kesal sekali.

“Arrrrgggkkkhh, hhooaam, nyam-nyam-nyam pagi-pagi sudah menggangguku. Tidak tahu

apa orang sedang asik tidur. Dasar orang tua.” kata Tumijah dalam hati. “Iya, Bu, tunggu

sebentar.” sahut Tumijah dan langsung mengolet indah di tempat tidurnya.

“Kamu ini sudah tidak kegereja, bangun siang dan sungguh pemalas. Mau jadi apa kamu

besok!! cepat buka pintunya sekarang.”

Tidak lama kemudian Tumijah membukakan pintu kamarnya.

“Kenapa lagi bu, Ibu ini pagi-pagi sudah marah-marah, nanti cepat tua loh. aku ke gerejanya

kan nanti sore.” kata Tumijah tanpa rasa bersalah sedikitpun di hadapan ibunya, sambil

mengucek-ngucek kedua matanya yang masih di penuhi oleh kerak belek yang mengerikan.

“Ibu sudah bosan melihat tingkah lakumu seperti ini terus, hari ini kamu harus bersihin

rumah dan cuci semua pakaian kotormu, ibu tidak akan mencuci pakaianmu lagi mulai hari

ini. Kamu mengerti!!. Semalam kamu pulang jam berapa?? ibu sudah bilang kan sama kamu

jangan pulang malam-malam.” Ibunya Tumijah berkata dengan raut wajah berwarna merah

membara penuh kesal sampai-sampai pandangan matanya mulai meruncing tidak berkedip

sedikitpun kepada Tumijah.

“Pulang jam sepuluhan Bu tadi malam, aku kan sudah bilang dan minta izin sama ibu, kalo

aku mau menghadiri pesta ulang tahun temen sekelasku” jawab Tumijah sambil menggaruk-

garuk rambutnya.

Page 20: M46314 n6

20

“Ingat ya jangan pernah berbohong lagi sama ibu!!. Ayo ngaku sama ibu, kamu pulang jam

berapa tadi malam?” tanya ibunya lagi semakin bertambah emosi lalu melipat kedua

tangannya ke depan.

“Tumijah tidak pernah bohong sama ibu, jam sepuluh malam Tumijah sampai rumah kok Bu”

“Jam sepuluh malam dari hongkong?? sebelum ibu ketiduran diruang tamu, Ibu melihat jam

di dinding kamar ibu sudah menunjukkan jam sebelas malam lewat lima belas menit. Dan ibu

langsung naik menuju kamarmu, pintu kamarmu saja dalam keadaan terbuka lebar, kamu

tidak ada di dalam kamar. Kamu masih bisa berbohong lagi sama ibu, Iya!!. Hari ini kamu

tidak mendapat uang jajan dan tidak boleh keluar kamar kecuali mencuci pakaianmu di kali

dan pergi kegereja. Kamu mengerti!!. Sini Hp mu?. Hpmu juga ibu sita. Besok ibu kasih

lagi.”

“Hpku jangan disita dong Bu, ini kan hari Minggu Bu, Tumijah mau jalan-jalan ke mall

artos.” kata Tumijah dengan raut wajah penuh rasa kecewa.

“Kamu ini berani membantah ibu lagi!!. Pokoknya kamu tidak boleh keluar rumah titik!!

Selain pergi kegereja dan mencuci pakaianmu, kamu hari minggu malah ingin pergi ke mall

artos bukannya ingin ke pergi gereja. Zaman ini sudah semakin edan, nduk-nduk tobat nduk,

kamu itu sudah beranjak dewasa mau jadi apa kamu besok itu nduk. Jika sikapmu seperti ini

terus.” kata ibunya dengan suara sangat parau sambil meneteskan air mata dan langsung

meninggalkan Tumijah.

Dengan penuh rasa kecewa Tumijah langsung membanting pintu kamarnya sangat keras

sekali. Sampai-sampai jam yang tergantung di balik pintu kamarnya terjatuh di atas lantai.

Lalu dia kembali merobohkan badannya di atas tempat tidur sambil memandang langit-langit

kamarnya yang terbuat dari bambu. “Ibuku itu memang sangat menyebalkan sekali. Cuma

gara-gara keluar rumah sampai malam saja. Aku mendapat hukuman membersihkan rumah

dan mulai hari ini mencuci pakaian kotorku sendiri. Aduh aku tidak bisa membayangkan jari

jemariku yang lentik putih bersih ini menjadi keriting jika melakukan itu semua. Di tambah

lagi hpku juga ikut disita hari ini. Huh sial, dasar ibuku itu sangat tidak mengerti anaknya.”

Gerutu Tumijah dalam hati.

Menurut Tumijah hukuman kali ini sungguh amat sangat mengecewakan. Apalagi Tumijah

tidak dapat pergi cuci mata bersama Ayu dan Benu di dalam mall artos. Tumijah masih setia

termenung memandang langit-langit kamarnya dengan penuh rasa galau tingkat kota

Magelang. Tidak terasa waktu pun berlalu dengan cepat, kini sudah menunjukkan pukul

sepuluh lewat tiga pulu menit. Suara klakson motor Benu yang khas, terdengar jelas di kedua

telinga Tumijah.

“Tweeeet. Tweeett. Tweeeett.. Twreeeeeeet.” suara klakson motor RX-King yang sudah di

modifikasi.

“Damn!. Siiiiiaall!!. Aduh. Minta ampun deh kalo caranya seperti ini. Aku tidak bisa keluar

rumah. Ibuku memang tega banget sama anaknya sendiri” Gerutu Tumijah dalam hati.

Sambil melihat keluar jendela kamarnya memandang Ayu dan Benu yang sudah sampai di

depan rumahnya.

“Woi Jah, jadi pergi ke mall artos gak?? jangan lama-lama ya dandannya.” Ayu berteriak di

depan pintu rumah Tumijah tanpa melihat ke atas kamar Tumijah. Ayu dan Benu tidak tahu

kalo Tumijah hari ini sedang di hukum oleh ibunya.

Page 21: M46314 n6

21

“Huh. Lama banget sih Tumijah keluar.” kata Benu sambil menggeber-geber motornya dua

kali.

Tumijah hanya bisa memandang kedua temannya dari dalam jendela kamar, ingin sekali

berteriak tapi mulut Tumijah seperti terkunci rapat dengan sendirinya tanpa diminta.

Tidak lama kemudian ibunya Tumijah keluar dari rumah.

“Tumijah hari ini lagi ibu hukum, dan tidak boleh kemana-mana, kalian kalo bertamu

kerumah orang tolong sopan sedikit ya. Motor kalian masih dalam keadaan menyala dan

berteriak-teiak di depan rumah orang, apa di sekolah kalian tidak pernah di ajarkan sopan

santun?” Ibunya Tumijah berkata dengan raut wajah penuh emosi.

“Yu, kabur Yu, ada mak lampir lagi marah-marah nanti kita di makan loh, ih sungguh

mengerikan” Benu langsung gaspol meninggalkan rumah Tumijah.

“Woi Nu, tunggu, main tinggal-tinggal aja.” Ayu berusaha menghidupkan motor maticnya.

“Hufffts pakai acara macet segala” sambungnya lagi sambil berlari mendorong motornya ke

ujung gang.

Motor matic Ayu akhirnya bisa nyala juga setelah beberapa kali di engkol pakai kaki di ujung

gang dekat rumah Tumijah. Tumijah hanya bisa gigit jari melihat teman-temannya pergi

meninggalkannya dari dalam jendela kamar. “Gagal total acaraku hari ini ke mall artos.”

gerutu Tumijah dalam hati sambil menghela nafas lebih dalam lagi.

“Tumijah cepat turun!!. Segera ambil sapu dan bersihkan rumah ini, jangan lupa cuci pakaian

kotormu, awas kalo tidak bersih. Ibu akan mengecek pakaianmu setengah jam lagi!!” suara

ibunya Tumijah terdengar sangat jelas sekali di kedua telinga Tumijah. Padahal ibunya

berada di dalam dapur sedang bersiap-siap untuk memasak.

“Iya Bu, iya Tumijah turun sebentar lagi, bawel banget jadi orang tua!!.” Tumijah berteriak

membalas suara ibunya.

Akhirnya Tumijah terpaksa menyapu seluruh sudut ruangan di dalam rumahnya dengan raut

wajah sangat cemberut, sesekali dia mengejek ibunya dari belakang yang lagi asik memasak.

Sesudah urusan di dalam rumah selesai dikerjakan, Tumijah mengambil dua ember besar

yang berisi pakaian kotor miliknya. Lalu melangkahkan kakinya menuju kali disamping

rumahnya. Sambil mencuci pakaian Tumijah membayangkan kedua sahabatnya Ayu dan

Benu yang sedang bersenang-senang di dalam mall artos. Menurutnya Ayu dan Benu sangat

beruntung sekali memiliki orang tua yang tidak cerewet dan pemarah seperti ibunya.

“Aduh ternyata ribet sekali mencuci pakaian ini, tidak semudah yang aku bayangkan. Jari-

jariku sudah sangat keriting di tambah lagi harus berendam dengan air deterjen, yang lama

kelamaan membuat tanganku menjadi gatal-gatal. Seandainya saja aku dilahirkan menjadi

seorang putri presiden. Pasti tinggal tunjuk sana-sini dan keinginanku semuanya langsung

terwujud, nasib-nasib jadi putri satu-satunya Pak Bejo dan Bu Soeparni. Enaknya habis

selesai mencuci pakaian aku melakukan apa ya, mau datang kegereja nanti sore, malasnya

minta ampun, bahkan aku sudah lupa jalan menuju ke gerejaku. Apalagi ini kan hari minggu

masak aku di kamar seharian?. Apa kata dunia.”

Tumijah berpikir keras mencari kegilaan apa yang sangat mengasikkan di dalam kamarnya,

sambil terus menjemur semua pakaiannya satu persatu di sebuah tali rafia berwarna biru yang

tergantung memajang rapi di belakang rumahnya. Alhasil Tumijah mendapatkan ide gila

Page 22: M46314 n6

22

yang menurutnya sangat mengasikkan, dia langsung masuk ke dalam kamarnya mengacak-

acak semua isi laci lemari pakiannya demi mencari sebuah ketapel yang dulu sempat dia buat

saat masih duduk di bangku sekolah pertama.

“Yess. Yes. Yess. Akhirnya aku menemukanmu, aku bahagia sekali bisa beraksi dengan

ketapel ini” Tumijah berseru dalam hati sambil tersenyum lebar.

Tumijah dengan cepat membuka lebar kedua jendela kamar yang mengarah kedepan

rumahnya. Dia langsung turun ke bawah menuju kali, sibuk mencari batu kerikil sebagai

amunisinya lalu kembali lagi kedalam kamarnya dengan membawa dua ember penuh batu

kerikil. Ibunya Tumijahpun tidak mengetahui hal apa yang sedang dilakukan oleh putri satu-

satunya itu.

Alhasil tak terhindarkan lagi dari pejalan kaki, tukang ojek, tukang becak dan tukang sayur

menjadi sasaran empuk ketapel milik Tumijah. Jika ada orang yang tiba-tiba melihatnya di

dalam kamar. Tumijah langsung menunduk bersembunyi di balik jendela kamarnya, ketika

situasi sudah aman kembali menurut Tumijah. Tumijah langsung beraksi lagi. Dasar tingkah

laku Abg putri yang satu ini memang tidak pantas untuk di contoh.

“Hahahha, tidak sia-sia waktu pelajaran SMP dulu membuat permainan tradisional, dan

terciptalah ketapel ini. Ternyata aku baru menyadari fungsi ketapel ini yang sebenarnya buat

apa” Tumijah masih setia berdiri di dekat jendela kamarnya sambil terus mengusili setiap

orang yang lewat di depan rumahnya.

Jalan pikiran Abg putri ini memang sangat-sangat sempit dan sama sekali tidak terpuji untuk

di contoh. Tanpa dia sadari, dia sedang terbawa suasana alam bawah sadarnya. Hal yang

dilakukan Tumijah dapat merugikan orang lain. Tumijah bukannya berhenti malah semakin

menjadi-jadi asik mengusili setiap orang yang lewat di depan rumahnya.

“Aduh” kata seorang bapak pejalan kaki.

“Bajingan, sopo ki sing dolanan watu” umpat mas tukang sayur sambil terus mendorong

gerobaknya.

“Wuuasssu. Diancuk” Mas tukang bakso berseru kencang sambil melintas di depan rumah

Tumijah.

Sementara itu Ayu dan Benu ketawa-ketiwi di dalam mall artos sambil menikmati cappucino

es.

“Yu, kira-kira Tumijah di rumah lagi ngapain ya?? aku khwatir sama dia dan merasa ada

yang kurang juga. Sepi gak ada dia.” Benu dan Tumijah langsung duduk di depan counter

buku sambil asik mengobrol membicarakan tentang Tumijah.

“Bener banget Nu, Tumijah pakai acara di hukum segala, biasanya kan heboh banget kalo ada

dia di dalam mall ini, pasti para cowok-cowok keranjang juga tidak bosan-bosannya

memandang dia yang maha montok dan maha sempurna itu, terus biasanya kalo ada dia, kita

pasti makan dan minum geratiskan”

“Iya. Semoga saja dia betah dirumah, kalo aku Yu, seharian tidak keluar rumah pasti bisa

depresi berat, seberat dua puluh ton truk isi pasir yang tiba-tiba menghantam kepalaku.”

“Kalo untuk saat ini, aku juga sama seperti kamu Nu, bisa depresi berat dikurung di dalam

rumah seharian, tapi gak seberat truk pasir yang menghantam kepalamu itu, terlalu lebay

Page 23: M46314 n6

23

dot.com menurutku, dan aku pernah mengalami hal yang sama juga seperti yang di alami

Tumijah waktu masih duduk di bangku sekolah menengah pertamaku, tapi aku enjoy aja tuh

di dalam rumah karena seharian sibuk bermain bersama boneka-boneka barby yang sangat

lucu sekali di dalam kamarku.”

“Kalo kamu sih enak Yu, lah kalo Tumijah bagaimana??” kata Benu sambil menengguk habis

minumannya.

“Iya sih, tapi kan dia selalu memiliki semua barang keinginannya apapun itu walaupun

ekonomi keluarganya serba berkecukupan”

“Sudahlah. Untung saja sekarang kedua orang tua kita tidak pernah memberi hukuman berat

sama kita ya Yu”

“Eh jangan salah kamu Nu. Orang tuaku itu sering marah-marah juga sama aku dan tidak

segan-segan memberiku hukuman”

“Bukannya kita sama ya, cuma pagi saja bertemu dengan kedua orang tua kita”

“Iya sih Nu, kemarin aku baru tahu kalo mereka selalu memperhatikan tingkah lakuku di

dalam rumah melalui CCTV yang terpasang tersembunyi di setiap sudut ruangan di rumahku,

empat hari yang lalu aku sedang ngerokok di ruang tengah dan tidak menyadari kalo ada

CCTV.”

“Terus terus, kamu di hukum ya, suruh ngapain Yu.”

“Di suruh membersihkan kamar mandi dan mencabut semua rumput-rumput liar di belakang

rumah menggunakan kedua tanganku yang lembut ini, sungguh sangat menyebalkan, kamu

tahu sendirikan luas halaman dibelakang rumahku itu dan rumputnya tinggi-tinggi, emang

kamu tidak pernah dimarahin sama kedua orang tuamu Nu?”

“Wealah, kalo aku untungnya sih tidak pernah hehhe, jangan sampai lah dimarahin. Kedua

orang tuaku itu super duper sabar dan sangat sibuk berjualan di pecinan, mereka kalo sudah

sampai di rumah itu ya jam sembilan malam pasti membawa makanan yang enak-enak, terus

paginya juga baru bertemu aku di meja makan sambil menyantap sarapan pagi, terus tidak

lama kemudian kedua orang tuaku ngasih uang jajan deh. Enak kan.” jawab Benu dengan

santai sambil menggoda setiap cewek sexy anak kuliahan yang lewat di depannya “Hai Rere,

hai Maya, hai Tini masih ingat kan sama aku” sambungnya lagi.

“Huufftts, dasar pria mata keranjang basket” Ayu langsung menjitak kepala Benu.

Putih Abu-abu

Matahari sudah bergerak bebas dari tempat persembunyiannya. Abg putri yang satu ini

sudah sangat bersemangat untuk pergi ke sekolah, soalnya dia tidak sabar lagi ingin bertemu

dengan kedua sahabatnya Ayu dan Benu. Dan seperti biasa di hari senin. Dia ingin meminta

jatah uang dari setiap anggota gank Orakaruan sebagai pajak arisan dan keamanan, karena

setiap anggota gank Orakaruan di wajibkan memberi uang kepada Tumijah minimal sepuluh

ribu rupiah khusus di hari senin kecuali Ayu dan Benu. Semua hasil uang yang menurut

Tumijah sebagai pajak arisan dan keamanan biasanya digunakan untuk makan-makan

bersama Ayu dan Benu.

Page 24: M46314 n6

24

Tumijah pagi ini pergi ke sekolah di antar oleh Ayahnya, biasanya kalo Ayahnya tidak

sempat mengantar Tumijah, dia selalu di jemput sama Ayu dan Benu. Tepat pukul tujuh pagi

Tumijah sudah sampai di depan pintu gerbang sekolahnya.

“Belajar yang rajin ya Jah” Ayahnya tiba-tiba langsung mengamati rok yang di pakai anak

putri semata wayangnya itu.

“Iya Ayahku siiiap”

“Tumijah kenapa kamu memakai rok pendek seperti itu??”

“Memang sudah kekecilan Yah, mau beli rok baru lagi nanggung, lagian emang Ayah punya

uang untuk membelikanku rok baru?” Ayahnya Tumijah hanya bisa terdiam dan langsung

pergi meninggalkan Tumijah. “Maaf in Ayah ya Nak, Ayah memang tidak punya uang

banyak, tapi Ayah sudah berusaha mengumpulkan uang, sedikit demi sedikit sudah cukup

untuk semua kebutuhan kita sekeluarga.” kata Ayahnya Tumijah dalam hati sambil

berkonsentrasi mengendarai mobil angkotnya.

Abg putri yang satu ini langsung berdiri tegap seperti sebuah patung selamat datang di depan

pintu gerbang sekolahnya, sambil setia memasang senyum manisnya. Biasanya setiap

anggota gank Orakaruan yang berjumlah tiga puluh enam orang selalu datang jam tujuh lewat

lima belas menit.

“Hey Bu kepala, sudah bersiap menerima uang arisan nie, asiiik makan enak dong hari ini.”

Benu berkata dan ikut berdiri disamping kiri Tumijah.

“Jangan banyak cerewet, kemana si Ayu, kok belum datang?”

“Bentar lagi pasti datang kok”

Tidak lama kemudian satu persatu anggota gank Orakaruan menyetor uang arisan kepada

Tumijah. Raut wajah mereka ada yang cemberut, ada yang biasa saja dan ada juga yang

menangis karena tidak ada uang jajan dihari senin.

“Hey-hey main nyelonong saja, mana uang arisannya?? apa ini?” Benu berkata kepada Riki

sambil menghitung uang yang tidak cukup dari sepuluh ribu, hanya enam ribu rupiah saja.

“Tidak ada lagi Nu, Jah. Sumpah.” jawab Riki sambil menundukkan kepalanya tidak berani

menatap wajah Tumijah dan Benu.

“Ceritanya nyari gara-gara lagi, iya!. Baru hari senin sudah kere hore, katanya anak pejabat

atau jangan-jangan kamu lupa hari ya?? ganteng-ganteng kere wuuu, awas ya kalo kamu

kelihatan jajan di kantin sekolah. Kamu mau di kunci di kamar mandi lagi!!. Iya.” Tumijah

berkata dengan raut wajah geram sekali.

“Sumpah Jah. Aku enggak ada uang lagi” Riki masih setia menndukkan kepalanya.

“Sudah sana pergi, besok senin depan kamu bayar uang arisan tiga kali lipat dari hari ini.”

kata Ayu sambil berjalan ke arah Tumijah dan Benu.

“Wealah. Kamu tuh apaan sih Yu” Benu mulai bingung, soalnya tidak biasanya Ayu

melepaskan Riki begitu saja. Biasanya kan, Ayu selalu berpidato dulu kepada Riki dengan

bahasa-bahasa kasarnya.

Page 25: M46314 n6

25

“Pasti jarang membaca buku marketing sih. Kamu itu sekarang perlu banyak belajar ilmu

marketting sama aku Nu. Tenang saja besok kita minta sama Riki tiga kali lipat dari yang dia

berikan hari ini. Kalo semakin kecil yang diberikan maka, bunganya kita naik in sesuka hati.”

Ayu tersenyum ala profesor genius di akhir kalimatnya. Padahal Benu dan Tumijah tidak

mengerti maksud Ayu berkata seperti itu.

“Iya-iya” jawab Benu dan Tumijah datar tanpa ekspresi wajah.

Setelah semua anggota pengikut Orakaruan menyetor uang arisan dihari senin kepada

Tumijah. Tepat jam setengah delapan pagi Ayu, Benu dan Tumijah baru mulai masuk

kedalam kelas. Suasana di dalam kelas langsung hening begitu saja, padahal sebelum mereka

bertiga masuk ke dalam kelas, suasana di kelas sepuluh G sangat ramai seperti pasar ikan.

Gank Orakaruan pertama kali terbentuk saat Ayu dan Benu menjadi teman akrabnya

Tumijah. Tumijahlah yang mempunyai ide membentuk sebuah gank Orakaruan untuk

pertama kalinya di sekolah, dan sekarang sangat ditakuti oleh semua siswa-siswi SMA 463

kota Magelang. Kenapa diberi nama Orakaruan?? karena mereka bertiga bertingkah laku

berbeda dari kebanyakan siswa-siswi pada umumnya, sesuka hati dan tidak pernah mentaati

peraturan sekolahnya, contohnya saja Benu selalu mengikat kepalanya memakai slayer biru

saat pergi ke sekolah, Benu memiliki postur tubuh tinggi kekar seperti bodyguard apalagi

wajahnya mirip sekali dengan jacky chain, baju seragamnya selalu keluar tidak pernah

dimasukkan, bisa dibilang juga Benu ini bodyguardnya Tumijah dan Ayu.

Begitu pula dengan Ayu yang memiliki tubuh super slim, alias langsing kurus menawan, dia

selalu memakai sepatu warna-warni jika datang kesekolah, memakai behel gigi dan memiliki

pemikiran yang sangat cerdas dari pada Tumijah dan Benu. Ayu selalu mengerjakan semua

tugas Benu dan Tumijah. Kepintaran Ayu yang membuat mereka bertiga selalu mendapatkan

nilai baik jika ulangan diadakan ataupun quis-quis yang diberikan oleh bapak dan ibu guru di

dalam kelas.

Lain halnya dengan Tumijah berpenampilan sangat sexy dan sungguh menggoda jika datang

kesekolah. Di balik penampilannya itu Tumijah memiliki otak yang sangat usil dari pada Ayu

dan Benu. Dia juga selalu saja disukai oleh semua guru-guru pelajaran, apalagi kalo gurunya

seorang pria bisa kelepek-kelepek tuh sama Tumijah.

Struktur di dalam kelas juga sangat rapi sampai-sampai berbagai perkembangan informasi

sekolah selalu saja ada yang menyampaikannya oleh seorang Abg cowok cupu berkacamata

mines tiga yang bernama Raka. Raka itu salah satu siswa paling rajin di dalam kelas. Dan

setiap Tumijah, Benu, Ayu masuk kedalam kelas. Raka selalu menyampaikan informasi

terupdate seputar sekolah kepada Tumijah.

“Jah, ada kabar gembira hari ini” kata Raka sangat gugup dalam menyampaikan informasi

kepada Tumijah. Raka orangnya memang seperti itu. kalo sudah berbicara didepan Tumijah

pasti gugup banget. Tidak tahu gugup karena takut atau gugup berbicara sama cewek cantik

seperti Tumijah.

“Kabar apa!!” geretak Benu sambil duduk diatas meja.

“Ka, kok kamu keringetan gitu, santai aja ngomongnya sama kita, apalagi sama Tumijah.

Tidak usah pakai gerogi gitu” Ayu langsung menaruh tas dan duduk manis di bangkunya.

“Cepat katakan, ada kabar apa Ka?.” Tumijah sekarang sibuk duduk sambil berdandan di

depan kaca kecil yang dia ambil diam-diam tadi pagi di dalam kamar ibunya.

Page 26: M46314 n6

26

“Guru-guru pada rapat Jah, kelihatannya sampai siang” suara Raka tersendat-sendat.

“Sumpah lo.” Benu berseru dengan meniru logat jakarta.

“Yesss, dengarkan baik-baik ya, kalian semua yang ada di dalam kelas 10 G, sekarang kalian

bersiap-siap memasukkan semua buku-buku kalian di dalam tas. Pagi ini kita akan jalan-jalan

ke mall artos.” Tumijah dengan cepat langsung berdiri di atas mejanya, lalu menunjuk semua

raut wajah teman-temannya yang berada di dalam kelas, semua temannya termasuk Ayu dan

Benu langsung terdiam memperhatikan Tumijah. “Jika sampai kalian tidak datang ke mall

artos pagi ini, aku akan memberikan hukuman kepada kalian semua, sekarang sudah pukul

delapan lewat lima menit. Aku mau kalian semua sampai mall artos jam setengah sembilan

tepat, dan aku tidak mau tahu caranya seperti apa, supaya kalian semua sampai di sana.

Pokoknya aku tunggu di foodcourt mall artos.” sambungnya lagi.

“Sungguh ide yang sangat bagus” kata Benu sambil bertepuk tangan dan diikuti oleh tepuk

tangan Ayu.

Dasar Tumijah, Abg putri yang satu ini, selalu saja membuat masalah. Jelas-jelas teman

sekelasnya anak baik-baik semua kecuali Benu dan Ayu. Akhirnya Tumijah, Benu dan Ayu

membolos lewat pagar belakang yang memiliki ketinggian sedada orang dewasa. Ternyata

motor Benu dan Ayu sudah di parkirkan di halaman rumah warga tepat dibelakang sekolah.

“Sejak kapan motor kalian kok berada di halaman rumah Pak Tono?” tanya Tumijah dengan

raut wajah penuh kagum bercampur rasa bingung sambil menggaruk-garuk rambutnya.

“Ini semua ide Ayu, Jah. Ayu kan lebih pintar dari pada kamu Jah. Hahaha” jawab Benu

sambil tertawa lepas.

“Kamu itu Nu, jangan memujiku terlalu berlebihan, nanti aku bisa terbang tinggi ke atas

langit dan tidak pulang-pulang lagi bagaimana?, ini semua berkat fillingku di angka tujuh

puluh tiga persen, dan hasilnya memang benarkan kalo hari ini kita akan membolos.” Ayu

tersenyum lebar di akhir kalimatnya.

“Ya sudah kalo begitu, seperti biasa aku boncengan sama kamu ya Yu.” kata Tumijah.

“Ayo buruan cepat berangkat, kok malah melamun Yu. Keburu satpam sekolah melihat kita

bolos loh” sambung Benu.

“Iya-iya cerewet banget kamu itu Nu.” jawab Ayu dan langsung menyalakan motor maticnya.

Sementara itu Ayahnya Tumijah bersemangat untuk menarik penumpang sebanyak-

banyaknya, tidak membutuhkan waktu lama bagi Ayahnya Tumijah mencari penumpang,

baru satu kali berputar mengelilingi kota Magelang. Isi dalam angkot milik Ayahnya Tumijah

full oleh penumpang. “Terimakasih TUHAN” kata Ayahnya Tumijah sambil melihat isi

dalam angkotnya dari kaca kecil yang menggantung rapi di atas kepalanya.

Kali ini yang duduk disebelah kiri kemudinya adalah seorang Bapak-bapak yang memakai

baju dinas berwarna hijau muda. Ayahnnya Tumijah memang selalu berbasa-basi untuk

berbicara bersama penumpangnya apalagi yang duduk disebelah kiri kemudinya, tidak peduli

suasana hati lagi gembira ataupun sedih Ayahnya Tumijah harus bersikap profesional

terhadap penumpangnya, dia tidak mau mengecewakan setiap penumpang yang sudah

menggunakan jasa angkotnya. Ini juga sebagai cara yang efisien supaya pelayanan di dalam

angkot sangat memuaskan.

Page 27: M46314 n6

27

“Mau kemana Pak?” Ayahnya Tumijah bertanya sambil asik menyetir angkotnya.

“Ke dinas pendidikan kota Magelang ya Pak. nanti lewat sana kan.” jawab seorang Bapak

pegawai dari dinas pendidikan kota magelang.

“Iya Pak, pastinya. Oiya Pak sekarang bagaimana perkembangan sekolah yang ada di kota

Magelang Pak, lebih bagus dari tahun sebelumnya kan Pak” tanya Ayahnya Jumijah dengan

sangat heboh penuh rasa penasaran sambil basa-basi.

“Ya kalo untuk tingkat SMP sudah cukup bagus dari tahun sebelumnya, kalo untuk tingkat

SMA lebih menurun Pak, saya juga tidak tahu kenapa sekarang anak-anak tingkat SMA

nilainya jelek-jelek semua saat ujian nasional”

“Kalo begitu anak saya juga harus ekstra lebih keras belajarnya ya Pak?” kata Ayahnya

Tumijah dengan sangat lugu.

“Emang putranya sekolah dimana??”

“SMA 463 kota Magelang, putri Pak, bukan putra.” jawab Ayahnya Jumijah sambil

tersenyum di akhir kalimatnya.

“Astaga, itu salah satu SMA terburuk di kota Magelang Pak?? anaknya nakal-nakal semua,

kenapa putri Bapak masuk sekolah disana??”

“Hah, Apa!!.” Ayahnya Tumijah langsung menelan ludahnya sendiri dan mengerem

mendadak angkotnya, alhasil semua penumpang terkejut ketika laju angkot yang dikendarai

Ayahnya Tumijah mendadak berhenti di tengah jalan, padahal di depan tidak ada lampu

merah ataupun mobil pribadi yang sedang berhenti mendadak. “Serius Pak, SMA 463 kota

Magelang anaknya nakal-nakal semua??” sambungnya lagi dan langsung menginjak pedal

gas angkotnya.

Kelihatannya Tumijah nanti malam akan mendapatkan wejangan dari Ayahnya, Ayahnya

Tumijah selama mencari penumpang berusaha berpikir positif tentang putri satu-satunya itu,

dia tidak mau memikirkan hal-hal yang negatif apalagi menduga-duga tentang namanya

kenakalan remaja di kalangan anak muda zaman sekarang. Ayahnya juga sempat tidak

percaya mendengar kabar dari petugas dinas pendidikan kota Magelang, kalo SMA 463 kota

Magelang siswa-siswinya nakal-nakal semua dan kebanyakan nilai ujian nasionalnya juga

sangat jelek semua. “TUHAN, aku serahkan anak putriku satu-satunya itu kepadamu,

hindarilah dia dari segala hal-hal yang negatif” kata Ayahnya Tumijah dalam hati.

Sementara itu Tumijah, Ayu dan Benu sampai juga di parkiran sepeda motor mall artos.

Dengan penuh percaya diri mereka bertiga melewati pintu samping mall artos dan langsung

menuju foodcourt yang terletak di lantai atas.

“Tunggu sebentar ya Yu, aku mau ke toilet sebentar, berdandan biar kelihatan tambah sexy

dan lebih menggoda” kata Tumijah dengan penuh percaya diri langsung masuk kedalam

toilet.

“Aku juga ikut Jah, kan aku juga mau dandan biar PD gila seperti kamu Jah. Oiya Benu

tunggu sebentar ya. Aduh kasian banget sih kamu jadi cowok” Ayu sambil melangkah sambil

menbelai dagunya Benu dan langsung mengikuti Tumijah ke dalam toilet.

“Huh dasar cewek-cewek ababil rempong” kata Benu dalam hati dan segera duduk di depan

counter hp.

Page 28: M46314 n6

28

Berhubung tempat foodcourt berada dilantai paling atas, akhirnya mereka bertiga

melangkahkan kaki dari lantai dasar sampai ke lantai atas, semua mata pun langsung tertuju

kepada Tumijah yang terlihat sangat sexy dan lebih bohay. Sampai-sampai pengunjung mall

khususnya para lelaki hidung belang dan mata keranjang memandang Tumijah tanpa

berkedip sedikitpun, tidak sedikit pula pengunjung mall Abg cowok bersiul-siul seolah-olah

memuji kesexyannya Tumijah, apalagi bagian tubuh Tumijah yang terlihat menonjol sekali,

lebih besar dan sagat menggoda. Di tambah rok mini sekolah yang dipakai Tumijah terlihat

padat dan jika dilihat dari arah belakang semakin menyempurnakan penampilannya, cara

berjalan Tumijah juga semakin menjadi-jadi, semakin dilihat semakin tambah menggoda

seperti seorang model majalah internasionl berlogo kelinci putih yang sedang berjalan di atas

catwalk.

Ayu dan Benu, seperti menjadi asisten pribadinya Tumijah. Ayu dengan sengaja mengipasi

Tumijah berjalan dengan buku pelajaran Lks yang dia ambil di dalam tas slempangnya dan

Benu berjalan tegap membelakangi Tumijah.

Setelah sampai di tempat foodcourt Benu langsung membeli tiga gelas es cappucino dan

mengambil sebuah buku menu makanan dari salah satu counter makanan yang ada di

foodcourt tersebut.

“Mau duduk dimana Jah?” mata Ayu sibuk mencari tempat duduk yang pas untuk bersantai

dan ketawa-ketiwi.

“Bagaimana kalo di area smocking room aja ya Yu” jawab Tumijah dengan raut wajah penuh

menggoda langsung tertuju kepada seorang remaja cowok tampan yang dari tadi sudah

memperhatikan Tumijah dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya, remaja cowok tampan

itu duduk santai di dekat jendela kaca memakai jumper berwarna coklat dan topi hitam

diruang semocking room sambil sesekali menghembuskan asap rokoknya ke langit-langit, dia

masih setia tersenyum manis kepada Tumijah.

Tidak lama kemudian Benu datang menghampiri Ayu dan Tumijah.

“Ini sudah aku beliin capuccino es, hey aku tidak membawa rokok loh, kenapa kalian berdua

duduk disini” Benu tersenyum di akhir kalimatnya.

“Awas kalo kamu bohong ya Nu, nanti aku tidak akan membayar makananmu tahu gak”

jawab Tumijah.

“Wealah, enggak-enggak Jah, aku cuma bercanda kok” Benu langsung merogoh sebungkus

rokok mallboro menthol dari balik saku celananya.

“Kok marllboro menthol sih??. Sampoerna mild menthol dong.”

“Apa yang ada aja Jah, disini kan enggak ada orang yang ngejual rokok, kecuali di lantai

paling bawah tadi” jawab Ayu sekarang juga ikut memandang cowok tampan yang memakai

jumper coklat tersebut.

“Asiiikkk, kita makan gratisss, biasanya kan kita makan di kantin sekolah gratis, kali ini

sangat mewahlah makannya di mall artos, hari senin gitu loh. Eh salah, Tumijah gitu loh

hehe.” kata Benu penuh heboh.

“Emang tadi dapat uang arisan berapa Jah dari anggota kita” Ayu bertanya sambil

menyalakan sebatang rokok dan menghembuskan kepulan asap putih di langit-langit.

Page 29: M46314 n6

29

“Sudah tidak usah cerewet, yang penting kita makan gratis, sekarang sudah jam berapa??.

Loh kenapa teman-teman sekelas belum pada datang juga ya?? atau jangan-jangan mereka

ketangkap Pak satpam” matanya Tumijah langsung menelusuri setiap sudut ruangan

semocking room mencari teman-teman sekelasnya.

“Wealah Jah-jah mana mungkin temen sekelas kita pada mau ikut membolos?” potong Benu

sambil menepuk-nempuk pelan punggung Tumijah dan menghembuskan kepulan asap rokok

ke belakang rambut Tumijah. “Mereka semuanya kan cupu-cupu sekali, anak mama papa gitu

loh” sambungnya lagi.

“Ssssttt, ada cowok ganteng tuh Jah. Sepertinya dari tadi memperhatikanmu deh” Ayu

mengamati lebih detail remaja cowok tampan yang memakai jumper coklat tersebut duduk

sendirian diujung dekat jendela sebelah kanan.

“Biarkan saja Yu, aku juga sudah tahu kok dari tadi dia memang memperhatikanku. Biasa aja

gak usah dilihat seperti itu.” Tumijah tersenyum malu-malu suka di akhir kalimatnya sambil

mengedipkan matanya sebelah kiri kepada remaja cowok tersebut.

“Wealah Jah-Jah, kamu itu selalu bikin semua cowok tertarik sama kamu, ujung-ujungnya

cuma di manfaatin aja. Dasar play girl cap ikan salmon. Pantasan semua mata pria tidak

berkedip-kedip saat memandangmu berjalan dari tadi. Makannya kalo punya dua buah barang

kembar yang menggantung itu jangan besar-besar. Pasti cowok yang diujung sana pertama

kali melihat dadamu itu, bukan wajahmu Jah.” Benu berkata sembarangan sambil tertawa

lepas diakhir kalimatnya.

“Apa kamu bilang tadi!! Pllaaakk!!” Tumijah langsung menampar pipi kiri Benu. Untung

saja semua orang disekitar meja mereka tidak mempedulikan kejadian tadi.

“Hahahahhaha, sudah-sudah, kamu itu Nu, selalu membuat emosi Tumijah saja” kata Ayu

sambil melambaikan tangan ke arah remaja cowok yang memakai jumper coklat dan topi

hitam tersebut.

Sementara itu Ibunya Tumijah di depan rumahnya sedang sibuk menerima komplain dari para

tetangganya, karena atap rumah mereka semuanya bolong-bolong. Cuma rumah Tumijah saja

yang tidak bolong. Mereka para warga baru menyadari kalo atap rumah mereka bolong saat

pukul delapan pagi ketika sang matahari berdiri tegap di atas langit.

“Ibu ini tidak bisa mendidik anaknya ya?? lihat atap rumah kami bolong-bolong semua, dan

batu krikil ada dimana-mana, ini pasti ulah Tumijah. Coba lihat cuma rumah ibu saja yang

tidak bolong!!. Percuma memiliki anak putri yang sangat cantik tapi tingkah lakunya kurang

ajar sekali. Sungguh sangat memalukan”

“Maaf bapak-bapak dan ibu-ibu saya sama sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi, kalo

benar ini semua ulah anak saya, saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak-bapak

dan Ibu-ibu RT 3 Nawala” Ibunya Tumijah berkata dengan suara parau dan langsung

meneteskan air mata.

“Bagaimana bapak-bapak dan ibu-ibu. Semua sudah selesai kan persoalannya, ibu Tumijah

sudah meminta maaf kepada kita semua, kalo pun disuruh untuk mengganti semua kerugian

seluruh atap rumah milik bapak-bapak dan ibu-ibu, pasti tidak sanggup ibu Tumijah

sekeluarga menggantinya. Sebagai penggantinya nanti saya sendiri yang akan

menyumbangkan genteng-genteng gratis berkualitas anti pecah kepada bapak-bapak dan ibu-

ibu semua.” kata Pak RT berusaha menenangkan warganya dan memberikan solusi.

Page 30: M46314 n6

30

Akhirnya dua puluh tujuh warga membubarkan diri masing-masing dari rumah Tumijah,

ternyata selain orang yang lewat di depan rumahnya Tumijah, atap warga juga menjadi

sasaran empuk keusilan Tumijah memakai ketapelnya di hari Minggu. Dasar Abg putri yang

satu ini selalu saja membuat masalah, ibunya Tumijah sangat sedih sekali melihat tingkah

laku putri semata wayangnya itu.

“Terimakasih banyak Bapak RT, sekali lagi saya sekeluarga mengucapkan banyak-banyak

terimakasih, maafkan jika itu benar ulah anak saya ya Pak.”

“Iya Bu, tidak usah khawatir. Lain kali mohon di perhatikan lagi tingkah laku anak ibu di

dalam rumah, kasian kalo para warga disini jadi menderita gara-gara ulah anak ibu, untung

saja ada saya yang berhasil menenangkan para warga, jika tidak ada saya, mungkin para

warga sudah berbuat anarki kepada rumah ibu” ternyata Bapak RT ini diam-diam menyukai

ibunya Tumijah, dan selalu mencari muka di depan ibunya Tumijah. Dasar tua-tua keladi.

“Iya Pak. Saya tahu untung ada bapak RT, ya sudah saya tinggal masuk kedalam dulu Pak,

masih ada pekerjaan rumah yang harus saya selesaikan”

“Nanti dulu lah, jangan buru-buru, kita ngobrol-ngobrol dulu berdua, mumpung bapak bejo

tidak ada dirumah kan. Saya disini juga ingin ngobrol-ngobrol sama ibu soeparni yang cantik

dan baik hati” kata pak RT dengan logat khas bataknya.

“Apa bapak mau saya laporankan kepada istri bapak?? atau ke pihak yang berwajib. Tolong

lepaskan tangan kanan saya. Bapak ini kan ketua RT, dan tidak pantas merayu istri orang,

apalagi melakukan percobaan selingkuh. Kita itu hidup di negara hukum Pak, semua ada

pasal undang-undangnya” Ibunya Tumijah sudah dari dulu menyadari tingkah laku Pak RT

yang berusaha menggodanya dan mencari-cari kesempatan dalam kesempitan.

“Jangan-jangan. Ya sudah kalo begitu, saya pergi sekarang. Ibu ini sudah saya bantu sekarang

malah mengancam saya” Pak RT langsung pergi meninggalkan rumah Tumijah.

“Dasar edan, duwe Pak RT koyo ngono nyebai tenan (dasar gila, punya seorang pak RT

seperti itu sangat menyebalkan)” kata ibunya Tumijah dalam hati.

Sementara itu Tumijah, Benu dan Ayu masih asik nongkrong di foodcourt mall artos.

“Jah sepertinya cowok itu mau kenalan sama kamu deh” Ayu berusaha meyakinkan Tumijah

dengan raut wajah serius memandang remaja cowok tersebut.

“Sudah dibilang berapa kali si Yu. Jangan memandangnya terlalu serius seperti itu, nanti

malah dia tidak jadi kesini loh, pura-pura tidak tahu saja. Aku yakin dia pasti datang ke meja

kita dan duduk di sebelahku.” kata Tumijah sambil meminum setengah capuccino es secara

perlahan-lahan lalu mengedipkan dua kali matanya sebelah kiri kepada remaja cowok tampan

tersebut seakan memberi sinyal hijau untuk mendekatinya dan Tumijah langsung tersenyum

ke arah Ayu.

“Iya deh aku percaya sama kamu Jah. Terus kita pesan makannya kapan Jah.”

“Tunggu sebentar lagi ya Yu, nunggu cowok itu kesini” lima menit kemudian remaja cowok

tampan tersebut langsung menghampiri Tumijah, Benu dan Ayu.

“Wealah dia datang beneran kesini tuh Jah.” kata Benu pelan dengan raut wajah pura-pura

tidak tahu.

Page 31: M46314 n6

31

“Maaf, dari tadi aku penasaran ingin berbicara sama kamu dek, apa lagi saat pertama kali

melihat adek di ruangan ini, bolehkah aku gabung sama kamu dek di meja ini” kata remaja

cowok tampan tersebut yang wajahnya hampir mirip dengan Andylow dan memiliki postur

tubuh atletis sambil mengulurkan tangan kanannya kepada Tumijah.

“Hah, apa, tidak salah dengar nih, boleh-boleh, boleh banget Mas. Silahkan gabung.” jawab

Tumijah pura-pura heboh dengan raut wajah bahagia.

“Tomy sajapri sumitro, kalo di singkat menjadi Tomy S.S. panggil saja Tomy biar terlihat

seumuran sama kamu dek” Tomy langsung tersenyum lebar di akhir kalimatnya. “Akhirnya

aku bisa mengenalnya, semoga saja dia langsung kelepek-kelepek sama aku hehhehe” kata

Tomy dalam hati.

“Aku Prissila dwi putri arum sari, panggil saja Priss.” jawab Tumijah penuh bohong dan

membalas uluran tangan Tomy.

“Mari mas duduk sini, dibawa saja tasnya kesini” Ayu langsung ketawa-ketiwi sama Benu.

“Wealah Yu, bener kan ada korban baru lagi untuk Tumijah bulan nih. Ngomong-ngomong

sudah berapa korban ya bulan ini hahahha.”

“Pastinya Nu, seperti tidak mengenal Tumijah aja”

“Hahahhaha”

“Hey Jah, sepertinya sehabis makan aku dan Ayu nanti pulang duluan ya hehehe. Biasa

melarikan diri, takut mengganggumu” Benu tersenyum di akhir kalimatnya. Benu dan Ayu

sudah mengerti betul jalan pikiran Tumijah jika ada seorang cowok yang mendekati Tumijah.

“Iya-iya, siiip” kata Tumijah sambil setia memandang Tomy yang sedang mengambil tasnya.

“Sambung nanti malam ya Jah, seperti biasa kita nongkrong sampai jam setengah sepuluh

malam. Okay-okay. Oiya aku sampai lupa memberitahumu, ada cafe baru loh yang asik buat

nongkrong nanti malam, pokoknya berbeda deh dari cafe kemarin. Nanti aku sms kamu ya

Jah. Jangan lupa nanti malam kita harus kesana. Benu kamu bisa kan nongkrong nanti

malam.”

“Gampanglah Yu, nanti malam aku kabarin lagi” jawab Benu yang sudah terlihat sangat lapar

sambil memandang buku menu makanan yang tergeletak di atas meja.

Tumijah masih setia tersenyum tidak jelas ke arah Tomy yang kali ini sudah berjalan kembali

ke mejanya. Setelah Tomy duduk di samping Tumijah. “Oiya Priss, kamu tadi mau makan

apa?” kata Ayu yang ikut-ikut bohong dengan memanggil nama samaran Tumijah.

“Iya nih Priss, soalnya aku juga sudah lapar banget, sumpah deh” kata Benu juga bohong

memanggil nama samaran Tumijah dan langsung tersenyum ke arah Tomy.

“Iya-iya gampang, terserah kalian mau makan apa. Pokonya aku yang bayarin.” jawab

Tumijah langsung mengedipkan mata sebelah kiri satu kali kepada Ayu dan Benu.

“Tidak usah, aku saja yang mentraktir kalian, anggap saja aku ulang tahun hari ini” Tomy

langsung berdiri merogoh dompetnya dan memanggil seorang waiters foodcourt.

Page 32: M46314 n6

32

Benu, Ayu dan Tumijah saling memandang satu sama lain dan tidak mau menyia-nyiakan

kesempatan ini. “Yees. Akhirnya uang arisan dan keamanan hari senin tidak berkurang

sedikitpun syukurlah kalo begitu” kata Tumijah dalam hati.

“Beneran nih mas, eh maksudku Tomy??” Tumijah pura-pura salah tingkah.

“Iya Priss aku saja yang membayar makanannya, iya tidak apa-apa santai aja, buruan di pesan

sekalian minumnya juga ya, lihat tuh minuman kalian bertiga sudah pada mau habis kan.”

Tomy semakin mencari perhatian kepada Tumijah, mungkin ini juga salah satu cara Tomy

mendekati seorang cewek.

Alhasil Tumijah, Tomy, Ayu dan Benu makan, minum bersama satu meja, setelah lima belas

menit selesai makan dan minum, Benu dan Ayu langsung pamit pulang.

“Mas Tomy terimakasih ya, atas teraktirannya, aku dan Ayu mau pulang duluan, nitip Priss

ya mas” kata Benu.

“Enak saja, main titip-titip segala, emangnya aku ini barang penggadaian” kata Tumijah pura-

pura cemberut seakan tidak mau di tinggal pulang sendirian. Padahal moment seperti ini yang

di tunggu-tunggu Tumijah.

“Iya tidak apa-apa, nanti Priss biar aku antar pulang, tenang saja, di jamin sampai rumah

dalam keadaan selamat, kalian berdua jangan khawatir” Tomy langsung tersenyum indah

kepada Tumijah.

“Wealah mas Tomy bisa saja, Okay Mas” seru Benu.

“Tinggal duluan ya Priss” Ayu dan Benu langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

Sepertinya Benu dan Ayu bukannya pulang kerumah tapi malah kembali nongkrong di

angkringan dekat sekolahannya.

“Yu, emang kita mau pulang kemana?? tidak mungkinkan, pulang kerumah masing-masing”

kata Benu sambil melangkahkan kaki ke eskalator mall diikuti Ayu dari arah belakangnya.

“Benu-benu, kamu ini ada-ada saja, ini kan masih jam berapa Nu, kamu mau di marahin sama

orang tuamu pulang jam segini. Ini kan belum waktunya pulang sekolah” jawab Ayu sambil

memperlihatkan jam di layar Hpnya kepada Benu. “Bagaimana kalo kita nongkrong di

angkringan Pak Tarim aja Nu, angkringannya kan sudah buka dari pagi hari” sambungnya

lagi.

“Kalo aku sih tidak masalah pulang jam segini, kedua orang tuaku juga masih di toko,

hehhee, demi kamu Yu, aku temenin deh. Wealah, aku baru ingat Yu. Emang kamu masih

pegang uang?? berapa??. Tidak mungkinkan kita di angkringan cuma gigit jari memandang

gorengan dan nasi kucing. Uangku tinggal empat ribu loh. Oiya tadi kan, kita belum jadi di

traktir sama Tumijah?? biasanya juga kita kecipratan jatah arisan dan keamanan hari senin

dari Tumijah”

“Iya juga ya, gampang deh besok kita minta sama Tumijah Nu, santai bro kata yang paling

ampuh saat ini di angkringan Pak Tarim itu adalah BON DULU YA PAK.”

“Hahahhahaa” Benu dan Ayu tertawa lepas.

Page 33: M46314 n6

33

Ternyata benar kan apa yang dikatakan oleh Benu, kalo Tumijah hanya memanfaatkan semua

cowok yang mendekatinya, tidak peduli itu Abg cowok ataupun Remaja cowok anak

kuliahan, contohnya saja salah satu korbannya saat ini adalah remaja cowok tampan yang

bernama Tomy. Anak mahasiswa semester enam dari universitas negri kota Magelang. Tomy

ini adalah anak salah satu pejabat yang berpengaruh di kota Magelang, bisa dibilang anak

orang kaya nomor dua di kota magelang. Tumijah benar-benar terkejut tidak mengira kalo

Tomy itu anak orang kaya nomor dua di kota Magelang. Tomy juga dikenal sebagai cowok

play boy di kampusnya. Dan hobinya pergi ke tempat dugem yang berada di kota yogyakarta,

mabok-mabokan minuman keras berserta mengkonsumsi narkoba berjenis pil ekstasi.

“Mimpi apa ya aku semalam, ternyata Tomy anak orang kaya. Bakal shoping mendadak deh

hari ini” kata Tumijah dalam hati sambil terus menghayal membawa banyak barang di kedua

tangannya sepulang dari mall artos ini.

“Priss kenapa kamu melamun seperti itu, ada yang salah ya dengan diriku” tanya Tomy

sambil melambaikan tangan kanannya ke depan wajah Tumijah. “Hallo, Priss??”

sambungnya lagi.

“Hehehehe maaf, maaf. Sepertinya aku lagi terhipnotis oleh kegantenganmu deh Tom.”

jawab Tumijah sambil tersenyum manja lalu memegang lembut lengan tangan kiri Tomy.

“Tom, aku bosan duduk disini, bagaimana kalo kita jalan-jalan keliling mall artos yuuk.”

sambungnya lagi.

“Okay, tidak masalah Priss, apa sih yang enggak buat kamu” kata Tomy langsung to the point

berharap banget kepada Tumijah supaya menjadi pacarnya, siapa sih yang tidak mau menjadi

pacarnya Tumijah, masih muda banget, anak SMA gitu loh, sudah sexy, cantik, bohay

menggoda, tinggi, putih, berisi tidak kurus dan tidak gemuk. Bagi Tomy mungkin uang

menjadi nomor dua, yang penting dia bisa mendapatkan seorang kimcil apalagi seperti

Tumijah. Mendengar Tomy berkata seperti itu, ada peluang besar untuk Tumijah

mewujudkan keinginannya pulang dari mall artos dengan membawa banyak barang gratis,

semakin bahagia sekali dia hari ini, lihat saja raut wajahnya tidak bosan-bosannya tersenyum

manis kepada Tomy. Dasar Tumijah.

Sekarang Tumijah masih setia menggandeng lengan tangannya Tomy dengan sangat erat,

sampai-sampai sedikit bersentuhan dengan dadanya Tumijah sebelah kiri. Abg putri ini tidak

pernah bosan memanfaat in para Abg cowok dan remaja cowok yang berusaha mendekatinya.

Dia juga tidak takut di cap cabe-cabean, kimcil dan cewek gampangan oleh teman-teman

sebayanya. Sekarang Tomy menjadi korban Tumijah yang ke empat belas dalam bulan ini.

Dalam hitungan menit semua keinginannya yang serba instan, membeli beberapa barang di

dalam mall artos secara gratis alias di belikan sama orang lain, terkabulkan juga dengan

adanya Tomy disampingnya. Dari baju, celana hot pants, sepatu sandal dan jam tangan. Gila-

gila gila, Abg putri yang satu ini memang hebat menggunakan sisi negatif kecantikan dan

bentuk lekuk tubuhnya yang sudah diberikan oleh Tuhan kepadanya. Segala keinginannya di

dalam mall artos dapat terpenuhi dengan sekejap, tanpa mengeluarkan uang pribadinya

sedikitpun alias GRATIS tis tis tis.

“Mimpi apa ya aku semalam bisa bertemu Tomy di tempat foodcourt mall artos ini, aku harus

bisa memanfaatkannya sebaik mungkin. Rugi banget kalo aku tidak bisa memanfaatkannya.

Walaupun dia anak kuliahan, tapi pikirannya sudah bisa aku tebak. Wajahnya sih lumayan

ganteng seperti bintang laga korea dan memiliki badan atletis, tapi sayang dia tidak pintar.

Page 34: M46314 n6

34

Sangat mudah di manfaatkan” kata Tumijah dalam hati saat sesudah keluar dari counter jam

tangan.

Tomy pun hanya tersenyum manis kepada Tumijah, dia sebenarnya menyadari kalo dia sudah

di manfaatkan oleh Tumijah. Padahal dia sudah mengeluarkan uang banyak untuk membeli

semua barang yang diinginkan oleh Tumijah, sejumlah empat ratus tiga puluh ribu rupiah dari

dalam dompetnya. “Gak apa-apa deh aku rugi hari ini, yang penting besok bisa happy-happy

sama dia” curhat Tomy dalam hati sambil setia tersenyum manis kepada Tumijah.

“Tomy kamu itu jadi cowok kok baik banget sih, sudah membelikanku baju, celana, sepatu

sandal dan sebuah jam tangan lucu berwarna pink, padahalkan, kita baru saja kenal” Tumijah

berkata dengan manja tanpa beban sedikitpun yang sekarang terlihat masih setia

menggandeng erat tangan kanan Tomy.

“Tidak apa-apa, santai saja, yang penting kamu suka dan anggap saja sebagai tanda

perkenalan kita” Tomy tersenyum lebar di akhir kalimatnya. Tomy berharap dia bisa

mendapatkan lebih dari diri Tumijah termasuk jalan pikirannya yang mulai mesum. “Emang

aku cowok goblok ya, yang bisa di tipu begitu saja sama anak SMA, tidak masalah hari ini

rugi besok-besok aku yang akan untung banyak” curhat Tomy lagi dalam hati.

“Terimakasih ya, oiya Tom, kamu tidak risih jalan sama anak SMA seperti aku?? dan tidak

ada yang marah nih kalo aku jalan sama kamu” Tumijah semakin bersikap manja kepada

Tomy.

“Tenang saja tidak ada yang marah kok sama kamu, aku kan masih jojoba, jomblo-jomblo

bahagia. Kenapa harus risih, justru aku lebih senang bisa jalan sama anak SMA secantik

kamu. Bukannya kebalikkannya ya?? nanti cowok kamu yang marah loh” jawab Tomy

dengan raut wajah penuh pengharapan untuk bisa memiliki Tumijah, sambil terus mengaruk-

garuk rambutnya menandakan Tomy sedang salah tingkah. “Tenang saja aku pasti bisa

mendapatkan cintamu, bahkan lebih dari cintamu, model-model kimcil cewek SMA seperti

kamu ini, palingan dua minggu PDKT sudah bisa di tembak” kata Tomy dalam hati.

“Baguslah kalo begitu, astaga aku harus pulang sekarang. Lihatlah sudah jam berapa ini Tom.

Tadi pagi itu, ceritanya sekolahanku sedang kosong semua, guru-guru pada rapat, jadi main-

main ke mall artos gitu deh sama kedua temenku, berhubung mereka sudah pulang duluan

kalo tidak keberatan kamu mau kan mengantarku pulang kerumah, atau kalo kamu ada

keperluan lain, aku bisa naik taxi aja. Maafkan aku ya, sudah merepotkanmu lagi.”

“Kan sudah aku bilang tadi, saat kita berada di foodcourt, kamu pulangnya pasti aku antar.

Jadi tenang saja Priss. Aku sama sekali tidak merasa direpotkan sama kamu, santai aja.”

Mereka berdua asik berjalan sambil setia bergandengan tangan. Hingga orang lain disekitar

mereka mengira kalo mereka berdua sepasang kekasih beneran, habisnya nempel kayak

perangko. Padahal ini hanya settingan Tumijah saja seperti yang sering dilakukan artis-artis

ibu kota jika ingin terkenal lagi.

Jam besar yang menggantung di salah satu dinding counter pakaian di mall artos sudah

menunjukkan pukul setengah tiga sore, akhirnya Tumijah di antar oleh Tomy memakai mobil

sedan merah miliknya, selama di perjalanan Tumijah selalu di gombalin oleh Tomy. Tomy

langsung mengeluarkan semua kemampuannya apalagi jurus-jurus seribu rayuan maut ala

buaya darat kelas kakap. Tumijah sebenarnya sudah tahu persis jalan pikiran Tomy, jadi sama

sekali tidak ngefek. Tapi dia sengaja pura-pura bersikap lugu saja di depan Tomy.

Page 35: M46314 n6

35

“Tomy, terimakasih ya sudah mengantarku pulang” kata Tumijah yang turun di jalan

perumahan gladio. “Ooo Ternyata dia tinggal disini ya?? baguslah kalo begitu. Aku kira dia

tinggal di desa, kebanyakan model-model kimcil cewek SMA ababil seperti dia, pada tinggal

di desa” kata Tomy dalam hati.

“Kamu beneran tidak mau aku antar sampai di depan rumahmu Priss?”

“Tidak usah repot-repot Tom. Rumahku yang berwarna hijau muda, dua rumah dari sini kok”

jawab Tumijah sambil menunjuk sembarang salah satu rumah berwarna hijau muda. Padahal

ada tiga rumah yang berwarna hijau muda. “Oiya Tom, ini nomor hpku, pasti kamu mau

minta nomor hpku kan.” sambungnya lagi. “Tuh kan aku tambah yakin kalo dia ini cewek

kimcil SMA ababil yang gampangan, jadi semakin mudah aku mendekatinya apalagi

menjadikannya pacar semalam hahaaha” kata Tomy dalam hati.

Ternyata di dalam mobil Tomy tadi, Tumijah sudah mempersiapkan nomor hpnya, dia

menuliskan nomor hpnya di atas selembar kertas yang dia ambil dari dalam tas ranselnya.

“Okay Priss, kok kamu tahu kalo aku ingin meminta nomor hpmu” kata Tomy di dalam

mobil sambil setia tersenyum manis kepada Tumijah, sepintas pandangan matanya Tomy

langsung mengarah ke dadanya Tumijah.

“Tomy sekali lagi terimakasih ya” Tumijah tersenyum di akhir kalimatnya. “Hari gini tidak

ada yang gratis loh Priis, tunggu aksiku selanjutnya” kata Tomy dalam hati.

Tidak lama kemudian, setelah Tomy meninggalkan Tumijah dipinggir jalan perumahan

gladio. Tumijah segera memasukkan semua barang yang dibelikan oleh Tomy kedalam tas

ranselnya. Tidak lupa juga membuang kotak sepatu sandal dan lebel harga yang menempel di

semua barang ke tong sampah di sekitar jalan, soalnya dia tidak mau ketahuan oleh ibunya

dirumah.

Padahalkan setiap hari Tumijah hanya di kasih uang dua puluh ribu rupiah oleh ibunya. Bisa

perang dunia ke sembilan deh kalo ibunya sampai tahu semua barang-barang mahal yang

dibawa oleh Tumijah. Nilai rupiahnya saja lebih besar dari uang jajan Tumijah.

“Wooi. Pak tukang becak, sini kamari” Tumijah berseru sambil melambaikan tangan

kanannya ke arah Pak tukang becak yang sedang mengayuh becaknya disekitar perumahan

Gladio.

“Mau kemana mbak?”

“Perkampungan Nawala Rt tiga”

Selama dalam perjalanan kerumahnya, Abg putri ini selalu terseyum-senyum tidak jelas,

seperti sebuah kebahagian yang sangat luar biasa yang dia rasakan saat ini. Sampai-sampai

Pak tukang becak mengajak berbicara tidak ditanggapi lagi olehnya. Tidak lama kemudian

Tumijah sampai di depan rumah.

“Berapa Pak?”

“Lima ribu saja mbak”

“Saya kira mbak tadi habis diputusin sama pacarnya, soalnya saya berbicara tidak di tanggapi

selama di perjalanan”

Page 36: M46314 n6

36

“Ah bapak ini bisa saja, oh iya kah, tapi saya sama sekali tidak mendengar bapak berbicara

loh. Sudah Ini ambil saja kembaliannya untuk bapak semua.” Tumijah langsung memberikan

uang sepuluh ribu rupiah kepada Pak tukang becak.

Ibunya Tumijah ternyata sudah lama menunggunya diruang tamu dengan raut wajah sangat

emosi, gara-gara keusilan Tumijah di hari minggu, ibunya menjadi sasaran amarah dua puluh

tujuh orang warga Nawala RT tiga.

“Eh ada ibu ku yang paling cantik, sangat baik hati dan tidak sombong sama anaknya”

Tumijah berkata tanpa rasa bersalah sedikitpun malah sibuk bercandain ibunya.

“Kamu itu ngomong apa. Cepat sekarang kamu duduk disini” Ibunya Tumijah menunjuk

salah satu kursi dengan jari telunjuk sebelah kanan tangannya.

“Ada apa lagi si Bu, Tumijah capek sekali hari ini. Aku kan baru saja pulang dari les”

Tumijah mulai beralasan standar nasional indonesia yang dikatakan pelajar SMA saat dalam

keadaan terjepit kalo pulang kelamaan dari sekolah, dia sudah tahu kalo ibunya pasti akan

marah-marah sama dia, soalnya raut wajah ibunya sudah berbeda ditambah sikap ibunya

kepadanya yang seakan menegaskan harus mendengarkannya berbicara.

“Dari mana kamu?? sudah jangan bohong lagi sama ibu!” raut wajah ibunya Tumijah sangat

emosi dan langsung menjewer telinga kanan Tumijah.

“Dari les Bu, aduh bu, sakit bu, jangan main jewer dong!! sumpah demi Tuhan, Tumijah

tidak bohong sama ibu” jawab Tumijah dengan raut wajah sangat memelas dan

menyingkirkan tangan kanan ibunya dari telinga kanannya.

“Kamu itu sudah jarang beribadah, sekarang membawa-bawa nama Tuhan untuk bersumpah

di depan ibu, ibumu ini sudah cukup sabar dengan semua tingkah lakumu. Bapak kepala

sekolahmu tadi siang datang kerumah, katanya kamu membolos dan mengajak semua teman-

temanmu di dalam kelas juga. Iya Tumijah!!. Untung saja teman-teman sekelasmu tidak jadi

membolos karena sudah ketahuan duluan sama Pak satpam. Kamu mau jadi apa besok, jika

kamu seperti ini terus, kamu tidak akan menyelesaikan sekolahmu, kamu mau tidak naik

kelas gara-gara sering membolos. Asal kamu tahu juga, pagi tadi dua puluh tujuh warga

mendatangi ibu dan marah-marah sama ibu gara-gara atap rumah mereka bolong-bolong!!.

Apa yang kamu lakukan di hari minggu??. Kamu juga masih bisa bohong sama ibu. Iya!.

Jawab Tumijah.”

Tidak sanggup lagi ibunya Tumijah menahan air matanya, sekarang air matanya menetes

deras membasahi pipi dan lantai ruang tamu. Tumijah hanya bisa menundukkan kepalanya

dan meminta maaf sambil memeluk ibunya.

“Maaf in Tumijah ya Bu, iya Tumijah memang salah, Tumijah janji sama ibu tidak akan

mengulanginya lagi”

“Mulai sekarang kamu harus pulang cepat, tepat waktu dan tidak boleh kemana-mana

mengerti kamu.”

“Iya Bu, siiap. Iya Tumijah mengerti maksud Ibu.” Tumijah langsung pergi ke atas menuju

kamarnya. “Aduh pulang-pulang sudah di marahin sama ibuku yang sangat cerewet, dapat

bonus di jewer lagi, huh, sial banget sampai-sampai telingaku sebelah kanan berwarna merah,

sekarang masih terasa panas. Ibuku itu sungguh sangat menyebalkan dan sangat keterlaluan,

enak ya jadi orang tua itu bebas marahin anaknya, coba kalo anaknya yang marahin orang

Page 37: M46314 n6

37

tuanya, pasti tambah dimarahin lagi habis-habisan, kamu itu jadi anak tidak boleh ngelawan

orang tua. Mau jadi apa kamu besok??” Tumijah meluapkan kekesalannya di depan kaca

lemari pakaiannya sambil menirukan logat ibunya berbicara.

“Tumijah, jangan lupa belajar yang rajin ya nduk, ibu tidak mau mendengar alasanmu lagi.”

kata Ibunya dengan suara sangat keras dari ruang tengah.

“Okay Boooos” seru Tumijah.

Senja yang turun berganti dengan malam tanpa di temani bintang dan rembulan, hembusan

angin yang berputar di langit-langit bergerak sangat cepat hingga membawa sang maha

dingin untuk menyelimuti setiap sudut kota Magelang. Abg putri yang baru saja membasuh

bersih badannya dengan air dingin, kini sudah terlihat sangat gembira sekali memandang

semua barang-barang yang sudah di belikan oleh Tomy.

Barang-barang tersebut langsung di masukkannya ke dalam laci rak lemari pakaian, berbagai

barang pemberian Abg cowok dan remaja cowok yang mendekatinya selalu di masukkan

kedalam laci rak pakaiannya dan hanya sesekali dia pakai. Sudah tidak terhitung lagi apa saja

barang yang terkumpul di dalam laci rak lemari pakaiannya itu.

“Assiiiik koleksi pemberian dari para cowok-cowok sudah terkumpul rapi di dalam laci rak

lemari pakaianku ini, hahahaha ini adalah laci yang ke dua puluh sembilan, masih ada tiga

puluh satu laci lagi yang masih kosong” Tumijah berkata dalam hati sambil memperhatikan

semua barang-barang di dalam laci pakaiannya. Gila banyak banget ya jumlah laci yang ada

di dalam lemari pakaiannya, sudah seperti penjual toko emas saja yang sering kita jumpai di

pasar-pasar tradisional. Kalo sempat ibu atau ayahnya tahu pasti akan di introgasi habis-

habisan. Abg putri yang satu ini memang luar biasa. Harap maklum lemari pakaian zaman

dulu memang banyak sekali laci-lacinya, apalagi berukuran besar. Kalo tidak percaya tanya

saja sama mbah google .

Sementara itu di dalam ruang keluarga yang berukuran tiga kali empat Ibu dan Ayahnya

Tumijah sedang berdiskusi keras tentang mendidik perkembangan anak putri satu-satunya itu

supaya tidak salah dalam bergaul, zaman sekarang lagi heboh-hebohnya yang namanya

pergaulan bebas.

“Bu Ayah tadi pagi mendapat kabar dari seorang Bapak yang bekerja di kantor dinas

pendidikan kota Magelang, kalo SMA 463 kota Magelang itu anaknya nakal-nakal dan jelek-

jelek semua hasil ujian nasionalnya Bu” Ayahnya Tumijah menengguk segelas kopi hitam

hangat yang ada di hadapannya.

“Iya Yah, ibu sebenarnya juga sudah tahu, contohnya saja anak putri kita satu-satunya itu

Yah. Tadi pagi dua puluh tujuh warga ke rumah kita pada marah-marah semua sama ibu Yah.

Gara-gara ulah Tumijah”

“Hah??. Ada apa Bu, kenapa bisa terjadi seperti itu Bu” Ayahnya Tumijah langsung terbatuk-

batuk di akhir kalimatnya.

“Ayah itu kenapa, tidak terjadi apa-apa kok Yah, tenang saja. Tumijah itu saat hari minggu

kemarin tidak sengaja membakar sampah di belakang rumah memakai minyak tanah, terus

asapnya sampai kemana-mana Yah” Ibunya Tumijah terpaksa berbohong kepada Ayahnya

Tumijah.

Page 38: M46314 n6

38

Ibunya Tumijah tidak ingin menambah beban lagi kepada Ayahnya Tumijah, Apalagi

Ayahnya Tumijah memiliki catatan penyakit jantung, beruntung sekarang sakit jantungnya

itu tidak pernah terasa nyeri-nyeri lagi. Soalnya Ayahnya Tumijah sudah berhenti merokok

selama dua tahun yang lalu. Ayahnya Tumijah dulu seorang perokok berat, sampai-sampai

paru-parunya sudah pada bolong semua oleh nikotin yang masuk dari hisapan asap rokok,

waktu itu usianya masih yang sangat muda sekali, saat dia duduk di bangku sekolah dasar.

Ayahnya Tumijah cuma bisa menyelesaikan sekolah menengah pertamanya saja, karena tidak

ada lagi biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Keluarga besar Ayahnya Tumijah rata-rata dari

keluarga yang kurang mampu, dari kecil Ayahnya Tumijah selalu di ajarkan hidup mandiri,

jadi tidak salah pilih ibunya Tumijah menjadikan ayahnya Tumijah sebagai suaminya.

Apalagi Ayahnya Tumijah memilik mental pantang menyerah, pemberani, bertanggung

jawab kepada keluarga, sangat mencintai keluarga dan rajin pergi beribadah ke gereja.

Ayahnya Tumijah asli orang Magelang. Tapi semua keluarga besar ayahnya Tumijah sudah

merantau ke pulau sumatra. Yang tersisa di Magelang hanya Ayahnya Tumijah, bapak ibunya

ayahnya Tumijah sudah delapan tahun silam meninggal dunia di kota Magelang.

Ibunya Tumijah bertemu Ayahnya Tumijah di saat usia mereka sama-sama menginjak angka

21 tahun, waktu itu di dalam sebuah aula utama panti asuhan tempat ibunya Tumijah tinggal

dan dibesarkan, panti asuhan tersebut sedang mengadakan acara kesenian karawitan dalam

menyambut acara malam tujuh belasaan di kampung Trisoeji di kota Magelang, dan Ayahnya

Tumijah sengaja datang bersama teman-temannya untuk menonton acara kesenian karawitan

yang di adakan oleh panti asuhan tersebut.

Acara karawitan memang terbuka untuk umum dan sangat meriah, siapa saja boleh datang

unutk melihatnya. Saat itu ibunya Tumijah menjadi pemain gamelang, sejak pandangan

pertama melihat ibunya Tumijah, Ayahnya Tumijah langsung to the point mengajak ibunya

Tumijah menikah di usia muda.

Keberuntungan pun ada di pihak Ayahnya Tumijah. Ibunya Tumijah langsung memberikan

sinyal hijau kepada Ayahnya Tumijah. Padahal Ayahnya Tumijah saat itu hanya bekerja

sebagai tukang buruh bangunan, karena ibunya Tumijah juga menyukai Ayahnya Tumijah

yang sama-sama satu keyakinan yaitu beragama kristen, tidak membutuhkan waktu lama

untuk berpacaran, seminggu kemudian Ayahnya Tumijah menikahi ibunya Tumijah digereja

GKJ.

Semenjak menikahi ibunya Tumijah, mereka mendapat sebuah rumah tingkat sederhana dari

Ibu angkatnya ibunya Tumijah, rumah itu berada di perkampungan Nawala. Walaupun

sekarang Ayahnya Tumijah sudah bekerja sebagai supir angkot, tapi perekonomian mereka

sekeluarga serba berkecukupan, tidak lebih dan tidak kurang. Ibu angkatnya ibunya Tumijah

sudah satu setengah tahun yang lalu meninggal dunia karena kanker servik.

Ibunya Tumijah sejak kecil memang sudah tinggal di panti asuhan, kedua orang tuanya tidak

tahu entah dimana, walaupun dalam keadaan seperti itu ibunya Tumijah selalu bersyukur

kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahwa hidup itu cuma sebentar dan penuh pilihan, TUHAN

juga tidak akan berdiam diri saja melihat kita yang lelah tak berdaya menjalani hidup ini,

TUHAN selalu memberikan yang terbaik untuk kita yang mau bersyukur dan tidak

melupakan TUHAN.

Ayahnya Tumijah dan ibunya Tumijah sangat rajin dalam mengikuti kegiatan di gereja dan

bermasyarakat. Bisa dibilang kalo untuk soal beribadah tidak main-main dan sangat

Page 39: M46314 n6

39

mengutamakan TUHAN dalam kehidupan sehari-harinya. Jadi tidak salah kalo mereka selalu

khawatir kepada anak putri satu-satunya itu. Yang selalu saja sering membuat masalah.

Sementara itu di dalam kamar yang berukuran tiga kali empat dan sangat sederhana cuma ada

satu tempat tidur, satu lemari berukuran sedang, satu rak sepatu, satu meja belajar, satu kursi

kayu dan satu jam dinding unik yang menempel menarik di belakang pintu. Tumijah terlihat

asik berbicara bersama Tomy melalui Hpnya. Dia segera mengunci rapat pintu kamarnya dan

langsung membuka keempat jendela kamarnya, dua jendela langsung menghadap ke arah

depan rumahnya dan dua jendela lagi menghadap kebelakang rumahnya. Pemandangan

belakang rumah Tumijah dimalam hari tidak terlihat apa-apa, tapi kalo pagi hari hanya

kelihatan pohon bambu dan aliran sungai kali tidar.

Tumijah langsung mengambil sebungkus rokok sampoerna mild menthol yang kemarin dia

taruh dibalik kasur tempat tidurnya dan langsung menyalakan sebatang rokok tersebut,

menghisap pelan-pelan menikmati semua nikotin yang masuk memenuhi ruang paru-parunya

kemudian membuang kepulan asap putih ke langit-langit kamar.

“Tom, kamu malam ini mau keluar gak?” Tumijah bertanya penuh semangat sambil setia

membuang kepulan asap putih yang keluar dari mulutnya.

“Ada, kenapa?? rencananya aku dan teman-teman kampusku pada mau pergi ke Pub yang

baru akan dibuka malam ini, tempatnya di lantai atas dekat foodcourt mall artos” jawab

Tomy. “Pucuk di cinta engkau pun tiba, ternyata dia juga suka dugem” kata Tomy dalam hati.

“Apa itu Pub??” otak kecil Tumijah langsung mencari tahu tentang Pub. Kata Pub memang

sangat asing bagi Tumijah. “Astaga dia tidak tahu Pub?? berarti dia benar-benar lugu” batin

Tomy.

“Hahahaha, kamu baru tahu Pub, jangan-jangan kamu belum pernah ke tempat dugem?”

“Maksudmu apa Tom, aku semakin bingung?” Tumijah langsung menghisap rokok lebih

dalam lagi dan kali ini menghembuskan asap putih keluar jendela kamar belakang.

“Kalo kamu penasaran, nanti jam sepuluhan aku jemput kamu ya Priss bagaimana?”

“Nanti aku kabarin lagi ya, soalnya aku ada janjian sama kedua temanku”

Tidak lama kemudian tiba-tiba pintu kamar Tumijah di gedor-gedor oleh Ayahnya, Tumijah

langsung terkejut lalu mematikan Hp dan membuang rokoknya keluar jendela, Tumijah

kalang kabut membersihkan bau asap rokok yang menempel di setiap sudut kamarnya

menggunakan buku matematika yang dia ambil.

“Tumijah, buka pintunya Nak.” Ayahnya Tumijah sudah tidak sabar menunggu Tumijah

membukakan pintu kamar.

“Iya Yah, bentar-bentar, sebentar lagi Yah. Aku lagi nanggung nih nulis PRnya.” Tumijah

masih sibuk mengipas-ngipas sisa asap rokok yang masih mengepul di dalam kamarnya dan

tidak lupa menyemprot parfum kenzo daun di setiap sudut kamar, lalu setelah dirasakannya

sudah bau wangi sekali bukan bau asap rokok, Tumijah menutup kembali jendela kamarnya.

“Tumijah, cepat buka pintu kamarmu Nak!!” Ayahnya Tumijah sudah sangat geram

menunggu di balik pintu kamar.

“Iya Yah, ada apa toh” Tumijah langsung membuka setengah pintu kamarnya.

Page 40: M46314 n6

40

“Kamu ini lama sekali membuka pintu kamarmu. Ayah jadi curiga, jangan-jangan kamu tidak

belajar malam ini, pasti mainan Hp iya kan?? tadi Ayah mendengar jelas kamu sedang

berbicara lewat Hpmu” Ayahnya segera masuk kedalam kamar menuju ke meja belajarnya

Tumijah, lalu duduk di kursi kayu mengamati buku-buku pelajaran di atas meja belajar

Tumijah.

“Tumijah belajar kok Yah, itu buktinya ada beberapa buku dan satu bolpen di atas meja

belajarku, ini juga aku lagi memegang buku matematika. Siapa juga yang mainan Hp. Ayah

ini sukanya menebak-nebak sih” Tumijah masih memegang buku matematika di tangan

kanannya dan menggenggam erat sebungkus rokok di tangan kirinya.

“Ya sudah kalo kamu benar-benar lagi belajar, Ayah senang melihat kamu rajin belajar,

soalnya tadi pagi saat Ayah sedang menarik angkot, Ayah bertemu seorang penumpang

angkot yang bekerja di kantor dinas pendidikan kota Magelang. Katanya sekolahanmu itu

sangat jelek dalam mengerjakan soal ujian nasional dan siswa-siswinya nakal-nakal semua.

Apakah benar seperti itu Nak?” Ayahnya Tumijah memandang kedua bola mata Tumijah lalu

segera berubah menelusuri setiap sudur kamar.

“Enggak, siapa yang berani bilang seperti itu Yah, mana orangnya biar Tumijah marah-

marahin, enak saja bilang sekolah favoriteku seperti itu. Aku kan jadi tersinggung Yah”

Tumijah berusaha membela sekolahannya, padahal memang benar yang dikatakan oleh

seorang bapak dari dinas pendidikan itu dan dengan cepat tangan kiri Tumijah yang

menggenggam sebungkus rokok sampoerna mild tadi bersembunyi di balik saku celananya

sebelah kiri.

“Ini koreknya siapa Nak?. Kamu ngerokok ya!!” Ayahnya Tumijah terkejut melihat sebuah

korek gas berwarna biru tergeletak begitu saja di dekat besi pegangan jendela kamar.

“Mampus deh ketahuan” batin Tumijah.

“Ayah ini menuduhku yang enggak-enggak, itu korek gas ya untuk menyalakan lilin jika

terjadi mati lampu dirumah ini Yah” Tumijah mulai berbohong dan langsung mengeluarkan

keringat dingin disekitar wajahnya.

“Awas ya kalo kamu bohong sama Ayah, Nak??”

“Ya ampun Yah, aku itu tidak pernah bohong sama Ayah, sumpah demi TUHAN. Apa

untungnya coba, kalo aku berbohong sama Ayah??, ya sudah Yah, aku mau melanjutkan

mengerjakan PR matematikaku lagi, nanti kalo Ayah tetap disini, aku jadi tidak bisa

konsentrasi mengerjakannya.” Tumijah mengusir Ayahnya secara halus.

“Ya sudah kalo begitu, banyak-banyak belajar membuka buku pelajaran, berdoa sebelum

tidur dan membaca alkitab setiap hari, ingat jangan pernah membolos lagi atau pun mencoba-

coba untuk merokok, kamu sudah tahu kan akibatnya merokok bagi kesehatanmu itu Nak.

contohnya saja Ayahmu ini yang sekarang terkena penyakit jantung. Masa mudamu itu

jangan kebanyakan hura-hura, cobalah untuk kritis dengan dirimu sendiri. Apalagi zaman

sekarang sudah semakin mengkhawatirkan. Diusiamu itu memang benar masa yang paling

indah tapi ingat bisa berubah menjadi masa yang paling buruk jika tidak pintar-pintar

menjaga diri. Kamu mengerti Nak.”

“Iya-iya, aku mengerti Yah. Siiiap grak” Tumijah memberi hormat kepada Ayahnya.

“Ayahku ini memang seorang Ayah yang super kolot. Hari gini memberi wejangan untukku

Page 41: M46314 n6

41

yang terlalu berlebihan. Aku kan sudah dewasa untuk apa lagi menceramahiku” kata Tumijah

dalam hati.

“Nak. Kamu sudah makan malam belum?? itu ada sambal teri dan ikan wader kesukaanmu,

jangan sampai lupa di makan ya Nak”

“IYA AYAH, nanti kalo lapar pasti aku makan” jawab Tumijah langsung menutup rapat

pintu kamarnya.

Abg putri yang satu ini selalu saja mempunyai banyak alasan, untung saja Ayahnya Tumijah

tidak marah-marah kepada Tumijah. Ayahnya Tumijah langsung pergi meninggalkan kamar

Tumijah, walupun kamarnya Tumijah sudah di semprot oleh parfum kenzo daun, sebenarnya

sejak berdiri di depan pintu kamarnya Tumijah, Ayahnya Tumijah sudah mencium bau rokok

yang sangat super menyengat dihidungnya. Berhubung Ayahnya Tumijah juga tidak

mendapati bungkus rokok di dalam kamar Tumijah, alhasil Ayahnya hanya bisa menasehati

Tumijah saja.

“Tetot, tetot, tetot, tetot” nada dering sms berbunyi pelan di Hpnya Tumijah.

Dari Ayu Orakaruan:

“Lima belas menit lagi aku dan Benu menjemputmu Jah, seperti biasa di depan gang dekat

rumahmu aja ya biar aman gitu loh.”

Tumijah:

“Iya-iya, siiiip, aku juga sudah bersiap-siap mau meluncur kesana.”

Abg putri ini bukannya belajar malah pergi keluyuran mau nongkrong di cafe bersama kedua

temannya, dia sekarang sudah terlihat sangat bersiap-siap untuk pergi meninggalkan

kamarnya dengan penampilan sangat sederhana tapi sungguh menggoda “You can sexy”.

Hanya memakai kaos oblong berwarna pink baru yang sudah di modifikasi hingga terlihat

belahan dada Tumijah, celana hot pants berwarna biru baru yang melihatkan kemulusan paha

Tumijah, sepatu sandal baru dan tidak lupa menyemprotkan parfum kenzoo daun kali ini

cukup kebagian lehernya saja.

“Ehmm kok aku jadi penasaran sekali ya, sama cafe baru yang dibilang Ayu waktu di

foodcout tadi pagi, pasti banyak para Abg cowok dan anak kuliahannya yang nongkrong di

cafe tersebut” Tumijah berputar-putar di depan kaca pakaiannya memastikan penampilannya

malam ini memang sudah sangat sempurna di mata kaum adam. “Malam ini kalo di sebuah

cafe penampilanku harus cewek banget, kalo di alun-alun baru deh penampilan seperti

cowok” batin Tumijah.

Jam di balik pintu kamar Tumijah sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

Tumijah segera mengunci kamarnya lalu membuka jendela kamar dengan sangat hati-hati.

Tumijah tidak mau membuat suara yang mengakibatkan ketahuan oleh Ayah dan ibunya,

perlahan tapi pasti Tumijah menginjakkan kakinya di dahan-dahan pohon jambu, menuruni

hati-hati pohon jambu yang terletak di samping kamarnya, pohon jambu itu menjulang tinggi

melebihi tinggi bangunan rumahnya. Setelah sampai di bawah, Tumijah segera melepas

sepatu sandalnya lalu membawanya dengan kedua tangannya dan berlari cepat ke ujung gang

rumahnya.

Page 42: M46314 n6

42

“Untung saja tidak ketahuan” Tumijah berseru dalam hati sambil mengatur nafasnya yang

sekarang tersendat-sendat gara-gara berlari tadi.

Tidak lama kemudian, Ayu dan Benu sampai juga di ujung gang rumah Tumijah.

“Sudah lama Jah, mangkal disini?” tanya Ayu sambil bercanda.

“Sembarangan, emang aku cewek apaan, ya lumayanlah enam menit menunggu kalian

berdua. Untung saja aku tidak bosan menunggu dan tidak memutuskan balik lagi kerumahku,

loh jangan bilang kita boncengan tiga lagi??” jawab Tumijah sambi memperhatikan motor

Benu, dan langsung berjalan mengelilingi motor Benu sebanyak dua kali, ternyata Tumijah

berusaha memamerkan celana hot pants, baju kaos dan sepatu sandal barunya kepada Benu

dan Ayu yang sudah duduk di atas motor.

“Buseeet jangan banyak komentar Jah, ngapain kamu seperti itu, mengelilingi motor seperti

seorang model yang berjalan di atas catwalk saja. Aku tahu mentang-mentang ada barang

baru sombong nie. Seperti biasa motorku itu lagi di pakai Mamaku Jah, jadi cenglu lagi deh”

jawab Ayu dengan raut wajah kagum kepada Tumijah.

“Wealah Jah-Jah, memang gaya benar kamu itu Jah, baju baru, celana hotpants baru, sepatu

sandal baru, pasti di bayarin sama cowok yang ketemu tadi pagi di mall artos kan” Benu

langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan bersiul-siul.

“Terus buat aku mana Jah??” tanya Ayu dengan raut wajah cemberut.

“Apa sih yang enggak buat kamu itu Yu, ini aku kasih jam tangan saja ya” jawab Tumijah

sambil merogoh saku celana hots pantsnya.

“Wealah, ini namanya tidak adil, kok cuma Ayu saja yang dikasih, untuk aku mana Jah??”

Benu memelas.

“Enak saja ini kan khusus untuk para wanita!!. Emang kamu wanita??” jawab Tumijah penuh

heboh dan tersenyum di akhir kalimatnya.

“Huh dasar cewek rempong matre dan cabe-cabean, kimcil berdada besar” Benu protes kesal

dan langsung menyalakan motor Rx-Kingnya.

“Apa kamu bilang Nu!!” Tumijah langsung menjitak kencang kepala Benu dengan tangan

kanannya.

“Wealah. Cewek matre tidak boleh marah loh hahaha”

“Sudah-sudah, kalian berdua ini malah bertengkar, ayo Jah, buruan naik.”

“Yee siapa juga yang lagi bertengkar. Eh Nu, nanti jangan lupa mampir ke alfamart atau

indomaret dulu ya, biasa rokokku abis dan mulai saat ini aku tidak mau meminta rokok

marllboromu lagi. Sumpah deh.”

“Halah gayamu itu Jah, kalo gak ada rokok dan kepepet pasti kamu juga minta rokok

marllboroku. Sekalian kita berdua di beliinkan ya Jah.”

“Kamu aja Nu, aku gampang deh, nanti kalo ke pengin tinggal minta rokok punya Tumijah”

“Iya-iya Nu, apa sih yang enggak buat sahabtku yang paling ganteng ini”

Page 43: M46314 n6

43

“Wealah, tadi sudah menjitak sekarang berubah mengagumiku, meyanjungku dan merayuku

dasar cewek ababil”

“APA KAMU BILANG!! tangan kiri Tumijah langsung menjewer telinga kiri Benu.

Akhirnya mereka bertiga mampir ke toko indomaret membeli rokok dan meluncur ke tempat

tujuan mereka, yaitu sebuah cafe baru bernama Rstart di dekat daerah utaranya pecinan, gara-

gara Benu menggeber motor Rx-Kingnya sangat cepat, melampaui kecepatan pembalap lokal

indonesia, alhasil hawa dingin malam ini yang menyelimuti hampir seluruh sudut kota

Magelang, tidak terasa lagi oleh mereka bertiga, padahal mereka bertiga tidak memakai jaket

dan helm.

“Ini tempatnya Yu??” mata Tumijah langsung menelusuri setiap sudut bangunan cafe Rstart.

Menurut Tumijah cafe baru yang dimaksud oleh Ayu ini biasa saja tidak ada yang spesial,

justru terlalu megah dengan dekorasi lampu-lampu taman, dan pengunjung cafe kebanyakan

bapak-bapak yang sudah berkeluarga tidak ada anak mudanya kecuali para waiters dan

pemain music yang lagi live perfom membawakan tembang lagu tahun sembilan puluhan.

“Wealah say, pasti mahal banget minuman dan makanannya disini, lihat saja tempatnya

begitu mewah say, eke gak bawa uang banyak” Benu berkata dengan mengubah suaranya

mirip perempuan.

“Ngomong apaan sih kamu itu Nu. Malah seperti bencong aja. Tenang-tenang, sepertinya

kalo cafe baru itu, lagi gencar-gencarnya promo, pasti murah kok santai aja Nu, nanti kalo

seandainya kurang, kan ada boss kita yang paling cantik dan tidak sombong sekota

Magelang” Ayu tersenyum ke arah Tumijah.

“Siiialan kamu Yu. Kamu enggak salah memilih cafe barunyakan, YU??” Tumijah hanya

tersenyum tipis di akhir kalimatnya. Tempat favorite Tumijah itu ya di cafe Topgrezer, yang

suasanya terlihat remang-remang gitu, tapi banyak anak kuliahannya dan para Abg tua.

“Ya enggaklah Jah, memang ini cafe yang aku maksud tadi pagi itu, gimana bagus kan

cafenya. Ayu gitu loh??” Tumijah hanya menganggukkan kepalanya tanpa berkomentar

banyak kepada Ayu. “Ya sudahlah berhubung sudah ada disini apa boleh buat” batin

Tumijah.

Mereka bertiga akhirnya langsung masuk ke dalam cafe tersebut, penampilan Benu malam ini

juga berbeda dari malam sebelumnya, dengan kaos oblong ketat berwarna hitam melapisi

tubuhnya yang sangat kekar di tambah celana jins cut bray dengan robekan kecil-kecil

dibagian lututnya turut melengkapi penampilannya yang sangat macho sekali malam ini. Kalo

penampilan Ayu malam ini hanya menggunakan rok mini kotak-kotak berwarna merah, kaos

oblong berwarna kuning dan sepatu converse berwarna hitam bertali pink.

Sementara itu sebelum benar-benar terlelap untuk beristrirahat. Bapak dan ibunya Tumijah

berbicara di atas tempat tidurnya.

“Bu, Ayah kok jadi semakin khawatir sama Tumijah ya”

“Lah emang kenapa lagi Yah, sudahlah Yah, sekarang Ayah istirahat saja, tidak usah di

pikirkan yang negatif-negatif gitu tentang Tumijah, tidak baik memikirkan hal yang negatif

kepada anaknya sendiri. Tadikan Ayah sudah melihat sendiri ke dalam kamarnya Tumijah

kan. Dia lagi belajar kan Yah” Ibunya Tumijah terus bersusah payah meyakinkan Ayahnya.

Page 44: M46314 n6

44

“Iya Bu, Ayah selalu berpikiran yang positif terus kepada anak kita satu-satunya itu, tapi tadi

waktu Ayah mengecek Tumijah di dalam kamarnya, Ayah mencium bau rokok dan

menemukan korek api gas di dekat jendela kamarnya. Alasan Tumijah tadi, saat bilang sama

Ayah untuk menyalakan lilin jika terjadi mati lampu di rumah ini. Perasaan Ayah, kalo terjadi

mati lampu dirumah ini dia pasti turun kebawah sama kita, dia kan tidak pernah berani di

dalam kamar sendirian Bu” Ayahnya Tumijah langsung bersandar di tempat tidurnya.

“Ibu berani menjamin Yah, kalo Tumijah tidak akan melakukan hal yang negatif Yah, apalagi

mencoba untuk merokok. Percayalah sama ibu ya Yah”

“Ibu itu selalu saja membela anak kita satu-satunya itu, iya kalo benar, kalo salah bagaimana?

Apakah ibu masih membelanya? kita itu tidak boleh memanjakan Tumijah lagi Bu.”

“Huust Ayah itu tidak baik bilang seperti itu, sudah berapa kali ibu bilang sama Ayah, tidak

boleh berpikiran yang negatif sama anaknya sendiri. Ya sudah kita tidur saja yuk Yah, ibu

sudah ngantuk banget”

“Emang cuma ibu saja yang mengantuk, berdoa dulu Bu dan jangan lupa membaca alkitab

sebelum tidur”

“Iya-iya, ibu sudah tahu Yah, Ayah juga tuh, jangan lupa berdoa dan membaca alkitab

sebelum tidur”

Ayah dan ibunya Tumijah mengambil alkitabnya masing-masing yang tersimpan rapi di salah

satu rak meja kamarnya. Sebelum tidur Ayah dan Ibunya Tumijah, langsung mengambil

sikap sempurna untuk berdoa, karena setiap malam memang tidak pernah lupa untuk berdoa

dan membaca alkitab. Ayah dan ibunya Tumijah juga tidak pernah bosan mendoakan

Tumijah putri satu-satunya itu, supaya Tumijah menjadi anak yang baik, berbakti kepada

orang tuanya, rajin beribadah dan rajin berdoa.

“TUHAN YESUS bapak kami yang di surga, terimakasih TUHAN karena hari ini engkau

tidak pernah bosan menyertai dan memberkatiku dalam menjalani aktifitas sehari-hari.

Bersedia melindungiku dan keluarga kecilku ini dari mara bahaya. TUHAN aku serahkan

semua kehendakmu dan bimbinglah anakku satu-satunya yang bernama Tumijah, supaya dia

menjadi anak yang baik dan takut akan TUHAN. TUHAN aku mau tidur, aku serahkan juga

badan ini untuk beristrirahat yang cukup, supaya besok pagi bisa kembali beraktifitas dengan

semanagat. Dalam nama YESUS Amiiien.” doa Ayahnya Tumijah sebelum tidur.

“TUHAN Ampunilah segala kesalahan kami jika kami salah dalam membimbing anak kami

yang bernama TUMIJAH, aku yakin dia adalah anak yang baik mau menuruti apa kata kami,

bukalah pintu hatinya ya TUHAN semoga dia rajin datang beribadah kegereja dan berdoa

setiap hari, jagalah dia dari segala bentuk godaaan iblis dan lancarkanlah kegiatan dia

disekolah. Tuhan aku juga berdoa untuk suamiku yang sudah bersusah payah mencari uang

untuk keperluan sehari-hari dalam keluarga ini, jagalah dia dari bentuk marabahaya yang ada

diluar sana selama dia sedang beraktifitas dalam pekerjaannya. TUHAN aku serahkan juga

segalanya dalam semua kuasamu, pribadi lepas pribadi dan bangunkanlah aku di pagi hari ya

TUHAN. Dalam nama TUHAN YESUS Amiiienn.” doa Ibunya Tumijah sbelum tidur.

Sementara itu Tumijah, Benu dan Ayu duduk di bawah meja paling ujung yang ada payung-

payungnya, tidak membutuhkan waktu lama untuk menunggu, seorang waiters cowok

langsung menghampiri mereka. Suasana di dalam cafe ini memang sangat ramai apalagi ada

live perfom dari sebuah band yang beranggotakan lima orang remaja cowok, tapi pengunjung

Page 45: M46314 n6

45

golongan muda bisa di hitung dengan jari tangan saja. Rata-rata pengunjung yang datang ke

cafe Rstart ini bersama keluarganya semua.

“Silahkan mbak-mbak dan mas, mau pesan apa biar saya tulis?” pelayan cowok itu langsung

menyodorkan buku menu makanan dan menu minuman ke meja mereka bertiga.

“Cafe apa ini mas?? kok cuma sedikit muda-mudinya??” tanya Tumijah sangat kesal.

“Khusus malam ini acaranya koes plus an mbak” jawab Mas waiters tersebut dengan raut

wajah bahagia ke arah Tumijah. Tumijah hanya bisa menghela nafas lebih panjang lagi

Ayah betapa ku agungkan, betapa ku harapkan

Ayah betapa kau berpesan, betapa kau doakan

Ayah betapa pengalaman dahulu dan sekarang

Ayah rambutmu tlah memutih cermin suka dan sedih

Terdengar jelas nyanyian seorang vokalis remaja cowok di atas panggung dengan mengcover

lagu berjudul Ayah dari group band koes plus.

“Wealah, salah masuk cafe ini Jah, kamu itu gimana sih Yu?” kata Benu sambil menapuk

jidatnya sendiri di akhir kalimatnya.

“Hehehhe maaf-maaf, aku kan juga baru pertama kalinya datang kesini, jangan salahin aku

dong, salahin aja yang punya cafe ini. Sudah nikmatin saja, walaupun susananya enggak

banget tapi kita bisa leluasa ngobrol sampai jam setengah sepuluh malam loh” Ayu membela

diri.

“Ya ya ya. Ya sudah kalo begitu yu, kamu saja yang pesan, aku ikut kamu aja menu makanan

dan minumannya. Dari pada aku pulang beneran malam ini” Tumijah sekarang mulai

tersenyum manis ke arah waiters cowok yang sudah berdiri gagah dari tadi di depannya.

“Aku juga sama Yu” kata Benu sambil menyalakan rokok marllboronya.

“Kalian itu hobinya ikut-ikutan aku terus, tidak kreatif tahu gak” Ayu langsung melihat

semua daftar menu makanan dan minuman yang dia pegang, matanya menelusuri sangat

detail seluruh menu dari atas sampai ujung bawah sekali dan di bolak-balik mencari harga

makanan dan minuman yang paling murah. “Buseet mahal-mahal” batin Ayu. Berhubung

harga makanan di cafe ini yang paling murah cuma nasi goreng dan es teh seharga dua belas

ribu per porsi jadi tidak ada pilihan lagi. “Bagaimana kalo nasi goreng saja ya teman-teman??

okay-okay.” sambungnya lagi. Ayu langsung tersenyum lebar kepada kedua temannya yang

sekarang terlihat KB (Kecewa Banget) padahal Tumijah dan Benu belum mejawab.

“Terserah” kata Tumijah dan Benu bersamaan sambil memandang Ayu. Mereka berdua

sudah sangat kecewa sama Ayu, datang ke cafe Rstart yang sungguh mewah tapi cuma

makan nasi goreng dan minum es teh saja.

“Mas khusus es tehku gulanya jangan banyak-banyak ya, nanti kemanisan. Aku kan sudah

manis iya gak Mas” Tumijah langsung mengedipkan mata kananya dan membusungkan

dadanya. Mata pelayan itu yang tadinya hanya melihat raut wajah Tumijah, kini langsung

berubah melototin bagian yang menonjol dari badan Tumijah.

Page 46: M46314 n6

46

“Aku ganti jus melon aja, ada kan Mas?? hari gini minum es teh terus, apa kata dunia.” kata

Benu. Mas waiters itu masih setia melamun memandang dada Tumijah. “Woi mas!! ditanya

kok malah diam saja” sambungnya lagi.

“Maaf maaf, maaf Mas, apa tadi mbak?” Mas waiters ini terlihat salah tingkah.

“Wah Mas ini sebenarnya niat bekerja apa enggak sih kok gak serius melayani tamunya. Mau

aku laporkan ke Managernya??” Ayu mengambil paksa bolpen dan kertas dari genggaman

tangan kanan Mas waiters cafe.

Setelah memesan menu makanan dan minuman, Ayu dan Benu sekarang jadi semakin

penasaran dengan Tumijah, tentang apa saja yang sudah Tumijah bicarakan dengan cowok

ganteng yang bertemu tadi pagi di foodcourt mall artos, mereka berdua masih menyimpan

satu pertanyaan yang sama di dalam kepala mereka masing-masing kepada Tumijah,

bagaimana caranya, kok bisa sampai-sampai dibelikan barang-barang bermerek luar negri

seperti kaos label Carol, celana Hotpants label Leav, sepatu sandal lebel Madin dan Jam

tangan label Skull.

“Jah, oiya tadi pagi itu bagaimana ceritanya kok kamu bisa dibelikan barang-barang mahal

sama cowok ganteng yang ketemu tadi pagi di mall artos sih, gimana cara merayunya?? aku

kan juga mau seperti itu.” tanya Ayu.

“Tahu seperti itu, tadi pagi aku dan Ayu tidak akan buru-buru meninggalkan kamu Jah,

setahuku jika ada cowok yang deketin kamu paling-paling hanya bayarin makan dan bayarin

isiin pulsa terus di antar pulang” Benu mulai heboh.

“Hahahaha pokoknya gitu deh, siapa dulu dong Tumijah gitu loh, tahu gak kalian berdua,

ternyata dia anak kuliahan loh, kalo tidak salah dia masih semester tiga atau enam ya aku

lupa, yang pasti dia kuliah di Universitas Negri Magelang dan dia juga anak orang kaya

nomor dua di kota Magelang ini, betapa beruntungnya aku ini kan, tadi saja sebelum kita

berangkat kesini, aku di telepon sama dia, banyak deh ngobrol-ngobrol sama dia, seperti

kebanyakan para cowok-cowok yang sudah-sudah, dia terlalu berharap gitu sama aku.”

Tumijah kali ini tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya kepada kedua teman-temannya.

Terlihat jelas dari raut wajahnya kini mulai berubah berwarna pink.

“Siapa namanya cowok itu Jah, aku sampai lupa??” tanya Ayu.

“Tomy. Yu.” jawab Tumijah dengan penuh semangat.

“Kelihatannya kamu suka ya sama dia, jangan bilang kamu juga jatuh cinta sama cowok tajir

mampus itu? lihat saja mukamu langsung berubah pink gitu Jah??” Benu langsung

menghembuskan kepulan asap putih di langit-langit.

“Mana mungkin aku jatuh cinta sama dia, kalo suka sih iya karena dia lumayan ganteng, tapi

kalo untuk jatuh cinta kelihatannya nanti dulu deh, hobiku kan paling suka mainin cowok”

jawab Tumijah membela diri.

Tidak lama kemudian pesanan mereka bertiga pun berdatangan di atas meja.

“Ayo makan dulu, nanti keburu dingin nasi gorengnya” Ayu langsung mencuri start.

Setelah menghabiskan nasi goreng mereka melanjutkan obrolannya.

Page 47: M46314 n6

47

“Oh iya Nu, Yu, emang Pub itu apaan sih, soalnya tadi Tomy mengajakku ke Pub gitu deh??”

tanya Tumijah dengan sangat polos.

“Kalo aku tidak salah, itu sejenis diskotik gitu Jah, emang di kota Magelang ada ya?” jawab

Ayu. “Kok aku baru tahu” sambungnya lagi.

“Wealah, ya enggak adalah Yu, Jah, asal kalian tahu di kota Magelang ini kan baru saja

berkembang, contohnya saja mall besar seperti di artos, juga belum lama kan di bangun tapi

sesudah jadi, semua masyarakat langsung heboh dan beramai-ramai datangan kesana, apalagi

kalo besok ada Pub. Aku sama sekali tidak bisa membayangkannya. Kecuali kalo di kota-

kota besar seperti di kota Yogyakarta. Jangankan Pub tempat-tempat mesum berkedok salon

juga banyak disana?? bagi aku kalo di kota Magelang yang paling heboh itu ya pasar malam

yang ada dangdutannya seperti di alun-alun kemarin” Benu ceplas-ceplos berkata tanpa

beban sambil tertawa lepas di akhir kalimatnya.

“Tapi ini beneran Nu, Yu?? malam ini aku di ajak Tomy untuk pergi ke Pub, katanya malam

ini baru di buka, tempatnya juga di dalam mall artos, lantai atas dekat tempat foodcourt tadi

pagi itu, sumpah aku tidak bohong” Tumijah berusaha untuk meyakinkan kedua temannya.

“Kalo benar ada, berarti bagus deh, sudah berkembang sangat pesat dong kota Magelang ini

dan kita bisa kesana setiap malam minggu, tidak pergi ke alun-alun lagi. Ngomong-ngomong

kenapa kita tidak ke Pub saja malam ini, ide bagus kan??” kata Ayu dengan polosnya.

“Wealah, besok itu kita masuk pagi loh??. Ingat sekolah woi. Lagian kita juga tidak punya

uang??. Emang siapa yang mau bayarin kita masuk kedalam Pub??. Terus kita di dalam

ngapain?? cuma gigit jari lihatin orang suterees geleng-geleng kepala sampai mabok dan

muntah. Setahuku masuk ke tempat begituan biayanya sangat mahal sekali.” Benu langsung

menyalakan sebatang rokok mallboro menthol dan menghembuskan kepulan asap putih ke

wajah Tumijah.

“Gampang deh. Bisa saja sih, kalo aku mau” jawab Tumijah tanpa beban sedikitpun yang

terpancar di raut wajahnya sambil membuyarkan kepulan asap rokok yang keluar dari mulut

Benu dengan tangan kanannya.

“Maksudmu Jah??” Ayu menggaruk-garuk rambut panjangnya.

“Kan ada si Tomy hehehehe” Tumijah langsung menyalakan sebatang rokok sampoerna mild

menthol yang dia ambil lagi dari balik saku celana hot pantsnya.

Tiga Abg ini sangat-sangat tidak baik tingkah lakunya setiap malam keluar rumah, bukannya

belajar dirumah, eh malah nongkrong di cafe ketawa-ketiwi sampai jam setengah sepuluh

malam, kalo kedua orang tua mereka sempat tahu, bisa marah sekali, apalagi usia mereka kan

masih sangat muda. Mau jadi apa mereka besok. Kalo seperti ini semua modelnya generasi

muda di indonesia bisa kacau sekali, bukannya tambah maju malah tambah mundur ratusan

kilo meter.

Jam di cafe tersebut sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Alhasil Benu, Ayu

dan Tumijah langsung bergegas pulang.

“Sampai berjumpa besok pagi ya teman-teman” Tumijah sudah berdiri di ujung gang dekat

rumahnya.

“Okay Jah. Siiip” kata Benu dan Ayu yang langsung meninggalkan Tumijah.

Page 48: M46314 n6

48

Abg putri ini bukannya langsung pulang malah menelpon Tomy untuk menjemputnya.

“Tom, kamu dimana??”

“Aku sudah di dalam Pub Priss, kenapa tadi teleponku kamu matiin, aku kan belum selesai

berbicara” suara dentuman musik dj terdengar jelas di telinga Tumijah “Iam sexy and I know

it”. Tumijah semakin penasaran oleh sebuah tempat yang bernama Pub tersebut.

“Maaf ya, tadi Hpku mendadak low batrenya, ini aku juga barusan pulang dari pergi sama

kedua temenku, oo ya sudahlah kalo begitu, maaf mengganggumu” Tumijah memancing

Tomy untuk segera menjemputnya.

“Aku jemput kamu ya Priss, disini seru banget loh” Tomy semakin bersemangat merayu

Tumijah. “Akhirnya aku di jemput juga sama Tomy, yes, yes yes” batin Tumijah.

“Okay aku tunggu di jalan sudirman aja ya, depan bank Magelang, tahu kan. Soalnya tadi

kedua temenku kejauhan mengantarku pulang ke perumahan gladio. Tapi beneran aku boleh

ikut gabung sama temen-temenmu, tapi aku penampilannya biasa aja loh??. Nanti kamu

malah minder lagi bertemu sama aku, kamu yakin aku boleh ikut?? nanti aku sampai sana

malah di cuek in kayak patung Semar?” Tumijah sengaja merendahkan dirinya. Padahal

dalam hatinya senang sekali bisa datang ketempat begituan, ini adalah pengalaman pertama

kalinya Tumijah datang ke sebuah Pub.

“Boleh kok tidak ada yang marah, disini juga tempatnya bebas, mau berpenampilan apa saja

juga boleh. Kenapa aku harus minder bertemu sama kamu. Biasa aja kali, justru kalo kamu

ada disini aku sangat senang sekali, jadi tidak kesepian, habisnya temen-temenku pada curang

membawa pasangannya semua. Cuma aku yang sendirian tanpa pasangan.” Alhasil tidak

lama kemudian Tomy menjemput Tumijah di jalan sudirman depan bank Magelang

menggunakan mobil sedan merahnya. Tumijah berlari cepat menuju jalan sudirman depan

bank Magelang, untung tidak terlalu jauh jarak jalan sudirman dengan gang rumah Tumijah.

Langit Biru

Matahari kembali menampakkan badannya yang berwarna kuning pekat terang dan sangat

besar sekali, menunjukkan sebagai salah satu ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa. Burung-

burung emprit pun mulai bernyanyi dengan sangat merdu di balik dahan-dahan pohon jambu

hingga suaranya menembus aktifitas pagi di kota Magelang. Seluruh jalanan pun yang

tadinya terlihat sangat sepi, kini menjadi sangat ramai sekali. Apalagi suasana di dalam kelas

sepuluh G SMA 463 kota Magelang sudah seperti pasar ikan yang sibuk melakukan transaksi

jual beli ikan. Maklum sang guru tidak kunjung datang ke kelas sepuluh G. Aktifitas di dalam

kelas terlihat ada yang lagi ngobrolin tentang sinetron, ada yang lagi mondar-mandir keluar

masuk kelas dan ada juga yang lagi ngebahas soal sepak bola tadi malam. Tapi ada seorang

Abg putri yang tidak ramai seperti teman-temannya, malah dia sedang terlihat duduk manis

sambil asik melamun kearah buku tulisnya. Entah sebab apa yang membuatnya menjadi

seperti itu pagi ini. Biasanya Abg putri yang satu ini biang keroknya kehebohan di dalam

kelas sepuluh G.

“Kamu itu kenapa toh Jah, dari pertama datang ke sekolah sampai sekarang duduk di dalam

kelas selalu tersenyum terus memandang buku tulismu, emang ada pa toh dengan buku

Page 49: M46314 n6

49

tulismu??, aneh tidak seperti biasanya, awas loh nanti bisa kesurupan mbah Surip.” Ayu

langsung menyenggol bahu kanan Tumijah.

“Wealah, sepertinya Tumijah ini lagi di mabok cinta Yu” Benu berusaha mengganggu

pandangan Tumijah dengan tangan kanannya, tetapi Tumijah tidak menanggapinya masih

setia melamun dan asik tersenyum ke arah buku tulisnya.

“Yu lihat hari ini seorang target sedang duduk manis di arah jam dua” Benu menunjuk jari

telunjuknya kearah sebelah kanan tepatnya kepada seorang siswa yang bernama Billy.

“Jah kamu mau ikut ngusilin Billy gak??” tanya Ayu.

“Enggak. Hari ini aku malas sekali untuk ngusilin orang di dalam kelas ini, kalian berdua saja

sana” jawab Tumijah masih setia melamun ke arah buku tulisnya dan kini buku tulisnya

sudah di coret-coret bergambar dua orang cewek cowok yang sedang bergandengan tangan

dan di atas kepalanya ada awan berbentuk love, love, love, banyak sekali.

Dengan cepat Ayu dan Benu sudah berhasil duduk dibelakang bangku Billy. Billy tidak

menyadari kalo hari ini dia yang menjadi target sasaran empuk keusilan Benu dan Ayu di

dalam kelas.

“Woi sedang ngelamun apa Bro?” Benu langsung menjitak kepala Billy dari arah belakang.

Billy pun langsung terkejut dan mengusap-ngusap kepalanya yang terasa sangat panas sekali

gara-gara di jitak Benu dengan sangat keras.

“Aduh. Astaga naga, onde monde tuesday everyday, ambo kirain Hantu!!, ada apa Nu, Yu.”

jawab Billy dengan logat campur aduk padang, indonesia, dan inggris, terlihat jelas di raut

wajahnya juga kalo dia sedang kesakitan.

“Bil, aku boleh minta tolong gak sama kamu??” Ayu membelai lembut dagunya Billy.

“Boleh minta tolong apa itu, Yu?” jawab Billy dan langsung tersenyum manis di akhir

kalimatnya.

Belum sempat mengusuli Billy, bell tanda memulai pelajaranpun bedering sangat keras

hingga keseluruh sudut SMA 463 kota Magelang. Ini tandanya sudah lima belas menit

memulai pelajaran. Dengan cepat seluruh siswa-siswi sepuluh G duduk manis kembali ke

bangkunya masing-masing, termasuk Benu dan Ayu juga. Mereka sudah mengerti betul kalo

bunyi bell itu pasti ada seorang guru yang masuk kedalam kelasnya karena pergantian jam.

Di dalam kelas sepuluh G, hanya bangku Tumijah, Ayu dan Benu yang sangat mencolok

terlihat berbeda. Mereka bertiga ternyata duduk sebangku paling belakang sendiri sebelah

kanan.

“Selamat pagi semua” kata bapak guru yang memiliki bentuk badan pendek dan gemuk

sambil melangkahkan kakinya masuk menuju tempat duduknya dengan membawa lima

tumpuk buku matematika. Suasana di dalam kelas menjadi sangat hening, apalagi bapak guru

sudah memegang kumisnya dengan tangan kanannya dan perlahan memuntirkannya ke arah

depan. Itu pertanda bapak guru Joni sudah siap untuk menyuruh setiap siswa-siswinya

kedepan kelas secara bergantian. Kebiasaan bapak guru yang satu ini memang sungguh unik,

selalu mengecek penampilan siswa-siswinya sebelum memulai pelajarannya. Bisa dibilang

bapak guru Joni orang yang sangat memperhatikan kerapian siswanya di dalam kelas.

Page 50: M46314 n6

50

Setelah semuanya sudah pada maju bergantian kedepan kelas termasuk Ayu, Tumijah dan

Benu. Pak Joni memanggil ulang sekali lagi mereka bertiga. “Ayu, Tumijah dan Benu kalian

maju lagi di depan kelas” bapak guru Joni merasa aneh dengan penampilan mereka bertiga.

“Kalian ini selalu membuat sensasi, lihat penampilan kalian bertiga berbeda dari teman-

teman kalian yang ada di dalam kelas ini” Pak Joni masih setia memperhatikan penampilan

Ayu, Tumijah dan Benu.

“Dasar guru tidak tahu fashion” Benu berkata dengan setengah suara.

“Apa kamu bilang Benu?? kamu masih bisa membela diri. Penampilanmu saja sudah seperti

pereman pasar!! itu yang namanya fashion. Asal kamu tahu ya, bapak ini dulu pernah

menjadi seorang juri lomba busana dan fashion sekota Magelang. Jadi bapak lebih mengerti

fashion dari pada kamu, kamu mengerti.” bapak guru Joni marah-marah langsung dihadapan

wajah Benu. Benu hanya bisa berdiam diri saja tidak berani menatap kedua bola mata bapak

guru Joni yang kini terlihat melotot tajam.

“Terus salah aku dan Tumijah apa Pak?” Ayu berputar-putar seperti seorang model tingkat

kecamatan yang sedang berlomba di panggung pentas tujuh belasan.

“Ayu kamu masih tidak menyadari kesalahanmu itu?? lihat saja sepatumu berwarna-warni

dan rok mu itu seperti kekurangan bahan!!” jawab Pak guru Joni dengan suara lantangnya.

Pandangan bapak guru Joni langsung berubah ke arah Tumijah.

“Kalo kesalahanku apa sih bapak Joni sayang?? kok Tumijah disuruh kedepan lagi.

Tumijahkan capek bolak-balik kedepan” Tumijah tersenyum manis dan mengedipkan

matanya sebelah kiri di akhir kalimatnya kepada bapak guru Joni. Bapak guru Joni pun

langsung berubah seratus lima puluh derajat dari raut wajahnya yang tadi terlihat sangat

marah sekarang jadi terlihat lebih santai seperti di pantai, ya seperti tidak terjadi apa-apa.

“Tumijah, lain kali kamu itu tidak usah pakai rok sexy seperti itu lagi ya, terlalu sangat

menggoda, bapak takut nanti temen-temen kamu yang lain, berbuat yang semena-mena sama

kamu” bapak guru Joni berkata dengan suara penuh lembut lalu tersenyum di akhir

kalimatnya dan mengusap-ngusap rambut pendek Tumijah.

“Bapak itu sungguh tidak adil, kalo sama Tumijah suaranya lembut sekali, tiba giliran kita

berdua dimarah-marahin tanpa senyum sedikitpun” Benu berusaha membela diri dengan

penuh rasa kesal sekali.

“Wuuuuuuu” sorakan siswa-siswi di dalam kelas sepuluh G.

Sementara itu ibunya Tumijah terlihat sedang asik menyapu di halaman rumahnya, dan tidak

lama kemudian tetangganya dua orang ibu-ibu langsung menghampiri ibunya Tumijah.

“Jeng, maaf ya sebelumnya, semalam suami saya itu melihat Tumijah pulang dini hari sekitar

jam tigaan gitu loh Jeng, pakai mobil taxi hitam di depan gang. Emang dia dari mana Jeng?

Kok dini hari baru pulang kerumah”

“Tidak kemana-mana Bu Ari, mungkin suami ibu salah lihat kali, anak saya itu semalam

dirumah loh tidak kemana-mana” Raut wajah ibunya Tumijah mulai bingung. Padahal

semalam itu Tumijah memang pergi ke Pub di jemput oleh Tomy dan pulang naik taxi karena

Tomy sudah mabok berat sampai muntah-muntah.

Page 51: M46314 n6

51

“Iya loh bu, Tumijah itu juga sering keluar malam, saya juga melihat sendiri Tumijah sering

bonceng tiga sama temannya memakai sepeda motor Rx-King” kata Bu Zainal.

“Tidak mungkin Bu, anak saya itu tidak pernah keluar malam. Saya sendiri juga selalu

mengawasinya di dalam rumah.”

Ibunya Tumijah mendapat kabar seperti itu, seperti sedang di sambar petir di siang bolong

dan kejatuhan batu sebesar rumah dari luar angkasa. Ibunya Tumijah langsung masuk

kedalam rumahnya meninggalkan ibu-ibu tadi tanpa sepatah katapun yang keluar dari

mulutnya, lalu dia mengambil segelas air putih dan duduk di ruang tamu. Menenangkan diri,

sambil terus berpikiran positif kepada anak putri satu-satunya itu.

“Tumijah, Tumijah, kamu itu selalu membuat ibumu khawatir nduk” batin ibunya Tumijah.

Sementara itu di dalam kelas sepuluh G, bapak guru Joni sedang serius sekali menerangkan

berbagai macam rumus matematika di depan papan tulis. Tumijah sama sekali tidak bisa

konsentrasi mengikuti pelajaran karena rasa kantuk dan rasa lelah menyerangnya dengan

sangat luar biasa dirasakannya. Alhasil Tumijah pun tertidur pulas dengan posisi kepala

menunduk di atas meja. Ayu dan Benu tidak tahu kalo Tumijah semalam pergi bersama

Tomy ke Pub sampai jam tiga dini hari.

“Wealah, Yu. Lihat Tumijah malah sempat-sempatnya tidur, mentang-mentang Pak guru Joni

tidak pernah marah sama Tumijah, dia seenaknya saja tidur di dalam kelas, coba kalo kita

yang tidur di dalam kelas pasti sudah melayang tuh sepidol dan penghapus dari papan tulis ke

kepala kita masing-masing” Benu sangat serius sekali memperhatikan bapak guru joni

mengajar. Cuma bapak guru Joni saja yang paling ditakuti oleh Benu.

“Tumijah gitu loh, Nu, Nu, Nu. Coba deh perhatiin Tumijah lebih detail lagi, tidurnya pakai

acara ngiler gitu, ih dasar jadi cewek kok jorok banget, aku aja yang cewek banget tidak

separah itu kalo tidur, aku jadi heran kenapa para cowok-cowok kok bisa suka sih sama

Tumijah” Ayu menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Tumijah tertidur pulas sambil terus

mengeluarkan ilernya yang menetes kepermukaan lantai kelas.

“Jah-Jah bangun Jah, ada cowok ganteng nyariin kamu tuh katanya ingin ngasih kado dua

pasang bikini pantai bermerek Ladys” Benu berbisik pelan ketelinga Tumijah sebelah kanan.

“Dasar cerewet, mengganggu orang tidur saja. Bangunin aku kalo sudah bunyi bell istirahat

ya” jawab Tumijah tanpa gerakan sedikitpun, masih setia dalam posisi kepala menunduk di

atas meja, Padahal ilernya Tumijah sudah menetes sampai kemana-mana di permukaan lantai

kelas.

Dua jam kemudian pelajaran bapak guru Joni sudah selesai, bell tanda istirahat pun langsung

berbunyi nyaring ke seluruh sudut SMA 463 kota Magelang. Suasana di kelas sudah kembali

ramai seperti pasar ikan kembali. Tumijah langsung di bangunkan oleh Benu dan Ayu.

Sepuluh menit kemudian Tumijah baru berdiri dengan raut wajah berantakan seperti orang

yang belum mandi pokoknya kacau sekali Tumijah hari ini.

“Jam berapa sekarang Yu” Tumijah mengucek-ngucek kedua matanya lalu merogoh kaca

kecil di dalam tasnya segera merapikan rambutnya dan mengelap semua bekas iler yang

menempel di sekitar mulutnya memakai baju seragamnya.

“Jam sepuluh lewat lima belas menit Jah, ayo kita ke kantin Bu Ami sekarang”

Page 52: M46314 n6

52

“Iya nih, aku juga sudah lapar sekali, tadi itu pelajaran Pak Joni sangat-sangat membosankan

sekali” Benu langsung berjalan ke pintu kelas.

“Woi Nu. Tunggu in bentar” seru Tumijah langsung memasukkan kaca kecilnya ke dalam

tas.

“Iya nih Benu main tinggal-tinggalin aja.

Akhirnya mereka bertiga pergi ke kantin dan duduk manis di warungnya Bu Ami sambil

ketawa-ketiwi kesana kemari. Kebiasaan jelek mereka bertiga jika sudah berada di

warungnya Bu Ami, selalu tidak jujur dalam membayar makanan dan minuman yang telah

mereka ambil. Contohnya saja makan bakwan kawi enam buah yang dibilang cuma makan

dua saja. Jadi jangan pernah mencontoh para ketiga Abg ini ya. Ingat walaupun harganya

tidak seberapa kita harus bersikap jujur dalam membayarnya.

Langit terlihat sangat mendung menyelimuti seluruh sudut kota Magelang, mobil angkot yang

dikemudikan oleh Ayahnya Tumijah, tiba-tiba mogok di pinggir jalan tepatnya dekat rumah

sakit RSJ kota Magelang, hingga seluruh penumpang yang berada di dalam angkotnya

marah-marah dan langsung keluar menaikki angkot lainnya. Ayahnya Tumijah terpaksa

memanggil teman-temannya sesama supir angkot supaya mobil angkot milik Ayahnya

Tumijah bisa di tarik dan dibawa masuk ke dalam bengkel mobil terdekat.

“TUHAN kenapa mobil angkotku mogok, mau makan apa hari ini Tuhan, kalo aku tidak bisa

menarik penumpang hari ini. Uang yang terkumpul baru enam puluh ribu, ini tidak cukup

TUHAN, aku juga harus menyetor lima puluh ribu kepada pengelola pangkalan dan

membayar bengkel” kata Ayahnya Tumijah dalam hati sambil memandang mesin mobil

angkotnya di bongkar oleh seorang montir mobil berseragam biru.

Setelah empat jam menunggu, akhirnya mobil angkot milik Ayahnya Tumijah sudah selesai

di perbaiki. Ayahnya Tumijah terkejut ketika mendengar biaya yang harus dia keluarkan

untuk membayar bengkel tersebut sebanyak dua juta tiga ratus ribu rupiah.

“Maaf mas, sepertinya saya tinggal dulu mobil angkot saya disini. Saya juga tidak

mempunyai uang sebanyak itu, mungkin dua minggu lagi saya baru kesini” Pemilik bengkel

itu hanya memandang raut wajah Ayahnya Tumijah dengan penuh curiga.

Sepuluh menit kemudian.

“Baiklah Pak, tidak apa-apa, tapi jangan lewat dari dua minggu ya, kalo lebih dari dua

minggu mobil bapak terpaksa saya jual dari pada memenuhi bengkel saya saja, saya juga

tidak mau seperti kejadian-kejadian sebelumnya yang sama persis awal mulanya seperti

bapak juga dan ujung-ujungnya tidak balik lagi. Malah menyuruh orang lain membawa paksa

mobilnya”

“Terimakasih banyak Mas, saya pasti akan menepati janji saya, percayalah.” Ayahnya

Tumijah berusaha meyakinkan sang pemilik bengkel.

Ayahnya Tumijah langsung pulang kerumahnya menggunakan jasa ojek dengan raut wajah

tidak seperti biasanya, rasa sedih, lelah dan kecewa meyelimuti hatinya. Ibunya Tumijah

yang baru saja menyelesaikan mencuci pakaian di kali dekat rumahnya, sangat terkejut

melihat Ayahnya Tumijah sudah berada di dalam rumah duduk lesehan di lantai ruang

keluarga sambil meneteskan deras air matanya dan memandang langit-langit rumah.

Page 53: M46314 n6

53

“Ayah sudah pulang, kenapa Ayah menangis? ada apa Yah? ada apa?” Ibunya Tumijah

langsung meletakan ember pakaian diatas meja kayu sebelah televisi dan memeluk Ayahnya

Tumijah sangat erat.

“Tidak apa-apa Bu, Ayah hanya kecapean saja” suara Ayah Tumijah sangat parau.

“Terus mobil angkot Ayah kemana, kok tidak ada?” Ibunya Tumijah semakin penasaran.

“Maaf ya Bu, Ayah sebenarnya tidak mau cerita sama ibu, Ayah takut ibu marah besar sama

Ayah. Maafkan Ayah ya Bu” kata Ayahnya Tumijah sambil menangis dipelukkan Ibunya

Tumijah.

“Kenapa toh Yah, cerita saja, jangan membuat ibu kepikiran seperti ini, apapun yang terjadi

sama Ayah, ibu selalu ada buat Ayah dan selalu setia mendukung Ayah” ibunya Tumijah

berusaha meyakinkan Ayahnya Tumijah. Pikiran Ibunya Tumijah mulai kemana-mana.

“Jangan-jangan mobil angkot suamiku di curi orang” batin Ibunya Tumijah.

“Mobil angkot Ayah, mengalami kerusakan mesin Bu tadi pagi, Ayah tidak sanggup

membayar uang sebanyak dua juta tiga ratus ribu untuk perbaikkan mesin. Dan sekarang

mobil angkot milik Ayah terpaksa Ayah tinggalkan di bengkel mobil dekat RSJ.” Ayahnya

Tumijah langsung mengusap air matanya dengan kedua tangannya.

“Oo begitu ceritanya. Ya sudah Yah, tidak apa-apa nanti kita cari solusinya sama-sama ya

Yah, tidak usah sedih gitu. Sabar ya Yah. Ayah kan sudah melakukan yang terbaik buat ibu

dan Tumijah, meskipun keluarga kita ini serba berkecukupan tapi ibu yakin TUHAN

mempunyai rencana lain untuk kita sekeluarga yang lebih indah dan Tuhan tidak akan pernah

tinggal diam begitu saja melihat anaknya yang lagi kesusahaan” Ibunya Tumijah tersenyum

di akhir kalimatnya sambil mencium pipi kiri Ayahnya Tumijah.

Sementara itu jam dinding berbentuk rumah kayu yang terdapat di dalam ruangan bapak

kepala sekolah SMA 463 kota Magelang. Sudah menunjukkan pukul satu siang lewat tiga

puluh menit, tangan kanan bapak kepala sekolah langsung menekan tombol bundar kecil

berwarna merah muda yang menempel erat di sebelah atas kursinya. Dengan sekejap bell

berdering sangat kuat menyebar ke seluruh ruang kelas, ini pertanda proses belajar mengajar

sudah selesai dan seluruh siswa-siswi mulai berhamburan pulang kerumahnya masing-

masing.

Tapi itu tidak berlaku kepada tiga Abg ini. Tumijah, Ayu dan Benu, mereka bertiga bukannya

pulang kerumah masing-masing, eh malah langsung nongkrong di KFC mall artos.

Biasanyakan kalo setiap hari kamis banyak anak kuliahan yang sedang makan disana,

Tumijah terlihat sangat senang sekali hari ini bisa leluasa TPK dan TP (Tebar Pesona

Kecantikan dan Tebar Pinggul atau bisa juga di artikan dengan Tebar Paras Cantik dan

Terlihat Penggoda) kepada para remaja cowok khususnya anak kuliahan yang sedang makan

disana. “Asiik semoga hari ini ada korban lagi dan semakin banyak deh koleksi barang-

barangku di rak pakaian” kata Tumijah dalam hati.

“Hey Jah, kita mau duduk dimana nih?? di dalam atau diluar” mata Ayu langsung menelusuri

kursi besi stenlis yang masih kosong.

“Pertanyaan yang bodoh, ya di luarlah. Emang kalo di dalam boleh merokok ya??” jawab

Tumijah sambil memasang senyum yang sangat menggoda kepada para remaja cowok yang

sedang asik makan dan ngobrol bersama teman-temannya.

Page 54: M46314 n6

54

“Jah hari ini aku tidak mau keluar uang loh. Okay” Benu memindahkan uang jajannya yang

semula di saku baju sebelah kiri, sekarang langsung dimasukkan ke dalam dompet yang

berada di dalam tas Mointain hitam miliknya.

“Sudah jangan cerewet, kamu kan memang seperti itu, suka yang gratisan hahahaha sama

seperti aku. Jadi tenang saja Nu. Pasti kita akan makan dan minum gratis kok. Percayalah.”

jawab Tumijah cukup tenang sambil berjalan ke arah meja bundar diikuti oleh Benu dan Ayu.

Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya mereka bertiga menemukan tiga tempat duduk

kosong tepat di depan rombongan lima remaja cowok anak kuliahan yang semuanya

memakai baju almamater biru tua.

Suasana di KFC mall artos memang sangat ramai sekali dengan sebagian besar di penuhi oleh

anak kuliahan yang duduk di dalam ruangan maupun diluar ruangan KFC, ada yang lagi asik

ngobrol bersama pacarnya, ada yang lagi santai, dan ada juga yang sengaja datang di hari

kamis melepas penat untuk mencari fenomena cabe-cabean, cewek gampangan dan kimcil

anak sekolahan seperti Tumijah.

Mereka bertiga sengaja tidak memesan langsung minuman dan makanan, masih setia

menunggu calon korban Tumijah yang mau menghampiri ke meja mereka. Walaupun ada

beberapa Abg putri dari sekolahan lain yang duduk di kursi besi stenlis area luar KFC juga,

tapi tetap saja tidak bisa mengalahkan kecantikan dan kemolekkan tubuh Tumijah. Tumijah

pun sekarang langsung berdiri dari tempat duduknya dan langsung menuju ke dalam toilet

KFC.

“Wealah kok kamu malah pergi Jah.” kata Benu dengan polosnya. Ayu langsung mencubit

pinggang kiri Benu karena geram oleh kepolosan Benu.

“Kamu itu Nu, seperti tidak tahu Tumijah saja, dia itu pergi ke toilet bukan hanya untuk

berdandan atau buang air kecil saja, tapi mencari perhatian para cowok-cowok anak kuliahan

lihat saja cara jalan Tumijah sudah seperti super model kelas internasional yang berjalan di

atas catwalk”

“Oogitu ya Yu, iya-iya, tapi gak usah pakai acara cubit-cubitan kali. Tapi kamu yakin kita

bisa makan dan minum gratis disini? kok aku meragukan ya hehehe, lah kamu kenapa tidak

seperti Tumijah Yu??” Benu memancing emosi Ayu.

“Apa kamu bilang!! kamu menghinaku atau melecehkanku Nu?? mana ada yang mau sama

aku, secara fisik aku tidak terlihat sexy dan menggoda di bandingkan dengan Tumijah. Kamu

kan juga sudah tahu dari awal kita bertemu kalo aku ini tidak ada apa-apanya jika di

bandingkan sama Tumijah, aku kan kurus kerempeng, datar, memakai behel gigi dan terlihat

seperti robot jika tersenyum. Lah kamu juga! kenapa tidak mencari Tante-tante girang saja

atau Janda saja biar kita setiap hari bisa makan dan minum gratis, badanmu kan juga tidak

kalah kekar sama Ade rai” Ayu membela diri sambil menjewer telinga kanan Benu dengan

sangat kuat.

“Wealah Yu, Yu. Yu. Ampun-ampun. Hahahhaha, aku kan cuma bercanda, emang aku

cowok apaan??” Benu tersenyum di akhir kalimatnya dan melihatkan kedua otot tangannya

kepada Ayu.

Akhirnya Tumijah datang diikuti oleh dua orang remaja cowok anak kuliahan, satu bergigi

boneng berkumis tipis dan satu lagi berambut botak dengan jenggot pendek yang sangat

Page 55: M46314 n6

55

lebat. Pokoknya kedua mahasiswa yang mengikuti Tumijah itu sama-sama memiliki ke

gantengan di bawah SNI (standar nasional indonesia).

“Hai Yu, Nu. Ini perkenalkan Mas Ardi dan Mas Anton” Tumijah bertingkah laku seperti

sudah sangat mengenal akrab mereka berdua, para remaja cowok anak kuliahan tersebut.

Padahal kan baru lima menit yang lalu bertemu dan berkenalan dengan Tumijah, saat

Tumijah baru selesai keluar dari toilet KFC.

“Ayu”

“Benu” Benu dan Ayu saling memandang satu sama lain. “Gila Tumijah cepet banget

mencari korbannya” batin Benu dan Ayu bersamaan.

“Mari mas silahkan duduk” Tumijah mengambilkan dua kursi besi stenlis dari meja sebelah

kanan yang masih kosong.

“Wealah, oiya pada mau pesan apa nih mas, nanti biar Ayu yang pesanin ke dalam” Benu

tersenyum bahagia dan sekarang mencubit pelan pinggang Ayu sebelah kanan.

“Pakai duit kamu dulu ya bro, uangku kayaknya enggak cukup nih apalagi untuk mentraktir

mereka bertiga, ingat yang penting kita dapat nomor hp cewek bohay anak SMA ini bro,

lebih tepatnya kimcil bohay gitu loh, kapan lagi kita punya chanel anak SMA seperti dia. Ini

kesempatan emas buat kita bro jangan disia-sia in. Nanti kita menyesal dan sabun mandi

menjadi pelampiasan kita, kamu mau seperti itu. Aku tahu kok kalo kamu pasti bosan juga

kan bro, main sama ayam kampus terus hehehe” kata Ardi remaja cowok yang memiliki

rambut botak berjenggot pendek yang sangat lebat sambil berbisik pelan penuh hati-hati ke

telinga kiri Anton. Anton pun langsung tersenyum lebar. Menandakan dia setuju apa yang

telah di katakan oleh temannya itu.

“Tidak usah repot-repot biar Aku saja” jawab Anton remaja cowok yang memiliki bentuk

gigi boneng berkumis tipis dan langsung berdiri dari tempat duduknya.

Alhasil Ayu dan mas Anton pergi ke dalam memesan makanan dan minuman. Terkuras juga

uang Anton dua ratus empat puluh ribu rupiah dari dalam dompetnya. Ardi dan Anton tidak

menyadari kalo sebenarnya mereka sudah di manfaatkan oleh Tumijah. Dasar Abg putri yang

satu itu selalu saja mempunyai cara untuk mempergunakan penuh negatif kecantikan dan

bentuk tubuhnya yang sangat menggoda demi yang namanya makan dan minum gratis

bersama kedua teman-temannya, sekaligus juga memenuhi barang-barang koleksi di dalam

rak laci pakaiannya yang masih terlihat kosong. Lagi-lagi selalu saja ada sasaran empuk

untuk Tumijah beraksi.

Setelah selesai makan dan sedikit ketawa-ketiwi bersama dua remaja cowok anak kuliahan

tersebut. Benu dan Ayu langsung berpamitan untuk pulang meninggalkan Tumjah sendirian

bersama dua remaja cowok anak kuliahan tersebut dan Seperti biasa malam harinya pasti

mereka bertiga akan bertemu lagi untuk bergosip ria sampai jam setengah sepuluh malam.

“Maaf mas-mas, aku dan Benu pulang duluan ya, ada keperluan mendadak” kata Benu penuh

bohong. Padahal tidak ada keperluan apa-apa karena sudah kenyang makan dan minum

gratis.

“Ya sudah tidak apa-apa, nanti aku pulangnya gampang deh, kan ada mas Anton dan mas

Ardi” jawab Tumijah langsung dengan penuh semangat sambil mengedipkan matanya

Page 56: M46314 n6

56

sebelah kanan dua kali ke arah Ayu dan Benu. Sepertinya hanya mereka berdua yang paham

tentang kode kedipan mata Tumijah.

“Iya hati-hati di jalan ya” kata kedua remaja cowok anak kuliahan tersebut bersamaan yang

sudah teracuni oleh pikiran mesum mereka masing-masing kepada Tumijah.

Tidak lama kemudian, Tumijah, Anton dan Ardi langsung berjalan-jalan masuk ke dalam

mall artos sambil ketawa-ketiwi, padahal baru saja mengenal Tumijah tapi sudah kelihatan

akrab sekali. Wah Tumijah memang pintar membuat suasana menjadi meriah. Dua remaja

cowok anak kuliahan tersebut memang terlihat culun, cupu-cupu tapi dalam otaknya sungguh

mesum sekali, apakah model yang seperti ini yang di sukai Tumijah atau memang dua remaja

itu yang sudah terhipnotis oleh pikiran mesum mereka sendiri gara-gara melihat kecantikan

dan bentuk lekuk tubuh Tumijah yang sungguh bohay penuh menggoda hawa nafsu kaum

Adam.

“Enaknya kita kemana ya?” tanya Tumijah sambil setia memegang kedua tangan remaja

cowok anak kuliahan tersebut, maksudnya tangan kirinya Tumijah menggenggam erat

telapak tangan kanannya Anton dan tangan kanannya Tumijah menggenggam erat telapak

tangan kirinya Ardi.

“Eng,.kemana ya, bagaimana kalo ke kostku aja yuuk” ajak Ardi langsung to the point.

“Belum apa-apa sudah ke kost?? emang aku cewek apaan?? gimana sih kalian berdua itu”

jawab Tumijah sedikit kesal.

“Aku setuju sama Ardi, bagaimana kalo ke kostnya saja. Soalnya aku juga bingung tidak tahu

lagi mau kemana nih” kata Anton dengan lugunya.

“Dasar otak mesum. Bagaimana kalo kita ke lantai atas” Tumijah sangat menyadari benar

jalan pikiran kedua remaja anak kuliahan tersebut penuh mesum.

Alhasil Tumijah berhasil mengajak kedua remaja cowok anak kuliahan tersebut bermain

timezone di lantai atas, satu jam berlalu sesudah puas bermain timezone, Tumijah berusaha

berpikir keras mencari akal supaya ada sesuatu barang yang di belikan oleh kedua remaja

cowok yang dari tadi isi otaknya tidak jauh-jauh dari namanya Mesum. “Wah ada boneka

teddy bear tuh, yang itu kelihatannya lucu sekali ya” Tumijah menunjuk salah satu counter

berwarna pink khusus menjual berbagai macam boneka dan pilihan Tumijah tertuju kepada

boneka teddy bear.

“Yang mana” kata Ardi.

“Yang itu loh Mas, boneka beruang berwarna coklat” jawab Tumijah.

Kedua remaja cowok anak kuliahan tersebut sudah tidak membawa uang lebih, uang di

dompet keduanya sudah pada habis untuk mentraktir makan minum, Tumijah, Benu, Ayu dan

di tambah lagi main timezone bersama Tumijah di lantai atas.

“Nah gimana lucu kan Bonekanya” Tumijah sudah memeluk erat boneka teddy bear

berukuran sedang.

“Lucu banget” kata Anton sambil tersenyum ke arah Ardi.

“Iya-iya, lucu sekali” Ardi menendang pelan kaki kananya Anton.

Page 57: M46314 n6

57

“Bintang suka banget sama boneka ini, beliin ya mas” lagi-lagi Tumijah selalu memakai

nama samaran, hari ini nama samarannya adalah Bintang Colastika Maryana Sumiarti.

“Tapi aku sudah tidak membawa uang lagi Tang” jawab Anton berterus terang.

“Aku juga tidak punya uang, maaf ya Bintang, oiya aku boleh minta nomor handphonemu

gak?” Ardi berharap besar mendapatkan nomor hp Tumijah. Tapi disisi lain Tumijah

memiliki beribu alasan supaya bisa mendapatkan barang yang dia inginkan.

“Mas-mas ini, bagaimana sih, malah mau minta nomor Hpku, aku minta beliin boneka ini

saja tidak di penuhi” jawab Tumijah dengan memasang raut wajah cemberut.

“Iya nanti gampang deh, besok pasti kita beliin” jawab Ardi merayu Tumijah.

“Tang, ayo dong minta nomor hpmu?” Anton juga ikut merayu Tumijah.

“Ya sudah kalo tidak mau aku balik sendiri saja, terimakasih ya sudah menemaniku, cukup

disini saja perkenalan kita” Tumijah langsung meninggalkan dua remaja cowok anak

kuliahan tersebut. “Emang minta nomor hpku itu geratisan ya, kalo cuma makan dan main

timezone aja jangan berharap bisa mendapatkan nomor hpku dengan mudah, huh dasar

cowok kuliahan otak mesum” batin Tumijah sambil terus berjalan menuju pintu depan.

Saat Tumijah sudah berdiri di depan pintu keluar mall artos. Tiba-tiba salah satu dari remaja

cowok tadi menghampiri Tumijah lagi.

“Ini bonekanya Tang, maaf ya tadi. Kita memang tidak pegang uang lagi Tang, eh gak

tahunya ketemu temenku, jadi aku pinjam uang temenku dulu untuk membeli boneka ini.

Jangan marah ya, bolehkan aku minta nomor Hpmu?” kata remaja cowok anak kuliahan

berambut botak berkumis tipis tadi.

“Nah gitu dong Mas” Tumijah langsung bahagia sekali mendapatkan boneka Teddy bear

berukuran sedang “Kamu bawa mobil gak?” sambungnya lagi.

“Enggak emang kenapa? harus ya ngantarin kamu pakai mobil”

“Yaelah, ya sudah antarin aku pulang kerumah mau gak?” Tumijah tersenyum manis di akhir

kalimatnya.

“Mau-mau. Okay tunggu sebentar ya, aku ambil motorku dulu diparkiran.”

Tidak lama kemudian, remaja cowok anak kuliahan tersebut datang memakai motor suzuki

thunder biru dan langsung mengantar Tumijah pulang, seperti biasa Tumijah turun di daerah

perumahan gladio, maklum perumahan gladio itu adalah perumahan Elit yang terkenal di

kota Magelang. Jadi enggak salah kalo Tumijah selalu beralasan tinggal disana. Supaya

tambah meyakinkan kalo dia anak orang kaya raya.

“Terimakasih ya mas, oiya ini nomor hpku kamu catat ya, 08573xxx8867”

“Okay Bintang, besok kalo ada waktu kosong aku boleh mengajakmu jalan-jalan kan, atau

main ke kostku gitu”

“Boleh banget mas, kabar-kabarin aja besok ya mas.” Tumijah berhasil seratus persen hari ini

untuk berbohong. Nomor yang dikasih Tumijah juga bukan nomor aslinya.

Page 58: M46314 n6

58

Sementara itu di dalam rumah, Ayah dan Ibunya Tumijah duduk di ruang keluarga penuh

keringat, mereka berdua sedang berpikir keras supaya mendapatkan uang dua juta tiga ratus

ribu rupiah untuk membayar jasa bengkel mobil.

“Bu, apa Ayah pinjam uang kepada Pak RT saja ya?” Ayahnya Tumijah menemukan sebuah

solusi.

“Apa mau Pak RT meminjamkan uang kepada kita Yah. Pak RT itu?? mendingan tidak usah

ya Yah. Pinjam sama yang lain saja, bagaimana kalo kerumahnya Pak RW saja” Ibunya

Tumijah sudah tahu persis tingkah laku bapak RTnya, yang diam-diam sudah lama

menyukainya dan selalu saja mencari kesempatan dalam kesempitan.

“Ibu ini bagaimana, kan ayah belum mencoba meminjamnya. Bagaimana kita tahu hasilnya

boleh atau enggak” Ayahnya Tumijah berusaha meyakinkan sang istri.

“Ya sudah, ayo sekarang saja Yah, biar ibu temenin ke rumah Pak RT” Ibunya Tumijah pun

luluh hatinya dan langsung bersiap-siap untuk pergi kerumah bapak Rt. “Semoga saja Pak RT

tidak memanfaatkan moment hutang piutang ini” batin Ibunya Tumijah.

Sementara itu, Tumijah baru saja sampai di depan rumahnya. Pas saat kedua orang tuanya

keluar dari pintu rumah.

“Mau kemana Yah, Bu?” tanya Tumijah sangat bingung melihat kedua orang tuanya terburu-

buru pergi meninggalkan rumah.

“Ada acara mendadak, kamu jangan lupa makan terus angkatin semua pakaian yang sudah

ibu jemur di belakang rumah ya Nduk.”

“Jangan lupa setelah itu langsung belajar” sambung Ayahnya Tumijah.

“Iya-iya, bawel banget sih jadi orang tua” kata Tumijah dalam hati sambil melangkahkan

kakinya menuju kamar tercinta.

Setelah sampai di dalam kamar, Tumijah langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur

sambil mengambil boneka teddy bear dari dalam tas ranselnya dan memeluk sangat erat.

Tumijah benar-benar terlihat sangat senang sekali hari ini, terpancar jelas dari raut wajahnya

yang sekarang berwarna merah jambu sedikit pink. “Asiiik setiap hari ada barang baru yang

menghiasi dalam kotak laci rak pakaianku, coba kalo aku minta sama Ayah dan Ibuku mana

mungkin aku dikasih uang lebih, apalagi untuk membeli barang-barang bermerek termasuk

boneka Tedy bear ini.” batin Tumijah.

Sementara itu Ayah dan ibunya Tumijah sudah berada di dalam ruang tamu rumahnya Pak

RT. Untung saja Pak RT masih dirumah, biasanya setiap sore Pak RT melihat aduan ayam di

pasar tradisional tukangan.

“Langsung saja, ada keperluan apa kalian datang kesini, pasti soal Tumijah lagi kan.”

“Maksud kedatangan saya bersama istri kerumah bapak ini, kami ingin meminjam uang

bapak, tidak banyak Pak, cuma dua juta saja itupun kalo ada, kalo tidak ada juga tidak apa-

apa Pak” Ibunya Tumijah hanya bisa diam saja memandang raut wajah Pak RT dan istrinya.

“Kalo urusan pinjam meminjam uang jangan kesini, di bank atau di penggadaian saja, emang

kalian mampu mengembalikan uang sebanyak itu, bisa-bisa satu tahun lebih baru kalian

lunasi” jawab istrinya Pak RT dengan nada tidak enak.

Page 59: M46314 n6

59

“Tidak apa-apa Ma, sebagai ketua RT aku wajib menolong warganya” Pak RT langsung

tersenyum ke arah ibunya Tumijah.

“Papa bagaimana sih, mereka ini kan tidak mungkin melunasinya dengan waktu cepat apalagi

uang dua juta itu tidak sedikit Pa”

“Kami berjanji akan mengembalikan uangnya secepat mungkin” Ibunya Tumijah memotong

pembicaraan Istrinya Pak Rt dengan mata berkaca-kaca memandang kedua bola mata Pak

RT. Ibu dan Ayahnya Tumijah sudah tidak tahu lagi harus meminjam uang kepada siapa,

apalagi dengan jumlah jutaan, karena kalo semakin lama mobil angkot milik Ayahnya

Tumijah di dalam bengkel maka besar kemungkinan mobil angkotnya akan segera dijual.

Akhirnya Pak RT pun mau meminjamkan uang dua juta rupiah kepada Ayah dan Ibunya

Tumijah dengan syarat harus menyicil setiap hari. Sebenarnya Ayahnya Tumijah keberatan

tapi tidak ada pilihan lagi. Sesampai di rumah. Ayah dan ibunya Tumijah berdiskusi lagi di

dalam kamarnya.

“Yah, terus kekurangannya bagaimana, kenapa Ayah tidak meminta pinjam semuanya sih?

minjam uang kok tanggung-tanggung”

“Ibu ini tidak boleh berkata seperti itu. Ayah kan tidak enak sama Pak RT, untung kita di

kasih pinjam uang dua juta rupiah. Sisanya juga cuma dua ratus tiga puluh ribu nanti Ayah

sendiri yang akan pinjam uang ke teman Ayah sesama supir angkot, soalnya kalo pinjam

uang sampai jutaan jumlahnya ke teman Ayah, pasti tidak ada yang punya. Sebenarnya Ayah

paling tidak suka meminjam uang ataupun memiliki hutang, ibu tahu kan selama berumah

tangga, Ayah tidak memiliki hutang dan baru hari ini Ayah berhutang, mau tidak mau, tidur

Ayah untuk beberapa bulan ke depan jadi tidak nyenyak Bu”

“Ya sudah Yah, ibu juga sama seperti Ayah, tenang saja Yah, sebagai meringankan hutang

kita, bagaimana kalo ibu bekerja saja, ibu akan bekerja menjadi tukang cuci piring atau

pakaian saja ya Yah??”

“APA??. Ibu yakin??. Ayah tidak salah mendengarkan, tapi Ayah tidak akan memberi ibu

izin untuk bekerja seperti itu”

“Kenapa toh Yah, ibu kan ingin membantu Ayah melunasi hutang-hutang kita”

“Tapi. Biarkan Ayah sendiri yang menyelesaikan hutang-hutang ini Bu.” Jawab Ayahnya

Tumijah dengan suara sangat parau.

Ayahnya Tumijah berusaha meyakinkan ibunya Tumijah, Ayahnya Tumijah tidak ingin

melihat ibunya Tumijah kelelahan dalam bekerja. Menurut Ayahnya Tumijah, dia masih

sanggup melunasi hutang-hutangnya sendiri tanpa bantuan dari ibunya Tumijah.

Langit sudah berubah menjadi gelap, di dalam ruangan yang tidak terlalu besar hanya

terdapat satu buah meja bundar berukuran sedang yang terbuat dari ban mobil bekas dan tiga

kursi kayu yang masing-masing di duduki oleh seorang suami, Istri dan seorang anak putri

satu-satunya. Mereka bertiga akan segera menyantap makan malam yang sangat sederhana

hanya dengan sambal teri, ikan pindang dan daun pucuk ubi. Kali ini memang penuh rasa

kekeluargaan. Seandainya saja kalo tidak dipaksa oleh Ayah dan ibunya mana mungkin

Tumijah mau makan malam bersama. Semenjak dia duduk di bangku sekolah menengah atas,

Tumijah tidak pernah lagi makan malam bersama kedua orang tuanya, biasanya kalo Tumijah

Page 60: M46314 n6

60

makan malam di rumahnya, dia hanya mengambil nasi dan lauk yang telah disediakan oleh

ibunya di meja makan dan secepat kilat pergi makan di dalam kamarnya.

“Nduk makan yang banyak ya” Ibunya langsung mengambilkan nasi berserta sambal teri dan

ikan pindang.

“Akhirnya kita makan malam bersama lagi ya Bu” Ayahnya Tumijah tersenyum bahagia

kepada Tumijah dan ibunya.

“Ayah dan Ibu ini, mengganggu acaraku saja. Aku tuh sudah janjian mau makan malam

bersama teman-temanku, tetap saja memaksaku untuk makan dirumah, apalagi sama menu

makanan yang itu-itu saja, paling mewah hanya nasi goreng dan sup senerek. Bosan banget

tahu gak!!”

“TUMIJAH!!!. kamu itu harus bersyukur bisa makan dirumah sama Ayah dan Ibumu. Masih

banyak anak seusiamu itu, yang ada diluar sana tidak memiliki orang tua, tempat tinggal dan

jauh dari kata beruntung” Ayahnya Tumijah menggeleng-gelengkan kepalanya. Ayahnya

Tumijah benar-benar tidak menyangka kalo anak semata wayangnya akan berbicara seperti

itu.

“Nduk, Ayahmu ini sudah bersusah payah mencari uang untuk kita makan dan keperlunmu

bersekolah, jadi anak itu jangan sombong dan tidak usah gengsi apalagi makan malam

bersama orang tuanya di dalam rumah. Kamu itu nduk, seperti tidak pernah di ajarin di

sekolahanmu tata cara berbakti kepada orang tua. Kamu ini jangan meniru teman-temanmu

yang tidak benar, ibu yakin ini semua gara-gara kamu salah bergaul mencari teman,

makannya kamu bisa berbicara seperti itu seenakmu saja. Dengar ya Nduk. Walaupun kita ini

hidup serba berkecukupan, TUHAN itu sudah mempunyai rencana yang lebih indah untuk

kita sekeluarga.” Ibunya Tumijah memberi nasehat dan sekaligus wejangan makan malam

kepada anak putri semata wayangnya.

“Iya-iya aku mengerti” Tumijah langsung mengambil start makan malam duluan tanpa

berdoa terlebih dahulu.

“Tumijah!! kamu tidak berdoa???” tanya Ayahnya dengan raut wajah sangat geram kepada

Tumijah. Tumijah menghentikan makannya dan langsung cepat-cepat berdoa. “TUHAN

YESUS Tumijah mau makan, amiiien.” doa Tumijah mau makan. Dia langsung melanjutkan

makan malamnya yang sempat tertunda.

Sungguh tingkah laku Tumijah ini sangat-sangat tidak terpuji di depan orang tuanya dan di

hadapan Tuhan, berdoanya cuma sebentar sekali, hanya beberapa detik saja tidak sampai satu

menit. Setelah selesai makan malam bersama kedua orang tuanya, Tumijah meninggalkan

ruang makan dan masuk ke dalam kamarnya tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulut

Tumijah.

“Tidak habis pikir, sekali dipaksa makan malam bersama kedua orang tuaku, eh malah

dimarah-marahin habis-habisan, dasar orang tua. Tahu seperti ini aku tidak jadi ikut makan

malam bersama mereka” gerutunya dalam hati sambil mengunci rapat pintu kamarnya dan

langsung menyalakan sebatang rokok sampoerna mild menthol. Lima menit kemudian

tangan kanan Tumijah menyambar Hpnya yang sudah tergeletak di atas meja belajar.

“Haloo, hallo, hallo-hallo bandung. Siapa nih”

“Woi Yu, lama bener mengangkat teleponku, jadi pergi gak malam ini?”

Page 61: M46314 n6

61

“Hehehe maaf kanjeng putri ayu Tumijah similikiti yang maha okay dan maha sexy

menggoda setiap mata para cowok-cowok mata keranjang. Biasa Jah, aku baru selesai boker.

Aku kira siapa tadi. Jadi dong, tapi Benu belum sms aku tuh”

“Ya sudah nanti biar aku yang menelpon Benu”

“Yuups”

Sementara itu Ayah dan ibunya Tumijah duduk santai di ruang keluarga sambil menonton

televisi model lama yang layarnya hanya memunculkan dua warna khusus hitam dan putih.

“Yah ini kopinya”

“Terimakasih ya Bu”

“Sinetronnya sudah di mulai belum Yah?”

“Ibu ini tidak baik menonton sinetron terus, nanti ibu terkena darah tinggi bagaimana?”

“Maksud Ayah, apa hubungannya sama darah tinggi?? Ibu kan cuma nonton sinetron di

televisi”

“Sinetron itu banyak adegan konfliknya yang menegangkan, nanti lama-lama ibu terpancing

lalu ikut emosi dan ujung-ujungnya terkena darah tinggi, bagaimana? Ibu mau.”

“Ayah ini ada-ada saja, ibu kan juga bosan nonton berita terus apalagi isinya hanya tentang

korupsi uang rakyat”

“Hahaha, ya sudah kalo gitu ibu nonton upin-ipin saja”

Baru lima belas menit menonton televisi, Ayahnya Tumijah ternyata masih memikirkan

perkataan Tumijah saat di meja makan.

“Bu, kenapa ya Tumijah kok bisa berbicara seperti itu saat di meja makan”

“Maksud Ayah??. Sudahlah Yah. Mungkin Tumijah memang bosan sama menu masakan

yang ibu masak, besok-besok ibu akan memasak yang berbeda dari sebelumnya. Tidak usah

dipikirkan Yah. Ayah tenang saja, ibu tidak akan bosan menasehatinya juga”

“Iya Ayah tahu, Bu mulai saat ini, kita harus lebih ketat mengikuti perkembangan anak kita

ya Bu”

“Iya Yah, ibu mengerti”

Sementara itu Tumijah langsung menelpon Benu.

“Nu, dimana? jadi keluar gak??”

“Wealah, Iya bentar lagi Jah, tiga puluh menit lagi ya aku meluncur kerumahmu sama Ayu.

Aku lagi nunguin Bapak Ibuku pulang”

“Okay Nu”

Malam ini sang rembulan menampakkan dirinya dari kemelut awan hitam pekat, cahayanya

mampu menerangi setiap sudut kota Magelang dengan sangat indah. Di tambah lagi lolongan

suara anjing-anjing kampung melengkapi malam jumat dengan penuh mencekam. Tapi

Page 62: M46314 n6

62

suasana malam ini tidak menciutkan nyali Abg putri yang satu ini. Dia terlihat sudah sangat

bersiap-siap untuk pergi bersama kedua temannya.

“Mampus, tumben banget Ayah dan ibuku belum pada tidur, biasanya jam sembilan sudah

berada di dalam kamarnya” Tumijah memantau sekali lagi situasi dalam rumahnya sebelum

dia pergi keluar melalui pintu depan. “Sial, masak aku harus keluar lewat jendela kamarku

lagi sih” Tumijah mulai berpikir keras. Supaya dia bisa keluar dari dalam rumahnya, padahal

Ayah dan ibunya belum pada tidur, masih setia di ruang keluarga menonton televisi.

Sementara itu Benu dan Ayu sudah sampai di ujung gang dekat rumah Tumijah.

“Lama banget sih teman kita yang maha bohay itu Yu” Benu menyalakan sebatang rokok

yang dia ambil dari balik saku celana jins sebelah kiri.

“Tenang saja mas bro, kayak gak tahu cewek saja kalo mau pergi, ya sibuk berdandanlah

sama seperti aku. Tapi menurutku Tumijah itu kalo lama pasti gara-gara sibuk jadi atlet turun

pohon jambu. Atau bisa jadi gara-gara sibuk mencari kunci duplikat pintu rumahnya.

Tumijah gitu loh”

“Wealah. Tapi ini sudah jam berapa Yu. Pokoknya lima belas menit lagi kalo dia masih lama,

kita tinggalin aja ya” Benu mulai dihantui rasa bosan tingkat dewa Amun.

“Terus kalo kita tinggalin dia, yang bayarin makan dan minum siapa??? Pikir dong pakai otak

Nu, jangan pakai dengkul?” bela Ayu.

“Kita kan punya uang??. So what gitu loh”

“Pasti kamu lupa. Agenda kita malam ini kan mau ngebir mas Bro??. Tuh kan lupa lagi??

Emang kamu punya uang?”

“Wealah wedus tenan, wedus gembel, wedus balap, segala jenis ras wedus. Kok aku bisa lupa

ya, kalo malam ini kita mau ngebir YU”

“Kamu itu Nu, apa sih yang tidak lupa. Mungkin kalo batang hidungmu bisa di lepas, kamu

pasti tidak pernah memakai batang hidungmu lagi, gara-gara lupa atau hilang di makan segala

jenis ras wedusmu itu”

“Hahahahha, dasar burung pemakan bangkai”

“Apa kamu bilang Nu!!”

“Enggak-enggak, aku bilang kamu cantik, oiya nanti aku mau mampir dulu ke kedai biasa,

masak cuma ngebir aja. Payah sekali, yang ada mabok enggak kembung iya nih perut” Benu

melihatkan perut kotak-kotaknya”

“Gampanglah itu, asal jangan jackpot aja kamu itu Nu.”

“Wealah nantangin dia, bukannya kamu ya Yu yang sering jackpot ckckkc”

Tidak lama kemudian Tumijah terlihat berlari pontang-panting seperti habis di kejar banteng

hitam buas dari spanyol. Kedua temannya hanya bisa terdiam melihat Tumijah. “Buruan-

buruan, buruan pergi dari sini!!” Tumijah berkata tersendat-sendat seperti kaset rusak.

Ternyata Tumijah melihat penampakan dunia lain menurutnya, padahal yang Tumijah lihat

Page 63: M46314 n6

63

tadi setelah berhasil keluar dari rumah adalah guling milik tetangganya yang sengaja di jemur

berdiri di depan rumah karena lupa di masukkan tadi sore.

***

Matahari sudah jauh melintang dari ufuk timur, burung-burung liar yang terbang bebas kini

mulai menciptakan suara bising di balik dahan-dahan batang bambu di sebrang aliran kali

dekat rumah Tumijah. Tumijah masih terlihat tertidur pulas dengan penuh muntahan di atas

kasurnya. Hari sabtu ini adalah hari terberat bagi Tumijah, dia masih berada dalam pengaruh

unsur kadar alkohol sepuluh persen dari lima botol bir dan delapan puluh lima persen unsur

alkohol dari minuman tradisional tanpa merek yang dia konsumsi bersama kedua temannya

disebuah kedai. Sekarang jarum jam sudah menunjukkan setengah satu siang. Walaupun

sekarang kedua mata Tumijah sudah bisa terbuka lebar, tapi tetap saja Tumijah masih

bersusah payah melawan ketidaksadarannya tersebut.

Ibunya Tumijah sudah berdiri di dalam kamar Tumijah memandang anak putri semata

wayangnya itu dengan penuh kesedihan hingga berlinang air mata yang terus saja membasahi

permukaan lantai kamar Tumijah. “Ibu itu kurang apa toh nduk, kok kamu semakin susah di

atur. Ibu ini sangat sakit hati sekali melihat keadaanmu seperti ini. Tobat Nduk” kata ibunya

Tumijah dalam hati sambil setia melihat Tumijah tergolek lemas tak berdaya di tempat tidur.

Sementara itu Ayahnya Tumijah terlihat geram sekali oleh tingkah laku Tumijah yang pulang

dini hari jam empat pagi dalam keadaan mabok berat sampai-sampai di antar oleh empat

orang pemuda tanggung dari kampung sebelah. Konsentrasi Ayahnya dalam mencari

penumpang hari ini mulai terbuyar bercabang-cabang “TUHAN ampunilah aku dan istriku,

karena tidak bisa mendidik anak kami satu-satunya. Berikanlah petunjukmu ya TUHAN”

keluh Ayahnya Tumijah dalam hati.

Langit tadi berwarna putih terang benderang dan kini sudah mulai pucat kelam berwarna abu-

abu bercampur biru tua. Jam di balik pintu kamar Tumijah pun sudah menunjukkan setengah

empat sore lewat enam belas menit.

“HOOAM” Tumijah berhasil berdiri dan sekarang segera melangkahkan kakinya untuk

melewati pintu kamarnya, dengan penuh hati-hati pelan tapi pasti sambil terus berkonsentrasi

menjaga keseimbangan tubuhnya, Tumijah menuju kamar mandi.

Suasana di dalam rumahnya Tumijah terlihat sangat sepi sekali. Ibunya Tumijah sengaja

menunggu Tumijah sadar seratus persen di dalam ruang tamu. Sementara itu Ayahnya

Tumijah sekarang sedang dalam perjalanan pulang kerumahnya, Ayahnya Tumijah

memutuskan pulang cepat karena tidak konsentrasi lagi dalam mengemudikan mobil

angkotnya dan selalu memikirkan Tumijah.

“BU mana Tumijah. Dia sudah sadar belum? anak itu selalu saja membuat masalah” Ayahnya

Tumijah sudah tidak sabar lagi ingin bertemu dengan Tumijah. Ibunya Tumijah langsung

berdiri dari tempat duduk gara-gara terkejut melihat sang suami tiba-tiba pulang cepat dan

kini sudah berdiri di hadapannya.

“Sudah Yah, kelihatannya dia sedang di dalam kamar mandi. Yah, ibu mohon jangan terlalu

keras memarahi Tumijah ya Yah” Ibunya Tumijah berusaha meredam emosi sang suami,

terlihat jelas dari raut wajah sang suami yang sekarang sudah mulai terbakar api amarah.

Page 64: M46314 n6

64

“Uweek, uweeekk. Wuuhhhek, uuuuweeek” suara Tumijah muntah di dalam kamar mandi.

“Ibu ini selalu memanjakan anak kita satu-satunya itu kan!!. Lihat sekarang tingkah lakunya

sudah seperti anak yang kurang di perhatikan oleh orang tuanya saja”

“Maafkan ibu ya Yah. Ini semua memang salah ibu Yah, sekali lagi maafkan ibu ya Yah,

karena tidak bisa mendidik Tumijah” air mata ibunya Tumijah semakin deras menetes

kepipinya. Sang suami sekarang sudah terbawa ke puncak emosi yang sangat luar biasa

kepada putri semata wayangnya itu.

“TUMIJAH!!! cepat kesini!” Ayahnya Tumijah berseru sangat kencang dari ruang tamu.

Tumijah langsung sadar saking ketakutan mendengar suara Ayahnya, dia segera keluar dari

kamar mandi lalu bersembunyi di dalam lemari kusam yang terdapat di area dapur. “Siial

banget aku hari ini” gerutu Tumijah di dalam lemari kusam.

“Tumijah dimana kamu!!” Ayahnya Tumijah langsung mencari-cari Tumijah di sekitar kamar

mandi tapi tak kunjung menemukan Tumijah.

“Yah sudah Yah, Ibu mohon jangan marah-marah lagi, mungkin Tumijah lagi beristirahat di

dalam kamarnya” Ibunya Tumijah berkata dengan suara sangat parau sekali sambil terus

menarik-narik lengan tangan kanan sang suami.

“Kalo kamu masih ingin tinggal dirumah ini!! kamu jangan bersembunyi. TUMIJAH!!!”

ancam Ayahnya. Ibunya Tumijah langsung menyeret paksa tangan kanan ayahnya Tumijah

untuk meninggalkan dapur dan masuk ke kamarnya.

“Anjrriiiit. Bajingan. Asu. Bisa di usir beneran dari rumah ini kalo aku tidak segera keluar

menemui kedua orang tuaku” batin Tumijah. dua puluh menit kemudian akhirnya dia

memberanikan diri keluar dari dalam lemari kusam tersebut, Tumijah langsung benar-benar

sadar dua ratus persen seperti orang normal, padahal unsur alkohol di dalam tubuhnya masih

tinggi, dia perlahan tapi pasti melangkahkan kakinya menemui Ibu dan Ayahnya yang kini

sudah berada di dalam kamar. Tumijah dengan rasa ketakutan yang menghantuinya

memberanikan diri masuk kedalam kamar Ayah dan ibunya.

“Maafin Tumijah ya Yah, Bu. Tumijah memang salah. Tumijah janji tidak akan

mengulanginya lagi.” Tumijah berkata sambil menundukkan kepalanya, dia sama sekali tidak

berani menatap raut wajah Ibu dan Ayahnya. Air mata Tumijah langsung menetes ke pipinya.

Ayahnya Tumijah yang tadinya sedang duduk di atas tempat tidur bersebelahan dengan

ibunya Tumijah, kini langsung menghampiri Tumijah yang sudah berdiri di dalam kamar.

“Plaaaak!!” satu tamparan sangat keras dari tangan kanan Ayahnya melayang cepat ke pipi

Tumijah sebelah kiri.

“Ampun Yah, amppun, sakit Yah. Ampun.” Tumijah menangis kesakitan sambil memegang

pipi kirinya.

“AYAH SUUUDAH!!” teriak ibunya Tumijah langsung memeluk erat badan Tumijah.

Tumijah hanya bisa menangis di dalam pelukan ibunya. “Nduk jangan kamu ulangi lagi ya,

Ayah dan ibu benar-benar sangat menyayangimu, tidak ada gunanya mabok-mabokkan

seperti itu” kedua mata Ibunya Tumijah sudah sangat berkaca-kaca sambil terus mengelus

rambut Tumijah. Ibunya Tumijah berusaha tegar melihat keadaan anak putri semata

wayangnya itu.

Page 65: M46314 n6

65

Ayahnya Tumijah benar-benar tidak habis pikir melihat tingkah laku anak putri semata

wayangnya itu, ditambah lagi sekarang anak putrinya itu sedang menangis kesakitan

dipelukan istrinya. Sampai-sampai Ayahnya Tumijah tidak sanggup lagi mengeluarkan kata-

kata dari mulutnya. Ibunya Tumijah mengusap air mata Tumijah dan membawa Tumijah

masuk ke dalam kamar Tumijah.

“Nduk ingat ya, jangan kamu ulangi lagi perbuatanmu yang tidak terpuji seperti ini ya, ibu

sudah sering memberi nasehat yang terbaik untuk kamu, tapi selalu saja masuk ke telinga

kanan keluar telinga kiri. Sekarang kamu baru tahu akibatnya kan, jika Ayahmu lagi marah

besar sama kamu”

“Iya Bu. Tumijah salah, Tumijah janji tidak akan mengulanginya lagi” Tumijah menjawab

dengan suara penuh parau.

Ibunya Tumijah langsung pergi meninggallkan kamarnya Tumijah. Tumijah dengan cepat

mengunci rapat pintu kamarnya dan mengambil sebungkus rokok berserta korek gas dari

balik tempat tidurnya lalu meletakkannya di atas meja belajar. Kedua tangannya Tumijah

membuka lebar semua jendela yang ada di dalam kamarnya lalu menggeser bangku kayu ke

mulut jendela dan duduk menyalakan sebatang rokok.

Tumijah juga tidak menyangka bakal mendapatkan satu tamparan keras oleh Ayahnya. “Auu

sumpah sakit banget pipi kiriku, baru pertama kalinya aku di tampar sama Ayah sendiri.

Siiiial, andaikata dia bukan orang tuaku, sudah aku balas tamparannya, enak saja main

tampar-tampar” gerutu Tumijah dalam hati.

Lima belas menit kemudian, dua pesan singkat masuk ke handphone Tumijah yang tergeletak

di atas tempat tidurnya. “Tolelot, tolelot, tolelot, tolelot” bunyi nada sms di hp Tumijah.

“Siapa lagi yang sms!! ganggu orang lagi ngerokok aja” kata Tumijah dalam hati langsung

mengambil hpnya.

Dari Benu:

Wealah Jah, sory banget ya kemarin malam. Aku juga wes modar e. Besok pagi di sekolah

aku ceritain kronologisnya.

Dari Ayu orakaruan:

Mbak bro, lagi apa?? gimana orang rumahmu Jah, enggak marah-marah kan. Oiya kemarin

malam itu aku dan Benu juga sudah tepar. Untung saja ada tetangga kampungmu empat

orang yang kebetulan mampir di kedai dan mau mengantarmu pulang.

Tumijah hanya menghela nafas panjang tidak membalas sms Benu dan Ayu.

***

Matahari pagi mulai muncul dan tersenyum indah khusus membangunkan Tumijah dengan

sinarnya yang sangat terang benderang langsung menerobos masuk ke dalam celah-celah

lubang angin kamar Tumijah. Tumijahpun segera bangun dan menyambar handuk yang

tergantung di balik pintu kamarnya.

Page 66: M46314 n6

66

“Mampuss sudah jam tujuh lewat lima menit” Tumijah buru-buru masuk ke dalam kamar

mandi. Belum sempat masuk ibunya Tumijah yang lagi menyapu di dalam dapur

menghampiri Tumijah.

“Nduk hari ini kamu tidak boleh pergi kesekolah”

“Emang kenapa toh Bu, aku gak boleh ke sekolah hari ini?”

“Ayahmu berpesan sama ibu, melarangmu masuk sekolah hari ini kamu mengerti, sekarang

dia lagi pergi ke sekolahanmu mencari tahu siapa teman-temanmu yang ikut mabok sama

kamu kemarin malam” Tumijah mendengar ibunya berkata seperti itu langsung terkejut.

Seperti tersengat listrik lima ratus volt di kepalanya.

“Hah. APA!! ngapain Ayah pakai acara datang kesekolahanku segala sih bu. Bikin malu aku

saja. Semalam kan aku sudah berjanji sama Ibu dan Ayah. Kalo aku tidak akan

mengulanginya lagi” protes Tumijah.

“Sekarang ibu tanya sama kamu, kemarin kamu mabok-mabokan sama siapa saja?” Tumijah

hanya diam seribu kata, seakan-akan ada lem yang melekat kuat di mulutnya. “JAWAB

TUMIJAH!!” tanya ibunya lagi.

“Eee. Tidak sama siapa-siapa bu, aku sendiri kok. Sumpah.”

“Nduk, ingat. Ibu ini orang tuamu, ibu tahu kalo kamu lagi berbohong sama ibu. Tidak

mungkin kan kamu sendirian mabok-mabokan sampai di gotong sama empat orang. Pasti

sama teman-teman sekolahanmu!” Tumijah hanya menundukkan kepalanya.

“Mampus. Kedua orang tua Benu dan Ayu pasti dipanggil oleh kepala sekolah jika sampai

Ayahku tahu kalo mereka yang ikut mabok sama aku. Sial” gerutu Tumijah dalam hati.

Sementara itu Ayahnya Tumijah sudah duduk di dalam ruanganan wali kelas sepuluh G.

“Ada yang bisa saya bantu pak? silahkan duduk” kata bu guru Rita wali kelasnya Tumijah,

Benu dan Ayu.

“Begini bu, anak saya yang bernama Tumijah, kemarin malam mabok-mabokkan bersama

teman-temannya sampai rumah subuh hari dalam keadaan mabok berat, saya ingin mencari

tahu siapa saja teman-temannya malam itu sekalian melaporkannya kepada ibu juga. Saya

sangat kecewa dengan anak saya satu-satunya itu bu. Dan hal ini tidak bisa dibiarkan terus-

menerus. Harus ada hukumannya supaya mereka jera.”

“Oh begitu ya Pak, sabar ya Pak nanti saya cari tahu dulu siapa saja yang ikut-ikutan mabok

bersama putri bapak. Jika benar ada teman-teman satu sekolahnya atau teman satu kelasnya

yang ikut mbaok-mabokkan. Biar saya panggil kedua orang tuanya untuk datang kesekolah

menemui saya. Terus sekarang Tumijah dimana Pak?? saya juga ingin berbicara sama

Tumijah”

“Terimakasih ya bu, hari ini anak saya yang bernama Tumijah sengaja saya kurung dirumah

bu. Supaya dia bisa belajar dari kesalahannya. Saya juga percuma menanyakan siapa saja

teman-temannya yang ikut mabok sama anak saya itu, pasti anak saya juga tidak akan

memberitahunya kepada saya bu, saya minta tolong sekali sama ibu. Supaya teman-temannya

satu sekolah yang ikut-ikutan mabok sama anak saya segera di hukum seberat-beratnya biar

mereka jera dan tidak akan mengulanginya lagi ya bu. Saya yakin sekali kalo anak saya

kemarin mabok-mabokkan sama teman-teman satu sekolahannya”

Page 67: M46314 n6

67

“Iya pak, sudah kewajiban kami sebagai wali kelasnya. Saya turut prihatin atas kejadian ini.

dan saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada bapak jika benar ada temannya satu

sekolahan ikut terlibat”

Sementara itu Tumijah dengan terpaksa membantu semua kegiatan ibunya di dalam rumah,

mau tidak mau harus wajib di lakukan, dari memasak, mencuci pakaian milik Ayah dan

ibunya, sampai membersihkan semua isi rumah. Tentu saja hpnya Tumijah ikut di sita oleh

ibunya. Kali ini selama satu bulan Tumijah tidak boleh membawa hp dan pergi kesekolah.

Bayangin saja selama satu bulan tidak boleh sekolah dan tidak ketemu kedua temannya pasti

sangat menyiksa Tumijah. Apalagi tidak memegang hp. Satu hari saja Tumijah tidak

memegang hp dia sudah seperti orang kebakaran jenggot, apalagi satu bulan.

“TUHAN, ini semua tidak adil untukku. Kenapa hpku juga ikut disita. Terus sampai kapan

aku tidak diizinkan masuk ke sekolah sama Ayah. Aku kan jadi tidak bisa happy-happy

bareng kedua temenku. TUHAN aku tak sanggup jika seperti ini akhirnya.” gerutu Tumijah

sambil meneteskan air mata saat membantu ibunya mengupas bawang putih di dalam dapur.

***

Satu bulan empat hari berikutnya tepat di malam minggu, Tumijah semakin menjadi-jadi

terbebas dari segala hukuman yang sudah di berikan oleh kedua orang tuanya, pokoknya

senang sekali melebihi orang yang keluar dari dalam penjara. Tumijah, Benu, Ayu, dan

seorang Abg tanggung kenalan baru Tumijah via facebook yang kini menjadi pacarnya

Tumijah.

Mereka berempat berencana akan menghabiskan malam minggu di atas tandon air yang

bentuknya mirip seperti menara pizza yang berada di italy. Tandon air tersebut berada di

pinggir alun-alun kota Magelang. Tapi tandon air itu tidak terbuka untuk umum, karena usia

yang sangat tua dan juga menjadi salah satu peninggalan sejarah yang di bangun pada zaman

penjajahan Belanda di indonesia, maka tandon air tersebut sangat di jaga dan di rawat oleh

pemerintahan kota Magelang. Mereka berempat masuk secara diam-diam dengan merusak

gembok pintu rantai pintu belakang dan langsung menuju ke balkon tandon air.

Dari atas balkon tandon air ini, pemandangan kota magelang memang terlihat sangat indah

penuh gemerlap lampu-lampu rumah penduduk apalagi udaranya pun sangat sejuk sekali

tidak panas dan tidak dingin. Jadi wajar saja kalo mereka berempat memilih lokasi tandon air

sebagai tempat mabok-mbok an yang paling aman. Pikiran mereka bertiga, Tumijah, Benu

dan Ayu seandainya mabok berat bisa nginep di tadon air dan pagi-pagi baru pulang kerumah

masing-masing.

“Hey kalian berdua, dari tadi pegangan tangan terus, bantuin dong bawaain birnya, berat tahu

gak?” Ayu sangat kewalahan membawa satu krat bir dan sedikit cemburu sama tumijah yang

bermesra-mesraan bersama Mas Heri pacar barunya Tumijah. Sepertinya Tumijah termakan

bujuk rayu Mas Heri. Dan sekarang sedang di mabok cinta. Bagaimana enggak, Mas Heri ini

selalu memberikan Tumijah barang-barang mewah, seperti jam, kalung dan anting-anting dari

emas dan berlian. Padahal baru beberapa hari jadian via facebook.

“Kamu sama Benu kan bisa bawaainnya” bela Tumijah sambil asik melangkahkan kakinya

menuju ke atas balkon tandon air sambil memegang erat lengan tangan Mas Heri. Tinggal

Page 68: M46314 n6

68

beberapa langkah lagi Mas Heri sampai, tapi Mas Heri memberhentikan langkah kakinya dan

melihat Ayu yang sedang kesusahan.

“Sini Yu, biar aku bantu, berat ya bawa birnya?” Mas Heri berpura-pura peduli. Padahal Mas

Heri tidak setulus hati berkata seperti itu. Mas heri bersikap seperti itu supaya di katakan

sangat baik hati dan tidak sombong.

“Wealah, iya nih kalian berdua malah enak-enak an berduan, tahu deh dua sejoli yang baru

ketemu sekarang. Ayo cepat bantu aku dan Ayu, kalo sempat ada yang tahu kita masuk ke

atas balkon tandon air ini dengan membawa minuman keras mampus deh, walaupun cuma

dua kerat Bir” Benu berusaha membawa satu krat Bir dengan tangan kirinya.

Sementara itu Ibu dan Ayahnya Tumijah sedang berkunjung kerumahnya Pak RT untuk

menyicil utang tepat jam delapan malam lewat lima belas menit.

“Maaf ya Pak agak telat menyicil utangnya” Ayahnya Tumijah langsung mengulurkan

amplop putih yang berisi uang lima puluh ribu kepada bapak RT. Setiap bulan Ayahnya

Tumijah cuma bisa menyicil utangnya sebanyak lima puluh ribu. “Bapak ini bagaimana, ini

sudah tanggal berapa. Semakin hari semakin molor, nanti lama-lama hutang kalian tidak

dilunasi” jawab istrinya Pak RT. Belum sempat Pak RT menerima amplop putih yang di

berikan Ayahnya Tumijah, langsung di ambil alih oleh istrinya Pak RT.

“Maaf ya Bu, kemarin kami ada keperluan mendadak jadi tidak bisa menyicil uang tepat

tanggal lima belas” Ibunya Tumijah tersenyum di akhir kalimatnya

“Ma, sudah-sudah tidak apa-apa, Mama tolong buatkan mereka minum dulu sana, mari

silahkan duduk” sambung Pak RT.

“Papa ini bagaimana, mereka ini sudah telat menyicil uatngnya, malah sekarang

menyuguhkan minum untuk mereka, tidak pantas kita menyuguhkan minum untuk mereka

Pa” Pak Rt langsung mengedipkan mata kanannya kepada ibunya Tumijah. Lagi-lagi Pak RT

mencari kesempatan dalam kesempitan.

“Tidak usah repot-repot Bu, Pak. Kami langsung pulang saja” Ayahnya Tumijah langsung

menarik lengan tangan kanan ibunya Tumijah.

Saat sampai di dalam rumah, Ayahnya Tumijah mulai curiga oleh tingkah laku Pak RT

kepada istrinya.

“Bu, tadi itu kenapa Pak RT mngedipkan matanya sebelah kanan kepada ibu?”

“Memang seperti itu tingkah laku bapak RT kita Yah. Dia itu diam-diam menyukai ibu, tapi

tenang saja Yah. Ibu tidak akan selingkuh sama Pak RT. Sudah lama Pak RT bersikap yang

tidak menyenangkan sama ibu, ibu takut saja kalo bilang sama Ayah nanti malah ibu yang

serba salah, kemarin itu ibu sudah bingung harus bilang seperti apa sama Ayah, kalo kita

pinjam uang jangan sama Pak RT” Ibunya Tumijah mulai terbuka soal bapak RTnya.

“Ya sudah Bu, tidak apa-apa, Ayah percaya sama ibu kok, kalo ibu tidak akan macam-macam

sama Pak RT, apalagi untuk selingkuh. Ya sudah Ayah tinggal mengelap mobil angkot dulu

ya Bu. Tadi sore Ayah belum sempat mencuci mobil”

Sementara itu Ayu, Benu, Tumijah dan Mas Heri masih di pertengahan anak tangga kayu

tandon air.

Page 69: M46314 n6

69

“Iya Mas Her, nih gantiin bawainnya, pegel banget tahu gak” Ayu sudah mulai mandi

keringat menaiki tangga kayu yang melingkar.

“Iya-iya, kalian berdua ini cerewet banget, tidak tahu orang lagi mesra-mesran saja, sungguh

terlalu” Tumijah langsung menggantikan Ayu membawa satu krat Bir, dan Mas Heri

langsung menggantikan Benu membawa satu krat Bir.

Tidak lama kemudian mereka berempat sampai juga di balkon tandon air.

“Asiiikk, tidak sia-sia memilih tempat ini kan, siapa dulu dong Ayu gitu loh” Ayu berkata

dengan penuh percaya diri.

“Iya-iya, untung saja suasana disini terselamatkan oleh pemandangan yang begitu indah,

aman sedikit remang-remang, kalo tidak aku dan Mas Heri mana mungkin mau ke tempat

seperti ini apalagi di moment paling spesial di hidupku, iya kan sayang” jawab Tumijah

sambil bersikap manja kepada Mas Heri. Padahal niat Mas Heri sudah menuju ke arah otak

mesum.

“Iya dek, ini aku bukakan sebotol Bir untuk kamu” Mas Heri mengulurkan sebotol Bir

kepada Tumijah yang sudah dia bukakan menggunakan giginya yang terlihat ompong tiga.

“Wealah ini kan ide kita bersama hehehe, yang penting kita kalo mabok berat bisa nginep

disini dan pagi-pagi bisa pulang dalam keadaan sadar seratus persen, tidak seperti teman kita

tempo hari terus hpnya juga jadi korban penyitaan selama satu bulan dan dia menjadi anak

mama hahahaha” Benu menyindir Tumijah. “Yu ini aku bukakan untuk kamu ya?” sambung

Benu lagi sambil membukakan sebotol bir untuk ayu menggunakan jari jempolnya sebelah

kanan.

“Kamu itu bisa aja Nu. Untung saja orangnya tidak ada disini hehehe. Eh jangan so sweet

gitu ya Nu, aku kan juga bisa membuka botol Birnya sendiri, pakai acara membuka botol

dengan jempolmu segala. Emang dengan cara seperti itu aku bakal terkagum-kagum sama

kamu hahaha” Jawab Ayu dan tertawa lepas di akhir kalimatnya.

Mereka berempat sibuk bercanda ketawa-ketiwi menghabiskan malam minggu bersama,

apalagi di temani oleh dua krat Bir yang di belikan oleh Mas Heri pria tampan bergigi

ompong pengangguran kelas berat yang mengaku anak orang kaya kepada Tumijah dan dia

sangat terkenal menjadi bandar narkoba berupa obat-obatan, lebih parahnya lagi menjadi

target oprasi oleh pihak yang berwajib di kota Magelang. Tumijah, Benu dan Ayu juga sudah

termakan oleh kebohongan Mas Heri.

Sudah delapan bungkus rokok berbagai merek yang mereka habiskan. Alhasil jam sudah

menunjukkan pukul sebelas malam lewat lima belas menit.

“Wealah sudah kembung nih perutku Jah” Benu mengelus-ngelus perutnya yang sudah mulai

membuncit.

“Yang nyuruh kamu minum banyak-banyak itu siapa? Bir dua krat itu kan tidak untuk di

habiskan malam ini dodol” Tumijah tersenyum di akhir kalimatnya. Padahal Tumijah juga

sudah mulai membuncit perutnya oleh Bir.

“Hahaha sudah tidak apa-apa dek, nanti mas beliin lagi, santai aja Nu, kalo kamu sanggup

habisin aja” tangan kanan Mas Heri langsung merangkul Tumijah dan mencium pipinya

Tumijah.

Page 70: M46314 n6

70

“Ah sayangku emang baik deh, oiya yang, besok aku minta di beliin iphone terbaru ya.

Soalnya hpku ini sudah ketinggalan zaman loh”

“Jangankan iphone, kalo perlu besok itu kita beli mobil jaz yang terbaru”

“Hah serius sayang??”

“Iya emang aku pernah bohong ya sama kamu”

“Kalo begitu mentahnya aja ya yang. Nanti kalo berupa fisik apalagi mobil. Bisa-bisa kedua

orang tuaku mengusirku dari rumah” Tumijah benar-benar sedang di mabok cinta dan

termakan mentah-mentah rayuan maut Mas Heri.

“Untung kita kalo mabok berat bisa nginep disini, coba kalo di kedai tempat kita sering

mabok kemarin, bisa-bisa nginep di depan toko orang. Habisnya takut balik kerumah dalam

keadaan mabok lagi hahaha trauma gitu loh” Ayu berkata penuh heboh.

“Ini ada barang baru dek” Mas Heri langsung merogoh empat pil berwarna biru berlogo

kupu-kupu, sepertinya rencana jahatnya sudah disiapkan dengan rapi oleh Mas Heri.

“Apa itu sayang, kok aku baru lihat?” Tumijah langsung mengambilnya lalu di amatinya

lebih detail lagi.

“Sudah coba aja dek” Heri meyakinkan Tumijah.

“Sini-sini biar aku coba duluan” Ayu yang mendengar obrolan Tumijah dan Mas Heri.

langsung menyambar pil berwarna biru tersebut dari tangan Tumijah. Dalam hitungan detik

pil itu langsung bereaksi sangat cepat ke dalam tubuh Ayu. Kepala Ayu langsung bergoyang-

goyang sendiri tanpa di mintanya. Tumijah langsung tertawa lepas melihat Ayu goyang-

goyang tidak jelas tanpa ada dentuman music sedikitpun, padahal yang terdengar dari balkon

tandon air hanya suara kendaraan mobil dan motor yang berlalu lalang. Dengan cepat Heri

merogoh hpnya dari saku celana jins sebelah kiri lalu menekan tanda play yang ada di layar

hpnya. Sebuah lagu beraliran house remix dari aplikasi mp3 berkumandang bebas di telinga

Ayu, Benu dan Tumijah.

“Wealah sini mas, aku minta satu, aku kan juga mau kayak Ayu itu” kata Benu dengan

polosnya, Mas Heri dengan senang hati langsung memberikan pil berwarna biru tersebut.

Benu pun langsung melayang bergoyang-goyang menyusul Ayu ke langit ke tujuh.

“Asiik coy, gila Jah, Yooii banget, gak mau berhenti nih, semakin di goyang semakin enak”

Ayu dan Benu spontan berkata bersamaan sambil asik bergoyang, sebenarnya yang di telan

mereka berdua itu adalah pil Narkoba berjenis happy faith.

“Sini sayang aku juga mau nyobain”

“Okay, ini dek, nelannya bareng aku ya” Tumijah langsung menelan pil tersebut, tapi Mas

Heri tidak langsung menelan pil berwarna biru tersebut malah di buangnya ke arah belakang.

Jadi yang masih sadar seratus persen adalah Mas Heri. Kini mereka bertiga Ayu, Benu dan

Tumijah sudah berada ke langit ke tujuh.

Sungguh-sungguh terjadi, tiga Abg dan satu bandar narkoba berpesta ria di balkon tandon air

yang terletak dipinggir alun-alun kota Magelang tanpa memikirkan efek buruk yang bisa saja

menimpa mereka bertiga. Bisa saja mereka bertiga kehilangan akal sehat terjun bebas atau

melakukan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan. Alhasil dua krat Bir tersebut pun

Page 71: M46314 n6

71

ternyata langsung habis dalam waktu dua puluh menit, oleh mereka bertiga. Padahal dua krat

itu isinya dua puluh empat botol Bir.

Dan kesempatan seperti ini tidak akan di sia-siakan oleh Mas Heri.

Pilihan

Terik Matahari di kota Magelang siang ini memang terasa sangat menyengat dibandingan

oleh beberapa hari sebelumnya, yang cuaca masih terasa sejuk, dingin dan mendung. Tapi

sekarang sudah berubah total. Entah ada apa gerangan hari ini yang membuat cuaca menjadi

galau tingkat dewa Amun. Dari kejauhan hanya terlihat dua orang tua sedang duduk santai di

halaman depan rumahnya sambil mengipas-ngipas kepalanya menggunakan koran bekas.

“Bu, sebaiknya Tumijah kita pindahkan ke sekolah yang ada Asramanya saja ya Bu. Ayah

benar-benar tidak habis pikir, dan sudah bingung harus menghukum Tumijah seperti apa.

Baru saja bulan lalu di hukum sekarang tambah menjadi-jadi, untung saja anak kita masih

bisa diselamatkan dan segera di bawa kerumah sakit umum oleh dua orang remaja tanggung

yang baik hati menemukan Tumijah terkapar akibat mabok berat di pinggir jalan”

“Maksud Ayah, Tumijah mau di pindahkan ke SMA Saint Petrus yang terletak di perbatasan

kota magelang dan muntilan itu ya”

“Iya Bu, Ayah sebenarnya sangat khwatir sekali melihat keadaan Tumijah seperti ini, dan

tidak tahu lagi harus bagaimana mendidik Tumijah yang sekarang sangat keras kepala jika

diberi nasehat apalagi diberi hukuman, dia memang sering menjawab iya, iya tapi

kenyataannya selalu saja masuk ke telinga kanan dan keluar ke telinga kiri”

“Tapi Yah, bagaimana tentang semua biaya jika Tumijah sekolah disana Yah. Ibu juga tidak

tega kalo Tumijah sekolah disana, nanti ibu kepikiran terus bagaimana Yah, terus kalo dia

tidak betah disana dan kita sudah bersusah payah membayar biaya bukannya akan menjadi

beban lagi ya Yah untuk kita juga?? Yah ingat. Hutang kita sudah cukup banyak Yah.

Apalagi hutang uang yang dulu itu kita pinjam sama Pak RT belum juga lunas Yah.”

“Sebenarnya Ayah juga sudah memikirkan hal ini dari jauh-jauh hari Bu. Ayah yakin setiap

pilihan itu pasti mempunyai resiko, ibu tenang saja, yang penting Tumijah bisa menjadi anak

baik-baik Bu, seperti apa yang kita harapkan dan segala sesuatu yang kita khawatirkan tidak

akan terjadi. Ibu juga harus berdoa setiap waktu untuk Tumijah ya Bu, jangan pernah berhenti

berdoa kepada TUHAN, supaya Tumijah terbuka hatinya. Dan menjadi anak baik-baik

seperti dulu lagi” Ayahnya Tumijah bermaksud menjual mobil angkotnya dan ginjalnya

untuk semua kebutuhan sekolah Tumijah, dan jika berlebih akan melunasi semua hutang-

hutang yang di pinjamnya dari Pak RT dan para tetangganya.

“Iya Yah, berarti lebih cepat lebih baik ya Yah, sekarang tingkah laku Tumijah yang ibu

rasakan saat ini sudah jauh berubah, sungguh keteraluan. Dia mulai kurang ajar sama ibu

Yah, lima hari yang lalu dia berani meludahi ibu dan menyiram ibu pakai air kali saat ibu

menyuruhnya menyiram halaman depan rumah. Sebenarnya tidak hanya itu saja Yah, masih

banyak tingkah laku yang berubah total dalam diri Tumijah yang tidak menyenangkan di hati

ibu. Tapi ibu takut bilang sama Ayah. Ibu takut penyakit jantung Ayah menjadi kumat lagi

Yah, alhasil ibu mengurungkan niat ibu untuk bilang sama Ayah”

Page 72: M46314 n6

72

“Ya sudah tidak apa-apa Bu, kita harus bisa mencegahnya supaya Tumijah tidak kebablasan

lebih jauh lagi ya Bu.”

Hari itu juga Ayah dan Ibunya Tumijah mendatangi SMA Saint Petrus. Setelah sampai di

parkiran halaman sekolah SMA Saint Petrus, Ayah dan Ibunya Tumijah menemui seorang

satpam sekolah dan langsung di pertemukan oleh seorang bruder. Bruder adalah seorang

kepala sekolah di SMA Saint Petrus.

“Ada keperluan apa, bapak dan ibu datang kesini”

“Kami ingin menyekolahkan anak putri kami bruder” jawab Ayahnya Tumijah langsung

menceritakan semua hal tentang Tumijah.

Dua hari berikutnya Tumijah pun dipindahkan secara paksa ke sekolah SMA Saint Petrus

sekolah yang ada asramanya, Tumijah pun tidak menyangka atas kepindahannya yang serba

mendadak. “Bajingan. Kedua orang tuaku memindahkanku tanpa memberitahuku

sebelumnya. Ini tidak adil TUHAN!!!” gerutu Tumijah dalam hati saat pagi-pagi buta jam

enam di bawa paksa ke sekolah yang baru sama Ayah dan Ibunya menggunakan taxi

berwarna hitam.

***

Daun kering dari pohon mangga yang terletak di depan kelas G SMA 463 kota Magelang.

Mulai banyak jatuh tertiup angin, suasana kelas yang dulu ramai seperti pasar ikan kini

seperti sebuah mini market yang sesekali di kunjungi oleh pembeli. Sepi lebih tenang dan

sangat tertib siswa-siswinya berada di dalam kelas walaupun tanpa ada guru yang datang.

Bangku memanjang yang dulu diisi oleh tiga orang siswa siswi kini sepi sekali tanpa sosok

pemiliknya. Entah sekarang ketiga pemiliknya pergi kemana. Selama dua bulan ini berada di

dalam asrama SMA Saint Petrus. Tumijah mulai tidak betah. Padahal SMA Saint Petrus

adalah SMA kristen terbaik se Asia tenggara, lulusan SMA Saint Petrus bisa di pastikan

menjadi orang-orang pintar berhati baik, lebih dekat mengenal TUHAN dan sangat

menyayangi keluarganya. Tapi kelihatannya semua itu tidak berlaku lagi bagi diri Tumijah.

SMA Saint Petrus memang bukan tempat yang nyaman untuk Abg putri seperti Tumijah yang

sekarang memiliki sifat pemberontak, sangat tidak mau diatur, pemarah dan pendendam yang

luar biasa.

Pokoknya di dalam asrama sekolahannya yang baru ini, semakin hari, semakin prustasi

Tumijah melalui hari-harinya. Terlihat jelas dari raut wajahnya apalagi saat berada di dalam

sebuah aula besar dimana semua teman-teman barunya sedang asik melakukan pembelajaran

isi alkitab dalam suasana hening. Lima menit kemudian Tumijah langsung keluar

meninggalkan Aula. “Gila aku lama-lama disini, Ayah dan ibuku memang tidak punya hati,

hanya orang tua gila yang menyuruh anaknya sekolah disini” gerutu Tumijah.

“Ada apa kamu Tumijah?? bukannya jam ini kamu masih belajar di dalam aula ya?. Kenapa

kamu duduk di luar sendirian.” seorang Romo sudah berdiri tepat di belakang tempat duduk

Tumijah. Ternyata Romo tersebut memperhatikan Tumijah dari kejauhan selama dua puluh

menit. Dan Tumijah sama sekali tidak menyadarinya.

Mengetahui kalo seorang Romo menghampirinya dan mengajak berbicara, bukannya

menjawab, Tumijah malah semakin asik melamun melihat ke taman kecil yang terdapat di

luar aula. Sama sekali tidak menganggap Romo itu ada. “Tumijah!!” sambungnya lagi.

Page 73: M46314 n6

73

Sepertinya Romo tersebut sudah terlalu bersabar dengan sikapnya Tumijah dan sekarang

memegang erat bahu kiri Tumijah.

“Aku bosan Mo. mengikuti semua kegiatan disini.” Jawab Tumijah dengan lantang.

“Apa yang kamu bilang Tumijah, apakah Romo tidak salah mendengarmu berbicara?” Romo

tersebut langsung duduk disamping Tumijah mencoba menasehati Tumijah. “Dengar ya

Tumijah, kamu tahu kenapa Ayah dan Ibumu menyekolahkanmu disini?” sambungnya lagi.

“Pokoknya aku bosan berada disini, tidak ada alat komunikasi, tidak bisa bertemu sama

kedua teman-temanku dan pacarku. Apalagi pergi jalan-jalan ke mall artos, menikmati hidup

bebas di luar sana. Ini seperti sebuah penyiksaan Mo.”

“Iya Romo tahu, apa yang kamu rasakan saat ini, tapi cobalah sekarang kamu lihat teman-

temanmu yang berada disini, mereka selalu bahagia dan bersemangat untuk melakukan

semua kegiatan yang ada dan mengikuti semua peraturan yang berlaku di sekolah ini, apakah

kamu tahu kalo TUHAN itu sangat menyayangimu Tumijah??”

“Iya aku tahu, tapi aku sama sekali tidak nyaman berada di sekolah ini apalagi di dalam

asrama. Jika di paksakan aku bisa gila ROMO!!”

“Kamu tahu berapa biaya yang di keluarkan oleh kedua orang tuamu untuk masuk kesekolah

ini?”

“Emang aku pikirin, mau di atas sepuluh juta kek, atau satu miliar pun biaya yang

dikeluarkan untukku sekolah disini, ini juga bukan keinginanku Romo!!” protes Tumijah

dengan nada emosi.

“TUMIJAH kamu tidak boleh ngomong seperti itu!! disini kami juga tidak sembarangan

menerima anak didik baru apalagi sifatnya seperti kamu itu, semuanya harus melalui seleksi

yang ketat. Kamu beruntung bisa langsung masuk kesini tanpa seleksi sedikitpun, gara-gara

kedua orang tuamu menangis-nangis datang kesini supaya kamu bisa masuk bersekolah

disini. Kamu mengerti Tumijah??”

“Iya Romo aku mengerti” Tumijah langsung meninggalkan Romo menuju kamarnya bukan

ke aula.

Di dalam kamar yang berukuran tiga kali tiga tanpa ada alat komunikasi dan barang-barang

koleksi mewah milik Tumijah. Tumijah duduk di sudut kamar sambil terus meneteskan air

matanya hingga hampir membasahi setengah lantai kamar. Raut wajahnya Tumijah sudah

seperti orang yang terkena depresi berat. Tumijah di dalam asrama memang sangat jarang

sekali berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya. Hingga dia sering di perbincangkan

oleh semua penghuni asrama termasuk bruder sekolah. Tumijah benar-benar menutup dirinya

dari dunianya di dalam asrama dan hampir setiap hari melamun dengan dunianya yang lain.

***

Tiga hari kemudian otak nekat Tumijah semakin mendorongnya untuk melakukan pelarian

diri dari asrama sekolah SMA Saint Petrus. Tumijah melihat situasi yang dirasakannya sangat

aman. Tumijah langsung melarikan diri dari asrama sekolah. Saat semua siswi yang berada di

dalam asrama sudah pada tertidur lelap di atas tempat tidurnya masing-masing. Tumijah

diam-diam ke arah dinding belakang asrama, sepertinya Tumijah sudah menyiapkan segala

Page 74: M46314 n6

74

hal untuk melancarkan pelariannya malam ini, dari pakaiannya yang di kumpulkan semua

lalu diikat bersambung menjadi panjang seperti sebuah tali sebagai alat untuk melewati

dinding tinggi sepuluh meter di belakang asrama. Kemudian Tumijah mengikat pakaiannya

yang menjadi tali itu ke sebuah besi jemuran pakaian yang berukuran sangat tebal tertanam

kuat di belakang asrama, lalu dia melemparkan pakaiannya keluar yang sudah menjadi seperti

tali tadi. Sementara itu penjaga asrama SMA saint Petrus berjumlah tiga orang pria tua yang

sibuk berjaga di pintu depan tidak mengetahui kalo Tumijah sedang berusaha melarikan diri

dari asrama sekolah.

Setelah Tumijah berhasil melewati dinding belakang asrama, Tumijah terus berlari sekuat

tenaga menjauh meninggalkan asrama SMA Saint Petrus. Berhubung Tumijah tidak

membawa seperserpun uang dan badan Tumijah sekarang sudah mulai kelelahan Tumijah

memutuskan untuk menginap di depan toko counter pulsa di daerah Muntilan. “Seandainya

aku tidak di pindahkan ke sekolah SMA Saint Petrus, mana mungkin aku mengalami hal

seperti ini. Aku sudah membulatkan tekadku untuk tidak pulang kerumah, cepat atau lambat

pasti kedua orang tuaku akan mengetahui pelarianku dari asrama. Sudahlah biarkan saja

kedua orang tuaku sibuk mencari-cariku, emang enak kehilangan putri satu-satunya” gerutu

Tumijah dalam hati.

Matahari sudah menampakkan dirinya dengan gagah dari balik gunung tidar kota Magelang.

Rumah tingkat sederhana yang terletak diperkampungan Nawala dengan nomor empat belas

yang menempel erat di atas sudut kanan pintu di hebohkan oleh kabar pelarian Tumijah dari

sepucuk surat.

“Ayah, Yah bangun Yah. Ini ada surat dari Bruder SMA Saint Petrus”

“Ada apa Bu”

“Tumijah kabur Yah dari asrama, anak itu selalu saja membuat masalah. Kita harus

bagaimana Yah”

“Ibu tenang ya, jangan panik. Pagi ini biar Ayah yang pergi kesana mencari kebenaran kabar

ini. Bisa saja ini surat yang membuat adalah teman-temannya dari sekolah 463 kota

Magelang yang tidak suka jika Tumijah di pindahkan ke SMA Saint Petrus”

Alhasil Ayahnya Tumijah langsung meluncur menggunakan taxi ke SMA Saint Petrus.

Kaca yang retak

Hari demi hari di lalui oleh Tumijah, dia merasa sangat cemas oleh perutnya yang semakin

hari semakin kelihatan membesar oleh janin yang ada di dalam kandungannya. Tumijah

sekarang hanya sebatang karang dan tidak tahu lagi harus kemana, saat dia sampai di kota

Magelang dan segera menemui kedua temannya Benu dan Ayu. Ternyata kedua temannya

sudah pindah sekolah tidak ada di kota Magelang lagi. Saat dia berusaha mencari Mas Heri,

dia pun juga tidak menemukannya. Tumijah kini benar-benar seperti seorang gembel yang

terbuang dari tempat kelahirannya sendiri yaitu kota Magelang.

Tumijah ingin sekali berteriak dengan sekuat tenaganya dan mengatakan hal yang sebenarnya

yang terjadi oleh dirinya kepada kedua orang tuanya. Tapi apa daya ketika rasa takut

menghantui hati kecil Tumijah yang paling dalam, niat itu pun di kurungnya dalam-dalam

Page 75: M46314 n6

75

dan tidak tahu sampai kapan dia akan membukanya ataupun pulang kerumah menemui kedua

orang tuanya.

“Sekarang aku sangat takut apabila Ayah dan ibuku tahu pasti akan marah besar, aku juga

lebih takut akan dosa-dosaku kepada TUHAN yang semakin bertambah banyak. Jika sampai

keputusan terakhirku adalah menggugurkan janin yang tersimpan rapat di balik perutku ini.

Aku hanya bisa pasrah menerima itu semua” kata Tumijah penuh putus asa dalam hati sambil

terus meneteskan air mata dan mengelus-ngelus perut buncitnya.

Tidak henti-hentinya Tumijah meneteskan air mata, hingga sampai di sebuah pondok tepi

sawah, dia sudah tidak tahu lagi harus kemana melakukan apa. Dia selalu membayangkan

kesalahan fatal yang sudah dia perbuat dalam keadaan benar-benar tidak sadar di atas tandon

air kota Magelang waktu itu. Sekarang raut wajah Tumijah pun sangat pucat di tambah warna

hitam gelap yang timbul di bawah kelopak matanya karena berhari-hari tidak bisa

memejamkan kedua matanya untuk beristrirahat. Kalo dia lapar, dia hanya bisa mencari

makan dari tempat sampah yang dia laluinya. Selama perjalanan yang tidak tahu entah

kemana ujung arahnya dia selalu terbayang-bayang ucapan yang keluar dari mulut Mas Heri

waktu itu. Saat dia sedang mabok berat mengkunsumsi bir dan sebuah pil happy faith.

“Ayo dong dek, tidak apa-apa kok, enggak sakit kok, katanya kamu sayang banget sama mas

Heri”

“Tapi Mas, jangan mas, tolong jangan lakukan itu. jangan Mas. Aaaah.” akhirnya dalam

keadaan masih sadar seratus persen Mas Heri melancarkan aksi bejadnya kepada Tumijah,

melihat situasi Benu dan Ayu yang sudah pada mabok berat dan tepar tak berdaya di lantai

balkon tandon air.

Tubuh Tumijah waktu itu masih dalam keadaan mabok berat di atas tandon air tapi masih

sedikit setengah sadar dan hingga akhirnya dia benar-benar tak berdaya, keesokkan harinya

Tumijah sadar sudah ada dirumah sakit di antar oleh Benu dan Ayu. Sehari setelah sadar

kedua orang tua Tumijah membawa paksa Tumijah ke SMA Saint Petrus. Kedua orang tua

Tumijah tidak tahu kalo Tumijah sudah di perkosa sama pacar baru Tumijah yaitu laki-laki

kenalannya Tumijah via facebook yang bernama Heri itu.

“KAMU sudah berapa kali Ayah bilang jangan mabok-mabok an, untung kamu masih bisa

tertolong oleh TUHAN.”

“Yah sudah Yah, Tumijah masih belum sadar. Jadi percuma Ayah marahin Tumijah”

Tumijah masih tergeletak diatas tempat tidur rumah sakit umum dengan infus yang mengalir

masuk ke dalam tangan kanannya. Matanya hanya melihat samar-samar raut wajah Ayah dan

Ibunya.

Dalam derai Hujan

Hujan mengguyur deras seluruh kota Magelang dan sekitarnya. Tidak ada tempat lagi yang

paling nyaman selain tidur di dalam rumah walaupun ukuran kamarnya tidak besar. Tapi

sejatinya sangat memanjakan badan untuk beristirahat di atas kasur yang empuk. Tumijah

langsung terkejut oleh beberapa petugas memakai seragam coklat memaksanya untuk naik

kedalam truk hijau. Tumijah alhasil terjaring razia pengemis dan jalanan oleh petugas sat pol

PP kota Magelang saat dia sedang tertidur pulas di depan toko besi tepatnya di perbatasan

Page 76: M46314 n6

76

kota magelang dan temanggung. Tumijah langsung di angkut paksa ke dalam mobil patroli

dan di bawa kerumahnya di perkampungan Nawala. Untung saja, salah satu petugas sat pol

PP ada yang mengetahui kabar orang hilang dari selembaran foto Tumijah yang di tempel

oleh kedua orang tua Tumijah di tempat fasilitas umum kota Magelang.

Malam harinya setelah Tumijah membersihkan semua debu yang melekat di dirinya dengan

air hangat dan langsung masuk kedalam kamarnya. Ibu dan Ayahnya Tumijah saking

terharunya Tumijah di temukan dan sekarang dapat berkumpul bersama di dalam rumah,

alhasil membuat syukuran kecil-kecilan dan kebaktian keluarga dirumahnya. Namun Tumjah

masih belum bisa bertemu langsung dengan banyak orang gara-gara beban psikologis yang di

terimanya. Setelah selesai kebaktian, Ayah dan ibunya menemui Tumijah di kamarnya.

Namun pintu kamar Tumijah terkunci sangat sangat rapat dari dalam.

“Nduk-nduk, ayo turun sebentar, ibu yakin kamu pasti belum makan, ini ada sambal teri

kesukaanmu” ibunya Tumijah menggedor-gedor pintu kamar Tumijah. Tumijah hanya duduk

termenung di atas tempat tidurnya sambil menutup kedua telinganya.

“Tumijah buka pintunya Nak, Ayah dan ibumu kangen sekali sama kamu. Ayah dan ibu janji

tidak akan memarahimu lagi” Ayahnya Tumijahpun ikut membujuk Tumijah supaya keluar

dari dalam kamarnya.

“Nduk cepat keluar kamar toh, ayo makan.” tidak lama kemudian pintu kamar Tumijah di

buka paksa oleh Ayahnya.

“Brrooookkkk”

Ayah dan Ibunya Tumijah langsung memeluk Tumijah yang sudah kelihatan sangat-sangat

depresi berat oleh beban yang di tanggungnya. Butuh waktu untuk Tumijah menceritakan

janin yang ada di dalam perutnya itu kepada kedua orang tuanya.

Satu minggu berlalu tepatnya usia janin yang di kandung Tumijah sudah berumur dua bulan

tiga hari, akhirnya Tumijah menceritakan semuanya kepada orang tuanya.

Benar-benar seperti kejatuhan batu besar dari luar angkasa. Ayahnya Tumijah sangat terpukul

sekali setelah mendengar kabar yang sangat mengecewakan itu keluar dari mulut putri semata

wayangnya. Belum sempat Ayahnya Tumijah memberi berkata kepada Tumijah, tiba-tiba

nafas Ayahnya Tumijah langsung tersendat-sendat dan langsung terjatuh tergeletak di atas

lantai. Ternyata saat itu juga Ayahnya Tumijah menghembuskan nafas terakhirnya. Ibunya

Tumijah dan Tumijah tidak tahu kalo sang Ayah sudah pergi untuk selama-lamanya.

Ibunya Tumijah sangat panik dan langsung meminta bantuan kepada para tetangganya untuk

segera membawa Ayahnya Tumijah ke rumah sakit terdekat. Ibunya Tumijah dan Tumijah

benar-benar tidak percaya kalo Ayahnya sudah pergi meninggalkan mereka berdua untuk

selamanya. Tangisan ibu Tumijah dan Tumijah pun tidak terhindarkan lagi di dalam rumah.

Hari itu juga para jemaat dari gereja tempat ibadahnya ayah dan ibunya Tumijah berserta

pendeta berdatangan kerumah Tumijah. Seluruh warga Nawala pun langsung terkejut

mendengar kabar tersebut, padahal tadi pagi para warga melihat Ayahnya Tumijah masih

dalam keadaan sehat-sehat saja.

“Orang hidup itu seperti berdiri di atas papan catur, sejatinya di hadapkan oleh dua warna

putih dan hitam yang memiliki peran penting dalam kehidupan ini. Kita harus bisa memilih

untuk yang terbaik buat hidup kita, tentunya tidak pernah melupakan TUHAN sedikitpun di

Page 77: M46314 n6

77

dalam kehidupan kita. Orang tua itu adalah titipan dari TUHAN, untuk menjaga kita,

melindungi kita dan sangat menyayangi kita. Jadi jangan pernah membuat kedua orang tua

kita kecewa ataupun menangis karena kita.”

Epilog

Tanggal tiga puluh april dua ribu empat belas, musim gugur telah datang menyelimuti

seluruh kota Magelang apalagi sebagian dedaunan bunga kamboja berjatuhan disekitar

pemakamam umum tersebut. Tepat di sebelah dua makam berlambang salib terlihat seorang

remaja putri menggandeng anak kecil berparas cantik yang di berinama Alesia bejo soeparni.

“Ibu kenapa kita pergi kesini sih?? aku kan ingin jalan-jalan ke mall” tanya Alesia dengan

sangat polos kepada ibunya.

“Tidak apa-apa Nak. Iya nanti kita jalan-jalan ke mall. Ibu mengajak kamu kesini supaya

kamu tahu makam Kakek dan Nenekmu”

“Ibu, ibu, ibu kok menangis. Kata ibu guru Alesia di sekolah, kita itu tidak boleh menangis di

sembarang tempat. Apalagi di tempat seperti ini, kan Alesia takut.”

Tumijah mengusap air matanya dan langsung menaburkan bunga yang dia bawa dengan

kantong plastik berwarna hitam di seluruh permukaan tanah makam Ayah dan Ibunya.

Tumijah sekarang benar-benar menyesal kenapa dia dulu tidak pernah mendengar nasehat

dari kedua orang tuanya saat itu.

Kini Tumijah tinggal bersama putri semata wayangnya tanpa seorang sosok suami. Tumijah

harus menjalankan sisa kehidupannya yang terus mengalir seperti air di rumah kecil

berdinding kayu tepat di belakang SMA 463 kota Magelang tempat sekolah SMAnya dulu.

Untuk membiayai sekolah anaknya dan mencukupi kebutuhannya, Tumijah banting tulang

berjualan nasi uduk di area kantin sekolah SMA 463 kota Magelang. Tumijah tidak memiliki

tempat tinggal lagi di perkampungan Nawala, dia terpaksa menjual rumahnya untuk biaya

melahirkan putri satu-satunya waktu itu. Semenjak kepergian Ibunya yang menyusul

Ayahnya sebulan berikutnya gara-gara tidak tahan menanggung malu oleh sindiran keras para

tetangga. Ibunya Tumijah nekat mengakhiri hidupnya dengan menenggak habis sebotol racun

pembasmi serangga di dalam kamar.

Tumijah langsung pergi meninggalkan tempat pemakaman Ayah dan Ibunya. Sekali lagi dia

benar-benar sangat menyesal kenapa dulu tidak mendengar semua nasehat yang di berikan

oleh Ayah dan Ibunya. Tumijah menyadari kepergian kedua orang tuanya juga di sebabkan

olehnya sendiri.

Baru dua meter berjalan bersama anaknya, tiba-tiba ada mobil masda biru berhenti tepat di

depan Tumijah. Tidak lama kemudian keluar dari sana sepasang suami istri yang sudah tidak

asing lagi bagi Tumijah.

“Ayu, Benu.” Tumijah langsung berseru melihat kedua sahabatnya keluar dari dalam mobil

masda biru tersebut.

“Tumijah” Benu dan Ayu langsung memeluk Tumijah, Alesia hanya diam penuh bingung

melihat ibunya di peluk oleh dua orang asing menurutnya. (Tamat).