ltm1 kd2

19
1. Review anatomi sistem musculoskeletal, fisiologi gerak, dan prinsip mekanika tubuh a. Anatomi Sistem Muskuloskeletal Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo)dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik(gerak). Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap, dan posisi. 1. Kerangka tubuh Sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh. 2. Proteksi Sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga). 3. Ambulasi & mobilisasi adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya pergerakan tubuh dan perpindahan tempat.

Upload: ira-ajah

Post on 24-Apr-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ltm1 kd2

1. Review anatomi sistem musculoskeletal, fisiologi gerak, dan prinsip mekanika tubuh

a. Anatomi Sistem Muskuloskeletal

 Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo)dan

tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai

kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik(gerak). Sedangkan rangka adalah

bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan

bentuk, sikap, dan posisi.

1. Kerangka tubuh

Sistem muskuloskeletal memberi bentuk

bagi tubuh.

2. Proteksi Sistem muskuloskeletal

melindungi organ-organ penting, misalnya

otak dilindungi oleh tulang-tulang

tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat

pada rongga dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).

3. Ambulasi & mobilisasi adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya pergerakan tubuh

dan perpindahan tempat.

4. Hemopoesis (berperan dalam pembentukan sel darah pada red marrow).

5. Deposit Mineral Tulang mengandung 99 % kalsium & 90 % fosfor tubuh.

Pertumbuhan Tulang

 Tulang mencapai kematangannya setelah pubertas dan pertumbuhan seimbang hanya

sampai usia 35 tahun. Berikutnya mengalami percepatan reabsorpsi sehingga terjadi penurunan

Page 2: ltm1 kd2

massa tulang sehingga pada usila menjadi rentan terhadap injury. Pertumbuhan dipengaruhi

hormon & mineral.

Penyusun Tulang

Tulang disusun oleh sel-sel tulang yang terdiri dari osteosit, osteoblast dan osteoklast

serta matriks tulang. Matriks tulang mengandung unsur organik terutama kalsium dan fosfor.

Struktur Tulang

 Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa (jaringan

berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat). Permukaan luar tulang

dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga

sumsum & meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak. Membran periosteum berasal dari

perikondrium tulang rawan yang merupakan pusat osifikasi. Periosteum merupakan selaput luar

tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan

ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke

tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.

Pars kompakta teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga

dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan CalsiumCarbonat) sehingga tulang

menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur

dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi.

Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga

lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan. Pars

spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa).Rongga tersebut diisi

oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah.Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi

tipis tulang yang disebut trabekula. Secara Mikroskopis tulang terdiri dari : 1. Sistem Havers

(saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran limfe), 2. Lamella (lempeng tulang

yang tersusun konsentris), 3. Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan-

lempengan yang mengandung sel tulang), 4. Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat

difusi makanan sampai keosteon).

Page 3: ltm1 kd2

Bentuk Tulang

 Sistem skelet disusun oleh tulang-tulang yang berjumlah 206 buah.

Berdasarkanbentuknya, tulang-tulang tesebut dikelompokkan menjadi :

1. Ossa brevia (tulang pendek): tulang yang ukurannya

pendek, contoh: ossa carpi.

2. Ossa longa (tulang panjang): tulang yang ukuran

panjangnya terbesar, contohnya os humerus dan os

femur.

 3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yg

ukurannya lebar, contoh: osscapula.

Page 4: ltm1 kd2

4. Ossa pneumatica (tulang berongga udara), contoh: os maxilla.

5. Ossa irregular (tulang tak beraturan), contoh: os vertebrae.

Tulang Rawan (Kartilago)

Tulang rawan berkembang dari mesenkim membentuk sel yg disebut kondrosit.

Kondrosit menempati rongga kecil (lakuna) di dalam matriks dengan substansi dasar seperti gel

(berupa proteoglikans) yang basofilik. Kalsifikasi menyebabkan tulang rawan tumbuh menjadi

tulang (keras).

Jenis Tulang Rawan

 1. Hialin Cartilago : matriks mengandung seran kolagen; jenis yg paling banyak dijumpai.

2. Elastic Cartilago : serupa dengan tulang rawan hialin tetapi lebih banyak serat elastin yang

mengumpul pada dinding lakuna yang mengelilingi kondrosit

3. Fibrokartilago: tidak pernah berdiri sendiri tetapi secara berangsur menyatu dengan tulang

rawan hialin atau jaringan ikat fibrosa yang berdekatan.

Sendi (Artikulatio)

Sendi merupakan persambungan antar tulang yang menjadikan tulang menjadi fleksibel

dalam pergerakan.

Jenis Sendi

 Berdasarkan pergerakannya sendi dibagi menjadi :

1. Synarthroses. Sendi ini mempunyai pergerakan yang terbatas atau bahkan tidak dapat

bergerak sama sekali. Sendi ini dijumpai pada tulang tengkorak dimana lempeng-

lempeng tulang tengkorak disambungkan oleh elemen fibrosa.

Page 5: ltm1 kd2

2. Amphiarthroses. Sendi ini mempunyai pergerakan yang terbatas. Jaringan berupa diskus

fibrocartilage yang lebar dan pipih menghubungkan antara dua tulang. Umumnya bagian

tulang yang berada pada sisi persendian dilapisi oleh tulang rawan hialin dan struktur

keseluruhan berada dalam kapsul. Beberapa contoh sendi ini adalah: sendi vertebra, dan

simfisis pubis.

3. Diarthroses. Sendi ini memiliki pergerakan yang luas. Umumnya dijumpai pada sendi-

sendi ekstremitas. Dijumpai adanya celah sendi, rawan sendi yang licin dan membrane

sinovium serta kapsul sendi. Sedangkan berdasarkan strukturnya sendi dibagi menjadi :

a. Sendi Fibrosa. Sendi fibrosa dihubungkan oleh jaringan fibrosa. Terdapat dua

tipe sendi fibrosa; (1) Sutura diantara tulang-tulang tengkorak dan (2) sindesmosis

yang terdiri dari suatu membran interoseus atau suatu ligamen di antara tulang.

Sendi ini mempunyai pergerakan yang terbatas.

b. Sendi Kartilago/tulang rawan. Ruang antar sendinya diisi oleh tulang rawan dan

disokong oleh ligamen dan hanya dapat sedikit bergerak. Ada dua tipe sendi

kartilaginosa yaitu; sinkondrosis adalah sendi-sendi yang seluruh persendiannya

diliputi oleh rawan hialin. Sendi sendikostokondral adalah contoh dari sinkondrosis.

Simfisis adalah sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan fibrokartilago

antara tulang dan selapis tipis rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi.

Contoh sendi kartilago adalah simfisis pubis dan sendi sendi pada tulang punggung.

c. Sendi Sinovial/sinovial joint. Sendi ini dilengkapi oleh kartilago yang melicinkan

permukaan sendi, kapsul sendi (kantung sendi), membran sinovial (bagian dalam

kapsul), cairan sinovial yang berfungsi sebagai pelumas dan ligamen yang

berfungsi memperkuat kapsul sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak

membeku, dan tidak berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang ditemukan

pada tiap-tiap sendi normal relative kecil (1 sampai 3 ml).

Page 6: ltm1 kd2

Otot (Muskulus)

Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia

menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan rangka. Ada 3

jenis otot yaitu otot jantung, otot polos dan otot rangka.

Otot Rangka

Otot rangka bekerja secara volunter (secara sadar atas perintah dari otak), bergaris

melintang, bercorak dan berinti banyak di bagian perifer. Secara anatomis terdiri dari jaringan

konektif dan sel kontraktil.

Page 7: ltm1 kd2

Fungsi Otot Rangka

1. Menghasilkan gerakan rangka tubuh.

2. Mempertahankan sikap & posisi tubuh.

3. Menyokong jaringan lunak.

4. Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dalam sistem tubuh.

5. Mempertahankan suhu tubuh dengan pembentukan kalor saat kontraksi.

Struktur Otot Rangka

Setiap otot dilapisi jaringan konektif yang disebut epimisium. Otot rangka disusun oleh

fasikula yang merupakan berkas otot yang terdiri dari beberapa sel otot. Setiap fasikula dilapisi

jaringan konektif yang disebut perimisium dan setiap selotot dipisahkan oleh endomisium.

Organisasi otot rangka terdiri dari: 1. Otot, 2. Fasikula, 3. Serabut Otot, 4. Miofibril, 5.

Miofilamen. Secara mikroskopis sel otot rangka terdiri dari: 1. Sarkolema (membran sel serabut

otot), 2. Miofibril (mengandung filamen aktin dan miosin), 3. Sarkoplasma (cairan intrasel berisi

kalsium, magnesium, phosfat, protein & enzim, 4. Retikulum Sarkoplasma (tempat penyimpanan

kalsium), 5. Tubulus T (sistem tubulus pada serabut otot).

Page 8: ltm1 kd2

B. Fisiologi gerak

1. Gerak ototBagian otot yang berperan untuk gerak:a. Aktinb. MiosinImpuls dari SSP melalui saraf motorik sampai di motor end plate, potensial aksi di bongkol sinaptik akan mengeluarkan acetil kolin yang menyebabkan (Aktin & myosin) kontraksi.

2. Koordinasi geraka. Otot penggerak utama/agonis: otot yang melakukan sebagian besar gerakanb. Otot sinergis/fiksator: otot yang membantu penggerak utama sehingga gerakan

lebih stabilc. Otot antagonis: otot yang berlawanan gerak dengan otot penggerak utama

Contoh:a. Otot penggerak utama, m. bisepb. Otot antagonis, m.trisepc. Otot fiksasi, otot depan dan bawah bahu

3. Saraf dalam sistem geraka. Sel saraf sensorik

Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls berupa rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan), kesystem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Sel

Page 9: ltm1 kd2

saraf sensorik disebut juga dengan sel saraf indera,karena berhubungan dengan alat indera.

b. Sel saraf motorikSel saraf motorik berfungsi membawa impuls berupa tanggapan dari susunan saraf pusat (otak atau sumsum tulangbelakang) menuju ke kelenjar tubuh. Sel saraf motorik disebut juga dengan sel saraf penggerak, karena berhubunganerat dengan otot sebagai alat gerak.

c. Sel saraf penghubungSel saraf penghubung disebut juga dengan sel saraf konektor, hal ini disebabkan karena fungsinya meneruskanrangsangan dari sel saraf sensorik ke sel saraf motorik. ( Setiadi, 2007 )

4. Mekanisme gerak refleks dan gerak sadara. Gerak Refleks

Refleks adalah suatu gerakan yang tidak sengaja dilakukan yang merupakan respon dari system saraf terhadap stimulus. Gerak refleks terdiri dari 5 komponen. Jika satu saja dari 5 komponen ini tak terpenuhi, maka respon refleks terhadap stimulus akan diubah. Komponen tersebut adalah:1) Reseptor

a) Fungsi utamanya adalah mentransduksikan energi lingkungan dan mengubahnya  menjadi aksi potensial pada saraf sensori.

b) Sebagai contoh adalah reseptor dari  retina mentransduksikan cahaya, pada kulit akan mentransduksikan panas, dingin, tekanan, dan stimulus cutaneous lainnya.

2) Saraf sensorik (saraf aferen)

a) Saraf ini membawa aksi potensial dari reseptor ke CNS.b) Saraf ini memasuki medula spinalis dari akar dorsal.

3) Sinapsis pada CNSPada gerak refleks, biasanya ada lebih dari satu sinapsis. Walaupun ada sedikit monosinapsis seperti yang datang dari gelendongan otot.

4) Saraf motorik (saraf eferen)a) Saraf ini membawa aksi potensial dari CNS ke target (efektor) organ.b) Saraf motorik meninggalkan spinal cord melewati akar ventral.

5) Organ target (efektor)

a) Di sini terjadi respon atas suatu stimulus.b) Biasanya organ yang memberikan gerak refleks adalah otot atau iris mata

(Cunningham, 2002)

Page 10: ltm1 kd2

Macam-macam gerak reflek, yaitu:

1) Refleks segmental

Adalah refleks yang hanya melewati sebagian kecil dari CNS.

Contohnya adalah refleks peregangan otot dan refleks cahaya pada pupil karena

hanya menggunakan segmen kecil dari medulla spinalis atau brainstem.

2)   Refleks intersegmental

Refleks ini menggunakan multiple segmen dari CNS.

Contohnya adalah respons propriosepsi karena aksi potensial saraf sensori jauh

memasuki spinal cord dan belum akan berjalan kembali ke cerebral cortex

sebelum responsi motorik dihasilkan. Respon motorik kembali melalui rute

intersegmental yang sama.

 (Cunningham, 2002)

b. Gerak Sadar              Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang. (Pangestiningsih, 2010)

       Sistem saraf terdiri dari saraf aferen dan saraf eferen. Saraf aferen (sensorik) berfungsi menyalurkan informasi yang berasal dari organ reseptor. Mekanisme penghantaran informasi antara reseptor dengan sistem saraf pusat terjadi melalui proses penghantaran impuls dengan kode irama dan frekuensi tertentu. 

     Saraf eferen (motorik) terdiri dari dua bagian yaitu somatik dan autonom. Saraf motorik somatik membawa impuls dari pusat ke otot rangak sebagai organ efektor. Melalui proses komunikasi secara biolistrik di saraf dan proses komunikasi melalui neurotransmitter di hubungan saraf-otot, dapat terbangkit kontraksi otot. Baik kekuatan maupun jenis kontraksi otot rangka dapat dikendalikan oleh sistem saraf pusat maupun oleh sistem saraf tepi. Sistem saraf somatik turut berperan dalam proses mengendalikan kinerja otot rangka yang diperlukan untuk menyelenggarakan beragam sikap dan gerakan tubuh. Pembagian secara garis besar dapat dilihat pada gambar dibawah (Singgih, 2003).

Page 11: ltm1 kd2

c. Prinsip mekanika tubuh

Mekanika tubuh penting bagi perawat dank lien. Hal ini mempengaruhi tingkat kesehatan

mereka. Mekanika tubuh yang diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah kecacatan

Perawat menggunakan berbagai kelompok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti

berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien, dan

menggerakkan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dan friksi dapat memperngaruhi pergerakan

tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat.

Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu kemampuan perawat untuk mengangkat,

memindahkan, dan mengubah posisi klien (Owen & Garg (1991) dalam Potter & Perry (2005))

perawat juga menggabungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis pada

mobilisasi dan kesejajaran tubuh.

Prinsip dari mekanika tubuh yang bermanfaat berbagai aktivitas:

Kegiatan RasionalKetika merencanakan untuk memindahkan klien, atur untuk bantuan yang adekuat. Gunakan alat bantu mekanik jika bantuan tidak mencukupi

Dua orang tenaga kesehatan mengangkat secara bersama-sama membagi beban kerja menjadi 50%

Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin

Hal ini mendukung kemampuan dan kekuatan klien dengan meminimalkan beban kerja.

Jaga punggung, leher, pelvis, dan kaki lurus. Cegah terpelintir.

Mengurangi risiko cedera pada vertebra lumbal dan kelompok otot (owen dan Garg, 1991). Terpelintir meningkat risiko cedera.

Fleksikan lutut; buat kaki tetap lebar. Dasar yang luas meningkatkan kestabilan.Dekatkan tubuh tenaga kesehatan dengan klien (atau objek yang diangkat)

Meminimalkan gaya pengangkatan 5 kg pada setinggi pinggang sama dengan 50 kg pada setinggi lengan.

Gunakan lengan dan tungkai (bukan punggung)

Otot tungkai lebih kuat, makin besar otot makin besar kemampuan kerja tanpa cedera.

Tarik klien ke arah penariknya menggunakan seprai yang dapat ditarik.

Menarik membutuhkan lebih sedikit tenaga daripada mengangkat seprai yang dapat ditarik meminimalkan gaya gesek yang dapat merusak kulit klien.

Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak

Mempersiapkan otot serentak akan meminimalkan usaha mengangkat beban.

Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama dengan dipimpin seseorang dengan menghitung sampai tiga.

Mengangkat secara serentak akan meminimalkan beban untuk beberapa orang pengangkat.

Page 12: ltm1 kd2

2. Jenis-jenis Gangguan mobilisasi

Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas, dan

imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Mobilisasi

dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial di

antaranya. Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada di antara rentang

mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan

berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas.

a. Tirah baring

Tirah baring merupakan suatu intervensi di mana klien dibatasi untuk tetap berada

di tempat tidur untuk tujuan terapeutik. Tirah baring mempunyai pengertian yang

berbeda-beda di antara perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya. Klien dalam kondisi

bervariasi dimasukkan ke dalam kategori tirah baring. Lamanya tirah baring tergantung

penyakit atau cedera dan status kesehatan klien sebelumnya. Tujuan umum tirah baring:

mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen untuk tubuh, mengurangi nyeri

(meliputi nyeri pasca operasi, dan kebutuhan analgesic dengan dosis besar),

memungkinkan klien sakit atau lemah untuk beristirahat dan mengembalikan kekuatan,

dan member kesempatan pada klien yang letih untuk beristirahat tanpa terganggu.

Pengaruh penurunan kondisi otot dikaitkan dengan penurunan aktivitas fisik akan

terlihat jelas dalam beberapa hari. Pada individu normal dengan kondisi tirah baring akan

mengalami kurangnya kekuatan otot dari tingkat dasarnya pada rata-rata 3% sehari. Tirah

baring juga dikaitkan dengan perubahan pada kardiovaskular, skelet, dan organ lainnya.

Istilah atrofi disuse digunakan untuk menggambarkan pengurangan ukuran normal secara

patologis setelah inaktivitas yang lama akibat tirah baring, trauma, pemakaian gips, atau

kerusakan saraf lokal.

b. Imobilisas

Gangguan mobilisasi fisik (mobilisasi) didefinisikan oleh North American

Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika individu

mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik. Perubahan dalam tingkat

mobilisasi fisik dapat mengakibatkan intruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah

Page 13: ltm1 kd2

baring, pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal (mis. Gips atau

traksi rangka), pembatasan gerakan volunteer, atau kehilangan fungsi motorik.

c. Fraktur

Farktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan

sesuai jenis dan luasnya(smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap retak atau patah

pada tulang yang utuh( Reeves C.J, Roux G & Lockhart R,2001). Fraktur lebih sering

terjadi pada orang laki-laki dari pada perempuan dngan umur dibawah 45 tahun dan

sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau kecelakaan. Sedangkan pada usia

cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis

yang terkait dengan perubahan hormon.

Jenis Fraktur:

1. Complete fraktur (fraktur komplet), patah pada seluruh garis tengah tulang, luas dan

melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.

2. Closed frakture(simple fracture), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit

masih utuh.

3. Open fracture(compound frakture/komplikata/kompleks),merupakan fraktur dengan

luka pada kulit(integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus

kulit)atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terrbuka digradasi

menjadi:

Ø Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm

Ø Grade II: luka lebih luas tanpakerusakkan jaringan lunak yang ekstensif.

Ø Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakkan jaringan lunak

ekstensif.

4. Greenstick, frakturdimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya

membengkok

5. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.

6. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

7. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.

8. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

Page 14: ltm1 kd2

9. Depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada

tulang tengkorak dan wajah)

10. Kompresi, frakturdimana tulang mengalami kompresi(terjadi pada tulang belakang)

11. Patologik, frakturyang terjadi pada daerah tulang berpenyakit(kista tulang, paget,

metastasis tulang, tumor)

12. Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya

13. Epifisial, fraktur melalui epifisis

14. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorongke fragmen tulang lainnya.

Tanda dan Gejala

Nyeri terus menerus, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas,

krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.