luka bakar kimia new

37
LUKA BAKAR KIMIA I. PENDAHULUAN Luka bakar kimia adalah iritasi dan kerusakan pada jaringan manusia yang disebabkan oleh paparan bahan kimia, biasanya melalui kontak langsung dengan bahan kimia atau uapnya. Luka bakar kimia dapat terjadi di rumah, di tempat kerja atau sekolah, atau sebagai akibat dari kecelakaan atau serangan. Sebagian besar luka bakar kimia disebabkan baik oleh asam kuat atau basa kuat (misalnya, asam hidroklorida atau natrium hidroksida). Asam merusak dan membunuh sel-sel dengan koagulasi sel sedangkan basa mencairkan sel. Kontak yang terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan parah pada jaringan manusia dan jika pasien selamat menyebabkan jaringan parut dan kecacatan. Membatasi lamanya paparan terhadap bahan kimia dapat sangat mengurangi efek kerusakan terhadap tubuh. 1 Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh asam atau basa yang kontak langsung dengan jaringan. Asam didefinisikan sebagai donor proton (H+) dan basa didefinisikan sebagai akseptor proton (OH-). Basa juga dikenal sebagai alkali. Kedua asam dan basa dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang signifikan pada suatu kontak dengan anggota tubuh. Kekuatan asam didefinisikan oleh betapa kuat donor proton dan 1

Upload: meyke-liechandra

Post on 29-Dec-2015

51 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Luka Bakar Kimia NEW

LUKA BAKAR KIMIA

I. PENDAHULUAN

Luka bakar kimia adalah iritasi dan kerusakan pada jaringan manusia yang

disebabkan oleh paparan bahan kimia, biasanya melalui kontak langsung dengan

bahan kimia atau uapnya. Luka bakar kimia dapat terjadi di rumah, di tempat kerja

atau sekolah, atau sebagai akibat dari kecelakaan atau serangan. Sebagian besar

luka bakar kimia disebabkan baik oleh asam kuat atau basa kuat (misalnya, asam

hidroklorida atau natrium hidroksida). Asam merusak dan membunuh sel-sel

dengan koagulasi sel sedangkan basa mencairkan sel. Kontak yang terlalu lama

dapat menyebabkan kerusakan parah pada jaringan manusia dan jika pasien

selamat menyebabkan jaringan parut dan kecacatan. Membatasi lamanya paparan

terhadap bahan kimia dapat sangat mengurangi efek kerusakan terhadap tubuh.1

Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh asam atau basa yang kontak

langsung dengan jaringan. Asam didefinisikan sebagai donor proton (H+) dan

basa didefinisikan sebagai akseptor proton (OH-). Basa juga dikenal sebagai

alkali. Kedua asam dan basa dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang

signifikan pada suatu kontak dengan anggota tubuh. Kekuatan asam didefinisikan

oleh betapa kuat donor proton dan kekuatan basa ditentukan oleh seberapa kuat ia

mengikat proton. Kekuatan asam dan basa didefinisikan dengan menggunakan

skala pH yang berkisar antara 1-14 dan logaritmik. Suatu asam kuat memiliki pH

1 dan basa kuat memiliki pH 14. Apabila mempunyai pH 7 ini dikatakan netral.2

II. EPIDEMIOLOGI

Pada tahun 2008, American Association of Poison Control Centers

(AAPCC), melaporkan sebanyak 26.596 kasus terpapar zat kimia asam, 34.741

kasus terpapar zat kimia basa, 9.958 kasus terpapar peroksida, dan 58.892 kasus

terpapar zat pemutih. Selama tahun 2008 tersebut, 1.868 kasus terpapar fenol.

Cedera luka bakar karena zat kimia berjumlah sekitar 2-6% dari keseluruhan

cedera luka bakar pada pusat perawatan lanjutan.3

1

Page 2: Luka Bakar Kimia NEW

A. Internasional

Diseluruh dunia, zat korosif pada umumnya digunakan untuk kejahatan

penganiayaan. Zat korosif yang paling banyak digunakan adalah larutan alkali dan

asam sulfat.3

B. Mortalitas dan Morbiditas

Pada tahun 2008, the American Association of Poison Control Centers

melaporkan paparan asam dan produk yang mengandung asam dan zat kimia

berbahaya lainnya memperlihatkan bahwa 10 korban meninggal, 83 kasus tingkat

berat, dan 1788 kasus tingkat sedang. Paparan dari produk yang mengandung

alkali dan zat kimia lainnya terdapat 9 korban meninggal, 168 kasus tingkat berat,

dan 2.684 kasus tingkat sedang. Paparan akibat peroksida tidak ada korban yang

meninggal, 9 orang tingkat berat, dan 154 kasus tingkat sedang. Paparan akibat

bahan pemutih dan produk yang mengandung hipoklorit terdapat 2 orang

meninggal, 43 kasus tingkat berat, dan 2.016 kasus tingkat sedang. Paparan dari

produk yang mengandung fenol tidak ada korban yang meninggal, 2 kasus tingkat

berat, dan 70 kasus tingkat sedang. 3

Lebih dari 25.000 produk yang berpotensi untuk menimbulkan luka bakar

kimia yang dipasarkan untuk digunakan di industri, agrikultur, sains militer, dan

rumah. Di Amerika Serikat lebih dari 3.000 kasus kematian secara langsung

berhubungan dengan kerusakan kulit atau pencernaan yang didata setiap tahunya

dengan estimasi 60.000 pasien memerlukan perawatan medis untuk luka bakar

kimia. 4

C. Jenis Kelamin

Luka bakar dengan bahan zat kimia berbahaya di seluruh dunia lebih

sering terjadi terhadap wanita.

D. Umur

2

Page 3: Luka Bakar Kimia NEW

Orang dewasa dan anak-anak hampir sama jumlahnya terpapar dengan zat

kimia berbahaya. Orang dewasa yang terpapar dengan zat kimia yang bersifat

korosif lebih sering menderita luka bakar yang berat.3

E. Lokasi

Sebagai bagian tubuh yang terbuka dan sering digunakan dalam pekerjaan,

tangan dan bagian tubuh atas adalah lokasi tersering sebagai lokasi luka bakar

kimia dengan total kasus sama banyak dengan total kasus kombinasi lokasi lain. 4

III. ETIOLOGI

A. Kulit

Luka bakar kimia berupa iritasi dan kerusakan jaringan manusia yang

disebabkan oleh paparan bahan kimia biasanya melalui kontak langsung dengan

bahan kimia atau asapnya. Luka bakar kimia dapat terjadi di rumah, di tempat

kerja atau sekolah, atau sebagai akibat dari kecelakaan atau penyerangan.5

Banyak luka bakar kimia terjadi tanpa sengaja melalui penyalahgunaan

produk seperti untuk perawatan rambut, kulit, dan kuku. Meskipun cedera

memang terjadi di rumah, risiko mempertahankan kimia terbakar jauh lebih besar

di tempat kerja, terutama dalam bisnis dan pabrik yang menggunakan sejumlah

besar bahan kimia.5

Sebuah perubahan permanen dalam warna kulit dapat terjadi bila bahan

kimia tertentu kontak dengan kulit. Bahan kimia yang dapat menyebabkan

keadaan ini adalah tar, aspal produk,dan beberapa desinfektan.6

Sejumlah besar produk industri dan komersial mengandung konsentrasi

berpotensi beracun asam, basa atau bahan kimia lain yang dapat menyebabkan

luka bakar. Beberapa produk lebih umum terdaftar sebagai berikut:7

1. Asam

a. Asam sulfat umumnya digunakan dalam pembersih toilet, pembersih saluran

air, pembersih logam, cairan baterai mobil, amunisi, dan manufaktur pupuk.

Konsentrasi berkisar dari asam 8% menjadi asam hampir murni. Asam yang

sangat kental lebih padat daripada air. Hal ini juga menghasilkan panas yang

3

Page 4: Luka Bakar Kimia NEW

signifikan bila diencerkan. Atribut ini membuat asam sulfat menjadi pembersih

saluran yang efektif. Asam sulfat pekat bersifat higroskopis. Dengan demikian

dapat menghasilkan luka dermal oleh dehidrasi, cedera termal, dan cedera kimia.

b. Asam nitrat umumnya digunakan dalam ukiran, pemurnian logam,

electroplating, dan pupuk manufaktur.

c. Asam fluorida umumnya digunakan dalam karat, pembersih ban, pembersih

keramik, perawatan gigi, penyamakan, semikonduktor, pendingin dan pupuk

manufaktur, dan penyulingan minyak bumi. Asam ini sebenarnya adalah asam

lemah dan dalam bentuk encer sehingga tidak akan menyebabkan pembakaran

langsung atau nyeri pada kontak.

d. Asam klorida umumnya digunakan dalam pembersih toilet, pembersih logam,

flux solder, manufaktur pewarna, pemurnian logam, aplikasi pipa, pembersih

kolam renang, dan bahan kimia laboratorium. Konsentrasi berkisar 5-44%. Asam

klorida juga dikenal sebagai asam muriatic.

e. Asam fosfat umumnya digunakan dalam pembersih logam, rustproofing,

disinfektan, deterjen, dan manufaktur pupuk.

f. Asam asetat umumnya digunakan dalam pencetakan, pewarna, rayon dan topi

manufaktur, desinfektan dan penetralisir gelombang rambut.

g. Asam format umumnya digunakan dalam lem pesawat, penyamakan, dan

pembuatan selulosa.

h. Asam Chloroacetic

i. Asam Monochloroacetic digunakan dalam produksi karboksimetilselulosa,

phenoxyacetates, pigmen, dan beberapa obat. Asam ini memiliki toksisitas

sistemik signifikan karena masuk dan blok siklus asam trikarboksilat dan

menghambat respirasi sel. Asam ini sangat korosif.

j. Asam Dichloroacetic digunakan dalam manufaktur bahan kimia. Asam ini

adalah asam lemah dari asam trikloroasetat dan tidak menghambat respirasi

selular.

k. Asam trikloroasetat digunakan di laboratorium dan manufaktur kimia. Asam ini

sangat korosif. Asam ini tidak menghambat respirasi selular.

4

Page 5: Luka Bakar Kimia NEW

l. Fenol dan Kresol. Fenol juga dikenal sebagai asam karbol yang merupakan

asam organik lemah yang digunakan dalam pembuatan resin, plastik, farmasi, dan

disinfektan. Kresol adalah dihydroxybenzenes yang digunakan sebagai pengawet

kayu, agen degreasing, dan intermediet kimia. Zat-zat ini sangat mengiritasi kulit

dan dapat diserap melalui kulit untuk menghasilkan toksisitas sistemik.

2. Basa

a. Natrium hidroksida dan kalium hidroksida digunakan dalam pembersih drain,

pembersih oven, tablet CLINITEST, dan pembersih gigi tiruan. Basa ini sangat

korosif. Tablet CLINITEST mengandung 45-50% natrium hidroksida (NaOH)

atau kalium hidroksida (KOH). NaOH terkonsentrasi atau KOH lebih padat

daripada air dan menghasilkan panas yang signifikan bila diencerkan. Kedua

panas yang dihasilkan dan alkalinitas berkontribusi untuk luka bakar.

b. Kalsium hidroksida juga dikenal sebagai kapur. Basa ini digunakan dalam

mortar, plester, dan semen.

c. Sodium dan kalsium hipoklorit merupakan bahan umum dalam pemutih rumah

tangga dan klorinasi kolam renang. Pemutih rumah tangga memiliki pH sekitar 11

dan jauh lebih korosif.

d. Kalsium oksida juga dikenal sebagai kapur adalah bahan kaustik dalam semen.

Basa ini menghasilkan panas bila diencerkan dengan air dan dapat menghasilkan

luka bakar termal.

e. Amonia digunakan dalam pembersih dan deterjen. Bentuk encer dari basa ini

tidak sangat korosif. Gas amonia anhidrat digunakan dalam sejumlah aplikasi

industri terutama di bidang manufaktur pupuk. Basa ini sangat higroskopis

(memiliki afinitas tinggi untuk air). Basa ini menyebabkan luka bakar kimia. Basa

ini dapat menyebabkan luka bakar pada kulit serta cedera paru.

5

Page 6: Luka Bakar Kimia NEW

f. Fosfat biasa digunakan dalam berbagai jenis deterjen rumah tangga dan

pembersih. Zat ini meliputi kalium fosfat tribasic, trisodium fosfat, dan natrium

tripolifosfat.

g. Silikat termasuk natrium silikat dan natrium metasilikat. Mereka digunakan

untuk menggantikan fosfat dalam deterjen. Basa ini dapat ditemukan pada pencuci

piring, deterjen alkali, terutama untuk pembangun seperti silikat dan karbonat.

Basa ini cukup korosif.

h. Natrium karbonat digunakan dalam deterjen. Basa ini cukup basa, tergantung

pada konsentrasi.

i. Lithium hidrida digunakan untuk menyerap karbon dioksida dalam aplikasi

teknologi ruang angkasa. Basa ini kuat bereaksi dengan air untuk menghasilkan

hidrogen dan litium hidroksida. Basa ini dapat menghasilkan luka bakar termal

dan basa.

j. Oksidan pemutih: klorit adalah bahan kimia utama yang digunakan sebagai

pemutih di Amerika Serikat. Pemutih rumah tangga bersifat basa dengan pH 11-

12, tapi cukup encer sehingga minimal dalam mengiritasi kulit. Klorit yang lebih

terkonsentrasi seperti pada industri klorit memiliki kekuatan yang mungkin lebih

merusak kulit.

k. Peroksida: Hidrogen peroksida dengan konsentrasi 3% menghasilkan efek

iritasi kulit yang minimal. Konsentrasi 10% dapat menyebabkan parestesia.

Konsentrasi 35% atau lebih akan menyebabkan iritasi langsung.

l. Chromates: Dikromat kalium dan asam kromat adalah bahan kimia industri

umum digunakan dalam penyamakan, kain waterproofing, inhibitor korosi,

lukisan, dan percetakan, dan mereka juga digunakan sebagai agen pengoksidasi

dalam reaksi kimia. Kromat dapat menyebabkan luka bakar pada kulit dan

toksisitas sistemik berikutnya, termasuk gagal ginjal.

m. Manganates: Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang digunakan

dalam larutan encer sebagai desinfektan atau agen pembersih. Dalam larutan

6

Page 7: Luka Bakar Kimia NEW

encer, basa ini minimal dalam mengiritasi kulit. Dalam bentuk terkonsentrasi atau

kristal murni dapat menyebabkan luka bakar parah, ulserasi, dan toksisitas

sistemik.

3. Zat lain

a. Fosfor putih: Bahan kimia ini digunakan sebagai pembakar dalam pembuatan

amunisi, kembang api, dan pupuk. Fosfor putih secara spontan teroksidasi di

udara pada fosfor pentoksida, memberi nyala api kuning dan asap putih tebal

dengan bau bawang putih. Setelah ledakan amunisi atau kembang api, partikel

kecil fosfor dapat menjadi tertanam di kulit dan terus membara.

b. Logam: elemen lithium, natrium, kalium, dan magnesium bereaksi dengan air,

termasuk air pada kulit.

c. Pewarna rambut mengandung persulfat dan peroksida terkonsentrasi. Agen

pelurus rambut mungkin berisi alkali terkonsentrasi. Luka bakar kimia dapat

terjadi jika bahan ini tidak diencerkan dengan benar atau memiliki waktu kontak

yang lama dengan kulit kepala. Luka bakar dengan berbagai produk macam ini

telah dilaporkan dalam literatur.

d. Cedera Airbag: Inflasi cepat airbag dicapai melalui dekomposisi cepat natrium

azida untuk menghasilkan gas nitrogen. Natrium yang dihasilkan kemudian

bereaksi dengan kalium nitrat dan silikon dioksida untuk menghasilkan gas. Pada

langkah kedua sejumlah kecil natrium hidroksida dan natrium karbonat

dihasilkan. Airbag dapat menghasilkan lecet, luka dan memar melalui kekuatan

fisik ekspansi yang cepat. Bahan ini juga dapat menghasilkan luka bakar kimia

alkali. Hal ini terutama mengakibatkan lecet korne.

B. Paru

Sumber yang paling umum dari cedera yang disebabkan kebakaran

inhalasi yang mengakibatkan sesak nafas adalah yang disebabkan oleh karbon

7

Page 8: Luka Bakar Kimia NEW

monoksida. Karbon monoksida (CO) dilepaskan selama pembakaran semua bahan

organik. Yang paling umum adalah kayu dalam kebakaran.8

Sesak nafas umum yang terkait dengan cedera inhalasi hidrogen sianida

biasanya dihasilkan dari pembakaran polyurethane (busa), wol, sutra, dan kertas,

semua yang biasanya ditemukan di rumah. Konsentrasi serendah 45-55 bagian per

juta dapat menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari satu jam sedangkan

konsentrasi lebih dari 280 bagian per juta penyebab kematian hampir seketika.8

Sianida mengikat sitokrom C oksidase dalam membran mitokondria dan

mendenaturasikannya, yang mencegah fosforilasi oksidatif (sel tidak dapat

menghasilkan energi yang diperlukan). Hal ini menyebabkan kematian sel dan

menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat dan jantung. Peran sebenarnya

dari hidrogen sianida dalam menyebabkan kematian cedera inhalasi masih

diperdebatkan.8

Cedera inhalasi kimia sangat bervariasi dan benar-benar tergantung pada

toksin yang menyebabkan cedera, konsentrasi dihirup, dan panjang eksposur.

Ukuran dari partikel terhirup juga mempengaruhi jenis cedera. Partikel yang lebih

besar tetap dalam nasofaring dan saluran udara utama. Partikel kecil yang dapat

menyebar dengan mudah dapat pindah ke saluran udara yang lebih kecil dan

alveoli, berpotensi menyebabkan kerusakan lebih parah daripada partikel yang

lebih besar.8

Partikel itu sendiri biasanya tidak menyebabkan kerusakan langsung, tapi

bahan kimia beracun yang dihasilkan oleh api dapat larut dalam air pada partikel.

Kelarutan bahan kimia juga dapat mempengaruhi lokasi cedera. Misalnya, HCl

dan SO2 merupakan gas yang sangat larut ketika diproduksi oleh kebakaran.

Karena mereka begitu larut, mereka dengan cepat dapat mengiritasi saluran udara

utama. Tetapi bahan kimia kurang larut seperti nitrogen dioksida jauh lebih larut

dan mempengaruhi area yang lebih dalam ke paru-paru.8

C. Mata

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan

oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata baik ringan, berat

8

Page 9: Luka Bakar Kimia NEW

bahkan sampai kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan

trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang

bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut.9

1. Trauma Basa

Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam karena bahan-

bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara

cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan bahkan sampai

retina. Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari

luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini

mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera

okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan.

Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan

kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi disertai dengan

dehidrasi.9

Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel

jaringan. Pada pH yang tinggi, alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai

dengan disosiasi asam lemak membran sel. Akibat safonifikasi membran sel akan

mempermudah penetrasi lebih lanjut zat alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh

basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat

kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea

akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan

sel ini cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau

neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan

memudahkan sel epitel di atasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan

berhubungan langsung dengan stroma di bawahnya melalui activator

plasminogen. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga

kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan

penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat terjadi

perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan

puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai

terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila

9

Page 10: Luka Bakar Kimia NEW

terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup daerah depan kornea.

Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan

fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar

glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan

penting dalam pembentukan jaringan kornea.9

2. Trauma Asam

Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion

dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah

pH sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan

koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari

zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang

mengikuti trauma akibat asam. Hal ini mengakibatkan trauma pada mata yang

disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang

diakibatkan oleh zat kimia basa.9

Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat

melewati membran sel, seperti alkali. Ion fluorida dilepaskan ke dalam sel dan

memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan

magnesium membentuk insoluble complexes. Nyeri lokal yang ekstrim bisa terjadi

sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf

dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion

fluorida memasuki sistem sirkulasi dan memberikan gambaran gejala pada

jantung, pernafasan, gastrointestinal, dan neurologik.9

Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi

protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea sehingga bila

konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali.

Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini

terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini

dapat mengenai jaringan yang lebih dalam.10

C. Saluran Pencernaan

10

Page 11: Luka Bakar Kimia NEW

Di negara maju dan berkembang, trauma kimia pada sistem pencernaan

akibat menelan baik tidak disengaja atau untuk mencederai diri sendiri telah

berkurang dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikaitkan dengan peraturan yang

lebih ketat terhadap deterjen dan bahan korosif lainnya serta kesan dari kesadaran

umum.11

Dilaporkan bahwa luka lambung terjadi pada 85,4% dari trauma kimia

asam pada saluran pencernaan, terutama melibatkan bagian distal gaster dengan

44,4% menyebabkan komplikasi stenosis pilorus atau antrum.11

IV. PATOFISIOLOGI

A. Kulit

Tubuh memiliki beberapa proteksi yang spesifik dan perbaikan untuk

mekanisme termal, listrik, radiasi dan kimia luka bakar. Denaturasi protein

merupakan efek umum dari semua jenis luka bakar. Namun, luka bakar kimia

memiliki beberapa perbedaan dibandingkan dengan luka bakar termal. Luka bakar

kimia lebih dihasilkan dari terpaparnya bahan kimia dalam tempo waktu yang

lama dan paparan ini akan berlanjut sampai ke ruang gawat darurat sedangkan

trauma termal dihasilkan dari terpaparnya bahan kimia dalam waktu yang singkat. 12

Ada juga beberapa perbedaan dari segi biokimia. Diantaranya struktur

protein yang tidak melibatkan urutan asam amino yang spesifik, namun ada

struktur tiga dimensi tergantung pada kekuatan ikatan yang lemah, seperti ikatan

hidrogen atau ikatan Van der Waal. Ketiga struktur dimensi ini merupakan kunci

elemen pada akitivitas biologi pada protein dan mudah dipengaruhi oleh faktor

eksternal. Aplikasi panas atau bahan kimia, terutama gangguan pH, yang bisa

menyebabkan struktur menjadi tidak teratur. 12

Luka termal merupakan koagulasi protein yang cepat disebabkan oleh

reaksi silang sedangkan pada proses penghancuran protein pada luka bakar kimia

memiliki kelanjutan dari mekanisme lain terutama hidrolisis. Mekanisme ini

mungkin kelanjutan sampai ada munculnya unsur agen pertahanan terutama pada

11

Page 12: Luka Bakar Kimia NEW

lapisan dalam. Selain itu, bahan kimia yang bertindak dalam sistem tubuh

berpotensi bersikulasi dalam tubuh korban. 12

Tingkat keparahan kimia luka bakar ditentukan oleh:12

1. Konsentrasi,

2. Jumlah pembakaran agen,

3. Durasi kontak dengan kulit,

4. Penetrasi dan,

5. Mekanisme aksi.

Cedera kimia diklasifikasikan baik oleh mekanisme tindakan pada kulit

atau kelas kimia agen. Khas luka bakar pada kulit dapat dibagi menjadi tiga

derajat berdasarkan jumlah kerusakan yang disebabkan oleh luka bakar13:

1. Derajat satu

Hampir semua orang memiliki pengalaman beberapa luka bakar tingkat

pertama selama kehidupannya dalam bentuk sunburns. Luka bakar tingkat

pertama cukup kecil, hanya menyebabkan kerusakan kulit seperti lapisan atas

kulit, yaitu epidermis. Warna kulit berubah menjadi merah muda atau merah dan

mungkin menjadi sangat sensitif atau menyakitkan. Setelah 3-6 hari, epidermis

kulit yang rusak tidak meninggalkan bekas luka. Kulit dan jaringan benar-benar

sembuh. Setiap pengobatan untuk luka bakar tingkat pertama hanya bertujuan

untuk meringankan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh luka bakar.

2. Derajat dua

Luka bakar tingkat dua lebih parah daripada luka bakar tingkat pertama.

Lapisan atas kulit (epidermis) hancur dan dermis juga rusak sehingga

menyebabkan kulit menjadi merah atau pucat, peningkatan atau penurunan sensasi

yang tergantung pada kedalaman luka bakar, dan pembentukan blister. Luka bakar

tingkat dua memakan waktu sekitar 21 hari untuk sembuh dengan kemungkinan

membutuhkan cangkok kulit yang kemudian membutuhkan lebih banyak waktu

dalam penyembuhannya.

3. Derajat ketiga

12

Page 13: Luka Bakar Kimia NEW

Luka bakar tingkat tiga menghancurkan semua lapisan kulit dan mungkin

menyebabkan kerusakan lebih dalam. Karena kulitnya hancur, luka bakar tingkat

tiga tampak kering dan kulit seperti, pucat, merah atau jerawatan coklat, dan

benar-benar sensitif karena saraf yang hancur juga. Luka bakar tingkat tiga

biasanya membutuhkan cangkok kulit dan membutuhkan berbulan-bulan untuk

penyembuhan dengan kemungkinan adanya kerusakan permanen.

B. Paru

Ada tiga mekanisme yang menyebabkan cedera pada trauma inhalasi, yaitu

kerusakan jaringan karena suhu yang sangat tinggi, iritasi paru-paru dan asfiksia.

Hipoksia jaringan terjadi karena sebab sekunder dari beberapa mekanisme. Proses

pembakaran menyerap banyak oksigen di mana di dalam ruangan sempit

seseorang akan menghirup udara dengan konsentrasi oksigen yang rendah sekitar

10-13%. Penurunan fraksi oksigen yang diinspirasi (FIO2) akan menyebabkan

hipoksia.14

Keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan turunnya kapasitas

transportasi oksigen dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan oksigen di

tingkat seluler. Karbon monoksida mempengaruhi berbagai organ di dalam tubuh.

Organ yang paling terganggu adalah yang mengonsumsi oksigen dalam jumlah

besar seperti otak dan jantung.14

Beberapa literatur menyatakan bahwa hipoksia ensefalopati yang terjadi

akibat dari keracunan CO adalah karena injuri reperfusi di mana peroksidasi lipid

dan pembentukan radikal bebas yang menyebabkan mortalitas dan morbiditas.14

Efek toksisitas utama adalah hasil dari hipoksia seluler yang disebabkan

oleh gangguan transportasi oksigen. CO mengikat hemoglobin secara reversible,

yang menyebabkan anemia relatif karena CO mengikat hemoglobin 230-270 kali

lebih kuat daripada oksigen. Kadar HbCO 16% sudah dapat menimbulkan gejala

klinis. CO yang terikat hemoglobin menyebabkan ketersediaan oksigen untuk

jaringan menurun. CO mengikat myoglobin jantung lebih kuat daripada mengikat

hemoglobin yang menyebabkan depresi miokard dan hipotensi yang

menyebabkan hipoksia jaringan. Keadaan klinis sering tidak sesuai dengan kadar

13

Page 14: Luka Bakar Kimia NEW

HbCO yang menyebabkan kegagalan respirasi di tingkat seluler. CO mengikat

sitokrom C dan P450 yang mempunyai daya ikat lebih lemah dari oksigen yang

diduga menyebabkan defisit neuropsikiatris. Beberapa penelitian mengindikasikan

bila CO dapat menyebabkan peroksidasi lipid otak dan perubahan inflamasi di

otak yang dimediasi oleh lekosit. Proses tersebut dapat dihambat dengan terapi

hiperbarik oksigen. Pada intoksikasi berat, pasien menunjukkan gangguan sistem

saraf pusat termasuk demyelisasi substansia alba. Hal ini menyebabkan edema dan

dan nekrosis fokal.14

Penelitian terakhir menunjukkan adanya pelepasan radikal bebas nitric oxide

dari platelet dan lapisan endothelium vaskuler pada keadaan keracunan CO pada

konsentrasi 100 ppm yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan edema serebri.

CO dieliminasi di paru-paru. Waktu paruh dari CO pada temperatur ruangan

adalah 3-4 jam. Seratus persen oksigen dapat menurunkan waktu paruh menjadi

30–90 menit, sedangkan dengan hiperbarik oksigen pada tekanan 2,5 atm dengan

oksigen 100% dapat menurunkan waktu paruh sampai 15-23 menit.14

C. Mata

Mekanisme trauma kimia pada mata tidak jauh berbeda antara bahan yang

bersifat asam dan basa. Zat alkali lipofilik dan menembus lebih cepat daripada

asam. Saponifikasi asam lemak membran sel menyebabkan gangguan sel dan

kematian. Selain itu, menghidrolisis ion hidroksil intraseluler glikosaminoglikan

dan kolagen denatures. Jaringan yang rusak merangsang respon inflamasi yang

merusak jaringan lebih lanjut oleh pelepasan enzim proteolitik. Hal ini disebut

nekrosis liquefaktif.15

Zat alkali dapat masuk ke ruang anterior cepat (dalam waktu kurang lebih

5-15 menit), memperlihatkan iris, badan siliar, lensa, dan jaringan trabekular

untuk kerusakan lebih lanjut. Kerusakan permanen terjadi pada nilai pH di atas

11,5.15

Trauma kimia asam menyebabkan koagulasi protein dalam epitel kornea

yang membatasi penetrasi lebih lanjut. Jadi, trauma kimia ini biasanya

nonprogressive dan dangkal. Asam hydrofluoric adalah pengecualian. Ini adalah

14

Page 15: Luka Bakar Kimia NEW

asam lemah yang dengan cepat melintasi membran sel sebagai tetap nonionized.

Dengan cara ini, asam hydrofluoric bertindak seperti sebuah alkali yang

menyebabkan nekrosis liquefactive. Selain itu, ion fluorida dilepaskan ke dalam

sel. Ion Fluoride dapat menghambat enzim glikolisis dan dapat digabungkan

dengan kalsium dan magnesium untuk membentuk kompleks tak larut.15

D. Saluran Pencernaan

Trauma yang disebabkan oleh asam menyebabkan nekrosis koagulasi pada

jaringan yang terkontak sehingga koagulum terbentuk sehingga menghalangi

penetrasi lanjut ke jaringan di bawahnya. Di sisi lain, trauma kaustik

menyebabkan nekrosis likuefikasi, yaitu sebuah proses yang menyebabkan

pembubaran protein dan kolagen, saponifikasi lemak, dehidrasi jaringan dan

trombosis darah sehingga menyebabkan cedera jaringan yang lebih dalam.11

V. DAMPAK TERHADAP ORGAN

A. Kulit

Luka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang akut yang dapat

menyebabkan trauma pada kulit yang tidak dapat kembali dan terjadi kematian

sel. Bahan kimia pun dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Luka bakar dapat

merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang

mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir

sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam

komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi syok, infeksi,

ketidakseimbangan elektrolit (inbalance electrolit) dan distress pernapasan. Selain

komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress

emosional dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan

bekas luka (scar).16

B. Paru

Luka bakar inhalasi dapat disebabkan oleh asam hidroklorik, amonia,

klorin, atau bahan kimia lainnya setelah seseorang menghirup zat kimia ini.

Edema saluran pernapasan atas, gangguan pernapasan, dan toksisitas karbon

15

Page 16: Luka Bakar Kimia NEW

monoksida (CO) adalah contoh dari trauma kimia dari inhalasi. Gejala ini muncul

dalam waktu 12 sampai 24 jam setelah kejadian luka bakar. Juga suatu kondisi

yang jarang dapat terjadi di mana bahan kimia mengoksidasi hemoglobin paru-

paru yang mengakibatkan gangguan transportasi oksigen (methemoglobinemia)

dan gangguan pernapasan.17

C. Mata

Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata

akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat

merusak struktur bola mata tersebut. Trauma kimia biasanya hasil dari suatu zat

yang disemprotkan atau disiramkan di muka. Trauma kimia alkali lebih sering

terjadi daripada trauma kimia asam dan cenderung lebih merugikan.13,18

Insiden terjadinya trauma kimia pada mata lebih dari 60% trauma kimia

terjadi di tempat kerja, 30% terjadi di rumah dan 10% adalah dari tindakan

kekerasan. Trauma kimia pada mata lebih sering terjadi pada laki-laki daripada

perempuan. Hal ini mungkin mencerminkan dominasi laki-laki dalam bidang

industri seperti konstruksi dan pertambangan sehingga terjadi resiko tertinggi

untuk cedera mata.15

D. Saluran Pencernaan

Di negara maju dan berkembang, trauma kimia pada sistem pencernaan

akibat menelan baik tidak disengaja atau untuk mencederai diri sendiri telah

berkurang dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikaitkan dengan peraturan yang

lebih ketat terhadap deterjen dan bahan korosif lainnya, serta kesan dari kesadaran

umum.11

Dilaporkan bahwa luka lambung terjadi pada 85,4% dari trauma kimia

asam pada saluran pencernaan, terutama melibatkan bagian distal gaster dengan

44,4% menyebabkan komplikasi stenosi pilorus atau antrum.11

VI. PEMERIKSAAN FISIS

A. Kulit

16

Page 17: Luka Bakar Kimia NEW

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh

dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik, dll) atau

zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). Perubahan-perubahan

pada kulit sesuai dengan derajat luka bakarnya. Oleh karena itu, pada pemeriksaan

fisis perlu ditentukan: keadaan luka, luas luka, dan dalamnya luka. Pada

pemeriksaan luka ini perlu dicari adanya tanda-tanda reaksi vital berupa daerah

yang berwarna merah pada perbatasan pada daerah yang terbakar.16

Hasil pemeriksaan fisis yang dapat ditemukan pada luka bakar akibat

asam, yaitu: 4

1. Sangat nyeri

2. Penampilannya bervariasi dari eritema (superfisial) hinga eschar hitam (dalam)

Hasil pemeriksaan fisis yang dapat ditemukan pada luka bakar akibat asam

hydrofluric, yaitu: 4

1. Penampilan sangat korosif.

2. Aritmia mungkin muncul jika terjadi hipokalsemia dan hipomagnesemia.

Hasil pemeriksaan fisis yang dapat ditemukan pada luka bakar akibat basa,

yaitu: Hasil yang bisa diamati pada kulit tidak sesegera yang dilakukan oleh asam,

tapi kerusakan yang terjadi pada jaringan lebih lama akibat likenifikasi jaringan

dan penetrasi yang lebih dalam. 4

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa

faktor antara lain :16

1. Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.

a. Kedalaman luka bakar.

b. Anatomi lokasi luka bakar.

c. Umur klien.

d. Riwayat pengobatan yang lalu.

e. Trauma yang menyertai atau bersamaan.

17

Page 18: Luka Bakar Kimia NEW

Berdasarkan derajat kedalamannya, luka bakar diklasifikasi menjadi

derajat 1, 2, dan 3. Kadang-kadang digunakan pula istilah derajat 4 pada kulit

yang hangus terbakar mirip arang. Klasifikasi tersebut ialah: 16

a. Luka bakar derajat 1 atau superficial burn. Luka bakar permukaan yang tidak

terlalu serius dan hanya mengenai lapisan kulit bagian atas. Kulit kering, eritema,

nyeri karena ujung saraf sensorik teriritai. Sering kali disertai pembentukan

vesikel (gelembung berisi cairan).

b. Luka bakar derajat 2 atau partial thickness burn (luka bakar parsial). Artinya

luka bakar mengenai sebagian dari ketebalan kulit, bagian dermis masih ada yang

sehat. Luka bakar dengan kedalaman ini sering kali disertai dengan rusaknya

struktur di bawah kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebaseus (minyak), atau

jaringan kolagen. 

c. Luka bakar derajat 3 atau full thickness burn. Luka bakar mengenai seluruh

ketebalan kulit. Struktur di bawah kulit pun sering kali mengalami kerusakan.

Sekalipun demikian, kulit tidaklah lenyap, musnah, atau hilang, tapi rusak.

d. Luka bakar derajat 4 yakni luka terlihat hitam bagai arang, nekrotik.17

B. Paru

Jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi harus diperiksa pada korban luka

bakar kimia. Pada pemeriksaan paru-paru bisa didapatkan peningkatan laju napas,

bunyi mengi, dan suara ronki kasar di paru-paru yang berhubungan dengan

edema. Semua tanda ini menunjukkan individu mengalami kesulitan pernafasan.17

C. Mata

Pada pemeriksaan fisik awal, penilaian terhadap luka-luka yang berpotensi

mengancam jiwa. Pemeriksaan fisik awal pada mata mungkin terbatas pada pH

dan ketajaman visual. Setelah irigasi berlebihan, pemeriksaan ophthalmologi

penuh diperlukan. Ini dapat mengungkapkan robek, injeksi konjungtiva, injeksi

skleral, kerusakan kornea, opacification kornea, uveitis, glaukoma, atau perforasi.

Kemudian pencatatan penurunan ketajaman visual. Evaluasi fluorescein

diperlukan untuk menentukan tingkat cedera.15

18

Page 19: Luka Bakar Kimia NEW

Tingkat trauma pada mata adalah berdasarkan: 13,18

Klasifikasi Hughes Klasifikasi Thoft

1. Ringan:

- Prognosis baik

- Terdapat erosi epitel

kornea

- Pada kornea terdapat

kekeruhan ringan

- Tidak ada iskemia dan

nekrosis kornea ataupun

konjungtiva

Derajat 1: hiperemi konjungtiva

disertai dengan keratitis

pungtata

2. Sedang:

- Prognosis baik

- Kekeruhan kornea

sehingga sulit melihat

iris & pupil secara jelas

- Terdapat iskemia &

nekrosis ringan kornea

dan konjungtiva

Derajat 2: hiperemi konjungtiva

disertai dengan hilang epitel

kornea.

3. Sangat berat:

- Prognosis buruk

- Kekeruhan kornea pupil

tidak dapat dilihat.

Derajat 3: hiperemi disertai

dengan nekrosis konjungtiva

dan lepasnya epitel kornea.

Derajat 4: konjungtiva perilimal

nekrosis sebanyak 50%

D. Saluran Pencernaan

Pada pemeriksaan luar, tanda khususnya yaitu bercak pada bibir, pipi,

dagu dan leher, sama halnya dengan luka bakar pada mukosa dari bibir sampai ke

19

Page 20: Luka Bakar Kimia NEW

lambung, kadang-kadang sampai ke usus halus. Perforasi esofagus dan gaster

umumnya terjadi karena asam sulfat dan asam hidroklorida.17

VII. Penatalaksanaan

Hal yang dilakukan dalam menangani luka bakar kimia, yaitu: 4, 19, 20

1. Semua pakaian yang terkena harus segera dilepas.

Melepas diri terhadap kontak dengan zat kimia tersebut harus segera

dilakukan untuk membatasi kerusakan dan intoksikasi lebih lanjut. Prioritas utama

dalam pengobatan luka bakar kimiawi adalah penghentian segera proses terbakar.

2. Periksa kulit untuk melihat daerah luka.

3. Irigasi luka segera dengan air bervolume besar untuk mempermudah masuknya

ion hidroksil ke lapisan kulit yang lebih dalam sehingga membatasi kerusakan

jaringan.

Untuk asam-asam biasa maka pencucian perlu dilakukan setidaknya 30

hingga 60 menit. Pada luka bakar karena basa pencucian perlu dilakukan selama

beberapa jam. Pencucian yang terus-menerus dengan cairan dalam jumlah besar

harus dapat mempertahankan suhu pada jaringan yang rusak di bawah suhu

cedera. Pemakaian larutan penetral spesifik sama sekali tidak diperbolehkan

karena panas dari proses netralisasi dapat menyebabkn kerusakan lebih lanjut.

Untuk hasil terbaik harus dimulai dalam 10 menit setelah kontak.

4. Periksa komposisi zat kimia karena penatalaksanaan lebih lanjut ditentukan

oleh hasil pemeriksaan komposisi dari zat kimia.

Luka bakar karena fenol, asam hidrofluorida dan fosfor memerlukan

perhatian khusus. Fenol kurang larut dalam air dan irigasi harus diikuti dengan

pengolesan pelarut seperti polietilen glikol, propilen glikol, gliserol, minyak sayur

atau larutan air dan sabun. Konsentrasi absorpsi fenol yang tinggi dapat

menimbulkan efek pada sistem jantung, ginjal dan susunan saraf pusat serta

pasien perlu dipantau untuk melihat fungsi-fungsi ini. Asam hidrofluorat

menembus kulit dengan cepat dan bisa menimbulkan pencairan jaringan lunak

serta erosi tulang yang mendasarinya. Nyerinya sangat hebat pada jenis luka bakar

20

Page 21: Luka Bakar Kimia NEW

ini dan suntikan kalsium glukonat intralesi dapat digunakan untuk menetralisasi

ion fluorida dan mengurangi nyeri. Luka bakar fosfor memerlukan perhatian

segera untuk menghilangkan semua partikel fosfor yang dapat dikenali dalam

luka. Senyawa ini akan leleh bila terpapar udara dan harus diletakkan dalam air

setelah dikeluarkan. Pengolesan larutan tembaga sulfat encer pada permukaan

luka mungkin diperlukan untuk identifikasi partikel-partikel kecil fosfor yang

tertanam.

5. Oleskan obat antimikroba topikal pada luka bakar

6. Bila luka bakar cukup luas maka diperlukan resusitasi cairan.

7. Bila luka bakar memiliki ketebalan penuh maka perlu dilakukan eksisi dan

cangkok kulit pada waktu yang tepat.

VIII. Pencegahan

Hal yang paling penting adalah perlindungan dari bahan kimia dengan

menggunakan sarung tangan, apron, dan masker wajah. Seluruh pakaian harus

diganti sesegera mungkin bila sudah terkontaminasi dan diletakkan dalam tempat

yang terlindung untuk dibuang setelahnya.4

21

Page 22: Luka Bakar Kimia NEW

DAFTAR PUSTAKA

1. Davis, Charles P. Chemical burns. [online] 03 April 2014. [cited 2012

February 06]. Available from:

http://www.emedicinehealth.com/chemical_burns/article_em.htm#chemic

al_burns_overview.

2. Cox, Robert D. Chemical burns. Emedicine Emergency Medicine. [online]

03 April 2014. [cited 2013 September 04]. Available from: http://

http://emedicine.medscape.com/article/769336-overview.

3. Cox, Robert D. Epidemiology. In: Chemical burns in emergency medicine.

[online] 03 April 2014 [cited 2013 September 04]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/769336-overview#a0199.

4. The Education Committee of The Australian and New Zealand Burn

Association. Chemical burns. In: Emergency management of severe

burns. Australia and New Zealand Burn Association; 2013. Hal: 69.

5. Davis, Charles P. Chemical burns. Emedicine Health. [online] 03 April

2014. [06 maret 2012]. Available from:

http://www.emedicinehealth.com/chemical_burns/page2_em.htm#chemic

al_burn_causes.

6. Department of Health and Human Services. Effects of skin contact with

chemicals what a worker should know. National Institute for Occupational

Safety and Health; 2011. Available from:

http://www.cdc.gov/niosh/eNews.

7. Cox, Robert D. Chemical burn. [online] 03 April 2014. [cited 2013

September 04]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/769336-clinical#a0218

8. Pritzker F dan Olsen E. Inhalation injury and respiratory failure. [online]

03 April 2014. [06 maret 2012]. Available from:

http://www.pritzkerlaw.com/burn-attorney/inhalation-injury-respiratory-

failure-lawyer.html.

9. Randleman, Bansal JB. Burns chemical. eMedicine Journal; 2009. 

22

Page 23: Luka Bakar Kimia NEW

10. Gerhard KL. Chemical injuries. In: Ophthalmology pocket textbook 2nd.

Thieme: Stuttgart New York; 2006.

11. Keh SM, Onyekwelu N, McManus K, McGuigan J. Corrosive injury to

upper gastrointestinal tract: Still a major surgical dilemma. World J

Gastroenterol: 2006 August 28; 12(32): 5223-8.

12. Palao R, Monge I, Ruiz M, Barret JP. Chemical burns: pathophysiology

and treatment. J.Burns. 2009;7(9):1-10.

13. Trivedi HL, Venkatesh R. Ocular trauma - chemical injuries. BHJ

2009;51(2):215-21.

14. Soekamto TH, Perdanakusuma D. Intoksikasi karbon monoksida.

Departemen Ilmu Bedah Plastik Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga.

15. Solano, Joshua. Ocular burns. [online] 03 April 2014. [cited 2013 Juni

25]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/798696-

overview.

16. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. 2004. Rook’s Textbook of

Dermatology 7th edition. Blackwell Science.

17. Lafferty, Keith A. Smoke inhalation injury. [online] 03 April 2014. [cited

2013 Agustus 26]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1002413-clinical#showall

18. Ming ALS, Constable IJ. Color atlas of opthalmology 3rd edition. In:

Ocular injuries. World science.

19. Georgiade, Gregory S, Pederson Christopher. Luka bakar. In: Buku ajar

bedah. Sabiston, David C. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;

1995. Hal. 160.

20. Schwartz, Seymour I. Luka bakar. In: Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah.

Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000. Hal 126-8.

23